PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kesehatan adalah kebutuhan dasar dan modal utama bagi setiap manusia
untuk hidup. Walaupun kenyataannya tidak semua orang memperoleh atau
memiliki derajat kesehatan yang optimal, karena suatu penyakit. Penyakit atau
kelainan pada sistem perkemihan diantaranya adalah batu nefrolitiasis atau batu
ginjal.
Penyakit yang terjadi pada sistem perkemihan bervariasi, salah satunya yaitu
Nefrolitiasis. Nefrolitiasis adalah suatu keadaan terdapatnya batu dalam saluran
kemih baik dalam ginjal,ureter maupun buli-buli. Kondisi ini memberikan
gangguan pada sistem perkemihan dan memberikan masalah keperawatan pada
pasien.
1
avaskuler ischemia yang akhirnya dapat menyebabkan gagal ginjal serta akan
mengakibatkan ancaman kematian bagi penderita.
B. Tujuan Penulisan
2
BAB II
TINJAUAN TEORI
A. Pengertian Nefrolitiasis
Nefrolitiasis adalah adanya batu pada atau kalkulus dalam velvis renal,
pembentukan deposit mineral yang kebanyakan adalah kalsium oksalat dan
kalsium phospat meskipun juga yang lain urid acid dan kristal, juga
membentuk kalkulus ( batu ginjal ).
Batu ginjal adalah istilah umum batu ginjal disembarang tempat. Batu ini
terdiri atas garam kalsium, asam urat, oksalat, sistin, xantin, dan struvit
(Patofisiologi keperawatan, 2000 ).
3
B. Anatomi Sistem Perkemihan
4
C. Etiologi
Batu terbentuk dari traktus urinarius ketika konsentrasi subtansi tertentu seperti
kalsium oksalat, kalsium fosfat, dan asam urat meningkat. Batu juga dapat terbentuk
ketika terdapat defisiensi subtansi tertentu, seperti sitrat yang secara normal mencegah
kristalisasi dalam urine. Kondisi lain yang mempengaruhi laju pembentukan batu
mencakup pH urin dan status cairan pasien (batu cenderung terjadi pada pasien
dehidrasi). Penyebab terbentuknya batu digolongkan dalam 2 faktor :
1. Faktor endogen :
a. Hyperkalsemia : Meningkatnya kalsium dalam darah
b. Hyperkasiuria : Meningkatnya kalsium dalam urin
c. Ph urin :Kelebihan pemasukan cairan dlam tubuh yang
bertolak belakang dengan keseimbangan cairan
yang masuk dalam tubuh
2. Faktor eksogen :
a. Air minum
5
D. Patofisiologi
Pada kondisi normal kalsium dan fosfat hadir dalam jumlah yang
melampui daya kelarutan, sehingga diperlukan zat penghambat pengendapat.
Phospat mukopolisakarida dan dipospat merupakan penghambatan pembentukan
kristal. Bila terjadi kekurangan zat ini maka akan mudah terjadi pengendapan.
4. Teori epistaxi
5. Teori kombinasi
6
Pathway
7
E. Jenis-jenis Batu dan Komposisi Batu
Batu saluran kemih pada umumnya mengandung unsur kalsium: kalsium oksalat
atau kalsium fosfat, asam urat, magnesium-amonium-fosfat (MAP), xanthyn, da sistin,
silikat dan senyawa lainnya. Data mengenai kandungan / komposisi zat yang terdapat
pada batu sangat penting untuk usaha pencegahan terhadap kemungkinan timbulnya batu
residif.
1. Batu Kalsium
Batu jenis ini paling banyak di jumpai, yaitu kurang lebih 70 - 80% dari
seluruh batu saluran kemih. Kandungan batu jenis ini terdiri atas kalsium oksalat,
kalsium fosfat, atau campuran dari kedua unsur itu. Faktor terjadinya batu kalsium
adalah hiperkalsiuri, hiperoksaluri, hiperurikosuria, dan hipositraturia
2. Batu Struvit
Batu struvit disebut juga sebagai batu infeksi, karena terbentuknya batu ini
disebabkan oleh adanya infeksi saluran kemih. Kuman penyebab infeksi ini adalah
kuman golongan pemecah urea atau urea splitter yang dapat menghasilkan enzim
urease dan merubah urine menjadi bersuasana basa melalui hidrolisis urea menjadi
amoniak. Kuman-kuman yang termasuk pemecah urea di antaranya adalah :
Proteusspp, Klebsiella, Serratia, Enterobakter, Pseudomonas, dan Stafilokokus.
Meskipun E coli banyak menimbulkan infeksi saluran kemih tetapi kuman ini
bukan termasuk pemecah urea.
Batu asam urat merupakan 5-10% dari seluruh batu saluran kemih. Di
antaranya 75-80% batu asam urat terdiri atas asam murni dan sisanya merupakan
campuran kalsium oksalat. Penyakit batu asam urat banyak diderita oleh
pasien-pasien gout, penyakit mieloproliferatif, pasien yang mendapatkan terapi
antikanker, dan yang banyak mempergunakan obat urikosurik diantaranya adalah
sulfinpirazone, thiazide, dan salisilat. Kegemukan, peminum alkohol, dan diet
tinggi protein mempunyai peluang yang lebih besar untuk mendapatkan penyakit
ini.
8
Keluhan yang sering ditemukan adalah sebagai berikut :
a.Hematuria
b.Piuria
c.Polakisuria/fregnancy
d.Urgency
e.Nyeri pinggang menjalar ke daerah pingggul, bersifat terus menerus pada daerah
pinggang.
f.Kolik ginjal yang terjadi tiba-tiba dan menghilang secara perlahan-lahan.
g.Rasa nyeri pada daerah pinggang, menjalar ke perut tengah bawah, selanjutnya ke
arah penis atau vulva.
h.Anorexia, muntah dan perut kembung
i.Hasil pemeriksaan laboratorium, dinyatakan urine tidak ditemukan adanya batu
leukosit meningkat.
G. Komplikasi
1. Gagal ginjal
Terjadinya karena kerusakan neuron yang lebih lanjut dan pembuluh darah
yang disebut kompresi batu pada membrane ginjal oleh karena suplai oksigen
terhambat. Hal in menyebabkan iskemis ginjal dan jika dibiarkan menyebabkan
gagal ginjal
2. Infeksi
Dalam aliran urin yang statis merupakan tempat yang baik untuk
perkembangbiakan microorganisme. Sehingga akan menyebabkan infeksi pada
peritoneal.
3. Hidronefrosis
4. Avaskuler ischemia
9
H. Pemeriksaan Diagnostik
1. Pemeriksaan Urin
a) PH lebih dari 7,6
b) Sediment sel darah merah lebih dari 90%
c) Biakan urin
d) Ekskresi kalsium fosfor, asam urat
2. Pemeriksaan darah
a) Hb turun
b) Leukositosis
c) Urium krestinin
d) Kalsium, fosfor, asam urat
3. Pemeriksaan Radiologist
5. USG abdomen
10
I. Penatalaksanaan Medis
11
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN
A. Pengkajian
1. Identitas klien:
a. Nama : Tn. M
b. Umur : 40 tahun
c. Alamat :-
d. Agama :-
e. Pendidikan :-
f. Pekerjaan : Supir truk.
g. Diagnosa masuk : Batu ginjal.
2. Keluhan utama:
Nyeri yang hilang timbul pada pinggang kanan sejak 2 bulan yang lalu dan
nyeri bertambah sejak 2 minggu yang lalu. Rasa nyeri menjalar hingga ke paha kanan
bagian dalam sampai ke selangkangan. Nyeri terutama dirasakan bila lama duduk.
3. Keluhan lainnya:
Saat berkemih kadang timbul nyeri, miksi tidak puas dan terputus-putus.
5. Pemeriksaan fisik
Pada pemeriksaan fisik didapatkan nyeri ketok pada region costovetebra dan
region suprapubik. Nyeri ketok costovetebra menandakan bahwa ada kelainan pada
ginjal, obstruksi pada pertemuan uretropeutrik. Nyeri pada sudut yang terbentuk oleh
kosta terakhir dan vertebra. Nyeri suprapubik adalah nyeri di daerah suprapubis (di
bawah pusar). Saat ini tanda vital normal.
6. Pemeriksaan laboratorium
Pemeriksaan laboratorium mempunyai tiga tujuan, yaitu:
a. Mengetahui faktor risiko batu ginjal.
b. Mengetahui adanya komplikasi batu ginjal.
c. Mengetahui jenis serta penyebab timbulnya batu ginjal.
12
c. C-reactive protein, hitung leukosit sel B, dan kultur urin biasanya dilakukan pada
keadaan demam.
d. Natrium dan kalium darah dilakukan pada keadaan muntah.
e. Kadar kalsium dan asam urat darah dilakukan untuk mencari faktor risiko
metabolik.
7. Pemeriksaan Radiologi
Pemeriksaan radiologi wajib dilakukan pada klien yang dicurigai mempunyai batu
ginjal. Pemeriksaan rutin meliputi:
a. Foto abdomen dari ginjal, ureter dan kandung kemih (BNO= Blast Neir Oversicht
atau KUB= Kidney Ureter Bladder).
b. USG atau excretory pyelography (Intravenous Pyelography, IVP). Excretory
pyelography tidak boleh dilakukan pada klien dengan alergi media kontras,
kreatinin serum >2 mg/dL, pengobatan metformin, dan myelomatosis.
Pemeriksaan USG dikerjakan pada klien yang tidak mungkin menjalani IVP. Akan
tampak acoustic shadow jika ada batu.
c. CT Scan.
d. IVP.
IVP (Intra Vena Pyelography) untuk melihat fungsi dan anatomi sistem
urinarius. Dilakukan jika batu tidak tampak dengan BNO tetapi klinis (+) ada batu
saluran kemih. Syarat IVP :
1) Klien tidak alergi pada bahan kontras.
2) Ureum dan kreatinin urin dalam batas normal.
3) Tidak hamil.
c. Scintigraphy.
B. Diagnosa
1. Nyeri (akut) berhubungan dengan peningkatan frekuensi kontraksi ureteral, taruma
jaringan, edema dan iskemia seluler.
2. Perubahan eliminasi urine berhubungan dengan stimulasi kandung kemih oleh batu,
iritasi ginjal dan ureter, obstruksi mekanik dan peradangan.
3. Kekurangan volume cairan (resiko tinggi) berhubungan dengan mual atau muntah
(iritasi saraf abdominal dan pelvis ginjal atau kolik ureter, diuresis pasca obstruksi.
13
4. Kurang pengetahuan tentang kondisi, prognosis dan kebutuhan terapi berhubungan
dengan kurang terpajan atau salah interpretasi terhadap informasi, keterbatasan kognitif,
kurang akurat atau lengkapnya informasi yang ada.
C. Intervensi
Diagnosa Tujuan/ Intervensi
kriteria yang diharapkan
Nyeri (akut) Tujuan: 1. Catat lokasi, lamanya atau
berhubungan dengan 1. Nyeri hilang dengan intensitas nyeri (skala 1-10)
peningkatan spasme terkontrol. dan penyebarannya.
frekuensi kontraksi Perhatikan tanda non verbal
ureteral, taruma Kriteria: seperti: peningkatan TD dan
jaringan, edema dan 1. Pasien tampak rileks. DN, gelisah, meringis,
iskemia seluler. 2. Pasien mampu tidur merintih, menggelepar
atau istirahat dengan 2. Jelaskan penyebab nyeri dan
tenang. pentingnya melaporkan
3. Tidak gelisah,tidak kepada staf perawatan setiap
merintih. perubahan karakteristik
nyeri yang terjadi.
3. Jelaskan penyebab nyeri dan
pentingnya melaporkan
kepada staf perawatan setiap
perubahan karakteristik
nyeri yang terjadi.
4. Bantu atau dorong
pernapasan dalam,
bimbingan imajinasi dan
aktivitas terapeutik.
5. Bantu atau dorong
peningkatan aktivitas
(ambulasi aktif) sesuai
indikasi disertai asupan
cairan sedikitnya 3-4 liter
perhari dalam batas toleransi
jantung.
6. Perhatikan peningkatan atau
menetapnya keluhan nyeri
abdomen.
7. Kolaborasi pemberian obat
sesuai program terapi:
a. Analgetik.
b. Antispasmodik.
c. Kortikosteroid
8. Pertahankan patensi kateter
14
urine bila diperlukan.
15
abdominal dan pelvis 1. Intake dan output 4. Awasi tanda vital.
ginjal atau kolik seimbang. 5. Timbang berat badan setiap
ureter, diuresis pasca 2. Tanda vital stabil hari.
obstruksi. (TD 120/80 mmHg. 6. Kolaborasi pemeriksaan
Nadi 60-100, RR16- HB/Ht dan elektrolit.
20, suhu 36.5°- 7. Berikan cairan infus sesuai
37°C). program terapi.
3. Membran mukosa 8. Kolaborasi pemberian diet
lembab. sesuai keadaan klien.
4. Turgor kulit baik. 9. Berikan obat sesuai program
terapi (antiemetik misalnya
Proklorperasin/ Campazin).
Kurang pengetahuan Tujuan: 1. Tekankan pentingnya
tentang kondisi, 1. Pasien dapat mempertahankan asupan
prognosis dan memahami tentang hidrasi 3-4 liter/hari,
kebutuhan terapi diet dan program 2. Kaji ulang program diet
berhubungan dengan pengobatan. sesuai indikasi.
kurang terpajan atau a. Diet rendah purin.
salah interpretasi Kriteria: b. Diet rendah kalsium.
terhadap informasi, 1. Berpartisipasi dalam c. Diet rendah oksalat.
keterbatasan program pengobatan. d. Diet rendah kalsium atau
kognitif, kurang 2. Menjalankan diet. fosfat.
akurat/lengkapnya 3. Diskusikan program obat-
informasi yang ada. obatan, hindari obat yang
dijual bebas.
4. Jelaskan tentang tanda atau
gejala yang memerlukan
evaluasi medik (nyeri
berulang, hematuria,
oliguria).
5. Tunjukkan perawatan yang
tepat terhadap luka insisi
dan kateter bila ada.
D. Implementasi
Lakukan tindakan sesuai dengan apa yang harus dilakukan pada saat itu dan catat apa
pun yang telah dilakukan pada klien.
E. Evaluasi
Evaluasi tidakan yang telah diberikan. Jika keadaan klien mulai membaik, hentikan
tindakan. Sebaliknya, jika keadaan klien memburuk, intervensi harus mengalami perubaha
16
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
Batu ginjal adalah komponen kristal yang sering ditemukan di kaliks atau pelvis
ginjal dan bila keluar melalui ureter menimbulkan gesekan, yang menyebabkan nyeri
yang bergantung pada besarnya kristal tersebut. Penyebab batu ginjal masih idiopatik,
namun terdapat faktor predisposisi seperti genetik, makanan dan minuman, volume air
yang diminum, infeksi saluran kemih, aktivitas, vitamin dan obat-obatan, jenis
kelamin dan berat badan.
Seseorang yang mengalami batu ginjal biasanya memiliki tanda seperti rasa mual
ingin muntah. Hal tersebut dikarenakan infeksi pada saluran kemih akibat tersimpan
lamanya batu. Selain itu, semua batu pada saluran kemih dapat menyebabkan nyeri,
namun lokasi nyeri bergantung pada lokasi batu. Apabila batu berasa di dalam pelvis
ginjal, penyebab nyerinya adalah hidronefrosis dan nyeri ini tidak tajam, tetap, dan
dirasakan di area sudut kostovertebra.
Apabila batu turun ke dalam ureter, klien akan mengalami nyeri yang hebat,
kolik, dan rasa seperti ditikam. Selain itu, gejala klien dengan batu ginjal, yakni
nokturia yang merupakan gejala pengeluaran urine pada waktu malam hari yang
menetap sampai sebanyak 700 ml atau pasien terbangun untuk berkemih beberapa kali
waktu malam ini. Gejala-gejala di atas cukup membuktikan bahwa seseorang
mengidap batu ginjal. Oleh karena itu, sebagai mahasiswa keperawatan diharapkan
memiliki pengetahuan yang cukup mengenai patofisiologi batu ginjal sehingga dapat
menerapkan asuhan keperawatan yang tepat pada klien dengan batu ginjal. Pada tahap
pengkajian diharapkan dapat dilakukan dengan teliti dan baik sehingga diagnosa yang
timbul pun akurat.
Jika diagnosa akurat, maka dapat direncanakan perencanaan asuhan keperawatan
dengan tujuan dan kriteria hasil yang tepat sehingga dapat diintervensi dengan benar.
Ketika diintervensi dengan benar, maka saat evaluasi pun akan terlihat bahwa asuhan
keperawatan yang direncanakan berhasil dan tidak menutup kemungkinan akan
mengurangi kasus batu ginjal di Indonesia dan di dunia.
17
DAFTR PUSTAKA
Baradero, Mary et al. (2009). Klien dengan Gangguan Ginjal. Jakarta: Penerbit Buku
Kedokteran EGC.
Brooker, Chris. (2005). Ensiklopedia Keperawatan. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC.
Carpenito, Linda Juall. (1995). Rencana Asuhan & Dokumentasi Keperawatan. Jakarta: EGC.
Corwin, Elizabeth J. Buku Saku Patofisiologi Revisi 3. Jakarta: Buku Penerbit Kedokteran
EGC.
Sjamsuhidajat, R % Jong Wim De. 1998. Buku ajar bedah. Jakarta : EGC
18