Anda di halaman 1dari 19

LAPORAN PENDAHULUAN DAN ASKEP PADA Tn.

L DENGAN DIAGNOSA MEDIS


BATU URETER DI RUANG MAWAR RSAD. DR. R. ISMOYO

OLEH :
ILHAM BRYAN ELDOWARTDO

CI LAHAN CI INSTITUSI

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


UIVERSITAS MANDALA WALUYA
KENDARI
2021
LAPORAN PENDAHULUAN

A. DEFINISI
Ureterolithiasis adalah kalkulus atau batu di dalam ureter (Sue Hinchliff, 2005 Hal
451). Batu ureter pada umumnya berasal dari batu ginjal yang turun ke ureter. Batu ureter
mungkin dapat lewat sampai ke kandung kemih dan kemudian keluar bersama kemih. Batu
ureter juga bisa sampai ke kandung kemih dan kemudian berupa nidus menjadi batu kandung
yang besar. Batu juga tetap bisa tinggal di ureter sambil menyumbat dan menyebabkan
obstruksi kronik dengan hidroureter yang mungkin asimtomatik. Tidak jarang hematuria yang
didahului oleh serangan kolik (R. Sjamsuhidajat, 2005)

B. ANATOMI FISIOLOGI
Ureter adalah suatu saluran muskuler berbentuk silinder yang menghantarkan urin dari
ginjal menuju kandung kemih. Panjang ureter adalah sekitar 20-30 cm dengan diameter
maksimum sekitar 1,7 cm di dekat kandung kemih dan berjalan dari hilus ginjal menuju
kandung kemih. Ureter dibagi menjadi pars abdominalis, pelvis, dan intravesikalis.
Dindingnya terdiri atas mukosa yang dilapisi oleh sel-sel transisional, otot-otot polos sirkuler
dan longitudinal yang dapat melakukan gerakan peristaltik (berkontraksi) guna mengeluarkan
urine ke buli-buli. Secara anatomis terdapat beberapa tempat yang ukuran diameternya
relative lebih sempit daripada di tempat lain Sehingga  batu atau benda-benda lain yang
berasal dari ginjal seringkali tersangkut. Tempat-tempat  penyempitan itu antara lain adalah :
a. Pada perbatasan antara pelvis renalis dan ureter atau pelvi-ureter junction
b. Tempat ureter menyilang arteri iliaka di rongga pelvis
c. Pada saat ureter masuk ke buli-buli
Sistem perdarahan ureter bersifat segmental dan berasal dari pembuluh arteri ginjal,
gonad, dan buli-buli dengan hubungan kolateral kaya sehingaa umumnya perdarahan
tidak terancam pada tindak bedah ureter. Persyarafan ureter bersifat otonom .

C. ETIOLOGI
Berikut ini beberapa teori pembentukan batu ginjal:
a. Teori Pembentukan Inti Teori ini mengatakan bahwa pemebentukan batu berasal
dari kristal atau  benda asing yang berada dalam urin yang pekat. Teori ini ditentang
oleh beberapa argumen, dimana dikatakan bahwa batu tidak selalu terbentuk pada
pasien dengan hipereksresi atau mereka dengan resiko dehidrasi. Teori inti matrik
dimana  pembentukan batu saluran kemih membutuhkan adanya substansi organik
terutama muko protein A mukopolisakarida yang akan mempermudah kristalisasi
dan agregasi substansi pembentuk batu.
b. Teori Supersaturasi Peningkatan dan kejenuhan substansi pembentukan batu dalam
urin seperti sistin, xastin, asam urat, kalsium oksalat mempermudah terbentuknya
batu. Kejenuhan ini juga sangat dipengaruhi oelh pH dan kekuatan ion.
c. Teori Presipitasi-kristalisasi Perubahan pH urin akan mempengaruhi solubilitas
susbstansi dalam urin. Di dalam urin yang asam akan mengendap sistin, zastin, asam
urat, sedangkan didalam urin yang basa akan mengendap garam-garam fosfat.
d. Teori Berkurangnya Faktor Penghambat Tidak adanya atau berkurangnya substansi
penghambat pembentukan batu seperti fosfopeptida, pirofosfat, polifosfat, asam
mukopolisakarida dalam urin akan mempermudah pembentukan batu urin. Akan
tetapi teori ini tidaklah benar secara absolut, karena banyak orang yang kekurangan
zat penghambat tak pernah menderita  batu, dan sebaliknya mereka yang memiliki
faktor penghambat malah membentuk  batu.
e. Teori Lain Berkurangnya volume urin. Dimana kekurangan cairan akan
menyebabkan  peningkatan konsentrasi zat terlarut (misal kalsium, natrium, oksalat
dan protein) yang mana ini dapat menimbulkan pembentukan kristal urin.

Selain itu juga terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi pembentukan batu ureter,
yaitu:
a. Genetik Anggota keluarga penderita batu urin lebih banyak kemungkinan menderita
penyakit yang sama dibanding dengan keluarga bukan penderita batu urin. Lebih
kurang 30% sampai 40% penderita batu kalsium oksalat mempunyai riwayat famili
yang positif menderita batu.
b. Jenis Kelamin Pria lebih banyak menderita batu saluran kemih dibanding wanita (3-
4:1). Disebabkan oleh anatomis saluran kemih pada laki-laki lebih panjang
dibandingkan  perempuan, secara alamiah didalam air kemih laki-laki kadar kalsium
lebih tinggi dibanding perempuan. Dan pada air kemih perempuan kadar sitrat
(inhibitor) lebih tinggi, laki-laki memiliki hormon testosteron yang dapat
meningkatkan produksi oksalat endogen di hati, serta adanya hormon estrogen pada
perempuan mampu mencegah agregasi garam kalsium.
c. Pekerjaan Kejadian batu kemih lebih banyak terjadi pada orang-orang yang banyak
duduk dalam melakukan pekerjaannya.
d. Air Banyak minum air meningkatkan diuresis sehingga mencegah pembentukan batu.
Kurang minum dapat mengurangi diuresis, kadar substansi dalam urin meningkat,
mempermudah pembentukan batu.
e. Diet Konsumsi makanan tinggi protein yang akan meningkatkan resiko terjadinya
batu. Konsumsi makanan tinggi protein yang berlebihan dan garam atau antasida yang
mengandung kalsium, produk susu, makananan yang mengandung oksalat (misalnya
teh, kopi instan, coklat, kacang-kacang, bayam), vitamin C, atau vitamin D akan
meningkatkan pembentukan batu kalsium. Pemakaian vitamin D akan meningkatkan
absobsi kalsium diusus dan tubulus ginjal sehingga dapat menyebabkan hiperkalsemia
dan penumpukan kalsium di ginjal dan untuk konsumsi vitamin D ini harus digunakan
dengan perawatan. Makan makanan dan minuman yang mengandung purin yang
berlebihan (kerangkerangan, anggur) akan menyebabkan pembentukan batu asam urat
Makanan makanan yang banyak mengandung serat dan protein nabati mengurangi
resiko batu urin, sebaliknya makanan yang mengandung lemak dan protein hewani
akan meningkatkan resiko  batu urin.
f. Infeksi Hampir terbentuknya batu jenis struvit didahului oleh infeksi saluran kemih
yang disebabkan oleh bakteri pemecah urea, namun jenis batu lain tidak jelas apakah
batu sebagai penyebab infeksi atau infeksi sebagai penyebab batu.
g. Obat-obatan Penggunaan obat anti hipertensi (Dyazide) berhubungan dengan
peningkatan frekuensi batu urin, begitu juga penggunaan antasida yang mengandung
silica  berhubungan dengan perkembangan batu silica.

D. TANDA GEJALA
Gejala klinis yang dirasakan yaitu:
a. Nyeri Batu yang berada di ureter dapat menyebabkan nyeri yang luar biasa, akut dan
kolik. Nyeri ini dapat menjalar hingga ke perut bagian depan, perut sebelah bawah,
daerah inguinal, dan sampai ke kemaluan. Penderita sering ingin merasa berkemih,
namun hanya sedikit urine yang keluar, dan biasanya air kemih disertai dengan darah,
maka penderita tersebut mengalami kolik ureter
b. Hematuri Penderita sering mengeluh hematuria atau urin berwarna seperti teh.
Namun lebih kurang 10-15% penderita batu saluran kemih tidak menderita
hematuria.
c. Infeksi Biasanya dengan gejala-gejala menggigil, demam, nyeri pinggang, nausea
serta muntah dan disuria. Secara umum infeksi pada batu struvit (batu infeksi)
berhubungan dengan infeksi dari Proteus sp, Pseudomonas sp, Klebsiella sp, dan
jarang dengan E.colli.
d. Demam Hubungan batu urin dengan demam adalah merupakan kedaruratan medik
relatif. Tanda-tanda klinik sepsis adalah bervariasi termasuk demam, takikardi,
hipotensi dan vasodilatasi perifer. Demam akibat obstruksi saluran kemih
memerlukan dekompresi segera.
e. Mual dan Muntah Obstruksi saluran kemih bagian atas (ginjal dan ureter) seringkali
menyebabkan mual dan muntah

E. KLASIFIKASI
Berikut ini beberapa klasifikasi batu saluran kemih:
a. Batu Kalsium Kalsium adalah jenis batu yang paling banyak menyebabkan BSK
yaitu sekitar 70%-80% dari seluruh kasus BSK. Batu ini kadang-kadang di jumpai
dalam bentuk murni atau juga bisa dalam bentuk campuran, misalnya dengan batu
kalsium oksalat,  batu kalsium fosfat atau campuran dari kedua unsur tersebut.
Terbentuknya batu tersebut diperkirakan terkait dengan kadar kalsium yang tinggi di
dalam urine atau darah dan akibat dari dehidrasi. Batu kalsium terdiri dari dua tipe
yang berbeda, yaitu:
1) Whewellite (monohidrat) yaitu , batu berbentuk padat, warna cokat/ hitam dengan
konsentrasi asam oksalat yang tinggi pada air kemih.
2) Kombinasi kalsium dan magnesium menjadi weddllite (dehidrat) yaitu batu
berwarna kuning, mudah hancur daripada whewellite
b. Batu Asam Urat Lebih kurang 5-10% penderita BSK dengan komposisi asam urat.
Pasien  biasanya berusia > 60 tahun. Batu asam urat dibentuk hanya oleh asam urat.
Kegemukan, peminum alkohol, dan diet tinggi protein mempunyai peluang lebih
besar menderita penyakit BSK, karena
keadaan tersebut dapat meningkatkan ekskresi asam urat sehingga pH air kemih
menjadi rendah. Ukuran batu asam urat bervariasi mulai dari ukuran kecil sampai
ukuran besar sehingga membentuk staghorn (tanduk rusa). Batu asam urat ini adalah
tipe batu yang dapat dipecah dengan obat-obatan. Sebanyak 90% akan berhasil
dengan terapi kemolisis.
c. Batu Struvit Batu struvit disebut juga batu infeksi, karena terbentuknya batu ini
disebabkan oleh adanya infeksi saluran kemih. Kuman penyebab infeksi ini adalah
golongan kuman pemecah urea atau urea splitter yang dapat menghasilkan enzim
urease dan merubah urine menjadi bersuasana basa melalui hidrolisis urea menjadi
amoniak. Kuman yang termasuk pemecah urea di antaranya adalah : Proteus spp,
Klebsiella, Serratia, Enterobakter, Pseudomonas, dan Staphiloccocus. Ditemukan
sekitar 15-20% pada penderita BSK. Batu struvit lebih sering terjadi pada wanita
daripada laki-laki. Infeksi saluran kemih terjadi karena tingginya konsentrasi
ammonium dan pH air kemih >7. Pada  batu struvit volume air kemih yang banyak
sangat penting untuk membilas bakteri dan menurunkan supersaturasi dari fosfat.
d. Batu Sistin Batu Sistin terjadi pada saat kehamilan, disebabkan karena gangguan
ginjal. Merupakan batu yang paling jarang dijumpai dengan frekuensi kejadian 1-
2%. Reabsorbsi asam amino, sistin, arginin, lysin dan ornithine berkurang,
pembentukan  batu terjadi saat bayi. Disebabkan faktor keturunan dan pH urine yang
asam. Selain karena urine yang sangat jenuh, pembentukan batu dapat juga terjadi
pada individu yang memiliki riwayat batu sebelumnya atau pada individu yang statis
karena imobilitas. Memerlukan pengobatan seumur hidup, diet mungkin
menyebabkan  pembentukan batu, pengenceran air kemih yang rendah dan asupan
protein hewani yang tinggi menaikkan ekskresi sistin dalam air kemih.

F. PATOFISIOLOGI
Komposisi batu saluran kemih yang dapat ditemukan adalah dari jenis urat, asam urat,
oksalat, fosfat, sistin, dan xantin. Batu oksalat kalsium kebanyakan merupakan batu idiopatik.
Batu campuran oksalat kalsium dan fosfat biasanya juga idiopatik; di antaranya  berkaitan
dengan sindrom alkali atau kelebihan vitamin D. Batu fosfat dan kalsium (hidroksiapatit)
kadang disebabkan hiperkalsiuria (tanpa hiperkalsemia). Batu fosfat amonium magnesium
didapatkan pada infeksi kronik yang disebabkan bakteria yang menghasilkan urease sehingga
urin menjadi alkali karena pemecahan ureum. Batu asam urin disebabkan hiperuremia pada
artritis urika. Batu urat pada anak terbentuk karena pH urin rendah (R. Sjamsuhidajat, 1998
Hal. 1027). Pada kebanyakan penderita batu kemih tidak ditemukan penyebab yang jelas.
Faktor predisposisi berupa stasis, infeksi, dan  benda asing. Infeksi, stasis, dan litiasis
merupakan faktor yang saling memperkuat sehingga terbentuk lingkaran setan atau sirkulus
visiosus. Jaringan abnormal atau mati seperti pada nekrosis papila di ginjal dan benda asing
mudah menjadi nidus dan inti batu. Demikian pula telor sistosoma kadang berupa nidus batu
(R. Sjamsuhidajat, 1998 Hal. 1027).
G. PENATALAKSANAAN
a. Medikamentosa Ditujukan untuk batu yang ukurannya < 5 mm, karena batu
diharapkan dapat keluar spontan. Terapi yang diberikan bertujuan mengurangi nyeri,
memperlancar aliran urine dengan pemberian diuretikum, dan minum banyak supaya
dapat mendorong batu keluar.
b. ESWL (Extracorporeal Shockwave Lithotripsi) Alat ESWL adalah pemecah batu
yang diperkenalkan pertama kali oleh Caussy pada tahun 1980. Alat ini dapat
memecah batu ginjal, batu ureter proksimal, atau batu buli-buli tanpa melalui
tindakan invasif atau pembiusan. Batu dipecah menjadi fragmen-fragmen kecil
dengan menggunakan gelombang kejut sehingga mudah dikeluarkan melalui saluran
kemih. Terdapat 3 teknik yang digunakan untuk membangkitkan gelombang kejut,
yaitu elektrohidrolik, pizoelektrik dan energi elektromagnetik :
1) Energi elektrohidrolik. Teknik ini paling sering digunakan untuk membangkitkan
gelombang kejut. Pengisian arus listrik voltase tinggi terjadi melintasi sebuah
elektroda spark-gap yang terletak dalam kontainer berisi air. Pengisian ini
menghasilkan gelembung uap, yang membesar dan kemudian pecah, membangkitkan
gelombang energi bertekanan tinggi.
2) Energi pizoelektrik. Pada teknik ini, ratusan sampai ribuan keramik atau kristal  pizo
dirangsang dengan denyut listrik energi tinggi. Ini menyebabkan vibrasi atau
perpindahan cepat dari kristal sehingga menghasilkan gelombang kejut.
3) Energi elektromagnetik. Aliran listrik di alirkan ke koil elektromagnet pada silinder
berisi air. Lapangan magnetik menyebabkan membran metalik di dekatnya bergetar
sehingga menyebabkan pergerakan cepat dari membran yang menghasilkan
gelombang kejut.
Indikasi:
- Ukuran batu antara 1-3 cm atau 5-10 mm dengan gejala yang mengganggu
- Lokasi batu di ginjal atau ureter
- Tidak adanya obstruksi ginjal distal dari batu
- Kondisi kesehatan pasien memenuhi syarat
Kontraindikasi Absolut: Kontraindikasinya adalah infeksi saluran kemih akut,
gangguan perdarahan yang tidak terkoreksi, kehamilan, sepsis serta obstruksi batu
distal. Kontraindikasi Relatif:
- Status mental : Meliputi kemampuan untuk kerja sama dan mengerti prosedur
- Berat badan : >150 kg tidak memungkinkan gelombang kejut mencapai  batu,
karena jarak antara F1 dan F2 melebihi spesifikasi lothotriptor. Pada  penderita
seperti ini sebaiknya dilakukan simulasi lithotriptor terlebih dahulu
- Penderita dengan deformitas spinal atau orthopedik, ginjal ektopik dan atau
malformasi ginjal (meliputi ginjal tapal kuda) mungkin mengalami kesulitan
dalam pengaturan posisi yanng sesuai untuk ESWL. Selain itu, abnormalitas
drainase intrarenal dapat menghambat pengeluaran fragmen yang dihasilkan oleh
eSwl
- Masalah paru dan jantung yang sudah ada sebelumnya dan dapat diatasi dengan
anastesi
- Pasien dengan pacemaker (alat pacu jantung) aman diterapi dengan ESWL, tetapi
dengan perhatian dan pertimbangan khusus.
- Pasien dengan riwayat hipertensi, karena telah ditemukan peningkatan insidens
hematom perirenal pasca terapi.
- Pasien dengan gangguan gastrointestinal, karena dapat mengalami eksaserbasi
pasca terapi walaupun jarang terjadi
Persiapan sebelum ESWL:
- harus melalui serangkaian pemeriksaan laboratorium baik darah maupun urin
untuk melihat fungsi ginjal, jenis batu, dan kesiapan fisik pasien
- Pemeriksaan yang paling penting adalah rontgen atau USG untuk menentukan
lokasi batu dan kemungkinan jenisnya.
- meminum antibiotik untuk mencegah infeksi dan puasa minimal 4 jam
sebelumnya.
- hidrasi yang baik untuk memperlancar keluarnya batu yaitu minimal 2 liter air
sehari.
c. Endourologi Tindakan Endourologi adalah tindakan invasif minimal untuk
mengeluarkan  batu saluran kemih yang terdiri atas memecah batu, dan kemudian
mengeluarkannya dari saluran kemih melalui alat yang dimasukkan langsung ke
dalam saluran kemih. Alat itu dimasukkan melalui uretra atau melalui insisi kecil
pada kulit (perkutan). Proses pemecahan batu dapat dilakukan secara mekanik,
dengan memakai energi hidraulik, energi gelombang suara, atau dengan energi laser.
Beberapa tindakan endourologi antara lain:
1) PNL (Percutaneous Nephro Litholapaxy) : mengeluarkan batu yang berada di
saluran ginjal dengan cara memasukkan alat endoskopi ke sistem kaliks melalui
insisi kulit. Batu kemudian dikeluarkan atau dipecah terlebih dahulu.
2) Litotripsi : memecah batu buli-buli atau batu uretra dengan memasukkan alat
pemecah batu (litotriptor) ke dalam buli-buli. Pecahan batu dikeluarkan dengan
evakuator Ellik.
3) Ureteroskopi atau uretero-renoskopi : memasukkan alat ureteroskopi per
uretram guna melihat keadaan ureter atau sistem pielokaliks ginjal. Dengan
memakai energi tertentu, batu yang berada di dalam ureter maupun sistem
pelvikalises dapat dipecah melalui tuntunan ureteroskopi atau uretero-renoskopi
ini.
4) Ekstraksi Dormia : mengeluarkan batu ureter dengan menjaringnya dengan
keranjang Dormia.
d. Bedah Laparoskopi Pembedahan laparoskopi untuk mengambil batu saluran kemih
saat ini sedang  berkembang. Cara ini banyak dipakai untuk mengambil batu ureter.
 
H. KOMPLIKASI
a. Obstruksi urine dapat terjadi di sebelah hulu dari batu dibagian mana saja di saluran
kemih. Obstruksi diatas kandung kemih dapat menyebabkan hidroureter, yaitu ureter
membengkak oleh urine. Hidoureter yang tidak diatasi, atau obstruksi  pada atau atas
tempat ureter keluar dari ginjal dapat menyebabkan hidronefrosis yaitu
pembengkakan pelvis ginjal dan sistem duktus pengumpul. Hidronefrosis dapat
menyebabkan ginjal tidak dapat memekatkan urine sehingga terjadi
ketidakseimbangan elektrolit dan cairan.
b. Obstruksi menyebabkan peningkatan tekanan hidrostatistik intersium dan dapat
menyebabkan penurunan GFR. Obstruksi yang tidak diatasi dapat menyebabkan
kolapsnya nefron dan kapiler sehingga terjadi iskemia nefron karena suplai darah
terganggu. Akhirnya dapat terjadi gagal ginjal jika kedua ginjal terserang.
c. Komplikasi batu saluran kemih biasanya obstruksi, infeksi sekunder, dan iritasi yang
berkepanjangan pada urothelium yang dapat menyebabkan tumbuhnya keganasan
yang sering berupa karsinoma epidermoid.
d. Sebagai akibat obstruksi, khususnya di ginjal atau ureter, dapat terjadi hidronefrosis
dan kemudian berlanjut dengan atau tanpa pionefrosis yang berakhir dengan
kegagalan faal ginjal yang terkena. Bila terjadi pada kedua ginjal, akan timbul
uremia karena gagal ginjal total. Hal yang sama dapat juga terjadi akibat  batu
kandung kemih, lebih-lebih bila batu tersebut membesar sehingga juga mengganggu
aliran kemih dari kedua orifisium ureter. Khusus pada batu uretra, dapat terjadi
diverticulum uretra. Bila obstruksi berlangsung lama, dapat terjadi ekstravasasi
kemih dan terbentuklah fistula yang terletak proksimal dari batu ureter (Corwin,
2009).
DAFTAR PUSTAKA

Sjamsuhidajat, R. & Jong, Wim de. 2005. Buku Ajar Ilmu Bedah. Jakarta: EGC Susanne, C
Smelzer. 2002.
Keperawatan Medikal Bedah (Brunner &Suddart) , Edisi VIII, Volume 2, Jakarta, EGC, Pramod PR,
Barrieras DJ, Bagli DJ, et al. 2005.
Initial experience with endoscopic Holmium laser lithotripsy for pediatric urolithiasis. J Urol
162:1714-1716. Wehle MJ, Segura JW. In : Belman AB., Eds. 2002.
Clinical pediatric urology . Martin Dunitz.:1241. Basuki B. Purnomo. 2000.
Dasar-Dasar Urologi . Malang, Fakultas kedokteran Brawijaya Franzoni DF, Decter RM. 1999.
Percutaneous vesicolithotomy: an alternative to open bladder surgery in patients with an
impassable or surgically ablated urethra. J Urol;162:777-778. Doenges E. Marilynn. 2000
Rencana Asuhan keperawatan : Pedoman Untuk Perencanaan dan Pendokumentasian Perawatan
Pasien, Jakarta. EGC
Asuhan keperawatan pada Tn. L
dengan diagnosa medis batu ureter
di ruang mawar RSAD. DR. R. ISMOYO
Nama perawat : Ilham bryan eldowartdo
Tanggal pengkajian : 08/11/2021
Jam pengkajian : 16.32
A. Biodata
Pasien
Nama : Tn. La arisan salad
Umur : 46
Agama : islam
Pendidikan : SMA
Alamat : poleang
Suku : muna
Pekerjaan :
Tanggal masuk RS : 7/11/2021
Dx medis : batu ureter
Penanggung jawab
Nama : Ny. Agusaptani
Umur : 36
Agama : islam
Pendidikan : SMA
Alamat : poleang
Pekerjaan : IRT
Hubungan dengan klien : istri
B. Keluhan utama
Tn. L mengatakan nyeri pada pinggang kanan tembus belakang sejak 1 minggu terakhir.
Kencing berpasir, dan nyeri saat BAK
C. Riwayat kesehatan
1. Riwayat penyakit sekarang
Klien mengatakan nyeri pada pinggang kanan tembus belakang sejak 1 minggu
terakhir.
2. Riwayat penyakit dahulu
Klien mengatakan sebelumnya sudah pernah menjalani operasi batu ureter
3. Riwayat penyakit keluarga
Klien mengatakan dalam keluarganya tidak ada yang mempunyai riwayat penyakit
batu ureter
Genogram

Ket :
: Laki-laki
: perempuan
: Klien
: garis keluarga
---- : tinggal serumah

D. Basic promoting physiology of health


1. Tidur dan istirahat
a. Lama tidur : 2 jam
b. Kesulitan tidur : mudah/sering terbagun
2. Kenyamanan dan nyeri
a. Nyeri : palliative/propokatif : Tn. L mengatakan nyeri hilang timbul
b. Quality : nyeri ketika ditekan
c. Region : pada bagian pingang sebelah kanan
d. Scala :6
e. Time : nyeri yang dirasakan hilang timbul
3. Nutrisi
a. Frekuensi makan : 3x sehari
b. BB/TB : 82/180
c. BB dalam 1bln terakhir : berat badan klien normal, tidak ada penurunan BB
d. Jenis makanan : Tn. L mengatakan sering makan yang rendah garam dan tidak
memberikan makanan yang mengandung banyak minyak
e. Makanan yang disukai : sayuran dan buah-buahan
f. Nafsu makan : Tn. L mengatakan nafsu makan berkurang sejak
terakhir masuk rumah sakit
g. Diit RS : Tn. L mengatakan selalu menghabiskan makanannya ½ porsi
dari makanan yang di berikan.
4. Cairan, Elektrolit dan Asam basah
a. Frekuensi minum: Tn, L mengatakan sering menghabiskan 1 botol aqua besar
dalam sehari
b. Tugor kulit : normal

5. Oksigenasi
a. Sesak nafas : klien mengatakan tidak mengalami sesak
b. Batuk : klien tidak mngalami batuk
6. Eliminasi fekal/bowel
a. Frekuensi : klien BAB 1x sehari
b. Waktu : pagi hari
c. Warna : kuning pekat
7. Eliminasi urin
a. Frekuensi :klien BAK kurang lebih 5x sehari
b. Warna :kuning pekat
c. Penggunaan kateter : kateter terpasang
E. Pengkajian fisik
1. Keadaan umum klien
2. Vital sign
TD :140/80 mmHg
N : 80x/menit
P : 22 x/menit
S :36,4ºc
3. Sistem integument
a. Kulit : turgor kulit baik, pigmen kulit sawo matang
b. Jaringan :
c. Keadaan kuku : bersih
d. Keadaan rambut : bersih
F. Pemeriksaan penunjang
Jenis pemeriksaan : laboratorium
Hari/tanggal :

No Jenis pemeriksaan Hasil Nilai Satuan Metode


. rujukan
1. Glukosa darah 119 ˂140 Mg/dl Fotometrik

G. Terapi medis
 Ceftriaxone 1a/iv/12
 Inj. Ketorolac 1a/iv/8 jam
 Ranitidine 1a/iv/12 jam
 Farosemide 20mg 1x1
Analisa Data
Nama : Tn. L No. regis :
Umur : 46 thn Dx medis : batu ureter
Ruangan : mawar Alamat : poleang
No Data (subjektif dan ojektif) Etiologi Problem
.
1. Ds : Infeksi traktus urinaruis Nyeri akut
 Klien mengatakan nyeri
pada pinggang kanan Peningkatan mikro
tembus belakang sejak 1 organisme
minggu terakhir
 Klien mengatakan UROLITHIASIS
sering merasa nyeri saat
BAK Terbentuknya batu kecil
Do :
 Klien tampak meringis Trauma pada traktur
kesakitan urinarius
 Klien tampak gelisah
 P : klien Pengeluaran mediator nyeri
mengatakan nyeri hilang
timbul Respon nyeri
Q : nyeri ketika
ditekan Nyeri akut
R : pada bagian
pingang sebelah kanan
S :6
T : nyeri yang
dirasakan hilang timbul

2. Ds: Infeksi traktus urinaruis Gangguan eliminasi


 Klien mengatakan urin
kencingnya berpasir Peningkatan mikro
 Klien mengatakan nyeri organisme
saat BAK
 Klien mengatakan saat UROLITHIASIS
BAK sering tidak tuntas
Do: Terbentuknya batu yang
 TD :140/80 mmHg besar
N : 80x/menit
P : 22 x/menit Obstruksi saluran tengah
S :36,4ºc
Ouput urine menurun

Gangguan elimansi urine


Diagnosa Keperawatan
1. Nyeri akut berhubungan dengan agen pencedera fisiologis
2. Gangguan eliminasi urine berhubungan dengan situasi kandung kemih oleh batu, iritasi
ginjal atau uretral
Rencana Tindakan Keperawatan
Nama : Tn. L No. regis :
Umur : 46 thn Dx medis : batu ureter
Ruangan : mawar Alamat : poleang
No Diagnosa Keperawatan Noc Nic
.
1. Nyeri akut berhubungan Setelah dilakukan 1. Lakukan pengkajian
dengan agen pencedera tindakan keperawatan terhadap skala nyeri
fisiologis 3x24 jam diharapkan 2. Mengidentifikasi
nyeri akut dapat teratasi respon nyeri non-
dengan kriteria hasil : verbal
 Melaporkan nyeri 3. Ajarkan teknik non-
berkurang farmakologi untuk
 Mengontrol kapan mengurangi rasa
nyeri terjadi nyeri (relaksasi
nafas dalam)
4. Kolaborasi dengan
tim kesehatan lain
terkait pemberian
obat sesuai indikasi

2. Gangguan eliminasi urine Setelah dilakukan 1. identifikasi faktor


berhubungan dengan situasi tindakan keperawatan yang menyebabkan
kandung kemih oleh batu, 3x24 jam diharapkan retensi atau
iritasi ginjal atau uretral gangguan eliminasi urine inkontinensia urine
dapat teratasi dengan 2. monitor eliminasi
kriteria hasil : urine
 Sensasi berkemih 3. ajarkan tanda dan
meningkat (5) gejala infeksi
 Berkemih tidak saluran kemih
tuntas menurun 4. ajarkan mengenali
(5) tanda berkemihdan
waktu yang tepat
untuk berkemih
5. anjurkan minum
yang cukup, jika
tidak ada
kontraindikasi
6. Kolaborasi
pemberian obat
supositoria uretra,
jika perlu
Catatan Perkembangan
Nama : Tn. L No. regis :
Umur : 46 thn Dx medis : batu ureter
Ruangan : mawar Alamat : poleang

No Dx Tgl/jam Implementasi Evaluasi


. keperawatan
1 Nyeri akut 08/11/2021 1. Melakukan S:
berhubungan (16.38) pengkajian  klien mengatakan
dengan agen terhadap skala masih merasa nyeri
pencedera nyeri pingan sebelah kanan
fisiologis 2. Mengidentifikas  Klien mengatakan
i respon nyeri masih merasa nyeri
non-verbal saat BAK
3. Mengajarkan O:
teknik non-  Klien masih tampak
farmakologi meringis kesakitan
untuk  Klien masih tampak
mengurangi gelisah
rasa nyeri  Skala nyeri : 5
(relaksasi nafas A: masalah belum teratasi
dalam) P : intervensi dilanjutkan
4. Mengkolaborasi
kan dengan tim
kesehatan lain
terkait
pemberian obat
sesuai indikasi
2 1. mengidentifikas S:
i faktor yang  Klien mengatakan
menyebabkan kencingnya masih
retensi atau berpasir
 Klien mengatakan
inkontinensia
masih merasa nyeri
urine saat BAK
2. memonitor  Klien mengatakan saat
eliminasi urine BAK masih sering
3. mengajarkan tidak tuntas
tanda dan gejala O:
infeksi saluran  TD :140/80 mmHg
kemih N : 80x/menit
P : 22 x/menit
4. mengajarkan
S :36,4ºc
mengenali tanda A : masalah belum teratasi
berkemihdan P : lanjutkan intervensi
waktu yang
tepat untuk
berkemih
5. menganjurkan
minum yang
cukup, jika
tidak ada
kontraindikasi
6. mengkolaborasi
kan pemberian
obat supositoria
uretra, jika
perlu

Anda mungkin juga menyukai