LANDASAN PENDAHULUAN
1. Tinjauan Teori
1.1 Definisi
Batu ginjal adalah batu yang terbentuk di tubuli ginjal kemudian berada
dikaliks, infundibulum, pelvis ginjal dan bahkan bisa mengisi pelvis serta
seluruh kaliks ginjal dan merupakan batu saluran kemih yang paling sering
terjadi. (Purnomo, 2014) Batu Ginjal merupakan keadaan tidak normal dalam
ginjal, yang mengandung komponen kristal dan matriks organic. (Suyono,
2013) Batu ginjal adalah suatu penyakit dimana terjadi pembentukan batu
dalamkolises dan atau pelvis. Batu ginjal dapat terbentuk karena pengendapan
garamurat, oksalat atau kalsium.
1.2 Etiologi
Dalam banyak hal penyebab terjadinya batu ginjal secara pasti belum
dapat diketahui. Pada banyak kasus ditemukan kemungkinan karena adanya
hiperparatirodisme yang dapat meyebabkan terjadinya hiperkalsiuria. Kadang-
kadang dapat pula disebabkan oleh infeksi bakteri yang menguraikan ureum
(seperti proteus, beberapa pseudoenonas, staphylococcosa albus dan beberapa
jenis coli) yang mengakibatkan pembentukan batu.Penyebab terbentuknya
batu saluran kemih diduga berhubungan dengan gangguan aliran urine,
gangguan metabolik, infeksi saluran kemih, dehidrasi dankeadaan-keadaan
lain yang masih belum terungkap (idiopatik). Secara epidemiologis terdapat
beberapa faktor yang mempermudah terjadinya batu saluran kemih yang
dibedakan sebagai faktor intrinsik dan faktor ekstrinsik.
1.3 Patofisiologi
Mekanisme pembentukan batu ginjal atau saluran kemih tidak diketahui secara
pasti, akan tetapi beberapa buku menyebutkan proses terjadinya batu dapat
disebabkan oleh hal-hal sebagai berikut :
a. Adanya presipitasi garam-garam yang larut dalam air seni, dimana apabila
air seni jenuh akan terjadi pengendapan.
b. Adanya inti ( nidus ). Misalnya ada infeksi kemudian terjadi tukak,dimana
tukak ini menjadi inti pembentukan batu, sebagai tempat menempelnya
partikel-partikel batu pada inti tersebut.
c. Perubahan pH atau adanya koloid lain di dalam air seni akan menetralkan
muatan dan meyebabkan terjadinya pengendapan.
1. Teori nukleasi: Batu terbentuk di dalam urine karena adanya inti batu atau
sabuk batu (nukleus). Partikel-partikel yang berada dalam larutan kelewat
jenuh akan mengendap di dalam nukleus itu sehingga akhirnya
membentuk batu. Inti bantu dapat berupa kristal atau benda asing saluran
kemih.
2. Teori matriks: Matriks organik terdiri atas serum/protein urine (albumin,
globulin dan mukoprotein) sebagai kerangka tempat mengendapnya
kristal-kristal batu.
3. Penghambat kristalisasi: Urine orang normal mengandung zat penghambat
pembentuk kristal yakni magnesium, sitrat, pirofosfat, mukoprotein dan
beberapa peptida. Jika kadar salah satu atau beberapa zat ini berkurang
akan memudahkan terbentuknya batu dalam saluran kemih. Batu saluran
kemih dapat menimbulkan penyulit berupa obstruksi dan infeksi saluran
kemih. Manifestasi obstruksi pada saluran kemih bagian bawah adalah
retensi urine atau keluhan miksi yang lain sedangkan pada batu saluran
kemih bagian atas dapat menyebabkan hidroureter atau hidrinefrosis. Batu
yang dibiarkan di dalam saluran kemih dapat menimbulkan infeksi, abses
ginjal, pionefrosis, urosepsis dan kerusakan ginjal permanen (gagal ginjal).
1.4 Klasifikasi
Batu saluran kemih dapat dibagi berdasarkan lokasi terbentuknya, menurut
lokasi beradanya, menurut keadaan klinik, dan menurut susunan kimianya.
1.Menurut tempat terbentuknya
a. Batu ginjal
b. Batu kandung kemih
2.Menurut lokasi keberadaannya :
a. Batu urin bagian atas (mulai ginjal sampai ureter distal)
b. Batu urin bagian bawah (Mulai kandung kemih sampai uretra)
3.Menurut Keadaan Klinik :
a. Batu urin metabolic aktif : bila timbul dalam satu tahun trakhir, batu
bertambah besar atau kencing batu.
b. Batu urin metabolic inaktif : bila tidak ada gejala seperti yang aktifc. Batu
urin yang aktifitasnya diketahui (asimtomatik)d. Batu urin yang perlu tindakan
bedah (surgically active) bilamenyebabkanobstruksi, infeksi, kolik, hematuria.
4. Menurut susunan kimiawi
Berdasarkan susunan kimianya batu urin ada beberapa jenis yaitu : batu
kalsium okalat, batu kalsium fosfat, batu asam urat, batu struvit(magnesium
ammonium fosfat) dan batu sistina.
a. Batu Kalsium Oksalat : Merupakan jenis batu paling sering dijumpai;
yaitu lebih kurang 75-85%dari seluruh batu urin. Batu ini lebih umum
pada wanita, dan rata-rata terjadi padausia decade ketiga. Kadang-
kadang batu ini dijumpai dalam bentuk murni atau juga bisa dalam
bentuk campuran, misalnya dengan batu kalsium fosfat biasanya
(hidroxy apatite). Batu kalsium ini terdiri dari 2 tipe yaitu monohidrat
dan dihidrat. Batu kalsium dihidrat biasanya pecah dengan mudah
dengan lithotripsy (suatu tekniknon invasive dengan menggunakan
gelombang kejut yang difokuskan pada batu untuk menghancurkan
batu menjadi fragmen-fragmen.) sedangkan batu monohidrat adalah
salah satu diantara jenis batu yang sukar dijadikan fragmen-fragmen.
b. Batu Struvit : Sekitar 10-15% dari total, terdiri dari magnesium
ammonium fosfat (batu struvit) dan kalsium fosfat. Batu ini terjadi
sekunder terhadap infeksi saluran kemih yang disebabkan bakteri
pemecah urea. Batu dapat tumbuh menjadi lebih besar membentuk
batu staghorn dan mengisi seluruh pelvis dan kaliks ginjal Batu dapat
tumbuh menjadi lebih besar membentuk batu staghorn dan mengisi
seluruh pelvis dan kaliks ginjal. Batu ini bersifat radioopak dan
mempunyai densitas yang berbeda. Diurin kristal batu struit berbentuk
prisma empat persegi panjang. Dikatakan bahwa batu staghorn dan
struit mungkin berhubungan erat dengan destruksi yang cepat dari
ginjal’ hal ini mungkin karena proteus merupakan bakteri urease yang
poten
c. Batu asam urat : Lebih kurang 5-10% dari seluruh batu saluran kemih
dan batu ini tidak mengandung kalsium dalam bentuk mu rni sehingga
tak terlihat dengan sinar X(Radiolusen) tapi mungkin bisa dilihat
dengan USG atau dengan Intra Venous Pyelografy (IVP). Batu asam
urat ini biasanya berukuran kecil, tapi kadang-kadang dapat cukup
besar untuk membentuk batu staghorn, dan biasanya relatiflebih mudah
keluar karena rapuh dan sukar larut dalam urin yang asam. Batu asam
urat ini terjadi terutama pada wanita. Separoh dari penderita batu asam
uratmenderita gout; dan batu ini biasanya bersifat famili apakah
dengan atau tanpagout. Dalam urin kristal asam urat berwarna merah
orange. Asam urat anhirat menghasilkan kristal-kristal kecil yang
terlihat amorphous dengan mikroskop cahaya. Dan kristal ini tak bisa
dibedakan dengan kristal apatit. Batu jenis dihidrat cenderung
membentuk kristal seperti tetesan air mata.
d. Batu Sistin : (1-2%)Lebih kurang 1-2% dari seluruh BSDK, Batu ini
jarang dijumpai (tidak umum), berwarana kuning jeruk dan berkilau.
Sedang kristal sistin diurin tampakseperti plat segi enam, sangat sukar
larut dalam air, bersifat radioopak karena mengandung sulfur
e. Batu Xantin : Amat jarang, bersifat herediter karena defisiensi xaintin
oksidase. Namun bisa bersifat sekunder karena pemberian alupurinol
yang berlebihan.
1.5 Pathway
1.6 Manifestasi Klinis
Obstruksi
Kolik
Hematuri
Nyeri hebat
1.7 Penatalaksanaan
Batu yang sudah menimbulkan masalah pada saluran kemih harus segera
dikeluarkan agar tidak menimbulkan penyulit yang lebih berat. Indikasi
untukmelakukan tindakan pada batu saluran kemih adalah telah terjadinya
obstruksi, infeksi atau indikasi sosial. Batu dapat dikeluarkan melalui prosedur
medika mentosa, dipecahkan dengan ESWL, melalui tindakan endo-urologi,
bedah laparoskopi atau pembedahan terbuka.
a. ESWL/ LithotripsiAdalah prosedur non-invasif yang digunakan
untukmenghancurkan batu di khalik ginjal. Setelah batu tersebut pecah
menjadi bagian yang kecil seperti pasir sisa-sisa batu tersebut
dikeluarkan secaraspontan.
b. Metode Endourologi Pengangkatan BatuIni merupakan gabungan
antara radiology dan urologi untuk mengangkat batu renal tanpa
pembedahan mayor.
c. Nefrostomi Perkutan adalah pemasangan sebuah selang melalui kulit
kedalam pelvis ginjal. Tindakan ini dilakukan untuk drainase eksternal
urindari kateter yang tersumbat, menghancurkan batu ginjal,
melebarkanstriktur.
d. Ureteruskopi mencakup visualisasi dan akses ureter dengan
memasukkan suatu alat Ureteroskop melalui sistoskop. Batu dapat
dihancurkan dengan menggunakan laser, lithotripsy elektrohidraulik,
atau ultrasound lalu diangkat. Larutan Batu. Nefrostomi Perkutan
dilakukan, dan cairan pengirigasi yang hangat dialirkan secara terus-
menerus ke batu. Cairan pengirigasi memasuki duktus kolekdiktus
ginjal melalui ureter atau selang nefrostomi.
e. Pengangkatan Bedah Nefrolitotomi. Insisi pada ginjal untuk
mengangkat batu. Dilakukan jika batu terletak di dalam ginjal.
f. Pielolitotomi. Dilakukan jika batu terletak di dalam piala
ginjal.Tindakan-tindakan khusus pada berbagai jenis batu yang
berbentuk meliputi :
a. Batu Kalsium : Paratirodektomi untuk hiperparatiroidisme,
menghilangkan susu dan keju dari diit, kalium fosfat asam ( 3 -
6 gram tiap hari) mengurangi kandungan kalsium di dalam
urine, suatu dueretik (misalnya50 mg hidroklorotiazid 2 kali
sehari) atau sari buah cranberry (200ml, 4kali sehari)
mengasamkan urin dan membuat kalsium lebih mudah
larutdalam urin
b. Batu Oksalat diet rendah oksalat dan rendah kalsium fosfat (3-5
gram kalium fosfat asam setiap hari), piridoksin ( 100 mg, 3
kali sehari).
c. Batu metabolic : sistin dan asam urat mengendap di dalam urin
asam (pHurine harus dianikan menjadi lebih besar dari 7,5
dengan memberikan 4-8 ml asam nitrat 50%, 4 kali sehari) dan
menyuruh pasien untuk diet mineral basa, batasi purin dalam
dit penderita batu asam urat ( berikan pulka 300mg alopurinal (
zyloprin ) sekali atau dua kali sehari). Pada penderita sistinura,
diet rendah metionin dan penisilamin ( 4 gram tiap hari).
d. Penatalaksanaan yang harus dilakukan pada pasien dengan post
praise batuginjal menurut Barbara C Long, 1985 meliputi :
penempatan pasien dalam ruang dengan ventilasi yang cukup,
perhatikan terhadap urine out put, pencegahan terhadap distensi
dan pendarahan dan perhatian terhadaplokasi pemasangan
drainase dan perawatannya.
1.8 Komplikasi
1. Sumbatan atau obstruksi akibat adanya pecahan batu
2. Infeksi, akibat diseminasi partikel batu ginjal atau bakteri akibat obstruksi
3. Kerusakan fungsi ginjal akibat sumbatan yang lama sebelum
pengobatanatau pengangkatan batu ginjal
4. Obstruksi urine dapat terjadi di sebelah hulu dari batu dibagian mana
sajadi saluran kemih. Obstruksi diatas kandung kemih dapat menyebabkan
hidroureter, yaitu ureter membengkak oleh urine. Hidoureter yang tidak
diatasi, atau obstruksi pada atau atas tempat ureter keluar dari ginjal dapat
menyebabkan hidronefrosis yaitu pembengkakan pelvis ginjal dan system
duktus pengumpul. Hidronefrosis dapat menyebabkan ginjal tidak dapat
memekatkan urine sehingga terjadi ketidakseimbangan elektrolit
dancairan.
5. Obstruksi menyebabkan peningkatan tekanan hidrostatistik intersium
dandapat menyebabkan penurunan GFR. Obstruksi yang tidak diatasi
dapatmenyebabkan kolapsnya nefron dan kapiler sehingga terjadi iskemia
nefron karena suplai darah terganggu. Akhirnya dapat terjadi gagal ginjal
jika kedua ginjal terserang.
6. Setiap kali terjadi obstruksi aliran urine (stasis), kemungkinan infeksi
bakteri meningkat.
7. Dapat terbentuk kanker ginjal akibat peradangan dan cedera
berulang(Corwin, 2014).
g. Penyuluhan/pembelajaran
Gejala : riwayat kalkulus dalam keluarga, penyakit ginjal, hipertensi,
gout, ISK kronis riwayat penyakit usus halus, bedah abdomen
sebelumnya, hiperparatiroidisme. Penggunaan antibiotic, antihipertensi,
natrium bikarbonat, alupurinol, fosfat, tiazid, pemasukan berlebihan
kalsium atauvitamin.
Pertimbangan Rencana Pemulangan : DRG menunjukkan rerata lama
dirawat: 3,4 hari.
h. Pemeriksaan diagnostic Urinalisa : warna kuning, coklat gelap, berdarah
secara umum menunjukkan SDM, SDP, Kristal,Urine : (24 jam)
kreatinin, asam urat, kalsium, fosfat, oksalat, atau sistin mungkin
meningkat. Hitung darah lengkap : SDP mungkin meningkat
menunjukan infeksi/septicemia.
2. Diagnosa Keperawatan
a. Nyeri akut berhubungan dengan agen pencidera fisiologis (mis.
Inflamasi, iskemia, neoplasma)
Kategori : Fisiologis
Subkategori : Eliminasi
Definisi
Disfungsi eliminasi urin
Penyebab
1. Penurunan kapasitas kandung kemih
2. Iritasi kandung kemih
3. Penurunan kemampuan menyadari tanda-tanda gangguan kandung
kemih
4. Efek tindakan medis dan diagnostik (mis. operasi ginjal, operasi saluran
kemih, anestesi, dan obat-obatan)
5. Kelemahan otot pelvis
6. Ketidakmampuan mengakses toilet (mis. imobilisasi)
7. Hambatan lingkungan
8. Ketidakmampuan mengkomunikasikan kebutuhan eliminasi
9. Outlet kandung kemih tidak lengkap (mis. anomaly saluran kemih
kongentinal)
10. Imaturitas (pada anak usia < 3 tahun)
3. Intervensi Keperawatan
Tingkat Nyeri L.08066
Definisi: Pengalaman sensorik atau emosional yang berkaitan dengan
kerusakan jaringan actual atau fungsional, dengan onset mendadak atau lambat
dan berintensitas ringan hingga berat dan konstan .
Ekspektasi: Menurun
Kriteria Hasil
Cukup Cukup
Menurun Sedang Meningkat
Menurun Meningkat
Kemampuan 1 2 3 4 5
menuntaskan
aktivitas
Cukup Cukup
Meningkat Sedang Menurun
Meningkat Menurun
Keluhan 1 2 3 4 5
nyeri 1 2 3 4 5
Meringis 1 2 3 4 5
Sikap 1 2 3 4 5
protektif 1 2 3 4 5
Gelisah 1 2 3 4 5
Kesulitan tidur 1 2 3 4 5
Menarik diri
Berfokus pada 1 2 3 4 5
diri sendiri 1 2 3 4 5
Diaphoresis
Perasaan depresi 1 2 3 4 5
(tertekan)
Perasaan takut
1 2 3 4 5
mengalami
1 2 3 4 5
cedera
berulang
1 2 3 4 5
Anoreksia
Perenium terasa
tertekan 1 2 3 4 5
Uterus teraba 1 2 3 4 5
membulat 1 2 3 4 5
Ketegangan otot 1 2 3 4 5
Pupil dilatasi
Muntah
Mual
Cukup Cukup
Memburuk Sedang Membaik
Memburuk Membaik
Pola napas 1 2 3 4 5
Tekanan 1 2 3 4 5
darah 1 2 3 4 5
Proses berpikir 1 2 3 4 5
Focus 1 2 3 4 5
Fungsi 1 2 3 4 5
berkemih 1 2 3 4 5
Perilaku 1 2 3 4 5
Nafsu makan
Pola tidur
Tindakan
Observasi
Identifikasi kebiasaan BAB dan BAK sesuai usia
Monitor integrasi kulit pasien
Terapiutik
Buka pakian yang diperlukan untuk memudahkan eliminasi
Dukung penggunaan toilet/commode/pispot/urinal secara konsisten
Jaga privasi selama eliminasi
Ganti pakaian pasien setelah eliminasi, jika perlu
Bersihan alat bantu BAK/BAB setelah digunakan
Latih BAK/BAB sesuai jadwal, jika perlu
Sediakan alat bantu (mis. kateter eksternal, urinal.) jika perlu
Edukasi
Anjurkan BAK/BAB secara rutin
Anjurkan ke kamar mandi/toilet, jika perlu
4. Implementasi
5. Evaluasi
Evaluasi adalah aktivitas yang direncanakan, berkelanjutan, dan terarah,
ketika pasien dan professional kesehatan menentukan kemajuan pasien
menuju pencapaian tujuan/hasil dan keefektifan rencana asuhan
keperawatan (Kozier et al., 2013). Evaluasi asuhan keperawatan
didokumentasikan dalam bentuk SOAP (subjektif, objektif, analisa,
planning).
Adapun komponen SOAP yaitu
1. S (subjektif) adalah informasi berupa ungkapan yang didapat
dari pasien setelah analisa diberikan,
2. (objektif) adalah informasi yang didapat berupa hasil
pengamatan, penilaian, pengukuran yang dilakukan oleh
perawat analisa dilakukan,
3. A (analisa) adalah membandingkan antara informasi subjektif
dan objektif,
4. P (analisa) adalah rencana keperawatan lanjutan yang akan
dilakukan berdasarkan hasil analisa (Dermawan, 2013).