Anda di halaman 1dari 15

ASKEP PADA RENAL CALCULI

DEFINISI

Renal calculi adalah pengkristalan dari mineral-mineral yang mengelilingi suatu zat organic seperti
nanah, darah, atau sel-sel yang sudah mati. Kebanyakan dari renal calculi terdiri dari garam-garam
calcium (oxalate dan posphat), atau magnesium-ammonium phospat dan uric acid. (diktat Sr.Mary
Baradero,Renal Sistem)

Batu ginjal adalah benda-benda padat yang terjadi di dalam ginjal yang terbentuk melalui proses
fisikokimiawi dari zat-zat yang terkandung di dalam air kemih. Batu ginjal terbentuk secara endogen
yaitu dari unsur-unsur terkecil, mikrolith-mikrolith dan dapat tumbuh menjadi besar. Massa yang mula-
mula lunak, misalnya jendalan darah, juga dapat mengalami pembatuan ( kalsifikasi ). (Price & Wilson,
1995 : 797)

Batu ginjal adalah suatu keadaan terdapat satu atau lebih batu di dalam pelvis atau calyces dari ginjal.
Pembentukan batu ginjal dapat terjadi di bagian mana saja dari saluran kencing, tetapi biasanya
terbentuk pada dua bagian terbanyak pada ginjal, yaitu di pasu ginjal (renal pelvis) dan calix renalis. Batu
dapat terbentuk dari kalsium, fosfat, atau kombinasi asam urat yang biasanya larut di dalam urine.
(Hadipratomo Y, 2008)

Batu Ginjal di dalam saluran kemih (kalkulus uriner) adalah massa keras seperti batu yang terbentuk di
sepanjang saluran kemih dan bisa menyebabkan nyeri, perdarahan, penyumbatan aliran kemih atau
infeksi. Batu ini bisa terbentuk di dalam ginjal (batu ginjal) maupun di dalam kandung kemih (batu
kandung kemih).(http://id.wikipedia.org/wiki/Batu_ginjal")

ETIOLOGI

Banyak teori yang menerangkan proses pembentukan batu di saluran kemih. Tetapi hingga kini masih
belum jelas teori mana yang paling benar. Beberapa teori pembentukan batu adalah :

1. Teori Nukleasi

Batu terbentuk di dalam urine karena adanya inti batu sabuk batu (nukleus). Partikel-partikel yang
berada dalam larutan yang kelewat jenuh (supersaturated) akan mengendap di dalam nukleus itu
sehingga akhirnya membentuk batu. Inti batu dapat berupa kristal atau benda asing di saluran kemih.

2. Teori Matriks

Matriks organik terdiri atas serum/protein urine (albumin, globulin, dan mukoprotein) merupakan
kerangka tempat diendapkannya kristal-kristal batu.

3. Penghambatan kristalisasi

Urine orang normal mengandung zat penghambat pembentuk kristal, antara lain : magnesium, sitrat,
pirofosfat, mukoprotein dan beberapa peptida. Jika kadar salah satu atau beberapa zat itu berkurang,
akan memudahkan terbentuknya batu di dalam saluran kemih.(Basuki, 2000 hal. 63).

Secara epidemiologis, terdapat beberapa faktor yang mempermudah terjadinya batu pada ginjal. Faktor-
faktor itu adalah:
1. Faktor intrinsik

Yaitu keadaan yang berasal dari tubuh seseorang. Faktor intrinsik dan faktor idiopatik umumnya sukar
untuk dikoreksi, sehingga mempunyai kecenderungan untuk kambuh.

Faktor intrinsik itu antara lain adalah :

1. Hereditair dan Ras

Diduga diturunkan dari orang tuanya dan ternyata anggota keluarga lebih banyak mempunyai
kesempatan untuk menderita penyakit yang sama dari pada orang lain. Misalnya faktor genetik familial
pada hipersistinuria, hiperkalsiuria primer dan hiperoksaluria primer.

2. Umur.

Paling sering didapatkan pada usia 30 sampai 50 tahun.

3. Jenis kelamin

Jumlah pasien laki-laki tiga kali lebih banyak dibandingkan dengan pasien perempuan dan pada pria
lebih banyak ditemukan batu ureter dan buli-buli sedangkan pada wanita lebih sering ditemukan batu
ginjal atau batu piala ginjal.

2. Faktor ekstrinsik

Yaitu pengaruh yang berasal dari lingkungan di sekitarnya. Faktor ekstrinsik, bila penyebabnya diketahui
dapat diambil langkah-langkah untuk mengubah faktor lingkungan atau kebiasaaan sehari-hari sehingga
terjadinya rekurensi dapat dicegah . Beberapa faktor ekstrinsik, diantaranya adalah :

1. Geografi

Pada beberapa daerah menunjukkan angka kejadian batu yang lebih tinggi daripada daerah lain,
sehingga dikenal sebagai daerah stone belt

2. Iklim dan temperatur

Tempat yang bersuhu panas, misalnya di daerah tropis, di kamar mesin, menyebabkan banyak
mengeluarkan keringat yang akan mengurangi produksi urine dan mempermudah pembentukan batu.
Sedangkan pada daerah yang dingin, akan menyebabkan kurangnya asupan air pada masyarakatnya.

3. Asupan air

Kurangnya asupan air menyebabkan kadar semua substansi dalam urine akan meningkat dan akan
mempermudah pembentukan batu dan tingginya kadar mineral kalsium pada air yang dikomsumsi
dapat meningkatkan insidensi batu.

4. Diet

Diet banyak purin, oksalat dan kalsium mempermudah terbentuknya batu. Pada golongan
masyarakat yang lebih banyak makan protein hewani, angka morbiditas batu berkurang sedangkan pada
golongan masyarakat dengan kondisi sosial ekonomi rendah lebih sering morbiditas meningkat.
Penduduk vegetarian yang kurang makan putih telur lebih sering menderita batu buli-buli dan hanya
sedikit yang ditemukan menderita batu ginjal atau batu piala ginjal.

5. Pekerjaan

Penyakit nefrolithiasis sering dijumpai pada orang yang pekerjaannya banyak duduk atau kurang
aktivitas atau sedentary life.

6. Infeksi

Infeksi saluran kemih dapat menyebabkan nekrosis jaringan ginjal dan akan menjadi inti
pembentukan batu. Infeksi oleh bakteri yang memecah ureum ( urea splitting organism ) dan
membentuk amonium akan mengubah pH urin menjadi alkali dan akan mengendapkan garam-garam
fosfat sehingga akan mempercepat pembentukan batu yang telah ada.

7. Obstruksi dan stasis urin

Adanya obstruksi saluran kemih, misalnya oleh tumor, striktur dan hiperplasi prostat, akan
menyebabkan stasis urine sedangkan urine sendiri adalah substansi yang banyak mengandung kuman
sehingga mempermudah terjadinya infeksi dan pembentukan batu. (Basuki Purnomo, 2003 : 57)

Sumber lain juga mengatakan bahwa terbentuknya batu bisa terjadi karena air kemih jenuh dengan
garam-garam yang dapat membentuk batu atau karena air kemih kekurangan penghambat
pembentukan batu yang normal. Sekitar 80% batu terdiri dari kalsium, sisanya mengandung berbagai
bahan, termasuk asam urat, sistin dan mineral struvit. Batu struvit nesium, amonium dan fosfat) juga
disebut "batu infeksi" karena batu ini hanya terbentuk di dalam air kemih yang terinfeksi. Ukuran batu
bervariasi, mulai dari yang tidak dapat dilihat dengan mata telanjang sampai yang sebesar 2,5
sentimeter atau lebih. Batu yang besar disebut "kalkulus staghorn". Batu ini bisa mengisi hampir
keseluruhan pelvis renalis dan kalises renalis. (http://id.wikipedia.org/wiki/Batu_ginjal")

Faktor-faktor lain yang dikaitkan dengan pembentukan batu adalah sebagai berikut :

Pemakan Antasid dalam jangka panjang

Terlalu banyak vitamin D,

Terlalu banyak calsium carbonate

(Diktat Sr.Mary Baradero,Renal System)

PATOFISIOLOGI

Mekanisme pembentukan batu ginjal atau saluran kemih tidak diketahui secara pasti, akan tetapi
beberapa buku menyebutkan proses terjadinya batu dapat disebabkan oleh hal-hal sebagai berikut :

a. Adanya presipitasi garam-garam yang larut dalam air seni, dimana apabila air seni jenuh akan terjadi
pengendapan.

b. Adanya inti ( nidus ). Misalnya ada infeksi kemudian terjadi tukak, dimana tukak ini menjadi inti
pembentukan batu, sebagai tempat menempelnya partikel-partikel batu pada inti tersebut.
c. Perubahan pH atau adanya koloid lain di dalam air seni akan menetralkan muatan dan meyebabkan
terjadinya pengendapan.

Kecepatan tumbuhnya batu tergantung kepada lokasi batu, misalnya batu pada buli-buli lebih cepat
tumbuhnya dibanding dengan batu pada ginjal. Selain itu juga tergantung dari reaksi air seni, yaitu batu
asam akan cepat tumbuhnya dalam urine dengan pH yang rendah. Komposisi urin juga akan
mempermudah pertumbuhan batu, karena terdapat zat-zat penyusun air seni yang relatif tidak dapat
larut. Hal lain yang akan mempercepat pertumbuhan batu adalah karena adanya infeksi. Batu ginjal
dalam jumlah tertentu tumbuh melekat pada puncak papil dan tetap tinggal dalam kaliks, yang sampai
ke pyelum yang kemudian dapat berpindah ke areal distal, tetap tinggal atau menetap di tempat dimana
saja dan berkembang menjadi batu yang besar.(Dafid Arifiyanto, 2008)

Batu ginjal terbentuk pada tubuli ginjal, kemudian berada di kaliks ginjal, pielum, infundibulum, pelvis
ginjal dan bahkan bisa mengisi pelvis serta seluruh kaliks ginjal. Batu yang mengisi pielum dan lebih dari
dua kaliks ginjal memberikan gambaran menyerupai tanduk rusa sehinggga disebut batu staghorn.
Kelainan atau obstruksi pada sistem pelvikalises ginjal ( penyempitan infundibulum dan stenosis
uteropelvik ) akan mempermudah timbulnya batu ginjal. (M. Ismadi, 1976)

A. Teori Proses Pembentukan Batu

Garam-garam kalsium dapat diendapkan dalam bentuk batu atau kalkuli di dalam sistem saluran dari
berbagai organ. Kalkuli dibentuk dari berbagai zat, yang tersedia secara lokal, yaitu bahan-bahan dari
sekresi organ tertentu. Jadi, walaupun kalkuli-kalkuli itu sering mengandung kalsium, tetapi pada
awalnya, banyak dari kalkuli-kalkuli tersebut yang tidak mengandung kalsium. Beberapa kalkuli
terbentuk sebagai akibat dari hancurnya debris nekrotik dalam saluran, sedangkan lainnya terbentuk
dari ketidakseimbangan unsur-unsur sekresi tertentu sedemikian rupa sehingga terjadi pengendapan
dari unsur yang biasanya larut. (Sabiston, 1997, hal : 472 473)

Batu terdiri atas kristal-kristal yang tersusun oleh bahan-bahan organik maupun anorganik yang terlarut
di dalam urine. Kristal-kristal tersebut tetap berada dalam keadaan tetap terlarut ( metastable ) dalam
urine jika tidak ada keadaan-keadaan tertentu yang menyebabkan terjadinya presipitasi kristal. Kristal-
kristal yang saling mengadakan presipitasi membentuk inti batu (nukleasi) yang kemudian akan
mengadakan agregasi, dan menarik bahan-bahan lain sehingga menjadi kristal yang lebih besar.
Meskipun ukurannya cukup besar, agregat kristal masih rapuh dan belum cukup mampu menyumbat
saluran kemih. Untuk itu, agregat kristal menempel pada epitel saluran kemih, membentuk retensi
kristal, dan dari sini bahan-bahan lain diendapkan pada agregat sehingga membentuk batu yang cukup
besar untuk menyumbat saluran kemih. (Sabiston, 1997, hal : 472 473)

Kondisi tetap terlarut dipengaruhi oleh suhu, pH larutan, adanya koloid di dalam urine, konsentrasi
solute di dalam urine, laju aliran urine di dalam saluran kemih atau adanya korpus alienum di dalam
saluran kemih yang bertindak sebagai inti batu. Kemih yang terus menerus bersifat asam dapat terjadi
pada asidosis metabolik dan pada keadaan pireksia, sedangkan kemih yang terus menerus bersifat basa
menyatakan adanya infeksi pada saluran kemih, keadaan asidosis tubulus ginjal, kekurangan kalium dan
pada sindrom Fanconi. (Sabiston, 1997, hal : 472 473)
Terbentuk atau tidaknya batu di dalam saluran kemih, ditentukan juga oleh adanya keseimbangan
antara zat-zat pembentuk batu dan inhibitor, yaitu zat-zat yang mampu mencegah timbulnya batu.
Dikenal beberapa zat yang dapat menghambat terbentuknya batu di saluran kemih, yang bekerja mulai
dari proses reabsorbsi kalsium di dalam usus, proses pembentukan inti batu atau kristal, proses agregasi
kristal, hingga retensi kristal. Ion magnesium dikenal dapat menghambat pembentukan batu karena jika
berikatan dengan oksalat, akan membentuk garam magnesium oksalat, sehingga jumlah oksalat yang
akan berikatan dengan kalsium untuk membentuk batu kalsium oksalat menurun. Demikian pula dengan
sitrat, jika berikatan dengan ion kalsium, akan membentuk garam kalsium sitrat, sehingga jumlah
kalsium yang akan berikatan dengan oksalat maupun fosfat berkurang.

Hal ini menyebabkan kristal kalsium oksalat atau kalsium fosfat jumlahnya berkurang. Beberapa protein
atau senyawa organik lain mampu bertindak sebagai inhibitor dengan cara menghambat pertumbuhan
kristal, menghambat agregasi kristal, maupun menghambat retensi kristal. Senyawa itu antara lain
adalah glikosaminoglikan, protein Tamm Horsfall atau uromukoid, nefrokalsin, dan osteopontin.
Defisiensi zat-zat yang berfungsi sebagai inhibitor batu merupakan salah satu faktor penyebab
timbulnya batu saluran kemih. (M. Ismadi, 1976)

B. Komposisi Batu

1. Batu Kalsium

Batu jenis ini, paling banyak dijumpai, yaitu sekitar 70-80% dari seluruh batu saluran kemih. Kandungan
batu jenis ini, terdiri atas kalsium oksalat, kalsium fosfat atau campuran dari kedua unsur itu. Batu
kalsium oksalat biasanya terbentuk pada suasana urine asam. Batu kalsium bentuknya bergerigi
sehingga jarang keluar spontan. Faktor terjadinya batu kalsium adalah:

a. Hiperkalsiuri

Yaitu kadar kalsium dalam urine > 250-300 mg/24 jam. Terdapat 3 macam penyebab terjadinya
hiperkalsiuria, antara lain :

Hiperkalsiuria absorbtif : keadaan hiperkalsiuria absorbtif terjadi karena adanya peningkatan


absorbsi kalsium melalui usus.

Hiperkalsiuri renal : keadaan hiperkalsiuria renal dapat terjadi karena adanya gangguan
kemampuan reabsorbsi kalsium melalui tubulus ginjal.

Hiperkalsiuria resorptif : keadaan hiperkalsiuria resorptif terjadi karena adanya peningkatan


resorpsi kalsium tulang. Banyak terjadi pada hiperparatiroidisme primer atau pada tumor paratiroid.

b. Hiperoksaluri

Adalah ekskresi oksalat urine melebihi 45 gram / hari. Keadaan hiperoksaluria banyak dijumpai
pada pasien dengan gangguan pada usus setelah menjalani pembedahan usus dan pada pasien yang
banyak mengkomsumsi makanan kaya akan oksalat seperti teh, kopi instant, soft drink, kokoa, arbei,
jeruk, sitrun, dan sayuran berwarna hijau terutama bayam.

c. Hiperurikosuria
Adalah kadar asam urat di dalam urine melebihi 850 mg/24 jam. Asam urat yang berlebihan
dalam urine, bertindak sebagai inti batu / nidus untuk terbentuknya batu kalsium oksalat. Sumber asam
urat di dalam urine berasal dari makanan mengandung banyak purin seperti daging, ikan, unggas
maupun berasal dari metabolisme endogen.

d. Hipositraturia

Dapat terjadi pada asidosis tubulus ginjal, sindrom malabsorbsi, atau pemakaian diuretik golongan
thiazide dalam jangka waktu lama

e. Hipomagnesiuria

Penyebab tersering hipomagnesiuria adalah penyakit inflamasi usus (inflammatory bowel


disease) yang diikuti gangguan malabsorbsi.(M. Ismadi, 1976)

2. Batu struvit

Disebut juga sebagai batu infeksi, karena terbentuknya batu struvit disebabkan oleh adanya
infeksi saluran kemih. Kuman penyebab infeksi adalah kuman golongan pemecah urea yang dapat
menghasilkan enzim urease dan merubah urine menjadi bersuasana basa melalui hidrolisis urea menjadi
amoniak. Suasana basa memudahkan garam-garam magnesium, amonium, fosfat dan karbonat
membentuk batu magnesium amonium fosfat dan karbonat apatit. Karena terdiri atas 3 kation, dikenal
sebagai batu triple phosphate. Kuman-kuman yang termasuk pemecah urea diantaranya adalah Proteus
spp, Klebsiella, Serratia, Enterobacter, Pseudomonas, dan Stafilokokus (M. Ismadi, 1976)

3. Batu Asam Urat

Merupakan 5-10% dari seluruh batu saluran kemih. Sebagian besar terdiri atas batu asam urat murni,
sisanya merupakan campuran kalsium oksalat. Penyakit batu asam urat banyak diderita oleh pasien-
pasien penyakit gout, mieloproliferatif, pasien dengan terapi antikanker, dan banyak menggunakan obet
urikosurik, antara lain sulfinpirazole, thiazide, dan salisilat. Kegemukan, peminum alkohol, dan diet
tinggi protein berpeluang besar mendapat penyakit ini. Batu asam urat berbentuk bulat dan halus
sehingga seringkali keluar spontan. (M. Ismadi, 1976)

Sumber asam urat berasal dari diet mengandung purin dan metabolisme endogen di dalam tubuh. Purin
di dalam tubuh didegradasi oleh asam inosinat, dirubah menjadi hipoxanthin,. Dengan bantuan enzim
xanthin oksidase, hipoxanthin dirubah menjadi xanthin yang akhirnya dirubah menjadi asam urat. Pada
manusia, karena tidak memiliki enzim urikase, maka asam urat diekskresikan ke dalam urine dalam
bentuk asam urat bebas dan garam urat. Garam urat lebih sering berikatan dengan natrium membentuk
natrium urat, yang lebih mudah larut di dalam air dibandingkan asam urat bebas.

Beberapa faktor yang mempengaruhi terbentuknya batu asam urat adalah:

Urine yang terlalu asam ( pH urine <>

Volume urine yang jumlahnya sedikit ( <>

Hiperurikosuria atau kadar asam urat yang tinggi (M. Ismadi, 1976)

Komposisi batu yang dapat ditemukan adalah dari jenis urat, asam urat, oksalat, fosfat, sistin, dan
xantin. Batu oksalat kalsium kebanyakan merupakan batu idiopatik. Batu campuran oksalat kalsium dan
fosfat biasanya juga idiopatik; di antaranya berkaitan dengan sindrom alkali atau kelebihan vitamin D.
Batu fosfat dan kalsium (hidroksiapatit) kadang disebabkan hiperkalsiuria (tanpa hiperkalsemia). Batu
fosfat amonium magnesium didapatkan pada infeksi kronik yang disebabkan bakteria yang
menghasilkan urease sehingga urin menjadi alkali karena pemecahan ureum. Batu asam urin disebabkan
hiperuremia pada artritis urika. Batu urat pada anak terbentuk karena pH urin rendah (R. Sjamsuhidajat,
1998 Hal. 1027).

PENATALAKSANAAN MEDIK

Tujuan pengelolaan batu pada ginjal adalah untuk :

menghilangkan obstruksi,

mengobati infeksi,

menghilangkan rasa nyeri,

mencegah terjadinya gagal ginjal dan mengurangi kemungkinan terjadinya rekurensi. (Palmer,1995)

Untuk mencapai tujuan tersebut, langkah-langkah yang dapat diambil adalah sebagai berikut:

Diagnosis yang tepat mengenai adanya batu, lokasi dan besarnya batu

Menentukan akibat adanya batu seperti rasa nyeri, obstruksi yang disertai perubahan pada ginjal,
infeksi dan adanya gangguan fungsi ginjal

Menghilangkan obstruksi, infeksi dan rasa nyeri

Analisis batu

Mencari latar belakang terjadinya batu

Mengusahakan pencegahan terjadinya rekurensi (Purnomo, 2003)

Tindakan penatalaksanaan yang dapat dilakukan adalah:

1. Medikamentosa

Terapi medikamentosa ditujukan untuk batu yang ukurannya kurang dari 5 mm, karena diharapkan batu
dapat keluar spontan. Terapi yang diberikan lebih bersifat simtomatis, yaitu bertujuan untuk
mengurangi nyeri, memperlancar aliran urine dengan memberikan diuretikum, dan minum banyak
supaya dapat mendorong batu keluar

2. ESWL ( Extracorporeal Shockwave Lithotripsy )

Alat ESWL dapat memecah batu ginjal tanpa melalui tindakan invasif dan tanpa pembiusan. Batu
dipecah menjadi fragmen-fragmen kecil sehingga mudah dikeluarkan melalui saluran kemih. Tidak
jarang, pecahan-pecahan batu yang sedang keluar menimbulkan perasaan nyeri kolik dan menyebabkan
hematuria.

3. Endourologi
Tindakan endourologi adalah tindakan invasif minimal untuk mengeluarkan batu, tindakan tersebut
terdiri atas memecah batu, dan kemudian mengeluarkannya dari saluran kemih melalui alat yang
dimasukkan langsung ke dalam saluran kemih. Alat tersebut dimasukkan melalui uretra atau melalui
insisi kecil pada kulit (perkutan). Proses pemecahan batu dapat dilakukan secara mekanik, dengan
memakai energi hidroulik, energi gelombang suara, atau dengan energi laser.

Beberapa tindakan endourologi untuk mengeluarkan batu pada ginjal adalah :

a. PNL ( Percutaneous Nephro Litholapaxy )

Yaitu mengeluarkan batu di dalam saluran ginjal dengan cara memasukkan alat endoskopi ke sistem
kalises ginjal melalui insisi pada kulit. Batu kemudian dikeluarkan atau dipecah terlebih dahulu menjadi
fragmen-fragmen kecil.

b. Uretero atau Uretero-renoskopi

Yaitu memasukkan alat ureteroskopi per uretram guna melihat kedaan ureter atau sistem pielokaliks
ginjal. Dengan memakai energi tertentu, batu yang berada di dalam ureter maupun sistem pelvikalises
dapat dipecah melalui tuntunan ureterorenoskopi.

4. Bedah Terbuka

Di klinik-klinik yang belum mempunyai fasilitas yang memadai untuk tindakan-tindakan endourologi,
laparaskopi maupun ESWL, pengambilan batu masih dilakukan melalui pembedahan terbuka.
Pembedahan itu antara lain adalah pielolitotomi atau nefrolitotomi untuk mengambil batu pada saluran
ginjal. Tidak jarang pasien harus menjalani tindakan nefrektomi karena ginjalnya sudah tidak berfungsi
dan telah terjadi pionefrosis, korteksnya sudah sangat tipis atau mengalami pengkerutan akibat batu
yang menimbulkan obstruksi dan infeksi yang menahun (Ismadi M, 1976)

PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK

Laboratorium :

1. Urin

o pH urin.

o Batu kalsium, asam urat dan batu sistin terbentuk pada urin dengan pH yang rendah (pH<7).

o Batu struvit terbentuk pada urin dengan pH yang tinggi (pH> 7).

o Sedimen.

o Sel darah meningkat (90%), pada infeksi sel darah putih akan meningkat.

o Ditemukan adanya kristal, misalnya kristal oksalat.

o Biakan urin untuk melihat jenis mikroorganisme penyebab infeksi pada saluran kemih.

2. Darah

o Hemoglobin, adanya gangguan fungsi ginjal yang kronis dapat terjadi anemia.
o Leukosit, infeksi saluran kemih oleh karena batu menyebabkan leukositosis.

o Ureum kreatinin, parameter ini digunakan untuk melihat fungsi ginjal.

o Kalsium, dan asam urat.

Radiologik :

1. Foto Polos Abdomen

Bertujuan untuk melihat kemungkinan adanya batu radioopak di saluran kemih. Batu jenis
kalsium oksalat dan kalsium fosfat bersifat radioopak dan paling sering dijumpai, sedangkan batu asam
urat bersifat radiolusen. (M. Ismadi, 1976)

2. Pielografi Intra Vena

Bertujuan menilai keadaan anatomi dan fungsi ginjal. Selain itu juga dapat mendeteksi adanya batu semi
opak ataupun batu non opak yang tidak dapat terlihat oleh foto polos perut. Jika pielografi intra vena (
selanjutnya disebut dengan PIV ) belum dapat menjelaskan keadaan sistem saluran kemih akibat adanya
penurunan fungsi ginjal, sebagai gantinya adalah pemeriksaan pielografi retrograde. (M. Ismadi, 1976)

3. Ultrasonografi

Dikerjakan bila pasien tidak mungkin menjalani pemeriksaan PIV, yaitu pada keadaan alergi terhadap
bahan kontras, faal ginjal yang menurun dan pada wanita yang sedang hamil. Pemeriksaan
ultrasonografi dapat menilai adanya batu di ginjal atau di buli-buli ( yang ditunjukkan sebagai echoic
shadow ), hidronefrosis, pionefrosis, atau adanya pengkerutan ginjal.(M. Ismadi, 1976)

KOMPLIKASI

Jika batu dibiarkan dapat menjadi sarang kuman yang dapat menimbulkan :

1. Infeksi

2. Obstruksi Ginjal

3. Perdarahan

4. Hidronefrosis

Yang pada akhirnya merusak ginjal, kemudian timbul gagal ginjal dengan segala akibatnya yang
jauh lebih parah. (Dafid Arifiyanto, 2008)

DIAGNOSA KEPERAWATAN

1. Gangguan rasa nyaman (nyeri pada daerah pinggang) berhubungan dengan cedera jaringan sekunder
terhadap adanya batu pada ureter atau pada ginjal

2. Gangguan perfusi jaringan berhubungan dengan adanya obstruksi (calculi) pada renal.

3. Kecemasan berhubungan dengan kehilangan status kesehatan.

4. Kurangnya pengetahuan tentang sifat penyakit, tujuan tindakan yang diprogramkan dan pemeriksaan
diagnostik berhubungan dengan kurangnya informasi.
1. Diagnosa Keperawatan/Data Penunjang

Gangguan rasa nyaman (nyeri pada daerah pinggang) berhubungan dengan cedera jaringan sekunder
terhadap adanya batu pada ginjal

Data Penunjang :

- Kolik yang berlebihan

- Lemes, mual, muntah, keringat dingin

- Pasien gelisah

TUJUAN/KRITERIA

Tujuan :

Rasa sakit dapat diatasi/hilang

Kriteria :

- Kolik berkurang/hilang

- Pasien tidak mengeluh nyeri

- Dapat beristirahat dengan tenang

RENCANA TINDAKAN

- Kaji intensitas, lokasi dan tempat/area serta penjalaran dari nyeri.

- Observasi adanya abdominal pain

- Kaji adanya keringat dingin, tidak dapat istirahat dan ekspresi wajah.

- Jelaskan kepada pasien penyebab dari rasa sakit/nyeri pada daerah pinggang tersebut.

- Anjurkan pasien banyak minum air putih 3 4 liter perhari selama tidak ada kontra indikasi.

- Berikan posisi dan lingkungan yang tenang dan nyaman.

- Ajarkan teknik relaksasi, teknik distorsi serta guide imagine

- Kolaborasi dengan tim dokter :

Pemberian Cairan Intra Vena

Pemberian obat-obatan Analgetic, Narkotic atau Anti Spasmodic.

- Observasi tanda-tanda vital sebelum dan sesudah pemberian obat-obat Narkotic, Analgetic dan Anti
Spasmodic.

RASIONAL 25061996
- Peningkatan nyeri adalah indikatif dari obstruksi, sedangkan nyeri yang hilang tiba-tiba menunjukkan
batu bergerak. Nyeri dapat menyebabkan shock.

- Kemungkinan adanya penyakit/komplikasi lain.

- Kemungkinan salah satu tanda shock

- Memberikan informasi tentang penyebab dari rasa sakit/nyeri pada daerah pinggang tersebut.

- Cairan membantu membesihkan ginjal dandapat mengeluarkan batu kecil.

- Untuk mengurangi sumber stressor

- Untuk mengurangi/menghilang kan nyeri tanpa obat-obatan

Untuk memudahkan pemberian obat serta pemenuhan cairan bila mual, muntah dan keringat dingin
terjadi.

Analgetik memblok lintasan nyeri sehingga mengurangi nyeri/kolik yang berlebihan

- Untuk mengetahui efek samping yang tidak diharapkan dari pemberian obat-obatan tersebut.

2. Diagnosa Keperawatan/Data Penunjang

Gangguan perfusi jaringan berhubungan dengan adanya obstruksi (calculi) pada renal.

Data Penunjang :

Urine out put <>

Daerah perifer dingin pucat

TD <>

HR > 120 X/mt,

RR > 28 X/mt.

Pengisian kapiler > 3 detik

TUJUAN/KRITERIA

Tujuan :

Gangguan perfusi dapat diatasi

Kriteria :

- Produksi urine 30 50 cc perjam.

- Perifer hangat
- Tanda-tanda vital dalam batas normal :

Sistolik 100 140 mmHg.

Diastolik 70 90 mmHg.

Nadi 60 100 X/mt

Pernafasan 16 24 X/mt

- Pengisian kapiler <>

RENCANA TINDAKAN

- Observasi tanda-tanda vital (nadi, tekanan darah dan pernafasan).

- Observasi Produksi urine setiap jam.

- Observasi perubahan tingkat kesadaran.

- Kolaborasi dengan tim kesehatan:

Pemeriksaan laboratorium : kadar ureum/kreatinin, Hb, urine HCT.

Pemberian diet rendah protein, rendah kalsium dan posfat

Pemberian ammonium chloride dan mandelamine.

RASIONAL

- sebagai indokator/volume sirkulasi dan kebutuhan intervensi. Catatan : peningkatan TD dalam upaya
untuk meningkatkan aliran darah ginjal.

- memberikan informasi tentang fungsi ginjal dan adanya komplikasi, contohnya infeksi dan perdarahan.

- akumilasi sisa uremik dan ketidakseimbangan elektrolit dapat menjadi toksik pada SSP.

3. Diagnosa Keperawatan/Data Penunjang

Kecemasan berhubungan dengan kehilangan status kesehatan.

Data Penunjang :

- Ekspresi wajah tegang, gelisah, tidak bisa tidur.

- Tidak kooperatif dalam pengobatan.

- HR = 125 X/mt

TUJUAN/KRITERIA
Tujuan :

Rasa cemas dapat diatasi/berkurang.

Kriteria :

- Pasien dapat nenyatakan kecemasan yang dirasakan.

- Pasien dapat beristirahat dengan tenang.

- Nadi dalam batas normal.

- Ekspresi wajah ceria/rileks.

RENCANA TINDAKAN

- Berikan dorongan terhadap tiap-tiap proses kehilangan status kesehatan yang timbul.

- Berikan privacy dan lingkungan yang nyaman.

- Batasi staf perawat/petugas kesehatan yang menangani pasien.

- Observasi bahasa non verbal dan bahasa verbal dari gejala-gejala kecemasan.

- Temani pasien bila gejala-gejala kecemasan timbul.

- Berikan kesempatan bagi pasien untuk mengekspresikan perasaannya .

- Hindari konfrontasi dengan pasien.

- Berikan informasi tentang program pengobatan dan hal-hal lain yang mencemaskan pasien.

- Lakukan intervensi keperawatan dengan hati-hati dan lakukan komunikasi terapeutik.

- Anjurkan pasien istirahat sesuai dengan yang diprogramkan.

- Berikan dorongan pada pasien bila sudah dapat merawat diri sendiri untuk meningkatkan harga dirinya
sesuai dengan kondisi penyakit.

- Hargai setiap pendapat dan keputusan pasien.

RASIONAL

- Untuk mengurangi rasa cemas

- privacy dan lingkungan yang nyaman dapat mengurangi rasa cemas.

- Untuk dapat lebih memberikan ketenangan.

- Untuk mendeteksi dini terhadap masalah

- Untuk mengurangi rasa cemas


- Kemampuan pemecahan masalah pasien meningkat bila lingkungan nyaman dan mendukung
diberikan.

- Untuk mengurangi ketegangan pasien

- Informasi yang diberikan dapat membantu mengurangi kecemasan/ansietas

- Untuk menghindari kemungkinan yang tidak diinginkan

- Untuk mengurangi ketegangan dan kecemasan pasien

- Untuk mengurangi ketergantungan pasien

- Untuk meningkatkan harga diri pasien.

4. Diagnosa Keperawatan/Data Penunjang

Kurangnya pengetahuan tentang sifat penyakit, tujuan tindakan yang diprogramkan dan pemeriksaan
diagnostik berhubungan dengan kurangnya informasi.

Data Penunjang :

- Pasien menyatakan belum memahami tentang penyakitnya.

- Pasien bertanya-tanya tentang proses penyakit dan pengobatan.

- Pasien kurang kooperatif dalam program pengobatan

TUJUAN/KRITERIA

Tujuan :

Pengetahuan pasien tentang penyakitnya meningkat

Kriteria :

- Pasien dapat menjelaskan kembali tentang sifat penyakit, tujuan tindakan yang diprogramkan dan
pemeriksaan diagnostik.

- Pasien tidak bertanya lagi tentang keadaan penyakit dan program pengobatannya.

- Pasien kooperatif dalam program pengobatan.

RENCANA TINDAKAN

- Kaji tingkat pengetahuan pasien dan keluarga tentang penyakit dan pengobatannya.

- Berikan penjelasan tentang penyakit, tujuan pengobatan dan program pengobatan.


- Berikan kesempatan pasien dan keluarga untuk mengekspresikan perasaannya dan mengajukan
pertanyaan terhadap hal-hal yang belum dipahami.

- Diskusikan pentingnya banyak minum air putih 3 4 liter perhari selama tidak ada kontra indikasi.

- Diskusikan tentang pentingnya diet rendah protein, rendah kalsium dan posfat.

- Batasi aktifitas fisik yang berat.

RASIONAL

- Pengetahuan membantu mengembangkan kepatuhan pasien dan keluarga terhadap rencana


terapeutik

- Untuk menambah pengetahuan pasien

- Meningkatkan kemampuan pasien untuk memecahkan masalah

- Untuk menambah pengetahuan pasien bahwa cairan dapat membantu pembersihan ginjal dan dapat
mengeluargan batu kecil

- Untuk menambah pengetahuan pasien dan mencegah kekambuhan

- Untuk mencegah kekambuhan.

DAFTAR PUSTAKA

Carpenito, Linda Jual. 1995. Rencana Asuhan & Dokumentasi Keperawatan(terjemahan). Jakarta : EGC.

Doenges, et al. 2000. Rencana Asuhan Keperawatan (terjemahan). Jakarta : EGC

Engram, Barbara. 1998. Rencana Asuhan Keperawatan Medikal Bedah Volume I (terjemahan). Jakarta :
EGC.

Long, Barbara C. 1996. Perawatan Medikal Bedah. Volume I. (terjemahan).Bandung:Yayasan Ikatan


Alumni Pendidikan Keperawatan Pajajaran.

Soeparman. 1990. Ilmu Penyakit Dalam Jilid II. Jakarta: FKUI.

Ashadi T. 1998. Manfaat Diagnosa Radiografi pada Batu Saluran Kemih, 24 (8), hal ; 544 9, Jakarta :
Medika

Palmer P.E.S. 1995. Petunjuk Membaca Foto Untuk Dokter Umum. Jakarta : EGC

Sabiston C. D. Jr, MD. 1997. Batu Ginjal dan Ureter dalam Buku Ajar Bedah 2, hal ; 472 3. Jakarta : EGC

Batu Ginjal, www.wikipedia.com, 2009

Anda mungkin juga menyukai