Anda di halaman 1dari 13

MAKALAH PERAN PERAWAT GERONTIK

OLEH:

KELOMPOK 3/ KELAS : A/VII

Nama anggota :

1. Meldaria Amalo(132702718)
2. Mash R. F. Leki (132502718)
3. Marsel Ndawa Lowu(132402718)
4. Melkianus Lede Malo (132902718)

Prodi : S1 Keperawatan

Mata kuliah : Keperawatan Gerontik

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN MARANATHA

KUPANG

2021

KATA PENGANTAR
Rasa syukur yang dalam kami sampaikan kehadirat Allah yang maha ESA, karena
berkat kemurahanNYA makalah ini dapat kami selesaikan sesuai yang diharapkan dalam
makalah ini kami membahas tentang “Peran Perawat Gerontik”.

Makalah ini di buat dalam rangka memperdalam pemahaman keperawatan gerontik.


Dalam proses pendalaman materi ini, tentunya kami mendapatkan bimbingan, arahan, koreksi
dan saran, untuk itu rasa terima kasih yang dalam kami sampaikan kepada dosen mata kuliah
keperawatan gerontik, dan rekan-rekan mahasiswa yang telah banyak memberikan masukan
untuk makalah ini.

Demikian makalah ini kami buat semoga bermanfaat .

Kupang, September 2021

Penulis

DAFTAR ISI
Halaman Cover.........................................................................................................i

Kata Pengantar.........................................................................................................ii

Daftar Isi...................................................................................................................iii

BAB 1 PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang........................................................................................


1.2. Rumusan Masalah...................................................................................

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

1.1.........................................................................................................................Definisi
........................................................................................................................
1.2.........................................................................................................................Peran
perawat...........................................................................................................
1.3.........................................................................................................................Peran
perawat pada klien lansia sesuai proses penuaan...........................................

BAB 3 PENUTUP

1. Kesimpulan..............................................................................................

DAFTAR PUSTAKA
BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Sejak dalam kandungan manusia terus tumbuh dan berkembang seiring dengan
bertambahnya usia. Setiap manusia menjalani serangkaian tahap pertumbuhan sepanjang
kehidupannya yang berawal dari tahap bayi, kanakkanak, remaja, dewasa awal, dan
berakhir di dewasa akhir (lanjut usia). Masa usia tua (lansia) dimulai setelah pensiun,
biasanya antara usia 65 dan 75 tahun (Dewy, 2013).
Proses penuaan (lansia)merupakan suatu proses alami yang tidak dapat dihindari,
berjalan secara terus menerus, dan berkesinambungan. Selanjutnya akan menyebabkan
perubahan anatomis, fisiologis, dan biokimiapada tubuh sehingga akan mempengaruhi
fungsi dan kemampuan tubuh secara keseluruhan. Proses menua manusia mengalami
perubahan menuju ketergantungan fisik dan mental. Keluhan yang menyertai proses
menua menjadi tanda adanya penyakit, biasanya disertai dengan adanya perasaan cemas,
depresi atau mengingkari penyakitnya. Apalagi penyakit stadium terminal (tinggal
menunggu ajal) dalam prediksi secara medis sering diartikan penderita tidak lama lagi
meninggal dunia .keaadan ini menyebabkan lansia mengalami kecemasan menghadapi
kematian. (Wahyudi,2008). Dengan meningkatnya usia untuk harapan hidup merupakan
salah satu penunjuk dalam keberhasilan pembangunan, khususnya dalam bidang
kesehatan dengan peningkatan usia harapan hidup pada masa lanjut usia (BPS,2004).
Data WHO tahun 2000 menunjukkan, di seluruh dunia, sekitar 26,4% penghuni
bumi mengidap hipertensi dengan perbandingan 26,6% pria dan 26,1% wanita. Angka ini
kemungkinan akan meningkat menjadi 29,2% di tahun 2025. Dari 972 juta pengidap
hipertensi, 333 juta berada di negara maju dan 639 sisanya berada di negara sedang
berkembang, temasuk Indonesia khususnya pada kelompok umur lanjut usia
(Andra,2007).Provinsi Jawa 2 Tengah, jumlah penduduk yang berusia diatas 60 tahun
berjumlah 3.131.514 jiwa. Di Semarang jumlah penduduk lanjut usia pada tahun 2013
tercatat 765.240 jiwa, dengan laki-laki 370.645 dan perempuan 394595 (Badan pusat
statistik Kabupaten Semarang, 2013).
Hipertensi pada lanjut usia sebagian besar merupakan hipertensi sistolik terisolasi
(HST), meningkatnya tekanan sistolik menyebabkan besarnya kemungkinan timbulnya
kejadian stroke dan infark myocard bahkan walaupun tekanan diastoliknya dalam batas
normal (isolated systolic hypertension). Isolated systolic hypertension adalah bentuk
hipertensi yang paling sering terjadi pada lansia.Pada suatu penelitian, hipertensi
menempati 87% kasus pada orang yang berumur 50 sampai 59 tahun. Adanya hipertensi,
baik HST maupun kombinasi sistolik dan diastolik merupakan faktor risiko morbiditas
dan mortalitasuntukorang lanjut usia. Hipertensi masih merupakan faktor risiko utama
untuk stroke, gagal jantung penyakit koroner, dimana peranannya diperkirakan lebih
besar dibandingkan pada orang yang lebih muda (Kuswardhani, 2007).
Peran perawat pada lansia di panti diantaranya ialah sebagai care giver (pemberi
asuhan langsung), dimana perawat dapat memberikan pelayanan keperawatan secara
langsung dan tidak langsung kepada klien, menggunakaan pendekatan proses
keperawatan yang meliputi pengkajian, menegakkan diagnosa keperawatan berdasarkan
hasil analisis data, merencanakan intervensi keperawatan dan melaksanakan tindakan
keperawatan sesuai dengan rencana yang ada dan melakukan evaluasi sesuai respon klien.
Sebagai pendidik klien, perawat membantu klien mengingatkan kesehatannya melalui
pemberian pengetahuan yang terkait dengan keperawatan dan tindakan medicyang
diterima sehingga klien dapat lebih mengetahui mengenai keadaan yang sedang dialami.
Sebagai komunikasi, perawat dapat melakukan komunikasi yang baik dan benar guna
untuk mengetahui tentang keadaan klien sehingga mampu mendiagnosa dan menemukan
hal-hal yang mereka butuhkan selama proses perawatan. Sebagai pemberi bimbingan
/konseling, tugas perawat utama adalah mengidentifikasi 3 perubahan pola interaksi pada
klien .adanya pola interaksi merupakan dasar dalam merencanakan metode untuk
meningkatkan kemampuan adaptasi, perawat dapat memberikan konseling/bimbingan
kepada klien mengenai pemecahan masalah yang difokuskan pada masalah keperawatan,
dan mengubah perilaku hidup ke arah hidup sehat. (Stanley, Mickey, 2007).
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas dapat dirumuskan beberapa masalah yaitu :
1. Apa itu peran perawat ?
2. Apa saja peran perawat gerontik?
BAB 2

TINJAUAN TEORI

2.1 Definisi

Peran biasa dimaknai sebagai satu pola tingkah laku, kepercayaan, nilai, dan
sikap yang diharapkan oleh masyarakat hal ini menandai seseorang sesuai
kedudukannya dalam kehidupan sosial (Sudarma, 2008). Peran perawat terdiri dari
peran sebagai pemberi asuhan keperawatan, advokat pasien, pendidik, koordinator,
kolaborator, konsultan dan peneliti (Hidayat, 2007).
Sebagai pendidik klien, perawat membantu klien mengingatkan kesehatannya
melalui pemberian pengetahuan yang terkait dengan keperawatan dan tindakan
medicyang diterima sehingga klien dapat lebih mengetahui mengenai keadaan yang
sedang dialami. Sebagai komunikasi, perawat dapat melakukan komunikasi yang baik
dan benar guna untuk mengetahui tentang keadaan klien sehingga mampu
mendiagnosa dan menemukan hal-hal yang mereka butuhkan selama proses
perawatan. Sebagai pemberi bimbingan /konseling, tugas perawat utama adalah
mengidentifikasi 3 perubahan pola interaksi pada klien .adanya pola interaksi
merupakan dasar dalam merencanakan metode untuk meningkatkan kemampuan
adaptasi, perawat dapat memberikan konseling/bimbingan kepada klien mengenai
pemecahan masalah yang difokuskan pada masalah keperawatan, dan mengubah
perilaku hidup ke arah hidup sehat. (Stanley, Mickey, 2007).

2.2 Peran perawat

Adapun peran-peran perawat menurut Mubarak & Chayati, (2009) sebagai berikut:

1. Pemberi perawatan (Care Giver)


Pada peran ini perawat diharapkan mampu untuk :
a. Memberikan pelayanan keperawatan kepada kelompok, keluarga,
individu, dan masyarakat sesuai dengan diagnosis permasalah yang
terjadi, mulai dari masalah yang bersifat sederhanadan mudah
ditangani, sampai masalah yang tergolong kompleks;
b. Memperhatikan individu dalam konteks sesuai kehidupan yang klien
alami. Perawat harus memerhatikan klien berdasarkan kebutuhan
signifikannya;
c. Ketika mengidentifikasi diagnosis keperawatan dapat menggunakan
proses keperawatan, mulai dari masalah fisik hingga psikologis.
2. Konselor (Counsellor)
Konseling adalah proses untuk membantu klien agar klien dapat menyadari
dan mengatasi tekanan masalah sosial ataupupsikologis, untuk membangun
hubungan interpersonal yang baik, serta untuk meningkatkan perkembangan
seseorang di dalamnya diberikan dukungan emosional dan intelektual. Pada
peran ini perawat diharapkan mampu untuk:
a. Mengidentifikasi perubahan pola interaksi klien terhadap keadaan sehat
sakitnya;
b. Perubahan pola interaksi adalah dasar dalam merencanakan metode
guna meningkatkan kemampuan adaptasinya;
c. Memberikan bimbingan atau konseling penyuluhan kepada individu
atau keluarga dalam mengintegrasikan pengalaman kesehatan sekarang
dengan pengalaman yang lalu;
d. Pemecahan masalah akan difokuskan pada masalah keperawatan;
e. Mengubah perilaku hidup sehat (perubahan pola interaksi).
3. Advokat (Advocate)
Peran ini dilakukan perawat dalam membantu klien dan keluarganya dalam
memahami dan mengerti berbagai informasi dari pemberi pelayanan atau
informasi lain khususnya dalam pengambilan keputusan serta persetujuan atas
tindakan keperawatan yang diberikan kepada klien. Selain itu juga dapat
berperan dalam mempertahankan serta membantu melindungi hak-hak klien,
yang meliputi hak atas pelayanan yang sebaik-baiknya, hak atas informasi
mengenai penyakitnya, hak atas privasi klien, hak untuk menentukan nasibnya
sendiri, dan hak untuk menerima ganti rugi akibat kelalaian tindakan dari
tenaga medis maupun institusi rumah sakit.
4. Edukator (Educator)
Peran ini dilakukan dengan membantu klien dalam meningkatkan tingkat
pengetahuan kesehatannya, gejala penyakit bahkan tindakan yang diberikan,
sehingga terjadi perubahan perilaku dari klien setelah dilakukan pemberian
pendidikan kesehatan.
5. Koordinator (Coordinator)
Peran ini terlaksana karena adanya pelayanan kesehatan dari tim kesehatan
yang mengarahkan, merencanakan, serta mengorganisasi, sehingga pemberian
pelayanan kesehatan terarah, serta sesuai dengan kebutuhan klien.
6. Kolaborator (Collaborator)
Peran ini dilakukan karena perawat bekerja melalui tim kesehatan yang terdiri
atas dokter, fisioterapis, ahli gizi, radiologi, laboraboratium, dan lain-lain
dengan berupaya mengidentifikasi pelayanan keperawatan yang diperlukan,
termasuk diskusi atau tukarpendapat 30 dengan tenaga kesehatan lain dalam
penentuan bentuk pelayanan selanjutnya.
7. Konsultan (Consultant)
Peran perawat sebagai konsultan yaitu sebagai tempat konsultasi mengenai
masalah atau tindakan keperawatan yang tepat untuk diberikan. Peran ini
dilakukan atas permintaan klien terhadap informasi menenai tujuan pelayanan
keperawatan yang diberikan.
8. Pembaharu Peran
sebagai pembaharu dapat dilakukan dengan mengadakan perencanaan,
perubahan yang sistematis,kerja sama dan terarah sesuai dengan metode
pemberian pelayanan keperawatan.

2.3 Peran Perawat pada klien lansia sesuai Proses Penuaan

Proses Perawatan Kesehatan bagi para Lansia merupakan tugas yang


membutuhkan suatu kondisi yang bersifat komprehnsif sehingga diperlukan suatu
upaya penciptaan suatu keterpaduan antara berbagai proses yang dapat terjadi pada
lansia. Untuk mencapai tujuan yang lebih maksimal, konsep dan strategi pelayanan
kesehatan bagi para lansia memegang peranan yang sangat penting dalam hal ini tidak
lepas dari peran perawat sebagai unsur pelaksana. Dalam proses tersebut, peran
perawat yang dapat dikembangkan untuk merawat lansia, berdasarkan proses penuaan
yang terjadi, yaitu :
1. Peran Perawat dalam menghadapi Perubahan Biologik (Fisik).
Perawatan dengan perubahan fisik adalah perawatan yang
memperhatikan kesehatan objektif, kebutuhan, kejadian-kejadian yagn dialami
oleh lansia semasa hidupnya, perubahan fisik pada organ tubuh, tingkat
kesehatan yang masih bisa dicapai dan dikembangkan, serta penyakit yang
dapat dicegah atau ditekan progresivitasnya. Perawatan fisik ini terbagi
menjadi dua bagian, yaitu :
a. Perawatan bagi usila yang masih aktif, yang keadaan fisiknya
Masih mampu bergerak tanpa bantuan orang lain sehingga
kebutuhannya sehari-hari bisa dipenuhi sendiri.
b. Perawatan bagi usila yang pasif atau tidak dapat bangun, yang
keadaan fisiknya

mengalami kelumpuhan atau kesakitan sehingga memerlukan bantuan


orang lain untuk melakukan kebutuhannya sendiri. Disinilah peran perawat
teroptimalkan, terutama tentang hal-hal yang berhubungan dengan kebersihan
perorangan untuk mempertahankan kesehatannya, dan untuk itu perawat harus
mengetahui dasar perawatan bagi pasien lansia.

Peran perawat dalam membantu kebersihan perorangan sangat penting


dalam usaha mencegah timbulnya peradangan, mengingat sumber infeksi
dapat timbul bila kebersihan kurang mendapat perhatian. Selain itu
kemunduran kondisi fisik akibat proses ketuaan dapat mempengaruhi
ketahanan tubuh terhadap gangguan infeksi dari luar. Untuk para lansia yang
masih aktif, peran perawat sebagai pembimbing mengenai kebersihan mulut
dan gigi, kebersihan kulit dan badan, kebersihan rambut dan kuku, kebersihan
tempat tidur serta posisi tidir, hal makanan, cara mengkonsumsi obat, dan cara
pindah dari kursi ke tempat tidur atau sebaliknya. Kegiatan yang dilakukan
secara rutin akan sangat penting dipertahankan pada lansia dengan melihat.
Kemampuan yang ada, karena adanya potensi kelemahan atropi otot dan
penurunan fungsi.

2. Peran Perawat dalam menghadapi Perubahan Sosial.


Dalam perannya ini, perawat perlu melakukan pendekatan sosial
sebagai salah satu upayanya adalah memberikan kesempatan berkumpul
dengan sesama usila. Mereka dapat bertukar cerita atau bertukar pikiran dan
memberikan kebahagiaan karena masih ada orang lain yang mau bertukar
pikiran serta menghidupkan semangat sosialisasi. Hasil kunjungan ini dapat
dijadikan pegangan bahwa para lansia tersebut adalah makluk sosial juga,
yang membutuhkan kehadiran orang lain.
3. Peran Perawat dalam menghadapi Perubahan Psikologi
Pada lansia, terutama yang melakukan kegiatan pribadi, memerlukan
bantuan orang lain, memerlukan sebagai suporter, interprester terhadap segala
sesuatu yang asing, penampung rahsia pribadi, dan sahabat yang akrab. Peran
perawat disini melakukan suatu pendekatan psikis, dimana membutuhkan
seorang perawat yang memiliki kesabaran, ketelitian dan waktu yang cukup
banyak untuk menerima berbagai keluhan agar para usila merasa puas.
Pada dasarnya pasien lansia membutuhkan rasa aman dan cinta kasih
lingkungannya, termasuk perawat sehingga perawat harus menciptakan
suasana aman, tenang dan membiarkan klien lansia melakukan atau kegiatan
lain yang disenangi sebatas kemampuannya. Peran perawat disini juga sebagai
motivator atau membangkitkan kreasi pasien yang dirawatnya untuk
mengurangi rasa putus asa, rendah diri, rasa terbatas akibat ketidak
mampuannya. Hal ini perlu dilakukan karena bersamaan dengan makin
lanjutnya usia, terjadi perubahan psikis yang antara lain menurunnya daya
ingat akan peristiwa yang baru saja terjadi, perubahan pola tidur dengan
kecenderungan untuk tiduran di siang hari dan pengeseran libido.
Mengubah tingkah laku dan pandangan terhadap kesehatan lansia tidak
dapat dilakukan seketika. Seorang perawat harus melakukannya secara
perlahan-lahan dan bertahap serta mendukung mental mereka kearah
pemuasan pribadi sehingga seluruh pengalaman yang dilalui tidak menambah
beban tetapi justru tetap memberikan rasa puas dan bahagia.
BAB 3

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Tahap lansia adalah tahap siklus akhir hidup manusia dan merupakan bagian
dari proses kehidupan yang tak dapat dihindari dan akan dialami oleh siapapun.
Masuk pada tahap ini seseorang akan mengalami banyak perubahan baik secara fisik
maupun mental, khususnya kemunduran dalam berbagai fungsi serta kemampuan
yang pernah dimilikinya.

perawat dapat memberikan pelayanan keperawatan secara langsung dan tidak


langsung kepada klien, menggunakaan pendekatan proses keperawatan yang meliputi
pengkajian, menegakkan diagnosa keperawatan berdasarkan hasil analisis data,
merencanakan intervensi keperawatan dan melaksanakan tindakan keperawatan sesuai
dengan rencana yang ada dan melakukan evaluasi sesuai respon klien. Sebagai
pendidik klien, perawat membantu klien mengingatkan kesehatannya melalui
pemberian pengetahuan yang terkait dengan keperawatan dan tindakan medicyang
diterima sehingga klien dapat lebih mengetahui mengenai keadaan yang sedang
dialami.
DAFTAR PUSTAKA

American Nurses Association (ANA) 1986, Standard of Home Care Nursing Practise,
Washington, DC : Author.

Bailon, S.G dan A.S Maglaya 1987, Family Health Nursing : the Proses, Philippiness : UP
College on Nursing Diliman.

Direktorat Bina Pelayanan Keperawatan 2006, Panduan Pelayanan Keperawatan Kesehatan


Di Rumah, Depkes RI : Direktorat Jenderal Bina Pelayanan Medik.

Effendi, Ferry dan Makhfudli 2009, Keperawatan Kesehatan Komunitas : Teori dan Praktik
dalam Keperawatan, Jakarta : Salemba Medika.

Effendy, Nasrul 1998, Dasar-dasar Keperawatan Kesehatan Masyarakat. Edisi 2, Jakarta :


EGC.

FIK UI 2000, Kumpulan Makalah Pelatihan Asuhan Keperawatan Keluarga di Jakarta


tanggal 7 – 10 Nopember 2000. Tidak dipublikasikan.

Friedman, M.M 1998, Family Nursing : Research, Theory and Practise. (4th ed),
Coonecticut : Appleton-Century-Cropts.

Friedman, M 1998, Keperawatan Keluarga Teori dan Praktik. Edisi 3, Jakarta : EGC.

Keputusan Menteri Kesehatan No. 908 tahun 2010 tentang Pedoman Penyelenggaraan
Pelayanan Keperawatan Keluarga.

Murwani, Arita 2007, Asuhan Keperawatan Keluarga : Konsep dan Aplikasi Kasus,
Yogyakarta : Mitra Cendekia Press.

Reynata, V 2003, Kekerasan Dalam Rumah Tangga. http://www.fh.iu diakses pada tanggal
12 November 2011.
Sumijatun, dkk 2005, Konsep Dasar Keperawatan Komunitas, Jakarta : EGC.

Anda mungkin juga menyukai