Disusun Oleh :
Siti Juharotul Fikriah 1610711123
S1 KEPERAWATAN
FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN”
JAKARTA
2019
A. Pengertian
Fraktur adalah diskontinuitas dari jaringan tulang yang biasanya disebabkan oleh
adanya kecelakaan yang timbul secara langsung. Fraktur mandibula adalah putusnya
kontinuitas tulang mandibula. Hilangnya kontinuitas pada rahang bawah (mandibula), dapat
berakibat fatal bila tidak ditangani dengan benar. Mandibula adalah tulang rahang bawah
pada manusia dan berfungsi sebagai tempat menempelnya gigi geligi. Faktor etiologi utama
terjadinya fraktur mandibula bervariasi berdasarkan lokasi geografis, namun kecelakaan
kendaraan bermotor menjadi penyebab paling umum. Beberapa penyebab lain berupa
kelainan patologis seperti keganasan pada mandibula, kecelakaan saat kerja, dan kecelakaan
akibat olahraga.
Fraktur mandibula merupakan fraktur kedua tersering pada kerangka wajah, hal ini
disebabkan kondisi mandibula yang terpisah dari kranium. Diagnosis fraktur mandibula dapat
ditunjukkan dengan adanya : rasa sakit, pembengkakan, nyeri tekan, dan maloklusi. Patahnya
gigi, adanya gap, tidak ratanya gigi, tidak simetrisnya arcus dentalis, gigi yang longgar dan
krepitasi menunjukkan kemungkinan adanya fraktur mandibula. Selain hal itu mungkin juga
terjadi trismus (nyeri waktu rahang digerakkan).
Secara khusus penanganan fraktur mandibula dan tulang pada wajah (maksilofasial)
mulai diperkenalkan oleh Hipocrates (460-375 SM) dengan menggunakan panduan oklusi
(hubungan yang ideal antara gigi bawah dan gigi-gigi rahang atas), sebagai dasar pemikiran
dan diagnosis fraktur mandibula. Pada perkembangan selanjutnya oleh para klinisi
menggunakan oklusi sebagai konsep dasar penanganan fraktur mandibula dan tulang wajah
(maksilofasial) terutama dalam diagnostik dan penatalaksanaannya. Hal ini diikuti dengan
perkembangan teknik fiksasi mulai dari penggunaan pengikat kepala (head bandages),
pengikat rahang atas dan bawah dengan kawat (intermaxilari fixation), serta fiksasi dan
imobilisasi fragmen fraktur dengan menggunakan plat tulang (plate and screw).
B. Anatomi dan Fungsi Mandibula
Mandibula adalah tulang rahang bawah pada manusia dan berfungsi sebagai
tempat menempelnya gigi-geligi. Mandibula berhubungan dengan basis krani dengan
adanya temporo-mandibular joint dan disangga oleh otot-otot pengunyahan. Mandibula
terdiri dari korpus berbentuk tapal kuda dan sepasang ramus. Korpus mandibula bertemu
dengan ramus masing-masing sisi pada angulus mandibula. Pada permukaan luar digaris
tengah korpus mandibula terdapat sebuah rigi yang menunjukkan garis fusi dari kedua
belahan selama perkembangan, yaitu simfisis mandibula.
Korpus mandibula pada orang dewasa mempunyai processus alveolaris yang
ditandai adanya penonjolan di permukaan luar, sedangkan pada orang tua yang giginya
telah tanggal processus alveolaris mengalami regresi. Bagian depan dari korpus
mandibula terdapat protuberantia mentale yang meninggi pada tiap-tiap sisi membentuk
tuberculum mentale. Bagian permukaan luar di garis vertical premolar kedua terdapat
foramen mentale. Bagian posterior korpus mandibula mempunyai dua processus yaitu
processus coronoideus anterior yang merupakan insersio otot pengunyahan dan
processus condylaris bagian posterior yang berhubungan langsung dengan sendi temporo
mandibular. Permukaan dalam ramus mandibula terdapat foramen mandibula yang
masuk ke dalam kanalis mandibula, sedangkan permukaan korpus mandibula terbagi
oleh peninggian yang miring disebut linea mylohyoidea (Platzer, 1997).
Mandibula dipersarafi oleh 3 cabang nervus yaitu N. Bucalis Longus, N.
Lingualis, dan N. Alveolaris inferior. Nervus mandibularis merupakan cabang terbesar,
yang keluar dari ganglion Gasseri. Saraf keluar dari cranium melalui foramen ovale, dan
bercabang menjadi tiga percabangan.
1. N. Buccalis Longus
N.. buccalis longus keluar tepat di luar foramen ovale. Saraf berjalan di antara
kedua caput m. pterygoideus externus, menyilang ramus untuk kemudian masuk
ke pipi melalui m. buccinators, di sebelah bukal gigi molar ketiga atas. Cabang-
cabang terminalnya menuju membrane mukosa bukal dan mukoperiosteum di
sebelah lateral gigi-gigi molar atas dan bawah.
2. N. Lingualis
Nervus Lingualis cabang berikut berjalan ke depan menuju garis median. Saraf
berjalan ke bawah superficial dari m. Pterygoideus internus berlanjut ke lingual
apeks gigi molar ketiga bawah. Pada titik ini saraf masuk ke dalam basis lingual
melalui dasar mulut dan menginervasi duapertiga anterior lidah, mengeluarkan
percabangan untuk menginervasi mukoperiosteum dan membrana mukosa lingual.
3. N. Alveolaris Inferior
N. alveolaris Inferior adalah cabang terbesar dari N. Mandibularis. Saraf turun
balik dari M. Pterygoideus externus, disebelah posterior dan dibagian luar N.
lingualis, berjalan antara ramus mandibula dan ligamentum sphenomandibularis.
Bersama-sama dengan arteri alveolaris inferior saraf berjalan terus di dalam
canalis mandibula dan mengeluarkan percabangan untuk gigi-geligi. Pada
foramen mentale saraf bercabang menjadi dua salah satunya adalah nervus
incicivus yang berjalan terus ke depan menuju garis median sementara nervus
mentalis meninggalkan foramen untuk mempersarafi kulit. Cabang-cabang dari
nervus alveolaris inferior adalah :
N. mylohyoideus adalah cabang motorik dari n. alveolaris inferior dan
didistribusikan ke m. Mylohyoideus, dan venter anterior dan m. Digastrici
yang terletak di dasar mulut.
Rami dentalis brevis menginervasi gigi molar, premolar, proc. alveolaris, dan
periosteum
N. mentalis lekuar melalui foramen mentale untuk menginervasi kulit dagu,
kulit dan membrana mukosa labium oris inferior
N. incisivus mengeluarkan cabang-cabang kecil menuju gigi insisivus sentral,
lateral dan caninus
Otot-otot Pengunyahan
Otot
Origo Insertio Fungsi
Persarafan
1. M. temporalis Os. Temporal di Ujung dan Menutup rahang,
Nn. Temporales bawah linea permukaan media bagian belakang,
profundi temporalis proc. Coronoideus menarik balik RB
(N. mandibularis) inferior dan mandibula (=retrusi)
lembar dalam
fascia temporalis
2. M. masseter Arcus Pars superficialis: Menutup rahang
M. massetericus zygomaticus angulus mandibula,
(N. mandibularis) Pars tuberositas
superficialis: sisi masseterica.
bawah, dua Pars profunda:
pertiga bagian permukaan luar
depan (bertendo) ramus mandibula
Pars profunda:
sepertiga bagian
belakang,
permukaan
dalam
3. M. pterygoideus Fossa Permukaan medial Menutup rahang
medialis pterygoidea dan angulus mandibula,
N. pterygoideus lamina lateralis tuberositas
medialis proc. pterygoidea
(N. mandibularis) Pterygoidei,
sebagian proc.
Pyramidalis os.
Palatum
4. M. pterygoideus Caput superius: Fovea pterygoidea Menutup rahang
lateralis permukaan luar (proc. Condilaris dan gerakan ke
N. pterygoideus lamina lateralis mandibula), discus muka (=protrusi)
lateralis proc. dan kapsul RB. Caput
(N. mandibularis Pterygoidei, articulation inferius:
tuber maxillae temporomandibularis. membuka rahang
Caput inferius
(asesoris): facies
temporalis (ala
major ossis
spenoidalis)
C. Patofisiologis
Penyebab fraktur diakibatkan oleh trauma minimal atau tanpa trauma
berupa yang disebabkan oleh suatu proses, yaitu :
- Osteoporosis Imperfekta (kelainan genetika langka pada remaja,
tulang rapuh)
- Osteoporosis (penurunan kualitas dan kepadatan masa tulang)
- Penyakit metabolik (makanan, racun, infeksi, dan sebagainya
Trauma, yaitu benturan pada tulang. Biasanya terjatuh dengan posisi dagu langsung
terbentur dengan benda yang lebih kuat/keras daripada tulang itu sendiri.
D. Etiologi
Setiap pukulan keras pada muka dapat mengakibatkan terjadinya suatu fraktur
pada mandibula. Daya tahan mandibula terhadap kekuatan impak adalah lebih besar
dibandingkan dengan tulang wajah lainnya. Meskipun demikian fraktur mandibula
lebih sering terjadi dibandingkan dengan bagian skeleton muka lainnya.
Factor etiologi utama bervariasi berdasarkan lokasi geografis. Pada beberapa
investigasi seperti Jordan, Singapore, Nigeria, New Zealand, Denmark, Yunani, dan
Japan dilaporkan kecelakaan akibat kendaraan bermotor paling sering di jumpai.
Peneliti di Negara-negara seperti Yordania, Singapura, Nigeria, Selandia Baru,
Denmark, Yunani, dan Jepang melaporkan kecelakaan kendaraan bermotor menjadi
penyebab paling umum.
Fraktur mandibula dapat terjadi karena kecelakaan lalu lintas, kecelakaan
industri atau kecelakaan kerja, kecelakaan rumah tangga, mabuk dan perkelahian atau
kekerasan fisik. Menurut survey di District of Columbia Hospital, dari 540 kasus
fraktur, 69% kasus terjadi akibat kekerasan fisik (perkelahian), 27% akibat kecelakaan
lalulintas, 12% akibat kecelakaan kerja, 2% akibat kecelakaan saat olahraga dan 4%
karena sebab patologi.
E. Klasifikasi
Banyak klasifikasi fraktur yang ditulis dalam berbagai buku, namun secara
praktis dapat dikelompokkan menjadi :
1.1 Menurut Penyebab Terjadinya Fraktur
1. Fraktur Traumatik
- Trauma langsung (direct), trauma tersebut langsung mengenai anggota tubuh
penderita.
- Trauma tidak langsung (indirect), terjadi seperti pada penderita yang jatuh
dengan tangan menumpu dan lengan atas-bawah lurus, berakibat fraktur kaput
radii atau klavikula. Gaya tersebut dihantarkan melalui tulang-tulang anggota
gerak atas dapat berupa gaya berputar, pembengkokan (bending) atau
kombinasi pembengkokan dengan kompresi seperti fraktur butterfly maupun
kombinasi gaya berputar, pembengkokan dan kompresi seperti fraktur oblik
dengan garis fraktur pendek. Fraktur juga dapat terjadi akibat tarikan otot
seperti fraktur patella karena kontraksi quadrisep yang mendadak.
2. Fraktur Fatik atau Stress
Trauma yang berulang dan kronis pada tulang yang mengakibatkan tulang
menjadi lemah. Contohnya pada fraktur fibula pada olahragawan.
3. Fraktur Patologis
Trauma yang telah terjadi proses patologis yang mengakibatkan tulang tersebut
rapuh dan lemah. Biasanya fraktur terjadi spontan.
1.2 Menurut Hubungan dengan Jaringan Ikat Sekitarnya
1. Fraktur Simple/ Tertutup, disebut juga fraktur tertutup oleh karena kulit di
sekeliling fraktur sehat dan tidak sobek.
2. Fraktur terbuka, kulit disekitar fraktur sobek sehingga fragmen tulang
berhubungan dengan dunia luar (bone expose) dan berpotensi untuk menjadi
infeksi. Fraktur terbuka dapat berhubungan dengan ruangan di tubuh yang tidak
steril seperti rongga mulut.
3. Fraktur komplikasi, fraktur tersebut berhubungan dengan kerusakan jaringan atau
struktur lain seperti saraf, pembuluh darah, organ visera atau sendi.
1.3 Menurut Bentuk Fraktur
1. Fraktur Komplit, garis fraktur membagi tulang menjadi dua fragmen atau lebih.
Garis fraktur bias tranversal, oblik atau spiral. Kelainan ini dapat menggambarkan
arah trauma dan menentukan fraktur stabil atau unstabile.
2. Fraktur Inkomplit, kedua fragmen fraktur terlihat saling impaksi atau masih saling
tertancap.
3. Fraktur Komunitif, fraktur yang menimbulkan lebih dari dua fragmen.
4. Fraktur Kompresi, fraktur ini umumnya terjadi di daerah tulang konselus.
G. Diagnosis
1.1 Anamnesis
Diagnosis pasien dengan fraktur mandibula dapat dilakukan dengan pemeriksaan
fisik dan pemeriksaan penunjang. Setiap fraktur mempunyai riwayat trauma. Posisi waktu
kejadian merupakan informasi yang penting sehingga dapat menggambarkan tipe fraktur
yang terjadi. Bila trauma ragu-ragu atau tidak ada maka kemungkinan fraktur patologis
tetap perlu dipikirkan. Riwayat penderita harus dilengkapi apakah ada trauma daerah lain
(kepala, torak, abdomen, pelvis, dll).
Pertanyaan-pertanyaan kepada penderita maupun pada orang yang lebih
mengetahui harus jelas dan terarah, sehingga diperoleh informasi mengenai, keadaan
kardiovaskuler maupun system respirasi, apakah penderita merupakan penderita diabetes,
atau penderita dengan terapi steroid yang lama maupun meminum obat-obat lain, alergi
terhadap obat, makan atau minum terakhir dengan penggunaan obat-obat anastesi.
1.2 Pemeriksaan Fisik
- Inspeksi : deformitas angulasi medial, lateral, posterior atau anterior,
diskrepensi, rotasi, perpendekan atau perpanjangan, apakah ada bengkak atau
kebiruan, pada luka yang mengarah ke fraktur terbuka harus diidentifikasi dan
ditentukan menurut derajatnya menurut klasifikasi Gustillo et. Al.
- Palpasi : nyeri tekan pada daerah fraktur, nyeri bila digerakkan. Krepitasi :
biasanya penderita sangat nyeri oleh sebab itu pemeriksaan ini harus gentle
dan bila perlu dapat ditiadakan.
- Gerakan : gerakan luar biasa pada daerah fraktur. Gerakan sendi di sekitarnya
terbatas karena nyeri, akibatnya fungsi terganggu.
- Pemeriksaan trauma di tempat lain seperti kepala, torak, abdomen, traktus,
urinarius dan pelvis.
- Pemeriksaan komplikasi fraktur seperti neurovaskuler bagian distal fraktur
yang berupa pulsus arteri, warna kulit, temperature kulit, pengembalian darah
ke kapiler.
H. Penatalaksanaan
Prinsip penanganan fraktur mandibula pada langkah awal bersifat kedaruratan
seperti jalan nafas (airway), pernafasan (breathing), sirkulasi darah termasuk
penanganan syok (circulation), penanganan luka jaringan lunak dan imobilisasi
sementara serta evaluasi terhadap kemungkinan cedera otak. Tahap kedua adalah
penanganan fraktur secara definitive yaitu reduksi/ reposisi fragmen fraktur (secara
tertutup (close reduction) dan secara terbuka (open reduction)), fiksasi fragmen
fraktur dan imobilisasi, sehingga fragmen tulang yang telah dikembalikan tidak
bergerak sampai fase penyambungan dan penyembuhan tulang selesai.
Ada dua cara penatalaksanaan fraktur mandibula yaitu close reduction dan
open reduction. Pada teknik tertutup (close reduction) yaitu reduksi/ reposisi fragmen
fraktur secara tertutup, reduksi fraktur dan imobilisasi mandibula dicapai dengan jalan
menempatkan peralatan fiksasi maksilomandibular. Untuk penatalaksanaan
kebanyakan fraktur mandibular dan secara spesifik diindikasikan untuk kasus diman
gigi terdapat pada semua segmen atau segmen edentulous di sebelah proksimal
dengan pergeseran yang hanya sedikit. Pada prosedur terbuka (Open reduction) yaitu
reduksi/ reposisi fragmen fraktur secara tebuka, bagian yang fraktur dibuka dengan
pembedahan, dan segmen direduksi dan difiksasi secara langsung dengan
menggunakan kawat atau plat. Teknik terbuka dan tertutup tidaklah selalu dilakukan
tersendiri, tetapi kadang-kadang dikombinasikan.
Pendekatan ketiga adalah modifikasi dari teknik terbuka , yaitu metode fiksasi
skeletal eksternal. Pada teknik skeletal eksternal pin ditelusupkan ke dalam kedua
segmen untuk mendapatkan tempat perlekatan alat penghubung (connecting
appliance), yang bisa dibuat dari logam atau akrilik, yang menjembatani bagian-
bagian fraktur dan menstabilkan segmen tanpa melakukan imobilisasi mandibula.
I. Komplikasi
Komplikasi yang paling umum terjadi pada fraktur mandibula adalah Infeksi atau
osteomyelitis. Factor resiko yang berhubungan dengan fraktur mandibula dan
berpotensi untuk menimbulkan terjadinya malunion atau non-union, adalah :
- infeksi
- Oposisi yang kurang baik
- Kurangnya imobilisasi segmen fraktur
- Adanya benda asing
- Tarikan otot yang tidak menguntungkan pada segmen fraktur.
J. Konsep Keperawatan
1. Pengkajian Fokus
a. Pengkajian primer :
1) Airway
Adanya sumbatan/obstruksi jalan napas oleh adanya penumpukan sekret
akibat kelemahan reflek batuk
2) Breathing
Kelemahan menelan/batuk/melindungi jalan napas, timbulnya pernapasan
yang sulit dan/atau tak teratur, suara napas terdengar ronchi/aspirasi
3) Circulation
TD dapat normal atau meningkat , hipotensi terjadi pada tahap lanjut,
takikardi, bunyi jantung normal pada tahap dini, disritmia, kulit dan membran
mukosa pucat, dingin, sianosis pada tahap lanjut
b. Pengkajian sekunder
1) Aktivitas/istirahat
- Kehilangan fungsi pada bagian yang terkena
- Keterbatasan mobilitas
2) Sirkulasi
- Hipertensi (kadang terlihat sebagai respon nyeri/ansietas)
- Hipotensi (respon terhadap kehilangan darah)
- Tachikardi
- Penurunan nadi pada bagian distal yang cidera
- Cavilary refil melambat
- Pucat pada bagian yang terkena
- Masa hematoma pada sisi cedera
3) Neurosensori
- Kesemutan
- Deformitas, krepitasi, pemendekan
- Kelemahan
4) Kenyamanan
- Nyeri tiba-tiba saat cidera
- Spasme/kram otot
5) Keamanan
- Laserasi kulit
- Perdarahan
- Perubahan warna
- Pembengkakan lokal
3. Rencana Keperawatan
NO. Diagnosa Keperawatan Tujuan Intervensi Hasil
1. Nyeri akut b.d Setelah 1. Kaji ulang 1. Mengetahui
Agen cidera dilakukan lokasi, intensitas karakteristik
fisik tindakan dan tipe nyeri nyeri
keperawatan 2. Pertahankan 2. Untuk
selama 3x24 jam imobilisasi bagian mengurangi
nyeri berkurang yang sakit dengan nyeri
atau hilang tirah baring 3. Untuk
KH: 3. Berikan menambahkan
Klien lingkungan yang rasa
Mengatakan tenang dan berikan nyaman
nyerinya dorongan 4. Untuk
berkurang untuk melakukan mengurangi
atau hilang aktivitas nyeri
Skala nyeri (0-1) hiburan 5. Untuk
4. Ganti posisi mengurangi
dengan bantuan sensasi nyeri
bila ditoleransi 6. Untuk
5. Dorong mengetahui
menggunakan keadaan umum
tehnik klien
manajemen stress, 7. Untuk
contoh : mengurangi
relasksasi, latihan nyeri
nafas dalam,
imajinasi
visualisasi,
sentuhan
6. Observasi
tanda-tanda vital
7. Kolaborasi :
pemberian
Analgetik.