Anda di halaman 1dari 48

EVALUASI PENGETAHUAN MASYARAKAT DESA ROGO

TENTANG DAUN TEMBELEKAN (Lantana camara L.)


SEBAGAI OBAT TRADISIONAL

Proposal Penelitian

Oleh:

MOH. ARIF M. SALEH


F 020 010

AKADEMI FARMASI
BINA FARMASI
2023
HALAMAN PERSETUJUAN

EVALUASI PENGETAHUAN MASYARAKAT DESA ROGO


TENTANG DAUN TEMBELEKAN (Lantana camara L.)
SEBAGAI OBAT TRADISIONAL

Menyetujui :

Pembimbing Pertama Pembimbing Kedua

apt. Ni Ketut Marlina, S.Farm., M.Si apt. Desy SA. Belike, S.Farm., M.Si
NIDN. 0920078504 NIDN. 0421058801

ii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ....................................................................................... i

HALAMAN PERSETUJUAN ........................................................................ ii

DAFTAR ISI ................................................................................................... iii

DAFTAR GAMBAR........................................................................................ v

DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................... vi

BAB I PENDAHULUAN............................................................................... 1

1.1 Latar Belakang............................................................................... 1

1.2 Rumusan Masalah.......................................................................... 4

1.3 Tujuan Penelitian........................................................................... 5

1.4 Manfaat Penelitian......................................................................... 5

BAB II TINJAUAN PUSTAKA...................................................................... 6

2.1 Obat Tradisional.............................................................................. 6

2.2 Pengetahuan.................................................................................... 18

2.3 Tumbuhan Tembelekan.................................................................. 23

BAB III METODE PENELITIAN................................................................... 29

3.1 Jenis Penelitian............................................................................. 29

3.2 Waktu dan Tempat Penelitian....................................................... 29

3.3 Populasi dan Sampel..................................................................... 30

3.4 Variabel Penelitian....................................................................... 31

3.5 Instrumen...................................................................................... 32

3.6 Definisi Oprasional....................................................................... 32

iii
3.7 Alur Penelitian.............................................................................. 32

3.8 Pengumpulan Data........................................................................ 33

3.9 Pengolahan Data........................................................................... 33

3.10 Analisis Data............................................................................... 34

3.11 Penyajian Data............................................................................ 35

DAFTAR PUSTAKA....................................................................................... 36

LAMPIRAN

iv
DAFTAR GAMBAR

No Teks Halaman

2.1 Jamu ....................................................................................................... 7

2.2 Obat Herbal Terstandar........................................................................... 8

2.3 Fitofarmaka............................................................................................. 9

2.4 Tumbuhan Tembelekan........................................................................... 24

v
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran

1. Permohonan Menjadi Responden

2. Pernyataan Persetujuan Menjadi Responden

3. Kuesioner

vi
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi akhirnya manusia dapat

mensintetik bahan farmasi terutama obat sehingga penggunaan bahan alami

menjadi ditinggalkan. Kesangsian kebenaran khasiat bahan alami sebagai

bahan obat merupakan penyebab utama berkembangnya obat sintetik dan

akhirnya obat-obat bahan alami menjadi dianggap tidak rasional. Khasiat

bahan alami sebagai obat bukan tidak rasional melainkan kemampuan

manusia sangat terbatas untuk menjelaskannya secara rasional. Seiring

dengan peristiwa tersebut perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi

pengkajian bahan alami untuk menjadi obat rasional juga meningkat dan

akhirnya hingga saat ini obat-obat dari bahan alami tampaknya akan kembali

digunakan manusia dengan kebenaran ilmiah yang lebih memadai dari

sebelumnya (Agus, 2016).

Sehubungan dengan itu, kegiatan pencarian sumber-sumber bahan

alami untuk kebutuhan obat dan kosmetik saat ini semakin meningkat

termasuk tingkat keilmiaan pencarian karena ilmu dan teknologi telah

tersedia. Sumber-sumber bahan yang sangat potensial sebagai sumber bahan

farmasi adalah tumbuhan karena memiliki keragaman metabolit sekunder

yang tinggi, kemudahan budidaya, dan khusus Indonesia memiliki keragaman

7
2

spesies tumbuhan yang melimpah. Pencarian sumber bahan farmasi

lebih diprioritaskan pada tumbuhan yang tidak termanfaatkan selama ini,

namun tumbuhan tersebut harus mudah dibudidayakan (Dharma, 2018).

Tembelekan (Lantana camara L.) merupakan tumbuhan liar yang

selama ini dianggap sebagai gulma oleh masyarakat karena pertumbuhannya

sangat dahsyat yang merambat keberbagai arah sehingga mengganggu

tanaman komoditi petani. Pertumbuhan Tembelekan yang dahsyat sebenarnya

merupakan potensi yang luar biasa jika dapat diungkap secara ilmiah

kegunaannya. Pertumbuhan dahsyat akan menghasilkan jumlah populasi yang

banyak dalam waktu singkat sehingga sangat baik ditinjau dari segi

ketersediaan bahan baku. Manfaat tradisional daun tumbuhan Tembelekan

sebagai obat luka sangat manjur, namun dari segi ekonomi potensi obat luka

sangat rendah sehingga tidak menarik pada berbagai peneliti dan produsen

(Djauhariya & Hernani, 2017).

Eksploitasi tumbuhan atau hutan yang dilakukan oleh masyarakat

Indonesia selama ini telah menyebabkan banyaknya spesies yang punah

bahkan di antaranya belum dikenal secara ilmiah. Keadaan ini merupakan

bencana sehingga diperlukan usaha dalam bentuk lain untuk melindungi

berbagai spesies ciptaan Tuhan tersebut. Penelitian yang mengarah pada

pemanfaatan kefarmasian bukanlah kegiatan yang aman bagi spesies sehingga

dimulai dari spesies yang mudah untuk dibudidayakan. Tumbuhan

Tembelekan adalah salah satu spesies potensial ditinjau dari segi budidaya

sehingga akan terus dilakukan penelitian secara mendalam tentang potensi


3

farmasi yang dimilikinya yang pada akhirnya tumbuhan tersebut nantinya

menjadi suatu komoditi yang bernilai ekonomi (Nurshulaiha dkk, 2019).

Ternyata hingga saat ini, penelitian terhadap potensi daun Tembelekan

yang tumbuh di Indonesia belum banyak dilakukan. Pembuktian khasiat

secara ilmiah dan penelusuran kandungan kimia dari tanaman ini, khususnya

yang ada di Indonesia masih sedikit dilakukan. Pada antimikroba penelitian

ini dilakukan penelusuran penghambatan aktivitas terhadap daun Tembelekan

sebagai pembuktian ilmiah khasiat dari tanaman ini untuk mengobati penyakit

infeksi (Wahyuningrum dkk, 2021).

Dengan hasil riset dari beberapa jurnal yang telah diriview maka

Nurlatifah dkk, (2021) memberikan kesimpulan tentang daun Tembelekan

dimana daun Tembelekan berpotensi sebagai antibakteri terhadap bakteri

gram positif dan gram negatif ditandai dengan adanya zona hambat yang

terbentuk yang memasuki kriteria hambatan yang telah ditentukan. Serta

senyawa yang diduga berperan sebagai antibakteri yang terdapat pada daun

saliara yaitu saponin dan tannin.

Berdasarkan hasil penelitian Rijai (2018) tumbuhan Tembelekan

memiliki potensi kefarmasian yang cukup baik yaitu sebagai antioksidan

untuk bunganya dan obat luka untuk daunya. Potensi-potensi tersebut secara

ilmiah dapat dikembangkan yaitu melalui penelitian akitvitas lainnya seperti

sitotoksik untuk daunnya, antibakteri secara khsusus, serta bebagai

potensilainnya. Tumbuhan Tembelekan dengan pertumbuhannya yang


4

dahsyat dalam waktu yang singkat merupakan potensi yang luar biasa

sehingga predikatnya sebagai gulma akan segera ditiadakan.

Hasil penelitian yang dilakukan oleh Muktadira dkk (2018) ekstrak

etanol daun memiliki aktivitas antibakteri terhadap pertumbuhan

bakteri Salmonella typhi Tembelekan. Ekstrak daun Tembelekan memiliki

zona hambat rata-rata terhadap pertumbuhan bakteri Salmonella typhi untuk

konsentrasi 12,5% sebesar 6,6 mm dikategorikan kuat, konsentrasi 10%

sebesar 5,3 mm dikategorikan sedang, konsentrasi 7,5% sebesar 2,6 mm dan

konsentrasi 5% sebesar 00 mm dikategorikan lemah.

Adillah (2022) melakukan studi efek anti bakteri dari minyak atsiri

daun Tembelekan dan memperoleh bahwa minyak atsiri dari

daun Tembelekan mempunyai efek anti bakteri lebih besar terhadap S.

pygenes, sebaliknya menunjukkan efek anti bakteri yang lebih kecil

terhadap S. aureus dan E. coli.. Berdasarkan pemeriksan secara fitokimia

pada tumbuhan ini ditemukan senyawa golongan alkaloid,

flavonoid, saponin, tanin dan kuinon.

1.2 Rumusan Masalah

1. Apakah masyarakat Desa Rogo mengetahui daun tembelekan efektif

menjadi obat tradisional?

2. Apakah masyarakat di Desa Rogo mengetahui bagaimana cara mengolah

daun tembelekan untuk digunakan sebagai obat tradisional?


5

1.3 Tujuan Penelitian

1.Untuk mengetahui pengetahuan masyarakat Desa Rogo tentang daun

tembelekan efektif menjadi obat tradisional.

2.Untuk mengetahui cara mengolah daun tembelekan untuk digunakan

masyarakat Desa Rogo sebagai obat tradisional.

1.4 Manfaat Penelitian

1. Manfaat Bagi Masyarakat

Sebagai sumber informasi dan menambah pengetahuan masyarakat tentang

tumbuhan yang dapat digunakan sebagai obat tradisional.

2. Manfaat Bagi Akademik

Dapat menjadi bahan pembelajaran dan ilmu pengetahuan mahasiswa

tentang pemanfaatan salah satu obat tradisional sebagai antibakteri.

3. Manfaat Bagi Peneliti

Untuk memperluas wawasan dan pengetahuan peneliti tentang tumbuhan

yang dapat digunakan sebagai obat tradisional.


BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Obat Tradisional

Obat tradisional memiliki bentuk sediaan berupa tanaman herbal yang

diproses untuk diambil sari patinya dan agar lebih bertahan lama maka

dilakukan proses pengeringan. Menurut PERMENKES No. 007 Tahun 2012

Obat tradisional adalah bahan atau ramuan yang berupa bahan tumbuhan,

bahan hewan, bahan mineral sediaan cairan dari bahan (galenik) yang secara

turun temurun digunakan untuk pengobatan.

Menurut World Health Organization (WHO), pengobatan tradisional

adalah jumlah total pengetahuan, keterampilan, dan praktek-praktek yang

berdasarkan pada teori-teori, keyakinan, dan pengalaman masyarakat yang

mempunyai adat budaya yang berbeda, baik dijelaskan atau tidak, digunakan

dalam pemeliharaan kesehatan serta pencegahan, diagnosa, perbaikan atau

pengobatan penyakit secara fisik dan juga mental (WHO, 2016).

Syarat bahan yang memenuhi standar keamanan dan mutu antara lain

pada proses pembuatan dengan menerapkan CPOTB, memenuhi persyaratan

Farmakope Herbal Indonesia, dapat berkhasiat dan dapat dibuktikan secara

turun temurun. Cara Pembuatan Obat Tradisional yang Baik (CPOTB) agar

lebih memperhatikan pada proses produksi dan penanganan bahan baku agar

dapat menjamin produk yang dihasilkan telah memenuhi syarat yang sesuai

dengan mutu dan tujuan penggunaannya (Kemenkes RI, 2018).

6
7

2.1.1 Penggolongan Obat Tradisional

Berdasarkan Keputusan Kepala Badan Pengawas Obat dan

Makanan Republik Indonesia, Nomor: HK.00.05.2411 tentang

Ketentuan Pokok Pengelompokan dan Penandaan Obat Bahan Alam

Indonesia, obat tradisional dibagi menjadi 3 katerogi, yaitu:

1. Jamu (Epirical Based Herbal Medicinie)

Gambar 2.1 Jamu

Jamu adalah obat tradisional Indonesia berdasarkan data

empiris dan tidak memerlukan pembuktian ilmiah sampai dengan

klinis. Akan tetapi, tetapi harus memenuhi kriteria keamanan sesuai

dengan persyaratan yang telah ditetapkan, khasiatnya telah terbukti

berdasarkan data empiris serta harus memenuhi persyaratan mutu

yang berlaku. Jamu umumnya terdiri dari 5-50 tanaman obat dalam

serbuk, pil, minuman ataupun cairan dari beberapa tanaman.

Contohnya: Jamu Nyonya Mener, Antangin dan Kuku Bima

Gingseng (Rahayuda, 2016).

Jamu adalah obat tradisional ysng disediakan secara

tadisional, misalnya dalam bentuk serbuk, pil, dan cairan yang berisi

seluruh bahan tanaman yang menjadi bahan penyusun jamu tersebut

serta digunakan secara tradisional. Pada umumnya resep ini dibuat

secara leluhur atau turun temurun yang disusun dari berbagai


8

tanaman obat yang jumlahnya cukup banyak, berkisar antara 5-10

macam bahkan lebih. Bentuk jamu tidak perlu pembuktian ilmiah

sampai dengan klinis, tetapi cukup dengan bukti empiris. Maka dari

itu jamu telah digunakan secara turun-temurun dan selama bertahun-

tahun (Nainggolan, 2019).

2. Obat Herbal Terstandar (Scientific Based Herbal Medicine)

Gambar 2.2 Obat Herbal Terstandar (OHT)

Obat Herbal Terstandar (OHT) adalah obat tradisional yang

telah dibuktikan khasiat dan keamanannya secara pra-klinis

(terhadap hewan percobaan) dan lolos uji toksisitas akut maupun

kronis. OHT dibuat dari bahan yang terstandar seperti ekstrak yang

memenuhi parameter mutu serta dibuat dengan cara higienis.

Contohnya: Tolak angina, Diapet, Fitolac dan Lelap (Rahayuda,

2016).

Obat herbal terstandar adalah obat tradisional yang disajikan

dari ekstrak atau penyairan bahan alam yang dapat berupa tanaman

obat, hewan, maupun mineral. Untuk proses ini dibutuhkan peralatan

yang lebih kompleks dan berharga mahal, ditambah deengan tenaga

kerja yang mendukung dengan pengetahuan maupun ketrampilan

pembuat ekstrak. Selain dengan majunya teknologi, jenis ini

umumnya telah ditunjang dengan pembuktian ilmiah berupa


9

penelitian-penelitian pre-klinik seperti standar kandungan yang

berkhasiat, standar pembuatan ekstrak tanaman obat yang higenis,

dan uji toksisitasnya akut maupun kronik (Nainggolan, 2019).

3. Fitofarmaka (Clinic Based Herbal Medicine)

Gambar 2.3 Fitofarmaka

Fitofarmaka adalah obat tradisional yang telah teruji

khasiatnya melalui uji pra-klinis (pada hewan percobaan) dan uji

klinis (pada manusia) serta terbukti keamanannya melalui uji

toksisitas. Uji praklinik sendiri meliputi beberapa uji, yaitu: uji

khasiat dan toksisitas, uji teknologi farmasi untuk menentukan

identitas atau bahan baku yang terstandarisasi. Fitofarmaka

diproduksi secara higienis, bermutu sesuai dengan standar yang

ditetapkan. Contoh: Stimuno, Tensigard, Rheumaneer, X-gra dan

Nodiar (Rahayuda, 2016).

Fitofarmaka merupakan bentuk obat tradisional dari bahan

alam yang dapat disejajarkan dengan obat modern karena proses

pembuatannya telah terstandar, ditunjang dengan bukti kimia sampai

uji klinis pada manusia. Dengan uji klinis maka akan lebih

menunjang tenaga medis untuk menggunakan obat herbal di sarana

pelayanan kesehatan (Nainggolan, 2019).


10

2.1.2 Penggunaan Obat Tradisional

Obat tradisional umumnya lebih aman dibandingkan dengan

obat modern, dikarenakan kandungan dalam obat tradisional dinilai

tidak begitu keras dari pada obat modern. Hal inilah yang menjadi salah

satu alasan masyarakat memilih menggunakan obat tradisional.

Menurut penelitian yang dilakukan oleh Ismiyana (2018), masyarakat

menganggap obat tradisional lebih aman karena dibuat secara sederhana

dan tidak menggandung bahan kimia. Pada dasarnya prinsip

penggunaan obat tradisional hampir sama dengan obat modern, apabila

tidak digunakan secara tepat akan mendatangkan efek yang buruk.

Sehingga, meskipun obat tradisional dinilai relatif lebih aman

dibandingkan obat modern namun tetap perlu diperhatikan kerasionalan

penggunaannya. Karena tidak semua herbal memiliki khasiat dan aman

untuk dikonsumsi (Harini, 2016.).

Seperti halnya menggunakan obat modern, penggunaan obat

tradisional harus rasional dan memperhatikan ketepatan

penggunaannya. Hal ini diatur dalam Undang-Undang Nomor 36 tahun

2009 tentang Kesehatan pasal 104 yang menyatakan bahwa penggunaan

obat dan obat tradisional harus dilakukan secara rasional (Hariana,

2018). Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam penggunaan obat

tradisional, sebagai berikut:


11

1. Tepat Pemilihan Bahan

Tidak semua tanaman dapat berkhasiat sebagai pengobatan.

Sehingga dalam pemilihan tanaman obat sangat perlu diperhatikan

ketepatan pemilihan bahan karena akan mempengaruhi keberhasilan

terapi. Setiap tanaman obat memiliki kandungan yang berbeda-beda

yang akan berpengaruh terhadap efek yang ditimbulkan. Sehingga,

dalam pemilihan bahan tradisional yang digunakan harus disesuaikan

dengan penyakit yang akan diobati dan efek yang diinginkan

(Dewoto, 2017).

Tumbuhan yang berkhasiat obat sebagian besar memiliki

aroma khas. Hal ini karena adanya kandungan minyak atsiri.

Kebanyakan tanaman obat memiliki rasa yang sepat dan pahit karena

kandungan alkaloid yang tinggi dan kandungan senyawa tanin.

Selain itu, pada akar tumbuhan mengandung banyak air dan serat

(Agus, 2016).

2. Tepat Dosis

Ketidaktepatan dosis dalam penggunaan obat tradisional

mempengaruhi khasiat dan keamanannya. Dalam pemakaian obat

tradisional tidak dibolehkan sembarangan dan berlebihan. Penentuan

dosis yang tepat akan mempengaruhi proses pengobatan (Katno &

Pramono, 2016). Untuk mengetahui mengenai dosis terapi tanaman

obat dapat dilihat di FOHAI dan beberapa literatur lainnya. Untuk

obat tradisional yang telah dalam bentuk kemasan jadi seperti Jamu,
12

OHT dan Fitofarmaka harus digunakan sesuai dosis yan dianjurkan

dalam kemasan. Obat tradisional yang digunakan tidak mengikuti

aturan dapat memberikan efek yang membahayakan (Oktora, 2018).

3. Tepat Waktu Penggunaan

Ketepatan waktu penggunaan obat tradisional dapat

menentukan keberhasilan dari terapi. Tidak semua tanaman herbal

dapat digunakan disemua kondisi. Contohnya kunyit. Kunyit dapat

bermanfaat untuk mengobati radang amandel, dan dapat digunakan

pada saat menstruasi. Akan tetapi penggunaan kunyit pada masa

kehamilan dapat menyebabkan keguguran. Ketepatan waktu

penggunaan juga perlu diperhatikan ketika sedang mengkonsumsi

obat modern. Penggunaan obat tradisional bersamaan dengan obat

modern perlu diberikan jeda waktu, tidak boleh digunakan

bersamaan pada waktu yang sama (Sari, 2017).

4. Tepat Cara Penggunaan

Cara penggunaan mempengaruhi efek yang akan

ditimbulkan. Penggunaan tanaman obat antara satu dengan yang

lainnya tidak boleh disamakan. Cara penggunaan yang kurang tepat

akan menimbulkan efek yang berbeda. Contohnya daun kecubung.

Daun kecubung dapat berkhasiat sebagai bronkodilator jika cara

penggunaan dengan cara dihisap seperti rokok. Akan tetapi, dapat

menyebabkan mabuk atau bersifat beracun apabila cara

penggunaannya dengan diseduh dan diminum (Sari, 2017).


13

5. Tepat Telaah Informasi

Ketidaktepatan informasi yang didapatkan serta

ketidakjelasan informasi yang beredar mengenai obat tradisional

dapat menyebabkan kesalahpahaman masyarakat. Kesalahpahaman

masyarakat akan obat tradisional akibat ketidaktahuan dapat

menyebabkan obat tradisional yang seharusnya menyembuhkan

tetapi menjadi membahayakan. Oleh karena itu, dalam penggunaan

obat tradisional kita perlu menelaah informasi yang benar dan salah

terkait obat tradisional yang dikonsumsi agar tidak ada kesalahan

dalam penggunaannya dan dapat meminimalisir efek samping yang

mungkin muncul (Sari, 2017).

6. Tidak Disalahgunakan

Obat tradisional seperti jamu, OHT dan fitofarmaka termasuk

obat bebas dimana dapat diperoleh tanpa resep dokter. Oleh karena

itu, obat tradisional tidak boleh mengandung bahan berbahaya dan

penggunaannya tidak boleh disalahgunakan selain untuk tujuan

pengobatan (Werner dkk, 2017).

7. Tepat Pemilihan Obat untuk Indikasi Tertentu

Jumlah obat tradisional sangat banyak dan memiliki khasiat

yang berbeda-beda. Oleh karena itu, dalam pemilihan obat

tradisional perlu disesuaikan terhadap gejala dan indikasi

penyakitnya (Sari, 2017).


14

Menurut penelitian yang dilakukan Ismiyana (2018) terdapat

beberapa cara dalam mendapatkan obat tradisional oleh masyarakat

yaitu melalui penjual jamu gendong, apotek, toko kelontong, meracik

sendiri, resep obat tradisional dari orang tua, tenaga kesehatan, penjual

obat keliling. Cara yang paling sering digunakan untuk mendapatkan

obat tradisional yaitu dari penjual jamu gendong. Hal ini dikarenakan

kemudahan dalam mendapatkannya serta adanya anggapan dari

masyarakat bahwa obat tradisional paling aman untuk digunakan.

Berdasarkan PERMENKES Republik Indonesia No. 007 Tahun

2012 tentang Registrasi Obat Tradisional, bahwa obat tradisional

dilarang mengandung bahan-bahan berbahaya bagi tubuh. Obat

tradisional dilarang mengandung: Etil alkohol lebih dari 1%, kecuali

dalam bentuk sediaan tingtur yang pemakaiannya dengan pengenceran:

1. Bahan kimia obat yang merupakan hasil isolasi atau sintetik

berkhasiat obat

2. Narkotika atau psikotropika; dan/atau

3. Bahan lain yang berdasarkan pertimbangan kesehatan dan/atau

berdasarkan penelitian membahayakan kesehatan.

2.1.3 Kelebihan dan Kekurangan Obat Tradisional

1. Kelebihan Obat Tradisional

Kelebihan yang dimiliki obat tradisional jika dibandingkan

dengan obat modern, antara lain (Nurwening, 2017):


15

a. Efek samping obat tradisional relatif kecil

Obat tradisional akan bermanfaat dan aman jika digunakan

dengan tepat, baik takaran, waktu dan cara penggunaan,

pemilihan bahan serta penyesuaian dengan indikasi tertentu.

b. Adanya efek komplementer dan atau sinergisme dalam ramuan

obat tradisional atau komponen bioaktif tanaman obat

Dalam suatu ramuan obat tradisional umumnya terdiri dari

beberapa jenis obat tradisional yang memiliki efek saling

mendukung satu sama lain untuk mencapai efektivitas

pengobatan. Contohnya seperti pada Herba Timi (Tymus

serpyllum atau T.vulgaris) sebagai salah satu ramuan obat batuk.

Herba Timi diketahui mengandung minyak atsiri (yang antara lain

terdiri dari tymol dan kalvakrol) serta flavonpolimetoksi. Tymol

dalam timi berfungsi sebagai ekspektoran (mencairkan dahak)

dan kalvakrol sebagai anti bakteri penyebab batuk sedangkan

flavon polimetoksi sebagai penekan batuk non-narkotik, sehingga

pada tanaman tersebut sekurang-kurangnya ada 3 komponen aktif

yang saling mendukung sebagai antitusif.

c. Pada satu tanaman bisa memiliki lebih dari satu efek farmakologi

Zat aktif pada tanaman obat umumnya dalam bentuk

metabolit sekunder, sedangkan satu tanaman bisa menghasilkan

beberapa metabolit sekunder sehingga memungkinkan tanaman

tersebut memiliki lebih dari satu efek farmakologi. Efek tersebut


16

adakalanya saling mendukung (herba timi dan daun kumis

kucing), tetapi ada juga yang seakan-akan saling berlawanan atau

kontradiksi (akar kelembak).

d. Obat tradisional lebih sesuai untuk penyakit-penyakit metabolik

dan degeneratif

Sebagaimana diketahui bahwa pola penyakit di Indonesia

telah mengalami pergeseran dari penyakit infeksi (yang terjadi

sekitar tahun1970 ke bawah) ke penyakit-penyakit metabolik

degeneratif (sesudah tahun 1970 hingga sekarang). Yang

termasuk penyakit metabolik antara lain: diabetes, hiperlipidemia,

asam urat, batu ginjal dan hepatitis. Sedangkan penyakit

degeneratif diantaranya: rematik, asma, ulser, haemorrhoid dan

pikun. Untuk menanggulangi penyakit tersebut diperlukan

pemakain obat dalam waktu lama sehinga jika menggunakan obat

modern dikhawatirkan adanya efek samping yang terakumulasi

dan dapat merugikan kesehatan. Oleh karena itu lebih sesuai bila

menggunakan obat tradisional karena efek samping yang

ditimbulkan relatif kecil sehingga dianggap lebih aman.

2. Kekurangan Obat Tradisional

Disamping berbagai keuntungan, bahan obat alam juga

memiliki beberapa kelemahan yang juga merupakan kendala dalam

pengembangan obat tradisional (termasuk dalam upaya agar bisa

diterima pada pelayanan kesehatan formal). Adapun beberapa


17

kelemahan tersebut antara lain: efek farmakologisnya yang lemah,

bahan baku belum terstandar dan bersifat higroskopis serta

volumines, belum dilakukan uji klinik dan mudah tercemar berbagai

jenis mikroorganisme (Katno dan Pramono, 2016).

2.1.4 Pengolahan Tumbuhan Obat Tradisional

Beberapa cara pengolahan tumbuhan obat tradisional,

diantaranya memipis, merebus, dan menyeduh.

1. Memipis

Biasanya bahan yang digunakan berupa bagian tanaman atau

tanaman yang masih segar berupa daun, biji, bunga, dan rimpang.

Bahan tersebut dihaluskan dengan ditambahkan sedikit air. Bahan

yang sudah halus diperas hingga ¼ cangkir, jika kurang dari ¼

cangkir, air matang ditambahkan pada wadah hingga diperas lagi

(Gunawan & Mulyani, 2016).

2. Merebus

Tanaman obat direbus agar mendapat zat-zat yang berkhasiat

dalam tanaman larut ke dalam larutan air. Api yang digunakan untuk

merebus sebaiknya volumenya dapat diatur. Pada awal perebusan

digunakan api besar hingga mendidih, jika telah mendidih bahan

dalam air didiamkan selama 5 menit. Selanjutnya, api kompor

dikecilkan untuk mencegah air rebusan menguap sampai air rebusan

tersisa sesuai kebutuhan (Gunawan & Mulyani, 2016).


18

3. Menyeduh

Bahan baku yang digunakan berupa bahan yang masih segar

atau bahan yang sudah dikeringkan. Sebelum diramu bahan

dipotong-potong kecil, setelah siap kemudian diseduh dengan air

panas, dan diamkan selama lima menit, kemudian bahan hasil

seduhan disaring (Gunawan & Mulyani, 2016).

2.2 Pengetahuan

Pengetahuan merupakan hasil tahu dan terjadi setelah orang

melakukan pengindraan terhadap obyek tertentu pada hal-hal tertentu.

Pengindraan terjadi melalui panca indra manusia, yaitu penglihatan,

pendengaran, penciuman, dan raba. Pengetahuan adalah keseluruhan ide,

gagasan, yang dimiliki manusia tentang seisi dunia termasuk manusia dan

kehidupannya (Notoatmodjo, 2018).

Pengetahuan sendiri biasanya didapatkan dari informasi baik yang

didapatkan dari pendidikan formal maupun informasi lain seperti TV,

internet, Koran, majalah, radio, penyuluhan, dll. Tingkat pendidikan

pengetahuan seseorang dalam menerima informasi. Orang dengan tingkat

pendidikan yang lebih baik akan lebih mudah dalam menerima informasi

dibandingkan orang dengan tingkat pendidikan yang kurang. Informasi

tersebut dijadikan sebagai bekal ibu untuk mengasuh balitanya dalam

kehidupan sehari–hari. Persepsi itu sendiri dapat diartikan sebagai cara

pandang seseorang terhadap sesuatu hal setelah mendapatkan pengetahuan,

baik secara langsung maupun tidak langsung (Widayatun, 2019).


19

2.2.1 Tingkat Pengetahuan

Pengetahuan seseorang terhadap suatu objek mempunyai

tingkatan berbeda-beda. Menurut Notoatmodjo (2018) secara garis

besarnya dibagi menjadi 6 tingkat pengetahuan yaitu:

1. Tahu (Know)

Tahu diartikan sebagai mengingat materi yang telah dipelajari

sebelumnya. Tahu juga dapat diartikan dengan mengingat sesuatu

kembali (recall). Tahu ini merupakan tingkat pengetahuan yang

paling rendah. Kata kerja untuk mengukur orang itu tahu adalah

menyebutkan, menguraikan, mendefinisikan, dan menyatakan.

2. Memahami (Comprehension)

Memahami adalah suatu kemampuan seseorang untuk

menjelaskan secara benar tentang objek yang diketahui, dan dapat

menginterpretasikan materi tersebut secara benar. Orang yang paham

terhadap suatu objek atau materi secara benar harus dapat

menjelaskan hasil pemahaman, menyebutkan contoh, menyimpulkan

dan meramalkan terhadap suatu objek yang telah dipelajari

sebelumnya.

3. Aplikasi (Aplication)

Aplikasi juga diartikan apabila seseorang yang telah

memahami suatu objek dapat menggunakan atau mempublikasikan

prinsip yang telah diketahui sebelumnya pada situasi tertentu.


20

4. Analisis (Analysis)

Analisis adalah kemampuan seseorang untuk menjabarkan

atau memisahkan, kemudian mencari hubungan antara komponen-

komponen yang terdapat dalam suatu masalah atau objek yang

diketahui. Indikasi pengetahuan seseorang itu sudah sampai pada

tingkat analisis adalah apabila orang tersebut dapat membedakan,

memisahkan, mengelompokkan, dan membuat diagram (bagan)

terhadap pengetahuan atas objek tersebut.

5. Sintesis (Syntesis)

Sintetis adalah kemampuan seseorang untuk meletakkan atau

menghubungkan bagian-bagian di dalam bentuk keseluruhan yang

baru. Dengan kata lain, kemampuan seseorang untuk menyususn

formulasi baru dari formulasi yang ada sebelumnya. Seperti dapat

menyusun, merencanakan, meringkaskan, dan menyesuaikan.

6. Evaluasi (Evaluation)

Evaluasi adalah sesuatu yang berkaitan dengan kemampuan

seseorang untuk melakukan justifikasi atau penilaian terhadap suatu

objek berdasarkan kriteria yang ditentukan atau menggunakan

kriteria yang telah ada.

2.2.2 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pengetahuan

Menurut Notoatmodjo (2018) ada beberapa faktor yang

mempengaruhi pengetahuan seseorang, yaitu:


21

1. Pendidikan

Pendidikan adalah sebuah proses pengubahan sikap dan tata

laku seseorang atau kelompok dan juga usaha mendewasakan

manusia melalui upaya pengajaran dan pelatihan. Pendidikan

mempengaruhi proses belajar, semakin tinggi pendidikan seseorang

semakin mudah orang tersebut menerima informasi. Dengan

pendidikan tinggi, maka seseorang akan semakin cenderung

mendapatkan informasi, baik dari orang lain maupun dari media

massa. Semakin banyak informasi yang masuk semakin banyak pula

pengetahuan yang didapat mengenai kesehatan.

2. Informasi atau Media Massa

Informasi adalah suatu teknik untuk mengumpulkan,

meyiapkan, menyimpan, memanipulasi, mengumumkan,

menganalisis, dan menyebarkan informasi dengan tujuan tertentu.

Informasi yang diperoleh baik dari pendidikan formal maupun

nonformal dapat memberikan pengaruh jangka pendek (immediate

impact) sehingga menghasilkan perubahan atau peningkatan

pengetahuan.

3. Pekerjaan

Lingkungan pekerjaan dapat membuat seseorang memperoleh

pengalaman dan pengetahuan, baik secara langsung maupun tidak

langsung. Seseorang yang bekerja di sektor formal memiliki akses

yang lebih baik, terhadap berbagai informasi, termasuk kesehatan.


22

4. Sosial, Budaya dan Ekonomi

Kebiasaan dan tradisi yang biasa dilakukan masyarakat tidak

melalui penalaran apakah yang dilakukan baik atau buruk. Dengan

demikian, seseorang akan bertambah pengetahuannya walaupun

tidak melakukan. Status ekonomi juga akan menentukan

tersediannya suatu fasilitas yang diperlukan untuk kegiatan tertentu

sehingga status ekonomi akan mempengaruhi pengetahuan

seseorang.

5. Lingkungan

Lingkungan adalah segala sesuatu yang ada di sekitar

individu, baik lingkungan fisik, biologis, maupun sosial. Lingkungan

berpengaruh terhadap proses masuknya pengetahuan ke dalam

individu yang berada dalam lingkungan tersebut.

6. Pengalaman

Pengalaman sebagai sumber pengetahuan adalah suatu cara

untuk memperoleh kebenaran pengetahuan dengan cara mengulang

kembali pengetahuan yang diperoleh. Pengalaman belajar dalam

bekerja yang dikembangkan akan memberikan pengetahuan dan

keterampilan profesional, serta dapat mengembangkan kemampuan

mengambil keputusan merupakan manifestasi dari keterpaduan

menalar secara ilmiah dan etik yang bertolak dari masalah nyata

dalam bidang kerja.


23

7. Usia

Usia mempengaruhi daya tangkap dan pola pikir seseorang.

Semakin bertambah usia akan semakin berkembang pula daya

tangkap dan pola pikirnya sehingga pengetahuan yang diperoleh

semakin baik. Pada usia madya, individu akan lebih berperan aktif

dalam masyarakat dan kehidupan sosial, serta lebih banyak

melakukan persiapan demi suksesnya upaya menyesuaikan diri

menuju usia tua.

2.3 Tumbuhan Tembelekan

2.3.1 Klasifikasi Tumbuhan

Tembelekan memiliki klasifikasi (Irianto, 2016) sebagai berikut.

Kingdom : Plantae

Divisi : Spermatophyta

Sub Class : Angiospermae

Class : Dicotyledonae

Ordo : Lamiales

Familia : Verbenaceae

Genus : Lantana

Species : Lantana camara L.

2.3.2 Nama Lokal

Bunga Pagar, Kayu Singapore, Tahi Ayam, Kembang Satek, Saliyara,

Kembang Telek, Oblo, Tembelekan, Waung, Tahi Kotok, Cente,

Tamanjho, Puyengan, Tembelek, Teterapan (Hariana, 2016).


24

2.3.3 Morfologi Tumbuhan Tembelekan

Gambar 2.4. Tumbuhan Tembelekan

Tembelekan merupakan perdu tegak atau setengah merambat.

Termasuk anggota famili Verbenaceae yang berasal dari Amerika

tropis. Cabangnya memiliki banyak ranting yang berbentuk segi empat,

ada varient yang berduri serta ada yang tidak berduri dengan tinggi 2 m.

Memiliki bau yang khas. Daunnya tunggal, berbentuk bulat telur, ujung

meruncing, bergerigi, permukaan atas berambut banyak dan terasa kasar

saat diraba (Misnajiarly & Djajaningrat, 2016).

Tumbuhan Tembelekan (Lantana camara L.) merupakan

tumbuhan yang biasanya tumbuh liar, dapat juga sebagai tanaman hias

dan tanaman pagar. Tumbuhan ini tersebar di daerah tropis. Tempat

hidup tanaman ini dapat ditemukan di tempat terbuka yang langsung

terkena sinar matahari. Tanaman Tembelekan digunakan sebagi

pengusir serangga (Jumiati & Andarias, 2021).


25

Menurut Misnajiarly & Djajaningrat (2016) daun Tembelekan

bersifat pahit, sejuk dan sedikit beracun. Di dalamnya terkandung

lantadane A, lantadane B, lantanolic acid dan humule (mengandung

minyak atsiri). Daun Tembelekan mengandung bermacam-macam

minyak atsiri, namun yang dimanfaatkan sebagai obat hanya beberapa

jenis saja.

Manfaat pada tanaman Tembelekan sangat banyak disetiap

bagian tanaman tersebut memiliki manfaat. Akar tanaman Tembelekan

berfungsi sebagai Pereda demam, penghilang nyeri dan menghentkan

perdarahan. Selain itu juga ada manfaat lain dalam pemanfaatan luar

sebagai radang kulit, eksim jamur kulit, luka berdasar, dan gigitan

serangga. Pada bagian daun berkhasiat untuk menghilangkan gatal, anti

toksik, menghilangkan bengkak dan rangsang muntah. Bagian bunga

Tembelekan berfungsi untuk penghenti pendarahan (Muktadira dkk,

2018).

Pemanfaatan pada daun Tembelekan sangat bermanfaat bagi

masyarakat Indonesia, tumbuhan Tembelekan terutama bagian daun

Tembelekan bermanfaat sebagai obat alami. Tumbuhan ini termasuk

dalam kelompok family Verbenancae. Verbenancae mengandung

senyawa metabolit sekunder seperti flavonoid, terpenoid, minyak atsiri

dan lainnya. Senyawa metabolit sekunder di dalam tumbuhan

merupakan hasil sintesis yang terjadi dalam tumbuhan itu sendiri.

Metabolit sekunder berperan penting dalam interaksi antara tanamn dan


26

serangga secara konstitusif. Terjadinya senyawa organik yang kompleks

sehingga menghasilkan sederet golongan senyawa (Misnajiarly &

Djajaningrat, 2016).

2.3.4 Kandungan Senyawa Kimia Tanaman

Menurut Hariana (2016) daun Tembelekan memiliki kandungan

senyawa kimia seperti alpha-lantadene (0,31-0,68%), beta-lantadene

(0,2%), lantanolic acid, lantic acid, minyak atsiri (berbau menyengat

yang tidak disukai serangga (0,16-0,2%), beta-caryophyllene, gamma-

terpidene, alpha-pinene dan p-cymene. Daun Tembelekan juga

merupakan tanaman beracun karena mengandung alpha-lantadene.

Lantadene dapat menyebabkan mual, muntah, diare, sesak napas, gagal

ginjal, gagal jantung dan bahkan kematian. Dimana bagian tanaman

yang lebih berpotensi menyebabkan gejala keracunan ketika

dikonsumsi yaitu bagian buah jika dibandingkan dengan bagian

tanaman lainnya (Hakim, 2016).

LD50 dari alpha-lantadene yang diberikan pada domba secara

intravena adalah 1-3 mg/kgdan secara peroral yaitu 60 mg/kg. Sejauh

ini telah terlaporkan bahwa Tembelekan beracun terhadap hewan

ternak, salah satunya adalah domba (Satyal dkk, 2016). Menurut

Gunawan & Mulyani (2016) anak-anak yang mengkonsumsi buah

Tembelekan yang berwarna hijau dan belum matang akan mengalami

gejala keracunan dan mati. Gejala ini menunjukkan data yang signifikan

pada anak usia ≤ 3 tahun.


27

Penanganan keracunan Tembelekan pada manusia yaitu

pemberian irigasi lambung, arang aktif dan katarsis salin, serta

penggantian cairan tubuh dan bantuan pernapasan sesuai kebutuhan.

Tembelekan memiliki potensi terapeutik karena terdapat senyawa

bioaktif yaitu flavonoid, steroid, alkaloid dan terpenoid (Ajitha dkk,

2015).

2.3.5 Kegunaan dan Khasiat Tanaman

Tembelekan telah digunakan dibanyak bagian dunia untuk

mengobati berbagai macam kelainan. Di Amerika Tengah dan Selatan,

daunnya dibuat menjadi tapal untuk mengobati luka, cacar air dan

campak, demam, pilek, rematik, asma dan tekanan darah tinggi. Di

Ghana, infus seluruh tanaman digunakan untuk bronkitis dan akar

bubuk dalam susu diberikan pada anak-anak untuk sakit perut

(Dalimartha, 2016).

Sharma & Kaul (1959) dalam Gunawan & Mulyani (2016) telah

mengklaim bahwa steroid dan lancamarone dari daun memilik sifat

kardiotonik. Di India daun tanaman Tembelekan direbus sebagai teh

dan ramuan itu adalah obat untuk mengatasi batuk dan juga digunakan

sebagai obat topikal untuk luka, bisul dan pembengkakan. Penelitian

lebih lanjut menunjukkan fakta ilmiah bahwa tanaman Tembelekan

dapat digunakan sebagai antioksidan, antimikroba, antifungi dan

antivirus, memiliki aktivitas antiulcerogenik, antipiretik,


28

antihiperglikemia, antihelentik, dan dapat menghambat pertumbuhan

larvamosquito (Saxena dkk, 2018).

Penelitian lebih lanjut juga dilakukan oleh Leboe dkk (2015)

yaitu dengan melakukan uji aktivitas mukolitik ekstrak etanol pada

daun Tembelekan secara invitro untuk mengetahui fakta ilmiah

mengenai kebenaran bahwa tanaman tersebut dapat mengatasi batuk.

Hasil penelitian tersebut menunjukkan adanya aktivitas mukolitik pada

konsentrasi 0,1%; 0,5% dan 1% dimana ekstrak etanol dengan

konsentrasi 0,5% memiliki aktivitas mukolitik setara dengan

asetilsistein 0,1% secara invitro.


BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Jenis Penelitian

Jenis penelitian ini yaitu penelitian deskriptif kuantitatif yaitu jenis

penelitian yang digunakan untuk menganalisis data dengan cara

mendeskripsikan atau menggambarkan, menjelaskan, atau meringkaskan

berbagai kondisi, situasi, fenomena, atau berbagai variabel penelitian menurut

kejadian sebagaimana adanya yang dapat dipotret, diwawancara, diobservasi,

serta yang dapat diungkapkan melalui bahan-bahan dokumenter (Muninjaya,

2015). Pemilihan deskriptif kuantitatif dalam penelitian ini didasarkan dari

penelitian yang ingin mengkaji tentang evaluasi pengetahuan masyarakat

Desa Rogo tentang daun tembelekan sebagai obat tradisional.

3.2 Waktu dan Tempat Penelitian

3.2.1 Waktu Penelitian

Penelitian akan dilakukan pada bulan Agustus tahun 2023.

3.2.2 Tempat Penelitian

Penelitian akan dilakukan di Desa Rogo Kecamatan Dolo

Selatan Kabupaten Sigi.

29
30

3.3 Populasi dan Sampel

3.3.1 Populasi

Menurut Notoatmodjo (2018) populasi adalah keseluruhan objek

penelitian atau objek yang diteliti. Populasi juga merupakan kumpulan

elemen yang mempunyai karakteristik tertentu yang sama dan

mempunyai kesempatan yang sama untuk dipilih menjadi sampel.

Populasi dalam penelitian ini yaitu masyarakat di Desa Rogo yang

berjumlah sebanyak 1.782 penduduk.

3.3.2 Sampel

Sampel menurut Notoatmodjo (2018) adalah objek yang diteliti

dan dianggap mewakili seluruh populasi. Sampel yang digunakan

adalah orang yang memenuhi kriteria:

1. Kriteria Inklusi:

a. Responden dewasa berusia 20-55 tahun

b. Bersedia menjadi responden

2. Kriteria Eksklusi:

a. Pasien tidak kooperatif

b. Mengalami gangguan jiwa

Perhitungan sampel dalam penelitian ini menggunakan rumus

Slovin sebagai berikut:

N
n= 2
1+ Ne
31

Keterangan:
n = jumlah sampel
N = total populasi
e2= toleransi kesalahan (0,1)

1.782
¿ 2
1+ 1.782(0 , 1)

1.782
¿
1+ 1.782(0 , 01)

1.782
¿
1+ 17 , 82

1.782
¿
18 ,82

n=94 , 69

Berdasarkan perhitungan sampel menggunakan rumus Slovin,

maka diketahui jumlah sampel dalam penelitian ini sebanyak 95 orang.

Selanjutnya teknik pengambilan sampel dilakukan menggunakan teknik

purposive sampling yaitu teknik pengambilan sampel secara sengaja

dengan menentukan sendiri sampel yang diambil karena suatu

pertimbangan tertentu. Sampel tidak secara acak, tetapi ditentukan oleh

peneliti sendiri (Notoatmodjo, 2018).

3.4 Variabel Penelitian

Variabel penelitian ini yaitu pengetahuan masyarakat Desa Rogo

tentang daun Tembelekan sebagai obat tradisional.


32

3.5 Instrumen

Pada penelitian ini instrumen atau alat yang digunakan dalam

pengumpulan data adalah kuisioner yang disebarkan oleh peneliti kepada

masyarakat yang ada di Desa Rogo terutama kepada masyarakat yang

menggunakan daun Tembelekan sebagai obat tradisional.

3.6 Definisi Operasional

1. Obat tradisional adalah suatu bahan yang berasal dari bahan alam seperti

tumbuhan, mineral, hewan dan sediaan sarian yang secara turun temurun

telah lama digunakan sebagai obat untuk mengobati berbagai macam

penyakit oleh masyarakat berdasarkan kepercayaan serta cara

pengolahannyapun masih sangat sederhana.

2. Pengetahuan adalah segala sesuatu yang dikteahui maupun dipahami oleh

masyarakat mengenai daun Tembelekan sebagai obat tradisional yang

digunakan dalam pengobatan berbagai penyakit.

3.7 Alur Penelitian

Persiapan Penelitian

Surat pengantaran dari kampus


Akfar Bina Farmasi Palu

Pengumpulan dan Analisis Data

Pembahasan

Kesimpulan dan Saran


33

3.8 Pengumpulan Data

3.8.1 Data Primer

Data primer yaitu data yang diperoleh langsung dari responden

dengan bantuan kuesioner yang telah diuji validitas dan reliabilitasnya.

Kuesioner pengetahuan dalam penelitian ini berisi 15 pernyataan tentang

daun tembelekan sebagai obat tradisional, yang terdiri dari 10 pernyataan

positif (Nomor 1, 4, 5, 6, 7, 9, 10, 11, 12 dan 14) dan 5 pernyataan negatif

(Nomor 2, 3, 8, 13 dan 15). Pemberian skor pada jawaban kuesioner yang

pernyataan positif yaitu skor 1 jika pilihan jawabannya benar dan skor 0 jika

yang pilihan jawabannya salah. Untuk pernyataan negatif yaitu skor 1 jika

pilihan jawabannya salah dan skor 0 jika pilihan jawaban benar.

3.8.2 Data Sekunder

Data sekunder yaitu data yang diperoleh dari Kantor Desa Rogo

dan data-data lain yang termuat dalam daftar pustaka.

3.9 Pengolahan Data

Sebelum dilakukan analisis data maka data yang telah diperoleh

diolah dengan tahap sebagai berikut (Sugiyono, 2016):

1. Editing: Mengedit adalah memeriksa daftar pertanyaan yang telah

diserahkan oleh pengumpulan data. Tujuan dari editing adalah untuk

mengurangi kesalahan atau kekurangan yang ada dalam daftar pertanyaan

yang sudah diselesaikan sampai sejauh mungkin.


34

2. Coding: Yang dimaksud dengan coding adalah mengklasifikasikan jawaban-

jawaban dari responden ke dalam kategori-kategori, biasanya klasifikasi

dilakukan dengan cara memberi tanda/kode berbentuk angka pada masing-

masing jawaban.

3. Tabulating: Tabulasi adalah pekerjaan membuat tabel, jawaban-jawaban

yang sudah diberi kode kategori jawaban kemudian dimasukkan dalam tabel

4. Entry Data: Memasukkan data ke komputer kemudian dianalisa

5. Cleaning: Yaitu membersihkan data dengan melihat variabel-variabel yang

digunakan apakah data-data sudah benar atau belum.

3.10 Analisis Data

Untuk memperoleh data, sebelumnya mengukur alat ukur dengan cara

membagikan kuisioner kepada 30 responden terlebih dahulu, lalu dilakukan

uji validitas dan uji reliabilitas. Uji validitas bertujuan untuk memastikan

bahwa item pertanyaan dalam instrumen dapat mencakup keseluruhan isi

serta tidak menyimpang dari tujuan pengukuran, lalu dilakukan uji reliabilitas

bertujuan untuk mengukur sejauh mana suatu alat ukur dapat dipercaya

(Muninjaya, 2015), menggunakan SPSS. Selanjutnya data yang sudah

didapatkan dianalisis menggunakan analisis univariat terhadap tiap variabel

agar diperoleh hasil dalam bentuk persentase dengan menggunakan rumus:

f
p= x 100 %
n

Ket:

p = persentase

f = jumlah responden yang memiliki kategori rendah dan tinggi


35

n = banyaknya responden

3.11 Penyajian Data

Hasil penelitian data-data dalam penelitian ini disajikan dalam bentuk

tabel dan narasi.


DAFTAR PUSTAKA

Adillah, I.W.F. 2022. Uji Daya Hambat Sari Daun Tembelekan (Lantana camara
L.) Terhadap Bakteri Salmonella Thypi. KTI. Poltekes. Kendari.

Agus, A. 2016. Tanaman obat Indonesia. Salemba Medika. Jakarta.

Ajitha, B., Kumar, Y.A., Shameer, S., Rajesh, K.M., Suneetha, Y & Reddy, P.S.
2015. Lantana Camara Leaf Extract Mediated Silver Nanoparticles. J.
Photochemical. Vol. 149. No. 11. h.84-92

Dewoto, H.R. 2017. Pengembangan Obat Tradisional Indonesia Menjadi


Fitofarmaka. Majalah Kedokteran Indonesia. Vol. 57 No. 7. h. 205-211.

Dharma, A. P. 2018. Tanaman Obat Tradisional Indonesia. BalaiPustaka. Jakarta.

Djauhariya, E & Hernani. 2017. Tanaman Berkhasiat Obat. PenebarSwadaya.


Jakarta.

Gunawan & Mulyani, S. 2016. Ilmu Obat Alam (Farmakognosi). Penebar


Swadaya. Jakarta

Hakim, L. 2016. Etnobotani dan Manajemen Kebun-Pekarangan Rumah:


Ketahanan Pangan, Kesehatan, dan Agrowisata. Selaras. Malang.

Hariana, A. 2016. Tumbuhan Obat dan khasiatnya. Jakarta. Penebar Swadaya.

Hariana, A. 2018. Tumbuhan Obat dan Khasiatnya. Penebar Swadaya. Jakarta.

Harini, M.S. 2016. Kamus Penyakit dan Tumbuhan Obat Indonesia. Pustaka
Populer Obor. Jakarta.

Irianto, K. 2016 Bakteriologi Medis, Nikologi Medis dan Virology Medis. CV.
Alfabeta. Bandung.

Ismiyana, F. 2018. Gambaran Penggunaan Obat Tradisional Untuk Pengobatan


Sendiri Pada Masyarakat di Desa Jimus Polanharjo Klaten. Universitas
Muhammadiyah. Surakarta

Jumiati & Andarias, S.H. 2021. Morfologi Kelompok Tembelekan (Lantana


Camara L.) di Wilayah Kepulauan Buton. Jurnal Ilmiah Universitas
Muhammadiyah Buton, Vol. 7. No. 1. h.1-7.

36
Katno & Pramono, S. 2016. Tingkat Manfaat dan Keamanan Tanaman
ObatTradisional. Fakultas Farmasi Universitas Gajah Mada. Yogyakarta.

Kemenkes RI. 2018. 100 Top Tanaman Obat Indonesia. Kementrian Kesehatan
RI. Jakarta.

Leboe, D,W., Ningsi, S & Annur, M. 2015. Uji Aktivitas Mukolitik Ekstrak
Etanol Daun Tembelekan (Lantana Camara Linn.) Secara In Vitro. JF
FIKUINAM. Vol. 3. No. 1. h. 22-26

Misnajiarly & Djajaningrat, H. 2016. Mikrobiologi Untuk Klinik dan


Laboratorium. PT Rineka Cipta. Jakarta.

Muktadira, U., Wicaksono, S & Hartati. 2018. Uji Aktivitas Ekstrak Etanol Daun
Tembelekan (Lantana Camara L.) terhadap Pertunbuhan Bakteri
Salmonella Typhi. Medula. Vol. 5. No. 2. h. 464-470.

Muninjaya. 2015. Metode Penelitian Bidang Kesehatan. EGC. Jakarta.

Nainggolan, M. 2019. Gambaran Tingkat Kepercayaan Masyarakat terhadap


Penggunaan Obat Tradisional dan Obat Kimia Sintesis di Desa Siantar
Tonga-tonga I Kecamatan Siantar Narumonda. Jurusan Farmasi Politeknik
Kesehatan Kemenkes Medan. Universitas Sumatera Utara. Medan.

Notoatmodjo, S. 2018. Ilmu Perilaku Kesehatan. Rineka Cipta. Jakarta

Notoatmojo, S. 2018. Metode Penelitian Kesehatan. PT Rineka Cipta. Jakarta.

Nurlatifah, S.A., Mulqie, L & Hazar, S. 2021. Potensi Daun Saliara (Lantana
camara L.) sebagai Antibakteri terhadap Bakteri Patogen. Spesia. Vol. 6.
No. 2. h. 109-121

Nurshulaiha, S.T., Dini, I & Danial, M. 2019. Isolasi dan Identifikasi Senyawa
Metabolit Sekunder Ekstrak Kloroform Daun Tembelekan (L. Camara
Linn.) dan Uji Potensi Sebagai Senyawa Antibakteri Alami. Universitas
Negeri Makasar. Makasar.

Nurwening, W. 2017. Pemanfaatan Poli Obat Tradisional Indonesia di RSUD Dr


Soetomo Surabaya. Fakultas Kesehatan Masyarakat Universita Indonseia.
Jakarta.

Oktora, L. 2018. Pemanfaatan Obat Tradisional dengan Pertimbangan Manfaat


dan Khasiatnya. Majalah Ilmu Kefarmasian. Vol. 3. No.1. p. 1-7

37
PERMENKES No. 007 Tahun 2012

PERMENKES Republik Indonesia No. 007 Tahun 2012 tentang Registrasi Obat
Tradisional

Rahayuda, I.G.S. 2016. Identifikasi Jenis Obat Berdasarkan Gambar Logo Pada
Kemasan Menggunakan Metode Naice Bayes. Oajis. Vol. 6. No.1. p. 17–32.

Rijai, L. 2018. Potensi Tumbuhan Tembelekan (Lantana camara Linn)Sebagai


Sumber Bahan Farmasi Potensial. J. Trop. Pharm. Chem. Vol. 2. No.4. p.
204-210

Sari, L.O.R.K. 2017. Pemanfaatan Obat Tradisional dengan Pertimbangan


Manfaat dan Keamananannya. Pharm.Sci.Res. Jakarta.

Satyal P, Crouch RA, & Monzote L. 2016. The Chemical Diversity of Lantana
Camara: Analyses of Essential Oil Samples from Cuba, Nepal, and Yemen.
National Library of Medicine. Vol. 13. No.3. h.336-342

Saxena, M., Saxena, J & Khare, S. 2018. A brief review on: Therapeutical
valuesof Lantana camara plant. International Journal Of Pharmacy & Life
Sciences (IJPLS). Vol. 3. No. 3. h. 1551-1554

Sugiyono. 2016. Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif


Kualitatifdan R&D. CV Alfabeta. Bandung.

Undang-Undang Nomor 36 tahun 2009 tentang Kesehatan

Wahyuningrum, R., Genatrika, E & Pahalawati, I.N. 2021. Aktivitas Antimikroba


dan Antioksidan Ekstrak dan Fraksi DaunTembelekan (Lantana camara L.).
Jurnal Farmasi Udayana. Vol. 10. No. 1. h. 107-116

Werner, D., Thuman, C., Maxwell, J. 2016. Apa Yang Anda Kerjakan Bila
TidakAda Dokter. Yayasan Essentia Medica. Yogyakarta

Widayatun. T. R. 2019. Ilmu Perilaku. CV. Sagung Seto. Jakarta.

World Health Organization (WHO). 2016. WHO Traditional Medicine Strategy.


World Heal Organ. USA.

38
PERMOHONAN MENJADI RESPONDEN

Kepada Yth:
Calon Responden.....

Dengan Hormat,
Yang bertanda tangan di bawah ini adalah Mahasiswa Akademi Farmasi
Bina Farmasi:
Nama : Moh. Arif M. Saleh
No Stambuk : F 020 010
Akan melakukan penelitian dengan judul: “Evaluasi Pengetahuan
Masyarakat Desa Rogo Tentang Daun Tembelekan Sebagai Obat Tradisional”.
Penelitian ini tidak menimbulkan akibat yang merugikan bagi Bapak/Ibu sebagai
Responden. Kerahasiaan informasi yang diberikan akan dijaga dan hanya
digunakan untuk kepentingan penelitian. Jika Bapak/Ibu tidak bersedia menjadi
responden, maka tidak ada ancaman bagi Bapak/Ibu. Jika Bapak/Ibu telah menjadi
responden dan terjadi hal-hal yang merugikan, maka Bapak/Ibu diperbolehkan
mengundurkan diri untuk tidak berpartisipasi dalam penelitian ini. Apabila
Bapak/Ibu menyetujui, maka saya mohon kesediaan Bapak/Ibu untuk menanda
tangani lembar persetujuan dan menjawab pertanyaan-pertanyaan yang saya
sertakan pada surat ini.
Atas perhatian dan kesediaan Bapak/Ibu sebagai responden, saya ucapkan
terima kasih.

Peneliti,

Moh. Arif M. Saleh


F 020 010
PERNYATAAN PERSETUJUAN MENJADI RESPONDEN

Saya yang bertanda tangan di bawah ini:

No. Responden :
Tanggal :

Bersedia berpartisipasi sebagai responden dalam penelitian yang dilakukan

oleh Moh. Arif M. Saleh, Mahasiswa Akademi Farmasi Bina Farmasi, sampai

dengan berakhirnya masa penelitian yang dimaksud.

Bersedia memberikan informasi yang dibutuhkan dalam penelitian sesuai

dengan kondisi yang sesungguhnya.

Demikian pernyataan persetujuan ini saya buat dalam keadaan sadar dan

tidak sedang dalam paksaan siapapun dan untuk dapat dipergunakan sebagaimana

mestinya.

Rogo, 2023

Responden,
KUISIONER

EVALUASI PENGETAHUAN MASYARAKAT DESA ROGO


TENTANG DAUN TEMBELEKAN SEBAGAI
OBAT TRADISIONAL

A. Identitas Responden

1. Nama Responden :

2. Umur Responden :

3. Jenis Kelamin :

4. Pekerjaan :

5. Pendidikan Terakhir :

B. Petunjuk Pengisian

1. Pilihlah yang menurut anda benar/sesuai dan beri tanda (√)

2. Jawaban diisi sendiri tidak boleh diwakili

No Pernyataan Benar Salah


Daun Tembelekan memiliki banyak khasiat yang
1.
baik untuk kesehatan
Tidak ada kandungan bercaun pada tanaman
2.
Tembelekan
Selain daun, buah Tembelekan juga baik untuk
3.
dijadikan obat tradisional
Tanamana Tembelekan dapat dimanfaatkan
4.
untuk menurunkan demam
Menghilangkan rasa nyeri merupakan salah satu
5.
khasiat dari tanaman Tembelekan
Tanaman Tembelekan juga baik digunakan
6.
untuk menghentikan pendarahan
Daun Tembelekan bermanfaat dalam
7. menyembuhkan berbagai penyakit kulit seperti
jamur kulit
Penggunaan daun Tembelekan dalam
8.
pengobatan tradisional tidak dibatasi dosisnya
Memanfaatkan Tembelekan untuk pengobatan
9.
bisa dengan cara merebus daunnya
Daun Tembelekan juga bisa diseduh untuk
10.
merasakan manfaatnya
Jika digunakan sebanyak-banyaknya dan
11. sesering mungkin, kandungan yang ada pada
Tembelekan tidak akan membahayakan tubuh
12. Menggunakan obat tradisional harus tepat dosis
Obat tradisional lebih baik digunakan dari pada
13
obat modern karena tidak ada efek sampingnya
Lebih baik mencari tahu di internet mengenai
14 khasiat dan dosis tepat mengenai tanaman obat
terlebih dahulu sebelum menggunakannya
Menggunakan obat tradisional seperti
Tembelekan tidak akan mengancam nyawa
15
walaupun digunakan secara berlebihan atau asal-
asalan

Anda mungkin juga menyukai