5 Aspek Farmasi
Ahli farmasi dalam Interprofessional Collaboration berperan dalam
memastikan penanganan pasien dalam bidang farmakologi dilaksanakan dengan
tepat, dalam hal ini mencakup ketepatan jenis obat, dosis, dan indikasinya. Berikut
pembahasan mengenai tatalaksana farmakologi pasien:
a. Pemasangan IVFD NaCl 0,9% 10 tpm
b. Drips Furosemide 1 cc/jam
c. Aspilet 1 x 80mg
d. NKR 2 x 2,5mg
e. Warfarin 1 x 2mg
f. Candesartan 1 x 16mg
g. A. oros 1 x 30 mg
h. KSR 1 x 600mg
i. Ketosteril 3 x 1tab
j. Spironolakton 1 x 50 mg
DAFPUS
1. Sam R, Pearce D, Ives HE. Diuretic agents. In : Katzung BG, Trevor AJ.
Basic and Clinical Pharmacology, 13th ed. 2015. McGraw Hill. p, 252-4.
2. Uptodate. Furosemide https://www.uptodate.com/contents/furosemide-drug-
information?source=history_widget
3. FDA.Furosemide
https://www.accessdata.fda.gov/drugsatfda_docs/label/2016/018667s036lbl.p
df
4. Pinokowski P, Voors AA, Anker SD, Bueno H, Cleland JGF, Falk V. ESC
Guidelines for the diagnosis and management of acute and chronic heart
failure. Eur Heart J. 2016;37: 2179-80.
5. MIMS. Furosemide
http://www.mims.com/indonesia/drug/info/furosemide?mtype=generic
6. Chioncel O, Ambrosy AP, Bubenek S, Flipescu, Vinereanu D, Petris A, et al.
Epidemiology, pathophysiology and in-hospital management of pulmonary
edema: data from the Romanian acute heart failure syndromes registry. J
Cardiovasc Med. 2016;17:92-104.
7. Pacifici GM. Clinical pharmacology of furosemide in neonates: A review.
Pharmaceuticals. 2013;6:1094-129.
8. Oh SW, Han SY. Loop diuretics in clinical practice. Electrolyte Blood Press.
2015;13(1):17-21.
9. 12. Hoorn EJ, Ellison DH. Diuretic resistance. Am J Kidney Dis. 2016:1-6.
10. 13. Shiraishi M, Murakami T, Nawa T, Kobayashi H, Nagamine H, Shiraga
K, et al. Hypertonic saline with furosemide for diuretic resistant congestive
heart failure in an infant. Int Journal of Cardiology. 2016;215:127-8.
2.5.3 Norepinephrine
A. Farmakodinamik
Norepinephrine (NE) termasuk obat simpatomimetik yang bekerja pada
reseptor adrenergik α1, α2, dan β1. Tingkat afinitas NE terhadap reseptor α1=α2;
β1 >> β2.2 Norepinephrine berikatan dengan reseptor α menimbulkan efek
vasokonstriksi. Reseptor α banyak terdapat pada otot polos pembuluh darah di
kulit, splanknik serta nasal mukosa.2 Adrenoseptor α1 terdistribusi pada sebagian
besar otot pols pembuluh darah, otot dilator pupil, prostat, jantung. Adrenoseptor
α2 terletak pada neuron polisinaps system saraf pusat, platelet, ujung saraf
adrenergic dan kolinergik, beberapa otot poloh pembuluh darah serta sel lemak.2
B. Farmakokinetik
Farmakokinetik norepinephrine berupa aspek absorpsi, metabolisme, dan
eliminasinya.
a. Absorpsi
Norepinephrine hanya dapat diberikan secara intravena karena absorpsi secara
oral dan subkutan tidak baik. Pada pemberian oral, norepinephrine akan
mengalami kerusakan dalam saluran cerna. Pada pemberian intravena, onset kerja
norepinephrine dalam 1-2 menit.
b. Distribusi
Norepinephrine tidak dapat menembus sawar darah otak sehingga hanya
terdistribusi pada sistem saraf simpatis di perifer.
c. Metabolisme
Norepinephrine dimetabolisme oleh enzim monoamine oxidase dan inhibitor
catechol-O-methyltransferase pada neuron adrenergik menghasilkan 2 bentuk
metabolit inaktif, yaitu normetanephrine, dan vanillylmandelic acid.
d. Eliminasi
Norepinephrine dieliminasi melalui hepar dan ginjal. Norepinephrine sebagian
besar diekskresikan melalui urin (84-96%) terutama dalam bentuk metabolit
inaktifnya.1,8
DAPUS
1. Adrenergic agonist & antagonists. In: Brunton LL Cabner BA, Knollman BC.
Goodman & Gilman’s the pharmacological basis of therapeutics, 12 ed.
McGraw-Hill. 2011
2. Biaggioni I, Robertson D. Adrenoceptor agonists & sympathomimetic drugs.
In: Katzung BG, Trevor AJ. Basic & Clinical Pharmacology, 13th ed.
McGraww-Hill. 2015 : 133-50.
3. Surviving sepsis campaign: international guidelines for management of sepsis
and septic shock: 2016. Society of critical care medicine.
4. Thiele H, Ohman M, Desch S, Eitel I, de Waha S. Management of cardiogenic
shock. Eur Heart J. 2015;36(20):1223-30.
5. Quala M, Treluyer JM, Lesage F, Blanquat LDS, Dupic L, Hubert P, et al.
Population pharmacokinetics and haemodynamic effects of norepinephrine in
hypotensive critically ill children. Br J Clin Pharmacol. 2014; 78(4):886-97.
6. FDA. Levophed (diakses dari
https://www.accessdata.fda.gov/drugsatfda_docs/label/2007/007513Orig1s02
4lbl.pdf)
7. Norepinephrine. Mims
(https://www.mims.com/indonesia/drug/info/norepinephrine/?
type=brief&mtype=generic)
8. Norepinephrine. Up To Date
(Diakses dari https://www.uptodate.com/contents/norepinephrine-
noradrenaline-drug-information?
source=search_result&search=norepinephrine&selectedTitle=1~150)
9. Gamper G, Havel C, Arric J, Losert H, Pace N, Mullner M, Herkner H.
Vasopressors for hypontensive shock. Cochrane. 2016;2:1-4.
2.5.4 Spironolactone
Spironolactone merupakan obat yang dapat digunakan untuk tata laksana
hipertensi dan gagal jantung. Obat ini merupakan golongan diuretik hemat kalium
yang fungsi utamanya bertujuan untuk meningkatkan produksi urine (diuresis).
spironolactone merupakan antagonis reseptor mineralokortikoid yang ditemukan
sekitar 50 tahun yang lalu dengan nama paten Aldactone®. 1
A. Hipertensi Esensial
Dosis spironolactone yang dapat diberikan untuk hipertensi esensial adalah 25–
100 mg/hari. Perlu dicatat bahwa dosis 25 mg/hari secara statistik tidak
menurunkan tekanan darah sistolik dan diastolik yang signifikan secara statistik
dibandingkan plasebo. [20] Rekomendasi oleh The Eight Report of the Joint
National Committee on Prevention, Detection, Evaluation, and Treatment of High
Blood Pressure (JNC 8) merekomendasikan spironolactone sebagai terapi
tambahan dari terapi lini pertama. 21
B. Gagal Jantung
Spironolactone dipertimbangkan untuk terapi pada gagal jantung dengan
klasifikasi fungsional NYHA kelas 3–4. Pemberian spironolactone dapat
memberikan efek diuretik pada kondisi overload cairan, memperbaiki fungsi
jantung pada kasus gagal jantung, menurunkan angka kematian akibat semua
sebab (termasuk sebab jantung) dan angka rawat inap akibat sebab jantung. Dosis
yang pernah ditemukan membawa keuntungan untuk kasus gagal jantung pada
studi RALES (Randomized Aldactone Evaluation Study) adalah 12.5 mg–25 mg.
Dosis di atas 50 mg meningkatkan risiko hiperkalemia yang membahayakan. 9,22
2.5.5 Candesartan
Candesartan merupakan obat golongan angiotensin II receptor blockers
(ARBs) yang digunakan untuk menangani hipertensi dan gagal jantung. Untuk kasus
hipertensi, obat ini dapat digunakan oleh pasien dewasa maupun anak-anak yang
berusia ≥1 tahun. Sedangkan untuk gagal jantung, obat ini dapat digunakan oleh
pasien dewasa yang termasuk dalam kategori New York Heart Association (NYHA)
kelas II sampai IV, dengan disfungsi sistolik ventrikel kiri.1
A. Farmakologi
Secara farmakologi, candesartan bekerja sebagai agen antihipertensi dengan
mengikat reseptor angiotensin II tipe 1 (AT1) di berbagai jaringan, sehingga
angiotensin II tidak dapat mengikat AT1. Hal ini dapat mengurangi vasokonstriksi
dan reabsorbsi air/garam akibat aktivitas angiotensin II, sehingga dapat menurunkan
tekanan darah.
B. Farmakodinamik
Angiotensin II merupakan hormon vasoaktif utama dalam renin-angiotensin-
aldosterone system (RAAS) yang memegang peran penting dalam patofisiologi
hipertensi, gagal jantung, dan gangguan kardiovaskular lainnya. Angiotensin II dapat
menyebabkan vasokonstriksi dan menstimulasi aldosteron yang dimediasi oleh
reseptor AT1, di mana vasokonstriksi bersama sekresi aldosteron yang meningkatkan
reabsorbsi air/garam ini dapat meningkatkan tekanan darah1,3,5-7
C. Farmakokinetik
Konsentrasi puncak candesartan dalam plasma tercapai sekitar 3–4 jam setelah
konsumsi peroral dan waktu paruh plasma terhitung sekitar 9 jam pada individu yang
sehat. Pada individu dengan hipertensi, waktu paruh dilaporkan lebih lama.
a. Absorbsi
Candesartan cilexetil adalah prodrug dari candesartan. Setelah konsumsi,
candesartan cilexetil diubah menjadi bentuk aktif candesartan dengan
bioavailabilitas absolut sekitar 15–40%. Konsentrasi serum puncak rata-rata
tercapai 3–4 jam setelah konsumsi tablet.1,3
b. Distribusi
Volume distribusi candesartan adalah 0,13 L/kg. Candesartan sangat terikat
pada protein plasma (>99%) dan tidak menembus sel darah merah. Pada
percobaan di tikus, candesartan dilaporkan tidak dapat menembus sawar darah
otak dengan baik, tetapi dapat menembus sawar plasenta dan mencapai fetus.1,3,5
c. Metabolisme
Sebagian besar obat diubah menjadi candesartan aktif melalui proses
hidrolisis ester saat absorbsi di saluran cerna. Sebagian kecil obat akan
dimetabolisme di hepar (<20%) untuk membentuk metabolit inaktif melalui
proses O-deethylation.1,3
d. Eliminasi
Sekitar 26% dosis oral akan dieliminasi tanpa perubahan di dalam urine.
Candesartan terutama diekskresi melalui urine (33%) dan melalui feses via sistem
bilier (67%). Klirens plasma candesartan dipengaruhi oleh insufisiensi ginjal
tetapi tidak dipengaruhi oleh insufisiensi hati ringan sampai sedang.1,3
DAFPUS
1. Drugs.com. Candesartan. 2020. https://www.drugs.com/ppa/candesartan.html
2. Australian Government Department of Health. Prescribing Medicines in
Pregnancy Database. 2019.
3. U.S. Food and Drug Administration. Atacand (Candesartan Cilexetil). 2015.
https://www.accessdata.fda.gov/drugsatfda_docs/label/2015/020838s036lbl.p
df
4. 5. MIMS Indonesia. Candesartan Cilexetil. 2017.
http://www.mims.com/indonesia/drug/info/candesartan/
5. 6. Drugbank. Candesartan Cilexetil. 2017.
https://www.drugbank.ca/drugs/DB00796
6. 7. Medsafe. Atacand Data Sheet. 2015.
http://www.medsafe.govt.nz/profs/Datasheet/a/Atacandtab.pdf
7. 8. U.S. Food and Drug Administration. Atacand HCT (Candesartan Cilexetil-
Hydrochlorothiazide) Tablets. 2012.
https://www.accessdata.fda.gov/drugsatfda_docs/label/2012/021093s015lbl.p
df
DAFPUS
1. Cynthia Damayanti, 2015, “Efek Angiogenesis Beraprost
Terhadap Gambaran Histopatologi Jantung Tikus Galur Wistar
Hipertensi”, Skripsi.
2.5.6 WARFARIN
Warfarin merupakan obat antikoagulan oral yang sering digunakan untuk
mengobati dan/atau mencegah terbentuknya bekuan darah (trombus). Warfarin
bekerja dengan cara menginhibisi faktor-faktor koagulan tergantung vitamin K
(Vitamin K- dependent factors). 1,2
A. Farmakologi
Farmakologi warfarin secara umum bekerja sebagai penghambat faktor koagulasi
tergantung vitamin K seperti faktor II, VII, IX, X, dan antikoagulan protein C dan
S.
B. Farmakodinamik
Efek antikoagulan dari warfarin berasal dari inhibisi interkonversi siklik vitamin
K di liver. Bentuk vitamin K yang tereduksi dibutuhkan untuk karboksilasi faktor
II, VII, IX, dan X sehingga faktor-faktor koagulasi ini menjadi bentuk aktif.
Maka, tanpa vitamin K tereduksi, faktor-faktor di atas tidak dapat berfungsi
sebagai faktor koagulan. Warfarin mengintervensi konversi vitamin K menjadi
bentuk yang tereduksi, sehingga warfarin secara tidak langsung mengurangi
jumlah faktor-faktor koagulasi tersebut. Dosis terapeutik warfarin mengurangi
jumlah faktor koagulan bentuk aktif tergantung vitamin K yang diproduksi oleh
liver mencapai hingga 30%-50%.
C. Farmakokinetik
Aspek farmakokinetik warfarin terdiri dari aspek absorpsi, distribusi,
metabolism, dan eliminasinya.
a. Absorpsi
Warfarin diabsorpsi melalui rute oral dan membutuhkan waktu 4 jam untuk
mencapai konsentrasi puncak. Warfarin di absorpsi secara cepat dan komplit.
Efek antikoagulasi terjadi dalam 24 jam hingga 72 jam setelah administrasi,
waktu puncak efek terapeutik terlihat dalam 5-7 hari setelah terapi inisiasi.
Namun, hasil INR sudah ditemukan meningkat dalam 36-72 jam setelah terapi
inisiasi. 3,4,11,12
b. Distribusi
Volume distribusi warfarin adalah 0,14 liter/kg. Warfarin tidak didistribusikan
ke dalam air susu. Protein binding 99%.
c. Metabolisme
Warfarin terdiri dari isomer S dan R yang dimetabolisme di liver oleh enzim
mikrosomal hepatik (sitokrom P-450) menjadi metabolit inaktif terhidroksilasi
dan metabolit tereduksi. Isomer S memiliki potensi efek yang lebih tinggi dari
isomer R. Isomer S dimetabolisme oleh enzim CYP2C9 dan isomer R
dimetabolisme oleh CYP1A2. Metabolit ini diekskresikan melalui urine, dan
dalam jumlah sedikit diekskresikan melalui cairan empedu.
d. Eliminasi
Ekskresi warfarin paling utama lewat urine oleh filtrasi glomerular dalam
bentuk metabolit (92%) dan hanya sedikit yang dieksresikan dalam bentuk
tidak diubah. Waktu paruh warfarin efektif berkisar 20-60 jam, dengan rata-
rata 40 jam.4,12
DAFPUS
1. Hull R, Garcia D, Vazquez Sara , et al. https://www.uptodate.com. [Online].;
August 2018. Available from: https://www.uptodate.com/contents/warfarin-
coumadin-beyond-the-basics#H1.
2. National Center for Biotechnology Information.
https://pubchem.ncbi.nlm.nih.gov. [Online]. Available from:
https://pubchem.ncbi.nlm.nih.gov/compound/warfarin#section=Top.
3. Wigle P, Hein B, Bloomfield H, et al. Updated guideline on outpatient
anticoagulation. American Family Physician. 2013 April; 87(8). Available
from: https://www.aafp.org/afp/2013/0415/p556.html
4. Food and Drugs Administration. https://www.accessdata.fda.gov. [Online].
Available from:
https://www.accessdata.fda.gov/drugsatfda_docs/label/2007/009218s105lblv2
.pdf.
10. Moyer T, O'Kane D, Baudhuin L, et al. Warfarin sensitivity Genotyping: A
review of the literature and summary of patient experience. Mayo Clin Proc.
2009 December; 84(12). Available from:
https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC2787394/
11. Patel S, Patel N. Warfarin. In. Treasure Island (FL): Statpearls; 2018.
Available from: https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK470313/
2.5.9 KETOSTERIL
Ketosteril merupakan obat yang mengandung Asam 3-metil-2-oxovalerat 67 mg,
asam-4-metil-2-oksovalerat 101 mg, asam 2-okso-3-fenilpropionat 68 mg, asam 3-
metil-2-oksobutirat 86 mg, asam 2-hidroksi-4-metiltiobutirat 59 mg, L-lysine
monoasetat 105 mg, L-treonin 53 mg, L-tryptophan 23 mg, L-histidine 38 mg, L-
tyrosine 30 mg, nitrogen total 36 mg, Ca 0,05 g. Ketosteril digunakan untuk terapi
gangguan ginjal kronik sampai gejala gagal ginjal. Ketosteril mengandung Asam
Amino Esensial. Ketosteril digunakan untuk membantu terapi pengobatan gangguan
ginjal kronik bersama dengan diet tinggi kalori rendah protein 40mg/hari atau kurang
pada retensi yang terkompensasi, yaitu umumnya pada penderita dengan laju filtrasi
glomerulus antara 5 dan 50 ml/menit.