Anda di halaman 1dari 6

PROSEDUR PEMBERIAN MEDIKASI ORAL

1. Pengertian
Medikasi oral merujuk pada pemberian obat melalui mulut atau
melalui saluran pencernaan. Dalam medikasi oral, obat diberikan dalam
bentuk tablet, kapsul, cairan, sirup, atau suspensi yang diminum oleh pasien.
Setelah diminum, obat tersebut akan masuk ke dalam sistem pencernaan dan
diserap oleh tubuh melalui dinding saluran pencernaan. Medikasi oral
umumnya digunakan karena cara pemberian yang mudah, nyaman, dan aman
bagi sebagian besar pasien. Keuntungan medikasi oral meliputi ketersediaan
formulasi obat yang beragam, dosis yang mudah diatur, dan biaya yang relatif
rendah.
Pemberian medikasi oral dapat melibatkan instruksi dan dosis yang
tepat, serta penjelasan kepada pasien tentang penggunaan obat, tujuan
pengobatan, efek samping yang mungkin timbul, dan petunjuk khusus
lainnya. Penting untuk mengikuti instruksi penggunaan obat yang diberikan
oleh tenaga medis atau petugas kesehatan yang berwenang, serta mematuhi
jadwal penggunaan obat yang telah ditentukan.

2. Tujuan
Tujuan pemberian medikasi oral adalah untuk mengirimkan obat ke
dalam tubuh melalui mulut. Metode ini umum digunakan karena memiliki
beberapa keuntungan, antara lain:
1) Kemudahan Administrasi: Pemberian obat secara oral relatif mudah
dilakukan dan tidak memerlukan keahlian khusus. Pasien dapat
mengonsumsi obat sendiri tanpa bantuan tenaga medis.
2) Ketersediaan: Banyak obat yang tersedia dalam bentuk tablet, kapsul,
atau cairan oral, membuatnya mudah diakses dan tersedia di pasaran.
3) Biaya Terjangkau: Medikasi oral cenderung lebih ekonomis
dibandingkan dengan metode pemberian obat lainnya, seperti injeksi.
4) Kenyamanan: Banyak pasien merasa lebih nyaman dengan pemberian
obat secara oral karena tidak melibatkan jarum suntik atau prosedur
invasif lainnya.
5) Absorpsi yang Konsisten: Obat yang diberikan secara oral dapat diserap
melalui saluran pencernaan dan masuk ke dalam aliran darah dengan cara
yang lebih konsisten dibandingkan dengan metode lain seperti injeksi.

3. Indikasi
Medikasi oral merujuk pada penggunaan obat-obatan yang diminum melalui
mulut. Berikut ini adalah beberapa indikasi umum untuk medikasi oral:
1) Pengobatan penyakit infeksi: Medikasi oral seperti antibiotik digunakan
untuk mengobati infeksi bakteri, seperti infeksi saluran pernapasan,
infeksi saluran kemih, atau infeksi kulit.
2) Pengendalian kondisi kronis: Beberapa kondisi kronis, seperti diabetes,
tekanan darah tinggi, atau penyakit jantung, memerlukan medikasi oral
untuk mengendalikan gejala atau mempertahankan tingkat yang sehat.
3) Terapi hormonal: Medikasi oral seperti kontrasepsi hormonal atau
penggantian hormon digunakan untuk mengatur siklus menstruasi,
mencegah kehamilan, atau mengobati gejala menopause.
Penting untuk dicatat bahwa indikasi medikasi oral dapat bervariasi
tergantung pada kondisi kesehatan individu. Untuk informasi lebih lanjut,
konsultasikan dengan dokter atau profesional kesehatan terpercaya.

4. Kontra Indikasi
Berikut ini adalah beberapa kontraindikasi umum untuk medikasi oral:
1) Alergi atau hipersensitivitas: Jika seseorang memiliki riwayat alergi atau
reaksi hipersensitivitas terhadap obat tertentu atau komponennya,
medikasi oral yang mengandung bahan tersebut harus dihindari.
2) Interaksi obat: Beberapa obat oral tidak boleh digunakan bersamaan
dengan obat lain karena dapat menyebabkan interaksi yang berbahaya
atau mengurangi efektivitas salah satu obat. Penting untuk memeriksa
dengan dokter atau apoteker mengenai potensi interaksi obat sebelum
memulai medikasi oral baru.
3) Gangguan hati atau ginjal: Pada individu dengan gangguan hati atau
ginjal yang signifikan, dosis dan jenis obat yang diminum secara oral
mungkin perlu disesuaikan atau dihindari sepenuhnya karena dapat
mempengaruhi fungsi organ tersebut atau menyebabkan efek samping
yang lebih serius.

5. Persiapan Alat
Berikut ini adalah beberapa persiapan alat yang dapat dilakukan dalam
pemberian medikasi oral:
1) Obat yang tepat: Pastikan Anda memiliki obat yang diresepkan atau
disarankan oleh dokter. Periksa nama obat, dosis, dan instruksi
penggunaan dengan teliti sebelum mengambil langkah selanjutnya.
2) Botol atau wadah obat: Jika obat tersebut dalam bentuk cairan, pastikan
Anda memiliki botol atau wadah obat yang sesuai untuk menyimpan dan
mengukur dosis yang diperlukan. Pastikan botol atau wadah obat bersih
dan steril sebelum digunakan.
3) Alat pengukur dosis: Jika obat dalam bentuk cairan, Anda mungkin
memerlukan alat pengukur dosis seperti sendok pengukur atau pipet yang
disertakan dengan obat atau yang direkomendasikan oleh apoteker.

6. Prosedur Kerja/Tindakan
Fase pra interaksi dalam pemberian medikasi oral melibatkan beberapa
langkah persiapan sebelum memberikan obat kepada pasien. Berikut adalah
prosedur kerja dalam fase pra interaksi, interaksi, dan terminasi:

1. Fase pra interaksi:


 Identifikasi pasien: Pastikan identitas pasien yang benar menggunakan
beberapa data, seperti nama, tanggal lahir, atau nomor rekam medis.
 Verifikasi resep: Periksa resep medis yang diberikan oleh dokter
untuk memastikan obat yang ditentukan dan dosis yang tepat.
 Evaluasi riwayat medis: Tinjau riwayat medis pasien, termasuk alergi
obat, kondisi kesehatan yang mendasarinya, dan obat-obatan lain yang
sedang digunakan.
 Persiapan obat: Siapkan obat yang akan diberikan, termasuk
mengambil obat dari tempat penyimpanan yang sesuai dan memeriksa
tanggal kedaluwarsa.
 Persiapan pasien: Berkomunikasi dengan pasien tentang obat yang
akan diberikan, memberikan informasi tentang dosis, cara
penggunaan, dan efek samping yang mungkin terjadi. Juga periksa
kesiapan pasien untuk menerima obat, seperti kesiapan menelan atau
mengikuti instruksi.
2. Fase interaksi:
 Berikan obat: Berikan obat kepada pasien sesuai dengan instruksi
yang telah ditetapkan, seperti dosis yang tepat dan cara penggunaan
yang benar.
 Pantau pasien: Amati respons pasien terhadap obat yang diberikan,
termasuk adanya efek samping atau perubahan dalam kondisi
kesehatan.
 Tanggapi pertanyaan dan kekhawatiran: Jawab pertanyaan pasien
tentang obat atau berikan penjelasan tambahan jika diperlukan.
Berikan dukungan dan rasa aman kepada pasien.
3. Fase terminasi:
 Evaluasi hasil: Tinjau efektivitas obat setelah pemberian dan evaluasi
apakah tujuan terapi tercapai.
 Dokumentasi: Catat informasi terkait pemberian obat dan respons
pasien dalam catatan medis yang sesuai.
 Pencegahan infeksi: Jika ada alat yang digunakan dalam pemberian
obat, pastikan untuk membersihkan dan mensterilkan alat tersebut
sesuai dengan prosedur yang ditetapkan.
7. Dokumentasi
Dokumentasi dalam pemberian medikasi oral melibatkan pencatatan
informasi yang relevan terkait dengan proses dan hasil pemberian obat
kepada pasien. Berikut adalah beberapa poin yang umumnya dicatat dalam
dokumentasi medikasi pemberian oral:
1) Identitas pasien: Catat nama lengkap pasien, tanggal lahir, nomor rekam
medis, dan informasi kontak yang relevan.
2) Tanggal dan waktu pemberian: Catat tanggal dan jam kapan obat diberikan
kepada pasien. Ini penting untuk melacak frekuensi pemberian dan
memastikan konsistensi dalam jadwal pengobatan.
3) Nama obat: Tuliskan nama lengkap obat yang diberikan kepada pasien.
Pastikan penulisan nama obat yang jelas dan akurat.
4) Dosis obat: Catat dosis yang diberikan kepada pasien, baik dalam satuan
volumetrik (misalnya, miligram, mililiter) maupun satuan lain yang
relevan (misalnya, tablet atau kapsul).
5) Cara penggunaan: Jelaskan instruksi penggunaan obat kepada pasien dan
dokumentasikan cara penggunaan yang benar. Misalnya, apakah obat
diminum dengan air atau makanan tertentu.
6) Frekuensi pemberian: Catat jadwal pemberian obat, seperti sekali sehari,
dua kali sehari, atau sesuai petunjuk dokter.
7) Respons pasien: Amati dan dokumentasikan respons pasien terhadap obat
yang diberikan. Misalnya, apakah ada efek samping yang dialami pasien
atau perubahan dalam kondisi kesehatan.
8) Tanda tangan dan identifikasi petugas: Tandai dokumentasi dengan tanda
tangan dan identifikasi petugas yang bertanggung jawab atas pemberian
obat. Hal ini penting untuk melacak dan memastikan akuntabilitas dalam
proses pengobatan.
REFERENSI

Nurul Habibah Saragih, Raja Fitrina Lestari. (2023). ANALISIS ASUHAN


KEPERAWATAN PADA ANAK DENGAN PENERAPAN TERAPI
KOMPRES ALOEVERA TERHADAP PENURUNAN SUHU
TUBUH. Jurnal Ilmiah Keperawatan IMELDA , No.9. Vol.1, 41-47.
Badan Pengawas Obat dan Makanan Republik Indonesia (BPOM). Pedoman
Penulisan dan Pemakaian Nama Obat yang Baik. Jakarta: BPOM,
2019.
PERKENI. Konsensus Pengendalian dan Pencegahan Diabetes Melitus Tipe 2 di
Indonesia 2020. Jakarta: PERKENI, 2020.
Departemen Kesehatan Republik Indonesia. Pedoman Praktik Klinis Bagi Tenaga
Kesehatan di Fasilitas Pelayanan Kesehatan Primer. Jakarta:
Departemen Kesehatan Republik Indonesia, 2018.
Tim Pendidikan Ikatan Apoteker Indonesia. Farmakologi dan Terapi. Jakarta:
Ikatan Apoteker Indonesia, 2018.
Pusat Informasi Obat Nasional. Obat Nasional Terkini (ONT). Jakarta: Pusat
Informasi Obat Nasional, 2022.
Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas). Badan Penelitian dan Pengembangan
Kesehatan, Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, 2018.

Anda mungkin juga menyukai