FLUTIKASON
oleh:
NIM. 1110015039
Pembimbing:
Fakultas Kedokteran
Universitas Mulawarman
November, 2015
BAB I
PENDAHULUAN
1
pengontrol untuk menurunkan frekuensi eksaserbasi asma sehingga dapat
memperbaiki nilai VEP, dan Kualitas hidup.1
Kortikosteroid adalah hormon yang diproduksi secara alami oleh kelenjar
adrenal dan digunakan untuk mengurangi peradangan di paru. Fluticasone adalah
kortikosteroid sintetis yang cara kerjanya mencegah pelepasan zat kimia tertentu
yang terlibat dalam memproduksi kekebalan dan alergi yang mengakibatkan
peradangan.3
1.2 Tujuan
Tujuan penulisan referat ini adalah untuk mengetahui profil obat cefixime,
dari biokimia, farmakokinetik, farmakodinamik, indikasi, dosis dan sediaan, serta
kontraindikasi dan efek samping obat.
2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Morfologi
Flutikason adalah glukokortikoid sintetik. Flutikason furoat dan flutikason
propionat keduanya dapat digunakan sebagai anti-inflamasi topikal.4
3
tidak larut dalam air, larut dalam dimethyl sulfoxide dan dimethylformomide,
sangat tidak larut dalam alkohol. 4
4
2.2 Farmakokinetik
Absorbsi perkutaneus kortikosteroid topikal ditentukan oleh banyak faktor,
termasuk integritas sawar epidermal. Bioavaibilitas, intranasal =< 2%; setelah
terhirup bioavaibilitas absolut dari flutikason propionat adalah 10-30% tergantung
pada jenis inhaler. Penyerapan sistemik terutama terjadi di paru-paru. Bagian dari
dosis inhalasi dapat tertelan, tetapi eksposur sistemik yang minimal karena
kelarutan rendah obat dalam air dan metabolisme lintas pertama melalui hati
(bioavaiblitas flutikason propionat kurang dari 2 %) ada korelasi langsung antara
jumlah dosis inhalasi dengan efek sistemik flutikason propionat. Sekitar 91%
flutikason terikat pada protein plasma. Flutikason propionat di metabolisme di
hati oleh sitokrom P450 dengan partisipasi CYP3A4. Waktu paruh sekitar 8 jam.
Klirens ginjal kurang 0,2% dengan output urin kurang 5 %.4,5
2.3 Farmakodinamik
Flutikason merupakan vasokonstriktor kuat dan merupakan anti-inflamasi.
Flutikason berikatan dengan reseptor glukokortikoid. Kortikosteroid terikat
melintasi membran sel seperti sel mast dan eosinofil, berikatan dengan
Glucocorticoid Receptors (GR). Hasilnya meliputi perubahan transkripsi dan
sistesis protein, penurunan pelepasan asam leukotrin, penurunan proliferasi
fibroblast, pencegahan akumulasi makrofag pada lokasi inflamasi, pengurangan
deposisi kolagen, gangguan adhesi leukosit ke dinding kapiler, penurunan
permeabilitas membran kapiler dan edema berkelanjutan, penurunan komponen
komplemen, penghambatan histamin dan pengeluaran kinin, dan gangguan dalam
pembentukan jaringan parut. Penatalaksanaan asma, kompleks reseptor
glukokortikoid menurunkan regulasi mediator proinflamasi seperti interleukin-
(IL)-1,3, dan 5, dan meningkatkan regulasi mediator inflamasi seperti IkappaB
(inhibitory molecule for nuclear factor kappa B1), IL-10, dan IL-12. Efek
antiinfalamasi dari glukokortikoid juga diduga berhungan dengan penghambatan
cytosolic phospholipase A2 (melewati aktivasi dari lipocortin-1) (annexin)) yang
mengontrol biosintesis dari mediator poten inflamasi seperti prodtaglandin dan
leukotrin.5,6
5
2.4 Dosis dan Sediaan
Dewasa dan remaja >16 tahun 500-2000 mcg 2x/hari; Anak dan remaja 4-
16 tahun 1000 mcg 2x/hari. Untuk semprot hidung diberikan dengan 2 x semprot
ke tiap lubang hidung 1x/hari, sebaiknya pada pagi hari. Pada kasus tertentu juga
dapat diberikan 2 semprot 2x/hari. Maksimal 4 semprot/hari kedalam setiap
lubang hidung/hari. Krim dapat diberikan dengan cara dioleskan tipis.
Sediaan Nebules 0,5 mg/2ml x 10; 2mg/2ml x 10. Krim 0,005% x 5 g, 10
g. Semprot hidung 50 mcg/dose x 120 semprot terukur x 1.
2.7 Peringatan
Akan waspada ditunjuk setelah penggunaan sistemik glukokortikoid,
terutama ketika disfungsi kelenjar adrenal, aerosol inhalasi - dengan TB paru.
Nasal Spray dianjurkan secara berkala; aerosol pengobatan inhalasi tidak harus
berhenti tiba-tiba, sebelum prosedur, itu diinginkan untuk dihirup agonis beta2-
6
adrenergik short-acting, dan setelah itu - bilas mulut Anda. Menghindari krim atau
salep mata, sebelum menerapkan perban baru kulit diobati.5,6
2.8 Indikasi
Flutikason propionat adalah kortikosteroid sintetik yang dapat digunakan
secara topikal untuk meredakan gejala inflamasi dan pruritus dari dermatosis dan
psoriasis.Terapi anti inlamasi dasar asma pada orang dewasa, anak-anak, dan
orang tua. Pengobatan penyakit paru obstruktif kronik pada orang dewasa. Dapat
digunakan untuk rinitis alergi, polip hidung, berbagai gangguan kulit dan penyakit
Crohn dan kolitis ulserativa. Hal ini juga digunakan untuk mengobati eosinophilic
esophagitis.5
2.9 Kontraindikasi
Semua bentuk: hipersensitivitas, kehamilan, laktasi; salep dan krim: jerawat
(warna merah muda, biasa), dermatitis perioral, perianal dan genital gatal, lesi
kulit primer bakteri, etiologi virus dan jamur, masa bayi (untuk 1 tahun); Semprot
aerosol: masa kanak-kanak (untuk 4 tahun). 5,8
7
Nasofan
Pirinase
Seretide
8
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Flutikason adalah obat golongan kortikosteroid khususnya glukokortikoid
yang berperan sebagai obat pengontrol pada pasien asma.
Flutikason propionat merupakan agonis sangat selektif pada reseptor
glukokortikoid yang tidak memiliki aktivitas pada androgen, estrogen,
atau reseptor mineralokortikoid, sehingga menghasilkan efek anti-
inflamasi dan vasokonstriksi.
Dosis sama sediaan Dewasa dan remaja >16 tahun 500-2000 mcg 2x/hari;
Anak dan remaja 4-16 tahun 1000 mcg 2x/hari. Sediaan Nebules 0,5
mg/2ml x 10; 2mg/2ml x 10. Krim 0,005% x 5 g, 10 g
Flutikason yang tersedia di Indonesia yaitu, Medicort (SDM Lab),
Flixotide (GlaxoSmithKline Indonesia), dan Flixonase (GlaxoSmithKline
Indonesia).
9
DAFTAR PUSTAKA
10. Foisy, M., Yakiwchuk, E., Chiuw, I., & Singh, A. (2008). Adrenal suppression
and Cushing's syndrome secondary to an interaction between ritonavir and
fluticasone: a review of the literature. HIV Medicine, 9: 389396.
11. MIMS Indonesia Petunjuk Konsultasi Edisi 11. (2011/2012). Jakarta: PT.
Medidata Indonesia.
10