Anda di halaman 1dari 47

“Asuhan Keperawatan Urolitiasis”

Atik Pramesti W

STIKes Banyuwangi
PENGERTIAN
Ureterolithiasis adalah kalkulus
atau batu di dalam ureter (Sue
Hinchliff, 1999 Hal 451).

Urolitiasis adalah adanya batu


atau kalkulus dalam sistem
urinarius. Batu tersebut dibentuk
oleh kristalisasi larutan urine
(kalsium oksalat, asam urat,
kalsumfosfat, struvit dan
sistin)(Sandra M nettina, 2002)
 Ureter adalah suatu saluran muskuler
berbentuk silinder yang menghantarkan
urin dari ginjal menuju kandung kemih.
Panjang ureter adalah sekitar 20-30 cm,
diameter maksimum sekitar 1,7 cm di dekat
kandung kemih dan berjalan dari hilus
ginjal menuju kandung kemih.
 Terdapat beberapa tempat yang ukuran
diameternya relative lebih sempit daripada
di tempat lain Sehingga batu / benda2 lain
yang berasal dari ginjal seringkali
tersangkut:
1. Pada perbatasan antara pelvis renalis dan
ureter atau pelvi-ureter junction
2. Tempat ureter menyilang arteri iliaka di
rongga pelvis
3. Pada saat ureter masuk ke buli-buli
Batu ureter pada umumnya berasal dari batu ginjal yang turun ke ureter.
Batu ureter mungkin dapat lewat sampai ke kandung kemih dan
kemudian keluar bersama kemih. Batu ureter juga bisa sampai ke kandung
kemih dan kemudian berupa nidus menjadi batu kandung yang besar. Batu
juga tetap bisa tinggal di ureter sambil menyumbat dan menyebabkan
obstruksi kronik dengan hidroureter yang mungkin asimtomatik.
Teori pembentukan batu ginjal:
1. Teori Pembentukan Inti

 Pembentukan batu berasal dari kristal atau benda asing yang berada
dalam urin yang pekat.
 Batu tidak selalu terbentuk pada pasien dengan hiperekksresi atau
dehidrasi. Teori inti matrik dimana pembentukan batu saluran kemih
membutuhkan adanya substansi organik terutama muko protein A
mukopolisakarida yang akan mempermudah kristalisasi dan agregasi
substansi pembentuk batu.
Teori pembentukan batu ginjal:
2. Teori Supersaturasi
Peningkatan dan kejenuhan substansi pembentukan batu dalam urin
seperti sistin, xastin, asam urat, kalsium oksalat mempermudah
terbentuknya batu. Kejenuhan ini juga sangat dipengaruhi oleh pH
dan kekuatan ion.
3. Teori Presipitasi-kristalisasi
Perubahan pH urin akan mempengaruhi solubilitas
susbstansi dalam urin. Di dalam urin yang asam akan
mengendap sistin, zastin, asam urat, sedangkan didalam
urin yang basa akan mengendap garam-garam fosfat.
4. Teori Berkurangnya Faktor Penghambat
 Tidak adanya atau berkurangnya substansi penghambat
pembentukan batu seperti fosfopeptida, pirofosfat, polifosfat,
asam mukopolisakarida dalam urin akan mempermudah
pembentukan batu urin.
5. Teori Lain
 Berkurangnya volume urin. Dimana kekurangan cairan akan
menyebabkan peningkatan konsentrasi zat terlarut (misal
kalsium, natrium, oksalat dan protein) yang mana ini dapat
menimbulkan pembentukan kristal urin.
.
Faktor Risiko Yang Lain
1. Genetik
Anggota keluarga penderita batu urin lebih banyak
kemungkinan menderita penyakit yang sama dibanding
dengan keluarga bukan penderita batu urin. Lebih
kurang 30% sampai 40% penderita batu kalsium
oksalat mempunyai riwayat famili yang positif
menderita batu.
2. Jenis Kelamin
Pria lebih banyak menderita batu saluran kemih
dibanding wanita (3-4:1).
1. Disebabkan oleh anatomis saluran
kemih pada laki-laki lebih panjang
dibandingkan perempuan.
2. Didalam air kemih laki-laki kadar
kalsium lebih tinggi dibanding
perempuan.
3. Pada air kemih perempuan kadar sitrat
(inhibitor) lebih tinggi.
4. Laki2 memiliki hormon testosteron
yang dapat meningkatkan produksi
oksalat endogen di hati.
5. Adanya hormon estrogen pada
perempuan mampu mencegah
agregasi garam kalsium.
Faktor Risiko Yang Lain
1. Pekerjaan
Kejadian batu kemih lebih banyak terjadi pada orang-orang yang banyak
duduk dalam melakukan pekerjaannya.
2. Air
Banyak minum air meningkatkan diuresis sehingga mencegah
pembentukan batu. Kurang minum dapat mengurangi diuresis, kadar
substansi dalam urin meningkat, mempermudah pembentukan batu.
3. Diet
Konsumsi makanan tinggi protein yang akan meningkatkan resiko
terjadinya batu. Konsumsi makanan tinggi protein yang berlebihan dan
garam atau antasida yang mengandung kalsium, produk susu, makananan
yang mengandung oksalat (misalnya teh, kopi instan, coklat, kacang-
kacang, bayam), vitamin C, atau vitamin D akan meningkatkan
pembentukan batu kalsium.
Faktor Risiko Yang Lain
 ....Pemakaian vitamin D akan meningkatkan absorbsi kalsium diusus dan
tubulus ginjal sehingga dapat menyebabkan hiperkalsemia dan
penumpukan kalsium di ginjal dan untuk konsumsi vitamin D ini harus
digunakan dengan perawatan.
 Makan makanan dan minuman yang mengandung purin yang berlebihan
(kerangkerangan) akan menyebabkan pembentukan batu asam urat
Makanan makanan yang banyak mengandung serat dan protein nabati
mengurangi resiko batu urin, sebaliknya makanan yang mengandung
lemak dan protein hewani akan meningkatkan resiko batu urin.
4. Infeksi
 Hampir terbentuknya batu jenis struvit didahului oleh ISK yang
disebabkan oleh bakteri pemecah urea, namun jenis batu lain tidak jelas
apakah batu sebagai penyebab infeksi atau infeksi sebagai penyebab
batu
 Obat-obatan

 Penggunaan obat anti hipertensi (Dyazide) b.d pe frekuensi batu urin,
begitu juga penggunaan antasida yang mengandung silica berhubungan
dengan perkembangan batu silica.
Tanda Gejala
1. Nyeri
Batu yang berada di ureter dapat menyebabkan nyeri yang luar biasa, akut
dan kolik. Nyeri ini dapat menjalar hingga ke perut bagian depan, perut
sebelah bawah, daerah inguinal, dan sampai ke kemaluan. Penderita sering
ingin merasa berkemih, namun hanya sedikit urine yang keluar, dan
biasanya air kemih disertai dengan darah, maka penderita tersebut
mengalami kolik ureter
2. Hematuri

Penderita sering mengeluh hematuria atau urin berwarna seperti teh.


3. Infeksi
Biasanya dengan gejala-gejala menggigil, demam, nyeri pinggang, nausea
serta muntah dan disuria. Secara umum infeksi pada batu struvit (batu
infeksi) berhubungan dengan infeksi dari Proteus sp, Pseudomonas sp,
Klebsiella sp, dan jarang dengan E.colli.
4. Demam
Hubungan batu urin dengan demam adalah merupakan
kedaruratan medik relatif. Tanda-tanda klinik sepsis adalah
bervariasi termasuk demam, takikardi, hipotensi dan
vasodilatasi perifer.
5. Mual dan Muntah
Obstruksi saluran kemih bagian atas (ginjal dan ureter)
seringkali menyebabkan mual dan muntah
Klasifikasi
1. Batu Kalsium
Kalsium adalah jenis batu yang paling banyak menyebabkan BSK yaitu sekitar
70%-80% dari seluruh kasus BSK. Batu ini kadang-kadang di jumpai dalam
bentuk murni atau juga bisa dalam bentuk campuran, misalnya dengan batu
kalsium oksalat, batu kalsium fosfat atau campuran dari kedua unsur tersebut.
Terbentuknya batu tersebut diperkirakan terkait dengan kadar kalsium yang
tinggi di dalam urine atau darah dan akibat dari dehidrasi.
Batu kalsium terdiri dari dua tipe yang berbeda, yaitu:
 Whewellite (monohidrat) yaitu , batu berbentuk padat, warna cokat/ hitam
dengan konsentrasi asam oksalat yang tinggi pada air kemih.
 Kombinasi kalsium dan magnesium menjadi weddllite (dehidrat) yaitu batu
berwarna kuning, mudah hancur daripada whewellite.
 Batu Asam Urat

 Lebih kurang 5-10% penderita BSK dengan komposisi asam urat.


Pasien biasanya berusia > 60 tahun. Batu asam urat dibentuk hanya
oleh asam urat. Kegemukan, peminum alkohol, dan diet tinggi
protein mempunyai peluang lebih besar menderita penyakit BSK,
karena keadaan tersebut dapat meningkatkan ekskresi asam urat
sehingga pH air kemih menjadi rendah. Batu asam urat ini adalah
tipe batu yang dapat dipecah dengan obat-obatan. Sebanyak 90%
akan berhasil dengan terapi kemolisis.
Batu Struvit
 Batu struvit disebut juga batu infeksi, karena terbentuknya batu ini
disebabkan oleh adanya infeksi saluran kemih. Kuman penyebab
infeksi ini adalah golongan kuman pemecah urea. di antaranya
adalah : Proteus spp, Klebsiella, Serratia, Enterobakter,
Pseudomonas, dan Staphiloccocus.
 Batu struvit lebih sering terjadi pada wanita daripada laki-laki.
Infeksi saluran kemih terjadi karena tingginya konsentrasi
ammonium dan pH air kemih >7. Pada batu struvit volume air
kemih yang banyak sangat penting untuk membilas bakteri dan
menurunkan supersaturasi dari fosfat
 Batu Sistin
 Batu Sistin terjadi pada saat kehamilan, disebabkan karena
gangguan ginjal. Merupakan batu yang paling jarang dijumpai
dengan frekuensi kejadian 1-2%.
 Selain karena urine yang sangat jenuh, pembentukan batu
dapat juga terjadi pada individu yang memiliki riwayat batu
sebelumnya atau pada individu yang statis karena imobilitas.
Pemeriksaan Penunjang
 Pemeriksaan Fisik
 Inspeksi : Terlihat pembesaran pada daerah pinggang
atau abdomen sebelah atas. Pembesaran ini mungkin
karena hidronefrosis
 Palpasi : Ditemukan nyeri tekan pada abdomen
sebelah atas. Bisa kiri, kanan atau dikedua belah daerah
pinggang.
 Perkusi : Ditemukan nyeri ketok pada sudut
kostovertebra yaitu sudut yang dibentuk oleh kosta
terakhir dengan tulang vertebra.
Pemeriksaan Diagnostik
1. Air kemih
Mikroskopis endapan: sedimen urin yang menunjukkkan adanya
leukosituria, hematuria, kristal-kristal pembentuk batu.
Makroskopis: didapatkan gross hematuri
Biakan: menunjukkan adanya pertumbuhan kuman pemecah urea.
2. Faal Ginjal
Pemeriksaan ureum dan kreatinin adalah untuk melihat fungsi ginjal
baik atau tidak. Pemeriksaan elektrolit untuk memeriksa factor
penyebab timbulnya batu antara lain kadar kalsium, oksalat, fosfat
maupun urat di dalam urin.
3. Radiologis
Foto BNO-IVP (Blass Nier Overzicht intravenous pyelography) untuk
melihat lokasi batu, besarnya batu, apakah terjadi bendungan atau
tidak.
4. Foto polos perut (90% batu kemih radioopak)
5. Foto pielogram intravena (adanya efek obstruksi)
6. Ultrasonografi ginjal (Hidronefrosis)
Foto Kontras Khusus
Retrograd dan perkerutan
7. Analisis biokimia batu
Pemeriksaan kelainan metabolik
8. Pemeriksaan kimiawi
Ditemukan pH urin lebih dari 7,6 menunjukkan adanya pertumbuhan
kuman pemecah urea dan kemungkinan terbentuk batu fosfat. Bisa juga
pH urin lebih asam dan kemungkinan terbentuk batu asam urat.
9. Pemeriksaan darah lengkap
Dapat ditemukan kadar hemoglobin yang menurun akibat terjadinya
hematuria. Bisa juga didapatkat jumlah lekosit yang meningkat akibat
proses peradangan di ureter.
Penatalaksanaan
1. Medikamentosa
Ditujukan untuk batu yang ukurannya < 5 mm, karena batu diharapkan
dapat keluar spontan. Terapi yang diberikan bertujuan mengurangi nyeri,
memperlancar aliran urine dengan pemberian diuretikum, dan minum
banyak supaya dapat mendorong batu keluar.
2. ESWL (Extracorporeal Shockwave Lithotripsi)
Alat ESWL adalah pemecah batu yang diperkenalkan pertama kali oleh
Caussy pada tahun 1980. Alat ini dapat memecah batu ginjal, batu ureter
proksimal, atau batu buli-buli tanpa melalui tindakan invasif atau
pembiusan. Batu dipecah menjadi fragmen-fragmen kecil dengan
menggunakan gelombang kejut sehingga mudah dikeluarkan melalui
saluran kemih.
3 teknik untuk membangkitkan gelombang kejut
1. Energi elektrohidrolik. Teknik ini paling sering digunakan untuk
membangkitkan gelombang kejut. Pengisian arus listrik voltase tinggi
terjadi melintasi sebuah elektroda spark-gap yang terletak dalam
kontainer berisi air. Pengisian ini menghasilkan gelembung uap, yang
membesar dan kemudian pecah, membangkitkan gelombang energi
bertekanan tinggi.
2. Energi pizoelektrik. Pada teknik ini, ratusan sampai ribuan keramik
atau kristal pizo dirangsang dengan denyut listrik energi tinggi. Ini
menyebabkan vibrasi atau perpindahan cepat dari kristal sehingga
menghasilkan gelombang kejut.
3. Energi elektromagnetik. Aliran listrik di alirkan ke koil elektromagnet
pada silinder berisi air. Lapangan magnetik menyebabkan membran
metalik di dekatnya bergetar sehingga menyebabkan pergerakan
cepat dari membran yang menghasilkan gelombang kejut.
Persiapan sebelum ESWL:

1. harus melalui serangkaian pemeriksaan laboratorium


baik darah maupun urin untuk melihat fungsi ginjal,
jenis batu, dan kesiapan fisik pasien
2. Pemeriksaan yang paling penting adalah rontgen atau
USG untuk menentukan lokasi batu dan kemungkinan
jenisnya.
3. meminum antibiotik untuk mencegah infeksi dan puasa
minimal 4 jam sebelumnya.
4. hidrasi yang baik untuk memperlancar keluarnya batu
yaitu minimal 2 liter air sehari.
Endourologi
 Tindakan Endourologi adalah tindakan invasif minimal untuk
mengeluarkan batu saluran kemih yang terdiri atas memecah batu,
dan kemudian mengeluarkannya dari saluran kemih melalui alat yang
dimasukkan langsung ke dalam saluran kemih. Alat itu dimasukkan
melalui uretra atau melalui insisi kecil pada kulit (perkutan). Proses
pemecahan batu dapat dilakukan secara mekanik, dengan memakai
energi hidraulik, energi gelombang suara, atau dengan energi laser.
Tindakan endourologi antara lain:
 PNL (Percutaneous Nephro Litholapaxy) : mengeluarkan batu yang
berada di saluran ginjal dengan cara memasukkan alat endoskopi ke
sistem kaliks melalui insisi kulit. Batu kemudian dikeluarkan atau dipecah
terlebih dahulu.
 Litotripsi : memecah batu buli-buli atau batu uretra dengan memasukkan
alat pemecah batu (litotriptor) ke dalam buli-buli. Pecahan batu
dikeluarkan dengan evakuator Ellik.
 Ureteroskopi atau uretero-renoskopi : memasukkan alat ureteroskopi per
uretram guna melihat keadaan ureter atau sistem pielokaliks ginjal.
Dengan memakai energi tertentu, batu yang berada di dalam ureter
maupun sistem pelvikalises dapat dipecah melalui tuntunan ureteroskopi
atau uretero-renoskopi ini.
 Ekstraksi Dormia : mengeluarkan batu ureter dengan menjaringnya
dengan keranjang Dormia.
Komplikasi
 Obstruksi urine. Obstruksi diatas kandung kemih dapat menyebabkan
hidroureter, yaitu ureter membengkak oleh urine. Hidoureter yang tidak
diatasi, atau obstruksi pada atau atas tempat ureter keluar dari ginjal
dapat menyebabkan hidronefrosis yaitu pembengkakan pelvis ginjal dan
sistem duktus pengumpul.
 Obstruksi menyebabkan peningkatan tekanan hidrostatistik intersium
dan dapat menyebabkan penurunan GFR. Obstruksi yang tidak diatasi
dapat menyebabkan kolapsnya nefron dan kapiler sehingga terjadi
iskemia nefron karena suplai darah terganggu. Akhirnya dapat terjadi
gagal ginjal jika kedua ginjal terserang.
 Komplikasi batu saluran kemih biasanya obstruksi, infeksi sekunder, dan
iritasi yang berkepanjangan pada urothelium yang dapat menyebabkan
tumbuhnya keganasan yang sering berupa karsinoma epidermoid.
ASUHAN KEPERAWATAN
a. Pengkajian
 Pengkajian keperawatan pada ureterolithiasis tergantung pada ukuran,
lokasi, dan etiologi kalkulus (Doenges, 1999 Hal 672).
1) Aktivitas / istirahat
 Gejala : pekerjaan monoton, pekerjaan di mana klien terpajan pada
lingkungan bersuhu tinggi, keterbatasan aktivitas / mobilitas sehubungan
kondisi sebelumnya.
2) Sirkulasi
 Tanda : peningkatan TD / nadi, (nyeri, obstruksi oleh kalkulus) kulit
hangat dan kemerahan, pucat.
3) Eliminasi
 Gejala : riwayat adanya ISK kronis, penurunan haluaran urine, distensi
vesica urinaria, rasa terbakar, dorongan berkemih, diare.
 Tanda : oliguria, hematuria, piuruia, perubahan pola berkemih

4) Makanan / cairan
 Gejala : mual / muntah, nyeri tekan abdomen, diet tinggi purin, kalsium
oksalat / fosfat, ketidakcukupan intake cairan
 Tanda : Distensi abdominal, penurunan / tidak ada bising usus , muntah
5. Nyeri / kenyamanan
 Gejala : episode akut nyeri berat, lokasi tergantung pada lokasi batu,
nyeri dapat digambarkan sebagai akut, hebat, tidak hilang dengan
perubahan posisi atau tindakan lain
 Tanda : melindungi, prilaku distraksi, nyeri tekan pada area abdomen

6. Keamanan
 Gejala : pengguna alkohol, demam, menggigil

7. Penyuluhan dan Pembelajaran


 Gejala : riwayat kalkulus dalam keluarga, penyakit ginjal, ISK,
paratiroidisme, hipertensi, pengguna antibiotik, antihipertensi, natrium
bikarbonat, allopurinol, fosfat, tiazid, pemasukan berlebihan kalsium
dan vitamin
8. Pemeriksaan diagnostik
 Urinalisis, urine 24 jam, kultur urine, survey biokimia, foto Rontgen,
IVP, sistoureteroskopi, scan CT, USG
Masalah Keperawatan
1. Nyeri akut
2. Gangguan Eliminasi Urin
3. Defisit pengetahuan
4. Ansietas
Nyeri (akut) berhubungan dengan agen cedera
biologis

DEFINISI
Pengalaman sensori dan emosional tidak menyenangkan yang
muncul akibat kerusakan jaringan aktual atau potensial atau yg
digambarkan sebagai kerusakan
TUJUAN
rencana yang dapat dilakukan adalah mencegah agar dalam
waktu 1x24 jam nyeri dapat berkurang/hilang atau teradaptasi
Batasan karakteristik

1. Bukti nyeri dg menggunakan standar daftar periksa nyeri


utk pasienyg tidak dpt mengungkapkannyai
2. Mengekspresikan perilaku
3. Ekspresi wajah nyeri
4. Perilaku distraksi
5. Dll (NANDA, 2015)
NOC (Nursing Outcome Clasification)

1. Kontrol Nyeri (hal 247)


Definisi: tindakan pribadi untuk mengontrol nyeri
Indikator
1. Mengenali kapan nyeri terjadi (4-5)
2. Menggambarkan faktor penyebab (4-5)
3. Menggunakan tindakan pengurangan nyeri tanpa
analgesik (4-5)
4. Melaporkan nyeri yang terkonrol (4-5)
NOC (Nursing Outcome Clasification)

2. Tingkat Nyeri (hal 577)


Definisi: Keparahan dari nyeri yg diamati atau dilaporkan
Indikator
1. Nyeri yng dilaporkan (4-5)
2. Megerang dan menangis (4-5)
3. Ekspresi nyeri wajah (4-5)
4. Tidak bisa beristirahat (4-5)
5. kehilangan nafsu makan (4-5)
NIC (Nursing Intervention
Clasification)
1. Manajemen nyeri (hal 198)
Aktivitas
1. Lakukan pengkajian nyeri komprehensif yg meliputi lokasi,
karakteristik, onset/durasi, frekuensi, kualitas atau beratnya
nyeri
2. Gali bersama pasien faktor2 yg dapat menurunkan nyeri
3. Pilih dan implementasikan tindakan yang beragam
(farmakologi, nonfarmakologi) untuk memfasilitasi
penurunan nyeri sesuai kebutuhan
4. Ajarkan prinsip2 manajemen nyeri
5. Ajarkan penggunaan teknik nonfarmakologi
6. Evaluasi keefektifan dari tindakan pengontrol nyeri yg
dipakai
7. Dukung istirahat/tidur yg adekuat untuk membantu
menurunkan nyeri.
NIC (Nursing Intervention
Clasification)
2. Pemberian analgesik (hal 247)
Aktivitas
1. Cek perintah pengobatan meliputi obat, dosis, dan frekuens
obat analgesik yg diresepkan
2. Cek adanya riwayat alergi
3. Pilih rute intravena drpada rute IM untuk injeksi pengobatan
nyeri
4. Monitor tanda vital sebeelum dan sesudah memberikan
analgesik
5. Evaluasi kefektifan analgesik dg interval ysikan respon
terhada analgg teratur
6. Dokumentasikan respon terhadap analgesik
NIC (Nursing Intervention
Clasification)
2. Manajemen sedasi(hal 207)
Aktivitas
1. ................
Rencana Asuhan Keperawatan
1. Nyeri Akut
2. Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan
selama 1x24 jam skala nyeri pasien menurun
3. KH :
1) Nadi 60-100x/menit

2) RR 16-20 x/menit

3) skala nyeri 1-3

4) pasien tampak rileks

5) keluhan pasien tentang nyeri menurun.


INTERVENSI RASIONALISASI
Catat lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi, Membantu mengevaluasi tempat obstruksi dan
kualitas, skala nyeri (0-10), penyebaran dan kemajuan gerakan kalkulus. Nyeri panggul
faktor presipitasi. Perhatikan tanda non verbal, sering menyebar ke punggung, lipat paha,
contoh peninggian TD dan nadi, gelisah, genitalia sehubungan dengan proksimitas
merintih saraf pleksus dan pembuluh darah yang
menyuplai area lain. Nyeri tiba-tiba dan hebat
dapat mencetuskan ketakutan, gelisah
Jelaskan penyebab nyeri dan pentingnya Memberikan kesempatan untuk pemberian
melaporkan ke staf terhadap perubahan analgesik sesuai waktu dan mewaspadakan
karakteristik nyeri staf akan kemungkinan lewatnya batu/terjadi
komplikasi
Bantu atau dorong penggunaan napas Mengarahkan kembali perhatian dan
berfokus, bimbingan imajinasi, dan aktivitas membantu dalam relaksasi otot
terapeutik
Tingkatkan istirahat Mengurangi kuantitas nyeri yang dirasakan
Kolaborasi: Biasanya diberikan selama periode akut untuk
-berikan obat sesuai indikasi: menurunkan kolik uretral dan meningkatkan
Narkotik, contoh meperidin (Demerol), morfin relaksasi otot/mental
Antispasmodik, contoh flavoksat (Uripas); Menurunkan reflek spasme dapat menurunkan
oksibutin (Ditropan) Kortikosteroid kolik dan nyeri
Mungkin digunakan untuk menurunkan edema
Gangguan Eliminasi urine

 Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan


selama 1x24 jam gangguan eliminasi pasien dapat teratasi

 KH :
1. Tidak mengalami tanda obstruksi
2. Jumlah dan konsistensi urin normal
3. Tidak ada peningkatan kalsium pada urin
INTERVENSI RASIONALISASI

Awasi pemasukan dan pengeluaran serta Memberikan informasi tentang fungsi ginjal dan
karakteristik urin adanya komplikasi
Dorong meningkatkan pemasukan cairan Peningkatan hidrasi membilas bakteri, darah,
dan debris serta dapat membantu lewatnya batu
Periksa semua urin. Catat adanya keluaran batu Penemuan batu memungkinkan identifikasi tipe
dan kirim ke laboratorium untuk dianalisa batu dan mempengaruhi pilihan terapi
Selidiki kandung kemih penuh: palpasi untuk Retensi urin dapat terjadi, menyebabkan distensi
distensi suprapubik. Perhatikan penurunan jaringan (kandung kemih/ginjal) dan potensial
keluaran urin, adanya edema risiko infeksi, gagal ginjal
periorbital/tergantung
Observasi perubahan status mental, perilaku Akumulasi sisa uremik dan ketidakseimbangan
atau tingkat kesadaran elektrolit dapat menjadi toksik pada SSP
Kolaborasi: -peningkatan BUN, elektrolit, kreatinin
- Awasi pemeriksaan laboratorium, contoh mengindikasikan disfungsi ginjal
elektrolit, BUN, kretinin -menentukan adanya ISK, penyebab/gejala
- Ambil urine untuk kultur dan sensitivitas komplikasi
- Pielolitotomi terbuka atau perkutaneus, -pembedahan untuk membuang batu yang
nefrolitotomi, ureterolitotomi terlalu besar untuk melewati ureter
- ESWL -prosedur non invasif dimana batu ginjal
Defisit Pengetahuan

 Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan


selama 1x24 jam pasien memahami penyakitnya.
 KH :
1. Pasien mampu mengenali tanda dan gejala penyakit dan
faktor penyebabnya
2. Pasien mampu mengetahui faktor resiko dan yang
memperberat penyakitnya
3. Pasien mampu mengetahui tindakan pencegahan
terhadap kondisi buruk penyakitnya
Intervensi Rasional
Berikan penilaian tentang tingkat pengetahuan Untuk mengetahui seberapa besar tingkat
pasien tentang proses penyakit yang spesifik pemahaman pasien akan kondisi yang dialami

Jelaskan patofisiologi dari penyakit dan Pasien mengetahui proses bagaimana


bagaiman hal ini berhubungan dengan anatomi penyakitnya bisa dialami dan menyerang organ
dan fisiologi vital (ginjal)nya
Gambarkan tanda dan gejala yang biasa Pasien dapat waspada akan tanda dan gejala
muncul pada penyakit yang bisa muncul saat kondisi serangan
penyakit
Identifikasi kemungkinan penyebab dengan Pasien tahu agen penyebab penyakit (aktivitas,
cara yang tepat konsumsi vit. D berlebih dan sedikit minum)

Diskusikan pilihan terapi Pasien bisa tahu tindakan dan aktivitas apa
yang harus dilakukan secara individu maupun
medis untuk memulihkan kondisinya
Diskusikan perubahan gaya hidup (tidak Perubahan gaya hidup dapat menurunkan
konsumsi vit D terlalu sering dan tidak minum resiko keparahan penyakit dan mempercepat
air terlalu sedikit) untuk mencegah komplikasi pemulihan kondisi
di masa yang akan datang dan atau proses
pengontrolan penyakit

Anda mungkin juga menyukai