PENDAHULUAN
1.3 Tujuan
Makalah ini dibuat dengan tujuan sebagai pemenuhan tugas mata kuliah
Patologi sekaligus sebagai literatur tambahan bagi mahasiswa atau pembaca yang
ingin menambah wawasan yang mencakup peradangan.
1
BAB II
PEMBAHASAN
2
2.2.2 Radang Kronis
Radang kronis dapat diartikan sebagai inflamasi yang berdurasi panjang
(berminggu-minggu hingga bertahun-tahun) dan terjadi proses secara simultan dari
inflamasi aktif, cedera jaringan, dan penyembuhan. Perbedaannya dengan radang
akut, radang akut ditandai dengan perubahan vaskuler, edema, dan infiltrasi
neutrofil dalam jumlah besar. Sedangkan radang kronik ditandai oleh infiltrasi sel
mononuklir (seperti makrofag, limfosit, dan sel plasma), destruksi jaringan, dan
perbaikan.
Radang kronik dapat timbul melalui satu atau dua jalan. Dapat timbul menyusul
radang akut, atau responnya sejak awal bersifat kronik. Perubahan radang akut
menjadi radang kronik berlangsung bila respon radang akut tidak dapat reda,
disebabkan agen penyebab jejas yang menetap atau terdapat gangguan pada proses
penyembuhan normal. Ada kalanya radang kronik sejak awal merupakan proses
primer. Sering penyebab jejas memiliki toksisitas rendah dibandingkan dengan
penyebab yang menimbulkan radang akut. Terdapat 3 kelompok besar yang
menjadi penyebabnya, yaitu infeksi persisten oleh mikroorganisme intrasel tertentu
(seperti basil tuberkel, Treponema palidum, dan jamur-jamur tertentu), kontak lama
dengan bahan yang tidak dapat hancur (misalnya silika), penyakit autoimun. Bila
suatu radang berlangsung lebih lama dari 4 atau 6 minggu disebut kronik. Tetapi
karena banyak kebergantungan respon efektif tuan rumah dan sifat alami jejas,
maka batasan waktu tidak banyak artinya. Pembedaan antara radang akut dan
kronik sebaiknya berdasarkan pola morfologi reaksi.
3
2.3.1 Rubor : Warna merah
Rubor atau kemerahan merupakan hal pertama yang terlihat di daerah
yangmengalami peradangan. Saat reaksi peradangan timbul, terjadi pelebaran
arteriolayang mensuplai darah ke daerah peradangan. Sehingga lebih banyak darah
mengalirke mikrosirkulasi lokal dan kapiler meregang dengan cepat terisi penuh
dengandarah. Keadaan ini disebut hiperemia atau kongesti, menyebabkan warna
merahlokal karena peradangan akut.
4
2.4 Gejala
Radang kadang-kadang dapat menimbulkan gejala systemic misalnya :
2.4.1 Fever/Demam
Yang merupakan akibat dari pelepasan zat pirogen endogen yang berasal
dari neutrofil dan makrofag. Selanjutnya zat tersebut akan memacu pusat
pengendali suhu tubuh yang ada dihypothalamus, disebabkan :
1. Bacteriamia
2. Efek prostaglandin E 2
3. Karena lepasnya endotoksin bakteri yang disebut interleukin-1 ( IL-1).
2.4.4 leukositosis
Jumlah leukosit dalam darah bertambah, kadang-kadang sangat banyak bisa
50.000 per mm3 . tidak semua radang member leukositosis, misalnya :
1. Lymkphositosis : infections mononucleosis, batuk rejan, mumps
2. Eosinofilia : terutama penyakit alergi seperti : asthma, bronchiale, hay-
fever, infeksi parasit
3. Leucopenia : jumlah lekosit , dari pada normal. missal : infeksi karena virus
atau salmonella.
5
Dan lain-lain seperti : pusing, malise, tidak nafsu makan, berat badan
berkurang.
2.5.2. Peran
Radang mempunyai tiga peran penting dalam perlawanan terhadap infeksi
yaitu :
1. Memungkinkan penambahan molekul dan sel efektor ke lokasi infeksi
untuk meningkatkan performa makrofaga
2. Menyediakan rintangan untuk mencegah penyebaran infeksi
3. Mencetuskan proses perbaikan untuk jaringan yang rusak.
6
dikatakan orang tersebut menderita radang tenggorokan. Pada kasus yang sudah
berat, di tenggorokan akan dijumpai nanah atau eksudat.
Dalam beberapa kejadian, penyakit radang tenggorokan tidak bersifat
serius. Sebagian besar penderita akan sembuh setelah tiga sampai dengan sepuluh
hari tanpa terapi yang biasanya menimbulkan rasa sakit yang luar biasa. Memang
masalah utama seorang penderita radang tenggorokan adalah rasa tidak nyaman dan
tidak bisa bernapas secara wajar.
Untuk radang tenggorokan yang disebabkan oleh bakteri streptococcal,
antibiotik bisa diberikan kepada si pasien agar komplikasi seperti demam rematik
bisa dihindari. Jika hal ini tidak segera ditangani, ancaman diptheria mengintai
kesehatan si penderita.
Gejala-gejala seorang penderita radang tenggorokan:
a) Bengkak, berwarna merah pada tenggorokan
b) Susah berbicara, menelan, dan bernapas
c) Biasanya terjadi benjolan di sekitar leher
d) Demam tinggi
e) Sakit kepala yang luar biasa
f) Telinga pekak
7
b) Rasa nyeri mulai terjadi di sekitar pusar, tetapi segera nyeri tersebut
berpindah kesisi kanan bawah.
c) Mungkin selera makan menghilang, muntah, sembelit atau terdapat
panas yang ringan.
8
kontraktur yang dapat membuat dareah menjadi cacat dan pembatasan gerak pada
persendian.
Komplikasi penyembuhan yang kadang-kadang dijumpai adalah amputasi
atau neuroma traumatik, yang secara sederhana merupakan poliferasi regeneratif
dari serabut-serabut saraf kedalam daerah penyembuhan dimana mereka terjerat
pada jaringan parut yang padat.
9
BAB III
PENUTUP
3.1. Kesimpulan
Dapat kita simpulkan bahwa radang bukanlah suatu penyakit, melainkan
manifestasi dari suatu penyakit. Dimana radang merupakan respon fisiologis lokal
terhadap cidera jaringan. Radang dapat pula mempunyai pengaruh yang
menguntungkan, selain berfungsi sebagai penghancuran mikroorganisme yang
masuk dan pembuatan dinding pada rongga akses, radang juga dapat mencegah
penyebaran infeksi. Tetapi ada juga pengaruh yang merugikan dari radang, karena
secara seimbang radang juga memproduksi penyakit. Misalnya, abses otak dan
mengakibatkan terjadinya distori jaringan yang permanen dan menyebabkan
gangguan fungsi.
3.2. Saran
Harapan penulis, semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi pembaca.
Dengan membaca dan mempelajari isi makalah ini, diharapkan pengetahuan
pembaca tentang radang dapat bertambah, serta mengerti tentang akibat dan
pengaruh yang disebabkan oleh radang itu sendiri. Penulis menyadari bahwa
penulisan makalah ini belum sempurna dan masih banyak terdapat kekurangan,
untuk itu kritik dan saran yang sifatnya membangun sangat diharapkan demi
perbaikan penulisan yang akan datang.
10
DAFTAR PUSTAKA
1. http://agus-sadrak.blogspot.com/2012/04/proses-peradangan.html
2. Adam, Syamsunir., 1995, DASAR DASAR PATOLOGI seri keperawatan,
EGC, Penerbit Buku Kedokteran, Jakarta
3. Robbins, Stanley L.; Kumar, Vinay., 1995, BUKU AJAR PATOLOGI I, edisi 4,
EGC, Penerbit Buku Kedokteran, Jakarta
4. http://id.wikipedia.org/wiki/Radang
5. http://jenispenyakit.blogspot.com/2009/07/penyakit-radang.html
6. http://davidd-sastra.blogspot.com/2010/04/pengertian-radang-dan-proses-
terjadinya.html
11