Anda di halaman 1dari 24

TRIASE BENCANA SERTA

BERPIKIR KRITIS DAN SISTEMATIS

OLEH
1) JEMMY ALBERT NDUN
2) TONI HABRON NATONIS
3) FINCE RATU KELOMPO
4)
5)
ROMARIO ATOLO
MIRA BOIMAU
K6
A. KONSEP & MODEL-
MODEL TRIASE BENCANA

1. Pengertian Triase
Triase adalah suatu cara untuk menseleksi
atau memilah korban berdasarkan tingkat
kegawatan. Menseleksi dan memilah korban
tersebut bertujuan untuk mempercepat dalam
memberikan pertolongan terutama pada para
korban yang dalam kondisi kritis atau
emergensi sehingga nyawa korban dapat
diselamatkan.
1. Pasien datang ke triase Keamanan
SKEMA TRIASE dari bahaya adalah diatas segalanya

2. Kajihal-halberikut : keluhan utama, Airway, Breathing, 3. Evaluasi cepat Apakah


Circulation, Disbility, Riwayat yang terbatas, Co – pasien stabil ?
morbiditas

4. Membedakan predictor darihasil


yang buruk dari data yang lain yang
dikumpulkan selama pengkajian di
triase Menetapkan katagory ATS yang
sesuai dalam menanggapi hasil
5. Mengidentifikasi pasien yang penilaian data klinis
memiliki bukti atau resiko tinggi
ketidakstabilan fisiologis
6.Mengalokasikan staf untuk pasien
termasuk serah terima singkat
7. Lanjutkan model perawatan kepada staf klinis
pasien di IGD
2. Konsep dan Klasifikasi Triase
1) Konsep Triase antara lain :
a) Tujuan utama adalah untuk mengidentifikasi
kondisi mengancam nyawa
b) Tujuan kedua adalah untuk memprioritaskan
pasien menurut ke akutannya
c) Pengkatagorian mungkin ditentukan sewaktu-
waktu
d) Jika ragu, pilih prioritas yang lebih tinggi untuk
menghindari penurunan triage
KLASIFIKASI DIBAGI MENJADI 3 YAITU :
4) Klasifikasi Triage Dalam Gambaran Kasus
a) Prioritas 1 – Kasus Berat
 Perdarahan berat
 Asfiksia, cedera cervical, cedera pada maxilla
 Trauma kepala dengan koma dan proses shock yang cepat
 Fraktur terbuka dan fraktur compound
 Luka bakar > 30 % / Extensive Burn
 Shock tipe apapun
b) Prioritas 2 – Kasus Sedang
 Trauma thorax non asfiksia
 Fraktur tertutup pada tulang panjang
 Luka bakar terbatas  
 Cedera pada bagian / jaringan lunak
c) Prioritas 3 – Kasus Ringan
 Minor injuries
 Seluruh kasus-kasus ambulant / jalan
d) Prioritas 0 – Kasus Meninggal
 Tidak ada respon pada semua rangsangan
 Tidak ada respirasi spontan
 Tidak ada bukti aktivitas jantung
 Tidak ada respon pupil terhadap cahaya
3. Penilaian di tempat dan Prioritas Triase
Kondisi penilaian di tempat dan prioritas triase antara lain :
a) Pertahankan keberadaan darah universal dan cairan.
b) Tim respons pertama harus menilai lingkungan atas kemungkinan
bahaya, keamanan dan jumlah korban untuk menentukan tingkat
respons yang memadai.
c) Beritahukan koordinator untuk mengumumkan musibah massal dan
kebutuhan akan dukungan antar instansi sesuai yang ditentukan oleh
beratnya kejadian.
d) Kenali dan tunjuk pada posisi berikut bila petugas yang mampu tersedia :
Petugas Komando Musibah
Petugas Komunikasi
Petugas Ekstrikasi/Bahaya
Petugas Triase Primer
Petugas Triase Sekunder
Petugas Perawatan
Petugas Angkut atau Transportasi
e). Kenali dan tunjuk area sektor musibah massal :
Sektor Komando/Komunikasi Musibah
Sektor Pendukung (Kebutuhan dan Tenaga)
Sektor Musibah
Sektor Ekstrikasi/Bahaya
Sektor Triase
Sektor Tindakan Primer
Sektor Tindakan Sekunder
Sektor Transportasi
f). Rencana Pasca Kejadian Musibah massal :
Kritik Pasca Musibah
CISD (Critical Insident Stress Debriefing)
4. Triase dalam Bencana
Bencana merupakan peristiwa yang terjadi
secara mendadak atau tidak terncana atau
secara perlahan tetapi berlanjut, baik yang
disebabkan alam maupun manusia, yang
dapat menimbulkan dampak kehidupan
normal atau kerusakan ekosistem, sehingga
diperlukan tindakan darurat dan luar biasa
untuk menolong, menyelamatkan manusia
beserta lingkunganya.
Berikut langkah-langkah yang harus dilakukan
penolong saat terjadi bencana :
a) Penolong pertama melakukan penilaian cepat tanpa
menggunakan alat atau melakuakan tindakan medis.
b) Panggil penderita yang dapat berjalan dan kumpulkan
diarea pengumpulan
c) Nilai penderita yang tidak dapat berjalan, mulai dari
posisi terdekat dengan
penolong.
d). Inti Penilaian Triage Medis (TRIASE dalam bencana
memiliki 4 warna Hitam (penderita sudah tidak dapat
ditolong lagi/meninggal), Merah (penderita mengalami
kondisi kritis sehingga memerlukan penanganan yang
lebih kompleks), Kuning (kondisi penderita tidak kritis),
Hijau (penanganan pendirita yang memiliki
kemungkinan hidup lebih besar.
1) Langkah 1: Respirasi
a) Tidak bernapas, buka jalan napas, jika tetap tidak bernapas beri TAG HITAM
b) Pernfasan >30 kali /menit atau <10 kali /meni beri TAG MERAH
c) Pernafasn 10-30 kali /menit: lanjutkan ke tahap berikut
2) Langkah 2: Cek perfusi (denyut nadi radial) atau capillary refill test
(kuku atau bibir kebiruan)
d) Bila CRT > 2 detik: TAG MERAH
e) Bila CRT < 2 detik: tahap berikutnya
f) Bila tidak memungkinankan untu CRT (pencahayaan kurang), cek nadi radial, bila
tidak teraba/lemah; TAG MERAH
g) Bila nadi radial teraba: tahap berikutnya
3) Langkah 3: Mental Status
h) Berikan perintah sederhana kepada penderita, jika dapat mengikuti perintah: TAG
KUNING
i) Bila tidak dapat mengikuti perintah: TAG MERAH
• Tindakan yang haru CEPAT dilakuakn adalah :
a) Buka jalan napas, bebaskan benda asing atau darah
b) Berikan nafas buatan segara jika korban tidak bernafas
c) Balut tekan dan tinggikan jika ada luka terbuka/perdarahan
B. BERPIKIR KRITIS & SISTEMATIS

Berfikir Kritis
Berpikir kritis adalah kemampuan untuk berpikir pada level
yang kompleks dan menggunakan proses analisis dan
evaluasi. Gunawan (2003:177-178)
Berpikir kritis dalam keperawatan merupakan komponen
dasar dalam mempertanggungjawabkan profesi dan
kualitas perawatan. Pemikir kritis keperawatan
menunjukkan kebiasaan mereka dalam berpikir,
kepercayaan diri, kreativitas, fleksibiltas, pemeriksaan
penyebab (anamnesa), integritas intelektual, intuisi, pola
piker terbuka, pemeliharaan dan refleksi.
Karakteristi k Berpikir Kriti s

a) Konseptualisasi. 
b) Rasional dan beralasan. 
c) Reflektif.
d) Bagian dari suatu sikap.
e) Kemandirian berpikir.
f) Berpikir adil dan terbuka.
g) Pengambilan keputusan berdasarkan
keyakinan
Metode Berfikir Kritis

• Freely mengidentifikasi 7 metode critical thinking :


– Debate : metode yang digunakan untuk mencari, membantu, dan merupakan
keputusan yang beralasan bagi seseorang atau kelompok dimana dalam proses terjadi
perdebatan atau argumentasi.
– Individual decision : Individu dapat berdebat dengan dirinya sendiri dalam proses
mengambil keputusan.
– Group discussion : sekelompok orang memperbincangkan suatu masalah dan masing-
masing mengemukakan pendapatnya.
– Persuasi : komunikasi yang berhubungan dengan mempengaruhi perbuatan, keyajinan,
sikap, dan nilai-nilai orang lain melalui berbagai alas an, argument, atau bujukan. Debat
dan iklan adalah dua bentuk persuasi.
– Propaganda : komunikasi dengan menggunakan berbagai media yang sengaja
dipersiapkan untuk mempengaruhi massa pendengar.
– Coercion : mengancam atau menggunakan kekuatan dalam berkomunikasi untuk
memaksakan suatu kehendak.
– Kombinasi beberapa metode.
ELEMEN BERPIKIR KRITIS

Elemen berpikir kritis antara


lain:
Menentukan tujuan
Menyususn pertanyaan
atau membuat kerangka
masalah
Menujukan bukti
Menganalisis konsep
Asumsi
Aspek-Aspek Berfikir Kritis
• Perilaku berpikir kritis seseorang dapat dilihat dari beberapa aspek :
a) Relevance.  Keterkaitan dari pernyataan yang dikemukan. 
b) Importance. Penting tidaknya isu atau pokok-pokok pikiran yang
dikemukaan.
c) Novelty. Kebaruan dari isi pikiran, baik dalam membawa ide-ide atau
informasi baru maupun dalam sikap menerima adanya ide-ide orang lain.
d) Outside material. Menggunakan pengalamanya sendiri atau bahan-bahan
yang diterimanya dari perkuliahan.
e) Ambiguity clarified. Mencari penjelasan atau informasi lebih lanjut jika
dirasakan ada ketidak jelasan.
f) Linking ideas. Senantiasa menghubungkan fakta, ide atau pandangan serta
mencari data baru dari informasi yang berhasil dikumpulkan.
g) Justification. Memberi bukti-bukti, contoh, atau justifikasi terhadap suatu
solusi atau kesimpulan yang diambilnya. Termasuk didalamnya senantiasa
memberikan penjelasan mengenai keuntungan dan kerungian dari suatu
situasi atau solusi.
Pemecahan Masalah Dalam Berfikir Kritis

• Langkah-langkah pemecahan masalah antara lain


Mengetahui hakekat dari masalah dengan
mendefinisikan masalah yang dihadapi.
Mengumpulkan fakta-fakta dan data yang relevan.
Mengolah fakta dan data.
Menentukan beberapa alternatif pemecahan masalah.
Memilih cara pemecahan dari alternatif yang dipilih.
Memutuskan tindakan yang akan diambil.
Evaluasi.
BERPIKIR SISTEMATIS

Berpikir sistematik (sistematic
thinking), artinya memikirkan
segala sesuatu berdasarkan
kerangka metode tertentu,
ada urutan dan proses
pengambilan keputusan. Di
sini diperlukan ketaatan dan
kedisiplinan terhadap proses
dan metoda yang hendak
dipakai.
OPINI KELOMPOK
Dari materi yang kami paparkan di dalam makalah ini maka
kelompok kami berpendapat bahwa materi konsep dan model-
model triage bencana merupakan materi yang sangat penting dalam
mengetahui tingkat kegawatdaruratan pada klien pada saat terjadi
bencana atau musibah.
Dimana terdapat beberapa prioritas yaitu prioritas nol (hitam)
terjadi pada kasus klien dengan kematian, prioritas pertama
(merah) terjadi gawat darurat pada klien bila tidak segera ditangani
dapat mengancam jiwa, prioritas kedua (kuning) terjadi tidak gawat
apabila tidak ditolong maka korban tidak akan mengalami ancaman
jiwa dalam waktu dekat, prioritas ketiga (hijau) terjadi tidak gawat
tidak darurat dimana kondisi korban tidak serius atau tidak
membutuhkan stabilisasi segera.
PERAN PERAWAT

Perawat berperan untuk


mempersiapkan pertolongan untuk
membantu melakukan upaya
penyelamatan atau perawatan fisik,
mental dan emosional pada korban
saat bencana atau musibah terjadi.
Dan juga perawat memainkan peran
penting dalam kesiap siagaan
bencana, respons/pemulihan dan
evaluasi terutama dalam mengurangi
kerentanan dan meminimalkan risiko
dalam suatu bencana atau musibah.
fungsi dan tugas perawat dalam situasi bencana
dapat dijabarkan menurut fase dan keadaan yang
berlaku saat terjadi bencana

a. Fase Pra-bencana:
1) Perawat mengikuti pendidikan dan pelatihan bagi tenaga
kesehatan dalam penanggulangan ancaman bencana untuk
setiap fasenya.
2) Perawat ikut terlibat dalam berbagai dinas pemerintahan,
organisasi lingkungan, palang merah nasional, maupun lembaga-
lembaga kemasyarakatan dalam memberikan penyuluhan dan
simulasi persiapan menghadapi ancaman bencana kepada
masyarakat.
3) Perawat terlibat dalam program promosi kesehatan untuk
meningkatkan kesiapan masyarakat dalam menghadapi bencana
b. Fase Bencana:

1) Bertindak cepat
2) Do not promise. Perawat seharusnya tidak menjanjikan
apapun dengan pasti, dengan maksud memberikan
harapan yang besar pada para korban selamat.
3) Berkonsentrasi penuh pada apa yang dilakukan.
4) Koordinasi danmenciptakan kepemimpinan.
5) Untuk jangka panjang, bersama-sama pihak yang
terkait dapat mendiskusikan dan merancang master
plan of revitalizing, biasanya untuk jangka waktu 30
bulan pertama.
c. Fase Pasca bencana

1. Bencana tentu memberikan bekas khusus bagi keadaaan fisik,


sosial, dan psikologis korban.
2. Stres psikologis yang terjadi dapat terus berkembang hingga
terjadi posttraumatic stress disorder (PTSD) yang merupakan
sindrom dengan tiga kriteria utama. Pertama, gejala trauma
pasti dapat dikenali. Kedua, individu tersebut mengalami gejala
ulang traumanya melalui flashback, mimpi, ataupun
peristiwaperistiwa yang memacunya.
3. Tim kesehatan bersama masyarakat dan profesi lain yang terkait
bekerja sama dengan unsur lintas sektor menangani masalah
kesehatan masyarakat pascagawat darurat serta mempercepat
fase pemulihan menuju keadaan sehat dan aman.

Anda mungkin juga menyukai