Anda di halaman 1dari 4

UJIAN AKHIR SEMESTER GANJIL

PROGRAM STUDI FARMASI S-1


STIKes BHAKTI MANDALA HUSADA SLAWI
Jl. Cut Nyak Dhien Kalisapu Slawi
Mata Kuliah : FARMAKOLOGI II
Tingkat/SMT : II/3
SKS : 2 SKS
Dosen Pengampu : apt. Osie Listina, M.Sc
Hari/Tanggal : Senin, 9 November 2020
Waktu : 08.00 - 09.30 WIB

I. Petunjuk Umum
1. File jawaban berupa PDF, nama file:NamaMahasiswa_NIM_TSFSSL
2. Pada subjek email dituliskan identitas mahasiswa: NamaMahasiswa_NIM
3. Jawaban dikirimkan melalui alamat email: kerajaanular13@gmail.com sesuai dengan waktu yang
tertera.
4. Mahasiswa hanya memiliki satu kali kesempatan mengirimkan jawaban.
5. Jika ditemukan teknis menjawab yang serupa dengan mahasiswa lain maka akan mendapatkan sanksi
pengurangan nilai.
II. Petunjuk Khusus
Jawablah pertanyaan berikut dengan melampirkan referensi jawaban!

1. Jelaskan mengapa co-analgetik diperlukan pada saat penatalaksanaan nyeri? (10 point)*

2. Mengapa penggunaan acetosal tidak dianjurkan pada saat kehamilan? Jelaskan! (10 point)*

3. Jelaskan perbedaan dan persamaan antara obat piperazin dan pirantel pamoat sebagai antelmintik!
(10 point)*

4. Penggunaan kortokosteroid tidak dianjurkan pada penderita diabetes mellitus, jelaskan? (10 point)*

5. Apa yang Anda ketahui tentang dexamethason? Jelaskan! (10 point)*

6. Sirup ipecac sebagai salah satu antidotum sering disalahgunakan oleh pasien bulimia, jelaskan!
(10 point)*

7. Mengapa pada orang yang keracunan methanol diberikan antidotum berupa whisky atau vodka!
(10 point)*

8. Jelaskan bahwa penghentian penggunaan obat diuretic golongan thiazid pada lansia tidak boleh
mendadak? (10 point)*

9. Jelaskan bagaimana efek samping obat diuretik bisa menyebabkan terjadinya asam urat! (10 point)*

10. Mengapa penatalaksanaan pasien asma untuk asma kambuhan dan asma terkontrol berbeda? (10
point)*

=== 000 ===


Nama : Wijaya hanongko aji
Kelas : 4A
NIM : E0017048
Jawaban

1. Penatalaksanaan nyeri yang berarti menentukan jenis nyeri yang dialami meggunakan co-
analgetik atau analgetic adjuvant karena analgetic adjuvant adalah obat yang memiliki
indikasi primer bukan untuk nyeri, tetapi dapat berefek analgesic pada kondisi tertentu,

2. Penggunaan asetosal tidak dianjurkan pada saat kehamilan dikarenakan dapat mengakibatkan
kecacatan pada bayi dan kemungkinan perdarahan, bibir sumbing dapat disebabkan karena
factor turunan ataupun factor genetic, serta meningkatkan risiko abrupsi plasenta – atau
lepasnya plasenta. Konsumsi aspirin pada trimester akhir kehamilan juga berisiko
menyebabkan persalinan memanjang atau mundur. Selain itu, risiko janin mengalami
gangguan jantung dan paru setelah lahir juga akan meningkat disebabkan oleh factor obat-
obatan yang bersifat teratogen seperti asetosal dan aspirin.

3. Persamaan
 Membunuh cacing kremi dan cacing gelang
 Cacing yang telah dilumpuhkan ikut terbuang bersama kotoran
Perbedaan
 Untuk piperazin melumpuhkan otot dari cacing
 Untuk pirantel pamoat bekerja dengan cara melumpuhkan neuromuskular cacing.

4. penggunaan kortkosteroid sendiri memang bisa memicu diabetes mellitus, Interaksi obat
yang mungkin timbul dari pemakaian insulin dengan obat hipoglikemik oral atau dengan obat
yang lain dapat dilihat pada referensi yang lebih detil, misalnya BNF terbaru, Stokley's Drug
Interactions dan lain sebagainya. Obat-obat tersebut di bawah ini merupakan contoh obat-
obat yang dapat meningkatkan kadar glukosa darah sehingga memungkinkan adanya
kebutuhan peningkatan dosis insulin maupun obat hipoglikemik oral yang
diberikan.tergantung dari akumulasi dosis dan lama penggunaan. Terutama pada orang-orang
yang memiliki faktor risiko DM tipe 2. Kortikosteroid sendiri merupakan salah satu hormon
anti-insulin, sehingga bisa menginterupsi kontrol glukosa. apabila ada kegawatan yg
membutuhkan terapi kortikosteroid seperti penyakit2 autoimun berat, lupus nefritis,
syndrome nefrotik, dll maka kortikosetroid ttp diberikan walaupun pasien menderita DM.
pada kondisi sprti itu, gula darah yg meningkat akibat terapi kortikosteroid selanjutnya
dikendalikan dengan terapi insulin yg di monitoring ketat.

5. Dexamethasone adalah tergolong kedalam jenis obat steroid yang mencegah pelepasan zat
dalam tubuh yang menyebabkan peradangan. Obat dexamethasone sendiri harus dikonsumsi
sesuai dengan petunjuk dari dokter.dexamethason merupakan kortikosteroid yang memiliki
efek antiinflamasi yang kuat, biasa disebut juga sebagai obat dewa. Pemberian deksametason
akan menekan pembentukan bradikinin dan juga pelepasan neuropeptida dari ujung-ujung
saraf, hal tersebut dapat menimbulkan rangsangan nyeri pada jaringan yang mengalami
proses inflamasi. Penekanan produksi prostaglandin oleh deksametason akan menghasilkan
efek analgesia melalui penghambatan sintesis enzim cyclooksigenase di jaringan perifer
tubuh. Deksametason juga menekan mediator inflamasi seperti tumor necrosis factor-α
(TNF-α), interleukin 1-β (IL-1 β), dan interleukin-6 (IL-6).

6. Ipecac mengandung bahan kimia yang mengiritasi saluran pencernaan dan memicu otak
untuk menyebabkan muntah. Namun sirup ini kadang disalahgunakan oleh penderita bulimia,
hal ini dapat menyebabkan sejumlah masalah kardiovaskular. Seperti gagal jantung,
takikardia, nyeri dada, masalah pernapasan dan serangan jantung Secara khusus, muntah kuat
yang diinduksi dengan cepat yang dihasilkan oleh ipecac selama bertahun-tahun dianggap
sebagai pengobatan garis depan yang penting untuk racun yang tertelan secara oral. Namun,
penelitian selanjutnya (termasuk studi meta tahun 2005 yang komprehensif) mengungkapkan
pembersihan perut yang dihasilkan oleh ipecac jauh lebih efektif dalam menurunkan
konsentrasi total racun tubuh daripada efek penyerapan arang aktif oral (yang efektif melalui
seluruh saluran pencernaan dan sering ditambah dengan irigasi usus besar ). Ipecac juga
menghadirkan risiko kecil overdosis (menjadi racun ringan itu sendiri) dan risiko
besar esofagitis dan pneumonia aspirasi jika digunakan untuk membersihkan
racun korosif . Setelah lama digantikan (bahkan dalam peran muntah) dengan obat-obatan
yang lebih efektif, American Society of Health-System Pharmacists sekarang menyarankan
bahwa "sirup Ipecac tidak lagi direkomendasikan untuk manajemen rutin pasien rawat jalan
menelan obat atau bahan kimia lainnya

7. Methanol sebenarnya bukan bahan beracun, namun methanol ketika masuk ke dalam tubuh
akan diubah menjadi asam format yang dapat merusak hati dan ginjal. Maka dari itu tindakan
darurat yang dilakukan tidak dapat dengan cara merangsang muntah karena metode ini tidak
efektif terhadap keracunan methanol. Cara yang tepat adalah dengan memberikan antidote
(penangkal) yaitu diberikan ethanol atau fomepizole. Cara kerja ke dua zat ini adalah dengan
menghambat kerja enzim pengurai methanol (yang dinamakan competitive inhibition)
sehingga methanol tidak sempat terurai dan akan dikeluarkan melalui ginjal dalam bentuk
utuhnya, penangkalnya adalah ethanol berkadar 5 -10 % yang bisa diberikan dalam cairan
infus dextrose 5 % atau bisa juga diminumkan kepada pasien berupa whisky, vodka, atau
gin..

8. karena pada dasarnya deuretik golongan thiazide bekerja dengan mengurangi penyerapan
natrium atau klorida pada distal tubulus ginjal, sehingga meningkatkan produksi urine,dan
thiazide dapat merelaksasi pembuluh darah yang sehingga efektif dalam menurunkan tekanan
darah. Dimana bila pengunaan ini di hentikan secara mendadak bisa menyebabkan tekanan
darah yang tinggi pada pasien.

9. Diuretik bekerja dengan mencegah penyerapan garam, termasuk natrium dan klorida, di
ginjal. Kadar garam juga mempengaruhi kadar air yang diserap atau dikeluarkan oleh ginjal.
garam dan air akan dibuang dari tubuh melalui pengeluaran urine. Penggunaan obat diuretik
dapat meningkatkan kadar asam urat dalam darah, hal ini dikarenakan obat diuretik akan
menyebabkan seseorang menjadi lebih sering buang air kecil, sehingga membuat jumlah
cairan dalam tubuhnya berkurang. Sementara itu, cairan yang tersisa akan menjadi lebih
terkonsentrasi, mengendap, dan bahkan membentuk kristal, yang bisa menyebabkan penyakit
asam urat.

10. karena pada penyakit asma sendiri ada banyak macam-macam jenis asmanya yang dimana
penatalaksanaannya sendiri pun berbeda karena pada dasarnya pengobatan nya dilakukan
berdasarkan tingkat keparahan terhadap gejala asma tersebut.sebagai contoh pada
penngobatan asma intermitten tidak ada pengobatan jangka panjang dan pada asma mild
intermiten menggunakan pilihan obat glukokortikosteroid inhalasi dan didukung oleh
teofilin.

Anda mungkin juga menyukai