Anda di halaman 1dari 17

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Nyeri punggung bawah sudah dikenal beribu-ribu tahun yang lalu
didiskripsikan sebagai lumbago dan sciatica didalam Al-kitab, sering akibat nyeri
punggung ini seseorang terganggu melakukan aktivitas sehari-hari.
Diperkirakan 60% sampai 80% populasi dewasa pernah mengalami LBP,
kira-kira 2% sampai 5% terkena setiap tahunnya. Orang yang waktu bekerja
melakukan gerakan membungkuk yang berulang-ulang atau berjongkok dan duduk
lama mempunyai frekuensi LBP lebih tinggi, masalah psikososial juga penting
sebagai faktor pencetus terjadinya nyeri punggung bawah.
Dalam hal perawatan secara umum pada penyakit LBP dengan penyakit
syaraf lainnya mempunyai kesamaan dalam pemberian asuhan keperawatan
menitik beratkan pada pemenuhan kebutuhan dasar manusia. Adapun kekhususan
dari perawataan klien dengan LBP adalah karena masalah yang muncul biasanya
bersifat komplek dan mempengaruhi sistem tubuh sehingga asuhan keperawatan
yang diberikan mencegah terjadinya defisit neurologis, memberikan dan
mengembalikan fungsi dengan cara meningkatkan aktivitas secara bertahap dengan
melakukan range of mation (ROM) aktif maupun pasif.

1.2. Rumasan Masalah


1. Apa defenisi low back pain ?
2. Bagaimana etiologi low back pain ?
3. Bagaimana patofisiologi low back pain ?
4. Apa manifestasi klinis low back pain ?
5. Bagaimana pemeriksaan penunjang low back pain ?
6. Bagaimana penatalaksanaan low back pain ?
7. Bagaimana asuhan keperawatan dengan gangguan low back pain ?

1
1.3. Tujuan Penulisan
1.3.1. Tujuan Umum
Untuk menjelaskan secara teoritis gangguan sistem muskuluskeletal (low
back pain) dan bagaimana asuhan keperawatan pada pasien dengan Low back pain.
1.3.2. Tujuan Khusus
1. Untuk mengetahui Definisi Low Back Pain.
2. Untuk mengetahui Etiologi Low Back Pain
3. Untuk mengetahui Patofisiologi Low Back Pain
4. Untuk mengetahui Manifestasi Klinis Low Back Pain
5. Untuk mengetahui Pemeriksaan Penunjang Low Back Pain
6. Untuk mengetahui Penatalaksanaan Low Back Pain
7. Untuk mengetahui asuhan keperawatan pasien dengan Low Back Pain.

2
BAB II

TINJAUAN TEORI

2.1. Definisi Low Back Pain


Nyeri punggung bawah adalah perasaan nyeri di daerah lumbasakral dan
sakroiliakal, nyeri pinggang bawah ini sering disertai penjalaran ketungkai sampai
kaki.
Low back Pain dipersepsikan ketidak nyamanan berhubungan dengan lumbal
atau area sacral pada tulang belakang atau sekitar jaringan ( Randy Mariam,1987 ).
Low Back Pain adalah suatu tipe nyeri yang membutuhkan pengobatan medis
walaupun sering jika ada trauma secara tiba-tiba dan dapat menjadi kronik pada
masalah kehidupan seperti fisik,mental,social dan ekonomi (Barbara).
Low Back Pain adalah nyeri kronik didalam lumbal,biasanya disebabkan oleh
terdesaknya para vertebral otot, herniasi dan regenerasi dari nucleus
pulposus,osteoartritis dari lumbal sacral pada tulang belakang (Brunner,1999).
Low Back Pain terjadi dilumbal bagian bawah,lumbal sacral atau daerah
sacroiliaca,biasanya dihubungkan dengan proses degenerasi dan ketegangan
musulo (Prisilia Lemone,1996).
Dari beberapa pengertian diatas dapat diambil kesimpulan Low Back Pain
adalah nyeri kronik atau akut didalam lumbal yang biasanya disebabkan trauma
atau terdesaknya otot para vertebra atau tekanan,herniasi dan degenerasi dari nuleus
pulposus,kelemahan otot,osteoartritis dilumbal sacral pada tulang belakang.

2.2. Etiologi Low Back Pain

1. Perubahan postur tubuh biasanya karena trauma primer dan sekunder.


2. Trauma primer seperti : Trauma secara spontan, contohnya kecelakaan.
3. Trauma sekunder seperti : Adanya penyakit HNP, osteoporosis, spondilitis,
stenosis spinal, spondilitis,osteoartritis.
4. Ketidak stabilan ligamen lumbosacral dan kelemahan otot
5. Prosedur degenerasi pada pasien lansia.
6. Penggunaan hak sepatu yang terlalu tinggi.

3
7. Kegemukan.
8. Mengangkat beban dengan cara yang salah.
9. Keseleo.
10. Terlalu lama pada getaran.
11. Gaya berjalan.
12. Merokok.
13. Duduk terlalu lama.

2.3 Patofisiologi Low Back Pain


Struktur spesifik dalam system saraf terlibat dalam mengubah stimulus
menjadi sensasi nyeri. Sistem yang terlibat dalam transmisi dan persepsi nyeri
disebut sebagai system nosiseptif. Sensitifitas dari komponen system nosiseptif
dapat dipengaruhi oleh sejumlah faktor dan berbeda diantara individu. Tidak semua
orang yang terpajan terhadap stimulus yang sama mengalami intensitas nyeri yang
sama. Sensasi sangat nyeri bagi seseorang mungkin hampir tidak terasa bagi orang
lain

Reseptor nyeri (nosiseptor) adalah ujung saraf bebas dalam kulit yang
berespons hanya pada stimulus yang kuat, yang secara potensial merusak, dimana
stimuli tersebut sifatnya bisa kimia, mekanik, termal. Reseptor nyeri merupakan
jaras multi arah yang kompleks. Serabut saraf ini bercabang sangat dekat dengan
asalnya pada kulit dan mengirimkan cabangnya ke pembuluh darah lokal, sel-sel
mast, folikel rambut dan kelenjar keringat. Stimuli serabut ini mengakibatkan
pelepasan histamin dari sel-sel mast dan mengakibatkan vasodilatasi. Serabut
kutaneus terletak lebih kearah sentral dari cabang yang lebih jauh dan berhubungan
dengan rantai simpatis paravertebra system saraf dan dengan organ internal yang
lebih besar. Sejumlah substansi yang dapat meningkatkan transmisi atau persepsi
nyeri meliputi histamin, bradikinin, asetilkolin dan substansi prostaglandin dimana
zat tersebut yang dapat meningkatkan efek yang menimbulkan nyeri dari
bradikinin. Substansi lain dalam tubuh yang berfungsi sebagai inhibitor terhadap
transmisi nyeri adalah endorfin dan enkefalin yang ditemukan dalam konsentrasi
yang kuat dalam system saraf pusat.

4
Kornu dorsalis dari medulla spinalis merupakan tempat memproses sensori,
dimana agar nyeri dapat diserap secara sadar, neuron pada system assenden harus
diaktifkan. Aktivasi terjadi sebagai akibat input dari reseptor nyeri yang terletak
dalam kulit dan organ internal. Proses nyeri terjadi karena adanya interaksi antara
stimulus nyeri dan sensasi nyeri.
Patofisiologi Pada sensasi nyeri punggung bawah dalam hal ini kolumna
vertebralis dapat dianggap sebagai sebuah batang yang elastik yang tersusun atas
banyak unit vertebrae dan unit diskus intervertebrae yang diikat satu sama lain oleh
kompleks sendi faset, berbagai ligamen dan otot paravertebralis. Konstruksi
punggung yang unik tersebut memungkinkan fleksibilitas sementara disisi lain tetap
dapat memberikan perlindungan yang maksimal terhadap sum-sum tulang
belakang. Lengkungan tulang belakang akan menyerap goncangan vertical pada
saat berlari atau melompat. Batang tubuh membantu menstabilkan tulang belakang.
Otot-otot abdominal dan toraks sangat penting ada aktifitas mengangkat beban. Bila
tidak pernah dipakai akan melemahkan struktur pendukung ini. Obesitas, masalah
postur, masalah struktur dan peregangan berlebihan pendukung tulang belakang
dapat berakibat nyeri punggung.
Diskus intervertebralis akan mengalami perubahan sifat ketika usia
bertambah tua. Pada orang muda, diskus terutama tersusun atas fibrokartilago
dengan matriks gelatinus. Pada lansia akan menjadi fibrokartilago yang padat dan
tak teratur. Degenerasi diskus intervertebra merupakan penyebab nyeri punggung
biasa. Diskus lumbal bawah, L4-L5 dan L5-S6, menderita stress paling berat dan
perubahan degenerasi terberat. Penonjolan diskus atau kerusakan sendi dapat
mengakibatkan penekanan pada akar saraf ketika keluar dari kanalis spinalis, yang
mengakibatkan nyeri yang menyebar sepanjang saraf tersebut.

5
2.4. Manifestasi Klinis Low Back Pain

Secara praktis manifestasi klinis diambil dari pembagian berdasarkan sistem


anatomi :
1. LBP Viscerogenik
Tipe ini sering nyerinya tidak bertambah berat dengan adanya aktivitas
maupun istirahat. Umumnya disertai gejala spesifik dari organ viseralnya. Lebih
sering disebabkan oleh faktor ginekologik, kadang-kadang didapatkan spasme otot
paravertebralis dan perubahan sudut ferguson pada pemeriksaan radiologik, nyeri
ini disebut juga nyeri pinggang akibat referred pain.
2. LBP Vaskulogenik
Tahap dini nyerinya hanya sakit pinggang saja yang dirasakan, nyeri bersifat
nyeri punggung dalam, nyeri sering menjalar kebokong, belakang paha, dan kedua
tungkai, nyeri sering menjalar kebokong, belakang paha, dan kedua tungkai. Nyeri
tidak timbul karena adanya stress spesifik pada kolumna vertebralis (membungkuk,
batuk dan lain-lain). Diagnosa ditegakkan apabila ditemukan benjolan yang
berpulpasi.
3. LBP Neurogenik
Nyeri sangat hebat, bersifat menetap, sedikit berkurang pada saat bediri
tenang, terutama dirasakan pada saat malam hari. Nyeri dapat dibangkitkan dengan
aktivitas, dan rasa nyeri berkurang saat penderita berbaring, sering didapat
kompresi akar saraf, ditemukan juga spasme otot paravertebralis.
4. LBP Spondilogenik
Yang sering ditemukan adalah :
1. HNP : Nyeri disertai iskialgia, dirasakan sebagai nyeri pinggang, menjalar
kebokong, paha belakang tumit sampai telapan kaki.
2. Miofasial : Nyeri akibat trauma pada otot fasia atau ligamen, keluhan berupa
nyeri daerah pinggang, kurang dapat dilokasikan dengan tepat, timbul
mendadak waktu melakukan gerakan yang melampau batas kemampuan
ototnya.

6
3. Keganasan : Tumor ganas pada daerah vertebrae dapat bersifat primer atau
sekunder. Pada foto rontgen terlihat adanya destruksi, pemeriksaan
laboratorium terlihat adanya peningkatan alkalifostase.
4. Osteoporotik : Terjadi pada lansia terutama wanita, nyeri bersifat pegal atau
nyeri radikuler karena adanya fraktur kompresi sebagai komplikasi
osterporosis tulang belakang.
5. LBP Psikogenik
Keluhan nyeri hebat tidak seimbang dengan kelainan organik yang
ditemukan, penderita memilih suatu mekanisme pembelaan terhadap ancaman rasa
amannya dengan menghindarkan diri bila tidak melakukan hal tertentu. Keadaan
ini akan menyebabkan otot-otot dalam keadaan tegang sehingga meningkatkan
spasme otot dan timbul rasa nyeri.

2.5. Pemeriksaan Diagnostik

1. Sinar X vertebra : mungkin memperlihatkan adanya fraktur, dislokasi, infeksi,


osteoartritis atau scoliosis.
2. Computed tomografhy ( CT ) : berguna untuk mengetahui penyakit
yangmendasari seperti adanya lesi jaringan lunak tersembunyi disekitar
kolumna vertebralis dan masalah diskus intervertebralis.
3. Ultrasonography : dapat membantu mendiagnosa penyempitan kanalis
spinalis.
4. Magneting resonance imaging ( MRI ) : memungkinkan visualisasi sifat dan
lokasi patologi tulang belakang.
5. Meilogram dan discogram : untuk mengetahui diskus yang mengalami
degenerasi atau protrusi diskus.
6. Venogram efidural : Digunakan untuk mengkaji penyakit diskus lumbalis
dengan memperlihatkan adanya pergeseran vena efidural.
7. Elektromiogram (EMG) : digunakan untuk mengevaluasi penyakit serabut
syaraf tulang belakang ( Radikulopati ).

7
2.6. Penatalaksanaan

1. Tirah baring
Tempat tidur dengan alat yang keras dan rata untuk mengendorkan otot yang
spasme, sehingga terjadi relaksasi otot maksimal. Dibawah lutut diganjal batal
untuk mengurangi hiperlordosis lumbal, lama tirah baring tidak lebih dari 1 minggu.
2. Medika mentosa
Menggunakan obat tunggal atau kombinasi dengan dosis semiminimal
mungkin, dapat diberikan analgetik non-steroid, muscle relaxant, tranguilizer, anti
depresan atau kadang-kadang obat blokade neuratik.
3. Fisioterapi
Dalam bentuk terapi panas, stimulasi listrik perifer, traksi pinggul, terapi
latihan dan ortesa (kovset).
4. Psikoterapi
Diberikan pada penderita yang pada pemeriksaan didapat peranan
psikopatologi dalam timbulnya persepsi nyeri, pemberian psikoterapi dapat
digabungkan dengan relaksasi, hyprosis maupun biofeedback training.
5. Akupuntur
Kemungkinan bekerja dengan cara pembentukan zat neurohumoral sebagai
neurotras mitter dan bekerja sebagai activator serat intibitor desenden yang
kemudian menutup gerbang nyeri.
6. Terapi operatic
Dikerjakan apabila tindakan konservatif tidak memberikan hasil yang nyata,
atau kasus fraktur yang langsung mengakibatkan defisit neurologik, ataupun adanya
gangguan spinger
7. Latihan
Latihan perlu dilakukan dengan hati-hati dan terarah agar tidak memperburuk
keadaan, dapat dimulai pada hari ke 2 dan ke 3 kecuali jika penyebabnya adalah
herniasi diskus.

8
2.7. Pencegahan Low Back Pain

1. Meningkatkan kekuatan otot perut dengan latihan penyiapan, yang terbaik


adalah situp dengan lutut ditekuk.
2. Latihan memperkuat otot paha belakang.
a. Posisi duduk, kaki menggantung kebawah, kemudian kaki menarik beban
ringankearah belakang dan kembali lagi. Demikian berulang-ulang.
b. Posisi telungkup, kaki lurus, kemudian kaki ditekuk kearah atas depan,
menarik beban ringan dan kembali lagi. Demikian berulang-ulang.
3. Saat berlutut, hindari gerakan tubuh bagian atas untuk memutar tiba-tiba.
4. Hindari mengangkat beban berat
Bila harus mengangkat beban, usahakan punggung lurus, jangan
membungkuk tanpa membengkokkan lutut.
5. Sikap berdiri
Berdiri secara tegak, dada diangkat, bahu relaks dan dagu lurus kedepan.

9
BAB III

ASUHAN KEPERAWATAN

3.1. Pengkajian

1. Identitas pasien
a. Nama
b. Umur
c. Jenis kelamin
d. Pekerjaan
e. alamat
2. Keluhan utama :
Biasanya pasien mengatakan nyeri punggung akut maupun kronis lebih dari
dua bulan, nyeri saat berjalan dengan menggunakan tumit, nyeri menyebar
kebagian bawah belakang kaki.
3. Lingkungan Pekerjaan
a. Jenis pekerjaan
Jenis pekerjaan yang mengharuskan pekerjanya duduk terlalu lama dan jenis
pekerjaan yang mengangkat beban berat misalnya kuli pasar yang mengangkat
beban di bahunya lebih dari 25kg sehari akan memperbesar timbulnya keluhan
nyeri pinggan (low back pain).
Faktor resiko di tempat kerja yang banyak menyebabkan gangguan otot
rangka terutama adalah kerja fisik berat, penanganan dan cara pengangkatan
barang, posisi atau sikap tubuh selama bekerja, getaran, dan kerja statis.
b. Aktifitas fisik
Ada banyak hal yang menyebabkan nyeri pinggang, diantaranya adalah
aktivitas fisik yang berlebihan, seperti ; mengangkat benda/beban berat,
membungkuk, posisi tubuh yang tidak tepat saat beraktivitas, seperti; naik tangga,
duduk dan berdiri dari tempat duduk (seperti masuk dan keluar dari mobil, bak
mandi, tempat tidur), memutarkan badan terlalu keras, membungkukkan badan ke
depan, berlari, dan berjalan dengan kecepatan yang berlebihan.

10
Sikap tubuh yang salah merupakan penyebab nyeri pinggang yang sering
tidak disadari oleh penderitanya. Terutama sikap tubuh yang menjadi kebiasaan.
Kebiasaan seseorang, seperti duduk, berdiri, tidur, mengangkat beban pada posisi
yang salah dapat menimbulkan nyeri pinggang, misalnya; pada pekerja kantoran
yang terbiasa duduk dengan posisi punggung yang tidak tertopang pada kursi, atau
seorang mahasiswa yang seringkali membungkukkan punggungnya pada waktu
menulis.
Posisi berdiri yang salah yaitu berdiri dengan membungkuk atau menekuk
ke muka. Posisi tidur yang salah seperti tidur pada kasur kasur yang tidak menopang
spinal. Kasur yang diletakkan di atas lantai lebih baik daripada tempat tidur yang
bagian tengahnya lentur. Posisi menggangkat beban dari posisi berdiri langsung
membungkuk mengambil beban merupakan posisi yang salah, seharusnya beban
tersebut diangkat setelah jongkok terlebih dahulu.
Selain sikap tubuh yang salah yang seringkali menjadi kebiasan, beberapa
aktivitas berat seperti melakukan aktivitas dengan posisi berdiri lebih dari 1 jam
dalam sehari, melakukan aktivitas dengan posisi duduk yang monoton lebih dari 2
jam dalam sehari, naik turun anak tangga lebih dari 10 anak tangga dalam sehari,
berjalan lebih dari 3,2 km dalam sehari dapat pula meningkatkan resiko timbulnya
nyeri pinggang.
c. Olahraga
Olahraga yang berlebihan dapat menyebabkan otot atau tulang salah tempat.
Porsi latihan yang berlebih juga tidak bagus bagi tubuh. Tiap-tiap orang memiliki
batas gerak tubuh yang berbeda. Gerak otot dan tulang yang terlalu di forsir dapat
menyebabkan cedera otot dan persendian.
d. Vibrasi
Vibrasi dengan frekuensi rendah memberi efek fisiologis pada tubuh
manusia, khususnya terhadap orang-orang di dalamnya. Selain dari kuitantitas
frekuensi yang juga berpengaruh adalah intensitas, arah, serta durasi getaran. Secara
biologis, tubuh manusia terdiri dari massa yang tidak homogen serta berupa sistem
yang non-linier. Dalam hal ini, frekuensi getaran bebas sebesar 4 sampai 5 Hz-lah
yang paling banyak pengaruhnya.

11
Khusus getaran 4 sampai 5 Hz, yang paling dipengaruhi adalah dinding
perut dan dada, serta diafragma atau sekat antara rongga dada dan perut. Akibat
getaran yang terus-menerus dan tak tertahankan, seorang bisa menderita nyeri
kronis atau gangguan degeneratif pada tulang, otot, dan jaringan ikat di bagian
punggung.
4. Pemeriksaan Fisik
a. Observasi : amati cara berjalan penderita pada waktu masuk ruang
periksa, juga cara duduk yang disukainya. Bila pincang, diseret, kaku
(merupakan indikasi untuk pemeriksaan neurologis). Amati juga apakah
perilaku penderita konsisten dengan keluhan nyerinya (kemungkinan
kelebihan psikiatrik).
b. Inspeksi : untuk kolumna vertebralis (thoroko-lumbal dan lumbopsakral)
berikut deformitasnya, serta gerakan tulang belakang, seperti fleksi
kedepan, ekstensi kebelakang, fleksi kelateral kanan dan kiri.
c. Nyeri yang timbul hampir pada semua pergerakan daerah lumbal
sehingga penderita berjalan sangat hati-hati (kemungkinan infeksi,
inflamasi, tumor dan fraktur).
d. Palpasi : apakah terdapat nyeri tekan pada tulang belakang atau pada
otot-otot disamping tulang belakang? Apakah tekanan dari diantara dua
prosessus spinosus menimbulkan rasa nyeri (spurling sign).
e. Perkusi : perhatikan apakah timbul nyeri jika processus spinosus
diketok.
5. Pola pemenuhan kebutuhan sehari-hari
a. Aktivitas dan istirahat
 Gejala : riwayat pekerjaan yang perlu mengangkat benda berat, duduk,
mengemudi dalam waktu lama, membutuhkan papan/matras waktu tidur,
penurunan rentang gerak dari ekstrimiter pada salah satu bagian tubuh, tidak
mampu melakukan aktivitas yang biasanya dilakukan.
 Tanda : Atropi otot pada bagian tubuh yang terkena, gangguan dalam
berjalan

12
b. Eliminasi
 Gejala : Konstribusi, mengalami kesulitan dalam defekasi, adanya
inkontenensia/retensi urine
c. Integritas Ego
 Gejala : Ketakutan akan timbulnya paralysis, ansietas masalah pekerjaan,
finansial keluarga.
 Tanda : Tampak cemas, defresi, menghindar dari keluarga/orang terdekat
d. Neurosensori
 Gejala : Kesemutan, kekakuan, kelemahan dari tangan/kaki
 Tanda : Penurunan refleks tendon dalam, kelemahan otot, hipotania, nyeri
tekan/spasme pavavertebralis, penurunan persesi nyeri (sensori)
e. Nyeri/kenyamanan
 Gejala : Nyeri seperti tertusuk pisau yang akan semakin memburuk dengan
adanya batuk, bersin, membengkokan badan, mengangkat defekasi,
mengangkat kaki, atau fleksi pada leher, nyeri yang tidak ada hentinya atau
adanya episode nyeri yang lebih berat secara interminten; nyeri menjalar ke
kaki, bokong (lumbal) atau bahu/lengan; kaku pada leher
(servikal). Terdengar adanya suara “krek” saat nyeri baru timbul/saat
trauma atau merasa “punggung patah”, keterbatasan untuk
mobilisasi/membungkuk kedepan.
 Tanda : Sikap: dengan cara bersandar dari bagian tubuh yang terkena,
perubahan cara berjalan: berjalan dengan terpincang-pincang, pinggang
terangkat pada bagian tubuh yang terkena, nyeri pada palpasi.
f. Keamanan
 Gejala : Adanya riwayat masalah punggung yang baru saja terjadi .

3.2. Diagnosa Keperawatan

1. Nyeri akut berhubungan dengan agen injuri (trauma jaringan, inflamasi,


kompresi syaraf)

13
2. Kerusakan mobilitas fisik berhubungan dengan nyeri, kerusakan
muskuloskeletal, kekakuan sendi, kontraktur.
3. Gangguan pola tidur berhubungan dengan nyeri dan ketidaknyaman.

3.3. Intervensi Keperawatan

DIAGNOSA
No INTERVENSI RASIONAL
KEPERAWATAN

1. Nyeri akut berhubungan 1. Selidiki keluhan 1. Untuk membantu dalam


dengan agen injuri (trauma nyeri, perhatikan pengkajian pasien dan
jaringan, inflamasi, kompresi lokasi, itensitas untuk menentukan
syaraf). nyeri, dan skala intervensi yang dapat
2. Anjurkan pasien dilakukan
Tujuan: untukmelaporkan 2. Intervensi dini pada
Setelah dilakukan tindakan nyeri segera saat kontrol nyeri memudahkan
keperawatan selama 2 x 24 jam mulai pemulihan otot dengan
nyeri dapat berkurang atau 3. Pantau tanda-tanda menurunkan tegangan otot
hilang. vital 3. Respon autonomik
4. Jelaskan sebab dan meliputi, perubahan pada
Kriteria Hasil: akibat nyeri pada TD, nadi, RR, yang
 Klien dapat klien serta berhubungan dengan
mengungkapakan nyeri keluarganya penghilangan nyeri
yang dirasakan berkurang 5. Anjurkan istirahat 4. Dengan sebab dan akibat
atau hilang selama fase akut nyeri diharapkan klien
6. Anjurkan teknik berpartisipasi dalam
 Klien tidak menyeringai
distruksi dan perawatan untuk
kesakitan
relaksasi mengurangi nyeri
 Klien dapat melaporkan
7. Berikan situasi 5. Mengurangi nyeri yang
kebutuhan istirahat tidur
lingkungan yang diperberat oleh gerakan
tercukup
kondusif 6. Menurunkan tegangan
 TTV dalam batasan normal 8. Kolaborasi dengan otot, meningkatkan
 Intensitas nyeri berkurang tim medis dalam relaksasi, dan
(skala nyeri berkurang 1- pemberian meningkatkan rasa kontrol
10) medikasi sesuai dan kemampuan koping
 Menunjukkan rileks, indikasi 7. Memberikan dukungan
istirahat tidur, peningkatan (fisik, emosional,
aktivitas dengan cepat meningkatkan rasa
kontrol, dan kemampuan
koping)
8. Menghilangkan
ataumengurangi keluhan
nyeri klien

14
2. Kerusakan mobilitas 1. Kaji tingkat 1. Dasar untuk memberikan
fisikberhubungan dengan nyeri, kemampuan klien alternatif dan latihan
kerusakan muskuloskeletal, yang masih ada gerak yang sesuai dengan
kekakuan sendi, kontraktur. 2. Evaluasi kemampuanny
pemantauan tingkat 2. Tingkat aktifitas
Tujuan: inflamasi ataurasa tergantung dari
Setelah dilakukan tindakan sakit perkembangan
keperawatan selama 4 x 24 jam 3. Bantu dengan atauresolusi dari proses
klien dapat mobilisasi dengan rentang gerak aktif inflamasi
adekuat. atau pasif 3. mempertahankan fungsi
4. Observasi atau kaji sendi, kekuatan otot
Kriteria Hasil: terus kemampuan 4. untuk mengetahui tingkat
 Klien dapat gerak motorik dan perkembangan pasien
mendemonstrasikan tekhnik keseimbangan dan dapat menentukan
atau perilaku yang pasien intervensi yang tepat bagi
memungkinkan melakukan 5. Rubah posisi pasien
aktifitas. dengan sering 5. Menghilangkan tekanan
dengan personal pada jaringan dan
 Klien dapat melakukan
cukup meningkatkan sirkulasi.
mobilitas secara bertahap.
6. Berikan 6. Untuk menghindari
 Penampilan seimbang.
lingkungan yang cedera
 Klien mampu berpindah nyaman misal alat 7. Dengan adanya motivasi
tempat tanpa bantuan. bantu dari keluarga, pasien
7. Anjurkan keluarga akan merasa lebih dekat
klien untuk melatih dan nyaman dengan
dan memberi keluarga terdekatnya
motivasi 8. Posisi yang nyaman
8. Buat posisi seluruh dapat mengurangi rasa
persendian dalam nyeri pada pasien.
letak anatomis dan
nyaman dengan
memberikan
penyangga pada
lekukan lekukan
sendi serta pastikan
posisi punggung
lurus

15
BAB IV

PENUTUP

4.1. Kesimpulan
Low Back Pain adalah nyeri kronik didalam lumbal,biasanya disebabkan oleh
terdesaknya para vertebral otot, herniasi dan regenerasi dari nucleus pulposus,
osteoartritis dari lumbal sacral pada tulang belakang
Low back pain dapat terjadi pada siapasaja yang mempunyai masalah pada
muskuloskeletal seperti ketegangan lumbosacral akut,ketidakmampuan ligamen
lumbosacral,kelemahan otot,osteoartritis,spinal stenosis serta masalah pada sendi
inter vertebra dan kaki yang tidak sama panjang.
Kebanyakan nyeri punggung bawah disebabkan oleh salah satu dari berbagai
masalah muskuloskeletal (misal regangan lumbosakral akut, ketidakstabilan
ligamen lumbosakral dan kelemahan otot, osteoartritis tulang belakang, stenosis
tulang belakang, masalah diskus intervertebralis, ketidaksamaan panjang tungkai).
Penyebab lainnya meliputi obesitas, gangguan ginjal, masalah pelvis, tumor
retroperitoneal, aneurisma abdominal dan masalah psikosomatik. Kebanyakan
nyeri punggung akibat gangguan muskuloskeletal akan diperberat oleh aktifitas,
sedangkan nyeri akibat keadaan lainnya tidak dipengaruhi oleh aktifitas.

4.2. Saran
Diharapkan siswa mampu memahami tentang bagaimana asuhan
keperawatan pada pasien dengan low back pain sehingga dapat meningkatkan
kesehatan pekerja yang ada di masyarakat.

16
DAFTAR PUSTAKA

Brunner & Suddarth. 2002. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah, Edisi 8,
Volume 1. Jakarta : EGC

Brunner & Suddarth. 2002. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah, Edisi 8,
Volume 3. Jakarta : EGC

Mutakin Arif. 2012. Buku Ajar Asuhan Keperawatan Klien dengan Gangguan
Sistem Kardiovaskular dan Hematologi. Jakarta: Salemba Medika

17

Anda mungkin juga menyukai