Anda di halaman 1dari 23

BAB 1

LANDASAN PENDAHULUAN

1. Tinjauan Teori
1.1 Definisi
Batu ginjal adalah batu yang terbentuk di tubuli ginjal kemudian berada
dikaliks, infundibulum, pelvis ginjal dan bahkan bisa mengisi pelvis serta
seluruh kaliks ginjal dan merupakan batu saluran kemih yang paling sering
terjadi. (Purnomo, 2014) Batu Ginjal merupakan keadaan tidak normal dalam
ginjal, yang mengandung komponen kristal dan matriks organic. (Suyono,
2013) Batu ginjal adalah suatu penyakit dimana terjadi pembentukan batu
dalamkolises dan atau pelvis. Batu ginjal dapat terbentuk karena pengendapan
garamurat, oksalat atau kalsium.

1.2 Etiologi
Dalam banyak hal penyebab terjadinya batu ginjal secara pasti belum
dapat diketahui. Pada banyak kasus ditemukan kemungkinan karena adanya
hiperparatirodisme yang dapat meyebabkan terjadinya hiperkalsiuria. Kadang-
kadang dapat pula disebabkan oleh infeksi bakteri yang menguraikan ureum
(seperti proteus, beberapa pseudoenonas, staphylococcosa albus dan beberapa
jenis coli) yang mengakibatkan pembentukan batu.Penyebab terbentuknya
batu saluran kemih diduga berhubungan dengan gangguan aliran urine,
gangguan metabolik, infeksi saluran kemih, dehidrasi dankeadaan-keadaan
lain yang masih belum terungkap (idiopatik). Secara epidemiologis terdapat
beberapa faktor yang mempermudah terjadinya batu saluran kemih yang
dibedakan sebagai faktor intrinsik dan faktor ekstrinsik.

Faktor intrinsik, meliputi:

1. Herediter; diduga dapat diturunkan dari generasi ke generasi


2. Umur; paling sering didapatkan pada usia 30-50 tahun
3. Jenis kelamin; jumlah pasien pria 3 kali lebih banyak dibanding pasien
wanita.
Faktor ekstrinsik, meliputi:

1. Geografi; pada beberapa daerah menunjukkan angka kejadian yang


lebihtinggi daripada daerah lain sehingga dikenal sebagai daerah stone
belt(sabuk batu)
2. Iklim dan temperatur
3. Asupan air; kurangnya asupan air dan tingginya kadar mineral
kalsiumdapat meningkatkan insiden batu saluran kemih.4.
4. Diet; diet tinggi purin, oksalat dan kalsium mempermudah terjadinya
batusaluran kemih
5. Pekerjaan; penyakit ini sering dijumpai pada orang yang pekerjaannya
banyak duduk atau kurang aktivitas fisik (sedentary life).

1.3 Patofisiologi
Mekanisme pembentukan batu ginjal atau saluran kemih tidak diketahui secara
pasti, akan tetapi beberapa buku menyebutkan proses terjadinya batu dapat
disebabkan oleh hal-hal sebagai berikut :
a. Adanya presipitasi garam-garam yang larut dalam air seni, dimana apabila
air seni jenuh akan terjadi pengendapan.
b. Adanya inti ( nidus ). Misalnya ada infeksi kemudian terjadi tukak,dimana
tukak ini menjadi inti pembentukan batu, sebagai tempat menempelnya
partikel-partikel batu pada inti tersebut.
c. Perubahan pH atau adanya koloid lain di dalam air seni akan menetralkan
muatan dan meyebabkan terjadinya pengendapan.

Teori Terbentuknya Batu Saluran Kemih:

1. Teori nukleasi: Batu terbentuk di dalam urine karena adanya inti batu atau
sabuk batu (nukleus). Partikel-partikel yang berada dalam larutan kelewat
jenuh akan mengendap di dalam nukleus itu sehingga akhirnya
membentuk batu. Inti bantu dapat berupa kristal atau benda asing saluran
kemih.
2. Teori matriks: Matriks organik terdiri atas serum/protein urine (albumin,
globulin dan mukoprotein) sebagai kerangka tempat mengendapnya
kristal-kristal batu.
3. Penghambat kristalisasi: Urine orang normal mengandung zat penghambat
pembentuk kristal yakni magnesium, sitrat, pirofosfat, mukoprotein dan
beberapa peptida. Jika kadar salah satu atau beberapa zat ini berkurang
akan memudahkan terbentuknya batu dalam saluran kemih. Batu saluran
kemih dapat menimbulkan penyulit berupa obstruksi dan infeksi saluran
kemih. Manifestasi obstruksi pada saluran kemih bagian bawah adalah
retensi urine atau keluhan miksi yang lain sedangkan pada batu saluran
kemih bagian atas dapat menyebabkan hidroureter atau hidrinefrosis. Batu
yang dibiarkan di dalam saluran kemih dapat menimbulkan infeksi, abses
ginjal, pionefrosis, urosepsis dan kerusakan ginjal permanen (gagal ginjal).

1.4 Klasifikasi
Batu saluran kemih dapat dibagi berdasarkan lokasi terbentuknya, menurut
lokasi beradanya, menurut keadaan klinik, dan menurut susunan kimianya.
1.Menurut tempat terbentuknya
a. Batu ginjal
b. Batu kandung kemih
2.Menurut lokasi keberadaannya :
a. Batu urin bagian atas (mulai ginjal sampai ureter distal)
b. Batu urin bagian bawah (Mulai kandung kemih sampai uretra)
3.Menurut Keadaan Klinik :
a. Batu urin metabolic aktif : bila timbul dalam satu tahun trakhir, batu
bertambah besar atau kencing batu.
b. Batu urin metabolic inaktif : bila tidak ada gejala seperti yang aktifc. Batu
urin yang aktifitasnya diketahui (asimtomatik)d. Batu urin yang perlu tindakan
bedah (surgically active) bilamenyebabkanobstruksi, infeksi, kolik, hematuria.
4. Menurut susunan kimiawi
Berdasarkan susunan kimianya batu urin ada beberapa jenis yaitu : batu
kalsium okalat, batu kalsium fosfat, batu asam urat, batu struvit(magnesium
ammonium fosfat) dan batu sistina.
a. Batu Kalsium Oksalat : Merupakan jenis batu paling sering dijumpai;
yaitu lebih kurang 75-85%dari seluruh batu urin. Batu ini lebih umum
pada wanita, dan rata-rata terjadi padausia decade ketiga. Kadang-
kadang batu ini dijumpai dalam bentuk murni atau juga bisa dalam
bentuk campuran, misalnya dengan batu kalsium fosfat biasanya
(hidroxy apatite). Batu kalsium ini terdiri dari 2 tipe yaitu monohidrat
dan dihidrat. Batu kalsium dihidrat biasanya pecah dengan mudah
dengan lithotripsy (suatu tekniknon invasive dengan menggunakan
gelombang kejut yang difokuskan pada batu untuk menghancurkan
batu menjadi fragmen-fragmen.) sedangkan batu monohidrat adalah
salah satu diantara jenis batu yang sukar dijadikan fragmen-fragmen.
b. Batu Struvit : Sekitar 10-15% dari total, terdiri dari magnesium
ammonium fosfat (batu struvit) dan kalsium fosfat. Batu ini terjadi
sekunder terhadap infeksi saluran kemih yang disebabkan bakteri
pemecah urea. Batu dapat tumbuh menjadi lebih besar membentuk
batu staghorn dan mengisi seluruh pelvis dan kaliks ginjal Batu dapat
tumbuh menjadi lebih besar membentuk batu staghorn dan mengisi
seluruh pelvis dan kaliks ginjal. Batu ini bersifat radioopak dan
mempunyai densitas yang berbeda. Diurin kristal batu struit berbentuk
prisma empat persegi panjang. Dikatakan bahwa batu staghorn dan
struit mungkin berhubungan erat dengan destruksi yang cepat dari
ginjal’ hal ini mungkin karena proteus merupakan bakteri urease yang
poten
c. Batu asam urat : Lebih kurang 5-10% dari seluruh batu saluran kemih
dan batu ini tidak mengandung kalsium dalam bentuk mu rni sehingga
tak terlihat dengan sinar X(Radiolusen) tapi mungkin bisa dilihat
dengan USG atau dengan Intra Venous Pyelografy (IVP). Batu asam
urat ini biasanya berukuran kecil, tapi kadang-kadang dapat cukup
besar untuk membentuk batu staghorn, dan biasanya relatiflebih mudah
keluar karena rapuh dan sukar larut dalam urin yang asam. Batu asam
urat ini terjadi terutama pada wanita. Separoh dari penderita batu asam
uratmenderita gout; dan batu ini biasanya bersifat famili apakah
dengan atau tanpagout. Dalam urin kristal asam urat berwarna merah
orange. Asam urat anhirat menghasilkan kristal-kristal kecil yang
terlihat amorphous dengan mikroskop cahaya. Dan kristal ini tak bisa
dibedakan dengan kristal apatit. Batu jenis dihidrat cenderung
membentuk kristal seperti tetesan air mata.
d. Batu Sistin : (1-2%)Lebih kurang 1-2% dari seluruh BSDK, Batu ini
jarang dijumpai (tidak umum), berwarana kuning jeruk dan berkilau.
Sedang kristal sistin diurin tampakseperti plat segi enam, sangat sukar
larut dalam air, bersifat radioopak karena mengandung sulfur
e. Batu Xantin : Amat jarang, bersifat herediter karena defisiensi xaintin
oksidase. Namun bisa bersifat sekunder karena pemberian alupurinol
yang berlebihan.
1.5 Pathway
1.6 Manifestasi Klinis

Obstruksi

Peningkatan tekanan hidrostatik

Distensi pelvis ginjal

Rasa panas dan terbakar di pinggang

Kolik

Peningkatan suhu (demam)

Hematuri

Gejala gastrointestinal; mual, muntah, diare

Nyeri hebat

1. Batu pada pelvis renalis


a. Nyeri yang dalam, terus menerus pada area CV
b. Pada wanita ke arah kandung kemih, pada laki-laki kearah testis
c. Hematuria, piuria
d. Kolik renal : nyeri tekan seluruh CVA, mual dan muntah
2. Batu yang terjebak pada ureter
a. Gelombang nyeri luar biasa, akut dan kolik menyebar ke paha
dangenetalia kolik ureteral
b. Merasa ingin berkemih keluar sedikit dan darah
3. Batu yang terjebak pada kandung kemih
a. Gejala iritasi
b. Infeksi traktus urinarius
c. Hematuria
d. Retensi urine
e. Obstruksi

1.7 Penatalaksanaan
Batu yang sudah menimbulkan masalah pada saluran kemih harus segera
dikeluarkan agar tidak menimbulkan penyulit yang lebih berat. Indikasi
untukmelakukan tindakan pada batu saluran kemih adalah telah terjadinya
obstruksi, infeksi atau indikasi sosial. Batu dapat dikeluarkan melalui prosedur
medika mentosa, dipecahkan dengan ESWL, melalui tindakan endo-urologi,
bedah laparoskopi atau pembedahan terbuka.
a. ESWL/ LithotripsiAdalah prosedur non-invasif yang digunakan
untukmenghancurkan batu di khalik ginjal. Setelah batu tersebut pecah
menjadi bagian yang kecil seperti pasir sisa-sisa batu tersebut
dikeluarkan secaraspontan.
b. Metode Endourologi Pengangkatan BatuIni merupakan gabungan
antara radiology dan urologi untuk mengangkat batu renal tanpa
pembedahan mayor.
c. Nefrostomi Perkutan adalah pemasangan sebuah selang melalui kulit
kedalam pelvis ginjal. Tindakan ini dilakukan untuk drainase eksternal
urindari kateter yang tersumbat, menghancurkan batu ginjal,
melebarkanstriktur.
d. Ureteruskopi mencakup visualisasi dan akses ureter dengan
memasukkan suatu alat Ureteroskop melalui sistoskop. Batu dapat
dihancurkan dengan menggunakan laser, lithotripsy elektrohidraulik,
atau ultrasound lalu diangkat. Larutan Batu. Nefrostomi Perkutan
dilakukan, dan cairan pengirigasi yang hangat dialirkan secara terus-
menerus ke batu. Cairan pengirigasi memasuki duktus kolekdiktus
ginjal melalui ureter atau selang nefrostomi.
e. Pengangkatan Bedah Nefrolitotomi. Insisi pada ginjal untuk
mengangkat batu. Dilakukan jika batu terletak di dalam ginjal.
f. Pielolitotomi. Dilakukan jika batu terletak di dalam piala
ginjal.Tindakan-tindakan khusus pada berbagai jenis batu yang
berbentuk meliputi :
a. Batu Kalsium : Paratirodektomi untuk hiperparatiroidisme,
menghilangkan susu dan keju dari diit, kalium fosfat asam ( 3 -
6 gram tiap hari) mengurangi kandungan kalsium di dalam
urine, suatu dueretik (misalnya50 mg hidroklorotiazid 2 kali
sehari) atau sari buah cranberry (200ml, 4kali sehari)
mengasamkan urin dan membuat kalsium lebih mudah
larutdalam urin
b. Batu Oksalat diet rendah oksalat dan rendah kalsium fosfat (3-5
gram kalium fosfat asam setiap hari), piridoksin ( 100 mg, 3
kali sehari).
c. Batu metabolic : sistin dan asam urat mengendap di dalam urin
asam (pHurine harus dianikan menjadi lebih besar dari 7,5
dengan memberikan 4-8 ml asam nitrat 50%, 4 kali sehari) dan
menyuruh pasien untuk diet mineral basa, batasi purin dalam
dit penderita batu asam urat ( berikan pulka 300mg alopurinal (
zyloprin ) sekali atau dua kali sehari). Pada penderita sistinura,
diet rendah metionin dan penisilamin ( 4 gram tiap hari).
d. Penatalaksanaan yang harus dilakukan pada pasien dengan post
praise batuginjal menurut Barbara C Long, 1985 meliputi :
penempatan pasien dalam ruang dengan ventilasi yang cukup,
perhatikan terhadap urine out put, pencegahan terhadap distensi
dan pendarahan dan perhatian terhadaplokasi pemasangan
drainase dan perawatannya.

1.8 Komplikasi
1. Sumbatan atau obstruksi akibat adanya pecahan batu
2. Infeksi, akibat diseminasi partikel batu ginjal atau bakteri akibat obstruksi
3. Kerusakan fungsi ginjal akibat sumbatan yang lama sebelum
pengobatanatau pengangkatan batu ginjal
4. Obstruksi urine dapat terjadi di sebelah hulu dari batu dibagian mana
sajadi saluran kemih. Obstruksi diatas kandung kemih dapat menyebabkan
hidroureter, yaitu ureter membengkak oleh urine. Hidoureter yang tidak
diatasi, atau obstruksi pada atau atas tempat ureter keluar dari ginjal dapat
menyebabkan hidronefrosis yaitu pembengkakan pelvis ginjal dan system
duktus pengumpul. Hidronefrosis dapat menyebabkan ginjal tidak dapat
memekatkan urine sehingga terjadi ketidakseimbangan elektrolit
dancairan.
5. Obstruksi menyebabkan peningkatan tekanan hidrostatistik intersium
dandapat menyebabkan penurunan GFR. Obstruksi yang tidak diatasi
dapatmenyebabkan kolapsnya nefron dan kapiler sehingga terjadi iskemia
nefron karena suplai darah terganggu. Akhirnya dapat terjadi gagal ginjal
jika kedua ginjal terserang.
6. Setiap kali terjadi obstruksi aliran urine (stasis), kemungkinan infeksi
bakteri meningkat.
7. Dapat terbentuk kanker ginjal akibat peradangan dan cedera
berulang(Corwin, 2014).

1.9 Pemeriksaan Penunjang


a. Radiologi
Secara radiologi, batu dapat radiopak atau radiolusen. Sifat radiopak ini
berbeda untuk berbagai jenis batu sehingga dari sifat ini dapat diduga batu
dari jenis apa yang ditemukan. Radiolusen umumnya adalah jenis batu
asam urat murni.Pada yang radiopak pemeriksaan dengan foto polos sudah
cukup untuk menduga adanya batu ginjal bila diambil foto dua arah. Pada
keadaan tertentu terkadang batu terletak di depan bayangan tulang,
sehingga dapat luput dari penglihatan. Oleh karena itu foto polos sering
perlu ditambah foto pielografi intravena (PIV/IVP). Pada batu radiolusen,
foto dengan bantuan kontras akan menyebabkan defek pengisian (filling
defect) di tempat batu berada. Yang menyulitkan adalah bila ginjal yang
mengandung batu tidak berfungsi lagi sehingga kontras ini tidak muncul.
Dalam hal ini perlu dilakukan pielografi retrograd.
Ultrasonografi (USG) dilakukan bila pasien tidak mungkin
menjalani pemeriksaan IVP, yaitu pada keadaan-keadaan; alergi terhadap
bahan kontras, faal ginjal yang menurun dan pada wanita yang sedang
hamil. Pemeriksaan USGdapat untuk melihat semua jenis batu, selain itu
dapat ditentukan ruang/ lumen saluran kemih. Pemeriksaan ini juga
dipakai unutk menentukan batu selama tindakan pembedahan untuk
mencegah tertinggalnya batu.
b. Laboratorium
Pemeriksaan laboratorium diperlukan untuk mencari kelainan kemih yang
dapat menunjang adanya batu di saluran kemih, menentukan fungsi ginjal,
dan menentukan penyebab batu
2. Tinjauan Asuhan Keperawatan
2.1 Pengkajian
1. Pengkajian Dasar data pengkajian pasien
a. Aktivitas/istirahat
Gejala : pekerjaan monoton, pekerjaan dimana pasien terpajan
padalingkungan bersuhu tinggi. Keterbatasan aktivitas/mobilisasi
sehubungandengan kondisi sebelumnya.
b. Sirkulasi
Tanda : peningkatan TD/nadi (nyeri, ansietas, gagal ginjal). Kulit hangat
dan kemerahan ; pucat.
c. Eliminasi
Gejala : riwayat adanya/ISK kronis ; obstruksi sebelumnya
(kalkulus). Penurunan haluaran urine, kandung kemih penuh. Rasa
terbakar, dorongan berkemih. Diare,
Tanda : oliguria, hematuria, piuria. Perubahan pola berkemih.
d. Makanan/cairan
Gejala : mual/muntah, nyeri tekan abdomen. Diet tinggi purin,
kalsiumoksalat, dan /atau fosfat. Ketidakcukupan pemasukan cairan,
tidak minum air dengan cukup.
Tanda : distensi abdominal ; penurunan/tak adanya bising usus. Muntah.
e. Nyeri/kenyamanan
Gejala : episode akut nyeri berat, nyeri kolik. Lokasi tergantung pada
lokasi batu. Contoh pada panggul di region sudut kostovertebral ; dapat
menyebarke punggung, abdomen, dan turun kelipat paha/genetalia.
Nyeri dangkal kostan menunjukkan ada pelvis atau kalkulus ginjal.
Nyeri dapat digambarkan sebagai akut, hebat tidak hilang dengan posisi
atautindakan lain.
Tanda : melindungi ;perilaku distraksi. Nyeri tekan pada area pada
palpasi.
f. Keamanan
Gejala : penggunaan alcohol, demam, menggigil

g. Penyuluhan/pembelajaran
Gejala : riwayat kalkulus dalam keluarga, penyakit ginjal, hipertensi,
gout, ISK kronis riwayat penyakit usus halus, bedah abdomen
sebelumnya, hiperparatiroidisme. Penggunaan antibiotic, antihipertensi,
natrium bikarbonat, alupurinol, fosfat, tiazid, pemasukan berlebihan
kalsium atauvitamin.
Pertimbangan Rencana Pemulangan : DRG menunjukkan rerata lama
dirawat: 3,4 hari.
h. Pemeriksaan diagnostic Urinalisa : warna kuning, coklat gelap, berdarah
secara umum menunjukkan SDM, SDP, Kristal,Urine : (24 jam)
kreatinin, asam urat, kalsium, fosfat, oksalat, atau sistin mungkin
meningkat. Hitung darah lengkap : SDP mungkin meningkat
menunjukan infeksi/septicemia.

2. Diagnosa Keperawatan
a. Nyeri akut berhubungan dengan agen pencidera fisiologis (mis.
Inflamasi, iskemia, neoplasma)

Nyeri akut D.0077


Definisi : Pengalaman sensorik atau emosional yang berkaitan dengan
kerusakan jaringan actual atau funsional, dengan onset mendadak atau lambat
dan berintesitas ringan hingga berat yang berlangsung kurang dari 3 bulan.
Penyebab :
1. Agen pencedera fisiologis (mis. Inflamasi, iskemia, neoplasma)
2. Agen penecedera kimiawi (mis. Terbakar, bahan kimia iritan)
3. Agen pencedera fisik (mis. Abses, amputasi, terbakar, terpotong,
mengangkat berat, prosedur operasi, trauma, latihan fisik berlebihan)
Gejala dan Tanda Mayor
Subjektif Objektif
1. Mengeluh nyeri. 1. Tampak meringis
2. Bersikap protektif (mis. Waspada, posisi
menghindari nyeri)
3. Gelisah
4. Frekuensi nadi meningkat
5. Sulit tidur
Gejala dan Tanda Minor
Subjektif Objektif
(tidak tersedia) 1. Tekanan darah meningkat
2. Pola napas berubah
3. Nafsu makan berubah
4. Proses berpikir terganggu
5. Menarik diri
6. Berfokus pada diri sendiri
7. Diaphoresis

Kondisi Klinis Terkait


1. Kondisi pembedahan
2. Cedera traumatis
3. Infeksi
4. Sindrom koroner akut
5. Glaukoma

b. Gangguan eliminasi urin berhubungan dengan iritasi kandung kemih

Gangguan Eliminasi Urin (D.0040

Kategori : Fisiologis
Subkategori : Eliminasi

Definisi
Disfungsi eliminasi urin
Penyebab
1. Penurunan kapasitas kandung kemih
2. Iritasi kandung kemih
3. Penurunan kemampuan menyadari tanda-tanda gangguan kandung
kemih
4. Efek tindakan medis dan diagnostik (mis. operasi ginjal, operasi saluran
kemih, anestesi, dan obat-obatan)
5. Kelemahan otot pelvis
6. Ketidakmampuan mengakses toilet (mis. imobilisasi)
7. Hambatan lingkungan
8. Ketidakmampuan mengkomunikasikan kebutuhan eliminasi
9. Outlet kandung kemih tidak lengkap (mis. anomaly saluran kemih
kongentinal)
10. Imaturitas (pada anak usia < 3 tahun)

Gejala dan Tanda Mayor


Objektif
Subjektif
1. Distensi kandung kemih
1. Desakan berkemih (Urgensi) 2. Berkemih tidak tuntas (hesitancy)
2. Urin menetes (Dribbling) 3. Volume residu urin meningkat
3. Sering buang air kecil
4. Nokturia
5. Mengompol
6. Enuresis

Gejala dan Tanda Minor


Objektif
Subjektif
(tidak tersedia)
(tidak tersedia)

Kondisi klinis terkait


1. Infeksi ginjal dan saluran kemih
2. Hiperglikemi
3. Trauma
4. Kanker
5. Cedera/tumor/infeksi medula spinalis
6. Neuropati diabetikum
7. Neuropati alkoholik
8. Stroke
9. Parkinson
10. Sklerosis multipel
11. Obat alpha adrenergik

3. Intervensi Keperawatan
Tingkat Nyeri L.08066
Definisi: Pengalaman sensorik atau emosional yang berkaitan dengan
kerusakan jaringan actual atau fungsional, dengan onset mendadak atau lambat
dan berintensitas ringan hingga berat dan konstan .
Ekspektasi: Menurun
Kriteria Hasil
Cukup Cukup
Menurun Sedang Meningkat
Menurun Meningkat
Kemampuan 1 2 3 4 5
menuntaskan
aktivitas
Cukup Cukup
Meningkat Sedang Menurun
Meningkat Menurun
Keluhan 1 2 3 4 5
nyeri 1 2 3 4 5
Meringis 1 2 3 4 5
Sikap 1 2 3 4 5
protektif 1 2 3 4 5
Gelisah 1 2 3 4 5
Kesulitan tidur 1 2 3 4 5
Menarik diri
Berfokus pada 1 2 3 4 5
diri sendiri 1 2 3 4 5
Diaphoresis
Perasaan depresi 1 2 3 4 5
(tertekan)
Perasaan takut
1 2 3 4 5
mengalami
1 2 3 4 5
cedera
berulang
1 2 3 4 5
Anoreksia
Perenium terasa
tertekan 1 2 3 4 5
Uterus teraba 1 2 3 4 5
membulat 1 2 3 4 5
Ketegangan otot 1 2 3 4 5
Pupil dilatasi
Muntah
Mual
Cukup Cukup
Memburuk Sedang Membaik
Memburuk Membaik
Pola napas 1 2 3 4 5
Tekanan 1 2 3 4 5
darah 1 2 3 4 5
Proses berpikir 1 2 3 4 5
Focus 1 2 3 4 5
Fungsi 1 2 3 4 5
berkemih 1 2 3 4 5
Perilaku 1 2 3 4 5
Nafsu makan
Pola tidur

Kontrol Nyeri L.08063


Definisi: Tindakan untuk meredakan pengalaman sensorik atau emosional yang
tidak menyenangkan akibat kerusakan jaringan.
Ekspektasi: Meningkat
Kriteria Hasil
Cukup Sedan Cukup
Menurun Meningkat
Menurun g Meningkat
Melaporkan 1 2 3 4 5
nyeri
terkontrol 1 2 3 4 5
Kemampuan
mengenali
onset nyeri 1 2 3 4 5
Kemampuan
mengenali
1 2 3 4 5
penyebab nyeri
Kemampuan
menggunakan
teknik non- 1 2 3 4 5
farmakologis
Dukungan orang
terdekat
Cukup Sedan Cukup
Meningkat Membaik
Memburuk g Membaik
Penggunaan 1 2 3 4 5
analgesik

Eliminasi Urine (L.04034)


Definisi: Pengosongan kandung kemih yang lengkap
Ekspektasi: membaik
Kriteria hasil
Menurun Cukup Sedan Cukup Meningkat
memburuk g membaik
Sensasi 1 2 3 4 5
berkemih
Meningkat Cukup Sedan Cukup Menurun
memburuk g membaik
Desakan 1 2 3 4 5
berkemih
(urgensi)
Distensi 1 2 3 4 5
kandung
kemih
Berkemih 1 2 3 4 5
tidak tuntas
(hesitancy)
Volume 1 2 3 4 5
residu urine
Urine 1 2 3 4 5
menetes
(dribbling)
Nokturia 1 2 3 4 5
Mengompol 1 2 3 4 5
Enuresis 1 2 3 4 5
Disuria 1 2 3 4 5
Anuria Memburuk Cukup Sedan Cukup Membaik
memburuk g membaik
Frekuensi 1 2 3 4 5
BAK
Karakteristik 1 2 3 4 5
urine

Kontinensia Urine (L.04036)


Definisi: Pola normal kebiasaan buang air kecil
Ekspektasi: membaik
Kriteria hasil
Menurun Cukup Sedang Cukup Meningkat
menurun meningkat
Kemampuan 1 2 3 4 5
berkemih
Meningkat Cukup Sedang Cukup Menurun
meningkat menurun
Nokturia 1 2 3 4 5
Residu 1 2 3 4 5
volume
urine setelah
berkemih
Distensi 1 2 3 4 5
kandung
kemih
Dribbling 1 2 3 4 5
Hesitancy 1 2 3 4 5
Nokturia 1 2 3 4 5
Mengompol 1 2 3 4 5
Enuresis 1 2 3 4 5
Verbalisasi 1 2 3 4 5
pengeluaran
urine
Anuria Memburuk Cukup Sedang Cukup Membaik
memburuk membaik
Frekuensi 1 2 3 4 5
berkemih
Sensai 1 2 3 4 5
berkemih
SIKI
Manajemen nyeri 1.08238
Definisi : Mengidentifikasi dan mengelola pengalaman sensorik atau
emosional yang berkaitan dengan kerusakan jaringan atau fungsional dengan
onset mendadak atau lambat dan berintesitas ringan hingga berat dan konstan.
Tindakan
Observasi
 Identifikasi lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas, intensitas nyeri
 Identifikasi skala nyeri
 Identifikasi respon nyeri non verbal
 Identifikasi faktor yang memperberat dan memperingan nyeri
 Identifikasi pengetahuan dan keyakinan tentang nyeri
 Identifikasi pengaruh budaya terhadap respon nyeri
 Identifikasi pengaruh nyeri pada kualitas hidup
 Monitor keberhasilan terapi komplementer yang sudah diberikan
 Monitor efek samping penggunaan analgetik
Terapeutik
 Berikan teknik non farmakololgi untuk mengurangi rasa nyeri (mis. TENS,
hypnosis, akupresur, terapi music, biofeedback, terapi pijat, aromaterapi,
teknik imajinasi terbimbing, kompres hangat/dingin, terapi bermain.
 Kontrol lingkungan yang memperberat rasa nyeri (mis. Suhu ruangan,
pencahayaan, kebisingan)
 Fasilitas istirahat dan tidur
 Pertimbangkan jenis dan sumber nyeri dalam pemilihan strategi meredakan
nyeri
Edukasi
 Jelaskan penyebab , periode, dan pemicu nyeri
 Jelaskan strategi meredakan nyeri
 Anjurkan memonitor nyeri secara mandiri
 Anjurkan menggunakan analgetik secara tepat
 Ajarkan teknik non-farmakologis untuk mengurangi rasa nyeri
Kolaborasi
 Kolaborasi pemberian analgetik jika perlu

Dukungan Perawatan Diri : BAB/BAIK I.09314

Definisi : Memfasilitasi pemenuhan kebutuhan buang air kecil (BAK) dan


buang air kecil (BAB)

Tindakan
Observasi
 Identifikasi kebiasaan BAB dan BAK sesuai usia
 Monitor integrasi kulit pasien
Terapiutik
Buka pakian yang diperlukan untuk memudahkan eliminasi
Dukung penggunaan toilet/commode/pispot/urinal secara konsisten
Jaga privasi selama eliminasi
Ganti pakaian pasien setelah eliminasi, jika perlu
Bersihan alat bantu BAK/BAB setelah digunakan
Latih BAK/BAB sesuai jadwal, jika perlu
Sediakan alat bantu (mis. kateter eksternal, urinal.) jika perlu
Edukasi
 Anjurkan BAK/BAB secara rutin
 Anjurkan ke kamar mandi/toilet, jika perlu

4. Implementasi

Implementasi keperawatan adalah serangkaian kegiatan yang


dilakukan oleh perawat untuk membantu klien dalam masalah status
kesehatan yang lebih baik yang menggambarkan kriteria hasil yang
diharapkan (Potter & Perry, 2013).
Pelaksanaan adalah pemberian asuhan keperawatan secara nyata
berupa serangkaian kegiatan sistimatis berdasarkan perencanaan
untuk mencapai hasil yang optimal. Pada tahap ini perawat
menggunakan segala kemampuan yang dimiliki dalam melaksanakan
tindakan keperawatan terhadap klien baik secara umum maupun
secara khusus pada klien apendiktomi.
Pada penatalaksanaan ini perawat melakukan fungsinya secara
independen, interdependen, dan dependen.Pada fungsi independen
adalah mencakup dari semua kegiatan yang diprakarsai oleh perawat
itu sendiri sesuai dengan kemampuan dan keterampilan yang
dimiliknya.
Pada fungsi interdependen adalah dimana fungsi yang dilakukan
dengan bekerja sama dengan profesi/disiplin ilmu yang lain dalam
perawatan maupun pelayanan kesehatan. Sedangkan fungsi dependen
adalah fungsi yang dilaksanakan oleh perawat berdasarkan atas pesan
orang lain (Sugeng & Weni, 2016)
Implementasi merupakan fase ketika perawat
mengimplementasikan rencana keperawatan. Implementasi terdiri
atas melakukan dan mendokumentasikan tindakan yang merupakan
tindakan keperawatan khusus yang diperlukan untuk melaksanakan
intervensi. Penatalaksanaan nyeri adalah pengurangan nyeri sampai
pada tingkat kenyamanan yang dapat diterima pasien. Penatalaksaan
tersebut terdiri dari dua tipe dasar tindakan keperawatan yaitu
farmakologi dan nonfarmakologi (Kozier et al., 2013). Tindakan-
tindakan pada intervensi keperawatan terdiri atas observasi,
terapeutik, edukasi, dan kolaborasi (Tim Pokja SIKI DPP PPNI,
2018). Implementasi ini akan mengacu pada SIKI yang telah dibuat
pada rencana keperawatan.

5. Evaluasi
Evaluasi adalah aktivitas yang direncanakan, berkelanjutan, dan terarah,
ketika pasien dan professional kesehatan menentukan kemajuan pasien
menuju pencapaian tujuan/hasil dan keefektifan rencana asuhan
keperawatan (Kozier et al., 2013). Evaluasi asuhan keperawatan
didokumentasikan dalam bentuk SOAP (subjektif, objektif, analisa,
planning).
Adapun komponen SOAP yaitu
1. S (subjektif) adalah informasi berupa ungkapan yang didapat
dari pasien setelah analisa diberikan,
2. (objektif) adalah informasi yang didapat berupa hasil
pengamatan, penilaian, pengukuran yang dilakukan oleh
perawat analisa dilakukan,
3. A (analisa) adalah membandingkan antara informasi subjektif
dan objektif,
4. P (analisa) adalah rencana keperawatan lanjutan yang akan
dilakukan berdasarkan hasil analisa (Dermawan, 2013).

Evaluasi terhadap masalah keperawatan nyeri akut pada pasien


apendiktomi mengacu pada rumusan tujuan dalam rencana
keperawatan, yang mencangkup aspek waktu dan kriteria hasil.
Aspek waktu menjadi pedoman kapan harus dievaluasi dan aspek
kriteria hasil sebagai pedoman apakah tujuan yang direncanakan
berhasil atau tidak.
Adapun kriteria hasil yang ditetapkan mengacu pada SLKI PPNI
(2019) yaitu :
1. Keluhan nyeri menurun
2. Tampak meringis menurun
3. Sikap protektif menurun
4. Gelisah menurun
5. Kesulitan tidur menurun
6. Frekuensi nadi membaik
7. Tekanan darah membaik
8. Pola napas membaik.
DAFTAR PUSTAKA
Corwin, Elisabeth. J. 2013. Buku Saku Patofisiologi/Elisabeth. J. Cowin.
EGC:Jakarta.
Carpenito, L.J. (2013). Diagnosis Keperawatan:aplikasi pada praktik
klinis.Edisi ke Sembilan. Jakarta :EGC.
Corwin, E.J. (2014). Buku Saku Patofisiologi. Alih bahasa: Nike, B. Editor
edisi bahasa indonesia: Yuda, E.K, et All.Edisi 3 Jakarta. EGC: Jakarta.
Doengoes, E. M. (2013). Rencana Asuhan Keperawatan. Edisi Kedua.
Jakarta:EGC.
Doenges, Marilynn. E. 2013. Rencana Asuhan Keperawatan : pedoman
untuk perencanaan dan pendokumentasian perawatan pasien. EGC:
Jakarta.
Mansjoer, Arif.2013. Kapita Selekta Kedokteran. Media Aesculapius:
Jakarta.
Mary Baradero. (2014). Klien Gangguan Ginjal. Jakarta: EGC
Nursalam. 2016. Asuhan Keperawatan pada Pasien dengan Gangguan
Sistem perkemihan. Salemba Medika: Jakarta.Smeltzer, Suzanne. C. 2001.
Buku Ajar Keperawatan Medikal-Bedah Brunner &Suddarth. EGC: Jakarta.
Soeparman. (2013). Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Jilid II. Edisi
ketiga.Jakarta: Salemba Medika

Anda mungkin juga menyukai