1. Definisi
Flail chest terjadi ketika segmen dinding dada tidak memiliki kontinuitas tulang
dengan bagian lainnya pada kerangka dada(toraks). Kondisi ini biasanya diakibatkan oleh
trauma yang terkait dengan patah tulang rusuk multiple (yaitu, dua atau lebih tulang
rusuk yang berdekatan patah pada dua atau lebih segmen), meskipun hal ini juga dapat
terjadi ketika terdapat pemisahan costochondral dari tulang rusuk tunggal (American
College of Surgeons, 2018).
2.1 Gambaran flail chest (Ron et al., 2018)
2. Etiologi
Tabrakan kendaraan bermotor merupakan penyebab 75% dari trauma mayor yang
mengakibatkan flail chest. Jatuh terutama pada orang tua menyebabkan 15% lainnya.
Peristiwa traumatis tertentu seperti pukulan langsung ke dada cenderung menyebabkan
fraktur dua tulang rusuk tertentu. Cedera terguling dan tertentu lebih sering mematahkan
tulang rusuk hanya pada satu titik. Pada anak-anak, penyakit metabolik tulang dan
osteogenesis imperfekta merupakan predisposisi kondisi ini. Orang tua cenderung
mengalami flail chest baik karena mereka memiliki kekakuan dinding dada fisiologis
yang berkaitan dengan usia dan dapat disebabkan oleh osteoporosis (Perera dan King,
2020).
3. Patofisiologi
Flail chest dihasilkan dari cedera deselerasi dan dapat berkaitan dengn gangguan
aorta yang mengancam jiwa, gangguan trakeobronkial, dan fraktur sternum. Ketika
serangkaian kosta yang berdekatan retak di dua lokasi (anterior dan posterior) karena
trauma tumpul pada dinding dada memungkinkan terjadinya kehilangan kontinuitas
dengan sisa toraks. Bagian yang kehilangan kontinuitas dari dinding dada ini menjadi
tidak stabil dan bergerak ke dalam selama inspirasi. Segmen ini dapat menyebabkan
ventilasi yang tidak efisien, kontusio paru, dan atelektasis yang mengakibatkan gangguan
fungsi ventilasi dan pertukaran gas. Mobilitas yang berlebihan dari segmen ini tidak
hanya menyebabkan rasa sakit yang signifikan tetapi juga menyebabkan ventilasi yang
tidak efisien, ketidakmampuan untuk batuk yang menyebabkan akumulasi sekresi
trakeobronkial dengan sekuelnya. Kontusio paru terkait dapat menghasilkan
arteriovenosa shunting dan mengubah rasio ventilasi-perfusi alveolar mengakibatkan
Gambar 2.2 Pergerakan dinding dada paradoksal (Dennis dan Bellister, 2017)
4. Manifestasi Klinis
Fraktur tulang rusuk sering merupakan diagnosis klinis, dengan nyeri tekan yang
parah, krepitasi tulang, ekimosis, dan spasme otot di atas tulang rusuk menjadi temuan
yang paling umum. Cedera pada parenkim dapat dideteksi dengan menilai saluran
pernapasan, kecepatan, saturasi oksihemoglobin, upaya pernapasan, efektivitas ventilasi,
dan suara paru.
Flail chest ditandai dengan gerakan paradoks dari suatu bagian dinding dada
selama respirasi, dan biasanya terlihat jelas pada pemeriksaan fisik. Gerakan paradoksal
dinding dada adalah produk dari tekanan intratoraks negatif, dan dapat tidak terlihat jika
pasien telah diintubasi dan menerima ventilasi tekanan positif (Ron et al., 2018).
5. Diagnosis
A. Anamnesis
Anamnesis didapatkan jelas karena sebagian besar flail chest dengan penyebab
trauma benda tumpul. Orang tua memiliki risiko yang lebih tinggi (Perera dan King,
2020).
B. Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan fisik harus dilakukan pada semua pasien dengan potensi trauma toraks.
Membuka pakaian pasien atau mengekspos pasien secara keseluruhan. Lakukan
pemeriksaan tanda vital termasuk pegukuran laju pernapasan dan saturasi oksigen.
Mulailah dengan airway breathing circulation (ABC) dan lanjutkan dengan survei
sekunder. Selalu dengarkan suara napas bilateral kemudian palpasi nyeri, deformitas
atau krepitasi. Periksa dada untuk melihat memar atau pendarahan, seat belt sign.
Pasien biasanya mengeluh nyeri dinding dada yang parah dan mungkin mengalami
takipnea dan insufisiensi pernapasan yang nyata. Secara khusus, amati dada untuk
gerakan dinding paradoks. Pada inspirasi segmen flail akan masuk sementara bagian
dada lainnya mengembang dan pada ekspirasi segmen flail akan terdorong keluar
sementara bagian dada lainnya berkontraksi. Dari catatan tidak adanya gerakan
paradoks yang dapat diamati tidak menyingkirkan diagnosis penyakit ini (Perera dan
King, 2020).
C. Pemeriksaan penunjang
Banyak pasien dengan trauma toraks yang relatif minor dievaluasi dan dikelola secara
eksklusif berdasarkan temuan fisik, dan tidak diperlukan pemeriksaan pencitrana
lanjutan Ketika cedera cukup signifikan untuk terjadinya cedera paru, pencitraan
dibutuhkan.
i. Foto X-ray toraks hanya akan mengidentifikasi sekitar 50% dari fraktur tulang
rusuk tunggal namun dapat mengidentifikasi atau mengeksklusikan cedera
intratoraks dan mediastinum yang signifikan.
ii. Computed tomography (CT) scan
CT scan tidak diindikasikan untuk mengkonfirmasi dugaan patah tulang rusuk
terisolasi, tetapi akan mengidentifikasi fraktur multi-level dan cedera paru
terkait, seperti: pneumotoraks atau hemotoraks, dengan akurasi yang jauh
lebih baik dibandingkan foto polos toraks .
Gambar 2.2 Kriteria untuk pemeriksaan CT Scan pada trauma tumpul(Ron et al., 2018).
Gambar 2.3 Foto X-ray toraks dengan gambaran kontusio paru
1. Perera TB, King KC. Flail Chest. [Updated 2021 Jan 20]. In: StatPearls [Internet].
Treasure Island (FL): StatPearls Publishing; 2021 Jan-.
2. Dennis, B. M., & Bellister, S. A. (2017). T h o r a c i c Tr a u m a. 97, 1047–1064.
3. Jena, R., Agrawal, A., Sandeep, Y., & Shrikhande, N. (2016). Understanding of flail
chest injuries and concepts in management. International Journal of Students�
Research, 6(1), 3. https://doi.org/10.4103/ijsr.int_j_stud_res_8_16
4. American College of Surgeons. ATLS - Advanced trauma life support 10th ed. 2018.
Chicago, Ill.: American College of Surgeons, Committee on Trauma.
5. Ron M W, Robert S H, Marianne G. 2018. Rosen's emergency medicine : concepts and
clinical practice 9th ed. Philadelphia, PA : Elsevier.