Anda di halaman 1dari 33

LAPORAN PENDAHULUAN

ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN DENGAN KANKER


PRO KEMOTERAPI DI POLI TULIP RSUP DR SARDJITO

Tugas Individu
Stase Keperawatan Medikal Bedah

Disusun oleh:
Anggraini Lizdiana Wulandari
18/436096/KU/20952

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN


FAKULTAS KEDOKTERAN, KESEHATAN MASYARAKAT, DAN
KEPERAWATAN
UNIVERSITAS GADJAH MADA
YOGYAKARTA
2019
KANKER

A. PENGERTIAN
Kanker adalah suatu kondisi dimana sel telah kehilangan pengendalian dan
mekanisme normalnya, sehingga mengalami pertumbuhan yang tidak normal,
cepat dan tidak terkendali. Peningkatan jumlah sel tak normal ini umumnya
membentuk benjolan yang disebut tumor atau kanker (Tjahdadi, 2008).
Menurut National Cancer Institute (2015), kanker adalah suatu istilah untuk
penyakit di mana sel-sel membelah secara abnormal tanpa kontrol dan dapat
menyerang jaringan di sekitarnya (National Cancer Institute, 2015). Kanker,
yang juga dikenal sebagai tumor atau penyakit ganas, merupakan sebuah
istilah umum yang digunakan untuk sekelompok besar penyakit yang dapat
menyerang bagian tubuh mana saja. Istilah lain yang digunakan adalah tumor
ganas (WHO, 2013).
Meskipun setiap kanker memiliki ciri unik, kanker muncul melalui
beberapa proses yang sama yang pada akhirnya bergantung pada perubahan
genetik secara krusial. Agar menjadi sel kanker, perubahan genetik harus
mendorong pertumbuhan sel; menginaktivasi gen yang normalnya tumbuh
lambat; membiarkan sel tetap membelah sehingga sel bersifat immortal (tidak
mati); dan membiarkan sel tetap berada dalam kondisi abnormal yang dalam
kondisi lain menyebabkan kematian sel (apoptosis). Selain itu, perubahan
genetik harus memungkinkan sel kanker merekrut sel normal untuk
menunjang dan mengembangkan strategi menyuplai nutrisi agar sel tersebut
tetap hidup dan mengembangkan strategi agar sistem imun tidak
menghancurkan sel kanker.
B. POLA PERTUMBUHAN SEL
Terdapat beberapa pola pertumbuhan sel dan disebut dengan istilah
hiperplasia, metaplasia, displasia, anaplasia dan neoplasia.
a. Hiperplasia
Yaitu peningkatan jumlah sel-sel jaringan. Hiperplasia adalah suatu respon
seluler yang normal saat terdapat tuntutan fisiologik, akan menjadi suatu
respon abnormal apabila pertumbuhan melebihi tuntutan fisiologik.
b. Metaplasia
Terjadi bila salah satu tipe sel matur diubah menjadi tipe lain melalui
stimulus yang mempengaruhi sel batang induk. Iritasi atau inflamasi
kronik, devisiensi vitamin, dan pemajanan terhadap bahan kimiawi
mungkin menjadi faktor mengarah pada metaplasia. Perubahan
metaplastik mungkin dapat pulih dan berkembang menjadi displasia.
c. Displasia
Yaitu pertumbuhan sel aneh yang mengakibatkan sel berbeda dalam
ukuran, bentuk, atau susunannya dengan sel-sel lain dari tipe jaringan yang
sama. Displasia dapat pulih atau dapat mendahului perubahan neoplastik
yang tidak dapat pulih.
d. Anaplasia
Yaitu deferensiasi sel-sel displastik pada derajat yang lebih rendah
(deferensiasi mengacu pada keluasaan dimana sel-sel berdesa dari sel-sel
asalnya dari tingkat maturitasnya). Sel anaplastik sulit dibedakan dan
bentuknya tidak beraturan.
e. Neoplasia
Pertumbuhan sel yang tidak terkontrol dan tidak mengikuti aturan
fisiologik, yang dapat maligna atau benigna.
C. JENIS – JENIS KANKER
a. Karsinoma: jenis kanker yang berasal dari sel yang melapisi permukaan
tubuh atau permukaan saluran tubuh, misalnya jaringan seperti sel kulit,
testis, ovarium, kelenjar mucus, sel melanin, payudara, leher rahim, kolon,
rectum, lambung, pancreas, dan esofagus.
b. Limfoma: jenis kanker yang berasal dari jaringan yang membentuk darah,
misalnya jaringan limfe, lacteal, limfa, berbagai kelenjar limfe, timus, dan
sumsum tulang. Limfoma spesifik antara lain adalah penyakit Hodgkin
(kanker kelenjar limfe dan limfa)
c. Leukemia: kanker jenis ini tidak membentuk massa tumor, tetapi
memenuhi pembuluh darah dan mengganggu fungsi sel darah normal.
d. Sarkoma: jenis kanker dimana jaringan penunjang yang berada
dipermukaan tubuh seperti jaringan ikat, termasuk sel - sel yang
ditemukan diotot dan tulang.
e. Glioma: kanker susunan syaraf, misalnya sel-sel glia (jaringan penunjang)
di susunan saraf pusat.
f. Karsinoma in situ: istilah yang digunakan untuk menjelaskan sel epitel
abnormal yang masih terbatas di daerah tertentu sehingga masih dianggap
lesi prainvasif (kelainan/ luka yang belum menyebar).
D. ETIOLOGI
Penyebab kanker biasanya tidak dapat diketahui secara pasti karena
penyebab kanker dapat merupakan gabungan dari sekumpulan faktor, genetik,
dan lingkungan. Namun ada beberapa faktor yang diduga meningkatkan resiko
terjadinya kanker, sebagai berikut :
1. Faktor keturunan
Faktor-faktor genetik memainkan peranan dalam pembentukan sel
kanker. Jika kerusakan DNA terjadi pada sel dimana pola kromosomnya
abnormal, dapat terbentuk sel-sel mutan. Pola kromosom yang abnormal
dan kanker berhubungan dengan kromosom ekstra, terlalu sedikit
kromosom, atau translokasi kromosom. genetik yang mendasari meliputi
leukemia mielogenus kronik, meningioma, leukemia akut, retinoblastoma,
dan kanker kulit.
Beberapa kanker menunjukkan predisposisi keturunan. Kanker ini
kanker spesifik abnormalitas cenderung terjadi pada usia muda dan pada
berbagai tempat dalam satu organ atau sepasang organ. Pada kanker
dengan predisposisi herediter, umumnya saudara dekat (sedarah)
mempunyai tipe kanker yang sama. Kanker yang berkaitan dengan sifat
yang diturunkan termasuk nefroblastoma, endometrial, prostat, lambung,
paru-paru dan kanker payudara. Sebagai contoh, risiko wanita untuk
menderita kanker meningkat 1,5 s/d 3 kali jika ibunya atau saudara
perempuannya menderita kanker payudara.

2. Faktor lingkungan
a. Merokok dapat meningkatkan resiko terjadinya kanker paru - paru,
mulut, laring (pita suara), dan kandung kemih
b. Sinar ultraviolet dari matahari, pemajanan yang berlebihan terutama
pada individu yang berkulit terang dan bermata hijau meningkatkan
resiko kanker kulit
c. Radiasi ionisasi (yang merupakan karsinogenik) digunakan dalam
sinar rontgen dihasilkan dari pembangkit listrik tenaga nuklir dan
ledakan bom atom yang bisa menjangkau jarak yang sangat jauh.
Contoh, orang yang selamat dari bom atom di Hiroshima dan Nagasaki
pada Perang Dunia II, berisiko tinggi menderita kanker sel darah,
seperti leukemia.
3. Faktor makanan yang mengandung bahan kimia
Makanan juga dapat menjadi faktor risiko penting lain penyebab
kanker, terutama kanker pada saluran pencernaan. Contoh jenis makanan
yang dapat menyebabkan kanker adalah :
a. Makanan yang diasap dan diasamkan (dalam bentuk acar)
meningkatkan resiko terjadinya kanker lambung
b. Minuman yang mengandung alkohol menyebabkan berisiko lebih
tinggi terhadap kanker kerongkongan.
c. Zat pewarna makanan
d. Logam berat seperti merkuri yang sering terdapat pada makanan
laut yang tercemar seperti: kerang, ikan, dsb.
e. Berbagai makanan (manis,tepung) yang diproses secara berlebihan.
4. Virus
Virus yang dapat dan dicurigai menyebabkan kanker antara lain :
a. Virus Papilloma menyebabkan kutil alat kelamin (genitalis)
agaknya merupakan salah satu penyebab kanker leher rahim pada
wanita.
b. Virus Sitomegalo menyebabkan Sarkoma Kaposi (kanker sistem
pembuluh darah yang ditandai oleh lesi kulit berwarna merah)
c. Virus Hepatitis B dapat menyebabkan kanker hati.
d. Virus Epstein - Bar (di Afrika) menyebabkan Limfoma Burkitt,
sedangkan di China virus ini menyebabkan kanker hidung dan
tenggorokan. Ini terjadi karena faktor lingkungan dan genetik.
e. Virus Retro pada manusia misalnya virus HIV menyebabkan
limfoma dan kanker darah lainnya.
5. Infeksi
a. Parasit Schistosoma (bilharzia) dapat menyebabkan kanker
kandung kemih karena terjadinya iritasi menahun pada kandung
kemih. Namun penyebab iritasi menahun lainnya tidak
menyebabkan kanker.
b. Infeksi oleh Clonorchis yang menyebabkan kanker pankreas dan
saluran empedu.
c. Helicobacter Pylori adalah suatu bakteri yang mungkin merupakan
penyebab kanker lambung, dan diduga bakteri ini menyebabkan
cedera dan peradangan lambung kronis sehingga terjadi
peningkatan kecepatan siklus sel.
6. Faktor perilaku
a. Perilaku yang dimaksud adalah merokok dan mengkonsumsi
makanan yang banyak mengandung lemak dan daging yang
diawetkan juga peminum minuman beralkohol.
b. Perilaku seksual yaitu melakukan hubungan intim diusia dini dan
sering berganti ganti pasangan.
7. Gangguan keseimbangan hormonal
Hormon estrogen berfungsi merangsang pertumbuhan sel yang
cenderung mendorong terjadinya kanker, sedangkan progesteron
melindungi terjadinya pertumbuhan sel yang berlebihan. Ada
kecenderungan bahwa kelebihan hormon estrogen dan kekurangan
progesteron menyebabkan meningkatnya risiko kanker payudara, kanker
leher rahim, kanker rahim dan kanker prostat dan buah zakar pada pria.
8. Faktor kejiwaan/emosional
Stres yang berat dapat menyebabkan ganggguan keseimbangan seluler
tubuh. Keadaan tegang yang terus menerus dapat mempengaruhi sel,
dimana sel jadi hiperaktif dan berubah sifat menjadi ganas sehingga
menyebabkan kanker.
9. Radikal bebas
Radikal bebas adalah suatu atom, gugus atom, atau molekul yang
mempunyai elektron bebas yang tidak berpasangan dilingkaran luarnya.
Sumber - sumber radikal bebas yaitu :
a. Radikal bebas terbentuk sebagai produk sampingan dari proses
metabolisme.
b. Radikal bebas masuk ke dalam tubuh dalam bentuk racun-racun
kimiawi dari makanan, minuman, udara yang terpolusi, dan sinar
ultraviolet dari matahari.
c. Radikal bebas diproduksi secara berlebihan pada waktu kita makan
berlebihan (berdampak pada proses metabolisme) atau bila kita
dalam keadaan stress berlebihan, baik stress secara fisik,
psikologis, maupun biologis.
E. PATOFISIOLOGI
Transformasi maligna diduga mempunyai sedikitnya tiga tahapan proses
selular, yaitu inisiasi, promosi dan progresi. Inisiasi adalah tahap awal, dimana
insiator seperti zat kimia, faktor fisik, dan agen biologis melepaskan
mekanisme enzimatik normal dan menyebabkan perubahan dalam struktur
genetik DNA. Perubahan ini mungkin dipulihkan melalui mekanisme
perbaikan DNA atau dapat mengakibatkan mutasi selular permanen. Mutasi
ini biasanya tidak signifikan bagi sel-sel sampai terjadi karsinogenesis tahap
kedua.
Selama promosi, pemajanan berulang terhadap agen yang mempromosikan
menyebabkan ekspresi informasi abnormal atau genetik mutan bahkan setelah
periode laten yang lama. Periode laten untuk peningkatan mutasi seluler
beragam sesuai dengan tipe agen dan dosis promoter, juga karakteristik sifat
sel target.
Onkogen seluler yang terdapat pada semua sistem mamalia bertanggung
jawab terhadap fungsi-fungsi selular vital pertumbuhan dan diferensiasi. Proto
onkogen selular terdapat dalam sel-sel dan bertindaksebagai suatu saklar on
untuk pertumbuhan selular. Begitu pula, gen supresor yang bertindak sebagai
scalar off atau mengatur proliferasi selular yang tidak dibutuhkan. Apabila
gen-gen ini mengalami mutasi, penyusunan kembali, diperkuat atau
kehilangan kemampuan regulasi, maka transformasi keganasan akan terjadi.
Manakala penampilan genetik ini terjadi dalam sel, sel-sel tersebut mulai
untuk memproduksi populasi sel-sel mutan yang berbeda dari sel-sel
induknya.
Progresi adalah tahap ketiga dari karsinogenesis seluler. Sel-sel yang
mengalami perubahan bentuk selama inisiasi dan promosi kini melakukan
perilaku maligna. Sel-sel ini sekarang menampakkan kecenderungan untuk
menginvasi jaringan yang berdekatan dan bermetastase. Agen yang
menginvasi atau mempromosi transformasi seluler disebut karsinogen.
F. PATHWAY

Poliferasi sel kanker

Sel kanker bersaing dengan sel normal


dalam mendapatkan nutrisi

Infiltrasi

Sel normal digantikan sel kanker

Depresi sumsum tulang Sel kekurangan makanan Infiltrasi SSP

Perubahan Infiltrasi ekstra medular


Faktor Leukosit Eritrosit metabolisme
pembekuan tubuh
darah Pembesaran limfe,
nidus limfe, liver,
Mual, Muntah, Anoreksia
tulang
Perdarahan Risiko Anemia
Infeksi
Tulang mengecil/Lemah

G. TANDA DAN GEJALA


Kanker dapat didiagnosis dalam pemeriksaan rutin sebelum muncul
gambaran klinis. Ketika muncul, gambaran klinis biasanya spesifik untuk
tumor dan letaknya. Beberapa gejala klinis umum yang biasanya diperlihatkan
oleh sebagian besar pengidap kanker adalah :
1. Kakesia adalah istilah yang digunakan untuk menjelaskan penurunan
secara umum lemak dan protein yang sering dijumpai pada pasien kanker.
Penurunan berat badan menyertai kakesia lazim dialami penderita kanker.
Kakesia tampaknya disebabkan oleh beragam hal seperti hilangnya nafsu
makan, pencernaan yang terganggu dan peningkatan laju metabolisme sel-
sel kanker yang terus menerus masuk ke siklus sel dan bereproduksi secara
berlebihan. Sel kanker membutuhkan energi yang tinggi dan mengambil
nutrient yang diperlukan oleh sel lain untuk hidup. Metabolisme bahan
makanan misalnya glukosa dan asam amino dapat terganggu, terutama
apabila kanker mengenai hati. Kakesia juga diketahui dapat disebabkan
oleh adanya sitokinin tertentu yang dihasilkan oleh sistem imun untuk
melawan kanker, termasuk faktor nekrosis tumor.
2. Anemia terjadi akibat beragam faktor dan berbagai jenis kanker. Sebagian
besar orang yang mengalami kanker metastatic menderita anemia. Anemia
terjadi dini pada mereka yang menderita kanker sel-sel pembentuk darah
di sumsum tulang. Kanker yang menyebabkan perdarahan kronik
(kolorektum atau uterus) juga dapat menyebabkan anemia. Kelainan
trombosit juga dapat memperberat kehilangan darah. Sebagian kemoterapi
dan terapi radiasi dapat menekan sumsum tulang belakang dan
menyebabkan anemia bahkan pasien yang sebelumnya tidak mengalami
perdarahan atau kelainan sumsum tulang belakang.
3. Keletihan sering terjadi akibat nutrisi yang buruk, malnutrisi protein dan
gangguan oksigenasi jaringan akibat anemia. Sitokinin tertentu yang
digunakan untuk menunjang respon imun terhadap kaker yang juga
diketahui menyebabkan keletihan. Tumor yang tumbuh menghambat
suplai darah ke sel normal sambil merangsang suplai darah baginya.
Tumor tersebut mengambil alih nutrien dan suplai oksigen dari sel normal
yang menyebabkan keletihan ekstrem.
H. KOMPLIKASI YANG MUNCUL
1. Infeksi terjadi akibat malnutrisi protein, defisiensi gizi dan supresi imun.
2. Nyeri dapat terjadi akibat tumor meluas menekan saraf atau pembuluh
darah di area tersebut. Penekanan pembuluh darah dapat menyebabkan
hipoksia jaringan, penimbunan asam laktat atau kematian sel. Nyeri juga
timbul karena sel-sel kanker mengeluarkan enzim-enzim lisis/pencerna
yang secara langsung merusak sel. Nyeri terjadi sebagian dari reaksi imun
dan inflamasi terhadap kanker yang sedang tumbuh.
I. PEMERIKSAAN KHUSUS DAN PENUNJANG
Diagnosis kanker didasarkan pada pengkajian fisiologis dan perubahan
fungsi juga hasil dari evaluasi diagnostik. Pasien yang diduga kanker
menjalani pemeriksaan diagnostik untuk :
1. Menentukan adanya tumor dan keluasan penyakit
2. Mengidentifikasi kemungkinan penyebaran (metastsatis) atau invasi ke
jaringan tubuh lainnya
3. Mengevaluasi fungsi baik sistem dan organ tubuh yang sakit dan tidak
sakit
4. Mendapatkan jaringan dan sel-sel untuk analisis kanker, termasuk tahap
dan derajatnya.
Beberapa prosedur diagnostik yang digunakan dalam mengevaluasi
malignansi adalah sebagai berikut :
Prosedur Deskripsi Penggunaan Utama
Marker tumor Substansi yang ditemukan dalam Kanker payudara,
darah atau cairan tubuh lain yang paru, ovarium, testis
dibentuk oleh tumor atau oleh tubuh
dalam berespon terhadap tumor
MRI Penggunaan medan magnet dan sinyal Kanker neurologik,
frekuensi radio untuk menghasilkan pelvik, abdomen,
gambaran berbagai struktur tubuh torakik
CT Scan Menggunakan pancaran sempit sinar- Kanker neurologik,
X untuk memindai susunan lapisan pelvik, skeletal,
jaringan untuk memberikan abdomen, torakik
pandangan masing-masing potongan
melintang
Fluoroskopi Menggunakan sinar X yang Kanker skeletal,
memperlihatkan perbedaan ketebalan paru, gastrointestinal
antara jaringan, dapat mencakup
penggunaan bahan kontras
Ultrasound Echo dari gelombang bunyi Kanker abdomen dan
berfrekuensi tinggi direkam pada layar pelvik
penerima, digunakan untuk mengkaji
jaringan yang ada di dalam tubuh
Endoskopi Memvisualisasikan langsung rongga Kanker bronchial,
tubuh atau saluran dengan gastro intestinal
memasukkan suatu endoskopi ke
dalam rongga tubuh atau ostium tubuh
memungkinkan dilakukannya biopsi
jaringan, aspirasidan eksisi tumor
yang kecil.
Pencitraan Menggunakan suntikan intravena atau Kanker tulang, hepar,
kedokteran menelan bahan radioisotope yang ginjal, limpa, otak,
nuklir diikuti dengan pencitraan jaringan tiroid
yang menjadi tempat berkumpulnya
radioisotope
Sistem stadium tumor terbagi menjadi dua yaitu stadium yang masih
terbatas dan stadium yang sudah meluas. Sistem stadium terbatas termasuk
kategori kanker in situ (tumor yang terbatas pada lapisan atas sel epitel),
penyebaran kanker masih terbatas pada satu tempat. Sistem TNM dapat
digunakan untuk pembagian stadium kanker yang meluas, dimana T (ukuran
tumor), N (metastasis ke kelenjar getah bening regional), dan M (ada atau
tidak adanya metastasis jauh). Sistem TNM telah dikembangkan oleh
gabungan The International Agency for Research on Cancer (IARC) dan The
American Joint Committee on Cancer (AJCC).
Subklas Klasifikasi
Subklas T (tumor) Tx – Tumor tidak dapat dikaji secara adekuat
T0 – tidak ada bukti tentang tumor primer
Tis – karsinoma in situ
T1 – tumor dengan f maksimal < 2 cm
T2 – tumor dengan f maksimal 2-5 cm
T3 – tumor dengan f maksimal > 5 cm
T4 – tumor invasi keluar organ
Subklas N (nodus) Nx – nodus limfe regional tidak dapat dikaji secara
klinis
N0 – nodus limfe regional menunjukkan normal
N1– nodus regional positif, mobile (belum ada
perlekatan)
N2– nodus regional positif, sudah ada perlekatan
N3– nodus regional atau bilateral
Subklas M (metastase) Mx – tidak dapat dikaji
M0 – tidak diketahui adanya metastasis jauh
M1 – ada metastasis jauh
Setelah menentukan T, N, M dari tumor padat tersebut sesuai ketentuan
yang ada, dan selanjutnya dikelompokkan dalam stadium tertentu yang
dinyatakan dalam angka romawi ( I – IV ) dan angka arab ( khusus untuk
stadium 0 ).
Lebih mudahnya, sebagai contoh dapat dilihat staging kanker payudara
menurut AJCC pada table berikut (Pentahapan Karsinoma Payudara Menurut
AJCC Edisi 6 Tahun 2002) :

Stadium Deskripsi TNM

Stadium 0 Tis N0 M0

Stadium I T1 N0 M0

T0 N1 M0

Stadium II A T1 N1 M0

T2 N0 M0

T2 N1 M0
Stadium II B
T3 N0 M0

T0 N2 M0

T1 N2 M0
Stadium III A
T3 N1 M0

T3 N2 M0

T4 N0 M0

Stadium III B T4 N1 M0

T4 N2 M0

Stadium III C Sembarang T N3 M0

Stadium IV Sembarang T Sembarang N M1

J. TERAPI
1. Pembedahan
Mengurangi ukuran tumor untuk meredakan nyeri, mencegah metastatis
jika dilakukan sejak dini, dan untuk diagnostik.
2. Radiasi
Mengganggu pembelahan sel, menstimulasi apoptosis, dan menghentikan
siklus sel.
3. Kemoterapi
Tindakan ganda terhadap sel untuk menghentikan progresi siklus sel, dapat
melibathkan terapi kombinasi dan bertindak secara selektif atau tidak
selektif

4. Imunoterapi/Bioterapi
Mengaktifkan sistem imun pejamu untuk mengenali dan menghancurkan
sel tumor, secara spesifik memblok enzim dan faktor pertumbuhan yang
diperlukan untuk metastatis, dan memungkinkan evaluasi terapi.
K. PENGKAJIAN KEPERAWATAN
1. Aktivitas/ istirahat
Gejala: Kelemahan dan atau keletihan, perubahan pola istirahat dan jam
kebiasaan tidur pada malam hari: adanya faktor-faktor yang
mempengaruhi tidur mis, nyeri, ansietas, berkeringat malam, pekerjaan
atau profesi dengan pemajanan karsinogen lingkungan, tingkat stres tinggi.
2. Sirkulasi
Gejala: palpitasi, nyeri dada pada pengerahan kerja
3. Kebiasaan: perubahan pada tekanan darah
4. Integritas ego
Gejala: faktor stress (keuangan, pekerjaan, perubahan peran) dan cara
mengatasi sters (mis, merokok, minum alkohol, menunda mencari
pengobatan, keyakinan religius/spritual), menyangkal diagnosis , perasaan
tidak berdaya, putus asa, tidak mampu tidak bermakna, rasa bersalah,
kehilangan kontrol, depresi. Tanda : menyangkal, menarik diri dan marah
5. Eliminasi
Gejala : perubahan pola eliminasi mis : diare
Tanda : perubahan pada bisisng usus, distensi abdomen
6. Makanan/cairan
Gejala : kebiasaan diet buruk (mis: rendah serat, tinggi lemak, adiktif,
bahan pengawet) anoreksia, mual/ muntah. Intoleransi makanan.
Perubahan pada berat badan hebat, kakesia, berkurangnya masa otot,
perubahan pada kelembaban/turgor kulit: edema
7. Neurosensori
Gejala : pusing, sinkope
8. Nyeri/ketidaknyamanan
Gejala : nyeri dengan derajat bervariasi misalnya dengan ketidaknyamanan
ringan sampai nyeri berat (tidak dihubungkan dengan proses penyakit).
9. Pernafasan
Gejala : merokok (tembakau, mariyuana, hidup dengan sseseorang
merokok). Pemajanan abses.
10. Keamanan
Gejala : pemajanan pada kimia, toksik, karsinogen. Pemajanan matahari
lama/berlebihan
Tanda : demam, ruam kulit, ulserasi
11. Seksualitas
Gejala : masalah seksual misalnya : dampak pada hubungan, perubahan
pada tingkat kepuasan, nuli gravida, pasangan seks multipel, aktivitas
seksual dini. Herpes genital.
12. Interaksi sosial
Gejala : ketidak adekuatan/ kelemahan sistem pendukung. Riwayat
perkawinan (berkenaan dengan kepuasaan dirumah, dukungan atau
bantuan). Masalah tentang fungsi/tanggung jawab peran
13. Pemeriksaan Diagnostik
a. Scan (mis, MRI, CT, gallium) dan ultrasound. Dilakukan untuk
diagnostik, identifikasi metastatik dan evaluasi.
b. biopsi : untuk mendiagnosis adanya BRCA1 dan BRCA2
c. Penanda tumor
L. DIAGNOSIS KEPERAWATAN YANG MUNGKIN MUNCUL
1. Ansietas
2. Nausea
3. Nyeri akut
4. Risiko infeksi
5. Risiko trauma vascular
DAFTAR PUSTAKA

Alatas, Z. 2007. Faktor Genetik dalam Karsinogenesis yang Diinduksi oleh


Radiasi Pengion. Depok: Prosiding Seminar Nasional Keselamatan,
Kesehatan, dan Lingkungan III,
British Columbia Cancer Agency. 2006. Extravasation of chemotherapy,
prevention and management
Bulecheck, G.M., Butcher, H.K., Dochterman, J.M., Wagner, C.M., 2013. Nursing
Interventions Classification (NIC) 6th Edition.USA : Elsevier Mosby
Corwin, E.J. 2009. Buku Saku Patofisiologi. Jakarta : EGC.
Moorhead, S., Johnson, M., Maas, M.L., Swanson, E. 2013. Nursing Outcomes
Classification (NOC) 5th Edition. USA : Elsevier Mosby.
NANDA. 2015. Nursing Diagnoses: Definitions & Classification 2015-2017. The
North American Nursing Diagnosis Association. Philadelphia. USA
Price, S.A & Wilson, L.M. 2005. Patofisiologi ; Konsep Klinis Proses-Proses
Penyakit Edisi 6 Volume 1. Jakarta : EGC.
Shierly, E.O. 2001. Oncology Nursing 4th editiom. St. Louis: Mosby Company.
Smeltzer, S.C & Bare, B.G. 2001. Buku Ajar Keperawatan Medikal-Bedah
Brunner & Suddarth Edisi 8 Vol.1. Jakarta : EGC.
Sudoyo, Aru W. 2006. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam . Edisi IV – Jilid II . Pusat
Penerbitan Departemen Ilmu Penyakit Dalam FK UI : Jakarta
KEMOTERAPI
A. DEFINISI
Kemoterapi merupakan pengobatan dengan obat-obatan yang menghancurkan sel kanker
atau menghentikan perkembangannya (Kelvin dan Tyson, 2011). Obat anti kanker yang
artinya penghambat kerja sel. Untuk kemoterapi bisa digunakan satu jenis sitostika. Pada
sejarah awal penggunaan kemoterapi digunakan satu jenis sitostika, namun dalam
perkembangannya kini umumnya dipergunakan kombinasi sitostika atau disebut regimen
kemoterapi, dalam usaha untuk mendapatkan hasiat lebih besar
Kemoterapi ditunjukkan untuk terapi kanker yang metastasis atau kambuhan di luar area
radiasi (IB2, IIA, IIB, IIIB dan IVA). Kemoterapi terdiri atas cisplatin sebagai agen tunggal
dan kombinasi dengan agen lainnya. Respon cisplatin lebih tinggi ketika dalam bentuk
kombinasi dengan ifosfamid fan bleomisin akan tetapi toksisitasnya tinggi (NCCN, 2013).
Siklus sel sangat penting dalam kemoterapi sebab obat kemoterapi mempunyai target dan
efek merusak yang berbeda tergantung pada siklus selnya. Obat kemoterapi aktif pada saat
sel sedang berpoliferasi, sehingga target utama kemoterapi adalah sel tumor yang aktif
(Rasjidi, 2009). Menurut American Cancer Society (2013) siklus sel dibagi menjadi 5 tahap
yaitu:
1. Fase G0. Sel belum mulai membelah. Sel menghabiskan banyak hidup mereka di
fase ini. Tergantung pada jenis sel. G0 dapat berlangsung dari beberapa jam
sampai beberapa tahun. Ketika sel mendapat dinyal untuk mereproduksi,
bergerak ke fase G1.
2. Fase G1: selama fase ini, sel mulai membuat lebih banyak protein dan
bertambah besar, sehingga sel-sel baru akan menjadi ukuran normal. Fase ini
berlangsung sekitar 18 sampai 30 jam.
3. Fase S: pada fase S, kromosom yang berisi kode genetik (DNA) akan disalin
sehingga sel-sel yang baru terbentuk aka nada pencocokan untai DNA. Fase S
berlangsung sekitar 18 sampai 20 jam.
4. Fase G2: sel memeriksa DNA dan bersiap-siap untuk memulai membelah
menjadi 2 sel. Fase ini berlangsung 2 hingga 10 jam.
5. Fase M: pada fase ini, yang berlangsung hanya 30 sampai 60 menit, sel
sebenarnya terbagi menjadi 2 sel-sel baru.
Menurut Perhimpunanan Onkologi Indonesia (2010) Kemoterapi terdiri dari 4 cara
pemberian yaitu :
1) Kemoradiasi : kombinasi kemoterapi dan radiasi
2) Kemoterapi adjuvan : kemoterapi setelah kemoradiasi/radiasi
3) Neoadjuvan kemoterapi : kemoterapi sebelum kemoradiasi
4) Kemoterapi primer : kemoterapi sebagai pengobatan utama
B. PRINSIP KERJA OBAT KEMOTERAPI (SITOSTATIKA) TERHADAP KANKER
Sebagian besar obat kemoterapi (sitostatika) yang digunakan saat ini bekerja terutama
terhadap sel-sel kanker yang sedang berproliferasi, semakin aktif sel-sel kanker tersebut
berproliferasi maka semakin peka terhadap sitostatika hal ini disebut Kemoresponsif,
sebaliknya semakin lambat proliferasinya maka kepekaannya semakin rendah, hal ini disebut
Kemoresisten.
Menurut mekanisme kerjanya, maka obat kemoterapi dapat diklasifikasikan menjadi:
1. Alkylating Agent
Obat ini bekerja dengan cara:
a. Menghambat sintesa DNA dengan menukar gugus alkali sehingga membentuk ikatan
silang DNA.
b. Mengganggu fungsi sel dengan melakukan transfer gugus alkali pada gugus amino,
karboksil, sulfhidril, atau fosfat.
c. Merupakan golongan sel spesifik non fase spesifik.
Yang termasuk golongan ini adalah:
- Amsacrine - Cyclophospamid
- Cisplatin - Procarbazin.
- Busulfan - Ifosphamid
- Carboplatin - Streptozocin.
- Chlorambucil - Thiotepa
- Dacarbazine - Mephalan
2. Antibiotik
Golongan anti tumor antibiotik umumnya obat yang dihasilkan oleh suatu
mikroorganisme, yang umumnya bersifat sel non spesifik, terutama berguna untuk tumor
yang tumbuh lambat. Mekanisme kerja terutama dengan jalan menghambat sintesa DNA
dan RNA. Yang termasuk golongan ini:
- Actinomicin D - Mitoxantron
- Mithramicin - Doxorubicin
- Bleomicin - Epirubicin
- Mitomicyn - Idarubicin
- Daunorubicin
3. Antimetabolit
Golongan ini menghambat sintesa asam nukleat yang mengganggu DNA dan
pertumbuhan RNA dengan mengganti blok normal RNA dan DNA. Beberapa
antimetabolit memiliki struktur analog dengan molekul normal sel yang diperlukan untuk
pembelahan sel, beberapa yang lain menghambat enzym yang penting untuk pembelahan.
Secara umum aktifitasnya meningkat pada sel yang membelah cepat. Yang termasuk
golongan ini:
- Azacytidine - Pentostatin
- Cytarabin - Gemcitabine
- Capecitabine - Cladribin
- Fludarabin - Hydroxyurea
- Mercaptopurin - Mercaptopurin
- Fluorouracil - Thioguanin
- Metotrexate - Metothrexate
- Luekovorin - Pentostatin
- Mitoguazon - Mitoguazone
- Capecitabine
4. Mitotic Spindle
Golongan obat ini berikatan dengan protein mikrotubuler sehingga menyebabkan disolusi
struktur mitotic spindle pada fase mitosis. Antara lain:
- Paclitaxel (Taxol)
- Vinorelbin
- Docetaxel
- Vindesine
- Vinblastine
- Vincristin
5. Topoisomerase Inhibitor
Obat ini mengganggu fungsi enzim topoisomerase sehingga menghambat proses
transkripsi dan replikasi. Macam-macamnya antara lain:
- Irinotecan
- Topotecan
- Etoposit
6. Hormonal
Beberapa hormonal yang dapat digunakan dalam kemoterapi antara lain:
- Adrenokortikosteroid (Prednison, Metilprednisolon, Dexametason)
- Adrenal inhibitor (Aminoglutethimide, Anastrozole, Letrozole, Mitotane)
- Androgen
- Antiandrogen
- LHRH
- Progestin
7. Cytoprotektive Agents
Macam- macamnya antara lain:
- Amifostin
- Dexrazoxan
8. Monocronal Antibodies
Obat ini memiliki selektifitas relatif untuk jaringan tumor dan toksisitasnya relatif
rendah. Obat ini dapat menyerang sel tertentu secara langsung, dan dapat pula
digabungkan dengan zat radioaktif atau kemoterapi tertentu. Macam-macamnya
antara lain:
- Rituximab
- Trastuzumab
9. Hematopoietic Growth Factors
Obat-obat ini sering digunakan dalam kemoterapi tetapi tidak satupun yang
menunjukan peningkatan survival secara nyata. Macam-macamnya antara lain:
- Eritropoitin
- Coloni stimulating factors (CSFs)
- Platelet growth Factors

C. HASIL PENGOBATAN
Hasil pengobatan sitostatika dipengaruhi oleh:
1. Pertumbuhan sel kanker
2. Fraksi tumor mitosis terbesar saat ukuran tumor 37% dari ukuran
maksimal
3. Sitostatik efektif pada sel yang mengalami mitosis, terutama pada saat sel
tumor masih kecil
4. Mutasi genetic: Tergantung ketidakstabilan gen dan besarnya tumor
sehingga diperlukan kombinasi dengan dosis maximal.
5. Intensitas dosis: Jumlah obat dalam kurun waktu tertentu.
D. CARA PEMBERIAN KEMOTERAPI
Obat-obat kemoterapi dapat diberikan sebagai:
1. Terapi Utama
a. Kemosensitif, sebagai terapi utama obat anti kanker diberikan pada
kanker yang kemosensitif, seperti pada:
1) Leukemia
2) Lymphoma Maligna
3) Choriocarsinoma
4) Kanker Paru Oat Cel
5) Sarcoma Ewing
b. Kanker yang telah menyebar jauh (umumnya stadium IV). Pemberian
kemoterapi pada kanker stadium lanjut yang telah menyebar jauh ialah
untuk tujuan paliatif seperti kanker pada:
1) Mammae
2) Serviks
3) Paru
4) Kulit
5) Mulut
2. Terapi Tambahan
Terapi tambahan kemoterapi pada kanker lokal atau regional umumnya
diberikan pasca operasi dan/atau pasca radioterapi untuk kanker yang
keemosensitif. Pemberian adjuvant kemoterapi itu didasarkan kenyataan
pada penderita kanker, setelah beberapa bulan dan tahun timbul residif,
yang menunjukan waktu operasi atau radioterapi masih ada sel kanker
mikroskopis yang masih tinggal hidup dalam lapangan operasi atau telah
ada metastase jauh yang subklinik. Ternyata kemoterapi adjuvant dapat
mengurangi frekuensi residif atau metastase pada:
a. Mammae
b. Servik
c. Paru-paru
d. Lambung
e. Colon
E. METODE PEMBERIAN KEMOTERAPI
Dikenal ada empat metode pemberian kemoterapi:
1. Kemoterapi Induksi
Ditujukan untuk secepat mungkin mengecilkan massa tumor atau jumlah
sel kanker, contoh pada tomur ganas yang berukuran besar (Bulky Mass
Tumor) atau pada keganasan darah seperti leukemia atau limfoma, disebut
juga dengan pengobatan penyelamatan.
2. Kemoterapi Adjuvan
Biasanya diberikan sesudah pengobatan yang lain seperti pembedahan atau
radiasi, tujuannya adalah untuk memusnahkan sel-sel kanker yang masih
tersisa atau metastase kecil yang ada (micro metastasis).
3. Kemoterapi Primer
Dimaksudkan sebagai pengobatan utama pada tumor ganas, diberikan pada
kanker yang bersifat kemosensitif, biasanya diberikan dahulu sebelum
pengobatan yang lain misalnya bedah atau radiasi.
4. Kemoterapi Neo-Adjuvan
Diberikan mendahului/sebelum pengobatan/tindakan yang lain seperti
pembedahan atau penyinaran kemudian dilanjutkan dengan kemoterapi
lagi. Tujuannya adalah untuk mengecilkan massa tumor yang besar
sehingga operasi atau radiasi akan lebih berhasil guna.

Pemberian kemoterapi dapat bermacam-macam:


1. Intravena
Pemberian intravena untuk terapi sistemik, dimana obat setelah melalui
jantung dan hati baru sampai ke tumor primer. Cara intravena ini yang
paling banyak digunakan untuk kemoterapi. Dalam pemberian intravena
usahakan jangan ada ekstravasasi obat.
2. Intra arteri
Pemberian intra arteri adalah terapi regional melalui arteri yang memasok
darah ke daerah tumor dengan cara infus intra arteri menggunakan catheter
dan pompa arteri. Infus intra arteri untuk memberikan obat selama
beberapa jam atau hari. Setelah melalui tumor obat keluar melalui vena ke
sirkulasi umum. Pemberian intra arteri dapat:
a. Menaikkan dosis obat langsung ke dalam tumor.
b. Menaikkan efek obat yang kurang stabil karena secara cepat dan
langsung masuk ke dalam tumor.
c. Mengurangi toksisitas.
3. Perfusi regional
Perfusi regional adalah cara untuk memberikan obat dengan dosis tinggi
langsung ke daerah tumor tanpa menimbulkan toksisitas pada sirkulasi
umum dengan cara sirkulasi ekstra korporal menggunakan mesin jantung-
paru.
4. Intra tumoral
Obat langsung disuntikkan ke dalam tumor. Cara ini tidak dianjurkan
karena dapat melepaskan sel kanker dan tumor induknya dan ada cara lain
yang lebih efektif, yaitu operasi (eksisi, debulking, elektrokoagulasi), atau
radioterapi.
5. Intra cavitair
Obat disuntikkan atau di instalasi ke dalam rongga tubuh, seperti intra:
pleura, peritoneum, pericardial, vesikal atau tekal. Contoh: instalasi
bleomycin, fluorouracil, chlormetine, terramycin, dsb. Intra pleura untuk
efusi maligna.

6. Topikal
Pemberian salep Fluorouracil pada kanker kulit
F. INDIKASI DAN KONTRA INDIKASI PEMBERIAN KEMOTERAPI
Menurut Brule cs, WHO 1973 indikasi pengobatan dengan kemoterapi adalah untuk :
1. Menyembuhkan dan menghilangkan kanker
2. Memperpanjang hidup
3. Memperpanjang interval bebas kanker
4. Menghentikan progresifitas kanker
5. Mengecilkan volume kanker
6. Terapi paliatif
Kontra indikasi kemoterapi
1. Kontra indikasi absolut
a. Penyakit stadium terminal
b. Hamil trimester pertama, kecuali akan digugurkan
c. Septikemia
d. Koma
2. Kontra indikasi relatif
a. Usia lanjut
b. Keadaan umum yang sangat jelek
c. Ada gangguan fungsi organ vital
d. Demensia
e. Penderita tidak dapat mengunjungi klinik secara teratur.
f. Tumor resisten terhadap obat, tidak ada fasilitas penunjang.
G. EFEK SAMPING KEMOTERAPI
Efek samping dapat muncul ketika sedang dilakukan pengobatan atau beberapa waktu
setelah pengobatan. Efek samping yang bisa timbul adalah:
1. Lemas
Efek samping yang umum timbul. Timbulnya dapat mendadak atau
perlahan. Tidak langsung menghilang dengan istirahat, kadang
berlangsung hingga akhir pengobatan.

2. Mual dan Muntah


Ada beberapa obat kemoterapi yang lebih membuat mual dan muntah.
Selain itu ada beberapa orang yang sangat rentan terhadap mual dan
muntah.
3. Gangguan pencernaan
Beberapa jenis obat kemoterapi berefek diare. Bahkan ada yang menjadi
diare disertai dehidrasi berat yang harus dirawat. Sembelit kadang bisa
terjadi.
4. Sariawan
Beberapa obat kemoterapi menimbulkan penyakit mulut seperti terasa
tebal atau infeksi. Kondisi mulut yang sehat sangat penting dalam
kemoterapi
5. Rambut Rontok
Kerontokan rambut bersifat sementara, biasanya terjadi dua atau tiga
minggu setelah kemoterapi dimulai. Dapat juga menyebabkan rambut
patah di dekat kulit kepala. Dapat terjadi setelah beberapa minggu terapi.
Rambut dapat tumbuh lagi setelah kemoterapi selesai.
6. Otot dan Saraf
Beberapa obat kemoterapi menyebabkan kesemutan dan mati rasa pada
jari tangan atau kaki serta kelemahan pada otot kaki. Sebagian bisa terjadi
sakit pada otot.
7. Efek Pada Darah
Beberapa jenis obat kemoterapi dapat mempengaruhi kerja sumsum tulang
yang merupakan pabrik pembuat sel darah, sehingga jumlah sel darah
menurun. Yang paling sering adalah penurunan sel darah putih (leokosit).
Penurunan sel darah terjadi pada setiap kemoterapi dan tes darah akan
dilaksanakan sebelum kemoterapi berikutnya untuk memastikan jumlah
sel darah telah kembali normal. Penurunan jumlah sel darah dapat
mengakibatkan:

a. Mudah terkena infeksi


Hal ini disebabkan oleh karena jumlah leokosit turun, karena leokosit
adalah sel darah yang berfungsi untuk perlindungan terhadap infeksi.
Ada beberapa obat yang bisa meningkatkan jumlah leokosit.
b. Perdarahan
Keping darah (trombosit) berperan pada proses pembekuan darah.
Penurunan jumlah trombosit mengakibatkan perdarahan sulit berhenti,
lebam, bercak merah di kulit.
c. Anemia
Anemia adalah penurunan jumlah sel darah merah yang ditandai oleh
penurunan Hb (hemoglobin). Karena Hb letaknya di dalam sel darah
merah. Akibat anemia adalah seorang menjadi merasa lemah, mudah
lelah dan tampak pucat.
8. Kulit dapat menjadi kering dan berubah warna lebih sensitif terhadap
matahari. Kuku tumbuh lebih lambat dan terdapat garis putih melintang.
H. EKSTRAVASASI
1. Pengertian
Ekstravasasi adalah terjadinya infiltrasi obat kemoterapi yang vesikan atau iritan
dari vena ke jaringan sekitarnya.
Vesikan adalah obat kemoterapi yang mengakibatkan kerusakan jaringan.
Misalnya obat daunorubicin, doxorubicin epirubicin,vincristin, vinblastin,
dacarbazine,dactinomysin.
Iritan adalah obat kemoterapi yg menyebabkan rasa sakit pada lokasi penusukan
sepanjang vena dengan atau tanpa implamasi. Misalnya obat etoposide,
carmustine, plicamycin,
2. Faktor -faktor resiko terjadinya ekstravasasi
a. kelemahan vena, mudah pecah dan diameter kecil
b. integritas vasculer berkurang sehingga elastisitas berkurang
c. edema
d. trauma penusukan canul
e. bekas area radiasi
f. jenis kanul
g. konsentrasi obat sitostatika
h. jumlah obat terinfiltrasi
i. lama jaringan terkena infiltrasi obat
j. ketidakmampuan pasien berkomunikasi
3. Pencegahan ekstravasasi
a. Oplos obat dengan jumlah pelarut yang sesuai
b. Gunakan vena yang tepat (lurus, lembut, tidak pada daerah
pergelangan, fossa antekubiti)
c. Hindari penusukan kanul berulang pada tempat yang sama
d. Gunakan penutup area penusukan kanul yang mudah terlihat
e. Cek kepatenan vena dengan cairan fisiologis sebelum pemberian
obat
f. Observasi daerah yang diinfus selama pemberian obat
g. Komunikasi selama pemberian terutama via bolus
h. Lakukan pembilasan setiap pemberian obat.
4. Gejala ekstravasasi
a. Gejala ekstravasasi segera
mengeluh rasa terbakar, perubahan pada kulit menjadi merah muda atau
merah menyala
b. Gejala ekstravasasi setelah beberapa minggu
Perubahan kulit makin nyata, terjadi pengerasan, rasa panas makin meningkat
c. Gejala ekstravasasi setelah beberapa minggu berikutnya
luka nekrotik kadang sampai perlu pembedahan, ulkus yang melebar
d. Kemungkinan kerusakan permanen
Komplikasi jangka panjang akibat dari penebalan jaringan nekrotik merusak
struktur persyarafan dan pembuluh darah.
5. Parameter pengkajian keperawatan ekstravasasi
a. Nyeri, pasien mengeluh nyeri sekali atau rasa terbakar
b. Kemerahan, disekitar area penusukan, tidak selalu ada pada awal
c. Luka, terjadi setelah beberapa minggu
d. Bengkak, terjadi segera
e. “ Blood return “ tidak ada
f. Perubahan kwalitas tetesan infus
6. Penanganan ekstravasasi
a. Stop infus kanul jangan dicabut
b. Aspirasi darah dari kanul
c. Aspirasi jaringan subcutan apabila memungkinkan
d. Beri antidote sesuai obat sitostatika secara iv
e. Cabut canul
f. Beri antidote sesuai dengan obat sitostatika secara subcutan
dengan jarum 1ml searah jarum jam.
g. Hindari perabaan pada area ekstravasasi
h. Lakukan pemotretan untuk dokumentasi
i. Berikan kompres dingin, kecuali vincristin kompres hangat
j. Istirahatkan ekstremitas dan tinggikan selama 48 jam
k. Observasi secara teratur terhadap rasa nyeri, bengkak,
kemerahan, keras atau nekrosis
l. Beri terapi anti nyeri
m. Lakukan dokumentasi : tanggal, waktu, jenis vena, ukuran
kateter, berapa kali penusukan, urutan pemberian obat, jumlah, keluhan
pasien, tindakan yang dilakukan, keadaan area ekstravasasi, lapor dokter,
nama jelas
7. Daftar obat kemoterapi vesikan & antidote
NO NAMA OBAT ANTIDOTE
1 ALKYLATING AGENT Larutkn 1,6 cc thiosulfat 25
Chlorambucil % dg 8,4 cc aquadest steril,
melphalan suntikan 1 - 4 cc scr IV & SC ke
busulfan area ekstravasasi
cyclop Beri kompres dingin
ifosfamide
2 ANTIBIOTICS Hidrokortison 100mg/cc
dacarbazine disuntikan 0,5 cc scr IV & 0,5 cc SC
daunorubicin & beri kompres dingin
doxorubicin Dexametason 4mg/cc
epirubicin disuntikan 0,5c IV & 0,5 cc SC, beri
idarubicin kompres dingin
mitomycin Topical DMSO 1-2ml dr
1mmol DMSO 50%-100%

3 VINCA ALKALOID Hyaluroidase(wydase)


vinblastin 150 u/cc + 1cc nacl, suntikan 1-
vincristin 6cc SC & beri kompres hangat
4 LOKAL ANTIDOTE Pendinginan topikal: ice
Daunorubicin packs
Doxorubicin Pendinginan dengan air
Mitomycin mengalir: cryogel packs
Toleransi ps thd pendinginan
selama 24 jam & istirahatkan
ekstremitas 24-48 jam

I. TROMBOFLEBITIS
Flebitis merupakan inflamasi vena yang disebabkan baik oleh iritasi kimia
maupun mekanik yang sering disebabkan oleh komplikasi dari terapi intravena.
Flebitis merupakan suatu peradangan pada pembuluh darah (vena) yang dapat terjadi
karena adanya injury misalnya oleh faktor (trauma) mekanik dan faktor kimiawi, yang
mengakibatkan terjadinya kerusakan pada endotelium dinding pembuluh darah
khususnya vena. Flebitis dikarakteristikkan dengan adanya dua atau lebih tanda nyeri,
kemerahan, bengkak, indurasi dan serta mengeras di bagian vena yang terpasang
kateter intravena (Smeltzer & Bare, 2001). Flebitis juga dikarakteristikkan dengan
adanya rasa lunak pada area insersi atau sepanjang vena. Insiden flebitis meningkat
sesuai dengan lamanya pemasangan jalur intravena, komposisi cairan atau obat yang
diinfuskan (terutama pH dan tonisitasnya, ukuran dan tempat kanula dimasukkan,
pemasangan jalur IV yang tidak sesuai, dan masuknya mikroorganisme saat
penusukan) (Smeltzer & Bare, 2001).
Flebitis dapat menyebabkan trombus yang selanjutnya menjadi tromboflebitis,
perjalanan penyakit ini biasanya jinak, tapi walaupun demikian jika trombus terlepas
dan kemudian diangkut ke aliran darah dan masuk jantung maka dapat menimbulkan
seperti katup bola yang menyumbat atrioventikular secara mendadak dan
menimbulkan kematian. Hal ini menjadikan flebitis sebagai salah satu permasalahan
yang penting untuk dibahas di samping flebitis juga sering ditemukan dalam proses
keperawatan (Hidayat, 2006).

DAFTAR PUSTAKA

Alatas, Z. 2007. Faktor Genetik dalam Karsinogenesis yang Diinduksi oleh


Radiasi Pengion. Depok: Prosiding Seminar Nasional Keselamatan,
Kesehatan, dan Lingkungan III.
American Cancer Society. 2013. Breast Cancer.http://cancer.org, 30 Juli 2018.
Brunner dan Suddarth. 2002. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Jilid 1.
Jakarta: EGC .
Bulecheck, G. M., Butcher, H. K., Dochterman, J. M., Wagner, C. M., 2013.
Nursing Interventions Classification (NIC) 6th Edition.USA: Elsevier Mosby.
Doengoes, M. E. 2000. Rencana Asuhan Keperawatan. Jakarta: EGC.
Herdman, T. H., Kamitsuru, S. 2015. NANDA International Nursing Diagnoses:
Definition & Classification 2015-2017. Oxford: Wiley Blakwell.
Mansjoer, A. 2000. Kapita Selekta Kedokteran Jilid 2. Jakarta: Media Aesculapis
Moorhead, S., Johnson, M., Maas, M. L., Swanson, E. 2013. Nursing Outcomes
Classification (NOC) 5th Edition. SA: Elsevier Mosby.
Shierly E. O. 2001. Oncology Nursing (4 th ed). St. Louis: Mosby Company.
Smeltzer, S.C & Bare, B.G. 2001. Buku Ajar Keperawatan Medikal-Bedah
Brunner & Suddarth Edisi 8 Vol.1. Jakarta: EGC.
Susan B. Baird, Ruth McCorkle, Marcia Grant ( 1996 ). Cancer Nursing a
comprehensive textbook. Philadelphia: W.B. Saunders Company.
NO DIAGNOSA NOC NIC
1 Ansietas Anxiety Level Anxiety Reduction
Setelah dilakukan tindakan keperawatan minimal 1x30 Aktivitas :
menit klien menunjukkan penurunan tingkat ansietas a. Gunakan pendekatan yang tenang dan meyakinkan
b. Jelaskan seluruh prosedur termasuk sensasi yang dapat
yang ditandai dengan indikator :
dialami selama prosedur
No Indikator Target c. Dukung keluarga untuk menemani klien
1 Ungkapan verbal 5 d. Identifikasi perubahan tingkat cemas
2 Peningkatan pernapasan 5 e. Bantu klien mengidentifikasi situasi yang menjadi faktor
3 Peningkatan nadi 5 presipitasi cemas
4 Tangan gemetaran 5 f. Instruksikan klien menggunakan teknik relaksasi
5 Wajah tegang 5 g. Kaji tanda kecemsan verbal dan non verbal
6 Berkeringat 5
Keterangan :
1. buruk
2. substansial
3. sedang
4. ringan
5. tidak ada
Anxiety Self Control
Setelah dilakukan tindakan keperawatan minimal 1x30
menit klien menunjukkan aksi personal untuk
mengontrol kecemasan yang ditandai dengan indikator
No Indikator Target
1 Menggunakan teknik relaksasi 4
1. tidak dilakukan sama sekali
2. jarang dilakukan
3. kadang dilakukan
4. sering dilakukan
5. selalu dilakukan
Pre-Procedure Readiness
Setelah dilakukan tindakan keperawatan minimal 1 x
30 menit klien menunjukkan kesiapan terhadap
keamanan prosedur dengan sedasi yang ditandai
dengan indikator :

No Indikator Target
1 Pengetahuan mengenai prosedur 5
2 Persiapan status bowel 5
3 Persiapan status hidrasi 5
4 Patrisipasi dalam checklist 3
sebelum prosedur
Keterangan :
1. tidak adekuat
2. sedikit adekuat
3. cukup adekuat
4. subtansial adkuat
5. adekuat penuh
2 Nyeri akut Pain Level Pain Management
Setelah dilakukan tindakan keperawatan minimal 1x30 a.Kaji tingkat nyeri, meliputi: lokasi, karakteristik, dan onset,
menit klien menunjukkan tingkat nyeri berkurang durasi, frekuensi, kualitas, intensitas/beratnya nyeri, faktor-
yang ditandai dengan indikator : faktor presipitasi
No Indikator Target b. Kontrol faktor-faktor lingkungan yang dapat
1 Frekuensi nyeri 5 mempengaruhi respon pasien terhadap ketidaknyamanan
2 Ekspresi akibat nyeri 5 c.Berikan informasi tentang nyeri
Pain Control d. Ajarkan teknik relaksasi
Setelah dilakukan tindakan keperawatan minimal 1x30 e.Tingkatkan tidur/istirahat yang cukup
menit klien menunjukkan kontrol terhadap nyeri yang f. Turunkan dan hilangkan faktor yang dapat meningkatkan
ditandai dengan indikator : nyeri
No Indikator Target g. Lakukan teknik variasi untuk mengurangi nyeri
1 Mengenal faktor penyebab 3 Analgetic Administration
2 Mengenal reaksi serangan nyeri 4 a.Tentukan lokasi, karakteristik, kualitas, dan derajat nyeri
3 Mengenali gejala nyeri 4 sebelum pemberian obat
4 Melaporkan nyeri terkontrol 4 b. Monitor vital sign sebelum dan sesudah pemberian
Keterangan : analgetik
1. tidak dilakukan sama sekali c.Berikan analgetik yang tepat sesuai dengan resep
2. jarang dilakukan d. Catat reaksi analgetik dan efek buruk yang
ditimbulkan
3. kadang dilakukan
e.Cek instruksi dokter tentang jenis obat,dosis,dan frekuensi
4. sering dilakukan
5. selalu dilakukan
3 Nausea Discomfot Level Nausea Management
Setelah dilakukan tindakan keperawatan minimal 1x60 Aktivitas :
menit klien menunjukkan tingkat kenyamanan yang a.Dukung klien untuk memantau pengalaman mualnya
ditandai dengan indikator : b. Dukung klien mengontrol mualnya
No Indikator Target c.Evaluasi pengalaman mual klien di masa lalu
1 Nausea 4 d. Dukung makan dalam jumlah kecil namun dengan
2 Kehilangan nafsu makan 4 frekuensi yang sering
Keterangan : e.Tingkatkan istirahat dan tidur yang adekuat
1 : berat f. Yakinkan penggunaan anti emetik untuk mencegah mual
2 : substansial jika memungkinkan
3 : sedang g. Monitor efek manajemen mual
4 : ringan
5 : tidak ada
4 Risiko infeksi Risk Control : Infectious Process Infection Control
Setelah dilakukan tindakan keperawatan minimal 1x4 Aktivitas :
jam klien menunjukkan aksi personal untuk a. Monitor tanda dan gejala infeksi lokal/sistemik
mengontrol resiko infeksi yang ditandai dengan b. Monitor nilai WBC, granulosit dan hasil lainnya
indikator : c. Batasi jumlah pengunjung
No Indikator Target d. Pertahankan teknik aseptic
1 Mempertahankan lingkungan 3 e. Inspeksi kulit dan membrane mukosa terhadap adanya
yang bersih kemerahan, panas ekstrim dan drainase
2 Menggunakan universal 3 f. Anjurkan klien untuk mengkonsumsi antibiotik yang
precaution diresepkan
3 Mempraktekan cuci tangan 3 g. Ajarkan klien dan keluarga mengenai tanda dan gejala
4 Monitor faktor lingkungan yang 3 infeksi
berhubungan dengan resiko h. Ajarkan klien dan keluarga mengenai cara untuk
infeksi menghindari infeksi
5 Mengembangkan strategi yang 3 i. Ganti insersi IV perifer sesuai dengan pedoman CDC
efektif untuk mengontrol infeksi j. Pastikan perawatan aseptic untuk semua jalur IV
Keterangan :
1 : tidak ditunjukkan
2 : jarang ditunjukkan
3 : kadang-kadang ditunjukkan
4: sering ditunjukkan
5 : terus menerus dtunjukkan
5 Risiko trauma vaskular Risk Control Medication Administration : Intravenous (IV)
Setelah dilakukan tindakan keperawatan minimal 1x 4 Aktivitas :
jam klien menunjukkan aksi personal untuk a.Ikuti 5 benar administrasi terapi
mengontrol atau mengurangi ancaman terhadap b. Atur alat-alat untuk pemberian obat
kesehatan yang ditandai dengan indikator : c.Verifikasi tempat dan kepatenan kateter IV
No Indikator Target d. Administrasi pengobatan IV dengan tetesan yang tepat
1 Mengembangkan strategi efektif 3 e.Bilas akses IV sebelumdan sesudah medikasi dengan
untuk mengontrol resiko larutan yang tepat
2 Menyesuaikan strategi control 3 f. Pertahankan akses intravena
resiko g. Monitor respon pasien terhadap medikasi
Keterangan : h. Monitor peralatan IV, kecepatan tetesan dan jenis
1 : tidak ditunjukkan cairan dengan interval yang teratur
2 : jarang ditunjukkan i. Monitor adanya infiltrasi atau phlebitis pada insersi IV
3 : kadang-kadang ditunjukkan
4: sering ditunjukkan
5 : terus menerus dtunjukkan

Treatmen Behavior : Illness or Injury


Setelah dilakukan tindakan keperawatan minimal 1x 4
jam klien menunjukkan aksi personal untuk
mengeliminasi hal patologis yang ditandai dengan
indikator :
No Indikator Target
1 Mengikuti rekomendasi 4
pencegahan
2 Monitor efek samping terapi 4
Keterangan :
1 : tidak ditunjukkan
2 : jarang ditunjukkan
3 : kadang-kadang ditunjukkan
4: sering ditunjukkan
5 : terus menerus dtunjukkan

Anda mungkin juga menyukai