Puji syukur kami ucapkan atas kehadirat Allah SWT, atas rahmat dan
hidayah-Nya sehingga penyusun dapat menyelesaikan makalah Anatomi
dan Fisiologi Manusia sesuai dengan waktu yang telah diberikan, dalam
penyusunan makalah ini masih jauh dari kesempurnaan namun demikian
penyusun telah berusaha semaksimal mungkin agar hasil dari tuliasan ini tidak
menyimpang dari yang ketentuan yang ada.
Atas dukungan dari berbagai pihak akhirnya penunyusun bisa
menyelesaikan makalah ini. Untuk itu, dalam kesempatan ini penyusun
mengucapkan terima kasih kepada Dosen yang mengajar mata kuliah Anatomi
dan Fisiologi Manusia yang memberikan pengajaran dan arahan dalam
penyusunan makalah ini, dan tidak lupa kepada teman-teman semua yang telah
ikut berpartisipasi membantu penyusun dalam upaya penyusunan makalah ini.
Penyusun menyadari bahwa Makalah ini masih jauh dari kesempurnaan,
karena tak ada gading yang tak retak, begitu pula dengan makalah ini masih jauh
dari kesempurnaan. Oleh karena itu, kami mengharapkan kritik dan saran yang
sifatnya membangun demi kesempurnaan makalah ini, dan mudah-mudahan ini
dapat bermannfaat bagi kita semua.
Penulis
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Bagian sistem saraf yang mengatur fungsi viseral tubuh disebut
sistem saraf otonom. Sistem ini membantu mengatur tekanan arteri,
motilitas dan sekresi gastrointestinalpengosongankandungkemih,berkering
at suhu tubuh dan banyak aktivitas lainnya. Ada sebagian yang diatur saraf
otonom sedangkan yang lainnya sebagian saja.
Sistem saraf otonom adalah bagian sistem saraf tepi yang mengatur
fungsi viseral tubuh. Sistem saraf otonom terutama diaktifkan oleh pusat-
pusat yang terletak di medula spinalis, batang otak, dan hipotalamus. Juga,
bagian korteks serebri khususnya korteks limbik, dapat menghantarkan
impuls ke pusat-pusat yang lebih rendah sehingga demikianmempengaruhi
pengaturan otonomik.
Sistem saraf otonom terdiri dari dua subsistem yaitu sistem saraf
simpatis dan sistem saraf parasimpatis yang kerjanya saling berlawanan.
Sebenarnya tidak ada penyamarataan yang dapat dipakai untuk menjelaskan
apakah rangsangan simpatis atau parasimpatis dapat menyebabkan
timbulnya eksitasi atau inhibisi pada suatu organ tertentu. Oleh karena itu,
untuk dapat mengerti fungsi simpatis dan parasimpatis, kita harus
mempelajari seluruh fungsi kedua sistem saraf ini pada masing-masing
organ.
B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud sistem saraf otonom?
2. Apa yang dimaksud saraf parasimpatis?
3. Bagaimana fungsi saraf parasimpatis?
4. Bagaimana perbedaan saraf simpatis dan parasimpatis?
5. bagaimana interaksi saraf simpatis dan parasimpatis?
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui sistem saraf otonom.
2. Untuk mengetahui pengertian saraf parasimpatis.
3. Untuk mengetahui fungsi saraf parasimpatis.
4. Untuk mengetahui perbedaan antara saraf simpatis dan
parasimpatis.
5. Untuk mengetahui bagaimana interaksi saraf simpatis dan
parasimpatis.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Teori Dasar
Sistem saraf otonom atau saraf tak sadar merupakan bagian dari
sistem saraf tepi (SST) yang terletak khusus pada sumsum tulang belakang
yang bekerja mengatur dan mengendalikan otot jantung, otot–otot polos,
dan sejumlah kelenjar secara permanen. Artinya, sistem saraf tersebut
bekerja melayani berbagai struktur dalam tubuh. Misalnya, jantung, paru–
paru, saluran pencernaan, pembuluh darah, kantong kemih, dan kelenjar
keringat. Disebut sistem saraf otonom karena sifat kerja sistem saraf ini
tidak menurut kemauan atau kehendak kita.
Sistem ini merupakan sistem saraf eferen (motorik) yang
mempersarafi organ viseral umum, mengatur, menyelaraskan, dan
mengkoordinasikan aktivitas visel vital, termasuk pencernaan,suhu badan,
tekanan darah dan segi perilaku emosional lainnya. Bagian sistem saraf
inilah yang mengatur fungsi viseral tubuh disebut sebagai sistem saraf
otonomik.
Sistem ini membantu mengatur tekanan arteri, motilitas, dan
sekresi gastrointestinal, pengosongan kandung kemih, berkeringat,suhu
tubuh dan banyak aktivitas lainnya, dimana beberapa diantaranya atau
sebagian diatur oleh sistem saraf otonom.
Salah satu sifat yang menonjol dari sistem saraf otonomik adalah
kecepatan atau intensitas yang ada di dalam sistem saraf ini dapat
mengubah fungsi viseral (refleks otonom). Dalam waktu beberapa detik
secara tidak disadari dapat timbul keringat dan terjadi pengosongan
kandung kemih. Jadi, sistem saraf yang bekerja melalui serat-serat saraf
otonomik dapat dengan cepat dan secara efektif mengatur sebagian besar
atau seluruh fungsi internal tubuh. Sistem saraf otonom, terutama
diaktifkan oleh pusat-pusat yang terletak pada medula spinalis, batang otak
dan hipotalamus.
Seringkali sistem saraf otonom ini bekerja sebagai refleks viseral.
Jadi, sinyal pusat di dalam ganglion otonomik, medula, batang otak atau
hipotalamus, pusat-pusat ini sebaliknya akan menjalarkan respons refleks
yang sesuai kembali ke organ-organ viseral dan mengatur organ-organ
tersebut. Sistem saraf otonom bergantung pada sistem saraf pusat dan
antara keduanya dihubungkan oleh urat-urat saraf eferen dan saraf eferen
ini seolah-olah berfungsi sebagai sistem saraf pusat saraf otonom terutama
berkenaan dengan organ-organ dalam. Menurut sifat kerjanya, terdiri dari
dua bagian yaitu saraf simpatis dan saraf parasimpatis.
B. Saraf Parasimpatis
Pengertian Saraf Parasimpatis
1. Saraf Simpatik
Terdapat dua jenis neuron (sel saraf) yang terlibat dalam
menyalurkan sinyal (impuls) dari sistem saraf simpatis, yaitu sel saraf
post-ganglionic dan sel saraf pre-ganglionic. Sistem kerjanya adalah
neuron (sel saraf) pre-ganglionik akan melepaskan senyawa kimia
berupa asetilkolin ke dalam neuron post-ganglionik. Setelah neuron
post-ganglionik terangsang, maka ia akan melepaskan norepinephrine
yang akan mengaktifkan reseptor (penerima sinyal) di organ yang
dituju.
2. Saraf Parasimpatik
Cara kerja saraf parasimpatik sebenarnya hampir sama dengan
saraf simpatis, tetapi yang menjadi perbedaan adalah sinyal yang
dikeluarkan oleh neuron post-ganglionik adalah bersifat kolinergik
(norepinephrine), bukan bersifat adrenergic (epinephrine). Jadi, sifat
kolinergik inilah yang membuat kerja parasimpatik terbalik dengan
simpatik.
Oleh karena sinyal yang dikeluarkan berbeda, maka mekanisme
yang dilakukan oleh sistem saraf parasimpatik sering juga disebut
dengan rest and digest. Hal ini karena pengaturan tubuh oleh saraf
parasimpatik berhubungan dengan pengaturan saat tubuh sedang dalam
kondisi istirahat dan membantu dalam mengendalikan proses
pencernaan dan juga proses eksresi.
Jalur Saraf Simpatik Dan Saraf Parasimpatik
Kesimpulan
Sistem saraf otonom adalah bagian sistem saraf tepi yang mengatur fungsi
viseral tubuh. Sistem saraf otonom terutama diaktifkan oleh pusat-pusat yang
terletak di medula spinalis, batang otak, dan hipotalamus. Sedangkan Saraf
parasimpatik merupakan saraf yang berpangkal pada sumsum lanjutan (medula
oblongata) dan dari sakum yang merupakan saraf pre-ganglion dan post-ganglion.
sistem saraf ini di sebut juga dengan sistem saraf kraniosakral, karena saraf
preganglion keluar dari daerah otak dan daerah sakral. Saraf parasimpatis adalah
saraf yang berpangkal pada medulla oblongata dan pada
daerah sacrum dari medulla spinalis. Cara kerja saraf parasimpatik sebenarnya
hampir sama dengan saraf simpatis, tetapi yang menjadi perbedaan adalah sinyal
yang dikeluarkan oleh neuron post-ganglionik adalah bersifat kolinergik
(norepinephrine), bukan bersifat adrenergic (epinephrine). Jadi, sifat kolinergik
inilah yang membuat kerja parasimpatik terbalik dengan simpatik.
DAFTAR PUSTAKA
Handojo, Yurita. 2012. Atlas Berwarna dan Teks Fisiologi. Hipokrates : Bandung.
Pearce, Evelyn. 2011. Anatomi dan Fisiologi Untuk Paramedis. Kompas Gramedia :
Jakarta.
SARAF PARASIMPATIK
Dosen:
Dr. Hadi Sunaryo, M.Si., Apt
Kelompok 4 ID
Diah Suci Handayani
Kinanti Dara Larasati
Lia Desviana Safitri
Fadlurrohman
Tania Nur Evayanti
JURUSAN FARMASI
2019