Usulan penelitian ini diajukan sebagai salah satu syarat untuk melaksanakan
penelitian dalam rangka penyusunan skripsi Sarjana Kedokteran Hewan
Diajukan oleh
NIM. 1609511090
UNIVERSITAS UDAYANA
DENPASAR
2019
i
Usulan Penelitian ini telah disetujui oleh pembimbing
Dr. drh. I Wayan Sudira, M.Si Prof. Dr. drh. I Ketut Berata, M.Si
ii
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL................................................................................................i
HALAMAN PENGESAHAN..................................................................................ii
DAFTAR ISI.............................................................................................................iii
DAFTAR TABEL.....................................................................................................iv
DAFTAR GAMBAR................................................................................................v
BAB I PENDAHULUAN.........................................................................................1
1.1 Latar Belakang Penelitian........................................................................1
1.2 Rumusan Masalah....................................................................................4
1.3 Tujuan Penelitian......................................................................................4
1.4 Manfaat Penelitian....................................................................................4
BAB II TINJAUAN PUSTAKA..............................................................................5
2.1 Vaksin Newcastle Disease........................................................................5
2.2 Tanaman Ashitaba (Angelica keiskei)......................................................7
2.3 Ayam Kampung (Gallus domesticus)......................................................11
2.4 Ginjal........................................................................................................13
2.5 Kerangka Konsep Penelitian....................................................................15
2.6 Hipotesis Penelitian..................................................................................16
BAB III MATERI DAN METODE........................................................................17
3.1 Bahan-bahan yang digunakan..................................................................17
3.2 Peralatan yang digunakan.........................................................................17
3.3 Rancangan Penelitian...............................................................................17
3.4 Variabel Penelitian...................................................................................18
3.5 Cara Pengumpulan Data...........................................................................18
3.6 Prosedur Penelitian...................................................................................18
3.6.1 Pembuatan jamu daun Ashitaba.....................................................18
3.6.2 Perlakuan sampel............................................................................19
3.6.3 Pengambilan sampel penelitian......................................................20
3.6.4 Pembuatan preparat histologi.........................................................20
3.7 Variabel yang Diperiksa...........................................................................22
3.8 Analisis Data............................................................................................22
3.9 Lokasi dan Waktu Penelitian....................................................................23
DAFTAR PUSTAKA...............................................................................................24
DAFTAR TABEL
iii
Nomor Teks Halaman
DAFTAR GAMBAR
v
BAB I
PENDAHULUAN
Manfaat berbagai macam tanaman sebagai obat tradisional sudah dikenal luas
di negara berkembang maupun negara maju. Hampir 80% masyarakat Asia dan
bahwa obat tradisional berasal dari bahan-bahan alami dan tidak menimbulkan efek
samping. Pengetahuan mengenai obat tradisional ini diperoleh dari pengalaman dan
resep turun menurun dari nenek moyang yang belum teruji khasiatnya secara klinis.
Data empiris itu perlu diuji dengan melakukan penelitian tentang penggunaan obat
tradisional, sehingga nantinya obat jenis tersebut dapat digunakan dengan aman dan
Salah satu contoh tanaman obat tradisional itu adalah tanaman Ashitaba
(Angelica keiskei). Tanaman Ashitaba merupakan salah satu tanaman herbal asli dari
Jepang yang dikenal sebagai harta karun peninggalan leluhur bangsa Jepang. Menurut
umur, yang dulu dicari-cari oleh kaisar pertama Cina dari Dinasti Chin. Pada jaman
kekaisaran Edo, Hachi Jo Island, Ashitaba juga dikenal sebagai jamu umur panjang.
Ashitaba mempunyai daya hidup yang sangat kuat, maka jika daunnya dipetik
keesokan harinya tunas baru akan muncul. Maka disebut sebagai tanaman
senyawa-senyawa yang terdapat di dalamnya yaitu β-karoten, vitamin B1, B2, B3,
1
B5, B6, B12, biotin, asam folat dan vitamin C, dan juga mengandung beberapa
mineral seperti kalsium, magnesium, potasium, fosfor, seng dan tembaga. Selain
nutrisi tersebut, Ashitaba mengandung cairan pekat berwarna kuning pada batang dan
daunnya yang disebut chalcone. Chalcone adalah cairan berwarna kuning cerah dan
pekat pada Ashitaba yang tidak terdapat pada tanaman sejenisnya. Pada chalcone
inilah yang membedakan Ashitaba dengan tanaman sejenisnya. Senyawa ini memiliki
struktur molekul yang aktif dan merupakan antioksidan yang sangat potensial
melebihi teh hijau dan kedelai. Senyawa chalcone ini mampu membersihkan darah,
menstimulasi fungsi hati dalam menetralkan racun dan meningkatkan fungsi ginjal
dalam membuang racun dari dalam darah secara efisien (Mardiarsa, 2014).
diaplikasikan dalam bentuk jamu. Jamu adalah sebutan untuk racikan dari berbagai
bahan tanaman obat-obatan yang memiliki fungsi dan kegunaan yang bermacam-
macam yang berasal dari negara Indonesia. Saat ini penggunaan jamu mulai
mempunyai segi positif yaitu lebih praktis, ekonomis, mudah didapat dan hampir
tidak memiliki efek samping. Salah satu contoh penggunaannya yaitu penambahan
jamu dalam air minum dapat menjadi cara dalam mencegah suatu penyakit tertentu
2
masyarakat, ayam kampung juga dikenal dengan sebutan ayam buras (bukan ras),
herbal tradisional yang masuk ke dalam tubuh akan mengalami absorbsi, distribusi,
metabolisme, dan ekskresi. Walaupun sifatnya herbal dan alami, tanaman obat
kemungkinan memiliki kandungan kimia yang mungkin saja memberikan efek toksik
pada sistem tubuh. Sisa-sisa metabolismenya, maupun kandungan senyawa lain yang
belum diketahui bentuk dan sifatnya, dapat mempengaruhi struktur histologi dan
fungsi ginjal sebagai organ filtrasi dan ekskresi yang mengalami kontak dengan
Kondisi stres bisa terjadi pada ayam di semua umur dan mengakibatkan
penyakit. Oleh karena itu diperlukan upaya pencegahan dan pengendalian yang cukup
efisien dengan vaksinasi, agar hasil penelitian bisa lebih memuaskan. Vaksin yang
diberikan pada sampel yaitu vaksin Newcastle Disease (ND) secara intraocular,
karena ayam sangat rentan terhadap penyakit Newcastle Disease (Yusmariza et al.,
2014).
senyawa yang masuk ke dalam tubuh. Efek toksik sangat mungkin muncul apabila
pemberiannya dengan dosis yang berlebihan, oleh karena itu sangat penting dilakukan
3
penelitian untuk melihat perubahan histopatologis ginjal ayam kampung yang
permasalahan yaitu, apakah pemberian jamu daun Ashitaba (Angelica keiskei) secara
oral dalam beberapa dosis mempunyai efek terhadap histopatologi ginjal ayam
Ashitaba (Angelica keiskei) yang diberikan secara oral dengan dosis bervariasi dilihat
dari gambaran histopatologi ayam kampung (Gallus domesticus) yang telah diinduksi
efek jamu daun Ashitaba terhadap perubahan histopatologi ginjal ayam kampung
(Gallus domesticus) yang telah diinduksi vaksin Newcastle Disease, sehingga produk
4
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Penyakit ND merupakan penyakit ayam yang sangat cepat menular dan menyebabkan
endemis di beberapa negara sejak tahun 1926. Oleh karena itu diperlukan tindakan
pencegahan terhadap penyakit tersebut salah satunya dengan vaksinasi (Hewajuli dan
Dharmayanti, 2011).
infeksi virus ND yang menyerang ayam disegala umur. Penyakit ini biasanya
yang merupakan strain virus ND yang paling berbahaya. Gejala ayam terinfeksi ND
terlihat sekitar 5–6 hari pascainfeksi. Gejalanya yaitu nafsu makan berkurang, ayam
lesu, terjadi gangguan pernapasan, ngorok, dan kotoran encer berwarna putih, bulu
kusam dan berdiri, produksi telur turun drastis (untuk ayam dalam fase bertelur),
gerak tidak normal akibat gangguan saraf, jalan berputar dan torticollis. Gambaran
Penyakit ini dapat dicegah dengan meningkatkan daya tahan tubuh ayam melalui
mengandung virus yang masih hidup atau masih aktif, tetapi sifat virusnya sudah
tidak virulen lagi sehingga merangsang ayam untuk membentuk antibodi (Nawawi,
2014).
berdasarkan jenis virus yang digunakan. Vaksin lentogenik terdiri atas strain F, strain
virulensi yang paling rendah, diberikan untuk Day Old Chicken (DOC) secara
intranasal, intraokular ataupun melalui tetes mulut. Strain B1 diberikan melalui air
minum atau spray diberikan pada anak ayam umur 1–5 hari diikuti dengan vaksinasi
strain La Sota 2 minggu setelahnya. Strain La Sota merupakan tipe vaksin yang
paling banyak digunakan. Strain ini diberikan pada anak ayam umur 4–5 hari dapat
melalui intranasal, intramuskular pada otot dada, air minum, dan spray (Kencana et
al., 2012).
jenis ini memberikan kekebalan dalam jangka waktu yang lama. Terdapat 3 jenis
vaksin yang termasuk vaksin ND mesogenik yaitu strain Mukteswar, strain Komarov-
Hartforshire, dan strain Roakin. Strain Mukteswar diberikan pada ayam yang telah
bersifat cukup patogen terutama pada ayam dengan tingkat kekebalan yang rendah
6
atau yang sedang mengalami stress. Strain Komarov diberikan intramuskular
asli dari Jepang yang secara fisik daunnya mirip daun seledri, hanya saja Ashitaba
memiliki daun yang lebih lebar, hingga dua kali lebar telapak tangan orang dewasa.
Ciri lain yang dimiliki adalah aroma wanginya yang khas. Pada saat segar berbau
sangat mirip seperti wortel dan setelah dikeringkan wanginya akan semakin kuat dan
hampir tidak mirip lagi dengan aroma wangi daun wortel. Jenis tanaman tahunan
yang bisa mencapai umur 4 tahun ini tingginya bisa mencapai 1,2 meter. Banyak
bunganya yang berwarna putih merekah di musim semi setelah menanamnya selama
3 tahun. Bunga putih ini seperti mahkota bidadari. Tidak salah jika nama latinnyapun
7
Pertumbuhan daunnya sangat cepat, apabila daunnya dipetik hari ini, esok
harinya sudah mulai tumbuh, itulah sebabnya ia dijuluki tomorrow leaf. Bunganya
hermaprodit karena organ reproduksi jantan dan betina berada dalam satu bunga.
Penyerbukan tanaman dataran tinggi itu dibantu serangga. Ia menyukai tempat yang
terkena cahaya, tetapi mampu tumbuh di tempat ternaungi. Pada umur 4-6 bulan,
daun dan getah tanaman malaikat penyembuh itu dapat mengobati beragam penyakit
Lombok Timur, Nusa Tenggara Barat, dengan ketinggian daratan mencapai 1200
meter diatas permukaan laut. Desa Sembalun adalah tempat lokasi budidaya Ashitaba
terbaik saat ini di Asia Tenggara, dengan suhu rata-rata 9-10°C di siang hari dan pada
malam hari dapat mencapai suhu 5°C, bahkan pada bulan-bulan tertentu seperti bulan
Juli, suhu dimalam hari bisa mencapai 3°C. Dataran tinggi dan suhu yang dingin,
Sembalun menjadi tempat yang cocok untuk tanaman Ashitaba. Secara umum
Ashitaba akan tumbuh dengan baik pada ketinggian 600 meter diatas permukaan Iaut
pada daerah lembab dan bercuaca dingin, ditambah lagi dengan kesuburan tanah
vulkanik yang berasal dari Gunung Rinjani, sehingga menghasilkan produk Ashitaba
8
Kingdom : Plantae
Divisi : Angiosperms
Subdivisi : Eudicots
Kelas : Astrids
Ordo : Apiales
Family : Apiaceae
Genus : Angelica
Spesies : Angelica keiskei
Sumber : Wikipedia, 2019
mengandung chalcone. Chalcone adalah cairan berwarna kuning cerah dan pekat
pada Ashitaba yang tidak terdapat pada tanaman sejenisnya. Menurut hasil penelitian
Prof. Dr. Kimie Baba, Ph.D dari Osaka University of Pharmacy Jepang, pada
Senyawa inilah yang membedakan Ashitaba dengan tanaman sejenisnya. Senyawa ini
memiliki struktur molekul yang aktif dan merupakan antioksidan yang sangat
kanker, sebagai bahan diuretik dan laksansia, memperbaiki proses metabolisme tubuh
muda dan sehat serta memiliki kulit yang bebas kerutan. Tanaman ini ditanam secara
vitamin mineral, klorofll, enzim dan serat. Ashitaba baik untuk menjaga kemampuan
9
Steroid yang terkandung didalam tanaman Ashitaba merupakan golongan dari
atom karbon tidak lebih dari 21, sehingga golongan senyawa ini cenderung tidak larut
air. Adapun contohnya seperti sterol, sapogenin, glikosida jantung dan vitamin D.
Steroid alami berasal dari berbagai transformasi kimia dari triterpena yaitu lanosterol
dan saikloartenol. Senyawa steroid dapat digunakan sebagai bahan dasar pembuatan
karena steroid memiliki afinitas lebih tinggi dari kolesterol pada membran eritrosit
Tanaman Ashitaba kaya klorofil, zat hijau daun yang berperan mengumpulkan
dan menyimpan energi matahari. Klorofil merangsang produksi sel darah merah yang
berperan membawa oksigen ke seluruh jaringan tubuh. Zat hijau daun itu pembersih
darah dan hati serta mendorong pertumbuhan mikroorganisme baik dalam saluran
pencemaan. Bahkan klorofll juga mampu meredam pertumbuhan sel kanker karena
ketika disinari cahaya dengan panjang gelombang tertentu. Klorofll mampu menyerap
cahaya dengan panjang gelombang maksimum 770 nm. Itu sebabnya pengobatan
10
Ayam KUB merupakan ayam unggulan Badan Penelitian dan Pengembangan
Pertanian Kementerian Pertanian sejak tahun 2009 melalui (SK Mentan RI No.
galur betina (female line) dengan mengurangi sifat mengeramnya dengan produksi
Kingdom Animalia
Filum Chordata
Kelas Aves
Ordo Galliformes
Famili Phasianidae
Genus Gallus
Spesies Gallus domesticus
Sumber : Wikipedia, 2019
Ayam KUB merupakan ayam kampung murni hasil seleksi betina selama
enam generasi dengan keunggulan lebih tahan terhadap penyakit, tingkat mortalitas
11
yang lebih rendah, produksi telur tinggi, 45-50% henday dengan sifat mengeram 10%
dari total populasi, puncak produksi 65%, produksi telur/tahun 160-180 butir,
konsumsi pakan 80-85 gram, umur pertama bertelur 22-24 minggu, bobot telur 35-45
gram. Warna bulu masih seperti ayam kampung pada umumnya yaitu beragam,
namun demikian didominasi oleh warna hitam, campur coklat dan kehitaman.
Jengger berbentuk tunggal (single comb) dan berbentuk kacang (pea). Mata
cenderung buram atau gelap pada usia kurang dari 1 bulan (Munir et al., 2016).
Keunggulan Ayam KUB dapat dijadikan sebagai bibit galur betina merupakan
bibit parent stock yang dapat dikawinkan dengan pejantan ayam lokal lainnya yang
mempunyai bobot badan besar seperti ayam Pelung, Gaok, Sentul, Nunukan dan
lainnya untuk menghasilkan Day Old Chick (DOC) final stock ayam Kampung
pedaging dengan bobot badan 1 kg pada umur 70 hari. KUB mempunyai sifat
dwiguna yaitu memiliki performa yang baik untuk produksi daging maupun telur, tapi
lebih difokuskan pada produksi telur karena bila dibandingkan dengan ayam
kampung biasa produksi telurnya lebih tinggi, karena seleksi diarahkan untuk
produksi telur, frekuensi bertelurnya ada yang setiap hari atau dua hari sekali tanpa
clutch, sehinga dapat dijadikan solusi pemenuhan kebutuhan protein hewani bagi
masyarakat. Konsumsi pakannya rendah sekitar 80-85 gram dan konversi pakan
12
Ayam KUB ini sudah dilepas
sebagai ayam unggulan
Balitnak sejak tahun 2009
dan merupakan hasil seleksi
galur betina (
female line
)
selama 6 generasi dengan
keunggulan produksi telur
tinggi (henday 45-50%),
Puncak
produksi 65%, produksi telur
160-180butir/tahun, konsumsi
pakan 80-85 gram, sifat
mengeram 10% dari total
populasi, umur pertama
13
bertelur 22-24 minggu, bobot
telur
35-45 gram dan konversi
pakan 3,8. (Sartika
et al
., 2009)
Melalui Pengkajian
Teknologi Spesifik Lokasi
BPTP Banten tahun 2015
telah
menghasilkan formulasi
pakan untuk pembesaran
ayam KUB dengan
peningkatan
bobot badan 800 -1.000
gram selama 10
14
minggupemeliharaan, dan
teknologi pakan
untuk induk ayam KUB
dengan kualitas telur yang
lebih baik dibandingkan
pakan
petani.
Ayam KUB ini sudah dilepas
sebagai ayam unggulan
Balitnak sejak tahun 2009
dan merupakan hasil seleksi
galur betina (
female line
)
selama 6 generasi dengan
keunggulan produksi telur
15
tinggi (henday 45-50%),
Puncak
produksi 65%, produksi telur
160-180butir/tahun, konsumsi
pakan 80-85 gram, sifat
mengeram 10% dari total
populasi, umur pertama
bertelur 22-24 minggu, bobot
telur
35-45 gram dan konversi
pakan 3,8. (Sartika
et al
., 2009)
Melalui Pengkajian
Teknologi Spesifik Lokasi
16
BPTP Banten tahun 2015
telah
menghasilkan formulasi
pakan untuk pembesaran
ayam KUB dengan
peningkatan
bobot badan 800 -1.000
gram selama 10
minggupemeliharaan, dan
teknologi pakan
untuk induk ayam KUB
dengan kualitas telur yang
lebih baik dibandingkan
pakan
petani.
17
Ayam KUB ini sudah dilepas
sebagai ayam unggulan
Balitnak sejak tahun 2009
dan merupakan hasil seleksi
galur betina (
female line
)
selama 6 generasi dengan
keunggulan produksi telur
tinggi (henday 45-50%),
Puncak
produksi 65%, produksi telur
160-180butir/tahun, konsumsi
pakan 80-85 gram, sifat
mengeram 10% dari total
populasi, umur pertama
18
bertelur 22-24 minggu, bobot
telur
35-45 gram dan konversi
pakan 3,8. (Sartika
et al
., 2009)
Melalui Pengkajian
Teknologi Spesifik Lokasi
BPTP Banten tahun 2015
telah
menghasilkan formulasi
pakan untuk pembesaran
ayam KUB dengan
peningkatan
bobot badan 800 -1.000
gram selama 10
19
minggupemeliharaan, dan
teknologi pakan
untuk induk ayam KUB
dengan kualitas telur yang
lebih baik dibandingkan
pakan
petani.
2.4 Ginjal
mengeluarkan zat sisa-sisa hasil metabolisme dalam bentuk urin dan senyawa toksik,
sehingga keadaan ginjal dapat digunakan sebagai salah satu indikator pengaruh
paparan zat toksik dalam tubuh. Kerusakan ginjal dapat dilihat dari struktur
morfologis serta histologis. Ginjal sebagai organ ekskresi yang mengontrol volume
mengatur aktivitas metabolisme seperti transpor aktif (elektrolit, protein dan asam
amino, asam organik), kontrol keseimbangan asam basa dan metabolisme xenobiotik
Sistema urinasi pada ayam dimulai dari ginjal, yang ada sepasang, kiri dan
kanan yang masing-masing memiliki ureter yang alirannya menuju ke kloaka. Ginjal
unggas mempunyai tipe metanephros yaitu evolusi dan kombinasi dari tipe ginjal
20
mamalia dan reptilian. Sekresi urine unggas didominasi oleh asam urat (C 5H4N4O3)
yang proses pengeluaran asam urat tersebut hampir sempurna dari ginjal, karena
adanya aliran darah ke ginjal melalui sistem porta renalis. Saat urine terkonsentrasi
akibat pemindahan air di tubulus ginjal, maka asam urat dan urea terpresipitasi namun
unggas untuk mensekresi urine yang hypotonik dengan konsentrasi asam yang tinggi.
Jumlah glomeruli ginjal unggas lebih banyak daripada mamalia, sehingga lebih
banyak filtrasi yang terukur, air juga dapat diabsorbsi pada tubulus kontortus distal.
Seperti pada reptil, sisa air dan metabolik secara primer yaitu berupa asam urat
(uricotelism) keluar melalui kloaka dan bercampur dengan materi feses, air kemudian
direabsorbsi, dan residu pasta dibuang dari kloaka (Nutriani dan Jatman, 2010).
synsacrum, ukurannya bervariasi menurut jenis dan umur unggas. Batas kranial
mengikuti bentuk tulang synsacrum, sedangkan bagian ventralnya terlihat lebih rata
dan terbagi-bagi menjadi 3 - 4 bagian yang disebut lobus. Tiap-tiap lobus dibagi lagi
menjadi lobulus yang lebih kecil. Setiap lobulus ginjal terdapat cabang ureter dengan
tubulus kolektivus yang terbuka. Secara makroskopis, bagian luar ginjal dinamai
korteks dan bagian dalam adalah medulla, batas antara kedua bagian itu tidak sejelas
pada mamalia. Bagian elemen di medula dibungkus jaringan ikat, disebut konus
medularis, bagian korteks seperti tudung jamur (cap), sedangkan bagian medula
Nephron unggas mempunyai dua tipe, yaitu tipe mamalia dan tipe reptilian.
Tiap-tiap nefron terdiri dari korpuskulum renalis, tubulus kontortus proksimal, loop
Henle tipis dan tebal (seperti pada mamalia), tubulus kontortus distal, yang kemudian
Nephron tipe reptilian, umumnya terletak pada bagian korteks dan memiliki loop
Henle pendek dan kecil, atau bahkan tidak memiliki loop Henle sarna sekali. Tubuli
dikelilingi jaringan ikat tipis. Traktus medularis melanjut menjadi konus medularis
yang berisi tubulus kolektivus, loop Henle tipis dan tebal dan kemudian berakhir
perlakuan vaksinasi, salah satunya vaksin New Castle Disease. Tujuan induksi vaksin
22
ND agar penyakit ND dapat dicegah serta daya tahan tubuh ayam meningkat. Karena
penyakit ND sangat cepat menular dan dapat menyerang ayam disegala umur.
secara rasional dan kajian yang matang. Efek toksik dan senyawa yang terkandung
dalam daun Ashitaba mempunyai hubungan yang erat dengan sejumlah senyawa yang
ada di dalam tubuh Ayam Kampung. Faktor utama yang menentukan keamanan suatu
senyawa adalah dosis dari senyawa tersebut. Respon yang timbul baik yang
menguntungkan ataupun yang merugikan berkaitan erat juga dengan besarnya dosis.
Ginjal merupakan organ tubuh yang rentan terhadap pengaruh zat-zat kimia,
karena organ ini menerima 25-30% sirkulasi darah untuk dibersihkan, sehingga
Berbagai bahan atau substansi kimia tersebut dapat menimbulkan degenerasi dan
nekrosis pada sel tubulus. Untuk meneliti efek dari pemberian berbagai dosis jamu
daun Ashitaba pada Ayam Kampung, maka variabel yang dikendalikan meliputi
umur, berat badan, jenis kelamin, pakan dan lingkungan. Hubungan atau variabel
BAB III
(Angelica keiskei), DOC Ayam Kampung (Gallus domesticus) jantan yang memiliki
berat rata-rata 35 gram sebanyak 25 ekor ayam dibagi secara acak menjadi 5
kepada ayam berupa konsentrat, air minum yang diberikan kepada ayam ditambahkan
jamu daun Ashitaba, vaksin Newcastle Disease dan larutan NBF 10% (neutral buffer
pakan dan minumnya, timbangan yang digunakan untuk menimbang berat Ayam
Kampung (Gallus domesticus), alat bedah untuk mengambil organ ginjal, alat untuk
24
mmbuat sediaan histopat seperti gelas obyek dan cover glass dan pemeriksaan
yang digunakan dalam penelitian ini adalah 25 ekor DOC Ayam Kampung (Gallus
domesticus) sesuai Rumus Federer yaitu (t-1) (n-1) ≥ 15, dimana t adalah jumlah
perlakuan dan n adalah banyaknya pengulangan tiap perlakuan, sehingga (5-1) (n-1)
1. Variabel Kendali
Umur ayam kampung, berat badan ayam kampung, jenis kelamin ayam
2. Variabel Bebas
Dosis jamu daun Ashitaba (Angelica keiskei) dan vaksin Newcastle Disease
(ND).
3. Variabel tergantung
25
Data diambil dari perubahan histopatologi ginjal ayam kampung setelah
Ashitaba yang dipilih adalah daun berwarna hijau tua, utuh, dan segar.
Selanjutnya dikumpulkan lalu dicuci dengan air, dikering anginkan. Setelah kering
sebanyak 1000 gram. Bubuk Ashitaba kemudian direndam dalam 5000 ml pelarut
aquadest dan diaduk dengan magnetic stirrer selama satu jam, kemudian didiamkan
selama satu hari pada suhu kamar. Selanjutnya, disaring dengan kertas Whatman no
Disease (ND) secara intraocular. Kemudian dibagi menjadi 5 kelompok yang setiap
kelompoknya terdapat 5 ekor ayam. Pemberian jamu daun Ashitaba pada ayam
kampung yang terdiri dari 5 tingkat dosis yang berbeda yaitu kelompok kontrol
negatif (P0) tanpa diberikan jamu daun Ashitaba namun diberikan aquadest setiap
harinya, kelompok (P1) diberikan jamu daun Ashitaba dengan konsentrasi dosis
26
1000mg/100ml/hari, dan kelompok kontrol positif (P4) diberikan jamu daun Ashitaba
ayam kampung untuk dapat beradaptasi ketika melakukan pemberian jamu daun
memberikan jamu daun Ashitaba pada hari ke 8 sampai hari ke 14 secara oral sesuai
kelompok perlakuan. Pada hari ke-15 ayam kampung diinduksi dengan vaksin
daun Ashitaba setiap hari selama 7 hari pada hari ke 16 sampai hari ke 22 secara oral
sesuai kelompok perlakuan. Pada hari ke-23 dilakukan nekropsi dan dilakukan
Jumlah
Kelompok Dosis Keterangan Ayam
(ulangan)
P0 Tanpa Pemberian aquadest 100ml/hari sampai hari 5
pemberian ke-22 dan diinduksi vaksin Newcastle
jamu daun Disease pada hari ke-15
Ashitaba
P1 250mg/100ml/ Diberikan jamu daun Ashitaba 5
hari 250mg/100ml/hari dari hari ke-8 sampai hari
ke-14, lalu diinduksi vaksin Newcastle
Disease pada hari ke-15 dan dilanjutkan
pemberian jamu daun Ashitaba pada hari ke-
16 sampai hari ke-22
P2 500mg/100ml/ Diberikan jamu daun Ashitaba 5
hari 500mg/100ml/hari dari hari ke-8 sampai hari
ke-14, lalu diinduksi vaksin Newcastle
Disease pada hari ke-15 dan dilanjutkan
pemberian jamu daun Ashitaba pada hari ke-
27
16 sampai hari ke-22
P3 1000mg/100ml Diberikan jamu daun Ashitaba 5
/hari 1000mg/100ml/hari dari hari ke-8 sampai
hari ke-14, lalu diinduksi vaksin Newcastle
Disease pada hari ke-15 dan dilanjutkan
pemberian jamu daun Ashitaba pada hari ke-
16 sampai hari ke-22
P4 2000mg/100ml Diberikan jamu daun Ashitaba 5
/hari 2000mg/100ml/hari dari hari ke-8 sampai
hari ke-14, lalu diinduksi vaksin Newcastle
Disease pada hari ke-15 dan dilanjutkan
pemberian jamu daun Ashitaba pada hari ke-
16 sampai hari ke-22
prosedur dan diambil organ ginjalnya. Organ ginjal lalu dimasukkan ke dalam larutan
Spesimen berupa ginjal yang akan diperiksa dipotong dengan ukuran 1x1x1 cm,
fiksasi spesimen dengan cara merendam dalam larutan NBF 10% (neutral buffer
formalin) selama 24 jam, kemudian diiris dengan ukuran yang lebih tipis (trimming)
untuk selanjutnya dimasukkan dalam casette tissue, dan direndam dalam alkohol 70%
untuk proses stopping point selama 6 jam. Proses berikutnya adalah proses dehidrasi
dalam alkohol bertingkat (80%, 90%, 95%, dan absolut) masing-masing selama dua
jam. Proses penjernihan (clearing) dengan xylol selama tiga puluh menit dengan tiga
kali pengulangan, kemudian infiltasi dalam parafin cair pada suhu 58-60ºC sebanyak
28
tiga kali pengulangan. Proses selanjutnya adalah penanaman (embedding) dalam
parafin cair dan dicetak menjadi blok parafin (blocking) dengan menggunakan
microtome rotari dengan ketebalan 3-5 πm, di letakkan di atas gelas objek, kemudian
pewarnaan HE mengacu pada metode Kiernan (2000) yang telah dimodifikasi, yang
diawali dengan deparafinisasi menggunakan xylol (tiga kali), per dua menit,
dilanjutkan dengan rehidrasi menggunakan alkohol absolut, 96%, 90%, 80%, per dua
menit. Kemudian dilakukan pembilasan dengan air mengalir lima menit. Jaringan
Kemudian diwarnai dengan pewarna eosin lima menit (sambil dikontrol di bawah
pembesaran 1000x. Serta dicatat perubahan mikroskopik yang ditemukan pada lima
lapang pandang.
Kongesti
Perdarahan
Nekrosis
masing-masing dosis yang diberikan, maka data hasil pemeriksaan ditabulasi dan
Adinata, M.O., I.W. Sudira, dan I.K. Berata. 2012. Efek Ekstrak Daun Ashitaba
(Angelica keiskei) Terhadap Gambaran Histopatologi Ginjal Mencit (Mus
Musculus) Jantan. Buletin Veteriner Udayana. 4(2): 55-62.
Isabella, F. 2013. Gambaran Histopatologi Hati dan Ginjal Ayam Broiler (Gallus
Domesticus) yang diberi Agriminovit®. M.Sc. Thesis. Universitas Gadjah
Mada. Yogyakarta.
Kencana, G.A.Y., N.M. Astawa, I.G.N.K. Mahardika, dan I.W. Gorda. 2012.
Penyebaran Virus Vaksin ND pada Sekelompok Ayam Pedaging yang tidak
Divaksinasi dan Dipelihara Bersama Ayam yang Divaksinasi. Buletin
Veteriner. 4(2):109-117.
31
Mardiarsa, A. 2014. Efek Nefrotoksik Estrak Etanol Daun Angelica keiskei Peroral
terhadap Ginjal Mus musculus Jantan. Widya Mandala Catholic University.
Surabaya.
Nutriani, C. dan S. Jatman. 2010. Studi Anatomi Ginjal Burung Walet Sarang Putih
(Collocalia fuciphaga) dan Sriti (Collocalia linchi). Jurnal Sain Vet. 28(2).
Srihari, E. dan F. S. Lingganingrum. 2018. Teh Hijau dari Daun Ashitaba: Aktifitas
Antioksidan dan Mutusensori. Prosiding Seminar Nasional Teknik Kimia
“Kejuangan” Journal. ISSN 1693-4393.
Suhartati, R. dan I. Nurasiah. 2016. Aktivitas Antibakteri Ekstrak Air Daun Ashitaba
(Angelica keiskei) terhadap Bakteri Pseudomonas aeruginosa secara In Vitro.
Jurnal Kesehatan Bakti Tunas Husada. 16(1): 113-118.
32
Urfa, S., H. Indrijani, dan W. Tanwiriah. 2017. Model Kurva Pertumbuhan Ayam
Kampung Unggul Balitnak (KUB) Umur 0-12 Minggu. Jurnal Ilmu Ternak.
17(1).
Yusmariza , N., P.E. Santosa dan Siswanto. 2014. Profil Titer Antibodi Newcastle
Disease (ND) dan Avian Influenza (AI) pada Itik Petelur Fase Grower di
Kecamatan Gadingrejo Kabupaten Pringsewu. Department of Animal
Husbandry, Faculty of Agriculture Lampung University.
33