DOSEN : MURNANDIS,S.Kep
MAKALAH
(ADAPTASI SEL)
DI SUSUN OLEH :
KELOMPOK I
1. ANGGUN RAMADHANI
2. NUR ALIAH
3. YUSRIL HANAPI
ILMU KEPERAWATAN
Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan kami kemudahan
sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini dengan tepat waktu. Tanpa
pertolongan-Nya tentunya kami tidak akan sanggup untuk menyelesaikan makalah
ini dengan baik. Shalawat serta salam semoga terlimpah curahkan kepada baginda
tercinta kita yaitu Nabi Muhammad SAW yang kita nanti-nantikan syafa’atnya di
akhirat nanti.
Penulis mengucapkan syukur kepada Allah SWT atas limpahan nikmat sehat-
Nya, baik itu berupa sehat fisik maupun akal pikiran, sehingga penulis mampu
untuk menyelesaikan pembuatan makalah sebagai tugas dari mata kuliah Ilmu
Dasar Keperawatan II dengan judul “Adaptasi Sel”.
Penulis tentu menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna
dan masih banyak terdapat kesalahan serta kekurangan di dalamnya. Untuk itu
penulis mengharapkan kritik serta saran dari pembaca untuk makalah ini,supaya
makalah ini nantinya dapat menjadi makalah yang lebih baik lagi. Demikian,dan
apabila terdapat banyak kesalahan pada makalah ini penulis mohon maaf yang
sebesar-besarnya.
i
DAFTAR ISI
Halaman
KATA PENGANTAR ............................................................................................. i
C. Tujuan ................................................................................................................. 2
D. Manfaat ............................................................................................................... 2
A. Kesimpulan ....................................................................................................... 14
ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Sel adalah unit fungsional terkecil suatu organisme. Sel-sel yang memiliki
asal embrionik atau fungsi yang sama akan membentuk suatu organisasi yang
memiliki fungsional lebih besar yaitu jaringan. Jaringan ini kemudian akan
bergabung untuk membentuk struktur tubuh dan organ-organ. Meskipun sel-
sel di setiap jaringan dan organ memiliki variasi struktur dan fungsi yang
berbeda,ada beberapa karakteristik umum yang dimiliki semua sel. Sel
memiliki kemampuan untuk mendapatkan energi dari nutrien organik di
sekitarnya,mensintesis berbagai kompleks molekul dan bereplikasi (
Mattson,2006).
B. Rumusan Masalah
1.Bagaimana mekanisme atrofi ?
2.Bagaimana mekanisme hipertrofi ?
3.Bagaimana mekanisme hiperplasia ?
4.Bagaimana mekanisme metaplasia ?\\
1
C. Tujuan
1.Mengetahui dan memahami pengertian dan mekanisme atrofi
2.Mengetahui dan memahami pengertian dan mekanisme hipertrofi
3.Mengetahui dan memahami pengertian dan mekanisme hiperplasia
4.Mengetahui dan memahami pengertian dan mekanisme metaplasia
D. Manfaat
1. Mahasiswa dapat mengetahui dan menjelaskan mengenai mekanisme
atrofi
2. Mahasiswa dapat mengetahui dan menjelaskan mengenai mekanisme
hipertrofi
3. Mahasiswa dapat mengetahui dan menjelaskan mengenai mekanisme
hiperplasia
4. Mahasiswa dapat mengetahui dan menjelaskan mengenai mekanisme
metaplasia
2
BAB II
PEMBAHASAN
3
intlamasi kronik dan fibrosis. Jadi,respon adaptif seluler dapat terjadi di setiap
tahap,termasuk ikatan reseptor;tranduksi sinyal;atau transkripsi,translasi atau
ekspor,protein ( Robbins,2007).
2.Hipertrofi
4
protein kontraktil. Kondisi ini membuat sintesis protein meningkat
(Crowin,2009).
1. Hipertrofi fisiologis
Terjadi sebagai akibat dari peningkatan beban kerja suatu sel secara
sehat ( peningkatan masa ∕ ukuran otot setelah berolahraga).
2. Hipertrofi patologis
Terjadi sebagai respon suatu keadaan sakit,misalnya hipertrofi ventrikel
kiri sebagai respon terhadap hipertensi kronik dan peningkatan beban
kerja jantung.
3. Hipertrofi kompensasi
Terjadi sewaktu sel tumbuh untuk mengambil alih peran sel lain yang
telah mati. Contoh,hilangnya satu ginjal menyebabkan sel-sel di ginjal
masih ada mengalami hipertrofi sehingga peningkatan ukuran ginjal
secara bermakna.
Bila aktivitas yang dilakukan sel tersebut meningkat,atau stimulus yang
diterimanya maningkat,maka untuk mencapai keseimbangan dalam
merespon hal tersebut,sel akan mengalami hipertrofi
( McKenna, 1994). Sebaliknya bila stimulus berkurang atau terjadi
penurunan aktivitas sel,maka sel tersebut akan mengalami atropi
( Robbins,2007).
3.Hiperplasia
5
Hiperplasia merupakan peningkatan jumlah sel dalam organ atau
jaringan. Hipertrofi dan hiperplasia terkait erat dan sering kali terjadi
bersamaan dalam jaringan sehingga keduanya berperan terhadap
penambahan ukuran organ secara menyeluruh ( misal,uterus yang hamil ∕
uterus gravid). Namun demikian,pada kondisi tertentu,bahkan sel secara
potensial sedang membelah,seperti sel epitel ginjal,mengalamai hipertrofi
tetapi tidak hiperplasia. Hiperplasia dapat fisiologik atau patologik
(Robbins,2007).
Hiperplasia fisiologik dibagi menjadi (Robbins,2007) :
a. Hiperplasia hormonal,ditunjukkan dengan proliferasi epitel kelenjar
payudara perempuan saat masa pubertas dan selama kehamilan.
b. Hiperplasia kompensatoris,yaitu hiperplasia terjadi saat sebagian jaringan
dibuang atau sakit. Misalnya,saat hati (hepar) direseksi sebagian,aktivitas
mitotik pada sel yang tersisa berlangsung paling cepat 12 jam
berikutnya,tetapi akhirnya terjadi perbaikan hati ke berat normal.
Rangsang untuk hiperplasia pada kondisi ini adalah faktor pertumbuhan
polipeptida,yang dihasilkan oleh sisa-sisa hepatosit (sel hepar) serta sel
non parenkimal yang ditemukan dihati. Setelah perbaikan massa
hati,proliferasi sel “dihentikan” oleh sebagai inhibitor pertumbuhan.
Hiperplasia juga merupakan respons kritis sel jaringan ikat pada
penyembuhan luka;pada keadaan tersebut fibroblas yang distimulasi faktor
pertumbuhan dan pembuluh darah berproliferasi untuk mempermudah
perbaikan (Robbins,2007). Sebagian besar bentuk hiperplasia patologi
adalah contoh stimulasi faktor pertumbuhan atau hormonal yang berlebih.
Misalnya,setelah periode menstruasi normal,terjadi ledakan aktivitas
endometrium proliferatif yang secara esensial merupakan hiperplasia
fisiologik. Proliferasi ini secara normal sangat diatur oleh rangsangan
melalui hormon hipofisis dan estrogen ovarium dan oleh inhibisi melalui
progesteron. Namun demikian,jika terjadi gangguan keseimbangan antara
estrogen dan progesteron,terjadi hiperplasia endometrial,penyebab lazim
perdarahan menstruasi abnormal. Peningkatan sensitivitas terhadap kadar
6
normal faktor pertumbuhan juga dapat mendasari terjadinya hiperplasia
patologik. Jadi,kutil yang sering terjadi dikulit disebabkan oleh peningkatan
ekspresi berbagai faktor transkripsi oleh papillomavirus penginfeksi;setiap
stimulasi tropik minor pada sel oleh faktor pertumbuhan,menghasilkan
aktivitas mitotik. Penting dicatat bahwa pada kedua situasi tersebut,proses
hiperplasti tetap dikontrol;jika rangsangan faktor hormonal atau faktor
pertumbuhan hilang,hiperplasia menghilang. Hal tersebut yang
membedakannya dengan kanker;sel akan terus tumbuh walaupun tidak ada
rangsangan faktor hormonal. Namun, hiperplasia patologik merupakan tanah
yang subur,yang akhirnya dapat munculproliferasi kanker. Oleh karena
itu,pasien dengan hiperplasia endometrium beresiko lebih besar mengalami
kanker endometrium dan infeksi papillomavirus tertentu menjadi
predisposisi kanker serviks (Robbins,2007).
4.Metaplasia
Metaplasia adalah perubahan reversibel;pada perubahan tersebut satu
jenis sel dewasa (epitheal atau mesenkimal) digantikan oleh jenis sel dewasa
lain. Metaplasia merupakan adaptasi selular,yang selnya sensitif terhadap
stress tertentu,digantikan olejh jenis sel lain yang lebih mampu bertahan
pada lingkungan kebalikan. Metaplasia diperkirakan berasal daari
“pemrograman kembali” genetik sel stem epithelial atau sel mensenkimal
jaringan ikat yang tidak berdiferensiasi (Robbins,2007).
Metaplasia epithelial ditunjukkan dengan perubahan epitel gepeng yang
terjadi pada epitel saluran napas perokok kretek (kebiasaan). Sel epitel
silindris bersilia normal pada trakea dan bronkus,secara fokal atau
luas,diganti dengan sel epitel gepeng bertingkat. Defisiensi vitamin A juga
dapat menginduksi metaplasia silindris pada epitel respirasi (Robbins,2007).
Walaupun epitel metaplastik adaptif mungkin mempunyai keuntungan
dalam daya tahan hidup. Mekanisme perlindungan yang penting
hilang,seperti sekresi mucus dan pembersihan silia material berukuran
partikel. Oleh karena itu,metaplasia epitel merupakan pedaang bermata
dua;selain itu,pengaruh yang menginduksi transformasi metaplastik,jika
7
menetap,dapat menginduksi transformasi kanker pada epitel yang
metaplastik. Jadi pada bentuk umum kanker paru,metaplasia skuamosa
epitel pernafasan sering kali muncul bersamaan dengan penyusun kanker sel
skuamsa maligna. Walaupun tidak terbukti diduga bahwa merokok aawalnya
menyebabkan metaplasia skuamosa,dan kanker terjadi kemudian ada
beberapa fokus yang berubah itu. Metaplasia tidak selalu menjadi pada
epitel selapis menjadi gepeng; pada refluks lambung kronik,epitel skuamosa
bertingkat normal pada esophagus bawah dapat mengalami transformasi
metaplastik menjadi epitel silindris tipe usus halus atau lambung
(Robbins,2007).
Metaplasia juga dapat terjadi pada sel mensenkimal,tetapi kurang jelas
seperti suatu respon adaptif. Oleh karena itu,tulang atau kartilago dapat
terbentuk dalam jaringan,yang dalam keadaan normal,tidak dapat. Misalnya,
tulang kadang-kadang terbentuk dalam jaringan lunak,terutama (tetapi tidak
selalu) di tempat terjadinya jejas (Robbins,2007).
8
komponen subselular,seperti organela yang menunjukkan proses penuaan
(senescent).
2. Jalur ibiquitin-proteasome bertanggung jawab untuk degradasi banyak
protein sitosolik dan inti. Protein yang di degradasi melalui proses
ini,secara khas menjadi sasaran oleh konjugasi ubiquitin,peptida 76-asam
amino sitosolik. Protein ini kemudian didegradasi dalam
proteasome,kompleks proteolitik sitoplasmik besar. Jalur ini
menyebabkan percepatan proteolisis pada keadaan hiperkatabolik
(termasuk kakeksia kanker) dan pengaturan berbagi molekul aktivasi
intrasel.
Pada banyak situasi,atrofi disertai peningkatan bermakna sejumlah
vakuola autofagik,fusi lisosom dengan organela dan sitosol intrasel
memungkinkan katabolisme dan pembongkaran komponen selnya sendiri
pada sel yang atrofi. Beberapa debris sel di dalam vakuola autofagositik
dapat menahan digesti dan menetap sel agal badan residu yang terikat
membran (misal,lipofuscin).
Secara umum,seluruh perubahan dasar selular (dalam hal ini merupakan
perubahan kearah atrofi) memiliki proses yang sama,yaitu menunjukkan
proses kemunduran ukuran sel menjadi lebih kecil. Namun,sel tersebut
masih memungkinkan untuk tetap bertahan hidup. Walaupun sel yang atropi
mengalami kemunduran fungsi,sel tersebut tidak mati.
Atrofi menunjukkan pengurangan komponen-komponen stutural sel. Sel
yang mengalami atrofi hanya memiliki mitokondria dengan jumlah yang
sedikit,begitu pula dengan komponen yang lain seperti miofilamen dan
reticulum endoplasma. Akan tetapi ada peningkatan jumlah vakuola autofagi
yang dapat memakan ∕ merusak sel itu sendiri.
Atrofi juga dipengaruhi oleh proses autofagi yang terdapat dalam sel.
Pada proses ini organela intraselular dan sebagian sitosol terasing dari
sitoplasma dalam vakuola autofagik yang terbentuk dari regio bebas ribosom
RER. Kemudian,berdifusi dengan lisosom primer yang sebelumnya telah
ada,membentuk autofagolisosom. Autofagi merupakan fenomena umum
9
yang terlibat dalam penyingkiran organela rusak atau mati,dan pada
perbaikan kembali (remodelling) sel yang disertai diferensiasi sel. Autofagi
terutama terjadi pada sel yang mengalami atrofi,yang diinduksi oleh
kekurangan zat nutrisi atau hormon.
Enzim dalam lisosom dapat mengkatabolisme lengkap sebagian besar
protein dan karbohidrat,walaupun beberapaa lipid masih tidak dapat dicerna.
Lisosom dengan debris yang tidak dicerna,bisa menetap dalam sel sebagai
bahan-bahan residual ataau bisa dipaksa keluar. Granual pigmen lipofuscin
menunjukkan material yang tidak dapat dicerna,yang dihasilkan dari
perooksidasi lipid intrasel,dan pigmen tertentu yang tidak dapat dicerna
seperti partikel karbon yang diinhalasi dari atmosfer atau pigmen yang
dinokulasi pada tato,dapat menetap dalam fagolisosom suatu makrofag
selama beberapa dekade.
2. Mekanisme hipertrofi
10
miokardial normal,kemungkinan karena sel itu berhenti pada siklus sel tanpa
mengalami mitosis sel.
3. Mekanisme hiperplasia
11
adalah kebutuhan hormon paratiroid yang meningkat,seperti pada kasus
gagal ginjal kronis,akan menyebabkan hiperplasia kelenjar paratiroid.
Selain itu proses regenerasi dari hati yang terjadi setelah hepatektomi
parsial (pengambilan parsial hati) adalah contoh dari hiperplasia
kompensasi. Dalam penyembuhan luka,hiperplasia jaringan ikat juga
mekanisme yang sangat penting untuk berkontribusi dalam proses
penyembuhan.
4. Mekanisme metaplasia
Metaplasia yang paling umum adalah sel saluran pernapasan dari sel
epitel kolumnar bersilia menjadi sel epitel skuamosa bertingkat sebagai
respons terhadap merokok jangka panjang. Sel bersilia yang penting untuk
mengeluarkan kotoran,mikroorganisme,dan toksin disaluran
pernapasan,mudah mengalami cidera oleh asap rokok. Namun sel-sel ini
tidak memiliki peran pelindung seperti sel-sel epitel skuamosa.
12
komponen matriks ekstraseluler,yang berlanjut pada diferensiasi stem
cell,yang melibatkan gen pengatur differensiasi yaitu gen-2.
13
BAB III
KESIMPULAN
A. Kesimpulan
1.Terdapat dua sistem proteolitik yang menjalankan degradasi sel yang
akhirnya berujung pada atrofi sel,yaitu diperankan oleh lisosom dan adanya
jalur ubiquitin-proteasom.
2.Mekanisme hipertrofi disebabkan oleh induksi berupa sensor
mekanis,growth factors,dan beberapa gen vasoaktif. Terdapat dua jalur pada
mekanisme hipertrofi,yaitu phosphoinositide 3-kinase ∕ Akt dan signaling
downstream of G protein-coupled receptors.
3.Mekanisme hiperplasia disebabkan oleh peningkatan aktifitas growth factor
dan aktivasi lintasan signal intraseluler yang menyebabkan peningkatan
produksi faktor transkripsi sehingga memicu aktivasi gen-gen selular dan
kemudian berproliferasi sel matur.
4.Mekanisme metaplasia dimulai dari pemrograman ulang stem cells yang
sudah ada. signal stimulasi sitokin,GF,komponen matriks ekstraseluler
diferensiasi stem cell dan melibatkan gen-2 pengatur diferensiasi.
14
DAFTAR PUSTAKA
15