Anda di halaman 1dari 31

BIOKIMIA

MUSKULOSKELETA
L

Dr. Sofia, S.Si., M.Sc


PENDAHULUAN
 Protein memiliki peran penting dalam gerakan baik tingkat
Organ (misal otot rangka, jantung, serta usus) maupun
tingkat sel (Murray, R.K., 2003).
 Temuan terhadap diagnosis penyakit distrofi otot tipe-
Duchenne melalui kloning gen
 Ditemukan pemahaman dasar molekuler dari Hipertermia
maligna, suatu komplikasi berat pada pasien yang
menjalani tipe anestesi tertentu , yaitu akumulasi abnormal
Ca2+ dalam sitoplasma sel otot rangka yang menimbulkan
kekakuan dan pelepasan panas yang berlebihan.
OTOT
 Merupakan tranducer (mesin) biokimiawi utama yang
mengubah energi potensial (kimia) menjadi energi kinetik
(mekanis).
 Jaringan tunggal terbesar pada tubuh manusia, membentuk
kurang dari 25% massa tubuh pada waktu lahir, lebih dari 40%
pada usia dewasa muda dan kurang dari 30% pada orang
dewasa yang lebih tua.
 Syarat tranduser kimia-mekanis yang efektif:

1. Harus ada pasokan energi kimia yang konstan (ATP dan kreatin
fosfat)
2. Harus ada sarana untuk mengatur aktivitas mekanis (kecepatan,
lama, dan kekuatan kontraksinya pada otot)
3. Mesin tersebut harus dihubungkan dengan operator
4. Harus ada cara untuk mengembalikan mesin tersebut kepada
keadaan semula
OTOT
 Pada pemeriksaan mikroskopik :
 Otot rangka (otot skeletal) dan otot jantung terlihat
bergaris-garis atau lurik (striata)
 Otot polos tidak terlihat bergaris-garis (nonstriata)
 Sistem Pengendalian:
 Otot rangka di bawah kendali otot saraf volunter
 Otot jantung, otot polos bersifat involunter (di luar
kehendak)
 Otot lurik tersusun dari sel serabut multinukleus yang
dikelilingi membran plasma yang bisa dirangsang arus
listrik yang disebut sarkolema
 Sebuah sel serabut otot, yang dapat memanjang
mengikuti seluruh panjang otot, mengandung berkas
miofibril yang tersusun paralel dan terbenam dalam
cairan intrasel yang dinamakan sarkoplasma.
 Sarkoplasma mengandung: glikogen, senyawa ATP
berenergi-tinggi, fosfokreatin, enzim yang diperlukan
untuk glikolisis
MIOFIBRIL
 Terdiri dari filamen tebal dan filamen tipis.
 Filamen tebal mengandung protein miosin
 Filamen tipis mengandung protein aktin,
tropomiosin dan troponin
 Dalam mengadakan interaksi, filamen tebal dan
tipis saling mengadakan interaksi lewat jembatan-
silang
PROTEIN UTAMA OTOT
 Massa otot terbentuk oleh air 75% dan protein lebih dari 20%.
 Dua protein utama otot adalah aktin dan miosin
 G-aktin monomerik (43 kDa; G, globular) menyusun protein
otot sebanyak 25% berdasarkan beratnya. G-aktin melakukan
polimerisasi nonkovalen hingga terbentuk filamen heliks-
ganda tak-larut, yang dinamakan F-aktin yang mempunyai
struktur berulang setiap 35,5 nm.
 Miosin menyusun 55% protein otot berdasarkan berat dan
membentuk filamen tebal. Miosin merupakan molekul
heksamer asimetrik dengan massa molekul sekitar 460 kDa.
 Miosin otot skeletal mengikat aktin untuk membentuk
aktinomiosin dan aktivitas ATPase meningkat dalam komplek
ini (aktin-miosin).
 Jika miosin dicernakan oleh tripsin maka miosin
akan menghasilkan dua fragmen miosin
(meromiosin).
1.Meromiosin Ringan (LMM)
Tidak memperlihatkan aktivitas ATPase dan tidak
terikat dengan F-aktin
2. Meromiosin Berat (HMM)
Memperlihatkan aktivitas ATPase dan tidak terikat
dengan F-aktin
 Fragmentasi HMM dengan enzim papain
menghasilkan 2 buah sub fragmen, yaitu sub
fragmen S-1 dan S-2
 Sub fragmen S-2 tidak memperlihatkan aktivitas
ATPase dan tidak terikat dengan F-aktin.
KONTRAKSI OTOT
 Pengikatan dan pelepasan secara siklik bagian kepala S-1
miosin dengan filamen F-aktin.
 Proses ini dapat disebut pembuatan dan pemutusan jembatan-
silang
 Pelekatan aktin pada miosin diikuti oleh perubahan bentuk
yang penting khususnya pada kepala S-1 dan bergantung pada
nukleotida yang ada (ADP atau ATP).
 Perubahan ini menghasilkan cetusan kekuatan yang
mendorong gerakan filamen aktin melewati filamen miosin.
 Energi bagi cetusan kekuatan dipasok oleh ATP yang
dihidrolisis menjadi ADP dan Pi. Meskipun demikian cetusan
kekuatan itu sendiri terjadi sebagai akibat perubahan bentuk
kepala miosin ketika ADP meninggalkannya.
ATP didapat dari Fosforilasi Oksidatif
BERBAGAI SUMBER ATP DI
DALAM OTOT
ENERGI PADA KONTRAKSI OTOT
5 TAHAP BIOKIMIAWI SIKLUS
KONTRAKSI DAN RELAKSASI OTOT
1. Dalam fase relaksasi pada kontraksi otot, kepala S-1 miosin menghidrolisis ATP
menjadi ADP+Pi, tetapi kedua produk ini tetap terikat. Resultan kompleks ADP-Pi-
miosin telah mendapatkan energi dan berada dalam bentuk “energi-tinggi”
2. Kalau kontraksi otot distimulasi (melalui kejadian yang melibatkan Ca2+, troponin,
tropomiosin dan aktin), maka aktin akan dapat terjangkau dan kepala S-1 miosin
akan menemukannya, mengikatnya serta membentuk kompleks aktin-miosin-
ADP-Pi.
3. Pembentukan kompleks ini meningkatkan pelepasan Pi yang akan memulai cetusan
kekuatan. Peristiwa ini diikuti oleh pelepasan ADP dan disertai dengan perubahan
bentuk yang besar pada kepala miosin dalam hubungannya dengan bagian ekornya
yang akan menarik aktin sekitar 10 nm ke arah bagian pusat sarkomer. Kejadian ini
dinamakan cetusan kekuatan (power stroke). Miosin kini berada pada keadaan
berenergi rendah yang ditunjukkan sebagai aktin-miosin.
4. Molekul ATP yang lain terikat pada kepala S-1 dengan membentuk kompleks aktin-
miosin-ATP
5. Kompleks miosin-ATP mempunyai afinitas yang rendah terhadap aktin dan dengan
demikian aktin akan dilepaskan. Tahap terakhir ini merupakan komponen relaksasi
yang sangat penting dan bergantung pada pengikatan ATP dengan kompleks aktin-
miosin

.
Siklus lainnya kemudian dimulai dengan melakukan hidrolisis
ATP yang menghasilkan kembali bentuk energi-tinggi

Hidrolisis ATP digunakan untuk menggerakkan siklus tersebut


dengan cetusan kekuatan yang sebenarnya berupa perubahan
bentuk kepala S-1 yang terjadi pada pelepasan ADP.
Daerah engsel pada miosin memungkinkan kisaran gerakan S-
1 yang luas dan juga memungkinkan S-1 menemukan filamen
aktin
 Pelari cepat menggunakan kreatin fosfat dan
glikolisis anaerob untuk membuat ATP
 Pelari maraton menggunakan fosforilasi oksidatif
SENDI
Komponen penunjang sendi terdiri atas tulang rawan
hialin (kartilago hialin) yang berguna untuk menjaga
benturan.
Terdiri atas kondroitin sulfat, sedikit protein, sedikit
Ca2+. Juga terdiri atas kantung sendi yang berisi cairan
sendi.
Di dalam cairan sendi ini terlarut glikosamino glikan
terutama asam hialuronat.
Komponen lainnya adalah ligamen yang berfungsi
mencegah dislokasi, dan cairan sinovial, yaitu cairan
pelumas pada kapsula sendi.
TULANG
 Tulang disusun oleh sel (2%) dan matriks ekstraseluler (98%).
 Sel terdiri dari osteoblas, osteoklas, dan osteosit.
 Pertumbuhan normal tulang dan tulang remodeling tergantung pada beberapa
factor endokrin dan pertumbuhan (growth).
 Kendali humoral dijalankan oleh senyawa spesifik yang terlarut dalam cairan
tubuh
 Berupa hormon dan metabolit khusus yang berpengaruh terhadap metabolisme
 Hormon yang berpengaruh terhadap tulang, otot & saraf : hormon pengatur
ionisasi Ca
 Hormon paratiroid & kalsitonin
 Mengatur ionisasi Ca dalam serum & keseimbangan Ca serum – tulang
 
 Ca tulang juga dipengaruhi oleh hormon steroid, hormon seks (estrogen &
testosteron).
 Matriks tulang (protein) & protein otot dipengaruhi kortisol proteolisis
 Sebaliknya, sintesis protein otot dirangsang oleh testosteron
 Tulang terdiri atas zat anorganik (mineral), zat
organic (matriks tulang), zat aprganik berupa
Kristal, hidroksiapatit (Ca10(PO4)6(OH)2, Na+,
Mg2+, CO32- (karbonat), F- (fluorida).
Hidroksiapatit merupakan zat kimia yang
menentukan kekuatan tulang. Zat organik pada
tulang berupa protein yaitu kolagen tipe T.

Anda mungkin juga menyukai