Anda di halaman 1dari 9

KWASHIORKOR

A. Pengertian
Kata “kwarshiorkor” berasal dari bahasa Ghana-Afrika yang berati “anak yang
kekurangan kasih sayang ibu”. • Kwashiorkor adalah suatu syndrome klinik yang timbul
sebagai akibat adanya kekurangan protein yang parah dan pemasukan kalori yang kurang
dari yang dibutuhkan. (Behrman, Richard E. 1994 : 299)
• Kwashiorkor adalah salah satu bentuk malnutrisi protein berat yang disebabkan oleh
intake protein yang inadekuat dengan intake karbohidrat yang normal atau tinggi.
• kwashiorkor adalah satu bentuk malnutrisi yang disebabkan oleh defisiensi protein yang
berat bisa dengan konsumsi energi dan kalori tubuh yang tidak mencukupi kebutuhan.
• Kwashiorkor atau busung lapar adalah salah satu bentuk sindroma dari gangguan yang
dikenali sebagai Malnutrisi Energi Protein (MEP) Dengan beberapa karakteristik berupa
edema dan kegagalan pertumbuhan,depigmentasi,hyperkeratosis.
•Jadi kwashiorkor, adalah suatu syndrome klinik yang timbul sebagai akibat adanya
kekurangan protein dengan intake karbohidrat yang normal atau tinggi dikenali sebagai
Malnutrisi Energi Protein (MEP) dengan beberapa karakteristik berupa edema dan
kegagalan pertumbuhan,depigmentasi,hyperkeratosis

B. Etiologi
Penyebab terjadinya kwashiorkor adalah inadekuatnya intake protein yang berlansung
kronis. Faktor yang dapat menyebabkan hal tersebut antara lain :
1. Pola makan Protein (asam amino) adalah zat yang sangat dibutuhkan anak untuk
tumbuh dan berkembang. Meskipun intake makanan mengandung kalori yang cukup,
tidak semua makanan mengandung protein / asam amino yang memadai. Bayi yang
masih menyusui umumnya mendapatkan protein dari ASI yang diberikan ibunya, namun
bagi yang tidak memperoleh ASI protein dari sumber-sumber lain (susu, telur, keju, tahu
dll) sangatlah dibutuhkan. Kurangnya pengetahuan ibu mengenai keseimbangan nutrisi
anak berperan penting terhadap terjadi kwashiorkhor, terutama pada masa peralihan ASI
ke makanan pengganti ASI.
2. Faktor sosial Hidup di negara dengan tingkat kepadatan penduduk yang tinggi,
keadaan sosial dan politik tidak stabil, ataupun adanya pantangan untuk menggunakan
makanan tertentu dan sudah berlansung turun temurun dapat menjadi hal yang
menyebabkan terjadinya kwashiorkor.
3. Faktor ekonomi Kemiskinan keluarga / penghasilan yang rendah yang tidak dapat
memenuhi kebutuhan berakibat pada keseimbangan nutrisi anak tidak terpenuhi, saat
dimana ibunya pun tidak dapat mencukupi kebutuhan proteinnya.
4. Faktor infeksi dan penyakit lain Telah lama diketahui bahwa adanya interaksi sinergis
antara MEP dan infeksi. Infeksi derajat apapun dapat memperburuk keadaan gizi. Dan
sebaliknya MEP, walaupun dalam derajat ringan akan menurunkan imunitas tubuh
terhadap infeksi. Seperti gejala malnutrisi protein disebabkan oleh gangguan penyerapan
protein, misalnya yang dijumpai pada keadaan diare kronis, kehilangan protein secara
tidak normal padaproteinuria (nefrosis), infeksi saluran pencernaan, serta kegagalan
mensintesis protein akibat penyakit hati yang kronis

C. Epidemiologi
Kasus ini sering dijumpai di daerah miskin, persediaan makanan yang terbatas, dan
tingkat pendidikan yang rendah. Penyakit ini menjadi masalah di negara-negara miskin
dan berkembang di Afrika, Amerika Tengah, Amerika Selatan dan Asia Selatan. Di
negara maju sepeti Amerika Serikat kwashiorkor merupakan kasus yang langka.

D. Patofisiologi
Pada defisiensi protein murni tidak terjadi katabolisme jaringan yang sangat berlebihan
karena persediaan energi dapat dipenuhi oleh jumlah kalori dalam dietnya. Kelainan yang
mencolok adalah gangguan metabolik dan perubahan sel yang disebabkan edema dan
perlemakan hati. Karena kekurangan protein dalam diet akan terjadi kekurangan berbagai
asam amino dalam serum yang jumlahnya yang sudah kurang tersebut akan disalurkan ke
jaringan otot, makin kurangnya asam amino dalam serum ini akan menyebabkan
kurangnya produksi albumin oleh hepar yang kemudian berakibat timbulnya odema.
Perlemakan hati terjadi karena gangguan pembentukan beta liprotein, sehingga transport
lemak dari hati terganggu dengan akibat terjadinya penimbunan lemak dalam hati.

E. Manifestasi Klinis
• Tanda atau gejala yang dapat dilihat pada anak dengan Malnutrisi protein
beratKwashiorkor, antara lain :
1. Wujud Umum
Secara umumnya penderita kwashiorkor tampak pucat, kurus, atrofi pada
ekstremitas,adanya edema pedis dan pretibial serta asites. Muka penderita ada tanda
moon face dari akibat terjadinya edema.
2. Retardasi Pertumbuhan Gejala penting ialah pertumbuhan yang terganggu. Selain berat
badan, tinggi badan juga kurang dibandingkan dengan anak sehat.
3. Perubahan Mental Biasanya penderita cengeng, hilang nafsu makan dan rewel. Pada
stadium lanjut bisa menjadi apatis. Kesadarannya juga bisa menurun, dan anak menjadi
pasif.
4. Edema Pada sebagian besar penderita ditemukan edema baik ringan maupun berat.
Edemanya bersifat pitting. Edema terjadi bisa disebabkan hipoalbuminemia, gangguan
dinding kapiler, dan hormonal akibat dari gangguan eliminasi ADH..
5. Kelainan Rambut
Perubahan rambut sering dijumpai, baik mengenai bangunnya (texture), maupun
warnanya. Sangat khas untuk penderita kwashiorkor ialah rambut kepala yang mudah
tercabut tanpa rasa sakit. Pada penderita kwashiorkor lanjut, rambut akan tampak kusam,
halus, kering, jarang dan berubah warna menjadi putih. Sering bulu mata menjadi
panjang.
6. Kelainan Kulit
Kulit penderita biasanya kering dengan menunjukkan garis-garis kulit yang lebih
mendalam dan lebar. Sering ditemukan hiperpigmentasi dan persisikan kulit. Pada
sebagian besar penderita dtemukan perubahan kulit yang khas untuk penyakit
kwashiorkor, yaitu crazy pavement dermatosis yang merupakan bercak-bercak putih atau
merah muda dengan tepi hitam ditemukan pada bagian tubuh yang sering mendapat
tekanan. Terutama bila tekanan itu terus-menerus dan disertai kelembapan oleh keringat
atau ekskreta, seperti pada bokong, fosa politea, lutut, buku kaki, paha, lipat paha, dan
sebagainya. Perubahan kulit demikian dimulai dengan bercak-bercak kecil merah yang
dalam waktu singkat bertambah dan berpadu untuk menjadi hitam. Pada suatu saat
mengelupas dan memperlihatkan bagian-bagian yang tidak mengandung pigmen, dibatasi
oleh tepi yang masih hitam oleh hiperpigmentasi.
7. Kelainan Gigi dan Tulang
Pada tulang penderita kwashiorkor didapatkan dekalsifikasi, osteoporosis, dan hambatan
pertumbuhan. Sering juga ditemukan caries pada gigi penderita.
8. Kelainan Hati
Pada biopsi hati ditemukan perlemakan, bisa juga ditemukan biopsi hati yang hampir
semua sela hati mengandung vakuol lemak besar. Sering juga ditemukan tanda fibrosis,
nekrosis, da infiltrasi sel mononukleus. Perlemakan hati terjadi akibat defisiensi faktor
lipotropik.
9. Kelainan Darah dan Sumsum Tulang
Anemia ringan selalu ditemukan pada penderita kwashiorkor. Bila disertai penyakit lain,
terutama infestasi parasit ( ankilostomiasis, amoebiasis) maka dapat dijumpai anemia
berat. Anemia juga terjadi disebabkan kurangnya nutrien yang penting untuk
pembentukan darah seperti Ferum, vitamin B kompleks (B12, folat, B6). Kelainan dari
pembentukan darah dari hipoplasia atau aplasia sumsum tulang disebabkan defisiensi
protein dan infeksi menahun. Defisiensi protein juga menyebabkan gangguan
pembentukan sistem kekebalan tubuh. Akibatnya terjadi defek umunitas seluler, dan
gangguan sistem komplimen.
10. Kelainan Pankreas dan Kelenjar Lain
Di pankreas dan kebanyakan kelenjar lain seperti parotis, lakrimal, saliva dan usus halus
terjadi perlemakan.
11. Kelainan Jantung
Bisa terjadi miodegenerasi jantung dan gangguan fungsi jantung disebabkan hipokalemi
dan hipmagnesemia.
12. Kelainan Gastrointestinal
Gejala gastrointestinal merupakan gejala yang penting. Anoreksia kadang-kadang
demikian hebatnya, sehingga segala pemberian makanan ditolak dan makanan hanya
dapat diberikan dengan sonde lambung. Diare terdapat pada sebagian besar penderita.
Hal ini terjadi karena 3 masalah utama yaitu berupa infeksi atau infestasi usus, intoleransi
laktosa, dan malabsorbsi lemak. Intoleransi laktosa disebabkan defisiensi laktase.
Malabsorbsi lemak terjadi akibat defisiensi garam empedu, konyugasi hati, defisiensi
lipase pankreas, dan atrofi villi mukosa usus halus.

Perbedaan antara marasmus dan kwashiorkor tidak dapat didefinisikan secara jelas
menurut perbedaan kurangnya asupan makanan tertentu, namun dapat teramati dari gejala
yang ditunjukkan penderita.

Marasmus Kwashiorkor
1. Anak tampak sangat kurus, tinggal 1. Edema di seluruh tubuh, terutama pada
tulang terbungkus kulit,  punggung kaki 
2. Wajah seperti orang tua  2. Wajah membulat dan sembab 
3. Cengeng, rewel  3. Pandangan mata sayu 
4. Perut cekung 4. Perubahan status mental: cengeng, rewel,
5. Kulit keriput kadang apatis.
6. Sering disertai diare kronik atau sembelit 5. Rambut berwarna kepirangan, kusam,
dan mudah dicabut.
6. Otot mengecil, teramati terutama saat
berdiri dan duduk.
7. Bercak merah coklat pada kulit, yang
dapat berubah hitam dan mengelupas
8. Menolak segala jenis makanan
(anoreksia)
9. Sering disertai anemia, diare, dan
infeksi.

F. Komplikasi
Anak dengan kwashiorkor akan lebih mudah untuk terkena infeksi dikarenakan lemahnya
sistem imun. Tinggi maksimal dan kempuan potensial untuk tumbuh tidak akan pernah
dapat dicapai oleh anak dengan riwayat kwashiorkor. Bukti secara statistik
mengemukakan bahwa kwashiorkor yang terjadi pada awal kehidupan (bayi dan anak-
anak) dapat menurunkan IQ secara permanen.

G. Pengkajian Fisik
Meliputi pengkajian pengkajian komposisi keluarga, lingkungan rumah dan komunitas,
pendidikan dan pekerjaan anggota keluarga, fungsi dan hubungan angota keluarga, kultur
dan kepercayaan, perilaku yang dapat mempengaruhi kesehatan, persepsi keluarga
tentang penyakit klien dan lain-lain.
Pengkajian secara umum dilakukan dengan metode head to too yang meliputi: keadaan
umum dan status kesadaran, tanda-tanda vital, area kepala dan wajah, dada, abdomen,
ekstremitas dan genito-urinaria.
Fokus pengkajian pada anak dengan Kwashiorkor adalah pengukuran antropometri (berat
badan, tinggi badan, lingkaran lengan atas dan tebal lipatan kulit). Tanda dan gejala yang
mungkin didapatkan adalah:
- Penurunan ukuran antropometri
- Perubahan rambut (defigmentasi, kusam, kering, halus, jarang dan mudah dicabut)
- Gambaran wajah seperti orang tua (kehilangan lemak pipi), edema palpebra
- Tanda-tanda gangguan sistem pernapasan (batuk, sesak, ronchi, retraksi otot intercostal)
- Perut tampak buncit, hati teraba membesar, bising usus dapat meningkat bila terjadi
diare.
- Edema tungkai
- Kulit kering, hiperpigmentasi, bersisik dan adanya crazy pavement dermatosis terutama
pada bagian tubuh yang sering tertekan (bokong, fosa popliteal, lulut, ruas jari kaki, paha
dan lipat paha)
H. Pemeriksaan Penunjang
1. Pada pemeriksaan laboratorium, anemia selalu ditemukan terutama jenis normositik
normokrom karena adanya gangguan sistem eritropoesis akibat hipoplasia kronis sumsum
tulang di samping karena asupan zat besi yang kurang dalam makanan, kerusakan hati
dan gangguan absorbsi. Selain itu dapat ditemukan kadar albumin serum yang menurun.
2. Pemeriksaan radiologis juga perlu dilakukan untuk menemukan adanya kelainan pada
paru.

I. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan yang mungkin dapat ditemukan pada anak dengan Kwashiorkor
adalah: 
1. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b/d asupan yang tidak adekuat,
anoreksia dan diare. 
2. Kekurangan volume cairan b/d penurunan asupan peroral dan peningkatan kehilangan
akibat diare. 
3. Gangguan pertumbuhan dan perkembangan b/d asupan protein yang tidak adekuat.

J. RENCANA KEPERAWATAN
1) Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b/d asupan yang tidak adekuat,
anoreksia dan diare (Carpenito, 2000, hal. 645-655).
Tujuan : Klien akan menunjukkan pening-katan status gizi.

Kriteria hasil : Keluarga klien dapat menjelaskan penyebab gangguan nutrisi yang
dialami klien, kebutuhan nutrisi pemulihan, susunan menu dan pengolahan makanan
sehat seimbang. Dengan bantuan perawat, keluarga klien dapat mendemonstrasikan
pemberian diet (per sonde/per oral) sesuai program dietetik.

Intervensi :
1. Jelaskan kepada keluarga tentang penyebab malnutrisi, kebutuhan nutrisi pemulihan,
susunan menu dan pengolahan makanan sehat seimbang, tunjukkan contoh jenis sumber
makanan ekonomis sesuai status sosial ekonomi klien
2. Tunjukkan cara pemberian makanan per sonde, beri kesempatan keluarga untuk
melakukannya sendiri.
3. Laksanakan pemberian roborans sesuai program terapi.
4. Timbang berat badan, ukur lingkar lengan atas dan tebal lipatan kulit setiap pagi.

Rasional :
1. Meningkatkan pemahaman keluarga tentang penyebab dan kebutuhan nutrisi untuk
pemulihan klien sehingga dapat meneruskan upaya terapi dietetik yang telah diberikan
selama hospitalisasi.
2. Meningkatkan partisipasi keluarga dalam pemenuhan kebutuhan nutrisi klien,
mempertegas peran keluarga dalam upaya pemulihan status nutrisi klien.
3. Roborans meningkatkan nafsu makan, proses absorbsi dan memenuhi defisit yang
menyertai keadaan malnutrisi.
4. Menilai perkembangan masalah klien.
2). Kekurangan volume cairan tubuh b/d penurunan asupan peroral dan peningkatan
kehilangan akibat diare(Carpenito, 2000, hal. 411-419).
Tujuan : Klien akan menunjukkan keadaan hidrasi yang adekuat.

Kriteria hasil: Asupan cairan adekuat sesuai kebutuhan ditambah defisit yang terjadi.
Tidak ada tanda/gejala dehidrasi (tanda-tanda vital dalam batas normal, frekuensi
defekasi ≤ 1 x/24 jam dengan konsistensi padat/semi padat).

Intervensi :
1. Lakukan/observasi pemberian cairan per infus/sonde/oral sesuai program rehidrasi.
2. Jelaskan kepada keluarga tentang upaya rehidrasi dan partisipasi yang diharapkan dari
keluarga dalam pemeliharan patensi pemberian infus/selang sonde.
3. Kaji perkembangan keadaan dehidarasi klien.
4. Hitung balans cairan.

Rasional :
1. Upaya rehidrasi perlu dilakukan untuk mengatasi masalah kekurangan volume cairan.
2. Meningkatkan pemahaman keluarga tentang upaya rehidrasi dan peran keluarga dalam
pelaksanaan terpi rehidrasi.
3. Menilai perkembangan masalah klien.
4. Penting untuk menetapkan program rehidrasi selanjutnya.

3). Gangguan pertumbuhan dan perkembangan b/d asupan kalori dan protein yang tidak
adekuat (Carpenito, 2000, hal. 448-460).
Tujuan : Klien akan mencapai pertumbuhan dan perkembangan sesuai standar usia.
Kriteria Hasil : Pertumbuhan fisik (ukuran antropometrik) sesuai standar usia.
Perkembangan motorik, bahasa/ kognitif dan personal/sosial sesuai standar usia.

Intervensi :
1. Ajarkan kepada orang tua tentang standar pertumbuhan fisik dan tugastugas
perkembangan sesuai usia anak.
2. Lakukan pemberian makanan/ minuman sesuai program terapi diet pemulihan.
3. Lakukan pengukuran antropo-metrik secara berkala.
4. Lakukan stimulasi tingkat perkembangan sesuai dengan usia klien.
5. Lakukan rujukan ke lembaga pendukung stimulasi pertumbuhan dan perkembangan
(Puskesmas/Posyandu)

Rasional :
1. Meningkatkan pengetahuan keluarga tentang keterlambatan pertumbuhan dan
perkembangan anak.
2. Diet khusus untuk pemulihan malnutrisi diprogramkan secara bertahap sesuai dengan
kebutuhan anak dan kemampuan toleransi sistem pencernaan.
3. Menilai perkembangan masalah klien.
4. Stimulasi diperlukan untuk mengejar keterlambatan perkembangan anak dalam aspek
motorik, bahasa dan personal/sosial.
5. Mempertahankan kesinambungan program stimulasi pertumbuhan dan perkembangan
anak dengan memberdayakan sistem pendukung yang ada.

DAFTAR PUSTAKA

 Markum, A.H. 1991. Buku Ajar Ilmu Kesehatan Anak. Jilid 1. Jakarta : FKUI 
Malnutrisi Energi Protein-MEP-Kwashiorkor [on-line]. Tersedia
(http://idmgarut.wordpress.com/2009/02/03/malnutrisi-energi-protein-mep-kwashiorkor/)
[9

juni 2010]  Kwashiorkor. [on-line]. Tersedia http://id.wikipedia.org/wiki/Kwashiorkor


[9 juni 2010]  Rhamnosa. 2006. Gizi Buruk. [on-line]. Tersedia
http://rhamnosa.wordpress.com/2006/02/01/gizi-buruk-bisa-karena-biasa/ [10 Juni 2010]

Anda mungkin juga menyukai