TOKSIKOLOI OBAT
GOLONGAN OBAT ANTI INFLAMASI NON STEROID
Oleh :
Velia Chyntia Victoria
1609511033
2016 C
Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena atas
kuasa-Nyalah penulis dapat menyelesaikan paper yang berjudul “Toksikologi
Obat Golongan Obat Anti Inflamasi Non Steroid” dengan baik.
Tulisan ini dibuat untuk memenuhi tugas dari mata kuliah Toksikologi
Veteriner Fakultas Kedokteran Hewan, Universitas Udayana. Pada kesempatan
ini, penulis juga ingin mengucapkan terima kasih kepada :
1. Dr. Drh. I Wayan Sudira, M.Si selaku dosen pengampu mata kuliah
Toksikologi Veteriner Fakultas Kedokteran Hewan, Universitas Udayana
yang telah membimbing selama proses perkuliahan berlangsung.
2. Semua pihak yang telah membantu dalam proses pengerjaan paper ini.
Penulis menyadari bahwa paper ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh
karena itu, segala kritik dan saran sangat penulis harapkan demi kebaikan dari
paper ini serta paper selanjutnya yang akan dibuat.
Penulis
BAB I
PENDAHULUAN
1.3 Tujuan
Adapun tujuan yang hendak dicapai dalam pembuatan paper ini adalah
sebagai berikut.
1.3.1 Memahami pengertian toksisitas obat
1.3.2 Mengenal lebih detail tentang obat anti inflamasi non steroid
1.3.3 Mengetahui toksisitas obat golongan anti inflamasi non steroid
1.4 Manfaat
Manfaat dari pembuatan paper ini adalah untuk menanbah pengetahuan
dan informasi bagi pembaca dan diharapkan dapat bermanfaat bagi kita
semua dalam proses pembelajaran toksikologi obat.
BAB II
PEMBAHASAN
2. Diflunisal
Toksisitas diflunisal mirip dengan asam salisilat. Dengan
pengecualian pengaruh terhadap fungsi trombosit, yang hanya
sangat lemah.
2. Naproksen
Obat ini dapat mengakibatkan efek toksik yang disebabkan
oleh overdosis, mengakibatkan resiko yang sangat fatal dan
sangat serius pada pencernaan. Dan toksisitas timbul obat ini
tergantung dari dosis yang diberikan.
3. Ketoprofen
Obat ini dapat meningkatkan resiko gangguan jantung atau
sirkulasi darah yang mengancam jiwa seperti, serangan
jantung atau strok. Jangan menggunakan obat ini sesaat atau
sebelum menjalani operasi arteri koroner atau CABG.
Ketoprofen dapat juga meningkatkan resiko efek serius pada
perut atau pencernaan, termasuk berdarah atau berlubang,
kondisi ini dapat menjadi fatal dan efek gastrointestinal dapat
terjadi tanpa peringatan kapan pun ketika anda menggunakan
ketoprofen. Mereka yang berusia lanjut dapat memiliki resiko
yang lebih besar dari efek samping gastrointestinal yang serius
ini.
2. Sulindak
Sulindak menimbulkan efek toksik yang tinggi jika
pemakaian dosis yang berlebihan. Efek yang timbul akan
mengakibatkan kerusakan saluran cerna dan perdarahan
panjang meningkatnya toksisitas hematologik atau agens anti
inflamasinon steroid lainnya dan meningkatnya kadar serum
dan toksisitas litium.
Derivat Pirazolon
1. Fenilbutazon
Fenilbutazon dapat menimbulkan koma, trismus, kejang
tonik dan klonik, syok, asidosis metabolik, depresi sumsum
tulang, proteinuria, hematuria, oliguria, gagal ginjal, dan icterus
hepatoselular.
2. Fenasetin
Toksisitas akut fenasetin ditandai dengan keadaan
terangsang, delirium dan kejang-kejang. Sebaliknya toksisitas
parasetamol terutama ditandai dengan kerja hepatotoksis.
Dosis lebih dari 10 g menyebabkan nekrosis sel hati yang
parah, kadang-kadang mematikan. Kerja yang merusak sel hati
disebabkan oleh ikatan metabolit parasetamol yang reaktif dan
terjadi akibat oksidasi mikrosomal pada protein sel hati. Dari
metabolit ini, N-asetil-kuinonimina yang paling berarti. Pada
dosis lazim, metabolit ini ditangkap oleh glutation dengan
membentuk konjugat yang tidak toksik. Apabila cadangan
glutation habis, terjadi reaksi sitotoksik.
Derivat Oksikam
1. Piroksikam
Efek toksis yang ditimbulkan dalam system hematologi obat
ini juga dapat menyebabkan anemia yang disebabkan bila
terdapat perdarahan saluran cerna pasif, memperpanjang
waktu pendarahan, eusinopili, epistaxis, leucopenia,
thrombocytopenia. Trombositopenia ini diakibatkan oleh
mekanisme kerja obat yang menghambat biosintesa
prostaglandin akibatnya agregasi platelet terganggu.
2. Meloksikam
Toksisitas obat ini muncul ketika pemakaian obat berlebihan
dan menimbulkan kerusakan pada gastrointestinal atau
terjadinya perdarahan.
BAB III
PENUTUP
3.1 Simpulan
Toksikologi adalah ilmu pengetahuan yang mempelajari efek merugikan
dari bahan kimia terhadap organisme hidup. Potensi efek merugikan yang
ditimbulkan oleh bahan kimia di lingkungan sangat beragam dan bervariasi.
NSAID merupakan golongan obat yang relatif aman, namun ada 2 macam
efek samping utama yang ditimbulkannya, yaitu efek samping pada saluran
pencernaan (mual, muntah, diare, pendarahan lambung, dan dispepsia) serta efek
samping pada ginjal (penahanan garam dan cairan, dan hipertensi). Efek samping
ini tergantung pada dosis yang digunakan.
3.2 Saran
Penyusun mengharapkan kritik dan saran dari pembaca untuk kebaikan
kedepannya agar penyusun dapat menyajikan karya tulis yang lebih baik lagi
DAFTAR PUSTAKA
Anief, M. (1991). Apa yang Perlu Diketahui Tentang Obat. Yogyakarta: Gajah
Mada University Press.
Bebenista, M.J., 2005 dan Nowak, J.Z., 2014 Paracetamol: Mechanism of Action,
Application and Safety Concern. Polish pharmaceutical Society. Vol 71(1):
11-23.
Dorland, W.A. Newman. 2002. Kamus Kedokteran Dorland, ahli bahasa Huriwati
Hartanto,dkk., edisi 29, ECG, Jakarta.
Harder, A.T. & An. Y.H. (2003) The mechanisms of the inhibitory effects of
nonsteroidal anti-inflammatory drugs on bone healing: a concise review. The
Journal of Clinical Pharmacology, 43, 807-815.
Katzung, B.G., Payan, D.G. (1998). Obat anti inflamasi non steroid; analgesik
nonopioid; obat yang digunakan pada gout. Dalam B.G. Katzung,
Farmakologi dasar dan Klinik (6th ed.) Jakarta: EGC, p.558-582.
Mitchell, R.N. & Cotran, R.S. 2003. Acute and chronic inflammation. Dalam S.L.
Robbins & V. Kumar, Robbins Basic Pathology. 7th ed. Philadelphia: Elsevier
Saunders. pp33-59.
Wijaya, P.J.K, Wulansari R., Hamdi H., Mihardi, A.P., Maylina L. 2018. Keracunan
Parasetamol Pada Kucing Lokal. Fakultas Kedokteran hewan IPB. ARSHI: Vet let
2(2): 39-40.