Anda di halaman 1dari 33

MAKALAH

ASUHAN KEPERAWATAN KLIEN DENGAN BSK


Disusun Untuk Memenuhi Tugas : Metodologi

Disusun oleh :

Denny Wahyudi (1440121009)

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN RUSTIDA


KRIKILAN-GLENMORE- BANYUWANGI
2020-2023
KATA PENGANTAR

Dengan mengucap puji syukur kehadirat ALLAH SWT karena hanya


dengan rahmat, taufik dan hidayah-Nya, sehingga dapat menyelesaika Asuhan
Keperawatan ini dengan judul “ ASUHAN KEPERAWATAN DENGAN
PASIEN BATU SALURAN KEMIH ” dapat saya selesaikan dengan baik.
Penulis menyadari bahwa penyusunan ASKEP ini masih jauh dari
sempurna, untuk itu saran dan kritik demi perbaikan sangat penulis harapkan.Dan
semoga ASKEP ini bermanfaat khususnya bagi penulis dan pembaca serta
perkembangan ilmu keperawatan umumnya.
TINJAUAN PUSTAKA

A. KONSEP PENYAKIT UROLITHIASIS


1. Definisi
Urolitasi adalah terbentuknya batu (kalkulus) dimana saja
pada system penyalur urine, tetapi batu umumnya terbentuk ginjal.
Batu mungkin terbentuk tanpa menimbulkan gejala atau kerusakan
ginjal yang bermakna, hal ini terutama terjadi pada batu besar yang
tersangkut di pelvis ginjal. Makna klinis batu terletak pada
kapasitasnya menghambat aliran urine atau obstruksi aliran urine
atau menimbulkan trauma yang menyebabkan ulserasi dan
perdarahan pada kedua kasus ini terjadi peningkatan presdiposisi
infeksi bakteri (Wijaya & Putri, 2013, hal. 249).
Batu saluran kemih (urolithiasis) merupakan obstruksi
benda padat pada saluran kencing yang berbentuk karena faktor
presipitasi endapan dan senyawa tertentu. Batu tersebut bisa
berbentuk dari berbagai senyawa,misalnya kalsium oksalat(60%),
fosfat(30%), asam urat (5%), dan sistin (1%). Paradigma lampau
bahwa batu pada saluran kemih hanya berasal dari endapan mineral
pada air, sehinggga faktor presipitasi lainnya sering
dikesampingkan. Namun, saat ini sumber presipitasi dari batu lebih
sering asam urat dan infeksi yang menjadi komplikasi dari
penyakit, sehingga makna dari urolithiasis bukan hanya batu yang
bersifat mineral (Prabowo & Pranata, 2014, hal. 111)
2. Etiologi
Sebelum kita memahami lebih dalam tentang penyebab dan
faktor resiko dari urolithiasis, perlu kita pahami secra mendalam
proses pembentukan batu saluran kencing, karena hal ini menjadi
pedoman klinis dalam melaksanakan perawatan dan penyembuhan
klien. Berikut beberapa teori pembentukan batu salauran kencing.
a. Teori nukleasi
Berawal dari prinsip atom yang memiliki inti dari partikel,
maka pembentukan batu pun beasal dari inti batu yang
berbentuk kristal atau benda asing. Dengan adanya inti
inilah , aka lambat laun terjadi proses kristalisasi
dikarenakan adanya senyawa jenuh, sehingga pada urine
dengan kepekatan tinggi lebih beresiko untuk erbentuknya
batukarena mudah sekali untuk terjadinya kristalisasi.
b. Teori matriks batu
Sebuah matriks akan merangsang pembentukan batu,karena
memacu penempelan partikel lainnya pasa matriks rersebut.
Pada pembentukan urine seringkali terbentuk matriks yang
merupakan sekresi dari sel tubulus ginjal, misalnya protein,
globulin dan mukoprotein. Matriks ini akan berfungi
sebagai scaffold dan memacu kristalisasi pada urine dengan
kepekatan tinggi.
c. Teori inhibisi yang berkurang
Secara alamaiah sistem urinary kita telah menjaga
keseimbangannya, salah satunya adalah mencegah
terbentuknya endapan batu. Hal ini dilakukan dengan cara
menjaga sekresi beberapa senyawa yang mampu
menghambat kristalisasi mineral, misalnya magnesium,
sitrat, pirofosfat dan peptida. Dengan adanya penurunan
senyawa tersebut maka proses kristalisasi akan semakin
cepat dan mempercepat terbentuknya batu (reduce of
crystalize inhibitor).
Penyebab terjadinya batu pada saluran kemih utamanya ginjal
banyak sekali sumbernya antara lain
d. Peningkatan pH urine
Peningkatan pH urine merangsang kristalisasi pada
senyawa-senyawa tertentu, misalnya kalsium. Pada waktu
terjadinya peningkatan pH(basa),maka ion-ion karbonat
akan lebih mudah mengikat kalsium,sehingga lebih mudah
terjadinya ikatan antara kedua. Kondisi inilah yang memicu
terbentuknya batu kalsium bikarbonat.
e. Penurunan pH urine
Jika peningkatan urine bisa menyababkan pembentukan
batu maka penurunan pH pun menjadi prekursor
terbentuknya batu. pH yang rendah (asam) akan
memudahakan senyawa-senyawa yang bersifat asam untuk
mengendap misalnya senyawa asam urat. Dengan
pengendapan asam urat inilah terbentuk batu asam urat.
f. Kandungan matriks batu tinggi
Ginjal yang berfungi sebagi tempat filtrasi sangat beresiko
untuk terjadi endapan. Partikel- partikel dalam darah dan
urine memberikan beban kepada ginjal untuk melakukan
filtrasi. Dengan kondisi matriks urine maka proses
sedimentasi pada ginjal akan semakin cepat yang lambat
laun akan membentuk batu.
g. Kebiasan makan (lifestyle)
Secara tidak lasung disasdari pola hidup utamanya
konsumsi makanan memberikan kontribusi terhadap batu.
Sumber makanan yang mengandung tinggi purin, kolesterol
dan kalsium berpengaruh pada proses terbentuknya batu.
Hal ini dikarenakan senyawa- senyawa tersebut nantinya
akan dilakukan proses filtrasi pada ginjal karena sari-sari
makanan yang telah diserap oleh villi pada mukosa
intestinal akan berredar dalm sirkulasi yang pastinya akan
melewati ginjal. Dari sinilah senyawa prekursor akan
merangsang pembentukan batu.
h. Obat-obatan
Obat-obatan yang mempengaruhi filtrasi ginjal (glomerulus
filtration ratel GFR)maupun yang mempengaruhi
keseimbangan asam basa bisa menjadi prekursor
terbentuknya batu.
i. Stagnansi urine
Sesuai dengan prinsip cairan bahwa mobilitas cairan yang
rendah akan mempengaruhi tingkatan sedimentasi yang
tinggi. Oleh karena itu hambatan aliran urine yang
diakibatkan berbagai faktor (obstruksi, input inadekuat) bisa
meningkatkan resiko pembuatan batu.
j. Penyakit
Beberapa penyakit seringkali menjadi penyebab
terbentuknya batu. Infeksi saluran kemih sering kali
menjadi pemicu terbentuknya batu yang didebut dengan
batu struvit hali ini dibuktikan dengan temuan batu struvit
yang merupakan kombinasi dari magnesium, amonium dan
fosfat pada area-area yang terinfeksi pada saluran kemih.
Hiperkalsemia juga menjadi pemicu terbentuknya batu,
karena tingginya kadar kalsium darah. Kondisi asam urat
juga bisa menyebabkan terbentuknya batu asam urat seperti
yang dijelaskan diatas.
k. Obesitas
Kondisi berat badan berlebihan (obesity)meningkatkan
resiko terbentuknya batu ginjal sebagai dampak dari
peningkatan ekskresi kalsium, oksalat dan asam urat
sehingga mengadi bahan/ matriks pembentukan batu
(Prabowo & Pranata, 2014, hal. 112).
3. Manifestasi Klinis
Gambaran klinis pada pasien dengan urolithiasis tergantung
pada letak batu tingkat infeksi dan ada tidaknya obstruksi saluran
kemih. Hal ini dikarenakan kondisi penyulit tersebut
mengakibatkan menurunnya aliran urine ( urine flow) sehingga
menyebabkan resistensi meningkat dan iritabilitas meningkat.
Berikut ini beberapa gambaran klinis dari pasien urolithiasis.
a. Kolik ureter (nyeri pinggang)
Hal ini karenakan stagnansi batu pada saluran kemih sehingga
terjadi resistensi dan iritabilitas pada jaringan sekitar yang
menyebabkan nyeri hebat. Jika gesekan semakin kronis maka
akan menimbulkan inflamasi jaroingan yang akan
memperparah kondisi dan meningkatkan kualitas nyeri. Nyeri
pinggang biasanya timbul secara mendadak karena mengikuti
perhentian batu dalam sirkulasi urine. Nyeri menyebar menaji
ciri khas dari urolithiasis khususnya nefrolithiasis.
b. Hambatan miksi
Dikarenakan adanya obstruksi pada saluran kemih maka aliran
urine(urine flow) mengalami penurunan sehingga sulit sekali
untuk miksi secara spotan. Pada pasien nefrolithiasis, obstruksi
saluran kemih berada pada ginjal sehingga urine yang masuk
ke vesika urinaria mengalami penurunan. Sedangakan pada
klein uretrolithiasis , obstruksi urine berada pada saluran paling
akhir, sehingga power untuk mengeluarkan ada, namun
hambatan pada saluran memyebakan urine stagnansi.
c. Distensi vesika urinaria
Akumulasi urine yang tinggi melebihi kemampuan vesika
urinaria akan menyababkan vasodilitasi maksimal pada vesika.
Oleh karena itu, akan teraba bendungan (distentoin) pada
waktu dilakukan palpasi pada regio vesika.
d. Hematuria
Hematuria tidak selalu pada klien dengan urolithiasis. Namun
jika terjadi lesi pada saluran kemih utamanya ginjal , maka
seringkali terjadi hematuria yang masive. Hal ini dikarenkan
vaskuler pada ginjal sangat kaya dan memiliki sensitifitas yang
tinggi dan didukung jika karateristik batu yang tajam pada
sisinya.
e. Mual muntah
Kondisi ini merupakan efek samping dari kondisi
ketidaknyamanan pada pasien karena nyeri yang sangat hebat,
sehingga klien mengalami stetss tinggi dan memacu sekresi
HCL pada gaster (Prabowo & Pranata, 2014, hal. 114 -116)
4. Patofisiologi
Berbagai kondisi yang menjadi pemicu terjadinya batu saluran
kemih menjadi kompleksitas terjadinya urolithiasis. Komposisi batu
yang beragam menjadi factor utama bekal identifikasi penyebab
urolithiasis. Batu yang terbentuk dari ginjal (renal) dan berjalan
menuju ureter paling mungkin tersangkut pada satu dari tiga lokasi
berikut a) sambungan ureteropelvik b) titik ureter menyilang pembuluh
darah illiaka c) sampai dalam kondisi statis menjadikan modal awal
dari pengambilan keputusan untuk tindakan pengangkatan batu. Batu
yang masuk pada pelvis akan membentuk pola koligentes yang disebut
sebagai batu staghorn. Stagnansi batu pada saluran kemih
menimbulkan gambaran klinis yang berbeda-beda. Stagnansi batu yang
lama akan menyebabkan berbagai komplikasi misalnya
hidronephrosis, gagal ginjal, infeksi ginjal, ketidakseimbangan asam
basa bahkan mempengaruhi beban kerja jantung dalam memompa
darah ke sirkulasi (Prabowo & Pranata, 2014, hal. 116)
Pathway (Prabowo & Pranata, 2014, hal. 118)

Urolithiasis

Hambatan aliran Sumbatan Stagnansi urine


Ketidaktahuan
urine saluran kemih pada VU
menemukan
sumber
Peningkatan Kencing tidak informasi
tentang Regangan otot
Tekanan tuntas detrusor
prnyakit
meningkat

Batu mencederai Retensi urin


Sensitifitas meningkat
saluran kemih
Defisit pengetahuan
Nyeri saat berkemih
Nyeri pinggang

Nyeri akut
Kolonisasi bakteri
meningkat
Gangguan
mobilitas fisik
Resiko infeksi
5. Klasifikasi
Urolithiasis merupakan kumpulan batu saluran kemih, namun
secara rinci ada beberapa penyebutannya. Berikut ini adalah istilah
penyakit batu berdasarkan letak batu:
a) Nefrolithiasis (batu pada ginjal)
b) Ureterolithiasis (batu pada ureter)
c) Vesikolithiasis (batu pada vesika urinaria/batu buli)
d) Uretrolithiasis (batu pada uretra) (Prabowo & Pranata, 2014,
hal. 112)
5. Komplikasi
a) Kerusakan tubular dan iskemik partial.
b) Perdarahan,
c) Infeksi
d) Ekstravasasi urine.
e) Obstruksi; menyebabkan hidroneprosi
f) Ganguan funsi ginjal (Wijaya & Putri, 2013, hal. 253)
Kasus 9
Tn. IM, usia 31 tahun, laki-laki, WNI, pekerjaan TNI, pasien dari Poli Bedah
RS AL mengatakan sering merasakan nyeri di pinggang sebelah kanan sejak
akhir tahun 2019. Skala nyeri 5 (sedang) dari skala 10. Saat BAK sering terasa
nyeri dan BAK dirasa tidak tuntas, menetes di akhir BAK. Bulan Februari
2020 klien BAK darah hanya terjadi sekali dan terasa nyeri dengan skala 6.
Klien memiliki riwayat Asma sejak masih SD dan memiliki riwayat malaria.
Klien pernah dirawat karena malaria pada tahun 2016. Klien mengatakan
sebelumnya tidak memiliki riwayat sakit ginjal atau infeksi saluran kemih.
Keluarga juga tidak ada yang memiliki riwayat penyakit ginjal atau batu
saluran kemih. Klien bekerja sebagai TNI dengan pangkat Kapten. Klien
mengatakan sedikit bergerak dan akhir-akhir ini lebih sering duduk di meja
didalam ruangan ber-AC. Aktivitas/hobi yang disukai adalah membaca dan
menonton tv. Klien mengatakan keterbatasan karena nyeri di pinggang saat
melakukan aktivitas. Klien mengatakan tidak menggunakan alat bantu dalam
beraktivitas. Lama istirahat klien 6-8 jam/malam dan tidak pernah tidur siang.
Klien mengatakan terkadang mengalami insomnia karena nyeri yang
dirasakan atau karena rangsangan ingin pipis. Terkadang muncul rasa ingin
pipis namun tidak pernah tuntas dan menetes di akhir. Hari ini merupakan
post-op hari ke-1 setelah dilakukan URS Litotripsi. Klien merasakan sedikit
nyeri sakit area genital (testis). Kesadaran klien compos mentis. Respon
terhadap aktifitas yang terobservasi: berhati-hati saat bergerak karena takut
luka operasi berdarah/sakit. Hasil pengkajian neuromuskular massa/tonus otot
sebanding/tegap secara bilateral. Postur tubuh klien tegap dan rentang gerak
sempurna. Kekuatan otot 5 pada keempat ekstremitas. Klien mengatakan
terkadang jantung terasa berdebar. Klien mengatakan tidak memiliki riwayat
penyakit gula ataupun hipertensi. Klien mengatakan mulai jarang berolahraga
dan tidak suka minum air putih terlalu banyak. Terdapat perubahan frekuensi
berkemih yaitu menjadi lebih sering namun sedikit dan BAK terasa sakit.
Pemeriksaan tanda vital klien: TD berbaring 110/70 mmHg, frekuensi nadi
radialis 80 x/menit, kuat dan teratur. Hasil auskultasi paru tidak ada ronkhi.
Pada ekstremitas teraba hangat. Suhu tubuh 360C. Warna kulit klien sawo
matang, tidak pucat, pengisian kapiler: ± 2 detik. Kuku jari bersih dan normal.
Penyebaran rambut merata, rambut kasar sampai mata kaki, ada bulu pada ibu
jari. Warna wajah dan lengan kemerahan sehat, mukosa bibir berwarna pink,
punggung kuku melengkung baik, kongjungtiva tidak anemis dan sklera tidak
ikterik. Klien BAB lancar, tidak ada riwayat hemoroid dan konstipasi. Klien
mengatakan makanan kesukaan adalah ikan dan nugget. Klien mengatakan
gemar meminum teh dan minuman bersoda. Berat badan klien 68 kg dan
tinggi badan 166 cm. IMT 24,67 dalam batas normal. Postur tubuh tegap
berisi. Turgor kulit baik dan elastis. Penampilan lidah pink. Membran mukosa
pink utuh. Kondisi gigi dan gusi utuh dan baik, tidak ada perdarahan gusi.
Bising usus: aktif pada keempat kuadran. Tidak ada keluhan pernafasan, RR
18x/menit. Hasil Lab Leukosit 11.010 (meningkat), APTT Pasien 44,6 detik
(meningkat), SGPT 91 (meningkat). IVFD: RL 20 tpm, Ceftriaxon 1x2 gr
(IV), Lasix 1x1 ampul (IV), Profenid 3x1 Supp, Ciprofloxacin 1x500 mg
(PO), Neuralgin 1x500 mg (PO).
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN RUSTIDA
Program Studi DIII Keperawatan
Alamat : Jalan RSU. Bhakti Husada
Telp. (0333)821495, Fax: (0333)821193
KRIKILAN – GLENMORE – BANYUWANGI
FORMAT PENGKAJIAN ASUHAN KEPERAWATAN (Head to Toe)
MEDIKAL BEDAH (DEWASA)

Nama Mahasiswa : Denny Wahyudi Semester/Tingkat : Semester 3


NIM : 1440121009 Tempat Praktek : Rumah Sakit

Ruangan : Poli bedah No. Reg : 1440121009


Tgl Pengkajian : 1 Maret 2020 Jam : 06.45 WIB

I. IDENTITAS KLIEN
Nama (inisial) : Tn. Im Penanggung Jawab
Umur : 31 Tahun Nama : Tn. H
Jenis Kelamin : Laki - laki Umur : 50 Tahun
Suku Bangsa : WNI Jenis kelamin : Laki - laki
Agama : Islam Agama : Islam
Pekerjaan : TNI Pekerjaan : TNI
Pendidikan : Akmil Pendidikan : Akmil
Status Pernikahan : Menikah Alamat : Ds. Margomulyo
Alamat : Ds. Margomulyo No.Telepon : 081259568992
Tgl MRS : 1 Maret 2020
Diagnosa Medis : Batu Saluran Kemih

II. STATUS KESEHATAN SAAT INI


1. Keluhan utama :
a. Keluhan Utama saat MRS : Nyeri pinggang sebelah kanan
b. Keluhan Utama saat pengkajian : Saat BAK sering terasa nyeri dan
BAK dirasa
tidak tuntas, menetes diakhir
2. Riwayat Penyakit Sekarang (RPS) sesuai dengan P-Q-R-S-T:
Pasien dari poli bedah RS Al mengatakan sering merasakan nyeri
dipinggang sebelah kanan sejak akhir tahun 2019. Skala nyeri 5 (sedang)
dari skala 10. Saat BAK sering terjadi nyeri dan BAK dirasa tidak
tuntas, menetes di akhir BAK. Klien mengatakan Sedikit bergerak dan
akhir akhir ini lebih sering duduk dimeja didalam ruangan ber AC. Klien
mengatakan tidak pernah tidur siang dan istirahat 6-8 jam/ malam
terkadang mengalami insomnia karena nyeri yang dirasakan atau
rangsangan ingin pipis.

III. RIWAYAT KESEHATAN TERDAHULU


1. Riwayat penyakit sebelumnya :
a. Kecelakaan (jenis & waktu) : Klien mengatakan tidak pernah
mengalami kecelakaan
b. Operasi (jenis & waktu) : Klien mengatakan tidak pernah
mengalami operasi
c. Penyakit:
 Kronis : Klien memiliki asma sejak masih SD dan
memiliki Riwayat malaria
 Akut : Klien tidak pernah memiliki penyakit akut
d. Terakhir masuk RS : Klien mengatakan pernah dirawat pada
tahun 2016
e. Penggunaan KB : Klien mengatakan tidak menggunakan KB
2. Riwayat penyakit keluarga : Klien mengatakan tidak mempunyai
penyakit keturunan
3. Genogram :
Keterangan :
: Laki – laki : Menikah
: Perempuan : Keturunan
: Pasien : Tinggal serum
: Meninggal

4. Riwayat lingkungan.
Jenis Rumah Pekerjaan
 Kebersihan Kurang bersih Baik
 Bahaya kecelakaan Tidak Tidak
 Polusi Ada polusi Ada polusi
 Ventilasi Cukup Cukup
 Pencahayaan Baik Baik

5. Alat bantu yang digunakan


Klien mengatakan tidak menggunakan alat bantu seperti gigi palsu,
kacamata, pendengaran, dan lainnya.

IV. POLA KESEHATAN FUNGSIONAL – GORDON


1. Pola persepsi – Managemen kesehatan
No Jenis Sehat Sakit

1. Merokok Klien tidak pernah Klien tidak pernah


merokok merokok

2. Alkohol Klien tidak pernah Klien tidak pernah


mengonsumsi alkohol mengonsumsi alkohol

3. Konsumsi obat bebas/tanpa resep Klien tidak pernah Klien tidak pernah
mengkonsumsi obat mengkonsumsi obat
bebas bebas
4. Alergi (obat, makanan, plester, Klien tidak pernah Klien tidak pernah
cairan) mempunyai riwayat mempunyai riwayat
alergi alerg

5. Harapan dirawat di rumah sakit / Klien berharap Klien berharap agar


poli klinik agar cepat sembuh cepat sembuh

6. Pengetahuan tentang penyakit / Klien tidak Klien tidak


masalah kesehatan saat ini mengetahui mengetahui
(pengertian,penyebab,tanda gejala tentang tentang
cara perawatan) penyakitnya penyakitnya

7. Pengetahuan tentang pencegahan Klien tidak Klien tidak


penyakit/masalah kesehatan saat mengetahui tentang mengetahui
ini (cara-cara pencegahan) cara pencegahannya tentang cara
pencegahannya

8. Pengetahuan tentang keamanan / Klien tidak Klien tidak


keselamatan ( pencegahan mengetahui tentang mengetahui tentang
terhadap cedera/ kecelakaan) pencegahan nyeri pencegahan nyeri

2. Pola metabolisme – Nutrisi

No Jenis Sehat Sakit

1. Jenis diet khusus/suplemen Klien tidak Klien tidak


melakukan diet melakukan diet
apapun apapun

2. Diet/pantangan Klien tidak ada Klien tidak ada


diet pantangan diet pantangan

3. Instruksi diet saat ini (RS) Klien tidak ada Klien tidak ada
intruksi diet intruksi diet
apapun apapun

4. Jumlah porsi setiap kali makan

5. Nafsu makan Berkurang Berkurang


6. Fluktuasi berat badan 6 bulan Tidak turun Tidak turun
Terakhir
7. Kesulita menelan Pasien tidak Pasien tidak
kesulitan menelan kesulitan menelan

8. Menggunakan gigi palsu Pasien tidak Pasien tidak


mengunakan gigi mengunakan gigi
palsu palsu

9. Gigi ompong Gigi pasien baik dan Gigi pasien baik dan
tidak ompong tidak ompong

10. Jumlah cairan/minum 8 gelas 8 gelas

11. Riwayat masalah penyembuhan Tidak ada Tidak ada


Kulit

3. Pola eliminasi

No Jenis Sehat Sakit

1. Kebiasaan defekasi (BAB) 4x seminggu 4x seminggu

2. Pola BAB saat ini Dalam batas normal Dalam batas normal

3. Kolostomi Tidak terdapat Tidak ada kolostomi


kolostomi

4. Kebiasaan berkemih (BAK) 5x sehari 10x sehari

5. Warna urin Kuning Kuning

4. Pola aktifitas – Latihan


Kemampuan perawatan diri:
Skor: 0 = mandiri, 1 = alat bantu, 2 = dibantu orang lain, 3 = dibantu
orang lain dan peralatan, 4 = ketergantungan / tidak mampu
Jenis Di Rumah Di Rumah Sakit
Makan/ minum 0 3
Mandi 0 2
Berpakaian / dandan 0 2
Toileting 0 2
Mobilitas di tempat tidur 0 3
Berpindah 0 2
Berjalan 0 2
Naik tangga 0 2
Berbelanja 2 2
Memasak 3 3
Pemeliharaan rumah 3 3

Alat batun: Klien tidak menggunakan alat bantu seperti tongkat kursi
roda dan lain-lain.
5. Pola istirahat – tidur
Pola Tidur- Di Rumah Di Rumah Sakit
Istirahat
Tidur Siang Klien tidak pernah tidur Klien tidak pernah tidur
siang siang

Tidur Malam 6-8 Jam Klien terkadang mengalami


insomnia
Kebiasaan Membaca dan menonton tv Klien tidak melakukan
sebelum tidur apapun sebelum tidur

6. Pola kognitif – persepsi

No
Jenis Sehat Sakit
.

1. Keadaan mental Stabil Stabil

2. Berbicara Stabil Stabil

3. Kemampuan Klien bisa memahaminya Klien bisa memahaminya


memahami pertanyaan
yang diajukan

4. Pendengaran Normal Normal

5. Penglihatan Normal Normal

6. Nyeri Nyeri pada pinggang Nyeri pada pinggang sebelah


kanan dengan skala nyeri 5
(sedang) dan nyeri saat BAK

7. Nyeri berkurang dengan nyeri yang dirasakan hilang Nyeri yang dirasakan hilang
cara timbul akan bertambah jika timbul akan bertambah jika
dibuat bergerak sedikit dibuat bergerak sedikit
berkurang apbila di buat berkurang apbila di buat
istirahat. istirahat.
7. Pola aturan peran – hubungan dengan orang lain

No. Jenis Sehat Sakit

1. Peran saat ini yang dijalankan Klien berperan Klien berperan


sebagai TNI sebagai TNI
dengan pangkat dengan pangkat
kapten kapten
2. Perubahan peran selama sakit Tidak ada Tidak ada
perubahan peran perubahan peran

3. Sistem pendukung Klien mendapat Klien mendapat


dukungan dari dukungan dari
sistri dan juga istri dan
keluarganya keluarganya

4. Pola interaksi dengan orang lain Klien dapat Klien dapat


berinteraksi berinteraksi
dengan baik dengan baik

5. Menutup diri Klien tidak Klien tidak


menutup diri pada menutup diri pada
orang lain. orang lain.

8. Pola seksual – reproduksi

No. Jenis Sehat Sakit

1. Periode menstruasi terakhir - -


(PMT)

2. Pemeriksaan payudara / testis Bentuk testis Bentuk testis


sendiri normal

9. Pola koping-toleransi terhadap stress, pola persepsi diri-konsep diri


No. Jenis Sehat Sakit

1. Masalah utama berkaitan dengan Klien merasakan Klien merasakan


perawatan di rumah sakit atau nyeri pinggang nyeri pada pinggang
penyakit sebelah kanan. sebelah kanan dan
saat BAK
2. Ancaman perubahan tidak ada tidak ada ancaman
penampilan/kehilangan anggota ancaman perubahan
badan perubahan penampilan/
penampilan/ kehilangan anggota
kehilangan badan
anggota badan
3. Adakah penurunan harga diri tidak ada tidak ada
penurunan harga penurunan harga diri
diri dan ncaman dan ancaman
kematian pada kematian pada klien
klien
4. Ancaman kematian Tidak ada Tidak ada
ancaman kematian ancaman kematian
pada klien pada klien
5. Ancaman terhadap kesembuhan Klien mengatakan Klien mengatakan
penyakit tidak merasa merasa terancam
terancam
kesembuhan
Penyakitnya
6. Masalah biaya di rumah sakit Klien tidak Klien tidak
memiliki masalah memiliki masalah
biaya di rumah biaya di rumah sakit
sakit

7. Pola koping individu pola koping pola koping


individu terencana individu terencana

10. Pola nilai – kepercayaan

No. Jenis Sehat Sakit


1. Agama / kepercayaan yang dianut Klien taat dalam Klien
beribadah mengatakan
semenjak MRS
dia jarang ibadah
karena
kondisinya saat
ini
V. PEMERIKSAAN FISIK
1. Keadaan umum
a. Kesadaran : Compos Mentis
b. Tanda vital : Suhu : 35oC, Nadi : 80x/menit kuat dan teratur, TD
: 100/70mmHg berbaring, RR : 18x/menit
c. TB : 166cm
d. BB : 68kg

2. Head to Toe
  Kepala : Kepala normal dan bentuk simetris, kulit kepala bersih
tidak ada lesi, tidak ada tumor, rambut kasar dan merata
warna hitam, tidak ada nyeri tekan
Wajah simetris, warna kemerahan sehat, tidak ada luka,
tidak ada edema, tidak pucat

 Mata : Simetris, konjungtiva tidak anemis, sklera tidak iterik,


fungsi penglihatan baik

 Hidung : Bentuk simetris, tidak ada polip, jalan nafas efektif, tidak
ada keluhan atau kelainan pada hidung

 Mulut dan
tenggorokan : Mukosa bibir berwarna pink, penampilan lidah pink,
membran mukosa pink utuh, kondisi gigi dan gusi utuh dan
baik, tidak ada pendarahan gusi, tenggorokan tidak ada
nyeri tekan

 Telinga : Bentuk simetris, bersih, tidak menggunakan alat bantu


pendengaran

 Leher : Tidak ada nyeri tekan

Paru-paru
Inspeksi : Dada simetris kanan dan kiri, tidak ada benjolan,
tidak ada retraksi dinding dada

Palpasi : Fremitus kanan dan kiri sama

Perkusi : Tidak ditemukan adanya penumpukan sekret,


cairan / darah di daerah paru
Auskultasi : Suara nafas normal tanpa ada suara nafas
tambahan seperti ronchi

 Jantung

Inspeksi : Ictus cordis tidak tampak


Palpasi : Bentuk dan ukuran jantung normal
Perkusi : Redup
Auskultasi : Bunyi jantung normal (1,2)
a. Payudara dan ketiak
Inspeksi : Ketiak simetris, tidak ada odema atau kelainan lainnya

Palpasi : Tidak ada nyeri tekan, tidak ada luka dan benjolan

b. Abdomen
 Inspeksi : Simetris, warna kulit sawo matang, tidak ada
keluhan konstipasi dan hemoroid, BAB lancar

 Palpasi : Adanya nyeri tekan di pinggang sebelah kanan

 Perkusi : Timpani

 Auskultasi : Bising usus aktif pada ke empat kuadran 20x /menit

c. Genetalia:
Inspeksi : Tidak ada kelainan bentuk anatomi
Palpasi : Adanya nyeri tekan
d. Ekstremitas:
Inspeksi : Postur tubuh tegap dan rentan gerak sempurna
Palpasi : Kekuatan otot 5 pada keempat ekstremitas
e. Kulit dan kuku:
Inspeksi : Warna kulit sawo matang, tidak pucat, kuku jari
bersih dan normal, punggung kuku melengkung
baik
Palpasi : Pengisian kapiler <2 detik, Turgor kulit baik dan
elastis
VI. HASIL PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. Laboratorium
Leukosit : 11.010 ( meningkat )
APTT : 44,6 Detik ( meningkat )
SGPT : 91 ( meningkat )
VII. TERAPI PENGOBATAN
Infus RL 20 tpm
Ceftriaxon 1x2 gr (IV)
Lasix 1x1 ampul (IV)
Provenid 3x1 Supp
Ciprofloxacin 1x500 mg pemberian oral
Neuralgin 1x500 mg pemberian oral
VIII. ANALISIS DATA
Nama Klien (Inisial) : Tn. Im
Tgl Pengkajian : 1 Maret 2020

No Data Etiologi Masalah


Keperawatan
1. DS : Klien mengatakan Batu saluran kemih Nyeri Akut
nyeri dipinggang sebelah
kanan dan terasa nyeri Hambatan aliran urin
saat BAK
DO : Peningkatan tekanan

- Bersikap protektif
atau posisi Nyeri saat berkemih

menghindari nyeri Nyeri dipinggang

- Sulit tidur
Nyeri Akut
- Skala nyeri 5
- K/u lemah
- TD : 100/70
mmHg
- N : 80x/ menit
- RR : 18x/ menit
- S : 36o C
2. DS : Klien mengatakan Batu saluran kemih Retensi Urine

saat BAK sering terasa


Sumbatan saluran kemih
nyeri dan BAK dirasa
tidak tuntas, menetes
Kencing tidak tuntas
diakhir BAK
DO :
Retansi Urin
- Dysuria

3. Batu saluran kemih Gangguan pola


DS : Klien mengatakan tidur
mengalami insomnia
Hambatan aliran urine
karena nyeri yang
dirasakan dan adanya
Peningkatan tekanan
rangsangan ingin pipis
DO : - Adanya rangsangan ingin
pipis

Nyeri

Gangguan pola tidur

IX. DIAGNOSA PRIORITAS KEPERAWATAN


Tgl Muncul Diagnosa Keperawatan Tgl teratasi
Akhir tahun Nyeri akut b.d peningkatan frekuensi dorongan 3 Maret 2020
2019 gesekan pada saluran kemih ditandai dengan
DS : Klien mengatakan nyeri dipinggang
sebelah kanan dan terasa nyeri saat BAK
DO :
- Bersikap protektif ( posisi menghindari
nyeri )
- Sulit tidur
- Skala nyeri 5
- K/u lemah
- TD : 100/70 mmHg
- N : 80x/menit
- RR : 18x/menit
- S : 36oC

X. INTERVENSI KEPERAWATAN

Diagnosa Keperawatan Intervensi Rasional


Nyeri Akut yang 1. Observasi TTV (TD, 1. Untuk mengetahui
berhubungan dengan N, RR, S) keadaan umum klien
peningkatan frekuensi 2. Identifikasi lokasi 2. Mengidentifikasi lokasi
dorongan gesekan pada karakteristik dan skala karakteristik dan skala
saluran kemih dapat teratasi nyeri nyeri
setelah 3x24 jam klien 3. Berikan teknik non 3. Untuk memberikan
menunjukkan SLKI farmakologi untuk teknik relaksasi guna
1. Keluhan nyeri menurun mengurangi nyeri mengurangi nyeri
dari skala 5 menjadi 2 (4) 4. Jelaskan penyebab 4. Meningkatkan
2. Sikap protektif menurun nyeri pengetahuan klien dan
(5) 5. Kalaborasi keluarga
3. Kesulutan tidur menurun pemberian Profenid 3x1 5. Untuk mengurangi rasa
(5) Supp, Neuralgin 1x500 nyeri yang dirasakan
mg

Retensi Urine yang 1. Identifikasi faktor 1. Mengidentifikasi faktor


berhubungan dengan yang menyebabkan yang menyebabkan retensi
obstruksi saluran kemih retensi atau atau inkontinensia urine
dapat teratasi setelah 3x24 inkontinensia urine 2. Untuk mengetahui
jam klien menunjukka SLKI 2. Monitor intake dan intake dan output cairan
1. Sensasi berkemih output cairan 3. Untuk mempermudah
meningkat (5) 3. Sediakan privasi klien berkemih
2. Desakan berkemih untuk berkemih 4. Mempermudah
menurun (5) 4. Anjurkan pasien atau pemantauan output urine
3. Berkemih tidak tuntas keluarga mencatat 5. Untuk menyeimbangkan
menurun (5) output urine intake dan output cairan
4. Volume residu urine 5. Kalaborasi serta mengontrol cairan
menurun (5) pemberian Infus RL 20 berlebih pada ginjal
5. Urine menetes menurun tpm, Lasix 1x1 ampul
(5) intravena
6. Dysuria menurun (5)

Gangguan Pola Tidur 1. Identifikasi 1. Untuk mengetahui

yang berhubungan dengan pengganggu pola tidur pengganggu pola tidur

adanya nyeri dan 2. Lakukan prosedur 2. Untuk menciptakan

rangsangan ingin pipis dapat untuk meningkatkan kenyamanan tidur

teratasi setelah 3x24 jam kenyamanan 3. Menambah pengetahuan

klien menunjukkan SLKI 3. Jelaskan pentingnya klien

1. Keluhan sulit tidur tidur cukup selama


menurun (1) sakit
2. Keluhan sering terjaga
menurun (1)
3. Keluhan tidak puas tidur
menurun (1)
4. Keluhan pola tidur
berubah menurun (1)
5. Keluhan istirahat tidak
cukup menurun (1)

XI. IMPLEMENTASI KEPERAWATAN

Hari, Tgl No. Dx Jam Tindakan Keperawatan


Minggu , 1 1,2,3,4 07.00 Menjelaskan kepada klien tentang
Maret 2020 penyebab nyeri, tanda gejala infeksi, dan
tindakan yang akan dilakukan
R/ Klien mengatakan sudah memahami
yang telah dijelaskan oleh perawat
1,2,3,4 07.05
Mengukur TD dan Suhu, menghitung Nadi
dan Pernapasan
R/ TD : 100/70 mmHg N : 80x/ menit
S : 36oC RR : 18x/ menit
1,2,3,4 07.15
Melakukan pemasangan infus Rl 20 tpm
dan mengambil sampel darah untuk
pemeriksaan laboratorium
R/ Klien kooperatif dan tidak ada phlebitis
1,4 07.25 dan respon teratur
Menanyakan lokasi, karakteristik dan
skala nyeri yang dirasakan klien
R/ Klien mengatakan nyeri dipinggang
sebelah kanan dan nyeri sakit di area
1,4 07.30 genital (testis)
Memberikan Klien posisi Semi Fowler
R/ Klien mengatakan merasa lebih nyaman
1,2,3,4 08.00
dari sebelumnya
Melakukan pemberian obat Ceftriaxon 1x1
gr intravena, Lasix 1x1 ampul intravena,
Profenid 1x1 suppositoria, Ciprofloxasin
1x500 mg oral dan Neuralgin 1x500 oral
2 09.00
R/ Klien sedikit merasa sakit saat
diberikan obat injeksi intravena
Mengidentifikasi faktor yang
menyebabkan retensi urine
2 09.10
R/ Klien mengatakan BAK dirasa tidak

2 09.12 tuntas dan menetes di akhir


Menyediakan privasi untuk berkemih
R/ Klien kooperatif
Menganjurkan klien dan keluarga untuk
3 10.00 mencatat output urine
R/ keluarga menanyakan tujuan pencatatan
output urine
3 10.05 Memonitor tanda dan gejala infeksi
R/ Klien mengatakan saat BAK sering
terasa nyeri
Mengajarkan klien dan keluarga cara
3 10.10
memeriksa kondisi luka operasi
R/ Klien dan keluarga menerima anjuran
tersebut
Mengajarkan klien dan keluarga untuk
mencuci tangan guna mempertahankan
1 11.00 teknik aseptik pada pasien berisiko tinggi
infeksi
R/ Klien dan keluarga memahami dan
menjalankan anjuran dari perawat
Menanyakan kepada klien apakah nyeri
yang dirasakan sudah ada perubahan atau
4 11.10 belum
R/ Klien mengatakan masih merasakan
nyeri saat BAK dan nyeri saat melakukan
beberapa aktivitas
4 11.30
Memberi penjelasan tentang pentingnya
tidur cukup
2 12.30
R/ Klien memahami penjelasan yang
diberikan perawat
1,2,3,4 13.45
Menciptakan kenyamanan tidur
R/ Klien tampak nyaman
Memonitor intake dan output cairan klien
R/ Output urin 200cc
Melakukan pemeriksaan kondisi umum
1,2,3,4 14.00 klien
R/ Klien mengatakan sulit tidur karena ada
rangsangan ingin pipis, k/u lemah TD :
100/70 mmHg N : 80x/ menit
RR : 18x/ menit S : 36 C
Operan shift siang

XII. EVALUASI KEPERAWATAN

Hari, Tgl No. Dx Jam EVALUASI


Minggu, 1 1 14.00 S : Klien mengatakan masih merasakan
Maret 2020 nyeri dipinggang saat BAK dan saat
melakukan beberapa aktivitas
O : 1. Keluhan nyeri cukup menurun dari
skala 5 menjadi 2 (4)
2. Sikap protektif menurun (5)
3. Kesulutan tidur menurun (5)
4. TD : 100/70 mmHg
N : 80x/menit
RR : 18x/ menit
S : 36oC
A : Masalah belum teratasi
P : Intervensi 1-5 dipertahankan
2 14.00
S : Klien mengatakan BAK dirasa tidak
tuntas dan menetes di akhir BAK
O : 1. Sensasi berkemih meningkat (5)
2. Desakan berkemih menurun (5)
3. Berkemih tidak tuntas menurun (5)
4. Volume residu urine menurun (5)
5. Urine menetes menurun (5)
6. Dysuria menurun (5)
A : Masalah belum teratasi
3 14.00 P : intervensi 1-5 dipertahankan

S : Klien mengatakan nyeri sakit diarea


genital (testis)
O : 1. Nyeri cukup menurun (4)
2. Kadar sel darah putih menurun (5)
A : Masalah teratasi sebagai
4 14.00 P : Intervensi 1-6 dipertahankan
S : Klien mengatakan masih ada
keterbatasan melakukan mobilisasi karena
nyeri yang dirasakan
O : 1. Keluhan sulit tidur menurun (1)
2. Keluhan sering terjaga menurun (1)
3. Keluhan tidak puas tidur menurun (1)
4. Keluhan pola tidur berubah menurun (1)
5. Keluhan istirahat tidak cukup menurun
(1)
A : Masalah teratasi
P : Intervensi dihentikan

DAFTAR PUSTAKA

Prabowo, E., & Pranata, A. E. (2014). Asuhan Keperawatan Sistem Perkemihan .


Yogyakarta: Nuha Medika.

Suharyanto, T., & Majid, A. (2013). Asuhan Keperawatan Pada Klien Dengan
Gangguan Sistem Perkemihan. Jakarta: CV. TRANS INFO MEDIA.
Wijaya, A. S., & Putri, Y. M. (2013). Keperawatan Medikal Bedah. Yogyakarta:
Nuha Medika.

Anda mungkin juga menyukai