TINJAUAN PUSTAKA
A. Pengertian
Batu di dalam saluran kemih (Urinary Calculi) adalah massa keras seperti batu yang
penyumbatan aliran kemih atau infeksi. Batu ini bisa terbentuk di dalam ginjal (batu ginjal)
maupun di dalam kandung kemih (batu kandung kemih). Proses pembentukan batu ini
Batu ginjal atau kalkulus renal (nefrolitiasis) dapat terbentuk dimana saja di dalam
traktus urinarius kendati paling sering ditemukan pada piala ginjal (pelvis renis) atau
kalises. Batu ginjal memiliki ukuran yang beragam dan bias soliter atau multiple. Batu
ginjal lebih sering terjadi pada laki-laki dibandingkan pada wanita dan jarang ditemukan
pada anak-anak. Batu kalsium umumnya ditemukan pada laki-laki berusia pertengahan
Batu ginjal merupakan suatu kondisi terbentuknya material keras yang menyerupai
batu di dalam ginjal. Material tersebut berasal dari sisa zat-zat limbah di dalam darah yang
dipisahkan ginjal yang kemudian mengendap dan mengkristal seiring waktu (Anonim,
2015).
Dari penjelasan para ahli di atas, dapat disimpulkan batu ginjal adalah suatu
keadaan penyakit pembetukan batu (kalkuli) yang dapat ditemukan di setiap bagian ginjal
yang terjadi akibat endapan zat-zat sisa di ginjal sehingga menyebabkan terganggunya
sistem perkemihan.
1
Gambar 1: Batu ginjal dalam kalises mayor, kalises minor
ginjal dan dalam ureter
B. Etiologi
Meskipun penyebab pasti tidak diketahui, factor predisposisi terjadinya batu ginjal
1. Dehidrasi
2. Infeksi
3. Perubahan pH urin (batu kalsium karbonat terbentuk pada pH yang tinggi, batu asam
4. Obstruksi pada aliran urin yang menimbulkan stasis di dalam traktus urinarius.
5. Imobilisasi yang menyebabkan kalsium terlepas ke dalam darah dan tersaring oleh
ginjal.
6. Factor metabolic
7. Factor makanan
aliran urine, gangguan metabolik, infeksi saluran kemih, dehidrasi dan keadaan-keadaan
lain yang masih belum terungkap (idiopatik). Secara epidemiologis terdapat beberapa
2
faktor yang mempermudah terjadinya batu saluran kemih yang dibedakan sebagai faktor
2) Umur; paling sering didapatkan pada usia 30-50 tahun karena terjadinya penurunan
3) Jenis kelamin; jumlah pasien pria 3 kali lebih banyak dibanding pasien wanita
a. Geografi; pada beberapa daerah menunjukkan angka kejadian yang lebih tinggi
Tempat yang bersuhu dingin (ruang AC) menyebabkan kulit kering dan pemasukan
cairan kurang. Tempat yang bersuhu panas misalnya di daerah tropis, di ruang
c. Asupan air
Kurangnya asupan air dan tingginya kadar mineral kalsium dapat meningkatkan
d. Diet
Diet tinggi purin, oksalat dan kalsium mempermudah terjadinya batu saluran
kacang polong, kacang tanah dan coklat. Tinggi purin seperti : ikan, ayam, daging,
jeroan. Tinggi oksalat seperti : bayam, seledri, kopi, teh, dan vitamin D.
3
e. Pekerjaan
Penyakit ini sering dijumpai pada orang yang pekerjaannya banyak duduk atau
kurang aktivitas fisik (sedentary life). Pekerjaan dengan banyak duduk lebih
f. Infeksi
Infeksi saluran kemih dapat menyebabkan nekrosis jaringan ginjal dan menjadi inti
pembentukan batu.
C. Patofisiologi
Tipe batu ginjal yang utama adalah kalsium oksalat dan kalsium fosfat yang
menempati 75% hingga 80% dari semua kasus batu ginjal; batu struvit (magnesium,
ammonium, dan fosfat) 15% dan asam urat 7%. Batu sistin relative jarang terjadi dan
Batu ginjal terbentuk ketika terjadi pengendapan substansi yang dalam keadaan
normal larut dalam urin, seperti kalsium oksalat dan kalsium fosfat. Dehidrasi dapat
menimbulkan batu ginjal karena peningkatan konsentrasi substansi yang membentuk batu
di dalam urin. Pembentukan batu terjadi di sekeliling suatu nucleus atau nidus pada
lingkungan yang sesuai. Kristal terbentuk dengan adanya substansi yang membentuk batu
(kalsium oksalat, kalsium karbonat, magnesium, ammonium, fosfat atau asam urat) dan
kemudian terperangkap dalam traktus urinarius. Di tempat ini, kristal tersebut menarik
Kristal lain untuk membentuk batu. Urin yang sangat pekat dengan substansi ini akan
2011).
4
Secara teoritis batu dapat terbentuk diseluruh saluran kemih terutama pada tampat-
tempat yang sering mengalami hambatan aliran urine (statis urine), yaitu pada sistem
kalises ginjal atau buli-buli. Adanya kelainan bawaan pada pelvikalises (stenosis uretro-
pelvis), divertikel, obstruksi infravesika kronis seperti pada hyperplasia prostate benigna,
terjadinya pembentukan batu. Batu terdiri atas kristal-kristal yang tersusun oleh bahan-
bahan organik maupun anorganik yang terlarut di dalam urine. Kristal-kristal tersebut tetap
berada dalam keadaan metastable (tetap terlarut) dalam urine jika tidak ada keadaan-
saling mengadakan presipitasi membentuk inti batu (nukleasi) yang kemudian akan
mengadakan agregasi, dan menarik bahan-bahan lain sehingga menjadi kristal yang lebih
besar. Meskipun ukurannya cukup besar, agregat kristal masih rapuh dan belum cukup
mampu membuntukan saluran kemih. Untuk itu agregat kristal menempel pada epitel
saluran kemih (membentuk retensi kristal), dan dari sini bahan-bahan lain diendapkan pada
agregat itu sehingga membentuk batu yang cukup besar untuk menyumbat saluran kemih.
Kondisi metastabel dipengaruhi oleh pH larutan, adanya koloid di dalam urine, konsentrasi
solute di dalam urine, laju aliran urine di dalam saluran kemih, atau adanya korpus alienum
di dalam saluran kemih yang bertindak sebagai inti batu. Lebih dari 80% batu saluran kemih
terdiri atas batu kalsium, baik yang berikatan dengan oksalat maupan dengan fosfat,
membentuk batu kalsium oksalat dan kalsium fosfat; sedangkan sisanya berasal dari batu
asam urat, batu magnesium ammonium fosfat (batu infeksi), batu xanthyn, batu sistein, dan
batu jenis lainnya. Meskipun patogenesis pembentukan batu-batu diatas hampir sama,
tetapi suasana didalam saluran kemih yang memungkinkan terbentuknya jenis batu itu tidak
sama. Dalam hal ini misalkan batu asam urat mudah terbentuk dalam asam, sedangkan batu
magnesium ammonium fosfat terbentuk karena urine bersifat basa (Lina, 2008).
5
Batu ginjal dapat terjadi pada papilla renal, tubulus renal, kalises, piala ginjal, ureter
atau dalam kandung kemih. Banyak batu berukuran kurang dari 5 mm dan biasanya batu
dengan ukuran kecil ini akan keluar sendiri ke dalam urin. Batu staghorn bias terus tumbuh
dalam piala ginjal dan meluas ke dalam kalises sehingga terbentuk batu yang bercabang-
cabang dan akhirnya menimbulkan batu ginjal jika tidak diangkat dengan pembedahan.
Batu kalsium memiliki ukuran paling kecil. Sebagian besar diantaranya adalah kalsium
bersama hiperurikosuria (keadaan terdapatnya asam urat dengan kadar yang tinggi di dalam
urin). Imobilisasi yang lama dapat menimbulkan dimineralisasi tulang, hiperkalsiuria, dan
asupan vitamin D atau kalsium yang berlebihan dari makanan dapat menjadi factor
predisposisi terbentuknya batu ginjal. Batu struvit secara khas mengendap karena infeksi,
khususnya oleh spesies pseudomonas atau proteus. Mikroorganisme pemecah ureum ini
lebih sering dijumpai pada wanita. Batu struvit dapat menghancurkan parenkim renal
(Kowalak, 2011).
Penyakit gout mengakibatkan produksi asam urat yang tinggi, hiperurikosuria, dan
batu asam urat. Diet tinggi purin (seperti daging, ikan, dan unggas) akan menaikkan kadar
asam urat di dalam tubuh. Enteritis regional dan colitis ulserativa dapat memicu
pembentukan batu asam urat. Penyakit ini sering terjadi pada keadaan kehilangan cairan
dan bikarbonat yang dapat menimbulkan asidosis metabolic. Urin yang asam akan
Sistinuria merupakan gangguan herediter langka, dan pada kondisi ini terdapat
renal. Keadaan ini menyebabkan peningkatan jumlah sistin dalam urin. Karena sistin
6
merupakan substansi yang relative insoluble, keberadaannya turut menyebabkan
Jaringan parut yang terinfeksi merupakan tempat ideal bagi pembentukan batu.
Disamping itu, kalkulus yang terinfeksi (biasanya batu magnesium ammonium fosfat atau
batu staghorn) dapat terbentuk apabila bakteri menjadi nucleus dalam pembentukan batu.
saling melekat dan mendorong timbulnya infeksi yang menambah obstruksi. Batu dapat
masuk ke dalam ureter atau tetap tinggal di dalam piala ginjal. Di dalam piala ginjal, batu
tersebut merusak atau menghancurkan parenkim renal dan dapat menimbulkan nekrosis
hidronefrosis dan cenderung timbul kembali. Nyeri yang membandel dan perdarahan serius
juga dapat terjadi karena batu ginjal dan kerusakan yang ditimbulkan. Batu yang besar dan
kasar akan menyumbat lubang sambungan uteropelvic dan meningkatkan frekuensi serta
kekuatan kontraksi peristaltic sehingga terjadi hematuria akibat trauma. Biasanya pasien
batu ginjal melaporkan nyeri yang menjalar dari sudut kostovertebral kebagian pinggang
kemudian kearah suprapubik serta genetalia eksterna (kolik renal yang klasik). Intensitas
nyeri berfluktuasi dan dapat luar biasa sakitnya ketika intensitas nyeri tersebut mencapai
puncaknya. Pasien dengan batu ginjal di dalam piala ginjal dan kalises dapat melaporkan
nyeri konstan yang tumpul (rasa pegal). Ia juga dapat melaporkan nyeri punggung jika batu
tersebut menyebabkan sumbatan dalam ginjal dan nyeri abdomen yang hebat bila batu
tersebut berjalan ke bawah disepanjang ureter. Infeksi dapat terjadi dalam urin yang
mengalami stasis atau sesudah trauma jika batu ini menimbulkan mengikis permukaan
saluran kemih. Jika batu atau kalkulus terperangkap dan menyumbat aliran urin maka dapat
7
Beberapa teori pembentukan batu adalah (Purnomo, 2011) :
a) Teori Nukleasi
Batu terbentuk di dalam urine karena adanya inti batu (nukleus). Partikel-partikel yang
berada dalam larutan yang terlalu jenuh (supersaturated) akan mengendap di dalam
nukleus itu sehingga akhirnya membentuk batu. Inti batu dapat berupa kristal atau
b) Teori Matriks
Matriks organik terdiri atas serum/protein urine (albumin, globulin, dan mukoprotein)
c) Penghambatan kristalisasi
Urine orang normal mengandung zat penghambat pembentuk kristal, antara lain :
magnesium, sitrat, pirofosfat, mukoprotein dan beberapa peptida. Jika kadar salah satu
atau beberapa zat itu berkurang, akan memudahkan terbentuknya batu di dalam saluran
kemih.
Pathway (Terlampir)
D. Manifestasi Klinis
Tanda dan gejala batu ginjal yang mungkin meliputi (Kowalak ,2011):
5. Distensi abdomen
6. Anuria akibat obstruksi bilateral atau obstruksi pada ginjal yang tinggal satu-satunya
dimiliki pasien.
8
Secara umum pasien urolithiasis datang ke pelayanan kesehatan dengan keluhan
utama nyeri pada pinggang dan hematuria. Keluhan yang disampaikan oleh pasien
tergantung pada posisi atau letak batu, besar batu, dan penyulit yang telah terjadi. Keluhan
yang paling dirasakan oleh pasien adalah nyeri pada pinggang. Nyeri ini mungkin bisa
berupa nyeri kolik maupun bukan kolik. Nyeri kolik terjadi karena aktivitas peristaltik otot
polos sistem kalises ataupun ureter meningkat dalam usaha untuk mengeluarkan batu dari
meningkat sehingga terjadi peregangan dari terminal saraf yang memberikan sensasi nyeri.
Nyeri non kolik terjadi akibat peregangan kapsul ginjal karena terjadi hidonefrosis atau
Hematuria sering kali dikeluhkan oleh pasien akibat trauma pada mukosa saluran
kemih yang disebabkan oleh batu. Kadang-kadang hematuria didapatkan dari pemeriksaan
urinalisis berupa hematuria mikroskopik. Jika didapatkan demam harus dicurigai suatu
urosepsis dan ini merupakan kedaruratan di bidang urologi. Dalam hal ini harus secepatnya
ditentukan letak kelainan anatomik pada saluran kemih yang mendasari timbulnya
urosepsis dan segera dilakukan terapi berupa drainase dan pemberian antibiotika (Kuntarti,
2009).
Infeksi (pielonefritis dan sistitis yang disertai menggigil, demam dan disuria) dapat
terjadi dari iritasi batu yang terus menerus. Beberapa batu menyebabkan sedikit gejala
namun secara perlahan merusak unit fungsional (nefron) ginjal (Kuntarti, 2009).
Menurut Kowalak (2011) komposisi yang menyusun batu ginjal adalah batu
kalsium (80%) dengan terbesar berbentuk kalsium oksalat dan terkecil berbentuk kalsium
fosfat. Adapun macam-macam batu ginjal dan proses terbentuknya, antara lain:
9
a. Batu Oksalat/Kalsium Oksalat
Asam oksalat di dalam tubuh berasal dari metabolisme asam amino dan asam askorbat
(vitamin C). Asam askorbat merupakan prekursor oksalat yang cukup besar, sejumlah
30%, 50% yang lain dikeluarkan sebagai oksalat urine. Manusia tidak dapat
gangguan fungsi ginjal dan asupan oksalat berlebih di tubuh (misalkan banyak
mengkonsumsi nenas), maka terjadi akumulasi okalat yang memicu terbentuknya batu
b. Batu Struvit
Batu struvit terdiri dari magnesium ammonium fosfat (struvit) dan kalsium karbonat.
Batu tersebut terbentuk di pelvis dan kalik ginjal bila produksi ammonia bertambah
dan pH urin tinggi, sehingga kelarutan fosfat berkurang. Hal ini terjadi akibat infeksi
bakteri pemecah urea (yang terbanyak dari spesies Proteus dan Providencia,
Coryne bacterium) pada saluran urin. Enzim urease yang dihasikan bakteri di atas
menguraikan urin menjadi amonia dan karbonat. Amonia bergabung dengan air
kalsium karbonat.Batu struvit (campuran dari magnesium, amoniak dan fosfat) juga
disebut batu infeksi karena batu ini hanya terbentuk di dalam air kemih yang terinfeksi.
Ukuran batu bervariasi, mulai dari yang tidak dapat dilihat dengan mata telanjang
sampai yang sebesar 2.5 sentimeter atau lebih. Batu yang besar disebut kalkulus
staghorn. Batu ini mengisi hampir keseluruhan pelvis renalis dan kalises renalis.
10
c. Batu Urat
Batu urat terjadi pada penderita gout (sejenis rematik). Batu urat dapat juga terbentuk
karena pemakaian urikosurik (misal probenesid atau aspirin). Penderita diare kronis
(karena kehilangan cairan, dan peningkatan konsentrasi urine) serta asidosis (pH urin
menjadi asam sehingga terjadi pengendapan asam urat) dapat juga menjadi pemicu
d. Batu Sistina
Sistin merupakan asam amino yang kelarutannya paling kecil. Kelarutannya semakin
kecil jika pH urin turun/asam. Bila sistin tak larut akan berpresipitasi (mengendap)
dalam bentuk kristal yang tumbuh dalam sel ginjal/saluran kemih membentuk batu.
Batu ginjal berbentuk batu kalium fosfat dapat terjadi pada penderita hiperkalsiurik
(kadar kalsium dalam urine tinggi). Batu kalium fosfat juga dapat terjadi karena asupan
kalsium berlebih (misal susu dan keju) ke dalam tubuh. Hal ini dikarenakan adanya
endapan kalium di dalam tubuh yang akan menyebabkan timbulnya batu ginjal.
Batu yang terbentuk di ginjal dapat menetap pada beberapa tempat di bagian ginjal,
seperti di kalix minor atas dan bawah, di kalix mayor, di daerah pyelum, dan di ginjal
bagian atas (up junction). Berikut ini adalah klasifikasi berdasarkan posisi batu saluran
ginjal:
a. Batu di kalix minor atas : batu ini kemungkinan silent stone dengan symptom stone.
b. Batu di kalix monir bawah : batu yang terdapat pada bagian ini biasanya merupakan
batu koral (staghorn stone) dan berbentuk seperti arsitektur dari kalices. Batu ini
makin lama akan bertambah besar dan mendesak pharencim ginjal sehingga
pharencim ginjal semakin menipis. Jadi batu ini potensial berbahaya bagi ginjal.
11
c. Batu di kalix mayor : jenis batu ini adalah batu koral (staghorn stone), tetapi tidak
menyumbat. Batu pada daerah ini sering tidak menimbulkan gejala mencolok / akut,
Batu ini makin lama akan semakin membesar dan mendesak pharencim ginjal
sehingga pharencim ginjal akan semakin menipis dan berbahaya bagi ginjal.
menimbulkan infeksi sehingga dapat menyebabkan kolik pain dan gejala lain.
karena batu dapat tumbuh terus ke dalam kalix mayor sehingga tindakan operasi
penyempitan ureter yang fisiologis, sehingga besarnya batu diperkirakan tidak dapat
f. Batu ureter : tanda dan gejalanya adalah secara tiba-tiba timbul kolik pain mulai dari
pinggang hingga testis pria atau ovarium pada wanita, pada posisi apapun klien sangat
g. Batu buli-buli : batu buli-buli terdapat pada semua golongan umur dari anak sampai
orang dewasa.
F. Komplikasi
2. Nekrosis tekanan
4. Hidronefrosis
12
5. Perdarahan
6. Rasa nyeri
7. Infeksi
G. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan yang dapat menunjang diagnostic batu ginjal antara lain (Rasad, Sjahriar.
2010):
a. Urinalisa
kalkulus renalis, tumor,kegagalan ginjal). Secara umum menunjukkan adanya sel darah
merah, sel darah putih dan kristal serta serpihan, mineral, bakteri, pus, pH urine asam
(asam meningkatkan sistin dan batu asam urat). Pada Urine 24 jam didapatkan
b. Pemeriksaan hematologi:
c. Pemeriksaan Imaging
Urografi
kemih yaitu ginjal, ureter dan vesika urinaria (KUB). Tetapi pemeriksaan ini
Batu asam urat dan ammonium urat merupakan batu yang radiolucent. Tetapi batu
tersebut terkadang dilapisi oleh selaput yang berupa calsium sehingga gambaran
13
akhirnya radioopaque. Pelapisan adalah hal yang sering, biasanya lapisan tersebut
Jika pada pemeriksaan secara klinik dan foto tidak dapat menunjukkan adanya batu,
maka langkah selanjutnya adalah dengan pemeriksaan IVP. Adanya batu akan
Ultrasonografi (USG)
Batu akan terlihat sebagai gambaran hiperechoic, efektif untuk melihat batu yang
CT scan
Pemeriksaan ini dilakukan untuk banyak kasus pada pasien yang nyeri perut, massa
di pelvis, suspect abses, dan menunjukkan adanya batu yang tidak dapat
ditunjukkan pada IVP. Batu akan terlihat sebagian batu yang keruh.
MRI
Pemeriksaan ini akan menunjukkan adanya lubang hitam yang semestinya tidak
H. Penatalaksanaan
batu, mencegah kerusakan nefron, mengendalikan infeksi dan mengurangi obstruksi yang
terjadi. Untuk Indikasi pengeluaran batu saluran kemih yaitu obstruksi jalan kemih, infeksi,
nyeri menetap atau nyeri berulang-ulang, batu yang akan menyebabkan infeksi atau
14
Penatalaksanaan pada batu ginjal, sebagai berikut (Rully, M. Azharry S, 2010):
a. Diet
Makanan yang harus dikurangi adalah jenis makanan yang mengandung kalsium
oksalat seperti bayam, daun seledri, kacang-kacangan, kopi, teh, dan coklat serta
mengurangi makanan yang mengandung kalsium tinggi seperti : ikan laut, kerang,
3) Batu struvite
Makanan yang dikurangi adalah keju, telur, buah murbai, susu dan daging.
4) Batu cysti
Makanan yang dikurangi adalah sari buah, susu, kentang. Serta menganjurkan
pasien banyak minum yaitu 3-4 liter/hari dan olahraga yang teratur.
b. Pengurangan nyeri
Tujuan segera dari penanganan kolik renal atau ureteral adalah untuk mengurangi nyeri
mencegah syok dan sinkop akibat nyeri yang luar biasa. Mandi air hangat di area
panggul dapat bermanfaat. Cairan diberikan, kecuali pasien mengalami muntah atau
menderita gagal jantung kongestif atau kondisi lain yang memerlukan pembatasan
cairan. Ini meningkatkan tekanan hidrostatik pada ruang di belakang batu sehingga
mendorong pasase batu tersebut ke bawah. Masukan cairan sepanjang hari mengurangi
konsentrasi kristaloid urin, mengencerkan urin dan menjamin haluaran urin yang besar.
15
c. Kolaborasi pemmberian antibiotik untuk mengatasi infeksi.
Alat ESWL adalah pemecah batu yang diperkenalkan pertama kali oleh Caussy pada
tahun 1980. Alat ini dapat memecah batu ginjal, batu ureter proksimal, atau buli-buli
tanpa melalui tindakan invasif atau tanpa ada pembiusan dengan mengkonsentrasikan
gelombang kejut dari lokasi batu dari luar tubuh. Batu dipecah menjadi fragmen-
fragmen kecil sehingga mudah dikeluarkan melalui saluran kemih. Tidak jarang
pecahan-pecahan batu yang sedang keluar menimbulkan perasaan nyeri kolik dan
menyebabkan hematuria. Setelah batu tersebut pecah menjadi bagian yang kecil seperti
f. Ureteroskopi
Mencakup visualisasi dan aksis ureter dengan memasukkan suatu alat ureteroskop
g. Pelarutan batu
Infus cairan kemolitik (misal: agen pembuat asam dan basa) untuk melarutkan batu
dapat dilakukan sebagai alternative penanganan untuk pasien kurang beresiko terhadap
terapi lain dan menolak metode lain, atau mereka yang memiliki batu yang mudah larut
(struvit).
h. Pengangkatan batu
16
Jika batu terletak di dalam ginjal, pembedahan dilakukan dengan nefrolitotomi (insisi
pada ginjal untuk mengangkat batu) atau nefrektomi, jika ginjal tidak berfungsi akibat
infeksi atau hidronefrosis. Batu dalam piala ginjal diangkat dengan pielolitotomi.
I. Pencegahan
Untuk pencegahan batu ginjal terdapat makanan dan minuman yang harus dibatasi
(Kowalak, 2011).:
kalsium).
2. Garam meja dan makanan tinggi natrium harus dikurangi (Na bersaing dengan Ca
3. Produk susu: semua keju (kecuali keju yang lembut dan keju batangan); susu dan
produk susu (lebih dari ½ cangkir per hari); krim asam (yoghurt).
4. Daging, ikan, unggas: otak, jantung, hati, ginjal, sardine, sweetbread, telur.
5. Sayuran: bit hijau, lobak, mustard hijau, bayam, lobak cina, buncis kering, kedelai,
seledri.
7. Roti, sereal, pasta: roti murni, sereal, keripik, roti gandum, semua roti yang dicampur
pengembang roti, oatmeal, beras merah, sekam, benih gandum, jagung giling, seluruh
8. Minuman: teh, coklat, minuman berkarbonat, bir, semua minuman yang dibuat dari
9. Lain-lain: kacang, mentega kacang, coklat, sup yang dicampur susu, semua krim,
makanan pencuci mulut yang dicampur susu atau produk susu (kue basah, kue kering,
pie).
17
BAB III
A. Pengkajian
Pengkajan adalah data dasar utama proses keperawatan yang tujuannya adalah untuk
memberikan gambaran secara terus menerus mengenai keadaan kesehatan klien yang
a. Identitas pasien yaitu: mencakup nama, umur, agama, alamat, jenis kelamin,
pendidikan, perkerjaan, suku, tanggal masuk, no. MR, identitas keluarga, dll.
b. Riwayat Kesehatan
18
Biasanya klien mengeluh nyeri pinggang kiri hilang timbul, nyeri muncul dari
pinggang sebelah kiri dan menjalar ke depan sampai ke penis. Penyebab nyeri tidak
di ketahui.
Kemungkinan klien sering mengkonsumsi makanan yang kaya vit D, klien suka
Dikaji apakah keluarga klien mengalami batu ginjal atau penyakit lainnya.
a. Aktivitas/istirahat:
Gejala:
b. Sirkulasi
Tanda:
c. Eliminasi
Gejala:
19
Rasa terbakar, dorongan berkemih
Diare
Tanda:
Gejala:
Tanda:
Muntah
e. Nyeri/kenyamanan:
Gejala:
Nyeri hebat pada fase akut (nyeri kolik), lokasi nyeri tergantung lokasi batu (batu ginjal
Tanda:
f. Keamanan:
Gejala:
Penggunaan alkohol
Demam/menggigil
g. Penyuluhan/pembelajaran:
20
Gejala:
Riwayat batu saluran kemih dalam keluarga, penyakit ginjal, hipertensi, gout, ISK
kronis
Pre-operasi
ureteral
2. Perubahan eliminasi urine berhubungan dengan stimulasi kandung kemih oleh batu,
mual/muntah (iritasi saraf abdominal dan pelvis ginjal atau kolik ureter, diuresis
pasca obstruksi.
Post-operasi
C. Intervensi
21
Pre-operasi
Rencana keperawatan
Diagnosa Keperawatan/
Tujuan dan Kriteria
Masalah Kolaborasi Intervensi
Hasil
muncul secara aktual atau nyeri (tahu penyebab Observasi reaksi nonverbal dari
serangan mendadak atau mencari bantuan) Kaji kultur yang mempengaruhi respon
ringan sampai berat yang berkurang dengan Evaluasi pengalaman nyeri masa lampau
akhir yang dapat diprediksi manajemen nyeri kesehatan lain tentang ketidakefektifan
dan dengan durasi kurang Mampu mengenali nyeri kontrol nyeri masa lampau
dari 6 bulan. (skala, intensitas, Bantu pasien dan keluarga untuk mencari
22
Laporan secara verbal Menyatakan rasa Kontrol lingkungan yang dapat
atau non verbal nyaman setelah nyeri mempengaruhi nyeri seperti suhu
Posisi antalgic untuk Tanda vital dalam Kurangi faktor presipitasi nyeri
menentukan intervensi
Gangguan tidur (mata
Ajarkan tentang teknik non farmakologi
sayu, tampak capek, sulit
Berikan analgetik untuk mengurangi
atau gerakan kacau,
nyeri
menyeringai)
Evaluasi keefektifan kontrol nyeri
Terfokus pada diri
Tingkatkan istirahat
sendiri
Kolaborasikan dengan dokter jika ada
Fokus menyempit
keluhan dan tindakan nyeri tidak berhasil
(penurunan persepsi
Monitor penerimaan pasien tentang
waktu, kerusakan proses
manajemen nyeri
berpikir, penurunan
23
dan/atau aktivitas, Cek riwayat alergi
fisik, psikologis)
24
Rencana keperawatan
Diagnosa Keperawatan/
Tujuan dan Kriteria
Masalah Kolaborasi Intervensi
Hasil
- Penyimpangan yang
normal, HT normal Monitor vital sign
25
- Penyimpangan yang membran mukosa Berikan cairan IV pada suhu ruangan
- Kegagalan fungsi
regulator
- Kehilangan cairan
(misalnya selang
menetap)
- Agen fermasutikal
(misalnya diuretik)
Rencana keperawatan
26
Diagnosa Keperawatan/ Tujuan dan Kriteria
Intervensi
Masalah Kolaborasi Hasil
nutrisi kurang dari Nutritional status: Kolaborasi dengan ahli gizi untuk
menelan
27
Kurang minat pada Tidak terjadi Informasikan pada klien dan keluarga
Penurunan berat badan badan yang berarti Kolaborasi dengan dokter tentang
RDA (recommended
daily allowance)
makan
Steatorea
Kelemahan otot
pengunyah
28
Kelemahan otot untuk
menelan
Faktor-faktor yang
berhubungan:
Faktor biologis
Faktor ekonomi
Ketidakmampuan untuk
mengabsorpsi nutrien
Ketidakmampuan untuk
mencerna makanan
Ketidakmampuan untuk
menelan makanan
Faktor psikologis
Rencana keperawatan
Diagnosa Keperawatan/
Tujuan dan Kriteria
Masalah Kolaborasi Intervensi
Hasil
29
Ansietas NOC : NIC :
persepsi
30
- Gerakan yang Berikan obat untuk mengurangi
ireleven kecemasan
- Gelisah
- Melihat sepintas
- Insomnia
buruk
- Mengekspresikan
kekhwatiran karena
perubahan dalam
peristiwa hidup
- Agitasi
- Mengintai
- Tampak waspada
Afektif:
- Gelisah,distres
- Kesedihan yang
mendalam
- Ketakutan
- Perasaaan tidak
adekuat
sendiri
31
- Peningkatan
kewaspadaan
- Iritabilitas
- Gugup senang
berlebihan
meningkatkan
ketidakberdayaan
- Peningkatan rasa
ketidakberdayaan
yang persisten
- Bingung, menyesal.
percaya diri
- Khawatir
Fisiologis
- Wajah tegang,
tremor tangan
- Peningkatan keringat
- Peningkatan
ketegangan
- Suara bergetar
32
Simpatik
- Anoreksia
- Eksitasi
kardiovaskuler
- Diare,mulut kering
- Wajah merah
- Jantung berdebar-
debar
- Peningkatan tekanan
darah
- Peningkatan refleks
- Peningkatan
frekuensi pernafasan
- Pupil melebar
- Kesulitan bernafas
- Vasokontriksi
superfisial
otot
Parasimpatik
- Nyeri abdomen
- Penurunan tekanan
darah
33
- Penurunan denyut
nadi
- Diare, mual,vertigo
- Kesemutan pada
ekstremitas
- Sering berkemih
- Anyang-anyangan
- Dorongan segera
berkemih
Kognitif
- Menyadari gejala
fisiologis
- Bloking pikiran,
konfusi
- Penurunan lapang
persepsi
- Kesulitan
berkonsentrasi
- Penurunan
kemampuan untuk
belajar
- Penurunan
kemampuan untuk
34
memecahkan
masalah
- Ketakutan terhadap
konsekuensi yang
tidak spesifik
- Lupa, gangguan
perhatian
- Khawatir, melamun
- Cenderung
menyalahkan orang
lain.
Perubahan dalam(status
ekonomi, lingkungan,
interaksi,fungsi peran,
status peran)
Pemajanan toksin
Terkait keluarga
Herediter
Infeksi/kontaminan
interpersonal
Penularan penyakit
interpersonal
35
Krisis maturasi
Krisis situasional
Penyalahgunaan zat
ekonomi, lingkungan,
hidup
dipenuhi
Rencana keperawatan
Diagnosa Keperawatan/
Tujuan dan Kriteria
Masalah Kolaborasi Intervensi
Hasil
36
Deficit Pengetahuan NOC: NIC :
Knowledge : disease
Teaching: disease process
Definisi: Ketiadaan atau process
Berikan penilaian tentang tingkat
defisiensi informasi kognitif Knowledge : health
pengetahuan pasien tentang proses
yang berkaitan dengan topic Behavior
penyakit yang spesifik.
tertentu.
Jelaskan patofisiologi dari penyakit
Kriteria hasil:
dan bagaimana hal ini berhubungan
Batasan karakteristik: Pasien dan keluarga
dengan anatomi dan fisiologi, dengan
Perilaku hiperbola menyatakan
cara yang tepat.
Ketidakakuratan pemahaman tentang
Gambarkan tanda dan gejala yang
mengikuti perintah penyakit, kondisi,
biasa muncul pada penyakit, dengan
Ketidakakuratan prognosis dan program
cara yang tepat
mengikuti tes pengobatan
Gambarkan proses penyakit, dengan
Perilaku tidak tepat Pasien dan keluarga
cara yang tepat
(mis., hysteria, mampu melaksanakan
Identifikasi kemungkinan penyebab,
bermusuhan, agitasi, prosedur yang
dengan cara yang tepat
apatis) dijelaskan secara benar
Sediakan informasi pada pasien
Pengungkapan masalah Pasien dan keluarga
tentang kondisi, dengan cara yang
mampu menjelaskan
tepat
Factor yang berhubungan: kembali apa yang
Sediakan bagi keluarga informasi
Keterbatasan kognitif dijelaskan perawat/tim
tentang kemajuan pasien dengan cara
kesehatan lainnya
Salah interpretasi
yang tepat
informasi
Diskusikan perubhan gaya hidup yang
Kurang pajanan
mungkin diperlukan untuk mencegah
37
Kurang minat dalam komplikasi di masa yang akan dating
diindikasikan
tepat.
tepat.
Post operasi
Rencana keperawatan
Diagnosa Keperawatan/
Tujuan dan Kriteria
Masalah Kolaborasi Intervensi
Hasil
38
Nyeri akut NOC : NIC :
muncul secara aktual atau Mampu mengontrol Observasi reaksi nonverbal dari
serangan mendadak atau mengurangi nyeri, Kaji kultur yang mempengaruhi respon
ringan sampai berat yang Melaporkan bahwa nyeri Evaluasi pengalaman nyeri masa lampau
dapat diantisipasi dengan berkurang dengan Evaluasi bersama pasien dan tim
dan dengan durasi kurang manajemen nyeri kontrol nyeri masa lampau
dari 6 bulan. Mampu mengenali nyeri Bantu pasien dan keluarga untuk mencari
Fakta dari observasi nyaman setelah nyeri Kurangi faktor presipitasi nyeri
menghindari nyeri
39
Gerakan melindungi Tanda vital dalam Pilih dan lakukan penanganan nyeri
Tingkah laku berhati-hati rentang normal (farmakologi, non farmakologi dan inter
Gangguan tidur (mata gangguan tidur Kaji tipe dan sumber nyeri untuk
dan lingkungan)
40
Perubahan autonomic Tentukan pilihan analgesik tergantung
fisik, psikologis)
Rencana keperawatan
Diagnosa Keperawatan/
Tujuan dan Kriteria
Masalah Kolaborasi Intervensi
Hasil
41
Kerusakan integritas kulit NOC : NIC : Pressure Management
Kerusakan lapisan kulit Kriteria hasil: Mobilisasi pasien (ubah posisi pasien)
- Usia yang ekstrim Perfusi jaringan baik Kaji lingkungan dan peralatan yang
42
Internal : kelembaban kulit dan Kolaburasi ahli gizi pemberian diae
emasiasi)
- Penurunan imunologi
- Penurunan sirkulasi
- Kondisi gangguan
metabolik
- Gangguan sensasi
- Tonjolan tulang
D. Implementasi
Menurut Nursalam (2011), implementasi adalah pelaksanaan dari rencana intervensi untuk
mencapai tujuan yang spesifi. Tahap implementasi dimulai setelah rencana intervensi
disusun dan ditujukan pada nursing ordersuntuk membantu klien mencapai tujuan yang
diharapkan. Oleh karena itu rencana intervensi yan spesifik dilaksanakan utuk
implementasi adalah membantu klien dalam mencapai tujuan yang telah ditetapkan yang
43
mencakup peningkatan kesehatan, pencegahan penyakit, pemulihan kesehatan, dan
memfasilitasi koping.
E. Evaluasi
Menurut Zaidin Ali (2009) Evaluasi keperawatan adalah suatu proses menentukan nilai
keberhasilan yang diperoleh dari pelaksanaan tindakan keperawatan untuk mencapai tujuan
yang telah ditetapkan. Terdapat 3 komponen penting dalam evaluasi keperawatan, yakni :
1. Pengkajian Ulang
Pengkajian ulang merupakan pemantauan status klien yang konstan dengan melihat
respons klien terhadap intervensi keperawatan dan kemajuan kearah pencapaian hasil
yang diharapkan dan dilaksanakan terus menerus sampai klien pulang dari rumah
sakit/sembuh.
Hasil pengkajian ulang merupakan informasi yang sangat penting dalam memodifikasi
rencana keperawatan. Apabila telah terpenuhi kebutuhan fisiologis dasar, seperti udara,
air, makanan, dan keamanan, asuhan keperawatan beralih ke tingkat yang lebih tinggi,
misalnya harga diri. Apabila kebutuhan dasar belum terpenuhi, kebutuhan dasar
3. Penghentian pelayanan
Apabila hasil yang diharapkan telah tercapai dan tujuan yang lebih luas telah terpenuhi,
penghentian pelayanan keperawatan dapat direncanakan. Akan tetapi, hal ini agak sulit
bagi pemecah masalah yang lama, misalnya perubahan nutrisi. Apabila penghentian
44
pelayanan keperawatan selesai, perhatian pelayanan berfokus pada kemandirian klien
Ada dua macam evaluasi keperawatan, yakni evaluasi formatif dan evaluasi
sumatif.
b. Evaluasi sumatif, yaitu rekapitulasi dan kesimpulan dari observasi dan analisis status
kesehatan klien sesuai dengan kerangka waktu yang telah ditetapkan. Kesimpulan
masalah baru.
45
DAFTAR PUSTAKA
Kowalak, Jennifer P., dkk. 2011. Buku Ajar Patofisiologi. Jakarta: EGC.
Kuntarti, 2009. Fisiologi Ginjal dan Sistem Saluran Kemih. Jakarta: Bagian Urologi Fakultas
Lina N, 2008. Faktor-Faktor Kejadian Batu Saluran Kemih Pada Laki-Laki. Tesis Mahasiswa
18.00 WITA.
Nurarif, Amin Huda dan Hardhi Kusuma. 2013. Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan
Diagnosa Medis dan NANDA NIC-NOC. Edisi Revisi Jilid 2. Yogyakarta: Penerbit
Mediaction.
Nursalam. 2011. Asuhan Keperawatan pada Pasien dengan Gangguan Sistem Perkemihan.
Purnomo, B.B. 2011. Dasar-Dasar Urologi. Edisi ke 3. Jakarta: CV. Sagung Seto.
Rasad, Sjahriar. 2010. Radiologi Diagnostik Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. Edisi
46
Rully, M. Azharry S. 2010. Batu Staghorn Pada Wanita: Faktor Risiko dan Tata Laksananya.
47