Anda di halaman 1dari 33

UROLITHIASIS

A. Definisi
Urolithiasis merupakan penyakit dimana didapatkan batu di dalam saluran
kemih. Batu dibentuk dalam pelviks ginjal, menetap dan menjadi lebih besar,
bergerak turun sepanjang ureter ke dalam kandung kemih dan kemudian keluar
bersama kemih. Batu juga bisa tetap tinggal di ureter sambil menyumbat dan
menyebabkan obstruksi kronik dengan hidroureter yang asimptomatik.

B. Epidemiologi
Penelitian Tarihoran YM pada tahun 2001-2002 di RSUP. H. Adam Malik Medan
terdapat 105 pasien urolitiasis dengan kelompok umur terbanyak 30-50 tahun
yaitu sebesar 46,6% dan jenis kelamin pria lebih banyak daripada wanita dengan
proporsi 64,8%.

C. Patofisiologi
Batu saluran kemih merupakan hasil dari beberapa gangguan metabolisme,
meskipun belum diketahui secara pasti mekanismenya. Namun beberapa teori
menyebutkan diantaranya teori inti matriks, teori supersaturasi, teori presipitasi-
kristalisasi, teori berkurangnya faktor penghambat. Setiap orang mensekresi
kristal lewat urine setiap waktu, namun hanya kurang dari 10 % yang membentuk
batu. Supersaturasi filtrat diduga sebagai faktor utama terbentuknya batu,
sedangkan faktor lain yang dapat membantu yaitu keasaman dan kebasaan batu,
stasis urine, konsentrasi urine, substansi lain dalam urine (seperti : pyrophospat,
sitrat dll).
Sedangkan materi batunya sendiri bisa terbentuk dari kalsium, phospat,
oksalat, asam urat, struvit dan kristal sistin. Batu kalsium banyak dijumpai, yaitu
kurang lebih 70-80 % dari seluruh batu saluran kemih, kandungan batu jenis ini
terdir atas kalsium oksalat, kalsium fosfat atau campuran dari kedua unsur itu.
Batu asam urat merupakan 5-10 % dari seluruh BSK yang merupakan hasil
metabolisme purine. Batu struvit disebut juga batu infeksi karena terbentuknya
batu ini disebabkan oleh adanya infeksi saluran kemih, kuman penyebab infeksi
ini adalah kuman golongan pemecah urea atau urea splitter, yang dapat
menghasilkan enzim urease dan merubah urine menjadi basa. Batu struvit
biasanya mengandung magnesium, amonium dan sulfat. Batu sistin masih sangat
jarang ditemui di Indonesia, berasal dari kristal sistin akibat adanya defek
tubular renal yang herediter
Apabila karena suatu sebab, partikel pembentuk batu meningkat maka
kondisi ini akan memudahkan terjadinya supersaturasi, sebagai contoh pada
seseorang yang mengalami immobilisasi yang lama maka akan terjadi
perpindahan kalsium dari tulang, akibatnya kadar kalsium serum akan
meningkat sehingga meningkat pula yang harus dikeluarkan melalui urine. Dari
sini apabila intake cairan tidak adekuat atau seseorang mengalami dehidrasi,
maka supersaturasi akan terjadi dan kemungkinan terjadinya batu kalsium sangat
besar. pH urine juga dapat membantu terjadinya batu atau sebaliknya, batu asam
urat dan sistin cenderung terbentuk pada suasana urine yang bersifat asam,
sedangkan batu struvit dan kalsium fosfat dapat terbentuk pada suasana urine
basa, adapun batu kalsium oksalat tidak dipengaruhi oleh pH urine.
Batu yang berada dan terbentuk di tubuli ginjal kemudian dapat berada di
kaliks, infundibulum, pelvis ginjal dan bahkan bisa mengisi pelvis serta seluruh
kaliks ginjal. Batu yang mengisi pielum dan lebih dari dua kaliks ginjal
memberikan gambaran menyerupai tanduk rusa sehingga disebut batu stoghorn.
Batu yang besar dan menyumbat saluran kemih akan menyebabkan obstruksi
sehingga menimbulkan hidronefrosis atau kaliektasis. Peningkatan tekanan
akibat obstruksi menyebabkan ischemia arteri renalis diantara korteks renalis dan
medulla dan terjadi pelebaran tubulus sehingga dapat menimbulkan kegagalan
ginjal. Obstruksi yang tidak teratasi akan menyebabkan urin stasis yang menjadi
predisposisi terjadinya infeksi sehingga menambah kerusakan ginjal yang ada.
Sebagian urin dapat mengalir kembali ke tubulus renalis masuk ke vena dan
tubulus getah bening yang bekerja sebagai mekanisme kompensasi guna
mencegah kerusakan ginjal. Ginjal yang tidak menderita mengambil alih
eliminasi produk sisa yang banyak. Karena obstruksi yang berkepanjangan, ginjal
yang tidak menderita membesar dan dapat berfungsi seefektif seperti kedua buah
ginjal seperti sebelum terjadi obstruksi. Obstruksi kedua belah ginjal berdampak
kepada kegagalan ginjal. Hidronefrosis bisa timbul tanpa gejala selama ginjal
berfungsi adekuat dan urin masih bisa mengalir. Adanya obstruksi dan infeksi
akan menimbulkan nyeri koliks, nyeri tumpul (dull pain), mual, muntah dan
perkembangan hidronefrosis yang berlangsung lamban dapat menimbulkan nyeri
ketok pada pinggang. Kadang-kadang dijumpai hematuri akibat kerusakan epitel.
Batu yang keluar dari pelvis ginjal dapat menyumbat ureter yang akan
menimbulkan rasa nyeri kolik pada pinggir abdomen, rasa nyeri bisa menjalar ke
daerah genetalia dan paha yang disebabkan oleh peningkatan aktivitas kegiatan
peristaltik dari otot polos pada ureter yang berusaha melepaskan obstruksi dan
mendorong urin untuk berlalu. Mual dan muntah seringkali menyertai obstruksi
ureter akut disebabkan oleh reaksi reflek terhadap nyeri dan biasanya dapat
diredakan setelah nyeri mereda. Ginjal yang berdilatasi besar dapat mendesak
lambung dan menyebabkan gejala gastrointestinal yang berkesinambungan. Bila
fungsi ginjal sangat terganggu, mual dan muntah merupakan ancaman gajala
uremia

Beberapa teori terbentuknya urolitiasis, yaitu :


1. Teori Supersaturasi/Kristalisasi
Urin mempunyai kemampuan melarutkan lebih banyak zat yang terlarut
bila dibandingkan dengan air biasa. Dengan adanya molekul zat organik
seperti urea, asam urat, sitrat dan mukoprotein, juga akan mempengaruhi
kelarutan zat-zat lain. Bila konsentrasi zat-zat yang relatif tidak larut
dalam urin (kalsium, oksalat, fosfat) makin meningkat, maka akan
terbentuk kristalisasi zat tersebut. Bila air kemih menjadi asam (pH turun)
maka beberapa zat seperti asam urat akan mengkristal. Sebaliknya bila air
kemih menjadi basa (pH naik) maka beberapa zat seperti kalsium fosfat
akan mengkristal. Dengan demikian, pembentukan batu pada saluran
kemih terjadi bila keadaan urin kurang dari atau melebihi batas pH normal
sesuai dengan jenis zat pembentuk batu dalam saluran kemih. Batasan pH
urin normal antara 4,5-8.
2. Teori Nukleasi adanya nidus
Nidus atau nukleus yang terbentuk, akan menjadi inti presipitasi yang
kemudian terjadi. Zat/keadaan yang dapat bersifat sebagai nidus adalah
ulserasi mukosa, gumpalan darah, tumpukan sel epitel, bahkan juga
bakteri, jaringan nekrotik iskemi yang berasal dari neoplasma atau infeksi
dan benda asing.
3. Teori Tidak Adanya Inhibitor
Supersaturasi kalsium, oksalat dan asam urat dalam urin dipengaruhi oleh
adanya inhibitor kristalisasi. Terbentuk atau tidaknya batu di dalam
saluran kemih ditentukan oleh adanya keseimbangan antara zat-zat
pembentuk batu dan penghambat (inhibitor). Pada penderita batu saluran
kemih, tidak didapatkan zat yang bersifat sebagai inhibitor dalam
pembentukan batu. Magnesium, sitrat dan pirofosfat telah diketahui dapat
menghambat pembentukan nukleasi (inti batu) spontan kristal kalsium. Zat
lain yang mempunyai peranan inhibitor, antara lain: asam ribonukleat,
asam amino terutama alanin, sulfat, fluorida, dan seng.
4. Teori Epitaksi
Epitaksi adalah peristiwa pengendapan suatu kristal di atas permukaan
kristal lain. Bila pada penderita ini, oleh suatu sebab terjadi peningkatan
masukan kalsium dan oksalat, maka akan terbentuk kristal kalsium
oksalat. Kristal ini kemudian akan menempel di permukaan kristal asam
urat yang telah terbentuk sebelumnya, sehingga tidak jarang ditemukan
batu saluran kemih yang intinya terjadi atas asam urat yang dilapisi oleh
kalsium oksalat di bagian luarnya.
5. Teori Kombinasi
Teori Kombinasi adalah gabungan dari berbagai teori disebut dengan teori
kombinasi.
Terbentuknya batu sal.kemih dalam teori kombinasi adalah :
a. Fungsi ginjal harus cukup baik untuk mengekskresi zat yang dapat
membentuk kristal secara berlebihan.
b. Ginjal harus dapat menghasilkan urin dengan pH yang sesuai untuk
kristalisasi.
Dari kedua hal tersebut, maka dapat disimpulkan bahwa ginjal
harus mampu melakukan ekskresi suatu zat secara berlebihan
dengan pH urin yang sesuai sehingga terjadi presipitasi zat-zat
tersebut.
c. Urin harus tidak mengandung sebagian atau seluruh inhibitor
kristalisasi.
d. Kristal yang telah terbentuk harus berada cukup lama dalam urin,
untuk dapat saling beragregasi membentuk nukleus, selanjutnya
akan mengganggu aliran urin. Statis urin yang terjadi kemudian,
memegang peranan penting dalam pembentukan batu saluran
kemih, sehingga nukleus yang telah terbentuk dapat tumbuh.

Sedangkan klasifikasi batu saluran kemih yaitu:


1) Batu Kalsium
Batu jenis ini adalah jenis batu yang paling banyak ditemukan,
yaitu 70-80% dari jumlah pasien urolitiasis.
Ditemukan lebih banyak pada laki-laki, rasio pasien laki- laki
dibanding wanita adalah 3:1, dan paling sering ditemui pada usia
20-50 tahun.
Kandungan batu ini terdiri atas kalsium oksalat, kalsium fosfat
atau campuran dari keduanya.
Kelebihan kalsium dalam darah secara normal akan dikeluarkan
oleh ginjal melalui urin.
Penyebab tingginya kalsium dalam urin antara lain:
a) Peningkatan penyerapan kalsium oleh usus, gangguan
kemampuan penyerapan kalsium oleh ginjal
b) peningkatan penyerapan kalsium tulang
2) Batu Infeksi/Struvit
Batu struvit disebut batu infeksi, karena terbentuknya batu ini
disebabkan oleh adanya infeksi saluran kemih.
Adanya infeksi saluran kemih dapat menimbulkan gangguan
keseimbangan bahan kimia dalam urin.
Bakteri dalam saluran kemih mengeluarkan bahan yang dapat
menetralisir asam dalam urin sehingga bakteri berkembang biak
lebih cepat dan mengubah urin menjadi bersuasana basa.
Suasana basa memudahkan garam-garam magnesium, ammonium,
fosfat dan karbonat membentuk batu magnesium ammonium
fosfat (MAP) dan karbonat apatit.
Terdapat pada sekitar 10-15% dari jumlah pasien urolitiasis. Lebih
banyak pada wanita, dengan rasio laki-laki dibanding wanita yaitu
1:5.
Batu struvit biasanya menjadi batu yang besar dengan bentuk
seperti tanduk (staghorn)
3) Batu Asam Urat
Ditemukan 5-10% pada penderita urolitiasis.
Rasio laki-laki dibanding wanita adalah 3:1.
Sebagian dari pasien jenis batu ini menderita Gout, yaitu suatu
kumpulan penyakit yang berhubungan dengan meningginya atau
menumpuknya asam urat.
Pada penyakit jenis batu ini gejala dapat timbul dini karena
endapan/kristal asam urat (sludge) dapat menyebabkan keluhan
berupa nyeri hebat (colic), karena endapan tersebut menyumbat
saluran kencing.
Batu asam urat bentuknya halus dan bulat sehingga sering kali
keluar spontan.
Batu asam urat tidak tampak pada foto polos.
4) Batu Sistin
Jarang ditemukan, terdapat pada sekitar 1-3% pasien urolitiasis.
Penyakit batu jenis ini adalah suatu penyakit yang diturunkan.
Batu ini berwarna kuning jeruk dan berkilau.
Rasio laki-laki dibanding wanita adalah 1:1.
Batu lain yang juga jarang yaitu Batu Silica dan Batu Xanthine

Analisis: Dari jenis batu yang menyebabkan seseorang menderita


obstruksi saluran kemih, batu yang paling berpengaruh adalah
batu kalsium. Hal ini lebih beresiko terhadap orang yang inaktif,
karena penumpukan kalsium yang terdapat dalam tubuh. Selain itu
pertumbuhan tulang yang tidak efektif serta penggunaan kalsium
yang tidak optimal dan kalsium merupakan salah satu zat yang
tidak dapat disimpan dalam tubuh. Oleh karena itu, pengeluaran
kalsium lebih banyak melewati system urinarius.

D. Faktor Resiko
Faktor yang mempengaruhi terbentuknya urolitiasis, yaitu:
1. Usia
Lebih sering ditemukan pada usia 30-50 tahun
2. Jenis kelamin
Jumlah penderita laki-laki lebih banyak tiga kali dibandingkan
perempuan. Hal ini disebabkan oleh perbedaan struktur anatomi saluran
kemih antara laki-laki dan perempuan serta faktor hormone estrogen yang
mencegah terjadinya agregasi garam kalsium.
3. Pekerjaan
Pekerja-pekerja keras yang banyak bergerak, misalnya buruh dan
petani akan mengurangi terjadinya batu sal. kemih bila dibandingkan
dengan pekerja-pekerja yang lebih banyak duduk.
4. Air minum
Memperbanyak diuresis dengan cara banyak minum akan mengurangi
terbentuknya batu, sedangkan bila kurang minum menyebabkan kadar
semua substansi dalam urin akan meningkat dan akan mempermudah
pembentukan batu. Kejenuhan air yang diminum sesuai dengan kadar
mineralnya terutama kalsium diperkirakan mempengaruhi terbentuknya
batu sal. kemih
5. Makanan
Konsumsi makanan tinggi protein yang berlebihan dan garam akan
meningkatkan pembentukan batu sal. kemih. Diet banyak purin (kerang-
kerangan, anggur), oksalat (teh, kopi, cokelat, minuman soda, bayam),
kalsium (daging, susu, kaldu, ikan asin dan jeroan) mempermudah
terjadinya penyakit ini. Makan-makanan yang banyak mengandung serat
dan protein nabati mengurangi risiko batu sal. kemih dan makanan yang
mengandung lemak dan protein hewani akan meningkatkan risiko batu sal.
kemih.
6. Riwayat Keluarga/keturunan
Riwayat anggota keluarga yang pernah menderita batu sal. kemih akan
memberikan resiko lebih besar timbulnya penyakit ini. 30-40% penderita
kalsium oksalat mempunyai riwayat keluarga yang positif menderita batu
sal. kemih
7. Infeksi Saluran Kemih
Infeksi saluran kemih dapat menyebabkan nekrosis jaringan ginjal dan
akan menjadi inti pembentukan batu sal.kemih. Infeksi oleh bakteri yang
memecah ureum dan membentuk amonium akan mengubah pH urin
menjadi alkali dan akan mengendapkan garam-garam fosfat sehingga akan
mempercepat pembentukan batu
8. Iklim dan temperatur/suhu
Individu yang menetap di daerah beriklim panas dengan paparan sinar
ultraviolet tinggi akan cenderung mengalami dehidrasi serta peningkatan
produksi vitamin D (memicu peningkatan ekskresi kalsium dan oksalat),
sehingga insiden batu saluran kemih akan meningkat. Tempat yang
bersuhu panas menyebabkan banyak mengeluarkan keringat, mengurangi
produksi urin dan mempermudah pembentukan batu saluran kemih.

E. Manifestasi Klinis
Tanda dan gejala urolitiasis, antara lain:
1. Nyeri
tergantung dari letak batu
2. Demam
Demam ialah tanda adanya kuman yang beredar di dalam darah. selain
demam adalah jantung berdebar-debar, tekanan darah rendah dan
pelebaran pembuluh darah di kulit. Demam akibat obstruksi saluran
kemih memerlukan dekompresi secepatnya
3. Hematuria dan Kristaluria
Hematuria adalah adanya darah yang keluar bersama urin. Kristaluria
adalah urin yang disertai dengan pasir atau batu.
4. Nausea dan Vomiting
Obstruksi saluran kemih bagian atas sering menimbulkan mual dan
muntah.
5. Pembengkakkan daerah punggung bawah
Penyumbatan saluran kemih bagian atas yang akut ditandai rasa sakit
punggung bagian bawah.
6. Infeksi
Ditandai gejala menggigil, demam, nyeri pinggang, nausea serta muntah
dan disuria. Secara umum infeksi pada batu struvit (batu infeksi)
berhubungan dengan infeksi dari Proteus sp, Pseudomonas sp, Klebsiella
sp

F. Pemeriksaan Diagnostik
Pemeriksaan Fisik
a) Kadang-kadang teraba ginjal yang mengalami hidronefrosis/obstruktif.
b) Nyeri tekan pada pinggang.
c) Batu uretra anterior bisa di raba.
d) Pada keadaan akut paling sering ditemukan kelembutan di daerah
pinggul (flank tenderness), ini disebabkan oleh hidronefrosis akibat
obstruksi yaitu saat batu melewati ureter menuju kandung kemih.
Pemeriksaan Laboratorium
a) Pemeriksaan sedimen urin, jenis kristal yang ditemukan dapat memberi
petunjuk jenis batu. Pemeriksaan pH urin < 5 menyokong suatu batu
asam urat, sedangkan peningkatan pH (7) menyokong adanya
organisme pemecah urea seperti Proteus sp, Klebsiella sp, Pseudomonas
sp dan batu struvit.
b) Urine kultur: mikroorganisme
Untuk mengidentifikasi faktor pencetus terbentuknya urolitiasis
Pemeriksaan Radiologis
a) Foto polos abdomen
Menentukan besar, macam dan lokasi batu radiopaque. Batu jenis
kalsium oksalat dan kalsium fosfat bersifat radiopaque sedangkan batu
asam urat bersifat radiolusen
b) Intravenous Pyelogram (IVP)
IVP dapat menentukan letak batu, terutama batu yang radiolusen dan
untuk melihat fungsi ginjal. Selain itu IVP dapat mendeteksi adanya
batu semi opaque ataupun batu non opaque yang tidak dapat terlihat
oleh foto polos abdomen.
c) CT Scan (Computerized Tomography)
CT Scan adalah tipe diagnosis sinar X yang dapat membedakan batu
dari tulang atau bahan radiopaque lain.
d) Retrograte Pielografi (RPG)
Dilakukan bila pada kasus di mana IVP tidak jelas, alergi zat kontras,
dan IVP tidak mungkin dilakukan.
e) USG
Cara terbaik untuk mendeteksi urolitiasis ialah dengan kombinasi USG
dan foto polos abdomen. USG dapat melihat bayangan batu baik di
ginjal maupun di dalam kandung kemih dan adanya tanda-tanda
obstruksi urin.
f) Radioisotop
Untuk mengetahui fungsi ginjal secara satu persatu, sekaligus adanya
sumbatan pada gagal ginjal.

G. Penatalaksanaan Medis
1) Terapi Konservatif
menunggu sampai batu dapat keluar dengan sendiri.
Pasien diberikan air minum minimal 2-3 liter per hari.
diet kalsium, oksalat, natrium, fosfat dan protein tergantung pada
penyebab batu
2) Pemberian obat-obatan
Bertujuan mengurangi rasa sakit, mengusahakan agar batu keluar spontan,
disolusi batu dan mencegah kambuhnya batu.
Beberapa jenis obat yang diberikan antara lain : spasmolitika yang
dicampur dengan analgesik untuk mengatasi nyeri, kalium sitrat untuk
meningkatkan pH urin, selulosa fosfat untuk menghambat absorbsi usus,
antibiotika untuk mencegah infeksi, tiazid untuk diuresis
3) Penatalaksanaan Tanpa Operasi
a) Medikamentosa
Terapi medikamentosa ditujukan untuk batu yang ukurannya kurang
dari 5mm, karena batu dapat keluar spontan. Terapi bertujuan untuk
mengurangi nyeri, memperlancar aliran urin dengan pemberian
diuretikum, dan minum banyak supaya dapat mendorong batu keluar
dari saluran kemih
b) Extracorporeal Shock Wave Lithotripsy (ESWL)
ESWL adalah alat yang dapat memecah batu ginjal, batu ureter
proksimal atau batu kandung kemih tanpa melalui tindakan invasif
dan tanpa pembiusan. Batu dipecah menjadi fragmen-fragmen kecil
sehingga mudah dikeluarkan melalui saluran kemih. batu yang keluar
menimbulkan nyeri kolik dan menyebabkan hematuria. Persyaratan
dilakukan ESWL :
Batu ginjal berukuran mulai dari 5 mm hingga 20 mm.
Batu ureter berukuran 5 mm hingga 10 mm.
Fungsi ginjal masih baik.
Tidak ada sumbatan distal dari batu.
c) Endourologi
Endourologi adalah tindakan invasif untuk memecah batu, dan
mengeluarkannya dari saluran kemih melalui alat yang dimasukkan
langsung ke dalam saluran kemih. Alat itu dimasukkan melalui
uretra atau melalui insisi kecil pada kulit (perkutan). Proses
pemecahan batu dapat dilakukan secara mekanik, dengan memakai
energi hidroulik, energi gelombang suara atau energi laser. Proses ini
dilakukan dibawah anestesi lokal
4) Tindakan Operasi
a. Bedah Laparoskopi
Pembedahan laparoskopi untuk mengambil batu sal.kemih.
Cara ini banyak dipakai untuk mengambil batu ureter.
b. Bedah Terbuka
Pembedahan terbuka itu antara lain:
pielolitomi atau nefrolitotomi untuk mengambil batu pada
saluran ginjal
ureterolitotomi untuk batu di ureter.
nefrektomi atau pengambilan ginjal karena ginjalnya sudah
tidak berfungsi dan berisi nanah (pionefrosis), korteksnya
sudah sangat tipis atau mengalami pengkerutan akibat batu
sal.kemih yang menimbulkan obstruksi dan infeksi yang
menahun.
PATHWAY

Diet Geografis Iklim dan Infeksi


temperatur Bakteri

Purin, ksalat, Kandungan air, Intake cairan << Enzim


kalsium Ca, dan kapur Urease

Gagal mencukupi
kebutuhan air tubuh Amonia dan
Subtansi Karbonat
pembentuk
batu
Vol. urine pH urine
pekat+rendah dan CO2

Larutan Fosfat
Tersaturasi pembentuk batu ammonium
magnesium
(Batu Struvit)
Batu Saluran Kemih

Obstruksi partial Obstruksi total


Obstruksi Retensi Obstruksi Total
Partial Urine

Anuria
Tekanan Statis
Infeksi
hidrostatik urin
Aliran Balik
urine
Resiko
Demam
Batu Infeksi
berpindah Hidronefrosis Mendesak
lambung

PeningkatanT
Radang/Iritasi Hematuria Reflek
ekanan Ginjal
renointestinal

Nyeri
Iskemia Mual dan
arteri muntah
renalis

Obstruksi
kedua ginjal

Gagal ginjal
ASUHAN KEPERAWATAN

a. Pengkajian
Pengumpulan data
a. Identitas penderita
Meliputi nama, umur (penyakit BSK paling sering didapatkan pada
usia 30 sampai 50 tahun), jenis kelamin (BSK banyak ditemukan pada pria
dengan perbandingan 3 kali lebih banyak dari wanita), alamat,
agama/kepercayaan, pendidikan, suku/bangsa (beberapa daerah menunjukkan
angka kejadian BSK yang lebih tinggi dari daerah lain), pekerjaan (BSK
sering dijumpai pada orang yang pekerjaannya banyak duduk atau kurang
aktifitas atau sedentary life) (Purnomo, 2000).
b. Riwayat penyakit sekarang
Keluhan utama yang sering terjadi pada klien batu ginjal adalah nyeri
pinggang akibat adanya batu pada ginjal, berat ringannya nyeri tergantung
lokasi dan besarnya batu, dapat pula terjadi nyeri kolik/kolik renal yang
menjalar ke testis pada pria dan kandung kemih pada wanita. Klien dapat juga
mengalami gangguan saluran gastrointestinal dan perubahan dalam eliminasi
urine (Ignatavicius, 1995).
c. Riwayat penyakit dahulu
Keadaan atau penyakit-penyakit yang pernah diderita oleh penderita
yang mungkin berhubungan dengan BSK, antara lain infeksi saaluran kemih,
hiperparatiroidisme, penyakit inflamasi usus, gout, keadaan-keadaan yang
mengakibatkan hiperkalsemia, immobilisasi lama dan dehidrasi (Carpenito,
1995).
d. Riwayat penyakit keluarga
Beberapa penyakit atau kelainan yang sifatnya herediter dapat menjadi
penyebab terjadinya batu ginjal antara lain riwayat keluarga dengan renal
tubular acidosis (RTA), cystinuria, Xanthinuria dan dehidroxynadeninuria
(Munver & Preminger, 2001).
e. Riwayat psikososial
Klien dapat mengalami masalah kecemasan tentang kondisi yang
dialami, juga berkenaan dengan rasa nyeri, dapat juga mengekspresikan
masalah tentang kekambuhan dan dampak pada pekerjaan serta aktifitas
harian lainnya (Engram, 1998).
f. Pola fungsi kesehatan
Pola persepsi dan penanganan kesehatan
Klien biasanya tinggal pada lingkungan dengan temperatur panas dan
lingkungan dengan kadar mineral kalsium yang tinggi pada air. Terdapat
riwayat penggunaan alkohol, obat-obatan seperti antibiotik,
antihipertensi, natrium bikarbonat, alopurinol dan sebagainya. Aktifitas
olah raga biasanya tidak pernah dilakukan
Pola nutrisi dan metabolisme
Adanya asupan dengan diet tinggi purin, kalsium oksalat dan fosfat.
Terdapat juga ketidakcukupan intake cairan. Klien BSK dapat mengalami
mual/muntah, nyeri tekan abdomen.
Pola eliminasi
Pada klien BSK terdapat riwayat adanya ISK kronis, adanya obstruksi
sebelumnya sehingga dapat mengalami penurunan haluaran urine,
kandung kemih terasa penuh, rasa terbakar saat berkemih, sering
berkemih dan adanya diare
Pola istirahat tidur
Klien BSK dapat mengalami gangguan pola tidur apabila nyeri timbul
pada malam hari atau saat istirahat
Pola aktifitas
Adanya riwayat keterbatasan aktifitas, pekerjaan monoton ataupun
immobilisasi sehubungan dengan kondisi sebelumnya (contoh penyakit
tak sembuh, cedera medulla spinalis)
Pola hubungan dan peran
Didapatkan riwayat klien tentang peran dalam keluarga dan masyarakat,
interaksi dengan keluarga dan orang lain serta hubungan kerja, adakah
perubahan atau gangguan
Pola persepsi dan konsep diri
Klien dapat melaporkan adanya perasaan gugup atau kecemasan yang
dirasakan sebagai akibat kurangnya pengetahuan tentang kondisi,
diagnosa dan tindakan/operasi
Pola kognitif-peseptual
Didapatkan adanya keluhan nyeri, nyeri dapat akut ataupun kolik
tergantung lokasi batu
Pola reproduksi seksual
Dikaji tentang pengetahuan fungsi seksual, adakah perubahan dalam
hubungan seksual karena perubahan kondisi yang dialami
Pola koping dan penanganan stress
Dikaji tentang mekanisme klien terhadap stress, penyebab stress yang
mungkin diketahui, bagaimana mengambil keputusan
Pola tata nilai dan kepercayaan
Bagaimana praktik religius klien (type, frekwensi), dengan apa (siapa)
klien mendapat sumber kekuatan atau makna
g. Pemeriksaan fisik
Pemeriksaan fisik pada klien dengan kasus urologi atau penyakit ginjal
dilakukan berdasarkan data/informasi yang diperoleh saat melakukan
pengkajian tentang riwayat penyakit. Pemeriksaan meliputi sistem urinari
disertai review sistem yang lain dan status umum.
Keadaan umum
Meliputi tingkat kesadaran, ada tidaknya defisit konsentrasi, tingkat
kelemahan (keadaan penyakit) dan ada tidaknya perubahan berat badan.
Tanda vital dapat meningkat menyertai nyeri, suhu dan nadi meningkat
mungkin karena infeksi serta tekanan darah dapat turun apabila nyeri
sampai mengakibatkan shock
Ginjal, ureter, buli-buli dan uretra
Pemeriksaan ini dilakukan bersama dengan pemeriksaan abdomen yang
lain dengan cara inspeksi, palpasi, perkusi dan auskultasi.
Inspeksi : dengan posisi duduk atau supine dilihat adanya pembesaran di
daerah pinggang atau abdomen sebelah atas; asimetris ataukah adanya
perubahan warna kulit. Pembesaran pada daerah ini dapat disebabkan
karena hidronefrosis atau tumor pada retroperitonium.
Auscultasi : dengan menggunakan belt dari stetoskop di atas aorta atau
arteri renal untuk memeriksa adanya bruit. Adanya bruit di atas arteri
renal dapat disebabkan oleh gangguan aliran pada pembuluh darah seperti
stenosis atau aneurisma arteri renal.
Palpasi : palpasi pada ginjal dilakukan secara bimanual yaitu dengan
memakai dua tangan, tangan kiri diletakkan di sudut kosta-vertebra untuk
mengangkat ginjal ke atas sedangkan tangan kanan meraba dari depan
dengan sedikit menekan ke bawah (pada ginjal kanan), bagian bawah
dapat teraba pada orang yang kurus. Adanya pembesaran pada ginjal
seperti tumor, kista atau hidronefrosis biasa teraba dan terasa nyeri.
Ureter tidak dapat dipalpasi, tetapi bila terjadi spasme pada otot-ototnya
akan menghasilkan nyeri pada pinggang atau perut bagian bawah,
menjalar ke skrotum atau labia. Adanya distensi buli-buli akan teraba
pada area di atas simphisis atau setinggi umbilikus, yang disebabkan
adanya obstruksi pada leher buli-buli.
Perkusi : dengan memberikan ketokan pada sudut kostavertebra, adanya
pembesaran ginjal karena hidronefrosis atau tumor ginjal akan terasa
nyeri ketok. Pada buli-buli diketahui adanya distensi karena retensi urine
dan terdengar redup, dapat diketahui batas atas buli-buli serta adanya
tumor/massa.
Uretra
Inspeksi pada daerah meatus dan sekitarnya, diketahui adanya discharge;
darah; mukus atau drainase purulen. Kulit dan membran mukosa dilihat
adanya lesi, rash atau kelainan pada penis atau scrotum; labia atau vagina.
Iritasi pada uretra biasanya dilaporkan dengan adanya rasa tidak nyaman
saat klien miksi.
Sistem integument
Diperiksa adanya perubahan warna; pucat dapat menandakan adanya
anemia defisiensi erythropoetin, kuning kemungkinan karena adanya
deposit carotene like substance akibat kegagalan ekskresi ginjal. Kulit
kering dapat mengindikasikan adanya gagal ginjal kronik atau
kekurangan cairan, adanya ptekie menandakan adanya perdarahan,
adanya deposit kristal pada kulit merupakan tanda kegagalan ginjal yang
berlangsung lama
Sistem respirasi
Dalam beberapa keadaaan, kualitas pernafasan menggambarkan status
cairan klien atau keseimbangan asam basa. Pada gagal ginjal pernafasan
mungkin berbau urine atau 'fruit-flavored gum' yang menandakan adanya
tosin dalam darah.
Sistem kardiovaskuler
Pemantauan sistem kardiovaskuler dapat digunakan untuk mengetahui
status keseimbangan cairan dan elektrolit dan yang spesifik dengan
urinary tract adalah pemeriksaan tekanan darah. Hipertensi dapat
ditemukan pada beberapa penyakit ginjal dan mungkin adanya overload
cairan atau gangguan sistem renin-angiotensin
Sistem musculoskeletal
Diperiksa pergerakan klien selama pemeriksaan untuk menentukan tonus
otot tubuh secara keseluruhan dan menentukan kemampuan fisik klien
mengontrol eliminasi urine, otot yang spesifik pada proses ini adalah otot
perineal dan abdomen. Klien dianjurkan untuk mengencangkan
(kontraksi) otot tersebut yang dapat diketahui dengan cara palpasi
Sistem neurologi
Disfungsi ginjal dapat berpengaruh pada sistem persyarafan. Pada gagal
ginjal kronik peningkatan kalsium akan menyebabkan tetani, penurunan
kalsium akan menyebabkan kelemahan atau penumpukan toksin. Karena
spinkter ani dan spinkter urinari berasal dari cabang persyarafan yang
sama maka pada pemeriksaan bila salah satu utuh maka spinkter yang lain
juga demikian. Pemeriksaan dapat dilakukan dengan memasukan jari ke
dalam anus, jari akan terasa terjepit pada saat diberikan rangsangan nyeri
pada penis akibat berkontraksinya spinkter ani eksterna dan otot
bulbokavernosa, hal ini menandakan reflek pada S2 dan S4 intake.
Pada pemeriksaan penunjang ditemukan :
Urinalisa : urine berwarna kuning, coklat atau merah, secara mikroskopis
terdapat sel darah merah, sel darah putih, kristal, mineral, bakteri, PH
urine dapat asam (untuk jenis batu cystine atau asam urat) dan basa (batu
jenis magnesium, amonium fosfat atau kalsium fosfat).
Urine 24 jam : ditemukan peningkatan kreatinin, asam urat, kalsium,
fosfor, oksalat, atau cystin.
Urine kultur : Mungkin ditemukan adanya kuman penyebab infeksi
saluran kemih
Biokimia darah : Peningkatan magnesium, kalsium, asam urat, fosfat,
protein dan elektrolit.
Ureum, creatinin serum dan urin : Terjadi peningkatan akibat terjadi
iskemik pada ginjal karena batu.
Natrium klorida dan bikarbonat serum : Peningkatan klorida dan
penurunan bikarbonat diduga akibat telah terjadinya asidosis tubulus
renal.
Leukosit : Meningkat, menandakan adanya infeksi
Sel darah merah : Biasanya normal
Hb/Ht : Abnormal jika pasien telah mengalami dehidrasi atau polycitemia
atau anemia (perdarahan, gagal ginjal /disfungsi ginjal).
Hormon Parathyroid : Dapat meningkat jika telah terjadi kegagalan ginjal.
BNO : Memperlihatkan adanya batu atau perubahan anatomi pada ginjal
dan ureter.
IVP : Memperlihatkan abnormalnya struktur anatomis ginjal (distensi
ureter) dan bayangan batu.
Cystoscopy dan ureteroscopy : Secara visual dapat memperlihatkan batu
dan obstrksi pada bladder, ureter dan ginjal.
CT Scan dan MRI : Dapat mengindentifikasi batu, massa pada ginjal.
Ureter dan distensi bladder.
Ultrasound Ginjal : Melihat perubahan obstruksi, lokasi batu.

b. Diagnosa Keperawatan

Rencana Asuhan Keperawatan Urolithiasis


Pre Operasi
Tgl No DIAGNOSA TUJUAN RENCANA
Dx KEPERAWATAN TINDAKAN
Resiko kelebihan Volume cairan tubuh Kaji status cairan
volume cairan tubuh seimbang klien:
berhubungan dengan : Timbang berat
Penurunan fungsi Kriteria hasil : ba-dan secara
filtrasi ginjal Urine out put > 30 periodik
Retensi natrium ml/ jam Hitung balans
dan cairan Balans cairan / 24 cairan intake-
jam 500 cc output
Edema (-) Kaji turgor kulit
Hasil lab ureum, dan adanya
creatinin, CCT, Na, edema
Cl dalam batas Adanya distensi
normal vena jugularis
Peningkatan
TD, Nadi
Peningkatan
fre-kuensi nafas
dan suara nafas
tambahan
Batasi intake cairan
sesuai dengan
balans cairan
Identifikasi sumber
yang dapat
menyebabkan
pemasukan cairan
berlebih
Medikasi
Makanan
Jelaskan kepada
pasien dan keluarga
tentang pembatasan
cairan
Dorong klien untuk
mengekspresikan
perasaan dan
frustasi yang
dirasakan
Berikan oral
hygiene yang
adekuat untuk
meminimalkan
kekeringan
membran mukosa
mulut
Konsultasi dengan
gizi untuk
membatasi
pemasukan protein
dan lemak.
Pastikan masukan
kalori yang adekuat

Tgl No DIAGNOSA TUJUAN RENCANA


Dx KEPERAWATAN TINDAKAN
Nyeri b.d : Nyeri Mandiri :
Peningkatan berkurang/terkontrol Catat lokasi,
kontraksi ureter durasi dan
Trauma jaringan, intensitas (skala0-
formasi edema, Kriteria Evaluasi : 10 ), radiasi nyeri.
iskemik sel Pasien melaporkan Monitor tanda
bahwa spasme otot nonverbal :
berkurang peningkatan TD,
Pasien terlihat Nadi, lemah.
relaks, dapat Jelaskan tentang
istirahat/tidur penyebab nyeri
cukup. dan anjurkan klien
untuk melapor ke
pada perawat bila
terjadi perubahan
karakteristik nyeri
Berikan suasana
yang nyaman dan
tenang, masase
punggung
Bantu klien untuk
melakukan tehnik
nafas dalam,
imaginasi dan
aktivitas untuk
mengalihkan
nyeri.
Bantu pasien dan
sarankan untuk
ambulasi dan
minum 3000-4000
cc/hari jika tidak
ada kontra indikasi
Catat adanya
peningkatan atau
nyeri abdomen
yang tetap

Kolaborasi
Berikan obat-
obatan sesuai
indikasi : Jenis
narkosa; me-
peridine,
morphine.
Antispasmodik :
flaavoxate
(urispas), Ditropan
Berikan kompres
hangat pada
bagian punggung
Pertahankan
kepatenan kateter
jika ada.
Tgl No DIAGNOSA TUJUAN RENCANA
Dx KEPERAWATAN TINDAKAN
Perubahan eliminasi Eliminasi normal Mandiri :
urin b.d Monitor intake dan
Stimulasi bladder Kriteria Evaluasi : out put dan
oleh batu Pasien melaporkan karakteristik urin
Iritasi renal atau bahwa b.a.k Kaji pola normal
ureter oleh batu spontan tanpa bak klien serta
Obstruksi mekanis, keluhan. variasinya
inflamasi Pola berkemih Tingkatkan intake
normal cairan oral
Tidak ada tanda Kumpulkan urine
obstruksi dan saring untuk
meng-kumpulkan
batu sehingga dpt
dianalisa di lab
Kaji adanya
distensi bladder
dengan pal-pasi
suprapubis. Catat
adanya penurunan
output urin dan
ada-nya edema
periorbital.
Observasi adanya
pe-rubahan status
men-tal, tingkah
laku atau tingkat
kesadaran
Kolaborasi
Monitor hasil lab :
Elektrolit, ureum
dan kreatinin
Lakukan
pemeriksaan kutur
urin dan resistensi
kuman
Berikan obat-
obatan sesuai
indikasi
Pertahankan kepa-
tenan kateter
uretra, ureter,
nefros-tomi jika
dipergunakan
Lakukan irigasi
dengan larutan
asam atau alkali
sesuai indikasi
Siapkan pasien
untuk dilakukan
prosedur
endoskopi, ESWL
Atau prosedur
pembedahan

Post Operasi
Tgl No DIAGNOSA TUJUAN RENCANA
Dx KEPERAWATAN TINDAKAN
Resiko kurang volume Volume cairan tbuh Mandiri :
cairan tubuh b.d cukup Monitor intake dan
Nausea, muntah out put
Diuresis post Kriteria Evaluasi : Catat karakteristik

obstruksi Balance cairan muntah, diarea dan


seimbang faktor presipitasi.
TTV dan berat Tingkatkan cairan
badan normal 3 4 ltr/hari jika
Membran mukosa tidak ada kontra
lembab indikasi
Nadi perifer teraba Monitor TTV,
Turgor kulit baik evaluasi Capilary
refill, turgor kulit,
membran mukosa.
Timbang berat
badan setiap hari
Kolaborasi
Monitor hasil lab :
Elektrolit dan
Hb,Ht
Berikan cairan
intravena
Berikan makanan
lunak agar mudah
dicerna
Berikan obat-
obatan antiemetik
sesuai indikasi

Tgl No DIAGNOSA TUJUAN RENCANA


Dx KEPERAWATAN TINDAKAN
Gangguan rasa nyaman Nyeri berkurang Mandiri :
nyeri b.d Kaji tingkat nyeri
Insisi pembedahan pasien dengan skala
Posisi dan Kriteria hasil : nyeri
ketegangan otot- Pasien menyatakan Berikan kompres
otot saat operasi nyeri berkurang hangat dan pijatan
Secara bertahap pada otot yang
meningkatkan tegang
aktivitas Tekan daerah insisi
Pasien tenang, dengan telapak
cukup istirahat tangan atau bantal
/tidur saat pasien batuk
Berpartisipasi atau nafas dalam
dalam melakukan Bantu dan anjurkan
tehnik relaksasi pasien untuk
ambulasi dini
Ajarkan dan
anjurkan
melakukan tehnik
relaksasi dan nafas
dalam
Kolaborasi :
Berikan analgetik
sesuai program

Tgl No DIAGNOSA TUJUAN RENCANA TINDAKAN


Dx KEPERAWATAN
Resiko terjadinya Infeksi tidak terjadi Observasi balutan dan
infeksi berhubungan selama tujuh hari insisi luka terhadap
dengan adanya pengeluaran
Insisi operasi Kriteria evaluasi : dan pendarahan setiap
Tidak adekuatnya Luka insisi utuh, 4 jam sekali
daya tahan primer tidak ada bengkak, Ganti balutan dan
karena prosedur kemerahan, nyeri, pus observasi proses
infasif Luka sembuh dengan penyembuhan
Pemasangan adekuat observasi tanda-tanda

kateter, NGT, drain, Suhu tubuh normal infeksi luka,


Nefrostomi (36-37 C) kemerahan, drainase,
Tidak ada tanda-tanda nyeri, bau

infeksi pada Cuci tangan sebelum


pemasangan alat dan sesudah
Hasil lab leukosit melakukan tindakan

normal (5000-10.000 Gunakan tehnik

ul) aseptik dan antiseptik


pada saat mengganti
balutan dan tindakan
yang berhubungan
dengan alat-alat yang
terpasang
Observasi suhu tiap 4
jam hari pertama,
selanjutnya 6-8 jam
atau setiap shift jika
tidak ada kenaikan
suhu
Jaga kebersihan
perorangan dan
lingkungan pasien
Berikan antibiotika
sesuai dengan
program dokter atau
indikasi
Beri makan TKTP
dan pantau makan
habis atau tidak
Kolaborasi :
Pemeriksaan leukosit

Pemberian terapi
antibiotik

Tgl No DIAGNOSA TUJUAN RENCANA TINDAKAN


Dx KEPERAWATAN
Kurang pengetahuan Pengetahuan pasien Mandiri :
tentang kondisi, adekuat. Ulangi tentang proses
prognosis dan tindakan penyakit dan tujuan
yang dibutuhkan b.d Kriteria Evaluasi : yang diharapkan
Misinterpretasi Scr verbal pasien Tekankan tentang
informasi mengerti tentang perlunya intake cairan
Kurang proses penyakit yang cukup 3 4
terpaparnya Berinisiatif untuk ltr/hari, ajari klien untuk
informasi merubah gaya memper-hatikan bila
hidup adanya mulut yang
Berpartisipasi kering, diuresis yang
dalam tindakan berle-bihan, dipphoresis
maka klien harus
meningkatkan intake
cairan
Ajarkan tentang
makanan yang harus
dihindari/ dibatasi:
Purin; alkohol, jeroan,
kacang-kacangan
Kalsium; susu, keju,
yoghurt, Oksalat;
coklat, kopi, bayam.
Diskusikan bila ada
obat yang harus di-
minum untuk meng-
hindari terjadinya
kambuh kembali
Anjurkan klien untuk
tetap aktif
Dengarkan secara aktif
ttg keinginan klien
untuk meng-ubah gaya
hidup dan mentaati pro-
gram terapi regimen
Ajarkan klien untuk
mengevaluasi
penyakitnya; rasa nyeri,
hematuria, oliguria
Ajarkan tentang
perawatan luka
pembedahan
DAFTAR PUSTAKA

Carpenito, Linda Jual. (1998). Rencana Asuhan & Dokumentasi Keperawatan


(terjemahan). PT EGC. Jakarta.

Doenges, et al. (2000). Rencana Asuhan Keperawatan (terjemahan). PT EGC.


Jakarta.

Engram, Barbara. (1998). Rencana Asuhan Keperawatan Medikal Bedah. Volume I


(terjemahan). PT EGC. Jakarta.

Purnomo, Basuki B. (2009). Dasar-Dasar Urologi. Edisi II. Fakultas Kedokteran


Universitas Brawijaya.

Soeparman. (1990). Ilmu Penyakit Dalam. Jilid II. FKUI. Jakarta

Anda mungkin juga menyukai