1. Definisi
Batu saluran kencing diklasifikasikan sebagai batu ginjal (nefrolithiasis), batu ureter
(ureterolithiais),batu buli (vesikolithiasis) dan batu urethra (urethrolithiasis). Batu ginjal
yang terdiri atas batu pyelum (pyelolithiasis), batu kalik (kalikolithiasis), batu
infundibulum (infundibulolithiasis), batu multipel ginjal, batu cetak ginjal (Staghorn
stone) yang komplit, inkomplit. Batu ureter (ureterolithiasis) terdiri atas batu ureter
proksimal (ureterolithiasis proksimal), batu ureteropelvic junction, batu ureter tengah
(ureterolithiasis tengah) dan batu ureter distal (ureterolithiasis distal).
2. Epidemiologi
Batu saluran kencing merupakan penyakit ketiga terbanyak di bidang urologi setelah
infeksi saluran kencing dan pembesaran prostat jinak. Data di Indonesia menunjukkan
BSK merupakan penyakit kedua terbanyak setelah infeksi saluran kencing dan penyakit
terbanyak di antara penyakit-penyakit yang memerlukan tindakan di bidang
urologi.Prevalensinya makin meningkat di seluruh dunia maupun di Indonesia. Di
Indonesia batu saluran kemih masih menempati porsi terbesar dari seluruh pasien di
klinik urologi.
3. Etiologi
Etiologi belum diketahui secara jelas tetapi terdapat faktor predisposisi. Faktor risiko di
bawah ini merupakan faktor utama predisposisi kejadian batu saluran kemih, dan
menggambarkan kadar normal dalam air kemih. Lebih dari 85% batu pada laki-laki dan
70% pada perempuan mengandung kalsium, terutama kalsium oksalat. Predisposisi
kejadian batu khususnya batu kalsium dapat dijelaskan sebagai berikut:
1. Hiperkalsiuria
Kelainan ini dapat menyebabkan hematuri tanpa ditemukan pembentukan batu. Kejadian
hematuri diduga disebabkan kerusakan jaringan lokal yang dipengaruhi oleh agregasi
kristal kecil. Peningkatan ekskresi kalsium dalam air kemih dengan atau tanpa faktor
risiko lainnya, ditemukan pada setengah dari pembentuk batu kalsium idiopatik.
Masalah hiperkalsiuria idiopatik ini dapat disebabkan oleh :
a). diturunkan autonom dominan dan sering dihubungkan dengan kenaikan konsentrasi
kalsitriol plasma atau 1,25-dihidroksi vitamin D3 ringan sampai sedang;
b). masukan protein tinggi diduga meningkatkan kadar kalsitriol dan kecenderungan
pembentukan batu ginjal.
2. Hipositraturia
Suatu penurunan ekskresi inhibitor pembentukan kristal dalam air kemih, khususnya
sitrat, merupakan suatu mekanisme lain untuk timbulnya batu. Masukan protein
merupakan salah satu faktor utama yang dapat membatasi ekskresi sitrat. Peningkatan
reabsorbsi sitrat akibat peningkatan asam di proksimal dijumpai pada asidosis metabolik
kronik, diare kronik, asidosis tubulus ginjal, diversi ureter atau masukan protein tinggi.
3. Hiperurikosuria
merupakan suatu peningkatan asam urat air kemih yang dapat memacu pembentukan batu
kalsium, minimal sebagian oleh kristal asam urat dengan membentuk nidus untuk
presipitasi kalsium oksalat atau presipitasi kalsium fosfat. Pada kebanyakan pasien
dengan lebih ke arah diet purin yang tinggi.
4. Patogenesis
Pembentukan batu saluran kemih memerlukan keadaan supersaturasi
dalam pembentukan batu. Inhibitor pembentuk batu dijumpai dalam air
kemih normal. Batu kalsium oksalat dengan inhibitor sitrat dan glikoprotein.
Beberapa promoter (reaktan) dapat memacu pembentukan batu seperti asam urat,
memacu batu kalsium oksalat. Aksi reaktan dan inhibitor belum dikenali sepenuhnya.
Ada dugaan proses ini berperan pada pembentukan awal atau nukleasi kristal,
progresi kristal atau agregatasi kristal. Misalnya penambahan sitrat dalam kompleks
kalsium dapat mencegah agregatasi kristal kalsium oksalat dan mungkin dapat
mengurangi risiko agregatasi kristal dalam saluran kemih.
Batu ginjal dapat terbentuk bila dijumpai satu atau beberapa faktor pembentuk
kristal kalsium dan menimbulkan agregasi pembentukan batu. Subyek normal dapat
mengekskresikan nukleus kristal kecil. Proses pembentukan batu dimungkinkan dengan
kecenderungan ekskresi agregat kristal yang lebih besar dan kemungkinan sebagai kristal
kalsium oksalat dalam air kemih.
Proses perubahan kristal yang terbentuk pada tubulus menjadi batu masih belum
sejelas proses pembuangan kristal melalui aliran air kemih yang banyak. Diperkirakan
bahwa agregasi kristal menjadi cukup besar sehingga tertinggal dan biasanya ditimbun
pada duktus kolektikus akhir. Selanjutnya secara perlahan timbunan akan membesar.
Pengendapan ini diperkirakan timbul pada bagian sel epitel yang mengalami lesi.
Kelainan ini kemungkinan disebabkan oleh kristal sendiri.
Sekitar delapan puluh persen pasien batu ginjal merupakan batu kalsium, dan
kebanyakan terdiri dari kalsium oksalat atau agak jarang sebagai kalsium fosfat. Jenis
batu lainnya terdiri dari batu sistin, batu asam urat dan batu struvit.
5. Manifestasi Klinis
1. Nyeri
Dapat dialami nyeri kolik atau non-kolik. Nyeri kolik didefinisikan sebagai nyeri
perut episodik akibat kontraksi berkelanjutan otot polos ureter saat batu ginjal
melewati ureter ke kandung kemih, biasanya karena obstruksi. Nyeri non kolik
disebabkan distensi kapsula renal.
2. Hematuria
Merupakan gejala komplikasi. Pasien sering mengalami hematuria makroskopik atau
warna urin seperti the. Sebagian pasien setidaknya mengalami mikrohematuria (10-
15%)
3. Infeksi
Keadaan ini umumnya berhubungan dengan adanya batu struvi, tapi dapat juga
disebabkan oleh jenis batu lainnya secara primer maupun sekunder. Infeksi biasanya
disebabkan oleh bakteri Proteus, Pseudomonas, Providencia, Klebsiella dan
Staphylococcus
4. Demam
Ada batu saluran kemih dengan demam adalah keadaan darurat medis relative.
Tanda-tanda sepsis klinis bervariasi dan meliputi demam, takikardia, hipotensi, dan
vasodilatasi kulit. demam terkait obstruksi saluran kemih membutuhkan dekompresi
segera.
5. Mual Muntah
Obstruksi saluran atas sering dikaitkan dengan mual dan muntah. Cairan intravena
diperlukan untuk mengembalikan keadaan euvolemik.
6. Diagnosis
Riwayat penyakit batu (ditanyakan jenis kelamin, usia, pekerjaan, hubungan keadaan
penyakit, infeksi dan penggunaan obat-obatan. Riwayat tentang keluarga yang
menderita batu saluran kemih, pencegahan, pengobatan yang telah dilakukan, cara
pengambilan batu, analisis jenis batu, dan situasi batunya).
a. Ultrasonografi
pemeriksaan ini diperlukan pada perempuan hamil dan pasien yang alergi kontras radiologi
dapat diketahui adanya batu radiolusen dan dilatasi sistem kolektilcus. Keterbatasan
pemeriksaan ini adalah kesulitan untuk menunjukkan batu ureter, dan tidak dapat
membedakan batu kalsifikasi dan batu radiolusen.
b. Pemeriksaan radiografi
c. Urogram
Deteksi batu radiolusen sebagai defek pengisian (filling) (batu asam urat, xantin, 2,8-
dihidroksiadenin ammonium urat)
3. Investigasi biokimiawi
Pemeriksaan laboratorium rutin, sampel dan air kemih. Pemeriksaan pH, berat jenis air
kemih, sedimen air kemih untuk menentukan hematuri, leukosituria, dan kristaluria.
Pemeriksaan kultur kuman penting untuk adanya infeksi saluran kemih. Apabila batu
keluar, diperlukan pencarian faktor risiko dan mekanisme timbulnya batu. Perlu dilakukan:
Referensi :
• Sudoyo AW, Setiohadi B, Alwi I, Simadibrata M, Setiati S. Buku Ajar Ilmu
Penyakit Dalam. Jilid II., Jakarta: Interna., 2016
Zamzami, Zuhirman. 2018. Penatalaksanaan Terkini Batu Saluran Kencing di
RSUD Arifin Achmad Pekanbaru, Indonesia. KJF Bedah Fakultas Kedokteran
Universitas Riau
Jack, W. Smith and Tanagho's General Urology, Eighteenth Edition (Smith's
General Urology). LANGE