OLEH
Kelompok :3
Kelas :A
Prodi : S1 Keperawatan
KUPANG
2020
KATA PENGANTAR
Rasa syukur yang dalam kami sampaikan kehadirat Allah yang maha ESA,
karena berkat kemurahanNYA makalah ini dapat kami selesaikan sesuai yang diharapkan
dalam makalah ini kami membahas “Hipertiroit”.
Penulis
DAFTAR ISI
Halaman cover..........................................................................................................
Kata Pengantar.........................................................................................................
Daftar Isi...................................................................................................................
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang.............................................................................
B. Tujuan..........................................................................................
A. Definisi........................................................................................
B. Etiologi........................................................................................
C. Klasifikasi ...................................................................................
D. Manefestasi klinis........................................................................
E. Patofisiologi ................................................................................
F. Pemeriksaan Penunjang dan Diagnostik.....................................
G. komplikasi...................................................................................
H. Penatalaksanaan...........................................................................
I. Asuhan Keperawatan...................................................................
BAB IV PEMBAHASAN
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan .................................................................................
B. Saran ...........................................................................................
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Sistem endokrin merupakan salah satu dari dua sistem kontrol utama tubuh.
Hormonehormon endokrin dibawa oleh system sirkulasi ke sel di seluruh tubuh.
Sejumlah hormone endokrin mempengaruhi banyak jenis sel tubuh. Seperti halnya pada
hormone tiroksin (tiroid) akan mempengaruhi peningkatan kecepatan berbagai reaksi
kimia di hampir semua sel tubuh.
Dengan demikian adanya kelainan ataupun gangguan yang terjadi pada kelenjar
atau pusat penyekresi hormone ini maka dapat mempengaruhi segala aktifitas kimia
tubuh (metabolisme). Sehingga pada klien dengan gangguan tiroid (hipertiroiditisme atau
hipotiroidisme) yang mana merupakan suatu penyakit yang menyerang kelenjar tiroid,
akan merasa terganggu untuk melakukan aktifitas dikarenakan efek dari kelainan tersebut
yang sangat mempengaruhi proses metabolisme dalam tubuh.
Dewasa ini jumlah penderita hipertiroid terus meningkat. Hipertiroid merupakan
penyakit hormon yang menempati urutan kedua terbesar di Indonesia setelah diabetes.
Posisi ini serupa dengan kasus di dunia.
Hipertiroid atau disebut juga tirotoksikosis merupakan suatu ketidakseimbangan
metabolisme yang terjadi karena produksi yang berlebihan hormone tiroid. Bentuk yang
paling umum adalah graves, yang meningkatkan produksi hormone tiroksin (T4),
membuat kelenjar tiroid membesar (goiter; Gondok) dan menyebabkan perubahan
system yang multiple. Insidensi hipertiroid paling tinggi pada wanita berusia antara 30
dan 60 tahun, khususnya wanita dengan riwayat kelainan tiroid dalam keluarga; hanya
5% pasien berusia di bawah 15 tahun.
Lebih dari 95% kasus hipertiroid disebabkan oleh penyakit graves,suatu penyakit
tiroid autoimun yang antibodinya merangsang sel-sel untuk menghasilkan hormone yang
berlebihan. Penyebab hipertiroid lainnya yang jarang selain penyakit graves adalah :
toksisitas pada strauma multinudular, adenoma folikular fungsional ,atau
karsinoma(jarang), adema hipofisis penyekresitorotropin (hipertiroid hipofisis), tumor sel
benih,missal karsinoma (yang kadang dapat menghasilkan bahan mirip-TSH) atau
teratoma (yang mengandung jarian tiroid fungsional), tiroiditis (baik tipe subkutan
maupun hashimato) yang keduanya dapat berhubungan dengan hipertiroid sementara
pada fase awal.
Pengobatan hipertiroid bertujuan untuk membatasi produksi hormon tiroid yang
berlebihan dengan cara menekan produksi hormone tiroid (obat antitiroid) atau merusak
jaringan tiroid (yodium radioaktif, tiroidektomi subtotal).
B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Meningkatkan pengetahuan dan pemahaman mahasiswa tentang asuhan
keperawatan pada klien dengan hipertiroid.
2. Tujuan Kusus
a. Mahasiswa mampu memahami anatomi fisiologi kelenjar dan hormon
tiroid
b. Mahasiswa dapat memahami defenisi hipertiroid
c. Mahasiswa mampu memahami etiologi yang menyebabkan hipertiroid
d. Mahasiswa mengetahui klasifikasi dari hipertiroid
e. Mahasiswa mampu memahami patofisiologi/WOC hipertiroid
f. Mahasiswa mengetahui pemeriksaan penunjang hipertiroid
g. Mahasiswa mengetahui komplikasi yang terjadi pada klien dari
hipertiroid
h. Mahasiswa mengetahui penatalaksanaan yang harus diberikan pada
klien dengan hipertiroid
i. Mahasiswa mampu memahami asuhan keperawatan pada klien dengan
hipertiroid
BAB II
TINJAUAN TEORI
A. Definisi
Hipertirodisme suatu keadaan klinik yang ditimbulkan oleh sekresi berlebihan
dari hormone tiroid. Didapatkan pula peningkatan produksi triiodotironin (T3)
sebagai hasil meningkatnya konverensi tiroksin (T4) di jaringan perifer. Diagnosis
hipertirodisme didapatkan melalui berbagai pemeriksaan meliputi pengukuran
langsung konsentrasi tiroksin “ bebas” (dan sering triiodoitironin) plasma dengan
pemeriksaan radiomunologi yang tepat. Uji lain yang sering digunakan adalah
pengukuran kecepatan metabolism basal, pengukuran konsentrasi TSH plasma dan
kosentrasi TSI (Guyton & Hall, 2007).
Hipertiroid dapat didefenisikan sebagai respon jaringan-jaringan tubuh
terhadap pengaruh metabolic hormon tiroid yang berlebihan. Gambaran klinisnya
dapat timbul akibat hormone tiroid T4 dan T3) dengan spontan atau akibat asupan
hormon tiroid secara berlebihan (Brunner & Ssuddarth, 2002).
Hipertiroid atau disebut juga tirotoksikosis merupakan suatu
ketidakseimbangan metabolisme yang terjadi karena produksi yang berlebihan
hormone tiroid (Kowalak, 2011). Hipertiroid adalah suatu ketidakseimbangan
metabolik yang merupakan akibat dari produksi hormon tiroid yang berlebihan
(Dongoes, 2000).
Hipertiroidisme merupakan kelainan endokrin yang dapat dicegah, seperti
kebanyakan kondisi tiroid, kelainan ini merupakan kelainan yang sangat menonjol
pada wanita. Kelainan ini menyerang wanita empat kali lebih banyak daripada pada
pria, terutama wanita muda yang berusia antara 20 dan 40 tahun. Disini dapat
dikarenakan karena dari proses menstruasi, kehamilan dan menyusui itu sendiri
menyebabkan hipermetabolisme sebagai akibat peningkatan kerja daripada hormone
tiroid (Hotma R, 2006).
Hipertiroid adalah kondisi umum yang berkaitan dengan meningkatnya
morbiditas dan moralitas, khususnya yang disebabkan oleh komplikasi
kardioveskuler. Sebagian besar disebabkan oleh penyakit Garves denggan nodul
toksik soliter den goiter multinodular toksik menjadi bagian pentingnya walaupun
dengan frekuensi yang sedikit.
B. Etiologi
Hipertiroidisme dapat terjadi akibat disfungsi kelenjar tiroid, hipofisis, atau
hipotalamus. Peningkatan TSH akibat malfugsi kelenjar tiroid akan disertai penurunan
TSH dan TRF karena umpan balik negatif TH terhadap pelepasan keduanya.
Hipertirodisme akibat malfungsi hipofisis memberikan gambaran kadar TH dan TSH
yang tinggi. TRF akan rendah karena umpan balik negatif ddari HT dan TSH.
Hipertiodisme akibat malfugsi hipotalamus akan memperlihatkan HT yang tinggi
disertai TSH dan TRH yang berlebihan.
Beberapa penyakit yang menyebabkan Hipertiroid yaitu :
1. Goiter Toksik Difusa (Graves’ Disease)
Penyakit ini lebih umum terjadi pada usia 20-30 tahun. Kelainan ini
merupakan penyakit autoimun yang ditandai dengan hipertirodisme goiter
yang bersifat difus, dan adanya antibodi IgG yang meningkat dan
mengaktifkan reseptor TSH. Penyakit graves akan disertai gejala mata
exopthalamus, akibat reaksi inflamasi autoimun yang mengenai daerah
jaringan periorbital dan otot-otot ekstrokuler (wanita : pria = 5:1) dengan
antibody dan kadang-kadang miksema pretibia.
2. Nodular Thyroid Disiase
Pada kondisi ini biasanya ditandai dengan kelenjar tiroid membesar
dan tidak disertai dengan rasa nyeri. Penyebab pastinya belum diketahui.
Tetapi timbulnya sering dengan bertambahnya usia.
3. Subacute Thyroiditis
Ditandai dengan rasa nyeri, pembesaran kelenjar tiroid dan
inflamasi, dan mengakibatkan produksi hormone tiroid dalam jumlah
besar ke dalam darah. Umumnya gejala menghilang setelah beberapa
bulan, tetapi bisa timbul lagi pada beberapa orang.
4. Postpartum Thyroiditis
Timbul pada 5-10 % wanita pada 3-6 bulan pertama setelah
melahirkan dan terjadi selama 12 bulan. Umumnya kelenjar akan kembali
normal secara perlahan – lahan. Penyebab lain ; a) Tiroiditis b) Penyakit
tromboplastis c) Ambilan hormone tiroid secara berlebihan d) Pemakaian
yodium yang berlebihan e) Kanker pituitary (gangguan fungsi hipofisis f)
Obat-obatan seperti Amiodarone g) Gangguan organic kelenjar tiroid
C. Klasifikasi
a. Penyakit Graves
Penyakit ini biasanya terjadi pada usia sekitar 30-40 tahundan lebih
sering ditemukan pada perempuan dari pada laki-laki. Penyakit ini muncul
karena adanya suatu antibody yang merangsang tiroid untuk menghasilkan
hormone tiroid sacara berlebihan. Di duga penyebabnya adalah penyakit
autonoium, dimana antibodi yang ditemukan dalam peredaran darah yaitu
tyroid stimulating.
Pada penyakit Graves terdapat dua kelompok gambaran utama yaitu
tiroidal dan ekstratiroidal. Dengan keluhan pasien seperti : leleh, gemetar,
tidak tahan napas, keringat semakin banyak bila panas, berat badan menurun,
sering disertai dengan nafsu makan meningkat, palpitasi dan takikardi, diare,
dan kelemahan serta atrofi otot.
b. Goiter Nodular Toksik
Suatu penyakit yang ditandai dengan adanya satu atau beberapa nodul
di dalam tiroid menghasilkan terlalu banyak hormone tiroid dan berada diluar
kendali TSH. Penyakit ini sering ditemukan pada pasien lanjut usia sebagai
komplikasi goiter nodular kronik. Pada pasien-pasien ini, hipertirodisme
timbul secara lambat dan manesfestasi klinisnya lebih ringan dari penyakit
graves. Pasien mungkin mengalami aritma dan gagal jantung yang resisten
terhadap terapi digitalis.
Pasien goiter nodular toksik mungkin memperlihatkan tanda-tanda
seperti : mata melotot, pelebaran fisura palpebra, serta kedipan mata
berkurang.
D. Manefestasi klinis
E. Patofisiologi
penyebab tersering hipertirodisme adalah penyakit grave, suatu penyakit
autoimun, yakni tubuh secara serampangan membentuk thyroid stimulating
immunoglobin (TSI), suatu antibodi yang sasarannya adalah reseptor TSH di sel
Tiroid. TSI merangsang sekresi dan pertumbuhan tiroid dengan cara yang serupa
dengan yang dilakukan oleh TSH. Namun, tidak seperti TSH, TSI tidak dipengaruhi
oleh inhibasi umpan balik negatif oleh hormone tiroid, sehingga sekresi dan
pertumbuhan tiroid terus berlangsung.
Seperti diperkirakan, pasien hipertirodisme mengalami peniingkatan lajur
metabolik basal. Terjadi peningkatan panas yang menyebabkan pengeluaran keringat
berlebihan dan penurunan toleransi terhadap panas. Walaupun napsu makan ada
asupan makan meningkat terjadi akibat sebagai meningkatnya kebutuhan metabolik,
berat badan biasanya berkurang karena tubuh membakar bahan bakar dengan
kecepatan abnormal. Terjadi degradasi netto simpanan karbonhidrat, lemak dan
protein.
Penurunan masa protein otot rangka menyebabkan kelemahan. Hipertirodisme
menimbulkan berbagai kelainan kardioveskulaer yang disebabkan baik oleh efek
langsung hormone tiroid maupun oleh interaksinya dengan katekolamin. Kecepatan
dan kekuatan denyut jantung dapat menjadi sangat meningkat, sehingga individu
mengalami palpitasi. Pada kasus yang parah, jantung mungkin tidak dapat memenuhi
kebutuhan tubuh yang sangat meningkat walaupun curah jantung meningkat.
Kertrlibatan susunan saraf ditandai oleh kewaspadaan mental yang berlebihan sampai
pada keadaan pasien yang mudah tersinggung, tegang, cemas dan sangat emosional.
a. Pemeriksaan laboratorium :
1. T3 naik, T4 naik, dan FT4I naik
2. Uptake RAI antara 35-45%
3. Pada waktu sakit T3 meningkat
4. Adanya TSI
b. Pemeriksaan radiologi : dilakukan jika pada neontus terjadi maturasi
tulang yang tepat dan adanya penutupan sutura kranialis sebelum
waktunya.
G. Komplikasi
Komplikasi yang terjadi secara tiba-tiba :
1. Demam
2. Kegelisahan
3. perubahan suasana hati
4. Kebingungan \
5. Kelemahan dan pengisutan otot yang luar biasa
6. Perubahan kesadaran (bahkan sampai terjadi koma)
7. Pembesaran hati disertai penyakit kuning yang ringan
H. Penatalaksanaan
Tidak ada pengobatan yang langsung di tujukan pada penyebab hipertiroid.
Namun, upaya untuk menurunkan hiperaktivitas tiroid akan mengurangi gejalanya
secara efektif dan menghilangkan penyebab utama terjadinya komplikasi serius.
1. Farmakoterapi
Tujuannya adalah untuk menghambat satu atau beberapa stadium
sintesis atau pelepasan hormone serta untuk mengurangi jumlah jaringan tiroid
yang mengakibatkan penurunan produksi hormone tiroid.
2. Preparat antitiroid
Secara efektif akan menghalangi penggunaan iodium dengan
mempengaruhi iodinasi tirosin dan pembentukan iodotirosin dalam sintesis
hormone tiroid. Keaadan ini mencegah sintesis hormone tiroid.
3. Terapi pelengkap
Larutan iodium serta senyawa iodida diminum dengan di campur susu
atau sari buah dapat mengurangi laju metabolik lebih cepat dari pada preparat
antitiroid tetapi kerjanya tidak berlangsung lama.
4. Intervensi bedah
Pembedahan untuk mengangkat jaringan tiroid pernah dilakukan
sebagai satu-satunya metode pengobatan hipertiroid. Pada saat ini
pembedahan hanya dilakukan pada situasi khusus. Misalnya pada wanita
hamil yang mengalami alergi terhadap preparat antitiroid.
I. Asuhan Keperawatan
1. PENGKAJIAN
a. Identitas klien
Berisikan nama, umur, jenis kelamin, alamat, pekerjaan, agama,
tanggal masuk, no. MR, diagnosa medic dll.
b. TTV
Nadi : biasanya tachikardi
Suhu : biasanya peningkatan suhu tubuh
TD : biasanya tekanan darah meningkat
Pernafasan : biasanya terjadi peningkatan pernafasan(saat beraktifitas)
c. Riwayat kesehatan
a. Riwayat kesehatan dahulu:
Biasanya klien pernah mengalami insidensi kehamilan kembar
monozigot, terjadi kadang-kadang bersama kelainan endokrin
lain, seperti diabetes melitus tipe1, tiroiditis dan
hiperparatiroidisme,dan biasanya mengkonsumsi asupan
yodium yang berlebihan.
b. Riwayat kesehatan sekarang
Biasanya klien mengalami peningkatan frekuensi denyut
jantung, peningkatan tonus otot, tremor, peningkatan laju
metabolism seperti: intoleransi terhadap panas, keringat
berlebihan,penurunan berat badan, sering BAB, biasanya
peningkatan ukuran atau pembesaran kelenjer tiroid, cepat letih,
mata melotot.
c. Riwayat kesehatan keluarga
Biasanya pada hipertiroid menunjukan adanya faktor herediter.
d. Riwayat psikososial
Biasanya terdapat perubahan kondisi psikologis (respon emosi)
terjadinya kecemasan,dan biasanya klien cendrung menarik diri
dari lingkungannya.
d. Pola kebiasaan sehari hari
1) Aktifitas / istirahat
Adanya keterbatasan aktifitas karena keletihan, tremor,
peningkatan tonus otot
2) Makanan dan cairan
Sehat : 3-4/hari porsi makan di habiskan dan 2 liter/hari
Sakit :3-4/hari porsi ½ porsi dihabiskan dan 1 liter/hari
3) Istirahat dan tidur
Sehat : 6-8 jam/hari
Sakit : 5-6 jam/hari sering terbangun saat malam hari
e. Pemeriksaan fisik
1) Rambut kepala : biasanya kulit kepala bersih, tidak ada
ketombe dan rambut rontok
2) Mata : biasanya terdapat udem daerah mata,mata menonjol ke
depan, konjungtiva anemis, skelera tidak ikterik.
3) Hidung : biasanya simetris kiri dan kanan, tidak ada polip
4) Telingga : biasanya simetri kiri dan kanan dan fungsi
pendengaran baik
5) Leher : biasanya terjadi pembengkakan pada daerah leher dan
pembesaran pada kelenjer tiroid,gangguan fungsi menelan.
6) Dada/thoraks
I : biasanya bentuk dada simetris kiri dan kanan
P : biasanya vocal premitus teraba
P : biasanya terdapat bunyi sonor
A : biasanya vesikuler
7) Jantung
I : biasanya ictus cordis terlihat
P : biasanya ictus tidak teraba
P : biasanya terdapat bunyi tidak normal
A : biasanya bj 1 bj 2 tidak teratur
8) Abdomen
I : biasanya simetris kiri dan kanan , tidak terdapat bendungan
pembuluh darah vena.
A : biasanya peningkatan bising usus
P : biasanya tidak terdapat nyeri tekan dan nyeri lepas
P : biasanya tympani
9) EkstremitasBiasanya terjadi kelemahan, keletihan saat
beraktifitas, tremor dan peningkatan tonus otot.
2. Diagnosa
a. Penurunan curah jantung b/d hipertiroid tidak terkontrol,
hipermetabolisme, peningkatan beban kerja jantung.
b. Keletihan b/d hipermetabolik dengan peningkatan kebutuhan energi
c. Ansietas b/d factor fisiologis,status hipermetabolik
3. Intervensi
BAB III
KASUS
A. Studi Kasus Hipertiroidisme
Jannie Tsardos usia 38 tahun masuk rumah sakit karena luka bakar kedalaman
parsial pada kedua tangan. Dia dibawa ke unit gawat darurat di pagi hari karena
mengalami luka bakar kimia pada kedua tangannya yang disebabkan oleh bahan
pembersih oven. Dia memberitahu staf perawat bahwa luka bakar itu terjadi setelah
dia membersihkan oven tanpa sarung tangan. Luka bakarnya kemudian dibersihkan
dan diobati dengan krim silver sulfdiazin dan diselubungi dengan kantong plastik.
Kedua tangannya dielevasi dan diberi tramadol hidroklorida per IV untuk mengurangi
rasa nyeri sebelum dipindahkan ke bangsal perawatan.
Ketika masuk bangsak perawatan, Jeannie terlihat gelisah dan agitasi. Dia
berbicara dengan cepat dan tanpa henti sehingga perawatan mengalami kesulitan
melakukan amnesia. Hasil observasi menunjukkan: denyut nadi 110 kali permenit,
suhu tubuh 37,70C, frekuensi pernapasan 24 kali permenit, tekanan darah 150/ 100
mmHg. Ketika mengobservasi keadaan Jeannie, perawat mengetahui bahwa Jeannie
mengalami diaforesis ringan dan mengeluh merasa panas. Jeannie meminta jendela
dibuka agar udara segar dapat masuk. Jeannie bertubuh kurus dan perawat menduga
Jeannie memiliki berat badan yang kurang. Perawat juga menemukan adanya goiter,
bola mata yang menonjol, rambut tipis serta rontok. Jeannie mengatakan bahwa dia
hidup seorang diri karena baru saja berpisah dengan suaminya dan penurunan berat
badannya terjadi saat pernikahannya hancur. Perawat mengkhawatirkan tandatanda
vital Jeannie dan tingkat agitasinya serta meminta dokter untuk segera melakukan
pemeriksaan.
Setelah pemeriksaaan yang cermat, dokter meneggakkan diagnosis sementara
penyakit Grave. Pemeriksaan fungsi tiroid yang meliputi uji antibodi tiroid segera
diprogramkan dan hasil uji memastikan diagnosis tersebut. Jeannie mulai mendapat
terapi propranolol 40 mg tiga kali sehari dan karbimazol 10 mg tiga kali sehari.
Penyakit Grave merupakan keadaan yang ditandai dengan hipertiroidisme,
goiter dan eksfotalmus (penonjolan bola mata). Penyakit ini merupakan penyebab
hipertiroidisme yang paling sering dan umumnya terjadi pada wanita, sering kali pada
usia antara 20 sampai 40 tahun.
A. Identitas Diri Klien
Nama : Jannie Tsardos
Umur : 38 Thn
Jenis Kelamin : Perempuan
Alamat : Nasipanaf, Baumata Barat
Sts Perkawinan : Sudah Menikah
Warga Negara : Indonesia
Pendidikan : SMA
Pekerjaan : IRT
Dx Medis : Hipertiroidisme
D. Riwayat penyakit keluarga : pasien mengatakan bahwa dia tinggal sendiri dan
keluarganya tidak ada yang mengalami penyakit yang sama dengan Ny. J.
Genogram (3 generasi) :
Keterangan :
: Perempuan
: Laki-Laki
: Klien
d. Minum
Frekuensi : 7 x/hari
Jenis minuman : air putih
a. BB saat sakit : 40 kg
b. Jenis diet : bubur
c. Nafsu makan : berkurang
d. Keluhan mual muntah : tidak ada
e. Porsi makan : sedikit
f. Intake cairan : berkurang
2. Pola eliminasi
Sebelum sakit :
a. Buang air besar
Frekuensi : 3 x/hari
Karakter feses : baik
Riwayat pendarahan : tidak ada
Konstipasi : tidak
BAB terakhir : kemarin
Diare : tidak
b. Buang air kecil
Frekuensi : 4 x/hari
Warna : kuning keruh
Nyeri BAK : tidak
Bau : tidak
Setelah sakit:
a. BAB
Setelah sakit pasien BAB 1 x/hari
b. BAK
Setelah sakit pasien BAK 4 x/hari
b. Setelah sakit
Pasien mengataka merasa nyeri pada tangannya sehingga pada saat istrahat
pasien tidak dapat istrahat dengan baik.
H. Pemeriksaan Fisik
1. Keadaan umum : lemah
2. Kesadaran : compos mentis
3. Tanda-tanda vital :
TD : 150/100 mmHg
Nadi : 110 X/I
Suhu : 37,70oc
RR : 24 x/i
4. Rambut kepala : kepala pasien bersih, rambut pasien sangat tipis dan mudah
rontok
5. Mata : terdapat udem daerah mata,mata menonjol ke depan, konjungtiva
anemis, skelera tidak ikterik.
6. Hidung : simetris kiri dan kanan, tidak ada polip
7. Telingga : simetri kiri dan kanan dan fungsi pendengaran baik
8. Leher : terjadi pembengkakan pada daerah leher dan pembesaran pada kelenjer
tiroid, gangguan fungsi menelan.
9. Dada/thoraks
I : bentuk dada simetris kiri dan kanan
P : vocal premitus teraba
P : terdapat bunyi sonor
A : vesikuler
10. Jantung
I : ictus cordis terlihat
P : ictus tidak teraba
P : terdapat bunyi tidak normal
A : bj 1 bj 2 tidak teratur
11. Abdomen
I : simetris kiri dan kanan , tidak terdapat bendungan pembuluh
darah vena.
A : peningkatan bising usus
P : tidak terdapat nyeri tekan dan nyeri lepas
P : ympani
12. Ekstremitas : terjadi kelemahan, keletihan saat beraktifitas, tremor dan
peningkatan tonus otot.
C. Diagnosa
1. Kerusakan integritas jaringan
2. Ketidak seimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b/d peningkatan
metabolisme
D. Intervensi
No Diagnosa NOC NIC
. Keperawatan
1. Kerusakan integritas Setelah dilakukan 1. Anjurkan pasien hidari
jaringan tindakan keperawatan kerutan pada tempat
b/d : kerusakan integritas tidur
eksternal kulit pasien teratasi 2. Jaga kebersihan kulit
1. Hipertermi dan dengan kriteria hasil : agat tetap bersih dan
hipotermia 1. Integritas kulit kering
2. Radiasi yang kulit biasa di 3. Mobilisasi pasien
3. Faktor mekanik pertahankan 4. Monitor kulit akan ada
4. Imobilitas fisik 2. Tidak ada luka/lesi kemerahan
Internal pada kulit 5. Kaji peralatan yang
1. Perubahan status 3. Perfusi jaringn baik menyebabkan tekanan
metabolik 4. Mampu melindungi 6. Obsevasi luka
2. Tonjolan tulang kulit dan perawatan 7. Cega kontabinasi fese
3. Defisit imunologi alami. dengan urine
4. Perubahan 5. Menunjukkan 8. Lakukan perawatan
sirkulasi proses luka dengan steril
5. Perubahan turgor penyembuhan luka. 9. Berikan posisi yang
nyaman
2. Ketidak seimbangan Nutritional status : 1. Kaji adanya alergi
nutrisi kurang dari food and fluid intake. makana
kebutuhan tubuh b/d Kriteria hasil : 2. Kolaborasi dengan ahli
peningkatan 1. Adanyapeningkatan gizi unutk menentukan
metabolisme berat badan sesuai jumlah kalori dan
dengan tujuan nutrisi
Definis : intake nutrisi 2. Berat badan ideal 3. Anjurkan pasien untuk
tidak cukup untuk sesuai dengan meningkatkan intake
keperluan metebolisme tinggi badan Fe
tubuh. 3. Tidak ada tandanya 4. Yakin dien
mal nutrisi mengandung
Batasan karakteristeik : 4. Tidak terjadi seratuntuk mencegah
1. Berat badan penurunan berat konstipasi
20% atau lebih badan yang berat 5. Monitor jumlah nutrisi
di bawah ideal dan kandungan kalori
2. Di laporkan 6. Kaji pasien untuk
adanya intake mendapatkan nutrisi
makanan kurang yang dibutuhkan.
dari RDA
3. Membrane
mukosa dan
konjung tiva
pucat
4. Mudah merasa
kenyang saat
setelh mengunya
makanan
BAB IV
PEMBAHASAN
Kenapa disini kami mengambil diagnosa ini karna pada diagnosa pertama
adanya kerusakan jaringan pada tangan pasien yang di sebabkan karena terkena
bahan kimia yang mudah terbakar.
BAB V
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Sistem endokrin merupakan salah satu dari dua sistem kontrol utama tubuh.
Hormonehormon endokrin dibawa oleh system sirkulasi ke sel di seluruh tubuh.
Sejumlah hormone endokrin mempengaruhi banyak jenis sel tubuh. Seperti halnya
pada hormone tiroksin (tiroid) akan mempengaruhi peningkatan kecepatan berbagai
reaksi kimia di hampir semua sel tubuh. Hipertiroidisme digambarkan sebagai suatu
kondisi terjadinya kelebihan sekresi hormone tiroid sehingga menimbulkan efek
terjadinya peningkatan laju metabolisme dalam tubuh. Dimana jika telah terjadi
peningkatan laju metabolisme tubuh, maka akan mempengaruhi semua system-sistem
tubuh. Seperti: jika pada jantung yang mengakibatkan peningkatkan denyut jantung.
B. SARAN
Dengan adanya makalah ini diharapkan dapat membantu mahasiswa dalam
memahami masalah tentang gangguan atau kelainan serta asuhan keperawatan pada
klien dengan gangguan tiroid, tentang hipertiroid.
DAFTAR PUSTAKA
Guyton & Hall. (2008). Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Edisi II. Jakarta : EGC
Yanti Sri. 2013. “Keperawatan Medikal Bedah II”. Program studi ilmu keperawatan Stikes
Payung Negeri Pekanbaru
Brunner & Suddarth. (2002). Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah. Edisi. 8. Jakarta: EGC