Anda di halaman 1dari 47

KONSEP DASAR

BATU SALURAN KEMIH (BSK)

A. Pengertian
Batu saluran kemih adalah adanya batu
di traktus urinarius. (ginjal, ureter, atau
kandung kemih, uretra) yang membentuk
kristal; kalsium, oksalat, fosfat, kalsium
urat, asam urat dan magnesium.(Brunner &
Suddath,2002).
Batu saluran kemih atau Urolithiasis
adalah adanya batu di dalam saluran kemih.
(Luckman dan Sorensen)
Dari dua definisi tersebut diatas saya
mengambil kesimpulan bahwa batu saluran
kemih adalah adanya batu di dalam saluran
perkemihan yang meliputi
ginjal,ureter,kandung kemih dan uretra.
B. Klasifikasi Batu Saluran Kemih
Batu saluran kemih dapat dibagi
berdasarkan lokasi terbentuknya, menurut
lokasi beradanya, menurut keadaan klinik,
dan menurut susunan kimianya.
1. Menurut tempat terbentuknya
a. Batu ginjal
b. Batu kandung kemih
2. Menurut lokasi keberadaannya :
a. Batu urin bagian atas (mulai ginjal
sampai ureter distal)
b. Batu urin bagian bawah (Mulai
kandung kemih sampai uretra)
3. Menurut Keadaan Klinik :
a. Batu urin metabolic aktif : bila timbul
dalam satu tahun trakhir, batu
bertambah besar atau kencing batu.
b. Batu urin metabolic inaktif : bila tidak
ada gejala seperti yang aktif
c. Batu urin yang aktifitasnya diketahui
(asimtomatik)
d. Batu urin yang perlu tindakan bedah
(surgically active) bila menyebabkan
obstruksi, infeksi, kolik, hematuria.

4. Menurut susunan kimiawi


Berdasarkan susunan kimianya batu urin ada
beberapa jenis yaitu : batu kalsium okalat,
batu kalsium fosfat, batu asam urat, batu
struvit (magnesiumammonium fosfat) dan
batu sistin
a. Batu Kalsium Oksalat :
Merupakan jenis batu paling sering
dijumpai; yaitu lebih kurang 75 – 85% dari
seluruh batu urin. Batu ini lebih umum
pada wanita, dan rata-rata terjadi pada usia
decade ketiga. Kadang-kadang batu ini
dijumpai dalam bentuk murni atau juga
bisa dalam bentuk campuran, misalnya
dengan batu kalsium fosfat )biasanya
hidroxy apatite).
Batu kalsium ini terdiri dari 2 tipe
yaitu monohidrat dan dihidrat. Batu
kalsium dihidrat biasanya pecah dengan
mudah dengan lithotripsy (suatu teknik
non invasive dengan menggunakan
gelombang kejut yang difokuskan pada
batu untuk menghancurkan batu menjadi
fragmen-fragmen.) sedangkan batu
monohidrat adalah salah satu diantara jenis
batu yang sukar dijadikan fragmen-
fragmen. Faktor terjadinya batu kalsium
adalah:
1) Hiperkalsiuria: Kadar kasium urine
lebih dari 250-300 mg/24 jam, dapat
terjadi karena peningkatan absorbsi
kalsium pada usus (hiperkalsiuria
absorbtif), gangguan kemampuan
reabsorbsi kalsium pada tubulus ginjal
(hiperkalsiuria renal) dan adanya
peningkatan resorpsi tulang (hiperkalsiuria
resoptif) seperti pada hiperparatiridisme
primer atau tumor paratiroid.
2) Hiperoksaluria: Ekskresi oksalat
urien melebihi 45 gram/24 jam, banyak
dijumpai pada pasien pasca pembedahan
usus dan kadar konsumsi makanan kaya
oksalat seperti teh, kopi instan, soft
drink, kakao, arbei, jeruk sitrun dan
sayuran hijau terutama bayam.
3) Hiperurikosuria: Kadar asam urat
urine melebihi 850 mg/24 jam. Asam
urat dalam urine dapat bertindak sebagai
inti batu yang mempermudah
terbentuknya batu kalsium oksalat. Asam
urat dalam urine dapat bersumber dari
konsumsi makanan kaya purin atau
berasal dari metabolisme endogen.

b. Batu Struvit :
Sekitar 10-15% dari total, terdiri dari
magnesium ammonium fosfat (batu
struvit) dan kalsium fosfat. Batu ini terjadi
sekunder terhadap infeksi saluran kemih
yang disebabkan bakteri pemecah urea.
Batu dapat tumbuh menjadi lebih besar
membentuk batu staghorn dan mengisi
seluruh pelvis dan kaliks ginjal (6,46) Batu
dapat tumbuh menjadi lebih besar
membentuk batu staghorn dan mengisi
seluruh pelvis dan kaliks ginjal.(6’46)
Batu ini bersifat radioopak dan
mempunyai densitas yang berbeda. Diurin
kristal batu struit berbentuk prisma empat
persegi panjang. Dikatakan bahwa batu
staghorn dan struit mungkin berhubungan
erat dengan destruksi yang cepat dari
ginjal’ hal ini mungkin karena proteus
merupakan bakteri urease yang poten.
c. Batu asam urat :
Lebih kurang 5-10% dari seluruh batu
saluran kemih dan batu ini tidak
mengandung kalsium dalam bentuk mu rni
sehingga tak terlihat dengan sinar X
(Radiolusen) tapi mungkin bisa dilihat
dengan USG atau dengan Intra Venous
Pyelografy (IVP). Batu asam urat ini
biasanya berukuran kecil, tapi kadang-
kadang dapat cukup besar untuk
membentuk batu staghorn, dan biasanya
relatif lebih mudah keluar karena rapuh
dan sukar larut dalam urin yang
asam. Batu asam urat ini terjadi terutama
pada wanita. Separoh dari penderita batu
asam urat menderita gout; dan batu ini
biasanya bersifat famili apakah dengan
atau tanpa gout. Dalam urin kristal asam
urat berwarna merah orange. Asam urat
anhirat menghasilkan kristal-kristal kecil
yang terlihat amorphous dengan
mikroskop cahaya. Dan kristal ini tak bisa
dibedakan dengan kristal apatit. Batu jenis
dihidrat cenderung membentuk kristal
seperti tetesan air mata.
d. Batu Sistin : (1-2%)
Lebih kurang 1-2% dari seluruh BSDK,
Batu ini jarang dijumpai (tidak umum),
berwarana kuning jeruk dan berkilau.
Sedang kristal sistin diurin tampak seperti
plat segi enam, sangat sukar larut dalam
air.(6) Bersifat Radioopak karena
mengandung sulfur.
e. Batu Xantin :
Amat jarang, bersifat herediter karena
defisiensi xaintin oksidase. Namun bisa
bersifat sekunder karena pemberian
alupurinol yang berlebihan.
C. Etiologi
Penyebab terbentuknya batu saluran
kemih sampai saat ini belum diketahui pasti,
tetapi ada beberapa faktor predisposisi
terjadinya batu pada saluran kemih yaitu:

1. Infeksi
Infeksi saluran kencing dapat
menyebabkan nekrosis jaringan ginjal dan
akan menjadi inti pembentukan batu saluran
kemih . Infeksi bakteri akan memecah
ureum dan membentuk amonium yang akan
mengubah pH urine menjadi alkali.
2. Stasis dan Obstruksi urine
Adanya obstruksi dan stasis urine akan
mempermudah pembentukan batu saluran
kemih.
3. Ras
Pada daerah tertentu angka kejadian batu
saluran kemih lebih tinggi daripada daerah
lain, Daerah seperti di Afrika Selatan hampir
tidak dijumpai penyakit batu saluran kemih.
4. Keturunan
Herediter atau faktor keturunan yang
juga memainkan dari semua jenis penyakit
yang menjadi alasan suatu penyakit dapat
diturunkan oleh orang tua ke anak
5. Asupan Air minum
Memperbanyak diuresis dengan cara
banyak minum air akan mengurangi
kemungkinan terbentuknya batu ,sedangkan
kurang minum menyebabkan kadar semua
substansi dalam urine meningkat
6. Pekerjaan
Pekerja keras yang banyak bergerak
mengurangi kemungkinan terbentuknya batu
daripada pekerja yang lebih banyak duduk.
7. Suhu
Tempat yang bersuhu panas
menyebabkan banyak mengeluarkan
keringat sedangkan asupan air kurang dan
tingginya kadar mineral dalam air minum
meningkatkan insiden batu saluran kemih
8. Makanan
Masyarakat yang banyak mengkonsumsi
protein hewani angka morbiditasbatu saluran
kemih berkurang. Penduduk yang vegetarian
yang kurang makan putih telur lebih sering
menderita batu saluran kemih ( buli-buli dan
Urethra ).
D. Anatomi Ginjal
Ginjal adalah bagian utama dari sistem
perkemihan yang juga masuk didalamnya
ureter, kandung kemih dan uretra. Ginjal
terletak pada rongga abdomen posterior,
dibelakang peritonium diarea kanan dan kiri
dari kolumna vertebralis. Ginjal
dipertahankan dalam posisi tersebut oleh
bantalan lemak yang tebal. Pada orang
dewasa normal panjangnya 12 – 13 cm,
lebar 6 cm dan beratnya antara 120 -150
gram. Setiap ginjal memiliki korteks
dibagian luar dan di bagian dalam yang
terbagi menjadi piramide-piramide. Pada
setiap piramide membentuk duktus papilaris
yang selanjutnya menjadi kaliks minor,
kaliks mayor dan bersatu membentuk ginjal
tempat terkumpulnya urine. Ureter
menghubungkan ginjal dengan kandung
kemih.
Garis-garis yang terlihat pada piramide
disebut nefron yang merupakan satuan
fungsional ginjal. Setiap ginjal terdiri dari
satu juta nefron. Setiap nefron terdiri atas
glomerulus yang merupakan lubang-lubang
yang terdapat pada piramide-piramide renal,
membentuk simpul dan kapiler badan satu
mulpigli, kapsul bowman, tubulus proximal,
ansa henle dan tubulus distal.
Ureter menghubungkan pelvis ginjal
dengan kandung kemih. Kedua ureter
merupakan saluran yang panjangnya 10 – 12
inc. Ureter berfungsi menyalurkan urin ke
kandung kemih. Kandung kemih
mempunyai tiga muara. Dua maura ureter
dan satu muara uretra. Kandung kemih
sebagai tempat menyimpannya urin dan
mendorong urin untuk keluar. Uretra adalah
saluran kecil yang berjalan dari kandung
kemih sampai ke luar tubuh yang disebuat
meatus uretra.
Fungsi ginjal:
1. Fungsi ekskresi
a. Mempertahankan osmolaritas plasma
sekitar 285 cm osmol dengan mengubag
ekskresi air.
b. Mempertahankan kadar masing-masing
elektrolit plasma dalam rentang normal.
c. Mempertahankan pH plasma dengan
mengeluarkan kelebihan dan membentuk
kembali Hco3.
d. Mengekskresikan produk ahkir nitrogen
dan metabolisme protein terutama urea,
asam urat dan kretinin.
2. Fungsi non ekskresi
a. Menghasilkan renin, penting untuk
mengatur tekanan darah.
b. Menghasilkan eritropoitin, faktor
penting dalam stimulasi produksi sel darah
merah dan sumsum tulang.
c. Metabolisme vitamin D menjdai bentuk
aktifnya.
d. Degradasi insulin.
e. Menghasilkan prostaglandin.

E. Patofisisiologi
Mekanisme terbentuknya batu pada
saluran kemih atau dikenal dengan
urolithiasis belum diketahui secara pasti.
Namun demikian ada beberapa faktor
predisposisi terjadinya batu antara lain:
peningkatan konsentrasi larutan urin akibat
dari intake cairan yang kurang serta
peningkatan bahan-bahan organik akibat
infeksi saluran kemih atau statis urin
menjadikan sarang untuk pembentukan batu.
Supersaturasi elemen urin seperti
kalsium, fosfat dan faktor lain yang
mendukung terjadinya batu meliputi: pH
urin yang berubah menjadi asam, jumlah
casiran urin. Masalah-masalah dengan
metabolisme purin mempengaruhi
pembentukan batu asam urat. pH urin juga
mendukung pembentukan batu. Batu asam
urat dan cyscine dapat mengendap dalam
urin yang alkalin, sedangkan batu oxalat
tidak dipengaruhi oleh pH urin.
. Batu yang terbentuk dalam saluran
kemih sangat bervariasi. Ada batu yang
kecil, ada yang besar. Batu yang kecil dapat
lekuar lewat urin dan akan menimbulkan
rasa nyeri, trauma pada saluran kemih dan
akan tampak darah dalam urin; sedangkan
batu yang besar dapat menyebabkan
obstruksi saluran kemih yang menimbulkan
dilatasi struktur, akibat dari dilatasi akan
terjadi refluks urin dan akan menimbulkan
terjadinya hidronefrosis karena dilatasi
ginjal. Kerusakan pada srtuktur ginjal yang
lama akan mengakibatkan kerusakan-
kerusakan pada organ dalam ginjal sehingga
terjadi gagal ginjal kronis karena ginjal tidak
mampu melakukan fungsinya secara normal,
yang mengakibatkan terjadinya penyakit
gagal ginjal kronik yang dapat menyebabkan
kematian. Selain itu batu dapat mengabrasi
dinding sehingga darah akan keluar bersama
urin.

F. Tanda dan gejala


Manifestasi klinis adanya batu dalam
traktus urinarius tergantung pada adanya
obstruksi, infeksi dan edema.
1. Ketika batu menghambat aliran urin,
terjadi obstruksi piala ginjal serta ureter
proksimal.
a. Infeksi pielonefritis dan sintesis disertai
menggigil, demam dan disuria, dapat terjadi
iritasi batu yang terus menerus. Beberapa
batu menyebabkan sedikit gejala, namun
secara perlahan merusak unit fungsional
(nefron) ginjal.
b. Nyeri hebat dan ketidaknyamanan.
2. Batu di ginjal
a. Nyeri dalam dan terus menerus di area
kontovertebral.
b. Hematuri.
c. Nyeri berasal dari area renal menyebar
secara anterior dan pada wanita nyeri
kebawah mendekati kandung kemih
sedangkan pada pria mendekati testis.
d. Mual dan muntah.
e. Diare.
3. Batu di ureter
a. Nyeri menyebar kepaha dan genitalia.
b. Rasa ingin berkemih namun hanya
sedikit urin yang keluar.
c. Hematuri akibat abrasi batu.
d. Biasanya batu keluar secara spontan
dengan diameter batu 0,5 – 1 cm.
4. Batu di kandung kemih
a. Biasanya menimbulkan gejala iritasi
dan berhubungan dengan infeksi traktus
urinarius dan hematuri.
b. Jika batu menimbulkan obstruksi pada
leher kandung kemih akan terjadi retensi
urin.
Teori terbentuknya batu
1. Teori Intimatriks
Terbentuknya BSK. memerlukan adanya
substansi organik sebagai inti .Substansi ini
terdiri dari mukopolisakarida dan
mukoproptein A yang mempermudah
kristalisasi dan agregasi substansi
pembentukan batu.
2. Teori Supersaturasi
Terjadi kejenuhan substansi pembentuk
batu dalam urine seperti; sistin, santin, asam
urat, kalsium oksalat akan mempermudah
terbentuknya batu.
3. Teori Presipitasi-Kristaliasi
Perubahan pH urine akan mempengaruhi
solubilitas substasi dalam urine .Urine yang
bersifat asam akan mengendap
sistin,santin,asam dan garam urat,urine
alkali akan mengendap garam-garam fosfat..
4. Teori Berkurangnya faktor penghambat
Berkurangnya faktor penghambat seperti
peptid fosfat, pirofosfatpolifosfat, sitrat
magnesium, asam mukopolisakarida akan
mempermudah terbentuknya batu saluran
kemih.

G. Pemeriksaan Diagnostik
1. Urinalisa; warna mungkin kuning ,coklat
gelap,berdarah,secara umum menunjukan
SDM, SDP, kristal ( sistin,asam urat,kalsium
oksalat), pH asam (meningkatkan sistin dan
batu asam urat) alkali ( meningkatkan
magnesium, fosfat amonium, atau batu
kalsium fosfat), urine 24 jam :kreatinin,
asam urat kalsium, fosfat, oksalat, atau sistin
mungkin meningkat), kultur urine
menunjukan ISK, BUN/kreatinin serum dan
urine; abnormal (tinggi pada serum/rendah
pada urine) sekunder terhadap tingginya
batu obstruktif pada ginjal menyebabkan
iskemia/nekrosis.
2. Darah lengkap: Hb,Ht,abnormal bila
psien dehidrasi berat atau polisitemia.
3. Hormon Paratyroid mungkin meningkat
bila ada gagal ginjal ( PTH. Merangsang
reabsobsi kalsium dari tulang, meningkatkan
sirkulasi serum dan kalsium urine.
4. Foto Rntgen; menunjukan adanya
kalkuli atau perubahan anatomik pada area
ginjal dan sepanjang ureter.
5. IVP: memberikan konfirmasi cepat
urolithiasis seperti penyebab nyeri,
abdominal atau panggul.Menunjukan
abnormalitas pada struktur anatomik
(distensi ureter).
6. Sistoureterokopi;visualiasi kandung
kemih dan ureter dapat menunjukan batu
atau efek obstruksi.
7. CT Scan : menggambarkan kalkuli dan
masa lain.
8. USG ginjal: untuk menentukan
perubahan obstruksi,dan lokasi batu.

H. Therapy dan Penatalaksanaan medik


1. Tujuan:
a. Menghilangkan obstruksi
b. Mengobati infeksi.
c. Mencegah terjadinya gagal ginjal.
d. Mengurangi kemungkinan terjadinya
rekurensi (terulang kembali).
2. Operasi dilakukan jika:
a. Sudah terjadi stasis/bendungan.
b. Tergantung letak dan besarnya batu,
batu dalam pelvis dengan bendungan positif
harus dilakukan operasi.
3. Therapi
a. Analgesik untuk mengatasi nyeri.
b. Allopurinol untuk batu asam urat.
c. Antibiotik untuk mengatasi infeksi.
4. Diet
Diet atau pengaturan makanan sesuai jenis
batu yang ditemukan.
a. Batu kalsium oksalat
Makanan yang harus dikurangi adalah jenis
makanan yang mengandung kalsium oksalat
seperti: bayam, daun sledri, kacang-
kacangngan, kopi, coklat; sedangkan untuk
kalsium fosfat mengurangi makanan yang
mengandung tinggi kalsium seperti ikan
laut, kerang, daging, sarden, keju dan sari
buah.
b. Batu struvite; makanan yang perlu
dikurangi adalah keju, telur, susu dan
daging.
c. Batu cystin; makanan yang perlu
dikurangi antara lain sari buah, susu,
kentang.
d. Anjurkan konsumsi air putih kurang
lebih 3 -4 liter/hari serta olah raga secara
teratur.

I. Extracorporeal Shock Wave


Lithotripsy (ESWL)
Saat ini di Indonesia masih banyak
yang belum mengenal Extracorporeal Shock
Wave Lithotripsy (ESWL), sebagai salah
satu terapi penyembuhan penyakit batu
ginjal. ESWL sebenarnya sudah bukan
merupakan barang asing dalam dunia
kedokteran khususnya bagi para urologis.
Sejak diperkenalkan penggunaannya di awal
tahun 1980-an, ESWL semakin populer dan
menjadi pilihan pertama dalam kasus umum
penanganan penyakit batu ginjal.
Beberapa keuntungan dari ESWL
diantaranya adalah dapat menghindari
operasi terbuka, lebih aman, efektif, dan
biaya lebih murah, terutama untuk prosedur
ESWL yang sederhana sehingga tidak
memerlukan perlakuan berkali-kali.
ESWL merupakan terapi non-invasif,
karena tidak memerlukan pembedahan atau
memasukkan alat kedalam tubuh pasien.
Sesuai dengan
namanya, Extracorporeal berarti di luar
tubuh, sedangkan Lithotripsy berarti
penghancuran batu, secara harfiah ESWL
memiliki arti penghancuran batu (ginjal)
dengan menggunakan gelombang kejut
(shock wave) yang ditransmisi dari luar
tubuh.
Dalam terapi ini, ribuan gelombang
kejut ditembakkan ke arah batu ginjal
sampai hancur dengan ukuran serpihannya
cukup kecil sehingga dapat dikeluarkan
secara alamiah dengan urinasi.
KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN
I. PRA OPERASI
A. Pengkajian
1. Pola persepsi kesehatan dan
pemeliharaan kesehatan
a. Riwayat penyakit ginjal akut dan
kronik.
b. Riwayat infeksi saluran kemih.
c. Pajanan lingkungan: zat-zat kimia.
d. Keturunan.
e. Alkoholik, merokok.
f. Untuk pasien wanita: jumlah dan tipe
persalinan (SC, forseps, penggunaan
kontrasepsi).
2. Pola nutrisi metabolik
a. Mual, muntah.
b. Demam.
c. Diet tinggi purin oksalat atau fosfat.
d. Kebiasaan mengkonsumsi air minum.
e. Distensi abdominal, penurunan bising
usus.
f. Alkoholik
3. Pola eliminasi
a. Perubahan pola eliminasi: urin pekat,
penurunan output.
b. Hematuri.
c. Rasa terbakar, dorongan berkemih.
d. Riwayat obstruksi.
e. Penurunan hantaran urin, kandung
kemih.
4. Pola aktivitas dan latihan
a. Pekerjaan (banyak duduk).
b. Keterbatasan aktivitas.
c. Gaya hidup (olah raga).
5. Pola tidur dan istirahat
a. Demam, menggigil.
b. Gangguan tidur akibat rasa nyeri.
6. Pola persepsi kognitif
a. Nyeri: nyeri yang khas adalah nyeri
akut tidak hilang dengan posisi atau
tindakan lain, nyeri tekan pada area ginjal
pada palpasi
b. Pengetahuan tentang terjadinya
pembentukan batu.
c. Penanganan tanda dan gejala yang
muncul.
7. Pola reproduksi dan seksual
a. Keluhan dalam aktivitas seksual
sehubungan dengan adanya nyeri pada
saluran kemih.
8. Pola persepsi dan konsep diri
a. Perubahan gaya hidup karena penyakit.
b. Cemas terhadap penyakit yang diderita.
9. Pola mekanisme copying dan toleransi
terhadap stres
a. Adakah pasien tampak cemas
b. Bagaimana mengatasi masalah yang
timbul.

B. Diagnosa keperawatan
Diagnosa Keperawatan yang mungkin
muncul adalah ;
1. Pre operasi
a. Nyeri berhubungan dengan peningkatan
frekuensi /dorongan kontraksi
ureteral,trauma jaringan,pembentukan
edema,iskemia seluler.
b. Perubahan pola eliminasi: urine
berhubungan dengan obstruksi karena batu.
c. Risiko tinggi kekurangan volume cairan
berhubungan dengan mual dan muntah
d. Kurang pengetahuan tentang diet, dan
kebutuhan pengobatan

C. Rencana Asuhan Keperawatan

N Diagnos Tuju Intervensi Rasional


Oa an-
. Kepera Krit
watan eria
yang
diha
rapk
an
1. Nyeri Nyer Catat Evaluasi
akut b/d i lokasi,lamany tempat
peningka hilan a obstruksi
tan g intensitas,pen dan
frekuensi deng yebaran,perha kemajua
/doronga an tikan tanda- n
n spas tanda non gerakan
kontraksi me verbal,misaln kalkulus
ureteral,t terko ya
rauma ntrol. merintih,men
jaringan, gaduh dan
pembent Krite gelisahansieta
ukan ria ; s. Memban
edema,is - Jel askan tu dalam
kemia penyebab meningk
seluler. Pasi nyeri dan atkan
en perubahan kemamp
tamp karakteristik uan
ak nyeri. koping
rilek pasien
s. serta
- menurun
Berikan kan
Pasi tindakan ansietas
en nyaman,misal
mam nya pijatan Meningk
pu punggung,cip atkan
tidur/ takan relaksasi,
istira lingkungan menurun
hat yang tenang. kan
deng Bantu atau tegangan
an dorong otot,
tenan penggunaan
g nafas
- berfokus
Bantu dengan Mengara
Tid ambulasi hkan
ak sering s/d kembali
gelis indikasi perhatian
ah,ti tingkatkan dan
dak pemasukan membant
meri cairan u dalam
ntih sedikitnya 3-4 relaksasi
lt/hariatau s/d otot.
indikasi. Meningk
Perhatikan atkan
keluhanpenin lewatnya
gkatan/menet batu,men
apnya nyeri cegah
abdomen. stasis
Berikan urine,me
kompres ncegah
hangat pada pembent
punggung ukan
. batu
KOLABORA selanjutn
SI: ya.
Berikan obat
sesuai dengan
indikasi Obstruks
- Narkotik i lengkap
- ureter
- dpt.meny
Antispa ebabkab
smodik ferforasi,
dan
ekstravas
- asi urine
Kortiko ke dalam
steroid area
perirenal.

Pertahankan
patensi
kateter bila
digunakan. Dipakai
selama
episode
akut,untu
k
menurun
kan kolik
ureter
dan
relaksasi
otot.
.Menuru
nkan
refleks
spasme
shg.
Mengura
ngi nyeri
dan
kolik.
Menurun
kan
edema ja
ringan
,shg.
Memban
tu
gerakan
batu.
Mencega
h stasis
urine,me
nurunkan
resiko
peningka
tan
tekanan
ginjal
dan
infeksi.
.
2. Perubahan eliminasi Perubahan Awasi pemasukan dan Evaluasi fungsi
urine b/d stimulasi eliminasi pengeluaran serta karakteristik ginjal
kandung kemih oleh urine tidak urine dgn.memerhatikan
batu,iritasi terjadi tanda-tanda
ginjal,atau Tentukan pola berkemih komplikasimisalnya
ureter,obstruksi Kriteria : normal. infeksi,atau
mekanik atau - perdarahan.
inflamsi. Haemat Kalkulus
uria tidak dpt.menyebabkan
ada. Dorong meningkatkan eksitabiliats
- Piuria pemasukan cairan saraf,yg.menyebabk
tidak an kebutuhan
terjadi Catat adanya pengeluaran sensasi berkemih
- Rasa dalam urinek/p kirim ke lab .segera.
terbakar untuk dianalisa. Membilas
tidak ada. Observasi keluhan kandung bakteri,darah.dan
- Dorongan kemih,palpasi dan perhatikan debris,membantu
ingin output,dan edema. lewatnya batu.
berkemih Obserevasi perubahan status Identifikasi tipe
terus mental.,prilaku atau tingkat batudan alternatif
berkurangi. kesadaran. terapi

Kolaborasi ; Retensi
Monitoring urine,menyebabkan
pem.Lab,BUN.kreatinin distensi
jaringan.,potensial
Ambil urine untuk kultur dan resiko infeksi dan
sensitivitas GGK.
Berikan obat sesuai dgn Ketidakseimbangan
program; elektrolit
- diamox, alupurinol dpt.menjadi toksik
pada SSP.
- Esidrix, Higroton

- Amonium Peninggian
Klorida,Kalium,,atau BUN,indikasi
Natrium,fosfat,. disfungsi ginjal.
- Agen antigon, (Ziloprim)

Evaluasi adanya
- Antibiotik ISK.atau penyebab
komplikasi.
- Nabic

- Asam Askorbat
Meningkatkan
- Pertahankan patensi kateter. pH.urine
menurunkan
Irigasi dgn. Asam atau larutan pembentukan batu
alkalin. asam.
Mencegah stasis
urine

Menurunkan
pembentukan batu
fosfat

Menurunkan
produksi asam urat

Adanya ISK
potensuial
pembentukan batu.
Mencegah
pembentukan
beberapa kalkuli.
Mencegah
berulangnya
pembentukan batu
alkalin.
Mencegah
retensi,dan
komplikasi.
Mengubah pH.urine
mencegah
pembentukan batu.
3. Resiko tinggi Keseimban Catat insiden muntah, diare, Mengesampingkan
kekurangan volume gan cairan perhatikan karakteristik, dan kejadian abdominal
cairan b/d adekuat frekuensi. lain.
mual,muntah,diuresi Tingkatkan pemasukan cairan
s pascaobstruksi. Kriteria : 3-4 lt / hari dalam toleransi
- Intake dan jantung.
output Mempertahankan
seimbang Awasi tanda vital, evaluasi keseimbangan
- Tanda nadi, turgor kulit dan cairan dan
vital stabil membran mukosa. homeostasis.
(TD 120/80
mmHg. Timbang berat badan tiap hari
Nadi 60- Kolaborasi: Penurunan
100, RR16- Awasi Hb,Ht,elektrolit, LFG.merangasang
20, suhu Berikan cairan IV produksi renin, yg.
36.5°- Bekerja
37°C) Berikan diet tepat,cairan meningktakan TD.
- -Membran jernih,makanan lembut s/d Peningkatan
mukosa toleransi BB.yang
lembab cepat,waspada
- Turgor Berikan obat s/d indikasi retensi
kulit baik. antiemetik,(misal compazin ) Mengkaji hidrasi,
kebutuhan
intervensdi.

Mempertahankan
volume sirkulasi
Mempertahnakan
keseimbangan
nutruisi.

Menurunkan mual
muntah
4. Kurang pengetahuan Pasien Kaji ulang proswes penyakit Memberikan
tentang diet, dan dapat dan harapan masa datang pengetahuan
kebutuhan memahami dasar,membuat
pengobatan tentang Kaji ulang program diet, pilihan berdasarkan
diet,dan sesuai dengan indikasi informasi
program Pemahaman
pengobatan diet,memberikan
Diskusikan tentang: kesempatan untuk
Kriteria : Pemberian diet rtendah memilih sesuai dgn.
- purin,(membatasi daging Informasi,mencegah
Berpart berlemak,kalkun,tumbuhan kekambuhan.
isipasi polong,gandum,alkohol) Menurunkan
dalam Pemberian diet rendah pemasukan oral
program Ca.(membatasi thd.prekursor asam
pengobatan susu,keju,sayur hijau,yogurt.) urat
- Pemberian diet rendah oksalat
Menjal membatasi konsumsi
ankan diet coklat,minuman
kafein,bit,bayam.
Diskusikan program obat-
obatan ,hindfari obat yang Menurunkan
dijual bebas dan baca resikopembentukan
labelnya. batu kalsium.
Tunjukan perawatan yang
tepat thd.insisi/kateter bila
ada. Menurunkan
pembentukan batu
oksalat.

Obat yang diberikan


untuk
mengasamkan
urin,atau
mengalkalikan,men
ghindari produk
kontraindikasi.
D. Evaluasi
Tahap evaluasi dalam proses keperawatan mencakup pencapaian terhadap tujuan
apakah masalah teratasi atau tidak, dan apabila tidak berhasil perlu dikaji, direncanakan dan
dilaksanakan dalam jangka waktu panjang dan pendek tergantung respon dalam keefektifan
intervensi

II. POST OPERASI


A. Pengkajian
Pengkajian pada klien dengan batu saluran kemih pasca pembedahan menurut Doenges
(2000),Susan Martin tucker ( 1998 ) diperoleh data sebagai berikut :
1. Aktifitas / istirahat.
Gejala : Pekerjaan monoton, klien terpajan pada lingkungan bersuhu tinggi, keterbatasan aktifitas
/ imobilisasi sehubungan dengan kondisi sebelumnya (penyakit tidak sembuh dan cidera medula
spinalis).
2. Sirkulasi
Tanda : peningkatan tekanan darah, nadi, nyeri pingggang, kolig ginjal, ansietas, gagal ginjal),
kulit hangat dan kemerahan, pucat.
3. Eliminasi
Gejala : riwayat adanya ISK kronik, obstruksi sebelumnya (kalkulus). Penurunan haluaran urine,
kandung kemih penuh, rasa terbakar, dorongan berkemih, diare.
Tanda : oliguria, hematuria, piuria, perubahan pola berkemih, makanan / cairan.
4. Makanan / cairan
Gejala : mual / muntah, nyeri tekan abdomen, diet tinggi purin, kalsium oksalat atau fosfat,
ketidakcukupan pemasukan cairan tidak minum air dengan cukup.
Tanda : distensi abdomen, penurunan / tidak adanya bising usus, muntah.
5. Nyeri / kenyamanan
Gejala : periode akut, nyeri berat, nyeri kolik, lokasi tergantung pada lokasi batu, contoh pada
panggul di regio sudut kostavertebral : dapat menyebar ke punggung, abdomen dan turun ke lipat
paha/genetalia, nyeri dangkal konstan menunjukkan kalkulus ada di pelvi atau kalkulus ginjal
nyeri dapat digambarkan sebagai akut, hebat tidak hilang dengan posisi atau tindakan lain.
Tanda : melindungi perilaku distraksi, nyeri tekan pada areal ginjal pada palpasi.

B. Diagnosa keperawatan
Diagnosa keperawatan berdasarkan analisa data menurut Doenges (2000), Susan Martin Tucker
ditemukan diagnosa keperawatan sebagai berikut :
1. Nyeri berhubungan dengan insisi pembedahan
2. Resiko gangguan integritas kulit berhubungan dengan drainase luka.
3. Kurang pengetahuan berhubungan dengan kurang informasi tentang proses penyakit, perawatan
rutin pasca operasi.

C. Perencanaan

NO Diagnosa keperawatan Tujuan-Kriteria Intervensi Rasional


yang diharapkan
1 Nyeri berhubungan Tujuan : nyeri 1.Kaji sifat, 1.mengetahi
dengan insisi hilang / terkontrol. intensitas, lokasi, nyeri (P,Q,R,S,T)
pembedahan Kreteria evaluasi : pencetus dan
dilaporkan lamanya.
penurunan klien, 2. Kaji daerah 2.mengetahui
ekspresi wajah dan insisi terhadap keadaan setempat
posisi tubuh klien kemerahan, berhubungan
tampak rileks. bengkak, keras dengan tindakan
dan drainase yang akan di
lakukan

3. Bantu pasien 3.menciptakan


mendapatkan kenyamanan
posisi yang
nyaman

4.Ajarkan teknik 4.meringankan


relaksasi nafas nyeri sehingga
dalam. klien bisa tampak
lebih rileks

5. Anjurkan klien 5.membantu


banyak minum mengeluarkan
sisa batu dan
melancarkan
saluran kemih

6. Kolaborasi 6.membantu
dengan dokter mengatasi rasa
untuk pemberian nyeri pada pasien
analgetik
2 Gangguan integritas kulit Tujuan : gangguan 1.Pantau balutan 1.mengetahui
berhubungan dengan integritas kulit tidak drainase, luka kondisi drainase
drainase luka terjadi. operasi, dan luka operasi
Kriteria evaluasi :
klien tidak 2.Catat dan 2.mengetahui
menunjukkan tanda dokumentasikan kondisi kulit
dan gejala bau, warna, untuk panduan
kemerahan pada konsistensinya, dalam tindakan
kulit. jaga kulit bersih selanjutnya
Intervensi : dan kering
3. Bantu pasien 3.mencegah
mendapatkan terjadinya
posisi yang dekubitus
nyaman
4. Beri kantong
ostomi dan 4. mencegah
pelindung kulit terjadinya infeksi
sekitar drainase
5. Pertahankan 5. untuk menjaga
kepatenan drain kelancaran
dan cegah drainase
adanya
penghalang pada
alat drainase

3 Kurang pengetahuan Tujuan : 1.Intruksikan 1.membantu


berhubungan dengan pengetahuan pasien untuk mengembalikan
kurang informasi tentang bertambah. minum lebih dari kondisi cairan
proses perawatan pasca Kriteria evaluasi : 2500 ml/ hari pasca operasi
operasi. Pasien/ keluarga
dapat 2.Intruksikan 2.membantu
mengungkapkan pasien untuk mempercepat
tentang proses mempertahankan proses
penyakit, perawatan diit sesuai penyembuhan
rutin pasca operasi, program
perawatan di rumah 3. Ajarkan pasien 3.membantu
dan evaluasi serta untuk mencegah
dapat menggunakan terjadinya ifeksi
mendemontrasikan teknik cuci
perawatan luka, tangan yang
mengganti balutan. benar
Intervensi : 4. Intruksikan 4.untuk membatu
pada pasien mempercepat
untuk penanganan pada
melaporkan bila pasien
terjadi
haematuria

5. Intruksikan 5.untuk
pasien untuk mencegah
menghindari terjadinya
pemakaian obat keracunan Obat
melebihi
ketentuan dokter
tanpa
sepengetahuan
dokter

D. Implementasi
Implementasi menurut teori adalah mengidentifikasi bidang bantuan situasi yang
membutuhkan tambahan beragam dan mengimplementasikan intervensi keperawatan dengan
praktik terdiri atas keterampilan kognitif, interpersonal dan psikomotor (teknis).
Dalam melaksanakan asuhan keperawatan pada klien pada batu ginjal, pada
prinsipnya adalah menganjurkan klien untuk banyak minum, mengobservasi tanda-tanda vital,
mengawasi pemasukan dan pengeluaran cairan, mengajarkan teknik relaksasi untuk mengatasi
nyeri, memberikan obat dan memantau hasil pemeriksaan darah lengkap sesuai program serta
melibatkan keluarga dalam setiap tindakan yang dilakukan.
Mendokumentasikan semua tindakan keperawatan yang dilakukan ke dalam catatan
keperawatan secara lengkap yaitu ; jam, tanggal, jenis tindakan, respon klien dan nama lengkap
perawat yang melakukan tindakan keperawatan.

E. Evaluasi
Menurut teori evaluasi adalah tujuan asuhan keperawatan yang menentukan apakah
tujuan ini telah terlaksana, setelah menerapkan suatu rencana tindakan untuk meningkatkan
kualitas keperawatan, perawat harus mengevaluasi keberhasilan rencana penilaian atau evaluasi
diperoleh dari ungkapan secara subjektif oleh klien dan objektif didapatkan langsung dari hasil
pengamatan. Penilaian keberhasilan dilakukan sesuai dengan waktu yang dicapai dengan kriteria
hasil. Pada klien batu ginjal dapat dilihat : nyeri berkurang, tanda-tanda vital dalam batas normal
dan pengetahuan klien tentang perawatan batu ginjal meningkat.

Anda mungkin juga menyukai