Toksisitas Obat
Toksisitas atau keracunan obat adalah reaksi yang terjadi karena dosis
berlebih atau penumpukkan zat dalam darah akibat dari gangguan metabolisme
atau ekskresi.
Adapun Obat – Obatan yang menyebabkan keracunan yaitu :
Paracetamol
Asam Salisilat
Antalgin
Vitamin B6
Vitamin C
PARACETAMOL
Parasetamol atau asetaminen adalah obatanalgesik dan antipiretik yang
populer dan digunakan untuk melegakan sakit kepala, sengal-sengal dan sakit
ringan, serta demam. Digunakan dalam sebagian besar resep obat
analgesikselesma dan flu.
Kegunaan Pemakaian Paracetamol itu adalah
1. Demam
Parasetamol telah disetujui sebagai penurun demam untuk segala usia. WHO
hanya merekomendasikan penggunaan parasetamol sebagai penurun panas untuk
anak-anak jika suhunya melebihi 38.5 C.
2. Nyeri
ASAM SALISILAT
Asam salisilat (asam ortohidroksibenzoat) merupakan asam yang bersifat
iritan lokal, yang dapat digunakan secara topikal. Terdapat berbagai turunan
yang digunakan sebagai obat luar, yang terbagi atas 2 kelas, ester dari asam
salisilat dan ester salisilat dari asam organik. Di samping itu digunakan pula
garamsalisilat.
Keguanaan Asam Salisilat :
Asam salisilat adalah obat topikal murah yang digunakan untuk
mengobati sejumlah masalah kulit, seperti :
jerawat,
kutil,
ketombe,
sporiasis, dan
masalah kulit lainnya.
mengawetkan makanan,
antiseptik, dan
campuran dalam pasta gigi. Asam salisilat digunakan pula sebagai bahan utama
untuk aspirin.
Dosis Pemakaian nya itu adalah :
Pengobatan tunggal rata-rata : 10 mg/KBB.
Dosis lazim harian : 40 - 60 mg/KBB/hari.
Tablet aspirin mengandung 325 - 650 mg asam salisilat.
Pada dosis 150 - 200mg /KBB dapat terjadi Intoksikasi akut sedang, dan dosis
300-500 mg / KBB akan menyebabkan intoksikasi berat.
Intoksikasi kronik dapat terjadi pada pemberian dosis lebih dari 100 mg/KBB
selama 2 hari atau lebih.
Efek negatif dari Asam Salisilat itu adalah Asam salisilat sebenarnya
hanya baik digunakan sebagai obat lotion (tubuh bagian luar). Konsumsi pada
asam salisilat dapat menimbulkan gangguan lambung, pusing, berkeringat, mual,
dan muntah. Efek dalam jangka waktu lama dapat menimbulkan kekurangan zat
besi, kemerahan dan gatal-gatal pada kulit. Konsumsi dalam jumlah besar
mengakibatkan pendarahan pada lambung.
ANTALGIN
Antalgin adalah salah satu obat penghilang rasa sakit (analgetik) turunan
NSAID, atau Non-Steroidal Anti Inflammatory Drugs. Umumnya, obat-obatan
analgetik adalah golongan obat antiinflamasi (antipembengkakan), dan beberapa
jenis obat golongan ini memiliki pula sifat antipiretik (penurun panas), sehingga
dikategorikan sebagai analgetik-antipiretik.
Komposisi : Tiap tablet mengandung antalgin 500mg
Dosis pemakaian Antalgin :
Oral
- dewasa: 500-1000 mg 3-4 x sehari (maks 3 gr)
- anak: 250-500 mg 3-4 x sehari (maks 1 gr)
Parenteral: 500-1000 mg sekali suntik (jgn lebih 1 gr)
PO : Sesudah makan
Efek Samping nya :
Agranolositosis,
Gejala kepekaan yang manifestasinya kelainan pada kulit. Pada penggunaan
jangka panjang dapat menyebabkan agranulositosis.
reaksi kulit seperti kemerahan,
iritasi lambung.
Interaksi Obat:
Bila digunakan bersama dengan klorpromazine, dapat menimbulkan hipotermia
yang berat.
Penggunaan pada ibu hamil dan menyusui:
Jangan diberikan pada wanita hamil karena potensi karsigonik dari metabolit
nitrosamin.
VITAMIN B6
Vitamin B6 atau disebut juga dengan pyridoxine, adalah vitamin yang larut
air, yang digunakan dalan penanganan defisiensi vitamin B6 dan beberapa kasus
anemia.Piridoksin dapat menurunkan efek obat dari fenitoin dan levodopa
Manfaat dari vitamin B6 :
Mencegah penyakit jantung
Menstruasi dan kehamilan
Meningkatkan energi dan melawan penyakit
Perkembangan otak
Sistem kekebalan tubuh
Komunikasi saraf
Menjaga kadar gula darah
Membantu proses protein tubuh dan lemak dari makanan sebagai bagian dari
koenzim;
Membantu untuk membuat sel darah merah dan mengkonversi asam amino
menjadi niacin.
VITAMIN C
Vitamin ini juga dikenal dengan nama kimia dari bentuk utamanya yaitu
asam askorbat. Vitamin C termasuk golongan vitamin antioksidan yang mampu
menangkal berbagai radikal bebas ekstraselular. Beberapa karakteristiknya
antara lain sangat mudah teroksidasi oleh panas, cahaya, dan logam.
Dosis Pemakaian nya :
Amerika Serikat vitamin c rekomendasi :
60 mg/hari: Kesehatan Kanada 2007
60–95 miligram per hari: Amerika Serikat National Academy of Sciences.
500 miligram per jam 12: Profesor Roc Ordman, dari penelitian biologi radikal
bebas.
3.000 miligram per hari '' (atau hingga 30.000 mg selama penyakit)'': Yayasan
Vitamin C.
6, 000–12, 000 miligram per hari: Thomas E. Levy, Colorado Integratif Medical
Centre.
http://riskidwicahyanti.blogspot.co.id/2013/01/toksikologi-obat-obatan.html
Kamis, 10 Januari 2013
Uji obat yang potensial terhadap toksisitas atau keamanannya dalam fase praklinik Pada
pengujian praklinik, senyawa yang diuji mula
–
mula disaring secara farmakologi (
to screen=
menyaring ), yakni sejumlah percobaan pada hewan untuk memperoleh suatu profil kerja suatu
obat secra spesifik. Pada pengujian ini khususnya meneliti tentang : 1.
Ditentukan pengaruh berbagai fungsi organ dan juga kespesifikasian dan keselektifan organ. 4.
Efek samping ( yang tak diingini ) dari obat, kombinasi obat dan kosmetik pada penggunaan
sesuai petunjuk serta.
Keracunan Akut dan Kronis pada penggunaan obat berlebih. Efek akut dapat menimbulkan
akibat berapa kerusakan syaraf,kerusakan sistem pencernaan,kerusakan sistem
kardiovaskuler,kerusakan sistem pernapasan,kerusakan pada kulit, dan kematian. Sementara itu,
efek kronis dapat menimbulkan efek karsinogenik (pendorong terjadinya kanker)efek mutagenik
(pendorong mutasi sel tubuh),efek teratogenik (pendorong terjadinya cacat bawaan) dan
kerusakan sistem reproduksi. Faktor-faktor yang mempengaruhi reaksi toksis yaitu : 1.
Berbagai variabel lain yang mempengaruhi reaksi sistem biologis rute masuknya racun
Toksikologi dapat didefinisikan sebagai kajian tentang halukat dan mekanisme efek berbahaya
(efek toksik) berbagai bahan kimia terhadap makhluk hidup dan sistem biologi lainnya. Apabila
zat kimia dikatakan beracun (toksik), maka kebanyakan diartikan sebagai zat yang berpotensial
memberikan efek berbahaya terhadap mekanisme biologi tertentu pada suatu organisme. Sifat
toksik dari suatu senyawa
tertentu oleh : dosis, konsentrasi racun di reseptor “tempat kerja”, sifat zat tersebut, kondisi
bioorganisme atau sistem bioorganisme, paparan terhadap organisme dan bentuk efek yang
ditimbulkan. Sedangkan toksisitas merupakan sifat relatif dari suatu zat kimia, dalam
kemampuannya menimbulkan efek berbahaya atau penyimpanan mekanisme biologi pada suatu
organisme. Berdasarkan atas waktu terjadinya reaksi toksis dibagi atas: 1.
Reaksi toksis akut Apabila gejala yang membahayakan individu terjadi segera setelah pemberian
bahan (24 jam atau kurang ) Biasanya oleh kerena dosis tunggal/pemberian tiba-tiba suatu bahan
dalam jumlah bahan
Keracunan cyanide ( makan / menghirup gas Cyanide Kematian dl. beberapa menit Cyanide
menghambat enzym- enzym yg mempengaruhi penggunaan O
2
oleh sel Terjadi karena pemberian dosis tak membahayakan kalau diberikan tunggal. Bisa timbul
dari dosis terapi suatu obat bila ada gangguan fungsi mekanisme reaksi untuk menghilangkan
efek obat. Misalnya : Terapi dengan tetrasiklik
keracunan 2.
Reaksi toksik kronis Terjadi karena pemberian berulang suatu dahan dimana pemasukan
melebihi kecepatan eliminasi
Bisa terjasi pada pemberian obat dengan waktu paruh panjang / beberapa hari / minggu
–
atau bulan -
Bisa juga terjadi pada pemberian bahn secara terus menerus walaupun ekskresinya cepat Setiap
pemerian bahan
kerusakan ringan
KERACUNAN KRONIS Misalnya: campuran aspirine phenacetine caffeine (APC) diminum > 1
tahun Kerusakan ginjal yang irreversible
http://www.academia.edu/8688960/Toksikologi_Senyawa_Obat
Uploaded by
Faril Fistama
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena dengan rahmat,
karunia, serta taufik dan hidayah-Nya kami dapat menyelesaikan makalah tentang “Toksikologi
Obat dan Penanganan Keracunan Umum”. Dan juga kami berterima kasih pada Ibu Devi Ika
K.S, M.Sc selaku dosen mata kuliah Ilmu Resep yang telah memberikan tugas ini.
Kami sangat berharap makalah ini dapat berguna dalam rangka menambah wawasan serta
pengetahuan.Kami juga menyadari sepenuhnya bahwa di dalam makalah ini terdapat kekurangan
dan jauh dari kata sempurna. Oleh sebab itu, diharapkan adanya kritik, saran dan usulan demi
perbaikan makalah yang telah kami buat di masa yang akan datang, mengingat tidak ada sesuatu
yang sempurna tanpa saran yang membangun.
Semoga makalah sederhana ini dapat dipahami bagi siapapun yang
membacanya.Sekiranya laporan yang telah disusun ini dapat berguna bagi kami sendiri maupun
orang yang membacanya. Sebelumnya kami mohon maaf apabila terdapat kesalahan kata-kata
yang kurang berkenan dan kami memohon kritik dan saran yang membangun demi perbaikan di
masa depan.
Penyusun
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL....................................................................................... i
KATA PENGANTAR..................................................................................... ii
DAFTAR ISI................................................................................................... iii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang.......................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah..................................................................... 2
1.3 Tujuan....................................................................................... 2
DAFTAR PUSTAKA...................................................................................... 35
BAB I
PENDAHULUAN
1.3. Tujuan
Tujuan dari penulisan makalah ini adalah sebagai berikut:
a. Mengetahui definisi dari toksikologi obat
b. Mengetahui model masuk dan daya keracunan obat
c. Mengetahui klasifikasi daya keracunan
d. Mengetahui apa saja keracunan obat spesifik
e. Mengetahui penatalaksanaan keracunan dan overdosis
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Jika kita sehari – hari bekerja, atau kontak dengan zat kimia, kita sadar dan tahu
bahkan menyadari bahwa setiap zat kimia adalah beracun, sedangkan untuk bahaya pada
kesehatan sangat tergantung pada jumlah zat kimia yang masuk kedalam tubuh.
Seperti garam dapur, garam dapur merupakan bahan kimia yang setiap hari kita
konsumsi namun tidak menimbulkan gangguan kesehatan. Namun, jika kita terlalu banyak
mengkonsumsinya, maka akan membahayakan kesehatan kita. Demikian juga obat yang
lainnya, akan menjadi sangat bermanfaat pada dosis tertentu, jangan terlalu banyak ataupun
sedikit lebih baik berdasarkan resep dokter.
Bahan-bahan kimia atau zat racun dapat masuk ke dalam tubuh melewati tiga saluran,
yakni:
a. Melalui mulut atau tertelan bisa disebut juga per-oral atau ingesti. Hal ini sangat jarang
terjadi kecuali kita memipet bahan-bahan kimia langsung menggunakan mulut atau makan
dan minum di laboratorium.
b. Melalui kulit. Bahan kimia yang dapat dengan mudah terserap kulit ialah aniline,
nitrobenzene, dan asam sianida.
c. Melalui pernapasan (inhalasi). Gas, debu dan uap mudah terserap lewat pernapasan dan
saluran ini merupakan sebagian besar dari kasus keracunan yang terjadi. SO2 (sulfur
dioksida) dan Cl2 (klor) memberikan efek setempat pada jalan pernapasan. Sedangkan HCN,
CO, H2S, uap Pb dan Zn akan segera masuk ke dalam darah dan terdistribusi ke seluruh
organ-organ tubuh.
d. Melalui suntikan (parenteral, injeksi)
e. Melalui dubur atau vagina (perektal atau pervaginal) (Idris, 1985).
Terapi :
a. Bila keracunan terjadi dalam 4 jam setelah overdosis : diberi karbon aktif
b. Keracunan dalam 8-10 jam setelah minum obat tersebut berikan:
Antidote : N-acetylcysteine p.o yang dilarutkan dalam cairan (bukan alcohol, bukan susu)
dengan perbandinagn 3:1 Loading dose : 140 mg/kgBB. Maintenance dose 70 mg/kgBB tiap
4 jam (dapat diulang sampai 17x). efek samping : mual, muntah, epigastric discomfort.
Antiemetic (metoclopramide, domperidone, atau ondansetron)
Harus dilakukan monitoring fungsi hati dan ginjal.
Pada keracunan berat sekali : dilakukan transplantasi hati
2. Obat Anti Kolinergik
Keracunan akut terjadi dalam 1 jam setelah overdosis. Keracunan kronik dalam 1-3
hari setelah pemberian terapi dimulai.
Efek Toksik :
a. Manifestasi SSP : agitasi, ataksia, konfusi, delirium, halusinasi, gangguan pergerakan
(choreo-athetoid dan gerakan memetik)
b. Letargi
c. Depresi nafas
d. Koma
e. Manifestasi di saraf perifer : menurun/hilangnya bising usus, dilatasi pupil, kulit & mukosa
menjadi kering, retensi urine, menimgkatnya nadi, tensi, respirasi, dan suhu.
f. Hiperaktivitas neuromuskuler, yang dapat mengarah ke terjadinyarhabdomiolisis dan
hipertermi
g. Overdosis AH1 (difenhidramin): kardiotoksik dan kejang
h. Overdosis AH2 (astemizol dan terfenadin) : pemanjangan interval DT dengan takiaritmia
ventrikel, khususnya torsade de pointes.
Terapi :
a. Korban aktif
b. Koma : intubasi endotrakheal dan ventilasi mekanik
c. Agitasi : diberikan preparat benzodiazepine
d. Agitasi yang tidak terkontrol dan delirium, antidote : physostigmine (inhibitorasetilkolin-
esterase). Dosis : 1-2 mg i.v. dalam 2-5 menit (dosis dapat diulang)
e. Kontraindikasi physostigmine : penderita dengan kejang, koma, gangguan konduksi jantung,
atau aritmia ventrikel.
3. Benzodiazepine
Efek Toksik
a. Eksitasi paradoksal
b. Depresi SSP : (mulai tampak dalam 30 menit setelah overdosis)
c. Koma dan depresi nafas (pada ultra-short acting benzodiazepin dan
kombinasi benzodiazepine-depresan SSP lainnya)
Terapi over dosis benzodiazepine
a. Karbon aktif
b. Respiratory support bila perlu
c. Flumazenil (antagonis kompetitif reseptor benzodiazepine)
Dosis : 0,1 mg i.v. dengan interval 1 menit sampai dicapai efek yang diinginkan atau
mencapai dosis kumulatif (3 mg). bila terjadi replase, dapat diulang dengan interval 20 menit,
dengan dosis maksimum 3 mg/jam.
Efek samping : kejang (pada penderita dengan stimulan dan trisiklik antidepresan, atau
penderita ketergantungan benzodiazepine.
Kontraindikasi : kardiotoksisitas dengan anti depresan trisiklik.
4. -Blocker
Efek toksik :
Terjadi dalam ½ jam setelah overdosis dan memuncak dalam 2 jam.
a. Mual, muntah, bradikardi, hipotensi, depresi SSP
b. -blocker dengan ISA (+) : hipertensi, takikardi
c. Efek toksik pada SSP : kejang
d. Kulit : pucat & dingin
e. Jarang : bronkospasme dan edema paru
f. Hiperkalemi
g. Hipoglikemi
h. Metabolik asidosis (sebagai akibat dari kejang, shock, atau depresi nafas)
i. EKG : berbagai derajat AV block, bundle branch block, QRS lebar, asistol
j. Khusus sotalol : pemanjangan interval QT, VT, VF, dan torsade de pointes
Terapi :
a. Karbon aktif
b. Pada bradikardi dan hipotensi : atropin, isoproterenol, dan vasopresor
c. Pada keracunan berat :
1. Glukagon; dosis inisial : 5-10 mg dilanjutkan1-5 mg/jam via infus
2. Calcium
3. Insulin dosis tinggi + glukosa + kalium
4. Pacu jantung (internal/eksternal)
5. IABP
a) Pada kejadian bronkospasme : inhalasi -agonis, epinefrin s.c., aminofilin i.v.
b) Pada sotalol-induced ventricular tachyarrhythmia : lidokain, Mg, overdrive pacing
c) Pada overdosis atenolol, metoprolol, nadolol, dan sotalol : dapat dilakukan prosedur
ekstrakorporeal
5. Calcium Channel Blocker (CCB)
Efek toksik :
mulai terjadi dalam 2-18 jam, berupa :
a. Mual, muntah, bradikardi, hipotensi, depresi SSP
b. Gol. Dihidropiridin : takikardi reflektif
c. Kejang
d. Hipotensi iskemi mesenteric; iskemi/infark miokard edema paru
e. EKG : berbagai derajat AV block, QRS lebar dan pemanjangan interval QT (terutama karena
verapamil); gambaran iskemi/infark, asistol
f. Metabolik asidosis (sekunder terhadap shock)
g. Hiperglikemi
Terapi :
a. Karbon aktif
b. Pada bradikardi simptomatis :
1) atropin
2) Calcium, dosis inisial : CaCl2 10% 10cc atau Ca glukonas 10% 30 cc i.v. dalam >2 menit
(dapat diulang sampai 4x).
i. Bila terjadi relaps setelah dosis inisial, diberikan infus calcium
kontinu : 0,2 cc/kgBB/jam sampai maksimal 10cc/jam.
3) isoproterenol
4) glukagon (dosis seperti pada overdosis -blocker)
5) electrical pacing (internal/eksternal)
c. Pada iskemi : mengembalikan perfusi jaringan dengan cairan
d. Khusus pada overdosis verapamil, dilakukan usaha-usaha untuk mengembalikan
metabolisme miokard dan meningkatkan kontraktilitas miokard dengan : regular insulin dosis
tinggi (0,1 – 0,2 U/kgBB bolus i.v. diikuti dengan 0,1 – 1 U/kgBB/jam, bersama dengan
glukosa 25 gr bolus, diikuti infus glukosa 20% 1 gr/kgBB/jam, serta kalium).
e. Bila masih hipotensi walaupun bradikardi sudah teratasi, diberikan cairan.
f. Amrinone, dopamine, dobutamin, dan epinefrin (tunggal/kombinasi)
g. Pada shock refrakter : I A B P.
6. Karbon Monoksida
Efek toksik :
a. Hipoksia jaringan, dengan : metabolisme anaerob, asidosis laktat, peroksidasi lemak, dan
pembentukan radikal bebas.
b. Nafas pendek, dispnea, takipnea,
c. Sakit kepala, emosi labil, konfusi, gangguan dalam mengambil keputusan,
d. Kekakuan, dan pingsan
e. Mual, muntah, diare
f. Pada keracunan berat : edema otak, koma, depresi nafas, edema paru,
g. Gangguan kardiovaskuler : nyeri dada iskemik, aritmia, gagal jantung, dan hipotensi
h. Pada penderita koma dapat timbul blister dan bula di tempat-tempat yang tertekan
i. Creatin kinase serum meningkat
j. Laktat dehidrogenase serum meningkat
k. Nekrosis otot mioglobinuria gagal ginjal
l. Gangguan lapang pandang, kebutaan , dan pembengkakan vena disertai edema papil atau
atrofi optic
m. Metabolik asidosis
n. Menurunnya saturasi O2 (dinilai dari CO-oxymetry)
o. Biasanya tampak sianosis (jarang terlihat kulit dan mukosa berwarna merah ceri)
p. Penderita yang sampai tidak sadar beresiko mengalami sekuele neuropsikiatrik (perubahan
kepribadian, gangguan kecerdasan, buta, tuli, inkoordinasi, dan parkinsonism) dalam 1-3
minggu setelah paparan
7. Glikosida Jantung
Dicurigai keracunan bila pada penderita yang mendapatkan digoksin denyut jantung
yang sebelumnya cepat/normal menjadi melambat atau terdapat irama jantung yang ireguler
dengan konsisten.
Efek toksik :
a. Menurunnya otomatisitas SA node dan konduksi AV node
b. Tonus simpatis : otomatisitas otot, AV node, dan sel-sel konduksi; meningkatnya after
depolarization
c. EKG : bradidisritmia, triggered takidisritmia, sinus aritmia, sinus bradikardi, berbagai
derajat AV block, kontraksi ventrikel premature, bigemini, VT, VF
d. Kombinasi dari takiaritmia supraventrikel dan AV block (mis.: PAT dengan AV block
derajat 2; AF dengan AV block derajat 3) atau adanya bi-directional VT ) sangat sugestif
untuk menilai adanya keracunan glikosida jantung
e. Muntah
f. Konfusi, delirium
g. Halusinasi, pandangan kabur, fotofobi, skotomata, kromotopsia
h. Keracunan akut : takiaritmia dan hiperkalemi
i. Keracunan kronik : bradiaritmia dan hipokalemia
Terapi :
a. Karbon aktif dosis berulang
b. Koreksi K, Mg, Ca
c. Koreksi hipoksia
d. Pada sinus bradikardi dan AV block derajat 2/3 : atropin, dopamine, epinefrin, dan dapat saja
antibodies i.v. dalam >15-30 menit. Tiap vial antidot (40 mg) dapat menetralisir 0,6 mg
digoksin. Biasanya pada keracunan akut diperlukan 1-4 vial; pada kronik 5-15 vial.
g. Pada keracunan akut yang berat dengan kadar kalium serum >= 5,5 mEq/lt (walaupun tanpa
3.1 KESIMPULAN
Kesimpulan yang dapat diambil dari makalah ini adalah sebagai berikut:
a. Toksisitas atau keracunan obat adalah reaksi yang terjadi karena dosis berlebih atau
penumpukkan zat dalam darah akibat dari gangguan metabolisme atau ekskresi.
b. Jenis-jenis keracunan menurut (FK-UI, 1995) yaitu :
1. Cara terjadinya terdiri dari:
a) Self poisoning
b) Attempted Suicide
c) Accidental poisoning
d) Homicidal poisoning
2. Mulai waktu terjadi
a) Keracunan kronik
b) Keracunan akut
3. Menurut alat tubuh yang terkena
4. Menurut jenis bahan kimia
c. Klasifikasi daya racun
Dalam obat obatan, Kriteria Toksik Dosis
penggolongan daya
racun yaitu: No.
1. Super Toksik > 15 G/KG BB
2. Toksik Ekstrim 5 – 15 G/KG BB
3. Sangat Toksik 0,5 – 5 G/KG BB
4. Toksisitas Sedang 50 – 500 MG/KG BB
5. Sedikit Toksik 4 – 50 MG/KG BB
4.1 SARAN
Penyusun mengharapkan kritik dan saran dari pembaca untuk kebaikan kedepannya agar
penyusun dapat menyajikan karya tulis yang lebih baik lagi.
DAFTAR PUSTAKA
Anief, M. (1991). Apa yang Perlu Diketahui Tentang Obat. Yogyakarta: Gajah Mada University Press
Donatus Imono A. 2005. Toksikologi Dasar. Jakarta : Depkes RI.
Donatus, I. A., 1997. Toksikologi Pangan, Edisi Pertama, Toksikologi Jurusan Kimia Farmasi.
Yokyakarta : Fakultas Farmasi UGM
Linden,C.H., Burns,M.G., 2005.Poisoning and Drug Overdosage in Harrison’s Principles of Internal
Medicine Vol.2, 16thedition, International Edition, McGraw Hill.
Loomis, T.A. 1978. Toksikologi Dasar, Donatus, A. (terj.). Semarang: IKIP Semarang.
Mansjoer, Arif. 1999. Kapita Selekta Kedokteran Edisi Ketiga. Jakarta: FKUI.
Muriel, Skeet. 1995.Buku Tindakan Paramedis Terhadap Kegawatan dan Pertolongan Pertama.Edisi
2. Jakatra:EGC
Press B, Immaduddin. 2008. Bahan Kimia Beracun atau Toksik.
(http://imadanalyzeartikelkesehatan.blogspot.com/2008/07/bahan-kimia- beracun-atau
toksik.html).
Smeltzer C. Suzanne, Brunner & Suddarth. 2001. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah. Jakarta:
EGC
http://sidfirman82.blogspot.co.id/2017/07/toksikologi-obat-dan-
penanganan.html Firman S P
Juli 03, 2017 Brebes, Jawa Tengah