Saudara para mahasiswa, sebelum kita mulai membahas Topik 1 ini sebaiknya
Saudara siapkan diri dan perhatian agar materi yang akan kita pelajari dapat Saudara
kuasai dengan baik.
A. PENGERTIAN RADANG
2. Etiologi
a. Infeksi mikroba.
b. Cidera fisik.
c. Cidera kimia.
d. Jaringan nekrotik.
e. Reaksi imunologis.
3. Patofisiologi
a. Respon Inflamasi
Respon inflamasi adalah reaksi yang berfungsi untuk menetralkan dan
menghilangkan nekrotik serta membentuk sebuah kondisi yang mendukung
penyembuhan dan perbaikan.
b. Respons vaskular
Sesaat setelah cidera, vaskuler sekitar menjadi vasocontriction. Tetapi
setelah histamin dan bahan kimia disekresikan oleh sel maka vaskuler akan
menjadi vasodilatasi sehingga terjadi hiperemia. Selain itu terjadi
peningkatan permeabilitas kapiler sehingga terjadi gerakan cairan dari
kapiler ke jaringan akibatnya terjadilah edema.
c. Respon selular
1) Neutrofil
Neutrofil adalah leukosit pertama merespons cidera dan melakukan
fagositosis terhadap bakteri dan benda asing lainnya. Masa hidupannya
singkat yaitu antara 24 sampai 48 jam menyebabkan neutrofil mati lalu
menumpuk menjadi nanah.
2) Monosit
Monosit adalah sel fagosit kedua yang merespons cideradan
peradangan. Pada saat berada di jaringan maka monosit akan
berubah menjadi makrofag.
3) Limfosit
Limfosit merespons peradangan dengan peran utamanya berhubungan
dengan respons humoral dan kekebalan tubuh.
4) Eosinofil dan basofil memiliki peran dalam peradangan yaitu
dengan melepaskan bahan kimia yang bertindak untuk mengontrol
efek histamin dan serotonin.
5) Pembentukan eksudat.
Eksudat terdiri dari cairan dan leukosit yang sifat dan kuantitasnya
tergantung pada jenis dan tingkat keparahan cedera dan jaringan yang
terlibat.
d. Respon sistemik
Respon sistemik yang menyertai reaksi yang terjadi pada peradangan di
antaranya adalah:
1) Demam
Merupakan akibat dari pelepasan zat pirogen endogen yang berasal
dari neutrofil dan makrofag. Selanjutnya zat tersebut akan memacu
pusat pengendali suhu tubuh yang ada di hipothalamus.
2) Perubahan hematologis.
Rangsangan yang berasal dari pusat peradangan mempengaruhi
proses maturasi dan pengeluaran leukosit dari sumsum tulang yang
mengakibatkan kenaikan leukosit yang disebut leukositosis.
3) Gejala konstitusional
Pada cedera yang hebat, terjadi perubahan metabolisme dan endokrin
yang menyolok. Reaksi peradangan lokal sering diiringi oleh berbagai
gejala konstitusional yang berupa malaise, anoreksia atau tidak ada
nafsu makan dan ketidakmampuan melakukan sesuatu yang beratnya
berbeda- beda pada setiap orang bahkan sampai tidak berdaya
melakukan apapun.
4. Tanda-tanda radang
a. Rubor (Kemerahan)
Rubor atau kemerahan biasanya merupakan hal pertama yang terlihat di
daerah yang mengalami peradangan. Waktu reaksi peradangan mulai timbul
maka arteriol yang mensuplai daerah melebar sehingga lebih banyak darah
mengalir. Kapiler-kapiler yang sebelumnya kosong dengan cepat terisi
penuh dengan darah. Keadaan ini yang dinamakan hiperemia atau kongesti,
menyebabkan warna merah lokal. Timbulnya hyperemia pada permulaan
reaksi peradangan diatur oleh tubuh baik secara neurogenik maupun
secara kimia, melalui pengeluaran zat seperti histamin.
b. Kalor atau rasa panas
Terjadi bersamaan dengan kemerahan dari reaksi inflamasi akut. Kalor
disebabkan pula oleh sirkulasi darah yang meningkat. Sebab darah yang memiliki
suhu 37ᵒC disalurkan ke permukaan tubuh yang mengalami inflamasi
lebih banyak daripada ke daerah normal.
c. Rasa Sakit (Dolor)
Rasa sakit terjadi karena adanya rangsangan saraf. Rangsangan saraf
sendiri dapat terjadi akibat perubahan pH lokal, perubahan konsentrasi ion-
ion tertentu, atau pengeluaran zat-zat kimia bioaktif lainnya. Selain itu,
pembengkakan jaringan yang mengakibatkan peningkatan tekanan lokal
juga dapat menimbulkan rasa sakit.
d. Pembengkakan (Tumor)
Pembengkakan ditimbulkan oleh pengiriman cairan dan sel-sel dari sirkulasi
darah ke jaringan-jaringan interstitial. Campuran cairan dan sel yang tertimbun di
daerah inflamasi disebut dengan eksudat.
e. Fungsio Lasea
Perubahan fungsi atau fungsio lasea adalah reaksi-reaksi inflamasi yang
telah dikenal. Sepintas mudah dimengerti, mengapa bagian yang bengkak,
nyeri yang disertai sirkulasi abnormal dari lingkungan kimiawi yang
abnormal, berfungsi
abnormal. Namun sebetulnya tidak diketahui secara mendalam dengan cara
apa fungsi jaringan meinflamasi terganggu.
5. Jenis Radang
Jenis radang dikelompokkan berdasarkan jenis eksudat yang terbentuk, organ
atau jaringan tertentu yang terlibat, dan lamanya proses peradangan. Tata nama
proses peradangan memperhitungkan masing-masing variable ini.
a. Radang Kataral
Terbentuk di atas permukaan membran mukosa di mana terdapat sel-sel
yang dapat mensekresi musin. Eksudat musin yang paling banyak dikenal
adalah puck yang menyertai banyak infeksi pernafasan bagian atas.
b. Radang Pseudomembran
Istilah ini dipakai untuk reaksi radang pada permukaan selaput lendir
yang ditandai dengan pembentukan eksudat berupa lapisan selaput
superficial, mengandung endapan fibrin, sel-sel nekrotik dan sel darah putih.
Sebagai contoh yaitu radang membranosa sering dijumpai dalam orofaring,
trachea, bronkus, dan traktus gastrointestinal.
c. Ulkus
Terjadi apabila sebagian permukaan jaringan hilang sedangkan jaringan
sekitarnya meradang.
d. Abses
Abses adalah lubang yang terisi nanah dalam jaringan. Abses adalah lesi
yang sulit untuk diatasi oleh tubuh karena kecenderungannya untuk meluas
dengan pencairan, kecenderungannya untuk membentuk lubang. Jika
terbentuk abses, maka obat-obatan seperti antibiotik dalam darah sulit
masuk ke dalam abses. Umumnya penanganan abses oleh tubuh sangat
dibantu oleh pengosongannya secara pembedahan, sehingga
memungkinkan ruang yang sebelumnya berisi nanah mengecil dan sembuh.
Jika abses tidak dikosongkan secara pembedahan oleh ahli bedah, maka
abses cenderung untuk meluas, merusak struktur lain yang dilalui oleh
abses tersebut.
www medicinenet.com
Gambar 6.1 Abses
e. Flegmon
Flegmon adalah radang purulen yang meluas secara difuse pada jaringan.
f. Radang Purulent
Terjadi akibat infeksi bakteri terdapat pada cedera aseptik dan dapat terjadi
dimana-mana pada tubuh yang jaringannya telah menjadi nekrotik.
g. Radang supuratif
Gambaran ini adalah nekrosis liqeuvaktifa yang disertai emigrasi sel darah
putih dalam jumlah banyak. Infeksi supuratif disebabkan oleh banyak
macam bakteri yang secara kolektif diberi nama piogen (pembentukan
nanah). Perbedaan penting antara radang supuratif dan radang purulen
bahwa pada radang supuratif terjadi nekrosis liquefaktiva dari jaringan
dasar.