PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Air Susu Ibu (ASI) merupakan makanan yang pertama, utama dan terbaik pada awal
usia kehidupan bayi yang bersifat alamiah. ASI ibarat emas yang diberikan gratis oleh
Tuhan karena ASI adalah cairan hidup yang dapat menyesuaikan kandungan zatnya
yang dapat memenuhi kebutuhan gizi bayi (Firmansyah dkk., 2012). Pada Pekan ASI
sedunia Agustus 2008, The World Alliance For BreastFeeding Action (WABA)
memilih tema Mother Support: Going For the Gold. Makna tema tersebut adalah suatu
gerakan untuk mengajak semua orang meningkatkan dukungan kepada ibu untuk
memberikan bayi-bayi mereka makanan yang berstandar emas yaitu ASI yang
diberikan eksklusif selama enam bulan pertama dan melanjutkan ASI bersama
makanan pendamping ASI lainnya yang sesuai sampai bayi berusia dua tahun atau
lebih (Robiwala M et al., 2012). Maksud ASI eksklusif disini adalah pemberian ASI
selama 6 bulan tanpa makanan tambahan lain seperti susu formula, jeruk, madu, teh,
air putih dan makanan padat seperti pisang, pepaya, bubur susu, biskuit, bubur nasi,
dan tim sejak lahir hingga bayi umur 6 bulan (Sugiarti dkk., 2011). Dahulu pemberian
ASI eksklusif berlangsung sampai bayi berusia 4 bulan, namun belakangan sangat
dianjurkan agar ASI eksklusif diberikan sampai anak berusia 6 bulan. Seiring hasil
eksklusif dari yang semula 4 bulan menjadi 6 bulan (Sugiarti dkk., 2011). Jika dilihat
standar pencapaian ASI eksklusif yang ditargetkan dalam pembangunan nasional dan
strategi nasional program peningkatan cakupan pemberian ASI sebesar 80%. Menurut
sampai usia 4 bulan, namun belakangan sangat dianjurkan agar ASI eksklusif diberikan
sampai anak usia 6 bulan (Firmansyah dkk., 2012). Namun demikian angka ini sangat
sulit untuk dicapai bahkan tren prevalensi ASI eksklusif dari tahun ke tahun menurun.
terjadinya penurunan prevalensi ASI eksklusif dari 40.2% pada tahun 1997 menjadi
39.5% dan 32 % pada tahun 2003 dan 2007 . Secara nasional cakupan pemberian ASI
eksklusif di Indonesia pada tahun 2009 mencapai angka 34,3%. Berdasarkan profil
kesehatan 2014 Makassar, cakupan ASI eksklusif periode tahun 2014 sedikit
meningkat kira-kira 68,1%, namun peningkatan ini masih dikategorikan rendah. Hasil
cakupan ini dipengaruhi oleh begitu banyak faktor diantaranya adalah kurang
iniditunjukkan akan terjadi peningkatan pemberian ASI eksklusif jika disertai dengan
tamat SD dan berstatus sebagai pekerja lepas atau buruh. Selain itu 13,33% ibu yang
tidak memberikan ASI eksklusif masih mengemukakan ASI tidak bermanfaat terhadap
Praktik pemberian ASI harus dipraktikkan pada seluruh lapisan masyarakat di seluruh
angka pencapaian ASI eksklusif tentu saja perlu mendapat perhatian karena
serta berdampak pula terhadap tingginya angka kesakitan maupun angka kematian.
Dengan adanya fenomena mengenai masih rendahnya prevalensi ASI eksklusif oleh
ibu menyusui di wilayah kerja Puskesmas di Makassar, serta adanya faktor presdiposisi
terutamanya pengetahuan yang dapat mempengaruhi pemberian ASI eksklusif oleh ibu
perkembangan bayi.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian dalam latar belakang masalah di atas dapat dirumuskan pertanyaan
penelitian sebagai berikut: Apakah ada hubungan antara tingkat pengetahuan ibu-ibu
D. Manfaat Penelitian
1. Bagi Masyarakat :
sehingga ibu mau dan bersedia untuk memberikan ASI kepada bayinya secara
Sebagai masukan bagi puskesmas dan tenaga ahli untuk menyarankan agar ibu
3. Bagi Peneliti