PENDAHULUAN
Pap smear merupakan suatu metode untuk pemeriksaan sel cairan dinding leher rahim
dengan menggunakan mikroskop, yang dilakukan secara cepat, tidak sakit, serta hasil
yang akurat. Pap smear merupakan cara yang mudah, aman dan untuk mendeteksi kanker
serviks melalui pemeriksaan getah atau lendir di dinding vagina.
Pemeriksaan pap smear merupakan cara yang mudah, murah, sederhana, aman, dan
akurat untuk mendeteksi pertumbuhan sel-sel yang akan menjadi kanker, untuk
mengetahui normal atau tidaknya sel-sel di serviks, mengetahui tingkat berapa keganasan
kanker serviks, dan mendeteksi infeksi-infeksi disebabkan oleh virus urogenital dan
penyakit-penyakit yang ditularkan melalui hubungan seksual.
2.2 Rumusan Masalah
2.2 IVA
2.2.1 Definisi IVA
IVA merupakan salah satu cara deteksi dini kanker serviks yang mempunyai
kelebihan yaitu kesederhanaan teknik dan kemampuan memberikan hasil yang
segera. IVA bisa dilakukan oleh semua tenaga kesehatan, yang telah mendapatkan
pelatihan (Depkes RI, 2007). Metode ini sudah dikenalkan sejak tahun 1925 oleh
Hans Hinselman dari Jerman tetapi baru diterapkan tahun 2005. IVA adalah
pemeriksaan serviks secara visual menggunakan asam cuka dengan mata telanjang
untuk mendeteksi abnormalitas setelah pengolesan asam cuka 3-5% (Depkes RI,
2007). Perubahan warna pada serviks dapat 12 menunjukkan serviks normal
(merah homogen) atau lesi pra kanker (bercak putih). Dalam waktu sekitar 60
detik sudah dapat dilihat jika ada kelainan, yaitu munculnya plak putih pada
serviks. Tujuannya adalah untuk melihat adanya sel yang mengalami displasia
sebagai salah satu metode skrining kanker mulut rahim. IVA tidak
direkomendasikan pada wanita pasca menopause, karena daerah zona transisional
seringkali terletak di kanalis servikalis dan tidak tampak dengan pemeriksaan
inspekulo (Rasjidi, 2008).
Persiapan bahan antara lain kapas lidi atau forcep untuk memegang kapas, sarung
tangan periksa untuk sekali pakai, spatula kayu yang masih baru, larutan asam
asetat 3-5 % (cuka putih dapat digunakan), dan larutan klorin 0,5 % untuk
dekontaminasi alat dan sarung tangan serta formulir
cacatan untuk mencatat temuan (Depkes RI, 2007). Adapun tindakan pemeriksaan
IVA, yakni (Rasjidi I, 2008):
a. Yakinkan pasien telah memahami dan menandatangani informed concent
b. Pemeriksaan menggunakan speculum untuk memeriksa secara umum
meliputi dinding vagina, serviks, dan fornik.
c. Posisikan klien dalam posisi litotomi (berbaring dengan dengkul ditekuk dan
kaki melebar)
d. Pasang cocor bebek/speculum yang sudah disterilisasi dengan air hangat.
Masukkan ke vagina secara tertutup, lalu dibuka untuk melihat rahim.
e. Siapkan penerangan lampu 100 watt untuk memeriksa menampakkan serviks
untuk mengenali tiga hal yaitu curiga kanker, curiga infeksi, serviks normal
dengan daerah transformasi yang dapat atau tidak dapat ditampakkan.
f. Bila terdapat banyak cairan di leher rahim, dipakai kapas steril basah untuk
menyerapnya.
g. Pulas serviks dengan kapas yang telah dicelupkan dalam asam asetat 3-5%
secara merata. Pemberian asam asetat akan mempengaruhi epitel normal,
bahkan akan meningkatkan osmolaritas cairan ekstraseluler. Cairan
ekstraseluler ini bersifat hipertonik akan menarik cairan dari intraseluler
sehingga membran akan kolaps dan jarak antar sel akan semakin dekat.
h. Setelah minimal 1 menit, sebagai akibatnya, jika permukaan epitel mendapat
sinar, sinar tersebut tidak akan diteruskan ke stroma, tetapi dipantulkan keluar
sehingga permukaan epitel abnormal akan berwarna putih, yang disebut epitel
putih/acetowhite (Nuranna et al, 2008).
Temuan asesmen hasil pemeriksaan IVA harus dicatat sesuai kategori yang telah
baku sebagaimana terangkum dalam uraian berikut ini (Depkes RI, 2007 dan
Nuranna et al, 2008):
1. Hasil Tes-positif : Bila diketemukan adanya Plak putih yang tebal berbatas
tegas atau epitelacetowhite (bercak putih), terlihat menebal dibanding dengan
sekitarnya, seperti leukoplasia, terdapat pada zona transisional, menjorok
kearah endoserviks dan ektoserviks
2. Positif 1(+): Samar, transparan, tidak jelas, terdapat lesi bercak putih yang
ireguler pada serviks. Lesi bercak putih yang tegas, membentuk sudut
(angular), geographic acetowhite lessions yang terletak jauh dari sambungan
skuamos.
3. Positif 2 (++): Lesi achetowhite yang buram, padat dan berbatas jelas sampai
ke sambungan skuamokolumnar. Lesi acetowhite yang luas, circumorificial,
berbatas tegas, tebal dan padat. Pertumbuhan pada serviks menjadi
acetowhite.
4. Hasil tes-negatif:
a. Permukaan polos dan halus, berwarna merah jambu
b. Bila area bercak putih yang berada jauh dari zona transformasi. Area
bercak putih halus atau pucat tanpa batas jelas.
c. Bercak bergaris-garis seperti bercak putih.
d. Bercak putih berbentuk garis yang terlihat pada batas endocerviks.
e. Tak ada lesi bercak putih (acetowhite lession)
f. Bercak putih pada polip endoservikal atau kista nabothi.
g. Garis putih mirip lesi acetowhite pada sambungan skuamokolumnar.
5. Normal:
a. Titik-titik berwarna putih pucat di area endoserviks, merupakan epitel
kolumnar yang berbentuk anggur yang terpulas asam asetat
b. Licin, merah muda, bentuk porsio normal.
6. Infeksi:
a. Servisitis (inflamsi, hiperemisis)
b. Banyak fluor, ektropion, polip.
7. Kanker:
2.2.4. Kelebihan IVA
Adapun kelebihan dari metode IVA, antara lain:
a) Mudah, praktis, sederhana, dan murah
b) Sensitivitas dan sensitifitas cukup tinggi
c) Dapat dilaksanakan oleh tenaga kesehatan bukan dokter ginekologi, dan
dapat dilakukan oleh bidan ataupun tenaga medis terlatih
1. Tingkat Pendidikan
Pendidikan adalah upaya persuasi atau pembelajaran kepada masyarakat agar
masyarakat mau melakukan tindakan-tindakan (praktik) untuk memelihara
(mengatasi masalah-masalah), dan meningkatkan kesehatannya. Perubahan atau
tindakan pemeliharaan dan peningkatan kesehatan yang dihasilkan oleh
pendidikan kesehatan ini didasarkan kepada pengetahuan dan kesadaran melalui
proses pembelajaran (Notoatmodjo, 2005).
2. Tingkat Pengetahuan
3. Pekerjaan
2.4.2 Sikap
Sikap (attitude) adalah istilah yang mencerminkan rasa senang, tidak senang atau
perasaan biasa-biasa saja (netral) dari seseorang terhadap sesuatu. Sesuatu itu
biasa benda, kejadian, situasi, orang-orang atau kelompok. Kalau yang timbul
terhadap sesuatu itu adalah perasaan senang, maka disebut sikap positif,
sedangkan kalau perasaan tak senang maka disebut sikap negatif. Kalau tidak
timbul apa-apa, berarti sikap netral (Wirawan, 2009). ` Sikap adalah perasaan
mendukung maupun perasaan tidak mendukung pada suatu objek. Secara umum,
sikap dapat dirumuskan sebagai kecenderungan untuk berespons (secara positif
atau negatif) terhadap orang, objek, atau situasi tertentu. Sikap mengandung suatu
penilaian emosional/efektif (senang, benci, sedih, dan sebagainya) di samping
komponen kognitif (pengetahuan tentang objek itu) serta aspek konatif
(kecenderungan bertindak). Selain bersifat positif atau negatif, sikap memiliki
tingkat kedalaman yang berbeda-beda. Sikap tidak sama dengan perilaku, perilaku
tidak selalu mencerminkan sikap. Sikap seseorang dapat berubah dengan
diperolehnya tambahan informasi tentang objek tersebut, melalui persuasi serta
tekanan dari kelompok sosialnya (Sarwono, 2012).
Sikap itu tidaklah sama dengan perilaku dan perilaku tidaklah selalu
mencerminkan sikap seseorang, sebab seringkali terjadi bahwa seseorang
memperlihatkan tindakan yang bertentangan dengan sikapnya (Sarwono, 1997).
Dalam hal ini, sikap positif wanita terhadap pentingnya deteksi dini kanker
serviks, belum tentu akan diikuti dengan perilaku yang positif yaitu melakukan
deteksi dini kanker serviks. Penelitian yang dilakukan oleh Purba, Evy M, 2011
menyebutkan bahwa tidak ada pengaruh yang bermakna antara sikap ibu dengan
pemanfaatan papsmears pada PUS yaitu sebanyak 65,3% atau P value sebesar
0,154.
Seperti penelitian yang dilakukan oleh Rohmawati (2010) menyatakan bahwa ada
pengaruh yang bermakna antara kemudahan akses atau akes terhadap pelayanan
kesehatan ke tempat layanan pemeriksaan IVA (Puskesmas), yang sesuai dengan
teori determinan perilaku dari Green 2005, bahwa jarak, ketersediaan transportasi
sebagai faktor pemungkin yang memungkinkan seseorang untuk melaksanakan
suatu motivasi.
PEMERIKSAAN IVA
No. :
Dokumen
SOP No.Revisi :
Tanggalterbi :
t
Halaman :
Pemerintah
Kabupaten ...................
3.1 Kesimpulan
Adapun kesimpulan dari pembahasan dari makalah ini ialah Pap smear merupakan suatu
metode untuk pemeriksaan sel cairan dinding leher rahim dengan menggunakan
mikroskop, yang dilakukan secara cepat, tidak sakit, serta hasil yang akurat (Wijaya,
2010). Pap smear merupakan cara yang mudah, aman dan untuk mendeteksi kanker serviks
melalui pemeriksaan getah atau lendir di dinding vagina (Dianada, 2008).
Tujuan dari deteksi dini kanker servik atau pemeriksaan Pap Smear ini adalah untuk
menemukan adanya kelainan pada mulut leher rahim.Beberapa faktor yang diduga
meningkatkan kejadian kanker serviks yaitu meliputi usia, status sosial ekonomi,
pengetahuan, dan pendidikan. Hal ini juga merupakan factor dominan dalam pemeriksaan
deteksi dini kanker serviks ( Dianada, 2007 ).
3.2 Saran
Adapun saran yang dapat dikemukakan oleh penulis ialah sebaiknya seorang wanita yang
telah menikah harus melakukan Pap Smear sedini mungkin. Agar bila terdapat gejala-
gejala kanker dapat diketahui sejak dini Inspeksi Visual Asam Asetat (IVA)