Anda di halaman 1dari 14

MAKALAH

PENGONTROLAN PERTUMBUHAN MIKROORGANISME DAN


KONDISI YANG MELEMAHKAN PERTAHANAN PEJAMU
MELAWAN MIKROORGANISME
Makalah ini disusun untuk memenuhi Tugas Mata Kuliah Ilmu Dasar Keperawatan

Dosen Pengajar : Ns. Retno Anggraeni P.S,S.Ke.,M.Kes

Disususun Oleh :

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN

UNIVERSITAS MEDIKA SUHERMAN 2022

KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan nikmat serta hidayah-nya terutama
nikmat kesempatan dan kesehatan sehingga penyusun dapat menyelesaikan makalah ini
dengan baik yang berjudul “PENGONTROLAN PERTUMBUHAN MIKROORGANISME
DAN KONDISI YANG MELEMAHKAN PERTAHANAN PEJAMU MELAWAN
MIKROORGANISME”
Tujuan makalah ini disusun untuk memenuhi tugas Mata Kuliah Ilmu Dasar Keperawatan.
Adapun tujuan lain dari makalah ini dibuat untuk menambah wawasan penyusun maupun
pembaca mengenai pengontrolan pertumbuhan mikroorganisme dan kondisi yang
melemahkan pertahanan pejamu melawan mikroorganisme.

Tidak lupa, penyusun ucapkan terima kasih kepada ibu dosen pengajar Ns. Retno
Anggraeni P.S,S.Ke.,M.Kes selaku dosen Ilmu Dasar Keperawatan. Ucapan terima kasih juga
penyusun sampaikan kepada teman-teman yang telah membantu baik secara moral maupun
material sehingga makalah ini dapat terwujud.

Penyusun menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna karena keterbatasan
ilmu dan sumber yang dimiliki. Oleh karenanya, saran dan kritik yang bersifat membangun
akan penyusun terima dengan baik. Harapan penyusun semoga makalah ini dapat bermanfaat
bagi semua pihak yang memerlukan.

Cikarang, 21 Juni 2022

Penyusun

ii
DAFTAR ISI

BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pengendalian mikroorganisme yang dapat dilakukan sangat beranekaragam,
yaitu melalui metode fisik, kimia ataupun biologi. Untuk metode secara fisik, dapat
dilakukan melalui pemanasan ataupun fiksasi-fiksasi.Sedangkan untuk metode kimia
sendiri kita dapat menggunakan beberapa agen kimia untuk menguji suatu
mikroorganisme (Waluyo, 2008). Saat ini telah banyak agen kimia yang berpotensi
untuk membunuh ataupun menghemat mikroba.Penelitian dan penemuan senyawa
kimia baru terus berkembang.Agen kimia yang baik adalah yang memiliki
kemampuan membunuh mikroba secara tepat dengan dosis yang rendah tanpa
merusak bahan atau alat yang desinfeks.
Pejamu adalah Organisme, biasanya berupa manusia atau hewan yang menjadi
tempat terjadinya proses alamiah penyakit. Pejamu memberikan tempat dan
penghidupan kepada suatu patogen.Tubuh manusia tidak mungkin terhindar dari
lingkungan yang mengandung mikroba pathogen disekelilingnya. Mikroba tersebut
dapat menimbulkan penyakit infeksi pada manusia. Mikroba patogen yang ada
bersifat poligenik dan kompleks. Oleh karena itu respon imun tubuh manusia terhadap
berbagai macam mikroba patogen juga berbeda. Umumnya gambaran biologic
spesifik mikroba menentukan mekanisme imun mana yang berperan untuk proteksi.

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian pada bagian latar belakang diatas maka yang menjadi rumusan
masalah ini adalah sebagai berikut :

C. Tujuan Makalah
Berdasarkan rumusan masalah tersebut maka tujuan penelitian ini adalah :

BAB II

PEMBAHASAN

1
A. Pengontrolan pertumbuhan mikroorganisme
1. Pengertain
Mikroorganisme adalah organisme yang berukuran renik (kecil).
Karena sifatnya yang kecil, organisme ini sulit untuk dilihat dengan mata
telanjang. Namun, walaupun sulit dilihat, organisme ini terdapat dimana-
mana. Mikroorganisme banyak yang membahayakan. Selain merugikan,
mikroorganisme juga ada yang menguntungkan, misalnya bakteri yang dapat
diolah menjadi antibiotik. Mikroorganisme tidak dapat dibasmi/dimusnahkan,
tetapi dapat dikendalikan. Dengan upaya tersebut, peluang mikroorganisme,
terutama bakteri, untuk menginfeksi manusia pun akan berkurang.

2. Pengontrolan mikroorganisme
Mikroorganisme dapat menyebabkan berbagai bahaya dan kerusakan.
Mikroorganisme juga dapat mencemari makanan; dengan menimbulkan
berbagai perubahan kimiawi di dalamnya, bakteri membuat makanan tidak
dapat dimakan atau bahkan beracun. Oleh sebab itu, adanya prosedur untuk
mengendalikan pertumbuhan dan kontaminasi oleh mikroba merupakan suatu
keharusan.
Alasan utama untuk pengontrolan mmikroorganisme dapat dirangkum
sebagai berikut :
1) Mencegah penyebaran penyakit dan infeksi
2) Membasmi mikroorganisme pada inang yang terinfeksi
3) Mencegah pembusukan dan perusakan bahan oleh
mikroorganisme.
Mikroorganisme dapat disingkirkan, dihambat, atau dibunuh melalui
suatu sarana yang bekerja dengan berbagai cara dan masing-masing
mempunyai keterbatasan dalam penerapan praktisnya. Beberapa istilah khusus
sering digunakan untuk menggambarkan sarana serta proses pengontrolan
mikroorganisme. Penggunaan istilah ini penting dalam pemberian etiket pada
obat-obatan serta bahan kimia yang digunakan terhadap mikroorganisme. Baik
pabrikan maupun konsumen harus memahami makna yang tepat dari istilah-
istilah tersebut.

3. Pengendalian mikroorganisme dengan sarana fisik


Berbagai sarana atau proses fisik telah tersedia untuk mengendalikan
populasi mikroba. Pengendalian tersebut dapat dilakukan dengan cara
mematikan mikroorganisme, menghambat pertumbuhan dan metabolismenya,
atau secara fisik menyingkirnkannya. Cara pengendalian mana yang akan
digunakan bergantung pada kondisi yang dihadapi pada situasi tertentu.
Penerapan sarana fisik untuk megendalikan mikroorganisme dilakukan
melalui beberapa metode, diantaranya metode panas lembap, panas kering,
pengeringan, radiasi, filtrasi, dan pembersihan fisik.
1) Metode panas lembab
Beberapa cara pengendalian mikroorganisme melalui metode panas
lembap adalah
a. Uap bertekanan., Panas dalam bentuk uap jenuh bertekanan adalah
sarana paling praktis serta dapat diandalkan untuk sterilisasi. Uap
bertekanan memberikan suhu jauh diatas titik didih. Uap
bertekanan mempunyai beberapa keuntungan, diantaranya
pemanasan dapat berlangsung cepat dan mempunyai daya tembus
serta menghasilkan kelembapan yang tinggi. Semuanya tentu akan
mempermudah koagulasi protein sel-sel mikroba
b. Air mendidih, Sel-sel vegetatif mikroorganisme akan terbunuh
dalam waktu 10 menit di dalam air mendidih. Namun, beberapa
spora bakteri dapat bertahan dalam kondisi seperti ini selama
berjam-jam karena air mendidih hanya menghancurkan patogen
yang tidak membentuk spora. Air mendidih tidak dapat
diandalkanuntuk sterilisasi karena tidak menjamin tercapainya
keadaan steril apabila perlakuan hanya diberikan satu kali.
2) Panas kering
Beberapa cara pengendalian mikroorganisme melalui metode panas
kering adalah sebagai berikut:
a. Sterilisasi dengan udara panas. Sterilisasi dengan udara panas
dianjurkan apabila penggunaan uap bertekanan tidak dikehendaki
atau bila tidak dapat terjadi kontak antara uap bertekanan dengan
benda yang akan disterilkan. Untuk tujuan ini, digunakan alat
yang disebut oven. Alat ini dipakai untuk mensterilkan alat-alat
gelas seperti Erlenmeyer, tabung reaksi, cawan Petri, dan alat gas
lainnya. Temperatur yang sering dipakai adalah 170-1800C
selama kurang lebih 2 jam. Perlu diperhatikan bahwa lamanya
sterilisasi bergantung pada jumlah alat-alat yang disterilkan dan
ketahanan alat terhadap panas.
b. Sterilisasi dengan pemijaran. Cara ini terutama dipakai untuk
sterilisasi jarum platina, ose, dan alat lainnya yang terbuat dari
platinba atau nikrom. Caranya adalah dengan membakar alat-alat
tersebut diatas api lampu spirtus sampai berpijar
c. Sterilisasi dengan pembakaran. Pembakaran bahan yang
mengandung mikroorganisme berarti juga membasmi
mikroorganisme. Sterilisasi dnegan cara ini digunakan untuk
memusnahkan benda-benda tecemar yang tidak dapat digunakan
kembali.
3) Pengeringan
Pengeringan sel mikroba serta lingkungannya dapat sangat mengurangi atau
menghentikan aktivitas metabolik diikuti dengan matinya sejulah sel.
Lamanya suatu mikroorganisme bertahan hidup setelah proses pengeringan
bervariasi, bergantung pada faktor-faktor berikut:
a. Jenis mikroorganisme
b. Bahan pembawa yang dipakai unutk mengeringkan mikroorganisme
c. Kesempurnaa proses pengeringan

1
d. Kondisi fisik (cahaya, suhu, kelembapan) yang dikenakan pada
organisme yang dikeringkan
4) Radiasi
Beberapa cara pengendalian mikroorganisme melalui metode radiasi
sebagai berikut.
a. Cahaya ultraviolet. Cahaya ultraviolet digunakan untuk
mengendalikan infeksi-asal udara dan mendesinfeksi permukaan
bahan yang disinar. Namun, cahaya ini tidak dapat menembus kaca
transparan atau benda-benda tembus cahaya karena daya tembusnya
rendah. Dalam pratiknya, pengguna harus berhati-hati karena cahaya
UV dapat menyebabkan iritasi pada mata dan kulit.
b. Sinar X, radiasi gamma, dan radiasi katode. Ketiga sinar ini dapat
mensterilkan perlengkapan bedah yang peka terhadap panas serta
alat-alat medis lainnya. Namun, ketiga sarana penyinaran ini
tergolong mahal dan membutuhkan fasilitas khusus.
4. Pengendalian mikroorganisme dengan bahan kimia
Terdapat banyak zat kimia yang dipakai untuk mengendalikan
mikroorganisme. Penting sekali untuk memahami ciri pembeda masing-
masing zat terkait mikroorganisme apa saja yang dapat dikendalikannya serta
bagaimana zat tersebut dipengaruhi oleh lingkungan. Setiap zat kimia
mempunyai kebatasan dan keefektifan bila digunakan dalam kondisi praktis.
Keterbatasan-keterbatasan ini perlu diamati. Selain itu, tujuan yang
dikehendaki dalam pengendalian mikroorganisme tidak selalu sama. Pada
beberapa kasus, kita mungkin pelu mematikan sebagian besar mikroorganisme
tetapi tidak semua (sanitasi). Dengan demikian, pemilihan sesuatu bahan
kimia untuk penggunaan praktis dipengaruhi juga oleh hasil akhir yang
diharapkan.

Ciri-ciri desinfektan yang ideal:

1) Desinfektan harus dapat memperhatikan berbagai jenis mikroba pada


konsentrasi rendah.
2) Desinfektan harus dapat larut dalam air atau pelarut lain sampai pada
konsentrasi yang diperlukan untuk dapat digunakan secara efektif.
3) Perubahan yang terjadi pada desinfektan ketika didiamkan beberapa saat
harus seminimial mungkin dan tidak boleh mengakibatkan hilangnya
sifat antimikobial atau harus bersifat stabil.
4) Tidak bersifat racun bagi manusia maupun hewan lain.
5) Aktivitas antimikrobial harus pada suhu kamar atau suhu tubuh.
6) Tidak menimbulkan karat dan warna.
7) Memiliki kemampuan menghilangkan bau yang kurang sedap.
8) Desinfektan juga harus berfungsi sebagai deterjen (pembersih).
9) Desinfektan harus tersedia dalam jumlah besar dengan harga yang
wajar.

5. Rantai pengendalian infeksi


Proses terjadinya infeksi seperti rantai yang paling terkait antar
berbagai faktor yang mempengaruhi, yaitu agen infeksi, yaitu agen infeksi,
reservoir, portal of exit, cara penularan, portal of entry dan host/pejamu yang
rentan.

1) Agen infeksi
Mikroorganisme yang termasuk dalam agen infeksi antara lain bakteri,
virus, jamur, dan protozoa. Mikroorganisme di kulit bisa merupakan flora
transient maupun organisme transient normalnya ada dan jumlahnya stabil,
organisme ini bisa hidup dan berbiak di kulit. Organisme ini siap ditularkan,
kecuali dihilangkan dengan cuci tangan. Organisme resisten tidak dengan
mudah bisa dihilangkan melalui cuci tangan dengan sabun dan deterjen
biasa kecuali bila digosokan dilakukan dengan seksama. Mikroorganisme
dapat menyebabkan infeksi tergantung pada jumlah mikroorganisme,
virulensi (kemampuan menyebabkan penyakit), kemampuan untuk masuk
dan bertahan hidup dalam host serta kerentanan dari host/penjamu.

2) Reservoir (sumber mikroorganisme)


Reservoir merupakan tempat dimana mikroorganisme patogen dapat
hidup baik berkembang biak atau tidak. Yang bisa berperan sebagai
reservoir adalah manusia, binatang, makanan, air, serangga, dan benda lain.
Kebanyakan reservoir adalah tubuh manusia, misalnya di kulit mukosa,
cairan maupun drainase. Adanya mikroorganisme patogen dalam tubuh
tidak selalu menyebabkan penyakit pada hostnya. Sehingga reservoir yang
di dalamnya terdapat  mikroorganisme patogen bisa menyebabkan orang
lain menjadi sakit (carrier). Kuman akan hidup dan berkembang biak dalam
reservoir jika karakteristik reservoarnya cocok dengan kuman. Karakteristik
tersebut yaitu oksigen, air, suhu, pH, dan pencahayaan.

3) Portal of exit (jalan keluar)


Mikroorganisme yang hidup di dalam reservoar harus menemukan jalan
keluar (portal of exit) untuk masuk ke dalam host dan menyebabkan infeksi.
Sebelum menimbulkan infeksi, mikroorganisme harus keluar terlebih
dahulu dari reservoarnya. Jika reservoarnya manusia, kuman dapat keluar
melalui salura pernafasan, pencernaan, perkemihan, genetalia, kulit, dan
membran mukosa yang rusak disertai darah.

4) Cara penularan
Kuman dapat menular atau berpindah ke orang lain dengan berbagai cara
seperti kontak langsung dengan penderita melalui oral, fekal, kulit atau
darahnya, kontak tidak langsung melalui jarum atau balutan bekas luka
penderita, peralatan yang terkontaminasi, makan yang dioalah tidak tepat,
dan melalui vektor nyamuk atau lalat.
5) Portal masuk

1
Sebelum seseorang terinfeksi, mikroorganisme harus masuk dalam
tubuh. Kulit merupakan barier pelindung tubuh terhadap masuknya kuman
infeksius. Rusaknya kulit atau ketidakutuhan kulit dapat menjadi portal
masuk. Mikroba dapat masuk ke dalam tubuh melalui rute atau jalan yang
sama dengan portal keluar. Faktor-faktor yang menurunkan daya tahan
tubuh memperbesar kesempatan patogen masuk ke dalam tubuh.

6) Daya tahan hospes (manusia)


Seseorang terkena infeksi bergantung pada kerentanan terhadap agen
infeksius. Kerentanan bergantung pada derajat ketahanan tubuh individu
terhadap patogen. Meskipun seseorang secara konstan kontak dengan
mikroorganisme dalam jumlah yang besar, infeksi tidak akan terjadi sampai
individu rentan terhadap kuman yaitu usia, keturunan, stress (fisik dan
emosional), status nutrisi, terapi medis, pemberian obat dan penyakit
penyerta.

B. Kondisi yang melemahkan pertahanan pejamu melawan mikroorganisme

1. Pengertian

Pejamu merupakan intrinsik faktor yang mempengaruhi individu untuk


terpapa,kepekaan (susceptibility)atau berespon terhadap agen penyebab penyakit.
Penjamu adalah manusia atau makhluk hidup lainnya yang menjadi tempat terjadinya
proses alamiah perkembangan penyakit. Penjamu adalah organisme,biasanya manusia
atau hewan yang menjadi tempat persinggahan penyakit. Penjamu bisa saja terkena
atau tidak terkena penyakit. Penjamu memberikan tempat dan penghidupan bagi suatu
patogen.(Timmreck,2005). Pejamu(Host) adalah semua faktor yang terdapat pada
manusia yang dapat mempengaruhi timbulnya suatu perjalanan penyakit. Host erat
hubungannya dengan manusia sebagai makhluk biologis dan manusia sebagai
makhluk sosial sehingga manusia dalam hidupnya mempunyai dua keadaan dalam
timbulnya penyakit yaitu manusia kemungkinan terpejan dan kemungkinan rentan
atau resisten.(Rajab,2008).

2. Mekanisme Pejamu

 Pertahanan non-spesifik(innate) dengan mengeluarkan agen infeksi atau


membunuhnya pada kontak pertama. Bilamana patogen menimbulkan
infeksi,berbagai respon non-adaptif dini penting untuk mengendalikan infeksi dan
mempertahankan pengawasan terhadapnya, sampai terbentuk respon imun adaptif
(Gray, 1994).
 Pertahanan fisik dan kimiawi kulit, sekresi asam lemak dan asam laktat melalui
kelenjar keringat dan sebarea, sekresi lendir, pergerakan silia, sekresi air mata, air
liur, asam lambung, serta lisotym dalam air mata.
 Simbiosis dengan bakteri flora normal yang memproduksi zat yang dapat menjegah
invasi mikro organisme seperti laktobasilus pada epitel organ.
 Innate immunity (Mekanisme non-Spesifik) seperti sel polimorfonukleat (PMN),
Makrofag, Aktivasi komplomen, Sel Mast, Sel Naturak Killer (NK).
 Imunitas spesifik, yang terdiri dari imunitas humoral dan seluler. Secara umum
pengontrolan infeksi intraselular seperti infeksi virus, protozoa, jamur dan beberapa
bakteri intraselular fakultatif terutama membutuhkan imunitas yang diperani oleh sel
yang dinamakan imunitas selular, sedangkan bakteri ekstraselular dan toksin
membutuhkan imunitas yang diperani oleh antibodi yang dinamakan imunitas
humoral. Secara keseluruhan pertahanan imunologik dan nonimunologik
(nonspesifik) bertanggung jawab bersama dalam pengontrolan terjadinya penyakit
infeksi.
 Adaptif imunity (musanir,2001)
 Virulensi

3. Faktor – Faktor yang Menyebabkan Melemahnya Pertahanan Pejamu

1. Umur

Menyebabkan adanya perbedaan penyakit yang diderita seperti penyakit campak pada
anak-anak, penyakit kanker pada usia pertengahan dan penyakit aterosklerosis pada usia
lanjut.

2. Jenis Kelamin

Frekuensi penyakit pada laki-laki lebih tinggi dibandingkan pada wanita dan penyakit
tertentu seperti penyakit pada kehamilan serta persalinan hanya terjadi pada wanita
sebagaimana halnya penyakit hipertrofi prostat hanya dijumpai pada laki-laki.

3. Ras

Hubungan antara ras dan penyakit tergantung pada tradisi, adat istiadat dan
perkembangan kebudayaan. Terdapat penyakit tertentu yang hanya dijumpai pada ras tertentu
seperti fickle cell anemia pada ras Negro.

4. Genetik

Ada penyakit tertentu yang diturunkan secara herediter seperti mongolisme,


fenilketonuria, buta warna, hemofilia dan lain-lain.

5. Pekerjaan

Status pekerjaan mempunyai hubungan erat dengan penyakit akibat pekerjaan seperti
keracunan, kecelakaan kerja, silikosis, asbestosis dan lainnya.

6. Status Nutrisi

Gizi yang buruk mempermudah sesorang menderita penyakit infeksi seperti TBC dan
kelainan gizi seperti obesitas, kolesterol tinggi dan lainnya.

7. Status Kekebalan

1
Reaksi tubuh terhadap penyakit tergantung pada status kekebalan yang dimiliki
sebelumnya seperti kekebalan terhadap penyakit virus yang tahan lama dan seumur hidup.
contoh : campak

8. Adat-Istiadat

Ada beberapa adat-istiadat yang dapat menimbulkan penyakit seperti kebiasaan


makan ikan mentah dapat menyebabkan penyakit cacing hati.

9. Gaya hidup

Kebiasaan minum alkohol, narkoba dan merokok dapat menimbulkan gangguan pada
kesehatan.

10. Psikis

Faktor kejiwaan seperti emosional, stres dapat menyebabkan terjadinya penyakit


hipertensi, ulkus peptikum, depresi, insomnia dan lainnya.

4. Strategi Pertahanan Bakteri

Bakteri ekstraseluler adalah bakteri yang dapat bereplikasi di luar sel, di dalam
sirkulasi, di jaringan ikat ekstraseluler, dan di berbagai jaringan. Berbagai jenis bakteri yang
termasuk golongan bakteri ekstraseluler telah disebutkan pada bab sebelumnya. Bakteri
ekstraseluler biasanya mudah dihancurkan oleh sel fagosit. Pada keadaan tertentu bakteri
ekstraseluler tidak dapat dihancurkan oleh sel fagosit karena adanya sintesis kapsul
antifagosit, yaitu kapsul luar (outer capsule) yang mengakibatkan adesi yang tidak baik
antara sel fagosit dengan bakteri, seperti pada infeksi bakteri berkapsul Streptococcus
pneumoniae atau Haemophylus influenzae. Selain itu, kapsul tersebut melindungi molekul
karbohidrat pada permukaan bakteri yang seharusnya dapat dikenali oleh reseptor fagosit.
Dengan adanya kapsul ini, akses fagosit dan deposisi C3b pada dinding sel bakteri dapat
dihambat. Beberapa organisme lain mengeluarkan eksotoksin yang meracuni leukosit.
Strategi lainnya adalah dengan pengikatan bakteri ke permukaan sel non fagosit sehingga
memperoleh perlindungan dari fungsi fagosit.

Sel normal dalam tubuh mempunyai protein regulator yang melindungi dari kerusakan
oleh komplemen, seperti CR1, MCP dan DAF, yang menyebabkan pemecahan C3
konvertase. Beberapa bakteri tidak mempunyai regulator tersebut, sehingga akan
mengaktifkan jalur alternatif komplemen melalui stabilisasi C3b3b konvertase pada
permukaan sel bakteri. Dengan adanya kapsul bakteri akan menyebabkan aktivasi dan
stabilisasi komplemen yang buruk.

Beberapa bakteri juga dapat mempercepat pemecahan komplemen melalui aksi


produk mikrobial yang mengikat atau menghambat kerja regulator aktivasi komplemen.
Bahkan beberapa spesies dapat menghindari lisis dengan cara mengalihkan lokasi aktivasi
komplemen melalui sekresi protein umpan (decoy protein)atau posisi permukaan bakteri yang
jauh dari membran sel. Beberapa organisme Gram positif mempunyai lapisan peptidoglikan
tebal yang menghambat insersi komplek serangan membran C5b-9 pada membran sel bakteri.

Bakteri enterik Gram negatif pada usus mempengaruhi aktivitas makrofag termasuk
menginduksi apoptosis, meningkatkan produksi IL-1, mencegah fusi fagosom-lisosom dan
mempengaruhi sitoskleton aktin. Strategi berupa variasi antigenik juga dimiliki oleh beberapa
bakteri, seperti variasi lipoprotein permukaan, variasi enzim yang terlibat dalam sintesis
struktur permukaan dan variasi antigenik pili.Keadaan sistem imun yang dapat menyebabkan
bakteri ekstraseluler sulit dihancurkan adalah gangguan pada mekanisme fagositik karena.
defisiensi sel fagositik (neutropenia) atau kualitas respons imun yang kurang (penyakit
granulomatosa kronik)

5. Pengertian Infeksi Oportunistik ( IO )

Infeksi oportunistik (IO) adalah infeksi yang ambil kesempatan (‘opportunity’) yang
disediakan oleh kerusakan pada sistem kekebalan tubuh untuk menimbulkan penyakit.
Kerusakan pada sistem kekebalan tubuh ini adalah salah satu akibat dari infeksi HIV, dan
menjadi cukup berat sehingga IO timbul rata-rata 7-10 tahun setelah kita terinfeksi HIV.

Kerusakan pada sistem kekebalan tubuh kita dapat dihindari dengan penggunaan
terapi antiretroviral (ART) sebelum kita mengalami IO. Namun, karena kebanyakan orang
yang terinfeksi HIV di Indonesia tidak tahu dirinya terinfeksi, timbulnya IO sering kali
adalah tanda pertama bahwa ada HIV di tubuh kita. Jadi, walaupun ART tersedia gratis di
Indonesia, masalah IO tetap ada, sehingga adalah penting kita mengerti apa itu IO dan
bagaimana IO dapat diobati dan dicegah

Dalam tubuh anda terdapat banyak kuman – bakteri, protozoa, jamur dan virus. Saat
sistim kekebalan anda bekerja dengan baik, sistim tersebut mampu mengendalikan kuman-
kuman ini. Tetapi bila sistim kekebalan dilemahkan oleh penyakit HIV atau oleh beberapa
jenis obat, kuman ini mungkin tidak terkuasai lagi dan dapat menyebabkan masalah
kesehatan. Infeksi yang mengambil manfaat dari lemahnya pertahanan kekebalan tubuh
disebut "oportunistik". Kata "infeksi oportunistik" sering kali disingkat menjadi "IO".

1
6. Jenis – jenis Infeksi Oportunistik

Ada beberapa jenis IO yang paling umum, yaitu :

 Candidiasis
Candidiasis merupakan infeksi yang disebabkan oleh jamur Candida yang bisa
muncul di bagian tubuh mana saja. Infeksi ini merupakan infeksi oportunistik yang
umum terlihat pada pasien HIV dengan jumlah CD4 antara 200 hingga 500 sel/mm3.
Gejala yang paling jelas adalah bintik-bintik putih di lidah atau tenggorokan.
Candidiasis dapat diobati dengan resep obat antijamur. Untuk mencegah terkena
candidiasis, jagalah kebersihan mulut dan gunakan obat kumur yang mengandung
klorheksidin (antiseptik) yang dapat mencegah infeksi ini. Tidak hanya di mulut atau
tenggorokan saja, infeksi ini juga bisa menyerang bagian vagina Anda.

 Infeksi Pneumonia
Infeksi pneumonia adalah infeksi oportunistik yang paling serius bagi pengidap HIV.
Infeksi pneumonia yang biasa terjadi pada penderita HIV adalah Pneumocystis
pneumonia (PCP) dan merupakan penyebab utama kematian di antara pasien HIV.
Namun ternyata, penyakit ini dapat diobati dengan antibiotik. Adapun gejalanya
seperti batuk, demam, dan kesulitan bernapas.

 Kanker Serviks Invasif


Ini adalah kanker yang dimulai di dalam leher rahim, yang kemudian menyebar ke
bagian tubuh lainnya. Kondisi kanker ini bisa dikurangi kemungkinan terjadinya
dengan melakukan pemeriksaan serviks rutin di dokter.

 Kriptokokosis
Crypto neoformans (crypto) merupakan jamur biasa ditemukan di tanah dan bila
terhirup dapat menyebabkan meningitis, yakni peradangan serius pada selaput
pelindung yang mengelilingi otak dan saraf tulang belakang.

 Herpes Simpleks
Yakni virus yang dapat menyebabkan luka yang buruk di sekitar mulut dan alat
kelamin Anda. Infeksi ini biasa menular lewat hubungan seksual atau ditularkan ibu
pada proses kelahiran. Selain di mulut dan kelamin, infeksi ini juga dapat terjadi pada
saluran napas.

 Tokso Plasmosis(tokso)
Adalah sebuah parasit yang dapat menyebabkan ensefalitis (radang otak), serta
pandangan kabur dan juga kerusakan mata. Parasit ini ditularkan melalui hewan
peliharaan seperti kucing, tikus, maupun burung. Selain itu, tokso juga bisa ditemukan
pada daging merah dan meskipun jarang dapat ditemukan pada daging unggas.

 Tuberkulosis
Infeksi bakteri TBC yang biasa dikenal karena menyerang paru-paru Anda ini dapat
juga menyerang organ lain dan menyebabkan meningitis.
Pencegahan Infeksi Oportunistik

Sebagian besar kuman yang menyebabkan Infeksi Oportunistik sangat umum, dan
mungkin anda telah membawa beberapa dari infeksi ini. Anda dapat mengurangi
risiko infeksi baru dengan tetap menjaga kebersihan dan menghindari sumber kuman
yang diketahui yang menyebabkan Infeksi Oportunistik. Meskipun anda terinfeksi
beberapa Infeksi Oportunistik, anda dapat memakai obat yang akan mencegah
pengembangan penyakit aktif. Pencegahan ini disebut profilaksis. Cara terbaik untuk
mencegah Infeksi Oportunistik adalah untuk memakai ART. Lihat lembaran informasi
masing-masing Infeksi Oportunistik untuk informasi lebih lanjut tentang menghindari
infeksi atau mencegah pengembangan penyakit aktif.

Anda mungkin juga menyukai