Anda di halaman 1dari 21

REFERAT

NEFROLITHIASIS (BATU GINJAL)

Oleh :
Siti Qomariyah
201410330311188

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG

FAKULTAS KEDOKTERAN

2019
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Batu Ginjal atau Nefrolitiasis merupakan kasus yang cukup sering
dijumpai berkaitan dengan penyakit pada traktus urinarius. Mengenai 5-10%
populasi manusia. Tanpa pengobatan preventif, angka terjadinya nefrolitiasis
rekurens cukup tinggi, yaitu sekitar 50% dalam waktu 5 tahun setelah kejadian
pertama. 50 % dengan nefrolitiasis asiomptomatik dapat memberikan gejala
dalam waktu 5 tahun setelah terdiagnosis.
Di negara-negara berkembang, banyak dijumpai pasien batu buli-buli
sedangkan di negara maju lebih banyak dijumpai penyakit batu saluran kemih
bagian atas. Hal ini karena adanya pengaruh status gizi dan aktivitas pasien
sehari-hari. Di Amerika Serikat 5-10% penduduknya menderita penyakit ini,
sedangkan di seluruh dunia, rata-rata terdapat 1-12% penduduk yang menderita
batu saluran kemih. Penyakit ini merupakan salah satu dari tiga penyakit
terbanyak di bidang urologi disamping infeksi saluran kemih dan pembesaran
prostat benigna.
Di Indonesia penyakit batu saluran kemih masih menempati porsi
terbesar dari jumlah pasien di klinik urologi. Insidensi dan prevalensi yang pasti
dari penyakit ini di Indonesia belum dapat ditetapkan secara pasti. Dari data
dalam negeri yang pernah dipublikasi didapatkan peningkatan jumlah penderita
batu ginjal yang mendapat tindakan di RSUPN-Cipto Mangunkusumo dari
tahun ke tahun mulai 182 pasien pada tahun 1997 menjadi 847 pasien pada
tahun 2002, peningkatan ini sebagian besar disebabkan mulai tersedianya alat
pemecah batu ginjal non-invasif ESWL (Extracorporeal shock wave
lithotripsy) yang secara total mencakup 86% dari seluruh tindakan (ESWL,
PCNL, dan operasi terbuka).
1.2 Tujuan
Tujuan dari penulisan referat ini adalah untuk mengetahui lebih jauh
tentang nefrolitiasis terkait definisi, faktor resiko, patofisiologi, manifestasi
klinis, diagnosis, penatalaksanaan, komplikasi dan prognosis.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Definisi Nefrolithiasis


Nefrolithiasis atau batu ginjal adalah benda-benda padat yang terjadi di
dalam ginjal yang terbentuk melalui proses fisikokimiawi dari zat-zat yang
terkandung di dalam air kemih. Batu ginjal terbentuk secara endogen yaitu dari
unsur-unsur terkecil, mikrolith-mikrolith dan dapat tumbuh menjadi besar.
Massa yang mula-mula lunak, misalnya jendalan darah, juga dapatmengalami
pembatuan ( kalsifikasi ).

Gambar 2.1 Batu Ginjal


Batu Ginjal di dalam saluran kemih (kalkulus uriner) adalah massa keras
seperti batu yang terbentuk di sepanjang saluran kemih dan bisa menyebabkan
nyeri, perdarahan, penyumbatan aliran kemih atau infeksi. Batu ini bisa
terbentuk di dalam ginjal (batu ginjal) maupun di dalam kandung kemih (batu
kandung kemih). Proses pembentukan batu ini disebut urolitiasis (litiasis atau
renalis,nefrolitiasis). Renal calculi adalah pengkristalan dari mineral-mineral
yang mengelilingi suatu zat organik seperti nanah, darah, atau sel-sel yang sudah
mati. Kebanyakan dari renal calculi terdiri dari garam-garam calcium (oxalate
dan posphat), atau magnesium-amonium phospat dan uric acid. Renal calculi,
merupakan penumpukan garam mineral yang dapat diam di mana saja di
sepanjang saluran perkemihan. Ini terjadi jika urine penuh mencapai batas jenuh
asam urat, fosfat, dan kalsium oksalat. Normalnya, zat-zat ini larut dalam cairan
urine dan dengan mudah terbilas saat buang air kecil. Tetapi ketika mekanisme
alami seperaati pengaturan keseimbangan asam-basa (Ph) terganggu atau
imunitas tertekan, zat-zat itu mengkristal dan kristal ini bisa menumpuk,
akhirnya membentuk zat yang cukup besar untuk menyumbat aliran urin.
2.2 Etiologi
Terbentuknya batu saluran kemih diduga ada hubungannya dengan
gangguan aliran urin, gangguan metabolik, infeksi saluran kemih, dehidrasi dan
keadaan-keadaan lain yang idiopatik. Secara epidemiologis terdapat beberapa
faktor yang mempermudah terjadinya batu saluran kemih pada seseorang.
Faktor- faktor tersebut antara lain :
a. Faktor Intrinsik :
- Herediter (keturunan)
- Umur :sering dijumpai pada usia 30-50 tahun.
- Jenis Kelamin :lebih sering pada laki-laki dibandingkan perempuan.
b. Faktor Ekstrinsik :
- Geografis : pada beberapa daerah menunjukan angka kejadian batu saluran
kemih yang lebih tinggi daripada daerah lain sehingga dikenal sebagai daerah
stone belt (sabuk batu), sedangkan daerah batu di Afrika Selatan hampir tidak
dijumpai penyakit batu saluran kemih.
- Iklim dan temperatur
- Asupan air : kurangnya asupan air dan tingginya kadar mineral kalsium pada
air yang dikonsumsi, dapat meningkatkan insiden batu saluran kemih.
- Diet : Diet banyak purin, oksalat, dan kalsium mempermudah terjadinya
penyakit batu saluran kemih.
- Pekerjaan : Penyakit ini sering dijumpai pada orang yang pekerjaannya
banyak duduk atau kurang aktivitas atau sedentary life.
Sumber lain juga mengatakan bahwa terbentuknya batu bisa terjadi karena
air kemih jenuh dengan garam-garam yang dapat membentuk batu atau karena
air kemih kekuranga penghambat pembentukan batu yang normal. Sekitar 80%
batu terdiri dari kalsium, sisanya mengandung berbagai bahan, termasuk asam
urat, sistin dan mineral struvit. Batu struvit (campuran dari magnesium, amonium
dan fosfat) juga disebut "batu infeksi" karena batu ini hanya terbentuk di dalam
air kemih yang terinfeksi. Ukuran batu bervariasi, mulai dari yang tidak dapat
dilihat dengan mata telanjang sampai yang sebesar 2,5 sentimeter atau lebih. Batu
yang besar disebut "kalkulus staghorn". Batu ini bisa mengisi hampir keseluruhan
pelvis renalis dan kalises renalis.
Penyebab dari renal calculi adalah idiopatik akan tetapi ada faktor-faktor
predisposes dan yang utama adalah UTI (Urinary Tract Infection). Infeksi ini
akan meningkatkan timbulnya zat-zat organik. Zat-zat ini dikelilingi oleh
mineral-mineral yang mengendap. Pengendapan mineral-mineral ini akan
meningkatkan alkalinitas urin dan mengakibatkan pengendapan calsium posphat
dan magnesium-amonium posphat. Stasis urin juga dapat menimbulkan
pengendapan zat-zat organik dan mineral-mineral. Dehidrasi juga merupakan
faktor resiko terpenting dari terbentuknya batu ginjal. Faktor-faktor lain yang
dikaitkan dengan pembentukan batu adalah sebagai berikut :
a. Pemakan Antasid dalam jangka panjang
b. Terlalu banyak vitamin D,dan calsium carbonate
2.3 Teori Pembentukan Batu
a. Secara teoritis batu dapat terbentuk diseluruh saluran kemih terutama pada
tempat-tempat yang sering mengalami hambatan aliran urine (stasis urin),
yaitu pada system kalises ginjal atau buli-buli. Adanya kelainan bawaan
pada pelvikalices(stenosis uretero-pelvis), divertikel, obstruksi infravesika
kronis seperti pada hyperplasia prostat benigna, striktura dan buli-buli
neurogenik merupakan keadaan-keadaan yang memudahkan terjadinya
pembentukan batu.
b. Batu terdiri atas kristal-kristal yang tersusun oleh bahan-bahan organik
maupun anorganik yang terdapat dalam urine. Kristal-kristal ini tetap dalam
keadaan metastable/tetap telarut dalam urine jika tidak ada keadaan–
keadaan tertentu yang menyebabkan terjadinya presipitasi kristal.
c. Kristal-kristal yang saling mengadakan presipitasi membentuk inti
batu/nukleasi yang kemudian akan mengadakan agregasi, dan menarik
bahan-bahan lain sehingga menjadi kristal yang agak besar, tapi agregat
kristal ini masih rapuh dan belum cukup mampu membuat buntu atau
sumbatan saluran kemih.
d. Agregat kristal menempel pada epitel saluran kemih atau membentuk
retensi kristal, dan dari sini bahan-bahan lain diendapkan pada agregat itu
sehingga membentuk batu yang cukup besar untuk menyumbat saluran
kemih.
e. Kondisi metastable dipngaruhi oleh suhu, PH larutan, adanya koloid
didalam urine, konsentrasi solute dalam urine, laju aliran urine, atau adanya
korpus alienum di dalam saluran kemih yang bertindak sebagai inti batu.
f. Lebih dari 80% batu saluran kemih terdiri atas batu calsium, meskipun
patogenesis pembentukan batu hampir sama,tetapi suasana di dalam saluran
kemih yang memungkinkan terbentuknya jenis batu itu tidak sama, misal
batu asam urat mudah terbentuk dalam suasana asam,sedangkan batu
magnesium ammonium fosfat terbentuk karena urine bersifat basa.
2.4 Faktor Penghambat Terbentuknya Batu:
a. Ion Magnesium (Mg), karena jika berikatan dengan oksalat maka akan
membentuk garam magnesium oksalat sehingga jumlah oksalat yang akan
berikatan dengan kalsium (Ca) untuk membentuk kalsium oksalat menurun.

b. Sitrat, jika berikatan dengan ion kalsium maka akan membentuk garam
kalsium sitrat sehingga mengurangi jumlah kalsium yang berikatan dengan
oksalat ataupun fosfat berkurang, sehingga Kristal kalsium oksalat atau kalsium
fosfat jumlahnnya berkurang. Beberapa jenis protein atau senyawa organic
mampu bertindak sebagai inhibitor dengan menghambat pertumbuhan Kristal,
menghambat aggregasi Kristal dan menghambat retensi Kristal, antara lain
glikosaminoglikan (GAG), protein Tamm Horsfall (THP) atau Uromukoid,
nefrokalsin, dan osteopontin. Defisiensi zat-zat yang berfungsi sebagai
inhibitor batu merupakan salah satu factor penyebab timbulnya batu saluran
kemih.
2.5 Patogenesis
Secara teoritis batu dapat terbentuk di seluruh saluran kemih terutama
pada tempat-tempat yang sering mengalami hambatan aliran urine (stasis
urine), yaitu pada sistem kalises ginjal atau buli-buli. Adanya kelainan bawaan
pada pelvikalises (stenosis uretero-pelvis), divertikel, obstruksi infravesika
kronis seperti pada hyperplasia prostat benigna, stiktura, dan buli-buli
neurogenik merupakan keadaan-keadaan yang memudahkan terjadinya
pembentukan batu.5 Batu terdiri atas kristal-kristal yang tersusun oleh bahan-
bahan organic maupun anorganik yang terlarut dalam urine. Kristal-kristal
tersebut tetap berada dalam keadaan metastable (tetap terlarut) dalam urine jika
tidak ada keadaan-keadaan tertentu yang menyebabkan terjadinya presipitasi
kristal. Kristal-kristal yang saling mengadakan presipitasi membentuk inti batu
(nukleasi) yang kemudian akan mengadakan agregasi dan menarik bahan-
bahan lain sehingga menjadi kristal yang lebih besar.
Meskipun ukurannya cukup besar, agregat kristal masih rapuh dan belum
cukup mampu membuntu saluran kemih. Untuk itu agregat Kristal menempel
pada epitel saluran kemih (membentuk retensi kristal), dan dari sini bahan-
bahan lain diendapkan pada agregat itu sehingga membentuk batu yang cukup
besar untuk menyumbat saluran kemih. Kondisi metastabel dipengaruhi oleh
suhu, pH larutan, adanya koloid di dalam urine, laju aliran urine di dalam
saluran kemih, atau adanya korpus alienum di dalam saluran kemih yang
bertindak sebagai inti batu.
Gambar 2.2 Area Batu Ginjal
Lebih dari 80% batu saluran kemih terdiri atas batu kalsium, baik yang
berikatan dengan oksalat maupun dengan fosfat, membentuk batu kalsium oksalat
dan kalsium fosfat sedangkan sisanya berasal dari batu asam urat, batu magnesium
ammonium fosfat (batu infeksi), batu xanthyn, batu sistein dan batu jenis lainnya.

Gambar 2.3 Batu Oksalat


2.6 Batu struvit
Batu struvit, disebut juga batu infeksi, karena terbentuknya batu ini disebabkan
oleh adanya infeksi saluran kemih. Batu dapat tumbuh menjadi lebih besar
membentuk batu staghorn dan mengisi seluruh pelvis dan kaliks ginjal. Kuman
penyebab infeksi ini adalah golongan kuman pemecah urea atau urea splitter yang
dapat menghasilkan enzim urease dan merubah urine menjadi bersuasana basa
melalui hidrolisis urea menjadi amoniak, seperti pada reaksi:
CO(NH2)2+H2O 2NH3+CO2.1
Sekitar 75% kasus batu staghorn, didapatkan komposisi batunya adalah matriks
struvit-karbonat-apatit atau disebut juga batu struvit atau batu triple phosphate,
batu fosfat, batu infeksi, atau batu urease, walaupun dapat pula terbentuk dari
campuran antara kalsium oksalat dan kalsium fosfat.

Gambar 2.4 Batu Struvit


Suasana basa ini yang memudahkan garam-garam magnesium,
ammonium, fosfat dan karbonat membentuk batu magnesium amoniun fosfat
(MAP) atau (Mg NH4PO4.H2O) dan karbonat apatit (Ca10[PO4]6CO3. Karena
terdiri atas 3 kation Ca++ Mg++ dan NH4+) batu jenis ini dikenal dengan nama
batu triple-phosphate. Kuman-kuman yang termasuk pemecah urea diantaranya
adalah Proteus spp, Klebsiella, Serratia, Enterobacter, Pseudomonas, dan
Stafilokokus. Meskipun E.coli banyak menyebabkan infeksi saluran kemih,
namun kuman ini bukan termasuk bakteri pemecah urea.
2.7 Batu Kalsium
Batu jenis ini paling banyak dijumpai, yaitu kurang lebih 70-80% dari
seluruh batu saluran kemih. Kandungan batu jenis ini terdiri atas kalium
oksalat, kalium fosfat, atau campuran dari kedua unsur tersebut Fator terjadinya
batu kalsium adalah:
1. hiperkalsiuri, yaitu kadar kalsium di dalam urin lebih besar dari 250-300
mg/24 jam. Menurut Pak (1976) terdapat tiga macam penyebab terjadinya
hiperkalsiuri, antara lain:
a. hiperkalsiuri absortif yang terjadi karena adanya peningkatan absorbsi
kalsium melalui usus.
b. hiperkalsiuri renal terjadi karena adanya gangguan kemampuan
reabsorbsi kalsium melalui tubulus ginjal.
c. hiperkalsiuri resorbtif terjadi karena adanya peningkatan resorpsi kalsium
tulang yang banyak terjadi pada hiperparatiroidisme primer atau tumor
paratiroid.
2. Hiperoksaluri
3. hiperurikosuri
4. hipositraturia
5. hipomagnesiuria
2.8 Manifestasi Klinis
Batu pada kaliks ginjal memberikan rada nyeri ringan sampai berat karena
distensi dari kapsul ginjal. Begitu juga baru pada pelvis renalis, dapat
bermanifestasi tanpa gejala sampai dengan gejala berat. Umumnya gejala batu
saluran kemih merupakan akibat obstruksi aliran kemih dan infeksi. Keluhan
yang disampaikan oleh pasien tergantung pada posisi atau letak batu, besar
batu, dan penyulit yang telah terjadi. Keluhan yang paling dirasakan oleh pasien
adalah nyeri pada pinggang. Nyeri ini mungkin bisa merupakan nyeri kolik
ataupun bukan kolik. Nyeri kolik terjadi karena aktivitas peristaltik otot polos
sistem kalises ataupun ureter meningkat dalam usaha untuk mengeluarkan batu
dari saluran kemih. Peningkatan peristaltik itu menyebabkan tekanan
intraluminalnya meningkat sehingga terjadi peregangan dari terminal saraf
yang memberikan sensasi nyeri.
Nyeri ini disebabkan oleh karena adanya batu yang menyumbat saluran
kemih, biasanya pada pertemuan pelvis ren dengan ureter (ureteropelvic
junction), dan ureter. Nyeri bersifat tajam dan episodik di daerah pinggang
(flank) yang sering menjalar ke perut, atau lipat paha, bahkan pada batu ureter
distal sering ke kemaluan. Mual dan muntah sering menyertai keadaan ini.
Nyeri non kolik terjadi akibat peregangan kapsul ginjal karena terjadi
hidronefrosis atau infeksi pada ginjal. Pada pemeriksaan fisik mungkin
didapatkan nyeri ketok pada daerah kosto-vertebra, teraba ginjal pada sisi sakit
akibat hidronefrosis, terlihat tanda-tanda gagal ginjal, retensi urine, dan jika
disertai infeksi didapatkan demam-menggigil.
2.8 Diagnosis
Selain pemeriksaan melalui anamnesis dan jasmani untuk menegakkan
diagnosis, penyakit batu perlu ditunjang dengan pemeriksaan radiologik,
laboratorium dan penunjang lain untuk menentukan kemungkinan adanya
obstruksi saluran kemih, infeksi dan gangguan faal ginjal. Secara radiologik,
batu dapat radioopak atau radiolusen. Sifat radioopak ini berbeda untuk
berbagai jenis batu sehingga dari sifat ini dapat diduga jenis batu yang dihadapi.
Pemeriksaan laboratorium diperlukan untuk mencari kelainan kemih yang
dapat menunjang adanya batu di saluran kemih, menentukan fungsi ginjal, dan
menentukan sebab terjadinya batu. Pemeriksaan renogram berguna untuk
menentukan faal kedua ginjal secara terpisah pada batu ginjal bilateral atau bila
kedua ureter tersumbat total. Cara ini dipakai untuk memastikan ginjal yang
masih mempunyai sisa faal yang cukup sebagai dasar untuk melakukan tindak
bedah pada ginjal yang sakit. Pemeriksaan ultrasonografi dapat untuk melihat
semua jenis batu, menentukan ruang dan lumen saluran kemih, serta dapat
digunakan untuk menentukan posisi batu selama tindakan pembedahan untuk
mencegah tertingggalnya batu.
2.9 Diagnosis Banding
Kolik ginjal dan ureter dapat disertai dengan akibat yang lebih lanjut,
misalnya distensi usus dan pionefrosis dengan demam. Oleh karena itu, jika
dicurigai terjadi kolik ureter maupun ginjal, khususnya yang kanan, perlu
dipertimbangkan kemungkinan kolik saluran cerna, kandung empedu, atau
apendisitis akut. Selain itu pada perempuan perlu juga dipertimbangkan
adneksitis. Bila terjadi hematuria, perlu dipertimbangkan kemungkinan
keganasan apalagi bila hematuria terjadi tanpa nyeri. Selain itu, perlu juga
diingat bahwa batu saluran kemih yang bertahun-tahun dapat menyebabkan
terjadinya tumor yang umumnya karsinoma epidermoid, akibat rangsangan dan
inflamasi. Pada batu ginjal dengan hidronefrosis, perlu dipertimbangkan
kemungkinan tumor ginjal mulai dari jenis ginjal polikistik hingga tumor
Grawitz.
2.10 Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan untuk penegakkan
diagnosis dan rencana terapi antara lain:
1. Foto Polos Abdomen
Pembuatan foto polos abdomen bertujuan untuk melihat kemungkinan
adanya batu radio opak di saluran kemih. Batu-batu jenis kalsium oksalat
dan kalsium fosfat bersifat radio opak dan paling sering dijumpai diantara
batu lain, sedangkan batu asam urat bersifat non opak (radio lusen).
Urutan radioopasitas beberapa batu saluran kemih seperti pada tabel 1.
Jenis Batu Radioopasitas
Kalsium Opak
MAP Semiopak
Urat/Sistin Non opak
Tabel 1. Gambaran Batu pada Foto Polos Abdomen
2. Pielografi Intra Vena (PIV)
Pemeriksaan ini bertujuan menilai keadaan anatomi dan fungsi ginjal.
Selain itu PIV dapat mendeteksi adanya batu semi-opak ataupun batu non opak
yang tidak dapat terlihat oleh foto polos abdomen. Jika PIV belum dapat
menjelaskan keadaan sistem saluran kemih akibat adanya penurunan fungsi ginjal,
sebagai penggantinya adalah pemeriksaan pielografi retrograd.
3. Ultrasonografi
USG dikerjakan bila pasien tidak mungkin menjalani pemeriksaan PIV,
yaitu pada keadaan-keadaan: alergi terhadap bahan kontras, faal ginjal yang
menurun, dan pada wanita yang sedang hamil. Pemeriksaan USG dapat menilai
adanya batu di ginjal atau di buli-buli (yang ditunjukkan sebagai echoic
shadow), hidronefrosis, pionefrosis, atau pengkerutan ginjal.
4. Pemeriksaan Mikroskopik Urin, untuk mencari hematuria dan Kristal.
5. Renogram, dapat diindikasikan pada batu staghorn untuk menilai fungsi
ginjal.
6. Analisis batu, untuk mengetahui asal terbentuknya.
7. Kultur urin, untuk mecari adanya infeksi sekunder.
8. DPL, ureum, kreatinin, elektrolit, kalsium, fosfat, urat, protein, fosfatase
alkali serum.
2.11 Penatalaksanaan
Batu yang sudah menimbulkan masalah pada saluran kemih secepatnya
harus dikeluarkan agar tidak menimbulkan penyulit yang lebih berat. Indikasi
untuk melakukan tindakan atau terapi pada batu saluran kemih adalah jika batu
telah menimbulkan obstruksi, infeksi, atau harus diambil karena suatu indikasi
sosial. Obstruksi karena batu saluran kemih yang telah menimbulkan
hidroureter atau hidronefrosis dan batu yang sudah menimbulkan infeksi
saluran kemih, harus segera dikeluarkan. Kadang kala batu saluran kemih tidak
menimbulkan penyulit seperti diatas, namun diderita oleh seorang yang karena
pekerjaannya (misalkan batu yang diderita oleh seorang pilot pesawat terbang)
memiliki resiko tinggi dapat menimbulkan sumbatan saluran kemih pada saat
yang bersangkutan sedang menjalankan profesinya dalam hal ini batu harus
dikeluarkan dari salura kemih. Pilihan terapi antara lain :
1. Terapi Konservatif
Sebagian besar batu ureter mempunyai diameter <5 mm. Seperti
disebutkan sebelumnya, batu ureter <5 mm bisa keluar spontan. Terapi
bertujuan untuk mengurangi nyeri, memperlancar aliran urin dengan pemberian
diuretikum, berupa minum sehingga diuresis 2 liter/ hari, α – blocker,NSAID.
Batas lama terapi konservatif adalah 6 minggu. Di samping ukuran batu
syarat lain untuk observasi adalah berat ringannya keluhan pasien, ada tidaknya
infeksi dan obstruksi. Adanya kolik berulang atau ISK menyebabkan observasi
bukan merupakan pilihan. Begitu juga dengan adanya obstruksi, apalagi pada
pasien-pasien tertentu (misalnya ginjal tunggal, ginjal trasplan dan penurunan
fungsi ginjal) tidak ada toleransi terhadap obstruksi. Pasien seperti ini harus
segera dilakukan intervensi.
2. ESWL (Extracorporeal Shockwave Lithotripsy)
Dengan ESWL sebagian besar pasien tidak perlu dibius, hanya diberi
obat penangkal nyeri. Pasien akan berbaring di suatu alat dan akan dikenakan
gelombang kejut untuk memecahkan batunya Bahkan pada ESWL generasi
terakhir pasien bisa dioperasi dari ruangan terpisah. Jadi, begitu lokasi ginjal
sudah ditemukan, dokter hanya menekan tombol dan ESWL di ruang operasi
akan bergerak. Posisi pasien sendiri bisa telentang

Gambar 2.5 ESWL


atau telungkup sesuai posisi batu ginjal. Batu ginjal yang sudah pecah akan keluar
bersama air seni. Biasanya pasien tidak perlu dirawat dan dapat langsung pulang.
Pembangkit (generator) gelombang kejut dalam ESWL ada tiga jenis yaitu
elektrohidrolik, piezoelektrik dan elektromagnetik. Masingmasing generator
mempunyai cara kerja yang berbeda, tapi sama-sama menggunakan air atau gelatin
sebagai medium untuk merambatkan gelombang kejut. Air dan gelatin mempunyai
sifat akustik paling mendekati sifat akustik tubuh sehingga tidak akan
menimbulkan rasa sakit pada saat gelombang kejut masuk tubuh. ESWL
merupakan alat pemecah batu ginjal dengan menggunakan gelombang kejut antara
15-22 kilowatt. ESWL hanya sesuai untuk menghancurkan batu ginjal dengan
ukuran kurang dari 3 cm serta terletak di ginjal atau saluran kemih antara ginjal dan
kandung kemih (kecuali yang terhalang oleh tulang panggul). Batu yang keras
(misalnya kalsium oksalat monohidrat) sulit pecah dan perlu beberapa kali
tindakan. ESWL tidak boleh digunakan oleh penderita darah tinggi, kencing manis,
gangguan pembekuan darah dan fungsi ginjal, wanita hamil dan anakanak, serta
berat badan berlebih (obesitas). Penggunaan ESWL untuk terapi batu ureter distal
pada wanita dan anak-anak juga harus dipertimbangkan dengan serius. Sebab ada
kemungkinan terjadi kerusakan pada ovarium. Meskipun belum ada data yang
valid, untuk wanita di bawah 40 tahun sebaiknya diinformasikan sejelas-jelasnya.
3. Endourologi
Tindakan Endourologi adalah tindakan invasif minimal untuk
mengeluarkan batu saluran kemih yang terdiri atas memecah batu, dan
kemudian mengeluarkannya dari saluran kemih melalui alat yang
dimasukkan langsung ke dalam saluran kemih. Alat itu dimasukkan melalui
uretra atau melalui insisi kecil pada kulit (perkutan). Proses pemecahan batu
dapat dilakukan secara mekanik, dengan memakai energy hidraulik, energi
gelombang suara, atau dengan energi laser. Beberapa tindakan endourologi
antara lain:
a. PNL (Percutaneous Nephro Litholapaxy) yaitu mengeluarkan batu yang
berada di dalam saluran ginjal dengan cara memasukkan alat endoskopi ke
sistem kalises melalui insisi pada kulit. Batu kemudian dikeluarkan atau
dipecah terlebih dahulu menjadi fragmen-fragmen kecil.
Gambar 2.6 Endourologi

4. Bedah Terbuka
Di klinik-klinik yang belum mempunyai fasilitas yang memadai untuk
tindakan-tindakan endourologi, laparoskopi, maupun ESWL,pengambilan
batu masih dilakukan melalui pembedahan terbuka. Pembedahan terbuka itu
antara lain adalah: pielolitotomi atau nefrolitotomi untuk mengambil batu
pada saluran ginjal, dan ureterolitotomi untuk batu di ureter. Tidak jarang
pasien harus menjalani tindakan nefrektomi atau pengambilan ginjal karena
ginjalnya sudah tidak berfungsi dan berisi nanah (pionefrosis), korteksnya
sudah sangat tipis, atau mengalami pengkerutan akibat batu saluran kemih
yang menimbulkan obstruksi atau infeksi yang menahun.

Gambar 2.7 Bedah Terbuka


5. Pemasangan Stent
Meskipun bukan pilihan terapi utama, pemasangan stent ureter terkadang
memegang peranan penting sebagai tindakan tambahan dalam penanganan
batu ureter. Misalnya pada penderita sepsis yang disertai tanda-tanda
obstruksi, pemakaian stent sangat perlu. Juga pada batu ureter yang melekat
(impacted). Setelah batu dikeluarkan dari saluran kemih, tindakan
selanjutnya yang tidak kalah pentingnya adalah upaya menghindari
timbulnya kekambuhan. Angka kekambuhan batu saluran kemih rata-rata
7% per tahun atau kurang lebih 50% dalam 10 tahun.
2.11 Pencegahan
Pencegahan yang dilakukan adalah berdasarkan atas kandungan
unsure yang menyusun batu saluran kemih yang diperoleh dari analisis
batu. Pada umumnya pencegahan itu berupa :
1. Menghindari dehidrasi dengan minum cukup dan diusahakan produksi urin
2-3 liter per hari.
2. Diet untuk mengurangi kadar zat-zat komponen pembentuk batu.
3. Aktivitas harian yang cukup.
4. Pemberian medikamentosa.
Beberapa diet yang dianjurkan untuk mengurangi kekambuhan adalah:
1. Rendah protein, karena protein akan memacu ekskresi kalsium urine dan
menyebabkan suasana urine menjadi lebih asam.
2. Rendah oksalat.
3. Rendah garam, karena natriuresis akan memacu timbulnya hiperkalsiuri.
4. Rendah purin.
Diet rendah kalsium tidak dianjurkan kecuali pada pasien yang
menderita hiperkalsiuri tipe II.
2.12 Prognosis
Prognosis batu ginjal tergantung dari faktor-faktor ukuran batu,
letak batu, dan adanya infeksi serta obstruksi. Makin besar ukuran suatu
batu, makin buruk prognosisnya. Letak batu yang dapat menyebabkan
obstruksi dapat mempermudah terjadinya infeksi. Makin besar kerusakan
jaringan dan adanya infeksi karena faktor obstruksi akan dapat
menyebabkan penurunan fungsi Ginjal Pada pasien dengan batu yang
ditangani dengan ESWL, 60% dinyatakan bebas dari batu, sisanya masih
memerlukan perawatan ulang karena masih ada sisa fragmen batu dalam
saluran kemihnya. Pada pasien yang ditangani dengan PNL, 80%
dinyatakan bebas dari batu, namun hasil yang baik ditentukan pula oleh
pengalaman operator.
BAB III
PENUTUP
3.1. Kesimpulan
Batu saluran kemih adalah massa keras seperti batu yang terbentuk di
sepanjang saluran kemih dan bisa menyebabkan nyeri, perdarahan,
penyumbatan aliran kemih, atau infeksi.
Semua tipe batu saluran kemih memiliki potensi untuk membentuk batu.
Terbentuknya batu saluran kemih diduga ada hubungannya dengan gangguan
liran urine, gangguan metabolik, infeksi saluran kemih, dehidrasi, dan keadaan-
keadaan lain yang masih belum terungkap (idiopatik).
Pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan untuk penegakkan diagnosis
dan rencana terapi antara lain Foto Polos Abdomen, Pielografi Intra Vena
(PIV), Ultrasonografi, pemeriksaan mikroskopik urin, Renogram, analisis batu,
kultur urin, DPL, ureum, kreatinin, elektrolit..
Pencegahan yang dilakukan adalah berdasarkan atas kandungan unsur
yang menyusun batu saluran kemih yang diperoleh dari analisis batu.,
Prognosis batu ginjal tergantung dari faktor-faktor ukuran batu, letak batu,
dan adanya infeksi serta obstruksi.
DAFTAR PUSTAKA

1. Guyton & Hall. Buku ajar FISIOLOGI KEDOKTERAN. EGC : Jakarta. 2008
2. Kapita Selekta Kedokteran edisi 4. FKUI: Jakarta. 2014
3. Nur Lina. Faktor-Faktor Resiko Kejadian Batu Saluran Kemih Pada Laki-Laki.
Semarang: Magister Epidemiologi Universitas Diponegoro. 2008
4. Pearce, Evelyn C.Anatomi dan fisiologi untuk paramedis. Pt Gramedia Pustaka
Utama: Jakarta. 2009
5. Price, Sylvia Anderson. Patofisiologi : konsep klinis proses-proses penyakit.
EGC:Jakarta. 2005
6. Purnomo BB. Dasar-Dasar Urologi edisi 3. FK Unbraw: Malang. 2011
7. Santoso, Beatricia I. Fisiologi manusia : dari sel ke sistem. EGC: Jakarta. 2001
8. Sjamsuhidajat, R Jong Wim De. Buku ajar bedah. Jakarta : EGC.1998
9. Soepaman. Ilmu Penyakit Dalam Jillid II. FKUI: Jakarta. 1990
10. Sudoyo, Aru W. Ilmu Penyakit Dalam. Departemen Ilmu PenyakitDalam
FKUI:Jakarta. 2007

Anda mungkin juga menyukai