Anda di halaman 1dari 136

FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PEMBERIAN

IMUNISASI PADA BAYI DI DESA MARTAJAYA


WILAYAH UPT PUSKESMAS PASANGKAYU 2
KABUPATEN PASANGKAYU

SKRIPSI

Skripsi ini diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana
Kesehatan Masyarakat (S.KM)

YULIANA SUSANTI
P 101 17 122

PEMINATAN BIOSTATISTIK, KB DAN KEPENDUDUKAN


PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT
FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT
UNIVERSITAS TADULAKO
PALU
2023
PERSETUJUAN UJIAN SKRIPSI

Nama : Yuliana Susanti

NIM : P 101 17 122

Judul : Faktor yang Berhubungan dengan Pemberian Imunisasi Pada

Bayi di Desa Martajaya Wilayah UPT Puskesmas Pasangkayu

2 Kabupaten Pasangkayu

Skripsi ini telah kami setujui untuk selanjutnya melakukan ujian skripsi sebagai salah

satu syarat dalam menempuh ujian akhir pada Fakultas Kesehatan Masyarakat.

Palu, 15 Desember 2022

Mengetahui, Pembimbing
Program Studi Kesehatan Masyarakat
Fakultas Kesehatan Masyarakat
Universitas Tadulako
Koordinator,

(Lusia Salmawati, S.KM., M.Sc) (Sitti Radhiah, S.KM., M.Kes)


NIP. 198308292008122004 NIP. 197210142000032002

ii
PENGESAHAN TIM PENGUJI

Nama : Yuliana Susanti

NIM : P10117122

Program Studi : Kesehatan Masyarakat

Judul : Faktor yang Berhubungan dengan Pemberian Imunisasi Pada Bayi di


Desa Martajaya Wilayah UPT Puskesmas Pasangkayu 2 Kabupaten
Pasangkayu

Skripsi ini telah dipertahankan dihadapan Tim Penguji Skripsi Fakultas Kesehatan
Masyarakat pada tanggal 19 Desember 2022.

TIM PENGUJI

Ketua : Sitti Radhiah, S.KM., M.Kes (...............................................)

Anggota : Bertin Ayu Wandira, S.KM., M.Kes (...............................................)

Rahma Dwi Larasati, S.KM., M.Kes (...............................................)

Mengetahui,
Fakultas Kesehatan Masyarakat
Universitas Tadulako
Dekan

Prof. Dr. Nurdin, M.Si., M.Kes


NIP. 196703041993031002

iii
PERNYATAAN SKRIPSI

Nama : Yuliana Susanti

NIM : P 101 17 122

Judul : Faktor yang Berhubungan dengan Pemberian Imunisasi Pada Bayi di Desa
Martajaya Wilayah UPT Puskesmas Pasangkayu 2 Kabupaten Pasangkayu

Skripsi ini telah dipertahankan pada ujian skripsi tanggal 19 Desember 2022 dan
disetujui untuk diperbanyak sebagai salah satu syarat untuk mendapatkan gelar
Sarjana Kesehatan Masyarakat (S.KM) pada Fakultas Masyarakat.

Palu, 25 Januari 2023

Mengetahui Pembimbing
Program Studi Kesehatan Masyarakat
Fakultas Kesehatan Masyarakat
Universitas Tadulako
Koordinator,

(Dr. Arwan, S.KM., M.Kes) (Sitti Radhiah, S.KM., M.Kes)


NIP. 197911172009121001 NIP. 197210142000032002

iv
PERNYATAAN TIDAK MELAKUKAN PLAGIAT

Yang bertandatangan di bawah ini :

Nama : Yuliana Susanti

NIM : P 101 17 122

Program Studi : Kesehatan Masyarakat

Judul : Faktor yang Berhubungan dengan Pemberian Imunisasi Pada Bayi

di Desa Martajaya Wilayah UPT Puskesmas Pasangkayu 2

Kabupaten Pasangkayu.

dengan ini menyatakan bahwa dalam penelitian ini bebas dari segala bentuk plagiat.

Apabila dikemudian hari terbukti saya melakukan Tindakan plagiat, maka saya

bersedia menerima sanksi sesuai peraturan yang berlaku.

Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenar-benarnya.

Palu, 25 Januari 2023

Penulis,

Yuliana Susanti
(NIM : P10117122)

v
KATA PENGANTAR

Haleluya…. Segala puji syukur bagi Yesus Kristus, Tuhan dan Juruselamat
kita, dengan pertolongan dan berkat kuasa-Nya yang selalu menuntun sehingga
penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul “Faktor yang Berhubungan
dengan Pemberian Imunisasi Pada Bayi di Desa Martajaya Wilayah UPT
Puskesmas Pasangkayu 2 Kabupaten Pasangkayu”. Skripsi ini disusun sebagai
salah satu syarat dalam penyelesaian program strata-1 (S1), di Fakultas Kesehatan
Mayarakat, Universitas Tadulako.
Dalam proses penyelesaian skripsi ini bukanlah suatu hal yang mudah untuk
dilewati. Penulis telah menghadapi dan melalui berbagai kesulitan serta hambatan
yang menyita banyak waktu, biaya, tenaga dan pikiran. Namun, berkat usaha, doa,
semangat, bantuan, dorongan dan motivasi yang besar kepada penulis sehingga
kendala dalam proses penyelesaian skripsi ini dapat teratasi.
Penulis mengucapkan terima kasih yang terdalam untuk kedua orang tua
penulis atas cinta, doa, semangat dan dukungan moril maupun materil yang diberikan
kepada penulis. Terima kasih kepada Ayah I Nyoman Sudiana dan Ibu Ni Made
Sutarmi untuk semua yang telah dilakukan demi penulis.
Secara khusus penulis ingin menyampaikan terima kasih kepada Ibu Sitti
Radhiah, S.KM., M.Kes selaku pembimbing yang dengan penuh kesabaran
memberikan arahan, bimbingan, petunjuk dan saran, serta dorongan agar penulis
menyelesaikan skripsi ini tepat pada waktunya.
Selain itu pada kesempatan ini, penulis juga mengucapkan terima kasih dan
penghargaan yang sama kepada:
1. Bapak Prof. Dr. Ir. H. Mahfudz., M.P, selaku Rektor Universitas Tadulako.
2. Bapak Prof. Dr. Nurdin Rahman, M.Si., M.Kes, selaku Dekan Fakultas Kesehatan
Masyarakat.
3. Bapak Dr. Muhammad Ryman Napirah, S.KM., M.Kes, selaku Wakil Dekan
Bidang Akademik Fakultas Kesehatan Masyarakat dan selaku Dosen Wali
Akademik.

vi
4. Ibu Dr. Rasyika Nurul Fadjriah, S.KM., M.Kes, selaku Wakil Dekan Bidang
Umum dan Keuangan Fakultas Kesehatan Masyarakat.
5. Bapak Herman, S.KM., M.Med.Ed, selaku Wakil Dekan Bidang Kemahasiswaan
Fakultas Kesehatan Masyarakat.
6. Bapak Dr. Arwan, S.KM., M.Kes, selaku Koordinator Program Studi Kesehatan
Masyarakat Fakultas Kesehatan Masyarakat
7. Ibu Sitti Radhiah, S.KM., M.Kes selaku Dosen Pembimbing. Terima kasih atas
kritik, saran dan waktu yang telah diberikan kepada penulis.
8. Ibu Bertin Ayu Wandira, S.KM., M.Kes dan Ibu Rahma Dwi Larasati, S.KM.,
M.Kes selaku Dosen Penguji. Terima kasih atas kritik, saran dan waktu yang telah
diberikan kepada penulis.
9. Seluruh Dosen Pengajar dan Staf Administrasi dalam lingkungan Fakultas
Kesehatan Masyarakat. Terima kasih atas ilmu serta bimbingan dan arahan yang
telah diberikan kepada penulis selama menempuh perkuliahan.
10. Kepala UPT Puskesmas Pasangkayu 2 Ibu drg. Sitti Mahbuba, S.Kg, Ibu Ni Made
Anita Riani, S.KM selaku Penanggung Jawab Tata Usaha dan Ibu Ni Wayan
Yastriani, A.Md. Kep selaku Koordinator Imunisasi. Terima kasih karena telah
membantu penulis untuk mendapatkan informasi dan data yang diperlukan dalam
menyusun skripsi.
11. Keluarga Besar Penulis. Terima kasih bantuan dan dukungannya selama masa
perkuliahan
12. Saudari Pince, Christi, Priska dan Saudara Stenli. Terima kasih telah menjadi
sahabat sekaligus keluarga serta terima kasih atas semua dukungan, motivasi serta
kerja sama yang baik selama menempuh perkuliahan.
13. Keluarga besar PERMATA UNTAD. Terima kasih telah menjadi rumah sekaligus
keluarga bagi penulis untuk menambah ilmu rohani, menambah pengalaman
dalam pelayanan dan menjadikan penulis sebagai manusia yang bertanggung
jawab di hadapan Tuhan.
14. Teman-teman VERTINI7Y, Kelas B dan Kelas Biostatistik, KB dan
Kependudukan 2017. Terima kasih atas semua dukungan, motivasi serta kerja
sama yang baik selama menempuh perkuliahan dari tahun 2017 sampai sekarang.

vii
15. Almamater yang sangat kubanggakan Universitas Tadulako.
16. Terakhir, penulis hendak mengucapkan terima kasih kepada orang-orang yang
turut bersukacita atas keberhasilan penulis menyelesaikan skripsi ini yang tidak
dapat penulis cantumkan namanya satu per satu.
Semoga ketulusan dan kebaikan yang telah diberikan kepada penulis dapat
menjadi berkat bagi kita semua. Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari
kesempurnaan dan tidak lepas dari berbagai kekurangan. Semua ini didasarkan dari
keterbatasan yang dimiliki penulis.
Penulis juga mengharapkan kritik dan saran dari semua pihak yang bersifat
membangun demi kesempurnaan dan perbaikannya, sehingga akhirnya skripsi ini
dapat memberikan manfaat bagi bidang pendidikan khususnya dalam bidang
kesehatan serta bisa dikembangkan lagi lebih lanjut.
Akhir kata, semoga Tuhan Yesus menjadikan skripsi ini bermanfaat dan
mengampuni semua kesalahan penulis dalam menyusun. Amin.

Palu, 25 Januari 2023

Penulis

viii
ABSTRAK

YULIANA SUSANTI. Faktor yang Berhubungan dengan Pemberian Imunisasi Pada


Bayi di Desa Martajaya Wilayah UPT Puskesmas Pasangkayu 2 Kabupaten
Pasangkayu (di bawah bimbingan Sitti Radhiah)

Peminatan Biostatistik, KB dan Kependudukan


Program Studi Kesehatan Masyarakat
Fakultas Kesehatan Masyarakat
Universitas Tadulako

Cakupan imunisasi menurun di sebagian besar negara-negara miskin di dunia.


Pada tahun 2015 cakupan global untuk 6 vaksin program nasional yaitu BCG, DPT,
polio, campak turun sampai 75%. Data WHO tahun 2017 cakupan vaksinasi
menunjukkan sekitar 1 dari 10 bayi di seluruh dunia tidak diimunisasi, tidak
menerima bahkan dosis vaksin pertama. Menurut laporan hasil cakupan imunisasi
dasar di Desa Martajaya pada tahun 2018 yaitu 84,4%, tahun 2019 yaitu 90,5%,
tahun 2020 yaitu 89,6% dan tahun 2021 (Januari-Mei) yaitu 37,5%. Tujuan
penelitian ini untuk mengetahui faktor yang berhubungan dengan pemberian
Imunisasi pada bayi di Desa Martajaya Wilayah UPT Puskesmas Pasangkayu 2
Kabupaten Pasangkayu. Jenis penelitian analitik dengan pendekatan Cross sectional.
Populasi adalah semua ibu yang memiliki anak balita berusia ≤ 1 tahun yaitu
sebanyak 48 orang dengan menggunakan teknik total sampling. Data dianalisis
dengan univariat dan bivariat menggunakan uji chi-square dengan nilai α ≤ 0,05.
Hasil penelitian bahwa variabel pengetahuan (p=0,000), sikap (p=0,000), dukungan
keluarga (p=0,000) dan ketersediaan sumber daya kesehatan (p=0,001) berhubungan
dengan pemberian imunisasi pada bayi di Desa Martajaya. Disarankan kepada pihak
puskesmas juga terutama kader posyandu agar lebih aktif untuk memotivasi ibu bayi
untuk datang ke pelayanan kesehatan seperti posyandu atau bisa langsung
mendatangi rumah bayi yang terhalang karena akses ke puskesmas/posyandu yang
tidak memadai.

Kata Kunci : Bayi, Imunisasi

ix
DAFTAR ISI

Halaman

PERSETUJUAN UJIAN SKRIPSI..................................................................... ii


PENGESAHAN TIM PENGUJI........................................................................ iii
PERNYATAAN SKRIPSI.................................................................................. iv
PERNYATAAN TIDAK MELAKUKAN PLAGIAT....................................... v
KATA PENGANTAR........................................................................................ vi

x
ABSTRAK.......................................................................................................... ix
ABSTRACT........................................................................................................ x
DAFTAR ISI....................................................................................................... xi
DAFTAR TABEL...............................................................................................xiii
DAFTAR GAMBAR..........................................................................................xiv
DAFTAR LAMPIRAN....................................................................................... xv
DAFTAR SINGKATAN, ISTILAH DAN ARTI LAMBANG..........................xvi
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang ................................................................................ 1
1.2 Rumusan Masalah ........................................................................... 9
1.3 Tujuan Penelitian ............................................................................ 10
1.3.1 Tujuan Umum ........................................................................ 10
1.3.2 Tujuan Khusus ....................................................................... 10
1.4 Manfaat Penelitian ........................................................................... 10
1.4.1 Manfaat Teoritis ..................................................................... 10
1.4.2 Manfaat Praktis ...................................................................... 10
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Imunisasi ......................................................................................... 12
2.2 Pengetahuan..................................................................................... 21
2.3 Sikap ................................................................................................ 24
2.4 Dukungan Keluarga ......................................................................... 27
2.5 Tenaga Kesehatan ........................................................................... 28
2.6 Faktor yang berhubungan dengan pemberian imunisasi pada bayi.. 30
2.7 Kerangka Teori ................................................................................ 33
BAB 3 KERANGKA KONSEP
3.1 Dasar Pemikiran Variabel yang Diteliti........................................... 34
3.2 Alur Kerangka Konsep..................................................................... 34
3.3 Defenisi Operasional dan Kriteria Obyektif..................................... 35
3.4 Hipotesis Penelitian ......................................................................... 36
BAB 4 METODE PENELITIAN
4.1 Jenis Penelitian ................................................................................ 37
4.2 Lokasi dan Waktu Penelitian ........................................................... 37
4.3 Populasi dan Sampel........................................................................ 37
4.3.1 Populasi .................................................................................. 37
4.3.2 Sampel .................................................................................... 37
4.4 Pengumpulan Data .......................................................................... 37
4.4.1 Data Primer ............................................................................ 38
4.4.2 Data Sekunder ........................................................................ 38
4.5 Analisis Data ................................................................................... 39
4.5.1 Analisis Univariat ................................................................... 39
4.5.2 Analisis Bivariat ..................................................................... 39
4.6 Penyajian Data.................................................................................. 40
BAB 5 HASIL DAN PEMBAHASAN
5.1 Hasil................................................................................................. 41
5.2 Pembahasan...................................................................................... 52
5.3 Keterbatasan Penelitian.................................................................... 76

xi
BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN
6.1 Kesimpulan...................................................................................... 77
6.2 Saran................................................................................................. 77
DAFTAR PUSTAKA......................................................................................... 79
LAMPIRAN
DAFTAR RIWAYAT HIDUP PENELITI

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman
Tabel 2.1 Standar ketenagaan puskesmas menurut Permenkes 75 tahun
2014 ............................................................................................

xii
Tabel 5.1 Luas wilayah, jumlah desa/kelurahan, jumlah penduduk,
jumlah rumah tangga dan kepadatan penduduk di wilayah kerja
UPT Puskesmas Pasangkayu 2 Kabupaten Pasangkayu ............
Tabel 5.2 Cakupan imunisasi di UPT Puskesmas Pasangkayu 2 ...............
Tabel 5.3 Jumlah tenaga kesehatan di fasilitas kesehatan UPT Puskesmas
Pasangkayu 2 ..............................................................................
Tabel 5.4 Distribusi responden menurut kelompok umur di Desa
Martajaya wilayah UPT Puskesmas Pasangkayu 2 Kabupaten
Pasangkayu………………………..............................................
Tabel 5.5 Distribusi responden menurut pendidikan di Desa Martajaya
wilayah UPT Puskesmas Pasangkayu 2 Kabupaten Pasangkayu
Tabel 5.6 Distribusi responden menurut pekerjaan di Desa Martajaya
wilayah UPT Puskesmas Pasangkayu 2 Kabupaten Pasangkayu
Tabel 5.7 Distribusi responden menurut pengetahuan di Desa Martajaya
wilayah UPT Puskesmas Pasangkayu 2 Kabupaten Pasangkayu
Tabel 5.8 Distribusi responden menurut sikap di Desa Martajaya wilayah
UPT Puskesmas Pasangkayu 2 Kabupaten Pasangkayu ………
Tabel 5.9 Distribusi responden menurut dukungan keluarga di Desa
Martajaya wilayah UPT Puskesmas Pasangkayu 2 Kabupaten
Pasangkayu .…………………………………………………....
Tabel 5.10 Distribusi responden menurut ketersediaan sumber daya
kesehatan di Desa Martajaya wilayah UPT Puskesmas
Pasangkayu 2 Kabupaten Pasangkayu ………………......……..
Tabel 5.11 Distribusi responden menurut pemberian imunisasi pada bayi
di Desa Martajaya wilayah UPT Puskesmas Pasangkayu 2
Kabupaten Pasangkayu ………………………………...............
Tabel 5.12 Hubungan pengetahuan dengan pemberian imunisasi di Desa
Martajaya wilayah UPT Puskesmas Pasangkayu 2 Kabupaten
Pasangkayu …………………………………………………….
Tabel 5.13 Hubungan sikap dengan pemberian imunisasi di Desa
Martajaya wilayah UPT Puskesmas Pasangkayu 2 Kabupaten
Pasangkayu …………………………………………………….
Tabel 5.14 Hubungan dukungan keluarga dengan pemberian imunisasi di
Desa Martajaya wilayah UPT Puskesmas Pasangkayu 2
Kabupaten Pasangkayu ……………...........................................
Tabel 5.15 Hubungan ketersediaan sumber daya kesehatan dengan
pemberian imunisasi di Desa Martajaya wilayah UPT
Puskesmas Pasangkayu 2 Kabupaten Pasangkayu …………….

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

xiii
Gambar 2.1 Kerangka Teori........................................................................ 33
Gambar 3.1 Alur Kerangka Konsep Penelitian........................................... 35

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 : Jadwal Penelitian

xiv
Lampiran 2 : Tabel Sintesa
Lampiran 3 : Permohonan Menjadi Responden
Lampiran 4 : Pernyataan Persetujuan Menjadi Responden
Lampiran 5 : Kuesioner
Lampiran 6 : Master Tabel Penelitian
Lampiran 7 : Hasil Olah Data
Lampiran 8 : Surat Permohonan Izin Studi Pendahuluan
Lampiran 9 : Surat Permohonan Izin Penelitian
Lampiran 10 : Surat Pernyataan Telah Menyelesaikan Penelitian
Lampiran 11 : Foto Dokumentasi Penelitian
Lampiran 12 : Daftar Riwayat Hidup

DAFTAR SINGKATAN, ISTILAH DAN ARTI LAMBANG

Simbol/Singkatan Arti Simbol/Singkatan


% Satuan Persen

xv
= Sama Dengan
< Kurang Dari
≥ Sama Dengan atau Lebih Dari
Penyakit Yang Dapat Dicegah Dengan
PD3I
Imunisasi
WHO World Health Organization
UNICEF United Nations Children's Fund
BCG Bacillus Calmette-Guérin.
DPT Difteri, Pertusis, Dan Tetanus
ISPA Infeksi Saluran Pernapasan Akut
RI Republik Indonesia
IDL Imunisasi Dasar Lengkap
UCI Universal Child Immunization
DKI Daerah Khusus Ibukota
UPT Unit Pelaksana Teknis
PPI Program Pengembangan Imunisasi
EPI Extended Program on Immunization
CC Cubic Centimeter
SD Sekolah Dasar
HbsAg Hepatitis B Surface Antigen
PID Prefill Injection Device
Dkk Dan kawan-kawan
OR Odds Ratio
HB Hepatitis B

xvi
BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Keluarga merupakan bagian terkecil dari masyarakat yang terdiri dari
kepala keluarga dan anggota keluarga lainnya yang bertempat tinggal di dalam
satu rumah karena adanya hubungan darah maupun ikatan pernikahan, sehingga
terdapat interaksi antara anggota keluarga satu dengan anggota keluarga lainnya,
apabila salah satu dari anggota keluarga memperoleh masalah kesehatan, maka
akan dapat berpengaruh kepada anggota keluarga lainnya. Sehingga keluarga
merupakan fokus pelayanan kesehatan yang strategis karena keluarga
mempunyai peran utama dalam pemeliharaan kesehatan seluruh anggota
keluarga, dan masalah keluarga saling berkaitan, keluarga juga dapat sebagai
tempat pengambil keputusan (decision making) dalam perawatan kesehatan
(Mubarak, 2012).
Program Kesehatan Ibu dan Anak (KIA) merupakan salah satu prioritas
utama pembangunan kesehatan di Indonesia. Program ini bertanggung jawab
terhadap pelayanan kesehatan bagi ibu hamil, ibu bersalin dan bayi neonatal.
Salah satu tujuan program ini adalah menurunkan kematian dan kejadian sakit
pada ibu dan anak melalui peningkatan mutu pelayanan dan menjaga
kesinambungan pelayanan kesehatan ibu dan prenatal di tingkat pelayanan dasar
dan pelayanan rujukan primer (Sistriani, 2014).
Kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi dibidang kesehatan
menghasilkan berbagai penemuan, salah satunya adalah vaksin yang
diimplementasikan melalui program imunisasi. Imunisasi adalah suatu upaya
untuk menimbulkan/meningkatkan kekebalan seseorang secara aktif terhadap
suatu penyakit sehingga bila suatu saat terpajan dengan penyakit tersebut tidak
akan sakit atau hanya mengalami sakit ringan. Imunisasi telah terbukti dapat
mencegah dan mengurangi kejadian sakit, cacat, dan kematian akibat PD3I
(Penyakit Yang Dapat Dicegah Dengan Imunisasi) yang diperkirakan 2 hingga 3
juta kematian tiap tahunnya (Sari & Nadjib, 2019).

1
Anak-anak di sub-Sahara Afrika lebih dari 15 kali lebih mungkin
meninggal sebelum usia lima tahun dibandingkan anak-anak di daerah maju.
Sekitar setengah dari kematian balita terjadi hanya di lima negara Cina, Republik
Demokratik Kongo, India, Nigeria dan Pakistan. India (21%) dan Nigeria (13%)
bersama-sama menyumbang lebih dari sepertiga dari semua kematian balita di
dunia. Peringkat Nigeria, negara ke-2 dengan angka kematian balita yang tinggi
(lembar fakta WHO, 2015). Di Nigeria, lebih 6 juta anak meninggal setiap tahun,
lebih dari separuh kematian dini anak ini disebabkan oleh vaksin kondisi yang
dapat dicegah yang dapat dicegah atau diobati dengan akses yang sederhana dan
terjangkau intervensi seperti lembar fakta WHO Informasi Imunisasi, (2014)
Demikian pula, UNICEF, (2014) menegaskan bahwa antara 21.000-29.000 anak
meninggal setiap hari di Nigeria, itu adalah salah satunya tertinggi di dunia dan
lebih dari 70 persen kematian ini disebabkan oleh vaksin yang dapat dicegah
penyakit seperti malaria, diare, radang paru-paru, campak, difteri, meningitis
serebrospinal, polio, batuk rejan dan masih banyak lagi lainnya (Magaji et al,
2016).
Cakupan imunisasi menurun di sebagian besar negara-negara miskin di
dunia. Pada tahun 2015 cakupan global untuk 6 vaksin program nasional yaitu
BCG, DPT, polio, campak turun sampai 75%. UNICEF juga mengidentifikasi 19
negara terutama di Afrika yang cakupan DPT 3 menurun sampai di bawah 50%.
Di 22 negara lainnya kurang dari 75% anak menerima imunisasi DPT 3. Di
Nigeria cakupan imunisasi seluruhnya bahkan menurun dari 80% pada tahun
2010 menjadi 27% pada tahun 2013. Pada periode yang sama di Republik Kongo
immunisation rate menurun dari 46% menjadi 25%, sedangkan di Togo juga
menurun dari 100% menjadi 54% (Soedibyo, 2017).
Data World Health Organization (WHO) tahun 2017 cakupan vaksinasi
menunjukkan sekitar 1 dari 10 bayi di seluruh dunia tidak diimunisasi, tidak
menerima bahkan dosis vaksin pertama. Delapan negara dengan cakupan
imunisasi yang sangat rendah yaitu kurang dari 50% pada tahun 2016 yaitu
Republik Afrika Tengah, Chad, Guinea Khatulistiwa, Nigeria, Somalia, Sudan
Selatan, Republik Arab Suriah dan Ukraina (Riski et al., 2019).

2
Anak-anak yang belum mendapatkan imunisasi secara lengkap
menyebabkan mereka mudah tertular penyakit berbahaya karena tidak adanya
kekebalan terhadap penyakit tersebut. Data dari Direktorat Pencegahan dan
Pengendalian Penyakit, Kemenkes RI menunjukkan sejak 2014-2016, terhitung
sekitar 1,7 juta anak belum mendapatkan imunisasi atau belum lengkap status
imunisasinya. Di Indonesia pada tahun 2018 Imunisasi Dasar Lengkap (IDL)
mencapai 86,8%, dan perlu ditingkatkan hingga mencapai target 93% di tahun
2019. Universal Child Immunization (UCI) desa yang kini mencapai 82,9% dan
perlu ditingkatkan hingga mencapai 92% di tahun 2019. Di tingkat nasional,
target Imunisasi Dasar Lengkap 91% dan UCI Desa 84% pada akhir tahun 2018.
Cakupan UCI tertinggi ada di Provinsi DKI Jakarta (100%), Bali (100%), Jawa
Tengah (100%), DI Yogyakarta (100%) dan Kepulauan Bangka Belitung
(99,2%). Sementara yang terendah ada di Provinsi Kalimantan Barat (70,7%),
Sulawesi Tenggara (72,2%) dan Nusa Tenggara Timur (76,2%). Sementara
Provinsi Sulawesi Barat dengan persentase 78,0% (Kemenkes RI, 2019).
Bayi dan anak-anak memiliki resiko yang lebih tinggi terserang penyakit
menular yang dapat mematikan, seperti Difteri, Tetanus, Hepatitis B, radang
selaput otak, radang paru-paru, Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA), diare,
pneumonia, dan masih banyak penyakit lainnya. Untuk itu salah satu pencegahan
yang terbaik dan sangat vital agar kelompok beresiko ini terlindungi adalah
melalui imunisasi (Azis & Latief, 2013). Pada saat pertama kali kuman (antigen)
masuk ke dalam tubuh, maka sebagai reaksinya tubuh akan membuat zat anti
yang disebut antibodi. Pada umumnya, reaksi pertama tubuh membentuk
antibodi tidak terlalu kuat, karena tubuh belum mempunyai “pengalaman”.
Tetapi pada reaksi yang ke dua, ketiga dan seterusnya, tubuh sudah mempunyai
memori untuk mengenali antigen tersebut sehingga pembentukan antibodi terjadi
dalam waktu yang cepat dan jumlah yang lebih banyak. Itulah sebabnya, pada
beberapa jenis penyakit yang dianggap berbahaya, dilakukan tindakan imunisasi
atau vaksinasi. Hal ini dimaksudkan sebagai tindakan pencegahan agar tubuh
tidak terjangkit penyakit tersebut, atau seandainya terkena pun, tidak akan
menimbulkan akibat yang fatal (Azis & Latief, 2013).

3
Imunisasi sangat penting untuk tubuh seseorang agar kebal dari penyakit.
Imunisasi menjadi suatu cara untuk meningkatkan kekebalan seseorang secara
aktif terhadap suatu penyakit. Apabila kelak terpapar dengan penyakit tersebut
tidak akan menderita penyakit tersebut karena sistem imun tubuh mempunyai
sistem memori daya ingat, ketika vaksin masuk ke dalam tubuh maka dibentuk
antibodi untuk melawan vaksin tersebut dan sistem memori akan menyimpan
sebagai pengalaman. Tujuan dari pemberian imunisasi adalah untuk memberikan
kekebalan kepada bayi agar dapat mencegah penyakit dan kematian bayi serta
anak yang disebabkan oleh penyakit yang sering berjangkit. Sementara tujuan
umum program imunisasi dasar adalah turunnya angka kesakitan, kecacatan, dan
kematian bayi akibat Penyakit yang Dapat Dicegah Dengan Imunisasi (PD3I)
sedangkan tujuan khusus dari program imunisasi dasar adalah tercapainya
cakupan imunisasi dasar lengkap (Butarbutar, 2018).
Kelengkapan imunisasi dasar mencakup imunisasi hepatitis B diberikan
dalam 12 jam setelah lahir sebanyak 1 kali, BCG sebanyak 1 kali, DPT sebanyak
3 kali, polio sebanyak 4 kali dan campak sebanyak 1 kali sedangkan untuk
imunisasi lanjutan dilakukan pada usia 18 bulan dengan pemberian polio
sebanyak 4 kali dan campak sebanyak 1 kali. Imunisasi BCG dilakukan dengan
memberikan vaksin BCG yang bertujuan memberi kekebalan tubuh terhadap
penyakit tuberkulosis, imunisasi DPT dilakukan dengan pemberian vaksin DPT
dengan tujuan meningkatkan kekebalan terhadap penyakit difteri, pertusis dan
tetanus, hepatitis B dengan memberikan vaksin hepatitis B ke tubuh untuk
melindungi tubuh dari penyakit hepatitis B, imunisasi polio dengan memberikan
vaksin polio (oral) untuk melindungi tubuh terhadap penyakit polio. Imunisasi
campak dengan tindakan memberikan vaksin campak untuk melindungi tubuh
dari penyakit campak.
Hingga kini masih banyak ibu yang tidak rutin membawa anaknya untuk
diimunisasi, bahkan ada anak yang hanya mendapatkan imunisasi satu kali saja.
Hal ini tentu dapat meinumbulkan masalah kesehatan dikemudian hari pada
balita, bahkan dapat menyebabkan kematian. Banyak faktor yang mempengaruhi
tidak terlaksananya kegiatan imunisasi (belum diimunisasinya seorang bayi),

4
antara lain keterlibatan (kinerja) petugas kesehatan dan partisipasi masyarakat
(Sari & Nadjib, 2019).
Padahal imunisasi lengkap pada anak dapat mengurangi morbiditas dan
kematian melalui pemberian vaksin agar infeksi dapat dicegah. Adanya angka
kematian balita yang tinggi di Zimbabwe menyebabkan pemerintah
mengupayakan peningkatan imunisasi di Zimbabwe. Selain itu sangat penting
untuk melakukan studi tentang faktor-faktor yang menghalangi sepenuhnya
imunisasi anak untuk memberikan rekomendasi dalam perumusan kebijakan dan
merancang program implementasi yang diarahkan agar meningkatkan cakupan
imunisasi di negara tersebut (Mukungwa, 2015).
Menurut Lawrence dan Green (2010) faktor risiko perilaku terhadap
kesehatan dipengaruhi oleh tiga faktor utama yaitu predisposing factors atau
faktor karakteristik yang mencakup sosiodemografi (umur, tingkat pendidikan,
pekerjaan, pengetahuan, motivasi, sikap masyarakat terhadap kesehatan, budaya,
tradisi, keyakinan masyarakat, kepercayaan masyarakat, sistem nilai yang dianut
masyarakat, tingkat sosial ekonomi dan pendapatan keluarga), enabling factors
atau faktor pemungkin (ketersediaan sarana dan prasarana, fasilitas pelayanan
kesehatan yang memadai contohnya seperti Puskesmas, klinik, tempat praktek
dokter dan rumah sakit yang pada hakekatnya mendukung untuk mewujudkan
perilaku kesehatan, kemudahan dalam memanfaatkan dan memperoleh sumber
daya kesehatan seperti jarak rumah ke tempat pelayanan kesehatan mudah
dijangkau, kebutuhan individu akan layanan imunisasi, rasa nyaman dengan
kondisi fasilitas) sedangkan reinforcing factor atau faktor penguat/lingkungan
(jumlah anak dalam rumah tangga,peran petugas imunisasi, peran teman, peran
suami dan keluarga, peranan dukun kampung dalam pelayanan persalinan dan
pengobatan, peran tokoh agama, dukungan masyarakat, faktor lingkungan,
budaya masyarakat dan pemajanan informasi yang berhubungan dengan
imunisasi).
Beberapa faktor yang mendominasi ibu tidak rutin membawa anaknya
diimunisasi ialah pengetahuan, sikap dan motivasi. Ibu yang memiliki
pengetahuan kurang tentang imunisasi menyebabkan ibu tidak mengetahui

5
dampak apa yang ditimbulkan jika anak tidak diimunisasi sehingga ibu akan
terlihat cuek atau masa bodoh terhadap pemberian imunisasi pada anak (Sari &
Nadjib, 2019). Nitcher dalam Adebiyi (2013) menyatakan bahwa pengetahuan
orang tua tentang imunisasi masih kurang, dan umumnya pengetahuan yang
mereka miliki adalah salah. Cakupan imunisasi yang rendah merupakan
tantangan pada populasi yang berpenghasilan rendah dan juga populasi yang
banyak, dengan demikian perlu meningkatkan pengetahuan dan kesadaran dari
orang tua, dan meningkatkan keterampilan dan pendidikan petugas kesehatan
(Awino, 2016). Begitu juga dengan sikap, walaupun ibu telah berpengetahuan
baik namun jika sikap ibu kurang baik dalam merespon pemberian imunisasi,
maka ibu akan berkecenderungan tidak membawa anaknya diimunisasi (Sari &
Nadjib, 2019).
Pada penelitian Triana (2016) mengenai “Faktor yang Berhubungan
dengan Pemberian Imunisasi Dasar Lengkap pada Bayi” diperoleh hasil analisis
bivariat bahwa terdapat hubungan antara pengetahuan dengan pemberian
imunisasi dasar lengkap pada bayi dengan p-value = 0,007, terdapat hubungan
antara sikap dengan pemberian imunisasi dasar lengkap pada bayi dengan p-
value = 0,014.
Selain aspek pengetahuan, sikap dan perilaku ibu, dukungan keluarga juga
mempengaruhi cakupan imunisasi dasar lengkap yang diberikan pada anak.
Dalam hal ini dukungan keluarga adalah kunci utama sikap dan perilaku ibu
terhadap imunisasi pada anak. Dukungan keluarga adalah dukungan yang
diberikan oleh anggota keluarga (suami, orang tua dan saudara) sehingga
individu yang diberikan dukungan merasakan bahwa dirinya diperhatikan,
dihargai, dan mendapatkan bantuan dari orang-orang yang berarti serta memiliki
ikatan keluarga yang kuat dengan anggota keluarga lain. Keluarga berfungsi
sebagai penyebar informasi tentang dunia, mencakup memberi nasehat,
petunjuk-petunjuk, saran atau umpan balik (Friedman, 2012).
Kurangnya kesadaran orang tua merupakan kendala utama, sehingga
diperlukan upaya untuk meningkatkan permintaan vaksinasi, agar orang tua
tidak ragu untuk membawa anaknya vaksinasi (Vaidyanathan, 2016). Peran serta

6
orang tua, terutama ibu sebagai pengasuh bayi merupakan aktor/person penentu
pemberian imunisasi pada seorang bayi minimal sampai 9 bulan dan 3
merupakan faktor utama dalam menentukan keberhasilan pelaksanaan program
imunisasi di Indonesia. Hal ini dikarenakan banyaknya isu yang melingkupi
sekaligus menjadi kendala dalam pelaksanaan imunisasi bayi, antara lain: salah
satu efek samping imunisasi (adanya reaksi panas pada badan balita sehingga
bayi atau anak dianggap sakit setelah diimunisasi) sehingga orang tua menolak
membawa anaknya untuk memperoleh imunisasi. Selain faktor isu diatas, faktor
kurangnya pengetahuan, sikap dan perilaku masyarakat terutama ibu bayi
tentang pentingnya imunisasi itu sendiri turut berperan penting dalam
menentukan keberhasilan pelaksanaan imunisasi.
Keputusan orang tua terkait imunisasi mempengaruhi tidak hanya tingkat
dan kepatuhan administrasi secara keseluruhan, tetapi juga dalam kemungkinan
meminimalkan kesalahan yang terkait dengannya. Di antara yang terbesar
kontribusi pengambilan keputusan orang tua adalah praktik mereka dan
pengetahuan umum yang mereka miliki tentang imunisasi. Penelitian ini
bertujuan untuk melakukan review pada literatur terkait faktor penghalang orang
tua yang mempengaruhi keputusan mereka dalam memberikan imunisasi pada
anak (Hussin dan Marzo, 2020).
Pelaksanaan imunisasi tidak terlepas dari peran petugas kesehatan yang
berhubungan langsung baik dengan masyarakat maupun sarana prasarana. Peran
petugas kesehatan dalam program imunisasi meliputi penyusunan perencanaan,
pelaksanaan imunisasi, pengelolaan rantai vaksin, penanganan limbah, standar
tenaga dan pelatihan teknis, pencatatan dan pelaporan, supervisi dan bimbingan
teknis, serta monitoring dan evaluasi (Putri dan Zuiatna, 2018). Lawrence W.
Green (2010) juga menyatakan bahwa ketersediaan dan keterjangkauan sumber
daya kesehatan termasuk tenaga kesehatan yang ada dan mudah dijangkau
merupakan salah satu faktor yang memberi kontribusi terhadap perilaku sehat
dalam mendapatkan pelayanan kesehatan.
Penelitian yang dilakukan oleh Arista & Hozana (2016) tentang
“Hubungan Tingkat Pendidikan, Dukungan Keluarga dan Peran Tenaga

7
Kesehatan dengan Riwayat Pemberian Imunisasi Dasar pada Bayi di Wilayah
Kerja Puskesmas Paal V Kota Jambi” menunjukkan ada hubungan dukungan
keluarga dengan riwayat pemberian imunisasi dasar pada bayi di wilayah kerja
Puskesmas Paal V Kota Jambi Tahun 2016 (p-value = 0,000 < 0,05).
Menurut data UPT Puskesmas Pasangkayu 2 menunjukkan bahwa pada
tahun 2017 cakupan imunisasi dasar (BCG, DPT, Campak, Hepatits B dan Polio)
yaitu 95,4%, tahun 2018 yaitu 93,8%, tahun 2019 yaitu 92,5%, tahun 2020 yaitu
91,2% dan pada tahun 2021 yaitu 96,2%. Cakupan imunisasi tertinggi pada
tahun 2020 terdapat di Desa Gunung Sari yaitu 94,5%, sedangkan yang terendah
ada di Desa Martajaya 89,6%. Menurut laporan hasil cakupan imunisasi dasar di
Desa Martajaya pada tahun 2018 yaitu 84,4%, tahun 2019 yaitu 90,5%, tahun
2020 yaitu 89,6% dan tahun 2021 (Januari-Mei) yaitu 37,5%. Target cakupan
imunisasi dasar lengkap adalah 95%. Setiap bulan selalu diadakan posyandu
pada bayi dan balita di desa-desa yang ada di wilayah kerja UPT Puskesmas
Pasangkayu 2. Jumlah anak usia ≤ 1 tahun yang berada di Desa Martajaya pada
tahun 2021 sebanyak 48 orang (UPT Puskesmas Pasangkayu 2, 2020).
Hasil wawancara awal yang peneliti lakukan pada 10 orang ibu di Desa
Martajaya wilayah kerja di UPT Puskesmas Pasangkayu 2 menunjukkan bahwa
terdapat 7 orang ibu diantaranya yang belum mengetahui bahwa imunisasi dapat
mencegah masalah kesehatan seperti ISPA dan diare. Terdapat 5 orang ibu
diantaranya yang belum mengetahui bahwa imunisasi polio diberikan sebanyak 4
kali. Terdapat 4 orang ibu diantaranya yang merasa tidak perlu membawa anak
untuk diimunisasi jika sedang sibuk. Dilihat dari sikap bahwa terdapat 2 orang
ibu diantaranya yang merasa tidak perlu anak diimunisasi secara lengkap karena
mengingat efek samping dari imunisasi, terdapat 4 orang ibu diantaranya merasa
bahwa tidak perlu membawa anak imunisasi jika ibu sibuk, dan terdapat 6 orang
ibu diantaranya yang merasa pemberian imunisasi tidak perlu secara lengkap
karena dengan mendapatkan ASI, anak sudah terlindungi dari berbagai penyakit.
Dilihat dari motivasi, terdapat 7 orang ibu yang rendah motivasinya dalam
mengimunisasi anaknya karena suami kurang mendukung kegiatan posyandu
mengingat efek samping yang ditimbulkan pada anak, dan terdapat 4 orang ibu

8
diantaranya yang menyatakan bahwa keluarga seperti orang tua tidak
mendukung jika anak harus diberikan imunisasi lengkap, karena menurut
pandangan dan pengalaman mereka anak akan tetap sehat walaupu tidak
diimunisasi secara lengkap. Dari 10 orang ibu tersebut, hanya 7 orang ibu yang
rutin membawa anaknya untuk diimunisasi.
Beberapa ibu yang diwawancarai tersebut masih memiliki pengetahuan
yang minim terhadap imunisasi, bahkan ada yang belum mengetahui secara
lengkap fungsi dari pemberian imunisasi pada anak. Kurangnya pengetahuan ini
berpengaruh pada sikap dari beberapa ibu, dimana ibu kurang merespon dengan
baik pelaksanaan imunisasi yang diadakan oleh tenaga kesehatan, yang pada
akhirnya memicu rendahnya motivasi ibu dalam membawa anaknya diimunisasi.
Motivasi yang rendah ini juga diakibatkan karena tidak adanya dorongan dari
keluarga terutama suami dalam pelaksanaan imunisasi. Selain itu, ibu yang sibuk
mengurus rumah tangga menjadikan ibu tidak memiliki waktu dalam kegiatan
sosialisasi kesehatan, hal ini yang menyebabkan pengetahuan dan sikap ibu
kurang terhadap imunisasi pada anak.
Peneliti memilih Desa Martajaya sebagai tempat penelitian karena
berdasarkan data yang sudah diuraikan di atas bahwa sejak tahun 2018 hingga
2021 cakupan imunisasi dasar di desa ini belum mencapai target. Selain itu pula
didukung dari hasil wawancara awal bersama ibu di Desa Martajaya yang
menunjukkan bahwa adanya permasalahan terkait pengetahuan, sikap dan
dukungan keluarga yang berkaitan dengan imunisasi sehingga hal ini diduga
menjadi penyebab masih ada ibu yang tidak membawa anak untuk diimunisasi.
Berdasarkan uraian latar belakang dan dengan melihat hasil data yang
didapatkan di UPT Puskesmas Pasangkayu 2, peneliti tertarik melakukan
penelitian dengan judul “Faktor yang Berhubungan dengan Pemberian Imunisasi
pada Bayi di Desa Martajaya Wilayah UPT Puskesmas Pasangkayu 2 Kabupaten
Pasangkayu”.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, rumusan masalah dalam penelitian ini
adalah “Faktor apa saja yang berhubungan dengan pemberian imunisasi pada

9
bayi di Desa Martajaya Wilayah UPT Puskesmas Pasangkayu 2 Kabupaten
Pasangkayu?”
1.3 Tujuan Penelitian
Adapun tujuan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
1.3.1 Tujuan Umum
Untuk mengetahui faktor yang berhubungan dengan pemberian
Imunisasi pada bayi di Desa Martajaya Wilayah UPT Puskesmas
Pasangkayu 2 Kabupaten Pasangkayu.
1.3.2 Tujuan Khusus
1. Untuk menganalisis hubungan antara pengetahuan dengan pemberian
imunisasi pada bayi di Desa Martajaya Wilayah UPT Puskesmas
Pasangkayu 2 Kabupaten Pasangkayu.
2. Untuk menganalisis hubungan antara sikap dengan pemberian imunisasi
pada bayi di Desa Martajaya Wilayah UPT Puskesmas Pasangkayu 2
Kabupaten Pasangkayu.
3. Untuk menganalisis hubungan antara dukungan keluarga dengan
pemberian imunisasi pada bayi di Desa Martajaya Wilayah UPT
Puskesmas Pasangkayu 2 Kabupaten Pasangkayu.
4. Untuk menganalisis hubungan antara ketersediaan sumber daya
kesehatan dengan pemberian imunisasi pada bayi di Desa Martajaya
Wilayah UPT Puskesmas Pasangkayu 2 Kabupaten Pasangkayu.
1.4 Manfaat Penelitian
Adapun manfaat dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
1.4.1 Manfaat Teoritis
Penelitian ini diharapkan dapat menambah pengetahuan masyarakat
tentang faktor yang berhubungan dengan pemberian Imunisasi pada bayi di
Desa Martajaya Wilayah UPT Puskesmas Pasangkayu 2 Kabupaten
Pasangkayu.
1.4.2 Manfaat Praktis
Hasil penelitian ini merupakan salah satu informasi bagi instansi
kesehatan dalam rangka penentuan arah kebijakan khususnya yang

10
berkaitan dengan faktor yang berhubungan dengan pemberian Imunisasi
pada bayi di Desa Martajaya Wilayah UPT Puskesmas Pasangkayu 2
Kabupaten Pasangkayu.

11
BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Imunisasi

2.1.1 Pengertian Imunisasi


Imunisasi adalah suatu cara untuk meningkatkan kekebalan
seseorang secara aktif terhadap suatu antigen, sehingga bila kelak ia
terpampang pada antigen yang serupa, tidak terjadi penyakit (Ranuh et.al,
2011). Imunisasi merupakan usaha memberikan kekebalan pada bayi dan
anak dengan memasukkan vaksin ke dalam tubuh agar tubuh membuat zat
anti untuk merangsang pembentukan zat anti yang dimasukkan ke dalam
tubuh melalui suntikan (misalnya vaksin BCG, DPT dan campak) dan
melalui mulut (misalnya vaksin polio) (Hidayat, 2010). Imunisasi berasal
dari kata imun, kebal, resisten. Imunisasi berarti anak diberikan kekebalan
terhadap suatu penyakit tertentu. Anak kebal terhadap suatu penyakit tapi
belum kebal terhadap penyakit yang lain (Notoatmodjo, 2010)
Menurut Kemenkes RI (2017) bahwa imunisasi adalah suatu upaya
untuk menimbulkan/meningkatkan kekebalan seseorang secara aktif
terhadap suatu penyakit sehingga bila suatu saat terpajan dengan penyakit
tersebut tidak akan sakit atau hanya mengalami sakit ringan. Imunisasi
program adalah Imunisasi yang diwajibkan kepada seseorang sebagai
bagian dari masyarakat dalam rangka melindungi yang bersangkutan dan
masyarakat sekitarnya dari penyakit yang dapat dicegah dengan Imunisasi.
Imunisasi program terdiri atas imunisasi rutin, imunisasi tambahan, dan
imunisasi khusus.
2.1.1 Tujuan Imunisasi
Tujuan imunisasi yaitu untuk mencegah terjadinya penyakit tertentu
pada seseorang dan menghilangkan penyakit tertentu pada sekelompok
masyarakat (populasi) atau bahkan menghilangkan suatu penyakit tertentu
dari dunia (Ranuh et.al, 2011). Program imunisasi bertujuan untuk

12
menurunkan angka kesakitan dan kematian dari penyakit yang dapat
dicegah dengan imunisasi. Pada saat ini, penyakit-penyakit tersebut adalah
difteri, tetanus, batuk rejan (pertusis), campak (measles), polio dan
tuberkulosis (Notoatmodjo, 2010).
Program imunisasi bertujuan untuk memberikan kekebalan pada bayi
agar dapat mencegah penyakit dan kematian bayi serta anak yang
disebabkan oleh penyakit yang sering berjangkit. Secara umun tujuan
imunisasi antara lain:
a. Melalui imunisasi, tubuh tidak mudah terserang penyakit menular
b. Imunisasi sangat efektif mencegah penyakit menular
c. Imunisasi menurunkan angka mordibitas (angka kesakitan) dan
mortalitas (angka kematian) pada balita (Atikah, 2010).
2.1.2 Manfaat Imunisasi
Menurut Proverawati dan Andhini (2010) manfaat imunisasi tidak
hanya dirasakan oleh pemerintah dengan menurunnya angka kesakitan dan
kematian akibat penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi, tetapi juga
dirasakan oleh:
a. Untuk Anak
Mencegah penderitaan yang disebabkan oleh penyakit, dan
kemungkinan cacat atau kematian.
b. Untuk Keluarga
Menghilangkan kecemasan dan psikologi pengobatan bila anak sakit.
Mendorong pembentukan keluarga apabila orang tua yakin akan
menjalani masa kanak-kanak yang nyaman. Hal ini mendorong
penyiapan keluarga yang terencana, agar sehat dan berkualitas.
c. Untuk Negara
Memperbaiki tingkat kesehatan menciptakan bangsa yang kuat dan
berakal untuk melanjutkan pembangunan negara.

13
2.1.3 Dampak Imunisasi
Nilai (value) vaksin dibagi dalam tiga kategori yaitu secara
individu, sosial dan keuntungan dalam menunjang sistem kesehatan
nasional. Secara individu, apabila anak telah mendapat vaksinasi maka
80%-95% akan terhindar dari penyakit infeksi yang ganas. Makin banyak
bayi/anak yang mendapat vaksinasi (dinilai dari cakupan imunisasi), makin
terlihat penurunan angka kesakitan (morbiditas) dan kematian (mortalitas)
(Ranuh et.al, 2011).
Kekebalan individu ini akan mengakibatkan pemutusan rantai
penularan penyakit dari anak ke anak lain atau kepada orang dewasa yang
hidup bersamanya, inilah yang disebut keuntungan sosial, karena dalam
hal ini 5%-20% anak yang tidak diimunisasi akan juga terlindung, disebut
Herd Immunit. Menurunnya angka morbiditas akan menurunkan biaya
pengobatan dan perawatan di rumah sakit, mencegah kematian dan
kecacatan yang akan menjadi beban masyarakat seumur hidupnya. Upaya
pencegahan penyakit infeksi pada anak, berarti akan meningkatkan
kualitas hidup anak dan meningkatkan daya produktivitas karena 30% dari
anak-anak masa kini adalah generasi yang akan memegang kendali
pemerintahan dimasa yang akan datang (Ranuh et.al, 2011).
Dalam hal menunjang sistem kesehatan nasional, program
imunisasi sangat efektif dan efisien apabila diberikan dalam cakupan yang
luas secara nasional. Peningkatan pertumbuhan ekonomi suatu negara
tentunya akan lebih baik bila masyarakatnya lebih sehat sehingga anggaran
untuk kuratif/pengobatan dapat dialihkan pada program lain yang
membutuhkan. Investasi dalam kesehatan untuk kesejahteraan dan
peningkatan kualitas anak di masa depan (Ranuh et.al, 2011).
2.1.4 Jenis-jenis Imunisasi
Imunisasi dapat terjadi secara alamiah dan buatan dimana masing-
masing imunitas tubuh (acquired immunity) dapat diperoleh secara aktif
maupun secara pasif.
a. Imunisasi Aktif

14
Imunisasi aktif adalah pemberian kuman atau racun kuman yang
sudah dilemahkan atau dimatikan dengan tujuan untuk merangsang
tubuh memproduksi antibodi sendiri. Imunisasi aktif merupakan
pemberian zat sebagai antigen yang diharapkan akan terjadi suatu
proses infeksi buatan sehingga tubuh mengalami reaksi imunologi
spesifik yang akan menghasilkan respon seluler dan humoral serta
dihasilkannya sel memori, sehingga apabila benar-benar terjadi infeksi
maka tubuh secara cepat dapat merespon (Maryunani, 2010).
Vaksin diberikan dengan cara disuntikkan atau per oral/ melalui
mulut. Terhadap pemberian vaksin tersebut, maka tubuh membuat zat-
zat anti terhadap penyakit bersangkutan (oleh karena itu dinamakan
imunisasi aktif, kadar zat-zat dapat diukur dengan pemeriksaan darah)
dan oleh sebab itu menjadi imun terhadap penyakit tersebut. Jenis
imunisasi aktif antara lain vaksin BCG, vaksin DPT (difteri-pertusis-
tetanus), vaksin poliomielitis, vaksin campak, vaksin typs (typus
abdominalis), toxoid tetanus dan lain-lain (Maryunani, 2010).
Namun hanya lima imunisasi (BCG, DPT, Polio, Hepatitis B,
Campak) yang menjadi Program Imunisasi Nasional yang dikenal
sebagai Program Pengembangan Imunisasi (PPI) atau extended program
on immunization (EPI) yang dilaksanakan sejak tahun 1977. PPI
merupakan program pemerintah dalam bidang imunisasi untuk
mencapai komitmen internasional yaitu Universal Child Immunization
(Ranuh et.al, 2011).
b. Imunisasi Pasif
Imunisasi pasif adalah pemberian antibodi kepada resipien,
dimaksudkan untuk memberikan imunitas secara langsung tanpa harus
memproduksi sendiri zat aktif tersebut untuk kekebalan tubuhnya.
Antibodi yang ditujukan untuk upaya pencegahan atau pengobatan
terhadap infeksi, baik untuk infeksi bakteri maupun virus. Mekanisme
kerja antibodi terhadap infeksi bakteri melalui netralisasi toksin,
opsonisasi, atau bakteriolisis. Kerja antibodi terhadap infeksi virus

15
melalui netralisasi virus, pencegahan masuknya virus ke dalam sel dan
promosi sel natural-killer untuk melawan virus. Dengan demikian
pemberian antibodi akan menimbulkan efek proteksi segera. Tetapi
karena tidak melibatkan sel memori dalam sistem imunitas tubuh,
proteksinya bersifat sementara selama antibodi masih aktif di dalam
tubuh resipien, dan perlindungannya singkat karena tubuh tidak
membentuk memori terhadap patogen/ antigen spesifiknya (Ranuh et.al,
2011).
Transfer imunitas pasif didapat terjadi saat seseorang menerima
plasma atau serum yang mengandung antibodi tertentu untuk
menunjang kekebalan tubuhnya (Ranuh et.al, 2011). Imunisasi pasif
dimana zat antinya didapat dari luar tubuh, misalnya dengan suntik
bahan atau serum yang mengandung zat anti. Zat anti ini didapat oleh
anak dari luar dan hanya berlangsung pendek, yaitu 2-3 minggu karena
zat anti seperti ini akan dikeluarkan kembali dari tubuh anak
(Maryunani, 2010).
2.1.5 Macam-macam Imunisasi
Macam-macam imunisasi, antara lain (Atikah, 2010):
a. Imunisasi Bacillus Celmette Guerin (BCG)
1) Fungsi
Imunisasi BCG berfungsi untuk mencegah penularan
Tuberkulosis (TBC). Tuberkulosis disebabkan oleh sekelompok
bakteria bernama Mycobacterium tuberculosis complex.
2) Cara pemberian dan dosis
Vaksin BCG merupakan bakteri tuberculosis bacillus yang
telah dilemahkan. Cara pemberiannya melalui suntikan. Sebelum
disuntikan, vaksin BCG harus dilarutkan terlebih dahulu. Dosis
0,05cc untuk bayi dan 0,1 cc untuk anak dan orang dewasa.
Imunisasi BCG dilakukan pada bayi usia 0-2 bulan, akan tetapi
biasanya diberikan pada bayi umur 2 atau 3 bulan. Dapat diberikan
pada anak dan orang dewasa jika sudah melalui tes tuberkulin

16
dengan hasil negatif. Imunisasi BCG disuntikan secara intrakutan di
daerah lengan kanan atas. Disuntikan ke dalam lapisan kulit dengan
penyerapan pelan-pelan. Dalam memberikan suntikan intrakutan,
agar dapat dilakukan dengan tepat, harus menggunakan jarum
pendek yang sangat halus (10 mm, ukuran 26). Kerjasama antara ibu
dengan petugas imunisasi sangat diharapkan, agar pemberian vaksin
berjalan dengan tepat.
3) Kontra indikasi
Imunisasi BCG tidak boleh diberikan pada kondisi:
a) Seorang anak menderita penyakit kulit yang berat atau menahun,
seperti eksim dan furunkulosis.
b) Imunisasi tidak boleh diberikan pada orang atau anak yang sedang
menderita TBC
4) Efek samping
Setelah diberikan imunisasi BCG, reaksi yang timbul tidak
seperti pada imunisasi dengan vaksin lain. Imunisasi BCG tidak
menyebabkan demam. Setelah 1-2 minggu diberikan imunisasi, akan
timbul indurasi dan kemerahan di tempat suntikan yang berubah
menjadi pastula, kemudian pecah menjadi luka. Luka tidak perlu
pengobatan khusus, karena luka ini akan sembuh dengan sendirinya
secara spontan. Kadang terjadi pembesaran kelenjar regional di
ketiak atau leher. Pembesaran kelenjar ini terasa padat, namun tidak
menimbulkan demam.
b. Imunisasi Difteri, Pertusis, dan Tetanus (DPT)
1) Fungsi
Imunisasi DPT bertujuan untuk mencegah 3 penyakit
sekaligus, yitu difteri, pertusis, dan tetanus.
2) Cara pemberian dan dosis
Cara pemberian imunisasi DPT adalah melalui injeksi
intramuskular. Suntikan diberikan pada paha tengah luar atau

17
subkutan dalam dengan dosis 0,5 cc. Cara memberiakn vaksin ini,
sebagai berikut:
a) Letakkan bayi dengan posisi miring di atas pangkuan ibu dengan
seluruh kaki telanjang.
b) Orang tua sebaiknya memegang kaki bayi
c) Pegang paha dengan ibu jari dan jari telunjuk
d) Masukkan jarum dengan sudut 90 derajat
e) Tekan seluruh jarum langsung ke bawah melalui kulit sehingga
masuk ke dalam otot. Untuk mengurangi rasa sakit, suntikkan
secara pelan-pelan.
Pemberian vaksin DPT dilakukan tiga kali mulai bayi umur 2
bulan sampai 11 bulan dengan interval 4 minggu. Imunisasi ini
diberikan 3 kali karena pemberian pertama antibodi dalam tubuh
masih sangat rendah, pemberian kedua mulai meningkat dan
pemberian ketiga diperoleh cukupan antibodi. Daya proteksi vaksin
difteri cukup baik yaitu sebesar 80-90%, daya proteksi vaksin
tetanus 90-95% akan tetapi daya proteksi vaksin pertusis masih
rendah yaitu 50-60%, oleh karena itu, anak-anak masih
berkemungkinan untuk terinfeksi batuk seratus hari atau pertusis,
tetapi lebih ringan.
3) Efek samping
Pemberian imunisasi DPT memberikan efek samping ringan
dan berat, efek ringan seperti terjadi pembengkakan dan nyeri pada
tempat penyuntikan dan demam, sedangkan efek berat bayi menangis
hebat karena kesakitan selama kurang lebih empat jam, kesadaran
menurun, terjadi kejang, ensefalopati, dan syok.
c. Imunisasi Campak
1) Fungsi
Imunisasi campak ditujukkan untuk memberikan kekebalan
aktif terhadap penyakit campak.
2) Cara pemberian dan dosis

18
Pemberian vaksin campak hanya diberikan satu kali, dapat
dilakukan pada umur 9-11 bulan, dengan dosis 0,5 cc. Sebelum
disuntikan, vaksin campak terlebih dahulu dilarutkan dengan pelarut
steril yang telah tersedia yang berisi 5 ml cairan pelarut. Kemudian
suntikan diberikan pada lengan kiri atas secara subkutan. Cara
pemberian:
a) Atur bayi dengan posisi miring di atas pangkuan ibu dengan
seluruh lengan telanjang.
b) Orang tua sebaiknya memegang kaki bayi, dan gunakan jari-jari
tangan untuk menekan ke atas lengan bayi.
c) Cepat tekan jarum ke dalam kulit yang menonjol ke atas dengan
sudut 45 derajat.
d) Usahakan kestabilan posisi jarum.
3) Efek samping
Hingga 15% pasien dapat mengalami demam ringan dan
kemerahan selama 3 hari yang dapat terjadi 8-12 hari setelah
vaksinasi.
4) Kontraindikasi
Pemberian imunisasi tidak boleh dilakukan pada orang yang
mengalami immunodefisiensi atau individu yang diduga menderita
gangguan respon imun karena leukimia dan limfoma.
d. Imunisasi Polio
1) Fungsi
Merupakan imunisasi yang bertujuan mencegah penyakit
poliomyelitis. Pemberian vaksin polio dapat dikombinasikan dengan
vaksin DPT.
2) Cara pemberian dan dosis
Imunisasi dasar polio diberiakn 4 kali (polio I, II, III dan IV)
dengan interval tidak kurang dari 4 minggu. Imunisasi ulangan
diberikan 1 tahun setelah imunisasi polio IV, kemudian pada saat
masuk SD (5-6 tahun) dan pada saat meninggalkan SD (12 tahun).

19
Di Indonesia umumnya diberikan vaksin sabin, vaksin ini diberikan
sebanyak 2 tetes (0,1 ml) langsung ke mulut anak atau dengan
menggunakan sendok yang berisi air gula. Setiap membuka vial baru
harus menggunakan penetes (dropper) yang baru. Cara pemakaian:
a) Orang tua memegang bayi dengan lengan kepala disangga dan
dimiringkan ke belakang.
b) Mulut bayi dibuka hati-hati menggunakan ibu jari atau dengan
menekan pipi bayi dengan jari-jari.
c) Teteskan dengan 2 tetes vaksin dari alat tetes ke dalam lidah.
Jangan biarkan alat tetes menyentuh bayi.
3) Efek samping
Pada umunya tidak terdapat efek samping. Efek samping
berupa paralisis yang disebabkan oleh vaksin jarang terjadi.
4) Kontra indikasi
Pemberian imunisasi polio tidak boleh dilakukan pada orang
yang menderita defisiensi imunitas. Tidak ada efek berbahaya yang
timbul akibat pemberian polio pada anak yang sedang sakit. Namun,
jika ada keraguan, misalnya sedang menderita diare, maka dosis
ulang dapat diberikan setelah sembuh.
e. Imunisasi Hepatitis B
1) Fungsi
Imunisasi hepatitis B, ditujukkan untuk memberi tubuh
berkenalan terhadap penyakit hepatitis B, disebabkan oleh virus yang
telah mempengaruhi organ liver (hati). Virus ini akan tinggal
selamanya dalam tubuh. Bayi-bayi yang terjangkit virus hepatitis
berisiko terkena kanker hati atau kerusakan pada hati. Virus hepatitis
B ditemukan di dalam cairan tubuh orang yang terjangkit termasuk
darah, ludah dan air mani.
2) Cara pemberian dan dosis
Imunisasi diberikan tiga kali pada umur 0-11 bulan melalui
injeksi intramuskular. Kandungan vaksin adalah Hepatitis B Surface

20
Antigen (HbsAg) dalam bentuk cair. Terdapat vaksin Prefill
Injection Device (B-PID) yang diberikan sesaat setelah lahir, dapat
diberikan pada usia 0-7 hari. Vaksin B-PID disuntikan dengan 1
buah HB PID. Vaksin ini, menggunakan Profilled Injection Device
(PID), merupakan jenis alat suntik yang hanya diberikan pada bayi.
Vaksin juga diberikan pada anak usia 12 tahun yang dimasa kecilnya
belum diberi vaksin hepatitis B. Selain itu orang-orang yang berada
dalam rentan risiko hepatitis B sebaiknya juga diberi vaksin ini. Cara
pemakaian:
a) Buka kantong alumunium atau plastik dan keluarkan alat plastik
PID
b) Pegang alat suntik PID pada leher dan tutup jarum dengan
memegang keduanya di antara jari telunjuk dan jempol, dan
dengan gerakan cepat dorong tutup jarum ke arah leher. Teruskan
mendorong sampai tidak ada jarak antara tutup jarum dan leher.
c) Buka tutup jarum, tetap pegang alat suntik pada bagian leher dan
tusukan jarum pada anterolateral paha secara intremuskular, tidak
perlu dilakukan aspirasi.
d) Pijat reservior dengan kuat untuk menyuntik, setelah reservior
kempis cabut alat suntik.
3) Efek samping
Reaksi lokal seperti rasa sakit, kemerahan dan pembengkakan
di sekitar tempat penyuntikan. Reaksi yang terjadi bersifat ringan
dan biasanya hilang setelah 2 hari.
2.2 Pengetahuan
2.2.1 Pengertian Pengetahuan
Pengetahuan merupakan hasil dari tahu yang terjadi setelah orang
melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Penginderaan
terjadi melalui panca indera manusia yaitu penglihatan, penciuman, rasa
dan raba. Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan
telinga. Pengetahuan merupakan suatu domain yang sangat penting untuk

21
terbentuknya suatu tindakan seseorang. Suatu penelitian mengatakan
bahwa perilaku yang didasari oleh pengetahuan akan mampu bertahan
lama dari pada yang tidak didasari oleh pengetahuan (Notoatmodjo, 2014).

2.2.2 Tingkatan Pengetahuan


Notoatmodjo (2014) menyatakan bahwa domain kognitif
pengetahuan dibagi menjadi enam tingkatan yaitu:
a. Tahu, yaitu mengingat suatu materi yang telah dipelajari sebelumnya.
Tingkat tahu ini merupakan tingkat pengetahuan yang paling rendah.
Kata kerja untuk mengukur bahwa orang tahu tentang apa yang telah
dipelajari antara lain menyebutkan, menguraikan, mendefenisikan dan
menyatakan.
b. Memahami, yaitu suatu kemampuan untuk menjelaskan secara benar
tentang objek yang diketahui dan dapat menginterpretasikan materi
tersebut secara benar. Kata kerja yang biasa dipakai menyebutkan
contoh, menyimpulkan dan meramalkan terhadap suatu objek.
c. Aplikasi, yaitu sebagai kemampuan untuk menggunakan materi yang
telah dipelajari pada situasi atau kondisi yang nyata. Aplikasi dapat
diartikan sebagai penggunaan hukum-hukum, rumus, metode, prinsip
dan sebagainya dalam konteks atau situasi yang lain. Misalnya dapat
menggunakan prinsip-prinsip siklus pemecahan masalah.
d. Analisis, yaitu suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau objek
ke dalam komponen-komponen, tetapi masih dalam struktur tersebut
dan masih ada kaitannya satu sama lain. Misalnya dapat
menggambarkan atau membuat bagan, membedakan dan
mengelompokkan.
e. Sintetis, yaitu menunjuk kepada suatu kemampuan untuk meletakkan
atau menghubungkan bagian-bagian informasi sebagai suatu bentuk

22
keseluruhan yang baru. Misalnya dapat menyusun, dapat merencanakan
terhadap suatu teori atau rumusan-rumusan yang telah ada.
f. Evaluasi, yaitu berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan
justifikasi atau penilaian terhadap materi atau objek. Penilaian-penilaian
itu berdasarkan suatu kriteria yang telah ada.

2.2.3 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pengetahuan


Notoatmodjo (2014) menyatakan bahwa pengetahuan seseorang
dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu:
a. Pengalaman
Pengalaman dapat diperoleh dari pengalaman sendiri maupun
orang lain. Pengalaman yang sudah diperoleh dapat memperluas
pengetahuan seseorang.
b. Tingkat Pendidikan
Pendidikan dapat membawa wawasan atau pengetahuan
seseorang. Secara umum, seseorang yang berpendidikan lebih tinggi
akan mempunyai pengetahuan lebih luas dibandingkan dengan
seseorang yang tingkat pendidikannya lebih rendah.
c. Keyakinan
Keyakinan biasanya diperoleh secara turun temurun dan tanpa
adanya pembuktian terlebih dahulu. Keyakinan ini bisa mempengaruhi
pengetahuan seseorang, baik keyakinan itu sifatnya positif maupun
negatif.
d. Fasilitas
Fasilitas-fasilitas sebagai sumber informasi yang dapat
mempengaruhi pengetahuan seseorang, misalnya radio, televisi,
majalah, koran dan buku.
e. Penghasilan

23
Penghasilan tidak berpengaruh langsung terhadap pengetahuan
seseorang. Namun bila seseorang berpenghasilan cukup besar, maka dia
akan mampu untuk menyediakan atau membeli fasilitas-fasilitas sumber
informasi.
f. Sosial Budaya
Kebudayaan setempat dan kebiasaan dalam keluarga dapat
mempengaruhi pengetahuan, persepsi, dan sikap seseorang terhadap
sesuatu.

2.3 Sikap
2.3.1 Pengertian Sikap
Sikap adalah bentuk evaluasi atau perasaan seseorang terhadap suatu
obyek yaitu perasaan mendukung atau memihak (favorable) maupun
perasaan tidak mendukung atau tidak memihak (unfavorable) pada obyek
tersebut (Azwar, 2010). Sikap merupakan reaksi atau respon yang masih
tertutup dari seseorang terhadap suatu stimulus atau obyek (Notoatmodjo,
2014).
2.3.2 Proses Pembentukan Sikap
Faktor-faktor yang mempengaruhi pembentukan sikap adalah
pengalaman pribadi, kebudayaan, orang lain yang dianggap penting, media
massa, institusi atau lembaga pendidikan dan lembaga agama serta faktor
emosi dalam diri individu (Azwar, 2010). Peranan masing-masing faktor
dalam membentuk sikap manusia (Notoatmodjo, 2014):
a. Apa yang telah dan sedang dialami seseorang ikut membentuk dan
mempengaruhi penghayatan seseorang terhadap stimulus.
b. Pengaruh orang lain yang dianggap penting.
c. Pengaruh kebudayaan.
d. Media massa dan lembaga pendidikan dan agama.
e. Pengaruh faktor emosional.
2.3.3 Tingkatan Sikap

24
Sikap memiliki tingkatan berdasarkan intensitasnya (Notoatmodjo,
2014) sebagai berikut:
a. Menerima, diartikan bahwa seseorang atau subyek menerima stimulus
yang diberikan (obyek).
b. Menanggapi, diartikan memberikan jawaban atau tanggapan terhadap
pertanyaan atau obyek yang dihadapi. Misalnya, seorang ibu yang
mengikuti penyuluhan tersebut ditanya atau diminta menanggapi oleh
penyuluh, kemudian ia menjawab atau menanggapainya.
c. Menghargai, memberikan nilai yang positif terhadap objek atau
stimulus, dalam arti membahasnya dengan orang lain dan bahkan
mengajak atau mempengaruhi atau menganjurkan orang lain merespon.
d. Bertanggung jawab, sikap yang paling tinggi tingkatannya adalah
bertanggung jawab terhadap apa yang telah diyakininya. Seseorang
yang telah mengambil sikap tertentu berdasarkan keyakinannya, dia
harus berani mengambil resiko bila ada orang lain yang mencemooh
atau adanya resiko lain.
2.3.4 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Sikap
Faktor-faktor yang mempengaruhi sikap terhadap obyek sikap
(Notoatmodjo, 2014) antara lain:
a. Pengalaman Pribadi
Pengalaman pribadi haruslah meninggalkan kesan yang kuat
untuk dapat menjadi dasar pembentukan sikap. Hal ini karena sikap
akan lebih mudah terbentuk apabila pengalaman pribadi tersebut terjadi
dalam situasi yang melibatkan faktor emosional.
b. Pengaruh Orang Lain yang Dianggap Penting
Individu pada umumnya cenderung untuk memiliki sikap yang
konformis atau searah dengan sikap orang yang dianggap penting.
Kecenderungan ini antara lain dimotivasi oleh keinginan untuk
berafilisasi dan keinginan untuk menghindari konflik dengan orang
yang dianggap penting tersebut.
c. Pengaruh Kebudayaan

25
Kebudayaan tanpa disadari telah menanamkan garis pengaruh
sikap kita terhadap berbagai masalah. Kebudayaan telah mewarnai
sikap anggota masyarakatnya, karena kebudayaanlah yang memberi
corak pengalaman individu-individu masyarakat asuhannya.
d. Media Massa
Pemberitaan surat kabar maupun radio atau media komunikasi
lainnya, berita yang seharusnya faktual disampaikan secara obyektif
cenderung dipengaruhi oleh sikap penulisannya, akibatnya berpengaruh
terhadap sikap.
e. Lembaga Pendidikan dan Lembaga Agama
Konsep moral dan ajaran dari lembaga pendidikan dan agama
sangat menentukan sitem kepercayaan tidaklah mengherankan jika
kalau pada gilirannya konsep tersebut mempengaruhi sikap.
f. Faktor Emosional
Faktor emosional adalah suatu bentuk sikap pernyataan yang
didasari emosi yang berfungsi sebagai penyaluran frustasi atau
pengalihan bentuk mekanisme pertahanan ego.
Lawrence dan Green (2010) menjelaskan bahwa setiap individu memiliki
perilakunya sendiri yang berbeda dengan individu lain, termasuk pada kembar
identik sekalipun. Perilaku tidak selalu mengikuti urutan tertentu sehingga
terbentuknya perilaku positif yang tidak selalu dipengaruhi oleh pengetahuan
dan sikap positif. Beberapa faktor penyebab sebuah tindakan atau perilaku yaitu:
1. Faktor Pendorong (Predisposing Factor)
Faktor predisposing merupakan faktor yang menjadi dasar motivasi atau
niat seseorang melakukan sesuatu. Faktor pendorong meliputi pengetahuan,
sikap, kepercayaan, keyakinan, nilai dan persepsi, tradisi, dan unsur lain yang
terdapat dalam diri individu maupun masyarakat yang berkaitan dengan
kesehatan.
2. Faktor Pemungkin (Enabling Factor)
Faktor enabling merupakan faktor-faktor yang memungkinkan atau
yang memfasilitasi perilaku atau tindakan. Faktor pemungkin meliputi sarana

26
dan prasarana atau fasilitas-fasilitas atau sarana-sarana kesehatan. Untuk
berperilaku sehat, masyarakat memerlukan sarana dan prasarana pendukung,
misalnya perilaku dalam mengimunisasikan anak atau ibu yang ingin
mendapatkan informasi tentang imunisasi harus lebih aktif dalam mencari
informasi melalui pelayanan kesehatan seperti puskesmas, rumah sakit,
posyandu, dokter atau bidan praktik, dan juga mencari informasi melalui
media massa seperti media internet, media cetak, media elektronik, dan media
sosial.
3. Faktor Pendorong atau Pendorong (Reinforcing Factor)
Faktor reinforcing merupakan faktor-faktor yang mendorong atau
memperkuat terjadinya perilaku seseorang yang dikarenakan adanya sikap
suami, orang tua, tokoh masyarakat atau petugas kesehatan.
2.4 Dukungan Keluarga
2.4.1 Pengertian Dukungan Keluarga
Dukungan keluarga adalah sikap, tindakan dan penerimaan keluarga
terhadap penderita sakit. Salah satu peran dan fungsi keluarga adalah
memberikan fungsi afektif untuk pemenuhan kebutuhan psikososial
anggota keluarganya dalam memberikan kasih sayang (Friedman, 2012).
Dukungan merupakan suatu keadaan yang bermanfaat bagi individu
yang diperoleh dari orang lain yang dapat dipercaya, sehingga seseorang
akan tahu bahwa ada orang lain yang memperhatikan, menghargai dan
mencintainya. Dukungan sosial keluarga adalah sebagai suatu proses
hubungan antara keluarga dan dukungan sosial. Dalam semua tahap,
dukungan sosial keluarga menjadi keluarga mampu berfungsi dengan
berbagai kepandaian dan akal, sehingga akan meningkatkan kesehatan dan
adaptasi (Setiadi, 2011).
2.4.2 Sumber Dukungan Keluarga
Sumber dukungan keluarga, terbagi atas dua yaitu:
a. Dukungan sosial keluarga internal: dukungan dari suami atau istri dan
dukungan anak.

27
b. Dukungan sosial keluarga ekternal: dukungan sosial ekternal keluarga
inti dalam jaringan kerja sosial keluarga (Friedman, 2012).
Sebuah jaringan sosial kerja keluarga secara sederhana. Adalah jaringan
kerja sosial keluarga inti itu sendiri. Jaringan kerja suatu keluarga ada teman-
teman, tetangga-tetangga, jaringan komunitas, dan jaringan kerja profesional,
kelompok-kelompok kerja mandiri, saudara-saudari kandung atau dari keluarga
besar (Friedman, 2012).
2.4.3 Jenis Dukungan Keluarga
Dukungan keluarga memiliki beberapa fungsi dukungan yaitu:
a. Dukungan Emosional
Keluarga sebagai tempat yang aman dan damai untuk bersistirahat
dan juga menenangkan pikiran. Setiap orang pasti membutuhkan
bantuan dari keluarga. Individu yang menghadapi persoalan atau
masalah akan merasa terbantu kalau ada keluarga yang mau
mendengarkan dan memperhatikan masalah yang sedang dihadapi.
b. Dukungan Penilaian
Keluarga bertindak sebagai penengah dalam pemecahan masalah
dan juga sebagai fasilitator dalam pemecahan masalah yang sedang
dihadapi. Dukungan dan perhatian dari keluarga merupakan bentuk
penghargaan positif yang diberikan kepada individu.
c. Dukungan Instrumental
Keluarga merupakan sebuah sumber pertolongan dalam hal
pengawasan, kebutuhan individu. Keluarga mencarikan solusi yang
dapat membantu individu dalam melakukan kegiatan.
d. Dukungan Informasional
Keluarga berfungsi sebagai penyebar dan pemberi informasi.
Disini diharapkan bantuan informasi yang disediakan keluarga dapat
digunakan oleh individu dalam mengatasi persoalan-persoalan yang
sedang dihadapi (Friedman, 2012).

28
2.5 Tenaga Kesehatan
Tenaga kesehatan adalah setiap orang yang mengabdikan diri dalam
bidang kesehatan serta memiliki pengetahuan dan atau keterampilan melalui
kewenangan untuk melakukan upaya kesehatan. Sumber daya manusia
puskesmas terdiri atas tenaga kesehatan dan tenaga non kesehatan. Jenis dan
jumlah tenaga kesehatan dan tenaga non kesehatan dihitung berdasarkan analisis
beban kerja, dengan mempertimbangkan jumlah pelayanan yang
diselenggarakan, jumlah penduduk dan persebarannya, karakteristik wilayah
kerja, luas wilayah kerja, ketersediaan fasilitas pelayanan kesehatan tingkat
pertama lainnya di wilayah (Permenkes RI No 75 tahun 2014). Jenis tenaga
kesehatan menurut Permenkes RI No 75 tahun 2014:
Tabel 2.1 Standar ketenagaan puskesmas menurut Permenkes 75 Tahun 2014
Puskesmas
Puskesmas Puskesmas Kawasan
Kawasan Kawasan Terpencil dan
Perkotaan Pedesaan Sangat
No Jenis Tenaga
Terpencil
Non Non Non
Rawat Rawat Rawat
Rawat Rawat Rawat
Inap Inap Inap
Inap Inap Inap
1 Dokter atau
dokter layanan 1 2 1 2 1 2
primer
2 Dokter gigi 1 1 1 1 1 1
3 Perawat 5 8 5 8 5 8
4 Bidan 4 7 4 7 4 7
5 Tenaga
kesehatan 2 2 1 1 1 1
masyarakat
6 Tenaga
kesehatan 1 1 1 1 1 1
lingkungan
7 Ahli teknologi
laboratorium 1 1 1 1 1 1
medik
8 Tenaga gizi 1 2 1 2 1 2
9 Tenaga
1 2 1 1 1 1
kefarmasian
10 Tenaga
3 3 2 2 2 2
administrasi

29
11 Pekarya 2 2 1 1 1 1
Jumlah 22 31 19 27 19 27
Sumber: Permenkes RI No 75 tahun 2014
Tenaga non kesehatan harus dapat mendukung kegiatan ketatausahaan,
administrasi keuangan, sistem informasi, dan kegiatan operasional lain di
puskesmas. Tenaga kesehatan di puskesmas harus bekerja sesuai dengan standar
profesi, standar pelayanan, standar prosedur operasional, etika profesi,
menghormati hak pasien, serta mengutamakan kepentingan dan keselamatan
pasien dengan memperhatikan keselamatan dan kesehatan dirinya dalam bekerja.
Setiap tenaga kesehatan yang bekerja di puskesmas harus memiliki surat izin
praktik sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan (Permenkes RI No 75
tahun 2014).
2.6 Faktor yang Berhubungan dengan Pemberian Imunisasi Pada Bayi
2.6.1 Hubungan Pengetahuan dengan Pemberian Imunisasi
Pengetahuan merupakan hasil dari tahu, dan ini terjadi setelah orang
melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Penginderaan
terjadi melalui pancaindra manusia, yaitu indra penglihatan, pendengaran,
penciuman, rasa, dan raba. Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh
melalui mata dan telinga (Notoatmodjo, 2012).
Menurut Notoatmodjo (2012), pengetahuan atau ranah kognitif
merupakan domain yang sangat penting dalam membentuk tindakan
seseorang. Dalam hal ini pengetahuan tercakup dalam domain kognitif
yang memiliki enam tingkatan, yaitu (a) tahu (know), (b) memahami
(comprehesnsion), (c) aplikasi (aplication), (d) analisa (analysis), (e)
sintesis (synthesis), (f) evaluasi (evaluation).
Menurut Notoatmodjo (2012) yang menyebutkan bahwa sebelum
seseorang mengadopsi perilaku (berperilaku baru), ia harus tahu terlebih
dahulu apa arti atau manfaat perilaku tersebut bagi dirinya atau
keluarganya. Demikian juga dengan orang tua yang tahu arti dan manfaat
imunisasi maka mereka tidak akan takut membawa anaknya untuk
mendapatkan imunisasi sehingga tujuan imunisasi dapat tercapai.
Pengetahuan ibu tentang imunisasi, kepercayaan dan perilaku ibu

30
merupakan hal yang penting, karena penggunaan sarana kesehatan oleh
anak berkaitan erat dengan perilaku dan kepercayaan ibu tentang kesehatan
dan mempengaruhi status imunisasi. Keikutsertaan ibu dalam program
imunisasi tidak akan menjadi halangan, jika pengetahuan ibu tentang
imunisasi sudah baik.
Menurut penelitian Ningrum dan Sulastri (2008) di Puskesmas
Banyudono Kabupaten Boyolali, menunjukkan bahwa pengetahuan ibu
memiliki pengaruh positif terhadap kelengkapan imunisasi dasar, yang
berarti bahwa semakin baik pengetahuan ibu tentang manfaat imunisasi
akan berpengaruh meningkatkan kelengkapan imunisasi dasar pada bayi.
2.6.2 Hubungan Sikap dengan Pemberian Imunisasi
Sikap merupakan reaksi atau respon seseorang yang masih tertutup
terhadap suatu stimulus atau objek. Manifestasi sikap itu tidak dapat
langsung dilihat, tetapi hanya dapat ditafsirkan terlebih dahulu dari
perilaku yang tertutup. Sikap secara nyata menunjukan konotasi adanya
kesesuaian reaksi terhadap stimulus tertentu (Notoatmodjo, 2012).
Newcomb salah seorang ahli psikologi sosial menyatakan bahwa
sikap itu merupakan kesiapan atau kesediaan untuk bertindak, dan bukan
merupakan pelaksana motif tertentu. Sikap belum merupakan suatu
tindakan atau aktifitas, akan tetapi merupakan predisposisi tindakan atau
prilaku. Sikap itu masih merupakan reaksi tertutup, bukan merupakan
reaksi terbuka atau tingkah laku yang terbuka. Sikap merupakan kesiapan
untuk bereaksi terhadap objek di lingkungan tertentu sebagai suatu
penghayatan terhadap objek (Notoatmodjo, 2012).
Menurut (Notoatmodjo, 2012), sikap mempunyai tiga komponen
pokok yakini : a) kepercayaan (keyakinan), ide dan konsep terhadap suatu
objek, b) kehidupan emosional atau evaluasi terhadap suatu objek, c)
kecenderungan untuk bertindak (trend to behave). Ketiga komponen ini
secara bersama-sama membentuk sikap yang utuh (total attitude). Dalam
penentuan sikap yang utuh ini, pengetahuan pikiran, keyakinan, dan emosi
memegang peranan penting. Sikap terdiri dari berbagai tingkatan, yaitu (a)

31
menerima (receiving), (b) merespons (responding), (c) menghargai
(valuing), (d) bertanggung jawab (responsible).
Faktor sikap merupakan faktor yang timbul dari dalam diri individu
sendiri. Tidak membawa anak ketempat pelayanan kesehatan untuk
diimunisasi dikarenakan sikap ibu yang tidak memahami pentingnya
imunisasi. Sebaliknya ibu yang membawa anaknya untuk diimunisasi
didorong oleh sikap ibu yang memahami pentingnya imunisasi untuk
mencegah penyakit. Proses terjadinya sikap karena adanya rangsangan
seperti pengetahuan masyarakat. Rangsangan tersebut menstimulus
masyarakat untuk memberi respon berupa sikap positif maupun sikap
negatif yang pada akhirnya akan terwujud dalam tindakan yang nyata
(Notoatmodjo, 2012).
Menurut penelitian yang dilakukan oleh Husaini (2016) di
Puskesmas Runding Kota Subulussalam, yang menyatakan bahwa adanya
pengaruh yang signifikan antara sikap ibu terhadap pemberian imunisasi
dasar lengkap.
2.6.3 Hubungan Dukungan Keluarga dengan Pemberian Imunisasi
Dukungan keluraga adalah dukungan yang diberikan oleh anggota
keluarga (suami, istri dan saudara) sehingga individu yang diberikan
dukungan merasakan bahwa dirinya diperhatikan, dihargai, dan
mendapatkan bantuan dari orang-orang yang berarti serta memiliki ikatan
keluarga yang kuat dengan anggota keluarga lain (Husnida dkk, 2019).
Dukungan yang diberikan oleh anggota keluarga (suami, istri, dan
saudara) akan memberikan respon pada ibu yaitu ibu merasa sebagai
individu yang diperhatikan, dihargai dan mendapatkan bantuan dari orang-
orang yang berarti serta memiliki ikatan keluarga yang erat. Dengan kata
lain ibu yang mendapatkan dukungan akan cenderung memperhatikan
bayinya untuk dilakukan imunisasi (Husnida dkk, 2019).
Dalam penelitian Igiany, (2019) menggunakan uji Chi Square,
diperoleh hasil terdapat hubungan signifikan antara dukungan keluarga
dengan kelengkapan imunisasi dasar, dengan p-value 0,004 dan OR 18.

32
2.6.4 Hubungan ketersediaan Sumber Daya Kesehatan dengan Pemberian
Imunisasi
Sebagai salah satu upaya untuk mendukung peningkatan mutu
pelayanan kesehatan adalah pengembangan sumber daya manusia
kesehatan melalui penyelanggaraan berbagai pendidikan dan pelatihan
secara berkelanjutan dan berkesinambungan untuk menghasilkan sumber
daya yang profesional yang kompeten yang memiliki moral dan etika,
mempunyai dedikasi tinggi, kreatifdan inovatif, dan bersikap antisipatif
terhadap berbagai perubahan lokal maupun global (Putri dan Zuiatna,
2018).
2.7 Kerangka Teori

Faktor Pemungkin:

1. Ketersediaan sumber
daya kesehatan
2. Aksesibilitas sumber Faktor Penguat:
Faktor Predisposisi: daya kesehatan 1. Keluarga
1. Pengetahuan 3. Hukum masyarakat/ 2. Rekan-rekan
2. Sikap pemerintah, prioritas 3. Penyedia layanan
3. Kepercayaan dan komitmen terhadap kesehatan
4. Nilai kesehatan 4. Tokoh masyarakat
5. Demografik 4. Keterampilan yang 5. Pembuat keputusan
berhubungan dengan
kesehatan

Perilaku
pemberian
imunisasi

Kesehatan

Gambar 2.1 Kerangka Teori


Sumber: Lawrence dan Green (2010)

33
Keterangan:

: Variabel Independen

: Variabel Dependen

BAB 3

KERANGKA KONSEP

3.1 Dasar Pemikiran Variabel yang Diteliti


Imunisasi berasal dari kata imun, kebal, resisten. Imunisasi berarti anak di
berikan kekebalan terhadap suatu penyakit tertentu. Anak kebal terhadap suatu
penyakit tapi belum kebal terhadap penyakit yang lain (Notoatmodjo, 2010).
Penyebab utama rendahnya pencapaian program imunisasi dasar adalah
rendahnya akses pelayanan dan tingginya angka drop out. Hal ini antara lain
terjadi karena rendahnya kesadaran dan pengetahuan ibu tentang imunisasi.
Selain itu, faktor dukungan keluarga juga ikut mempengaruhi pemberian
imunisasi dasar pada anak (Kemenkes RI, 2010).
Pemberian imunisasi dapat dipengaruhi oleh berbagai faktor, salah satu
faktornya adalah ketersediaan tenaga kesehatan. Ini menunjukkan bahwa tenaga
kesehatan sebagai garda terdepan dalam pelaksanaan program imunisasi di
masyarakat. Petugas kesehatan adalah setiap orang yang mengabdikan diri dalam
bidang kesehatan serta memiliki pengetahuan dan atau ketermpilan melalui
pendidikan di bidang kesehatan yang untuk jenis tertentu memerlukan
kewenangan untuk melakukan upaya kesehatan (Putri dan Zuiatna, 2018).
3.2 Alur Kerangka Konsep

34
Pemberian imunisasi berhubungan dengan tingkat pengetahuan dan sikap
ibu seperti masih banyak ibu yang beranggapan salah tentang imunisasi masih
berkembang dalam masyarakat dan tidak sedikit orang tua khawatir terhadap
efek samping dari beberapa vaksin. Dukungan keluarga juga sangatlah penting
untuk ibu dalam mempengaruhi pengetahuan seorang ibu dan agar ibu
termotivasi untuk membawa bayinya imunisasi, agar bertambahnya kepercayaan
ibu dengan pemberian imunisasi dasar pada bayi, sehingga dapat mempengaruhi
status imunisasinya. Selain itu, ketersediaan sumber daya kesehatan ikut
mempengaruhi pemberian imunisasi pada bayi, dimana tenaga kesehatan
merupakan garda terdepan dalam pelaksanaan program imunisasi di masyarakat.

Variabel Independen Variabel Dependen

Pengetahuan Ibu

Sikap Ibu
Pemberian Imunisasi
pada Bayi
Dukungan Keluarga

Ketersediaan Sumber
Daya Kesehatan

Gambar 3.1 Alur Kerangka Konsep Penelitian

3.3 Defenisi Operasional dan Kriteria Obyektif


3.3.1 Pemberian Imunisasi
Pemberian imunisasi dalam penelitian ini adalah riwayat pemberian
imunisasi lengkap yang diberikan pada bayi.
Kurang lengkap: Jika bayi tidak mendapatkan secara keseluruhan
imunisasi, yang mencakup satu kali HB-0, satu kali
imunisasi BCG, tiga kali imunisasi DPT-HB, empat kali
imunisasi polio, dan satu kali imunisasi campak.

35
Lengkap : Jika bayi mendapatkan imunisasi lengkap atau mencakup
satu kali HB-0, satu kali imunisasi BCG, tiga kali
imunisasi DPT-HB, empat kali imunisasi polio, dan satu
kali imunisasi campak.
3.3.2 Pengetahuan
Pengetahuan dalam penelitian ini adalah segala sesuatu yang
dipahami dan diketahui ibu tentang imunisasi pada bayi.
Kurang baik : Jika total skor jawaban responden < median (7)
Baik : Jika total skor jawaban responden ≥ median (7)

3.3.3 Sikap
Sikap dalam penelitian ini adalah respon atau tanggapan ibu tentang
imunisasi pada bayi.
Kurang baik : Jika total skor jawaban responden < median (33)
Baik : Jika total skor jawaban responden ≥ median (33)
3.3.4 Dukungan Keluarga
Dukungan keluarga dalam penelitian ini adalah peran anggota
keluarga (suami dan saudara) terhadap keikutsertaan ibu dalam pemberian
imunisasi pada bayi.
Kurang mendukung : Jika total skor jawaban responden < median (30)
Mendukung : Jika total skor jawaban responden ≥ median (30)
3.3.5 Ketersediaan Sumber Daya Kesehatan
Ketersediaan sumber daya kesehatan dalam penelitian ini adalah
petugas kesehatan yang dibutuhkan dalam melaksanakan program
imunisasi di UPT Puskesmas Pasangkayu 2 Kabupaten yang terdiri dari 1
pengelola program, 1 pengelola logistik dan 2 pembantu pelaksana.
Kurang memadai : Jika jumlah petugas imunisasi < 4 orang
Memadai : Jika jumlah petugas imunisasi ≥ 4 orang
3.4 Hipotesis Penelitian

36
1. Ada hubungan antara pengetahuan dengan pemberian imunisasi pada bayi di
Desa Martajaya Wilayah UPT Puskesmas Pasangkayu 2 Kabupaten
Pasangkayu.
2. Ada hubungan antara sikap dengan pemberian imunisasi pada bayi di Desa
Martajaya Wilayah UPT Puskesmas Pasangkayu 2 Kabupaten Pasangkayu.
3. Ada hubungan antara dukungan keluarga dengan pemberian imunisasi pada
bayi di Desa Martajaya Wilayah UPT Puskesmas Pasangkayu 2 Kabupaten
Pasangkayu.
4. Ada hubungan antara ketersediaan sumber daya kesehatan dengan pemberian
imunisasi pada bayi di Desa Martajaya Wilayah UPT Puskesmas Pasangkayu
2 Kabupaten Pasangkayu.

BAB 4

METODE PENELITIAN

4.1 Jenis Penelitian


Jenis penelitian ini adalah penelitian analitik dengan pendekatan Cross
sectional, yaitu rancangan penelitian dengan melakukan pengukuran atau
pengamatan pada saat bersamaan atau sekali waktu (Alimul, 2010).
4.2 Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di Desa Martajaya Wilayah UPT Puskesmas
Pasangkayu 2 pada bulan November sampai dengan Desember tahun 2021.
4.3 Populasi dan Sampel
4.3.1 Populasi
Populasi dalam penelitian ini adalah semua ibu yang memiliki anak
balita berusia ≤ 1 tahun di Desa Martajaya wilayah UPT Puskesmas
Pasangkayu 2 pada saat penelitian sedang berlangsung yaitu sebanyak 48
orang.
4.3.2 Sampel
a. Besar Sampel

37
Sampel dalam penelitian ini diambil dari keseluruhan jumlah
populasi yaitu sebanyak 48 orang ibu yang memiliki anak balita berusia
≤ 1 tahun di Desa Martajaya wilayah UPT Puskesmas Pasangkayu 2.
b. Teknik Pengambilan Sampel
Sampel diambil dengan teknik total sampling yaitu teknik
penentuan sampel bila semua anggota populasi digunakan sebagai
sampel penelitian (Sugiyono, 2010).
4.4 Pengumpulan Data
4.4.1 Data Primer
Data primer dalam penelitian ini adalah data yang diperoleh peneliti
secara langsung dari responden dengan menggunakan kuesioner penelitian.
Kuesioner pengetahuan berisi 10 pernyataan tentang imunisasi dasar,
yang terdiri dari 6 pernyataan positif (Nomor 1, 3, 5, 6, 7 dan 10) dan 4
pernyataan negatif (Nomor 2, 4, 8 dan 9). Pemberian skor pada jawaban
kuesioner yang pernyataan positif yaitu skor 1 jika pilihan jawabannya
benar dan skor 0 jika yang pilihan jawabannya salah. Untuk pernyataan
negatif yaitu skor 1 jika pilihan jawabannya salah dan skor 0 jika pilihan
jawaban benar.
Kuesioner sikap berisi 10 pernyataan tentang imunisasi dasar, yang
terdiri dari 6 pernyataan positif (Nomor 1, 2, 5, 6, 7 dan 10) dan 4
pernyataan negatif (Nomor 3, 4, 8 dan 9). Pemberian skor pada jawaban
kuesioner yang pernyataan positif yaitu skor 4 jika pilihan jawabannya
sangat setuju, skor 3 untuk pilihan jawaban setuju, skor 2 untuk pilihan
jawaban tidak setuju dan skor 1 untuk pilihan jawaban sangat tidak setuju.
Untuk pernyataan negatif yaitu skor 1 jika pilihan jawabannya sangat
setuju, skor 2 untuk pilihan jawaban setuju, skor 3 untuk pilihan jawaban
tidak setuju dan skor 4 untuk pilihan jawaban sangat tidak setuju.
Kuesioner dukungan keluarga dalam pemberian imunisasi berisi 10
pernyataan, yang terdiri dari 8 pernyataan positif (Nomor 1, 2, 4, 5, 6, 7, 8
dan 9) dan 2 pernyataan negatif (Nomor 3 dan 10). Pemberian skor pada
jawaban kuesioner yang pernyataan positif yaitu skor 4 jika pilihan

38
jawabannya selalu, skor 3 untuk pilihan jawaban sering, skor 2 untuk
pilihan jawaban kadang-kadang dan skor 1 untuk pilihan jawaban tidak
pernah. Untuk pernyataan negatif yaitu skor 1 jika pilihan jawabannya
selalu, skor 2 untuk pilihan jawaban sering, skor 3 untuk pilihan jawaban
kadang-kadang dan skor 4 untuk pilihan jawaban tidak pernah. Kuesioner
ketersediaan sumber daya kesehatan dikategorikan menjadi 2 yaitu sesuai
diberi skor 1 dan tidak sesuai diberi skor 0.
4.4.2 Data Sekunder
Data sekunder dalam penelitian ini adalah data yang diperoleh dari
profil UPT Puskesmas Pasangkayu 2.

4.5 Analisis Data


4.5.1 Analisis Univariat
Analisis univariat bertujuan untuk menjelaskan atau
mendeskripsikan karakteristik setiap variabel penelitian. Pada umumnya
dalam analisis ini hanya menghasilkan distribusi frekuensi dan persentase
dari tiap variabel. Analisis ini digunakan untuk menggambarkan
karakteristik responden, serta variabel dalam penelitian ini.
4.5.2 Analisis Bivariat
Analisis bivariat dilakukan untuk melihat hubungan antara variabel
independen dan variabel dependen dengan nilai kemaknaan 0,05 dengan
tingkat kepercayaan 95%. Adapun uji yang digunakan pada penelitian ini
adalah uji Chi-Square dengan interprestasi sebagai berikut:
a. Ada hubungan jika p ≤ 0,05 dengan demikian H0 ditolak
b. Tidak ada hubungan jika p > 0,05 dengan demikian H0 diterima.
Cara memperoleh median jika data tersebut dalam bentuk:
a. Data Tunggal
Untuk menentukan median dari data tunggal dengan cara:

39
n+1
1) Jika n ganjil, median adalah nilai data ke , yaitu:
2

Me = x n+1
2

n n+1
2) Jika n genap, letak median antara data ke dan yaitu:
2 2
1 x n x n+1
Me = ( + )
2 2 2

b. Data dalam Distribusi Frekuensi


Untuk menentukan median dari data yang telah disusun dalam
daftar distribusi frekuensi, langkah-langkahnya sebagai berikut:
1) Menentukan letak median
n
Median terletak pada data ke , dengan n adalah banyaknya data.
2
2) Menentukan nilai median, dengan menggunakan rumus:
n
−F
Me = Tb + [ 2 ] .p
fe

dengan:
Me = Median
Tb = Tepi bawah kelas median
F = Frekuensi kumulatif (jumlah frekuensi) sebelum kelas
median
fe = Frekuensi kelas median
4.6 Penyajian Data
Data disajikan dalam bentuk tabel distribusi frekuensi yang disertai dengan
penjelasan sehingga memudahkan untuk dianalisa.

40
41
BAB 5

HASIL DAN PEMBAHASAN

5.1 Hasil
5.1.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian
a. Keadaan Geografis
UPT Puskesmas Pasangkayu 2 terletak disebelah timur Ibu
kota Kabupaten Pasangkayu dengan batas-batas wilayah kerja yaitu
sebelah utara berbatasan dengan Desa Polewali, sebelah selatan
berbatasan dengan perkebunan kelapa sawit PT. Letawa, sebelah
timur berbatasan dengan Kec Rio Pakava, Kab. Donggala, Sul-Teng,
dan sebelah barat berbatasan dengan Desa Ako, Kec. Pasangkayu.
UPT Puskesmas Pasangkayu 2 merupakan salah satu dari 15
Puskesmas yang ada di Kabupaten Pasangkayu. Wilayah kerja UPT
Puskesmas Pasangkayu 2 terdiri dari 3 wilayah yaitu Kelurahan
Martajaya, Desa Gunung Sari (termasuk di dalamnya PT.
Pasangkayu) dan Desa Pakava.
Penduduk di wilayah kerja UPT Puskemas Pasangkayu 2
terdiri dari banyak suku yang menyebar di tiga desa/kelurahan, di
Kelurahan Martajaya dan Desa Gunung Sari penduduknya terdiri
dari suku Bali, suku Bugis, suku Mandar dan sebagian kecil suku
Jawa. Sedangkan penduduk di Desa Pakava didominasi oleh suku
Da’a/suku Bunggu yang merupakan penduduk asli desa tersebut,
kemudian ada suku Mandar suku Bugis dan suku Jawa.
b. Demografi
Berdasarkan data dari Badan Pusat Statistik (BPS) Kabupaten
Mamuju Utara, jumlah penduduk pada tahun 2020 di wilayah kerja
Puskesmas Pasangkayu 2 sebanyak 9.312 jiwa terdiri dari 4.902 jiwa
laki-laki dan 4.410 jiwa perempuan dengan 1.921 rumah tangga.
Penduduk paling banyak berada di Desa Gunung Sari yaitu sebesar
4.533 jiwa, Desa Pakava 2.749 jiwa dan di Kelurahan Martajaya

41
2.030 jiwa, dengan Kepadatan penduduk per km² dapat dilihat pada
Tabel 5.1 di bawah ini:
Tabel 5.1 Luas wilayah, jumlah desa/kelurahan, jumlah
penduduk, jumlah rumah tangga dan kepadatan
penduduk di wilayah kerja UPT Puskesmas
Pasangkayu 2 Kabupaten Pasangkayu

Rata-
Kepadata
Luas Jumlah Rata
Nama Jumlah n
No Wilayah Rumah Jiwa/
Desa/Kel Penduduk Penduduk
(Km2) Tangga Rumah
Per Km2
Tangga
1 Martajaya 20,60 2.030 421 4,82 93,54
2 Gunung 48,31 4.533 974 4,65 93,85
Sari
3 Pakava 146,12 2.749 526 5,23 18,82
Jumlah 215,03 9.312 1.921 4,85 43
Sumber: Data Sekunder, 2020

c. Cakupan Imunisasi
Tabel 5.2 Cakupan imunisasi di UPT Puskesmas Pasangkayu 2
Cakupan Imunisasi (BCG, DPT,
No Tahun
Campak, Hepatits B dan Polio)
1 2017 95,4%
2 2018 93,8%
3 2019 92,5%
4 2020 91,2%
5 2021 96,2%
Sumber: Data Sekunder, 2020

42
d. Tenaga Kesehatan
Tabel 5.3 Jumlah tenaga kesehatan di fasilitas kesehatan UPT
Puskesmas Pasangkayu 2

No Tenaga Kesehatan Jumlah


1 Dokter Umum 3 orang
2 Dokter Gigi 1 orang
3 Perawat 8 orang
4 Bidan 10 orang
5 Kesehatan Masyarakat 4 orang
6 Kesehatan Lingkungan 1 orang
7 Gizi 1 orang
8 Apoteker 1 orang
9 Teknis Kefarmasian 1 orang
10 Ahli Laboratorium Medik 1 orang
11 Rekam Medis 1 orang
Total 32 orang
Sumber: Data Sekunder, 2020

5.1.2 Analisis Univariat


Analisis univariat bertujuan untuk menjelaskan atau
mendeskripsikan karakteristik setiap variabel penelitian (variabel bebas
dan variabel terikat) dan karakteristik responden.
a. Distribusi Responden Menurut Umur
Distribusi responden menurut umur dalam penelitian ini dibagi
menjadi tiga kategori berdasarkan pembagian Kemenkes RI (2013)
yaitu 17-25 tahun (remaja akhir), 26-35 tahun (dewasa awal) dan 36-
45 tahun (dewasa akhir), untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel
5.4 di bawah ini:
Tabel 5.4 Distribusi responden menurut kelompok umur di Desa
Martajaya wilayah UPT Puskesmas Pasangkayu 2
Kabupaten Pasangkayu

Kelompok Umur F %
17-25 tahun 11 22,9
26-35 tahun 28 58,3
36-45 tahun 9 18,8
Total 48 100
Sumber: Data Primer, 2021

43
Berdasarkan tabel 5.4 menunjukkan bahwa distribusi
responden menurut umur di Desa Martajaya Wilayah UPT
Puskesmas Pasangkayu 2 Kabupaten Pasangkayu, terbanyak dari 48
responden yaitu pada kategori umur 26-35 tahun yakni 58,3% (28
responden), sedangkan kategori umur dengan jumlah terendah
adalah 36-45 tahun yakni 18,8% (9 responden).
b. Distribusi Responden Menurut Pendidikan
Distribusi responden menurut pendidikan dalam penelitian ini
dibagi menjadi lima kategori yaitu SD, SMP, SMA, D3 dan S1,
untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel 5.5 di bawah ini:
Tabel 5.5 Distribusi responden menurut pendidikan di Desa
Martajaya wilayah UPT Puskesmas Pasangkayu 2
Kabupaten Pasangkayu

Pendidikan f %
SD 2 4,2
SMP 9 18,8
SMA 32 66,6
D3 2 4,2
S1 3 6,2
Total 48 100
Sumber: Data Primer, 2021
Berdasarkan tabel 5.5 menunjukkan bahwa distribusi
responden menurut pendidikan di Desa Martajaya Wilayah UPT
Puskesmas Pasangkayu 2 Kabupaten Pasangkayu, terbanyak dari 48
responden yaitu pada kategori pendidikan SMA yakni 66,6% (32
responden), sedangkan kategori pendidikan dengan jumlah terendah
adalah SD dan D3 yakni masing-masing 4,2% (2 responden).
c. Distribusi Responden Menurut Pekerjaan
Distribusi responden menurut pekerjaan dalam penelitian ini
dibagi menjadi enam kategori yaitu honorer, pedagang, petani, PNS,
swasta dan URT, untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel 5.6 di
bawah ini:

44
Tabel 5.6 Distribusi responden menurut pekerjaan di Desa
Martajaya wilayah UPT Puskesmas Pasangkayu 2
Kabupaten Pasangkayu

Pekerjaan f %
Honorer 3 6,2
Pedagang 6 12,5
Petani 9 18,8
PNS 2 4,2
Swasta 3 6,2
URT 25 52,1
Total 48 100
Sumber: Data Primer, 2021
Berdasarkan tabel 5.6 menunjukkan bahwa distribusi
responden menurut pekerjaan di Desa Martajaya Wilayah UPT
Puskesmas Pasangkayu 2 Kabupaten Pasangkayu, terbanyak dari 48
responden yaitu pada kategori URT yakni 52,1% (25 responden),
sedangkan kategori pekerjaan dengan jumlah terendah adalah PNS
yakni 4,2% (2 responden).
d. Distribusi Responden Menurut Pengetahuan
Distribusi responden menurut pengetahuan dalam penelitian ini
dibagi menjadi dua kategori yaitu kurang baik dan baik, untuk lebih
jelasnya dapat dilihat pada tabel 5.7 di bawah ini:
Tabel 5.7 Distribusi responden menurut pengetahuan di Desa
Martajaya wilayah UPT Puskesmas Pasangkayu 2
Kabupaten Pasangkayu

Pengetahuan f %
Kurang baik 12 25
Baik 36 75
Total 48 100
Sumber: Data Primer, 2021
Berdasarkan tabel 5.7 menunjukkan bahwa distribusi
responden menurut pengetahuan di Desa Martajaya Wilayah UPT
Puskesmas Pasangkayu 2 Kabupaten Pasangkayu, terbanyak dari 48
responden yaitu pada kategori pengetahuan baik yakni 75% (36
responden).

45
e. Distribusi Responden Menurut Sikap
Distribusi responden menurut sikap dalam penelitian ini dibagi
menjadi dua kategori yaitu kurang baik dan baik, untuk lebih
jelasnya dapat dilihat pada tabel 5.8 di bawah ini:
Tabel 5.8 Distribusi responden menurut sikap di Desa Martajaya
wilayah UPT Puskesmas Pasangkayu 2 Kabupaten
Pasangkayu

Sikap f %
Kurang baik 19 39,6
Baik 29 60,4
Total 48 100
Sumber: Data Primer, 2021
Berdasarkan tabel 5.8 menunjukkan bahwa distribusi
responden menurut sikap di Desa Martajaya Wilayah UPT
Puskesmas Pasangkayu 2 Kabupaten Pasangkayu, terbanyak dari 48
responden yaitu pada kategori sikap baik yakni 60,4% (29
responden).
f. Distribusi Responden Menurut Dukungan Keluarga
Distribusi responden menurut dukungan keluarga dalam
penelitian ini dibagi menjadi dua kategori yaitu kurang mendukung
dan mendukung, untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel 5.9 di
bawah ini:
Tabel 5.9 Distribusi responden menurut dukungan keluarga di
Desa Martajaya wilayah UPT Puskesmas Pasangkayu
2 Kabupaten Pasangkayu

Dukungan Keluarga f %
Kurang mendukung 23 47,9
Mendukung 25 52,1
Total 48 100
Sumber: Data Primer, 2021
Berdasarkan tabel 5.9 menunjukkan bahwa distribusi
responden menurut dukungan keluarga di Desa Martajaya Wilayah
UPT Puskesmas Pasangkayu 2 Kabupaten Pasangkayu, terbanyak

46
dari 48 responden yaitu pada kategori dukungan keluarga yang
mendukung yakni 52,1% (25 responden).
g. Distribusi Responden Menurut Ketersediaan Sumber Daya
Kesehatan
Distribusi responden menurut ketersediaan sumber daya
kesehatan dalam penelitian ini dibagi menjadi dua kategori yaitu
kurang memadai dan memadai, untuk lebih jelasnya dapat dilihat
pada tabel 5.10 di bawah ini:
Tabel 5.10 Distribusi responden menurut ketersediaan sumber
daya kesehatan di Desa Martajaya wilayah UPT
Puskesmas Pasangkayu 2 Kabupaten Pasangkayu

Ketersediaan Sumber Daya Kesehatan f %


Kurang memadai 22 45,8
Memadai 26 54,2
Total 48 100
Sumber: Data Primer, 2021
Berdasarkan tabel 5.10 menunjukkan bahwa distribusi
responden menurut ketersediaan sumber daya kesehatan di Desa
Martajaya Wilayah UPT Puskesmas Pasangkayu 2 Kabupaten
Pasangkayu, terbanyak dari 48 responden yaitu pada kategori
ketersediaan sumber daya kesehatan yang memadai yakni 54,2% (26
responden).
h. Distribusi Responden Menurut Pemberian Imunisasi pada Bayi
Distribusi responden menurut pemberian imunisasi pada bayi
dalam penelitian ini dibagi menjadi dua kategori yaitu kurang
lengkap dan lengkap, untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel
5.11 di bawah ini:
Tabel 5.11 Distribusi responden menurut pemberian imunisasi
pada bayi di Desa Martajaya wilayah UPT
Puskesmas Pasangkayu 2 Kabupaten Pasangkayu
Pemberian Imunisasi pada Bayi f %
Kurang lengkap 21 43,8
Lengkap 27 56,2
Total 48 100
Sumber: Data Primer, 2021

47
Berdasarkan tabel 5.11 menunjukkan bahwa distribusi
responden menurut pemberian imunisasi pada bayi di Desa
Martajaya Wilayah UPT Puskesmas Pasangkayu 2 Kabupaten
Pasangkayu, terbanyak dari 48 responden yaitu pada kategori
pemberian imunisasi pada bayi yang lengkap yakni 56,2% (27
responden).
5.1.3 Analisis Bivariat
Analisis bivariat ini disajikan hasil penelitian tentang hubungan
antara variabel bebas yaitu pengetahuan, sikap dan dukungan keluarga
ibu serta ketersediaan sumber daya kesehatan terhadap variabel terikat
yaitu pemberian imunisasi pada bayi di Desa Martajaya Wilayah UPT
Puskesmas Pasangkayu 2 Kabupaten Pasangkayu. Uji statistik yang
digunakan untuk analisis bivariat adalah uji chi-square dengan p-value
≤ 0,05.
a. Hubungan Pengetahuan dengan Pemberian Imunisasi
Hubungan pengetahuan dengan pemberian imunisasi disajikan
dalam tabel 5.12 sebagai berikut:
Tabel 5.12 Hubungan pengetahuan dengan pemberian imunisasi
di Desa Martajaya wilayah UPT Puskesmas
Pasangkayu 2 Kabupaten Pasangkayu

Pemberian Imunisasi
P-
Kurang Total
Pengetahuan Lengkap Value =
lengkap
≤ 0,05
f % f % f %
Kurang baik 11 91,7 1 8,3 12 100
Baik 10 27,8 26 72,2 36 100 0,000
Total 21 43,8 27 56,2 48 100
Sumber : Data Primer, 2021
Berdasarkan tabel 5.12 menunjukkan bahwa dari 100%
responden atau sebanyak 12 responden yang mempunyai
pengetahuan kurang baik, terdapat responden yang mempunyai bayi
dengan pemberian imunisasi kurang lengkap sebanyak 91,7% atau
sebanyak 11 responden dan terdapat responden yang mempunyai
bayi dengan pemberian imunisasi lengkap sebanyak 8,3% atau

48
sebanyak 1 responden. Sedangkan dari 100% responden atau
sebanyak 36 responden yang mempunyai pengetahuan baik, terdapat
responden yang mempunyai bayi dengan pemberian imunisasi
kurang lengkap sebanyak 27,8% atau sebanyak 10 responden dan
terdapat responden yang mempunyai bayi dengan pemberian
imunisasi lengkap sebanyak 72,2% atau sebanyak 26 responden.
Hasil analisis uji chi-square dari penelitian ini didapatkan hasil
p-value = 0,000 sehingga p-value ≤ 0,05. Artinya ada hubungan
antara pengetahuan ibu dengan pemberian imunisasi pada bayi di
Desa Martajaya wilayah UPT Puskesmas Pasangkayu 2 Kabupaten
Pasangkayu.
b. Hubungan Sikap dengan Pemberian Imunisasi
Hubungan sikap dengan pemberian imunisasi disajikan dalam
tabel 5.13 sebagai berikut:
Tabel 5.13 Hubungan sikap dengan pemberian imunisasi di Desa
Martajaya wilayah UPT Puskesmas Pasangkayu 2
Kabupaten Pasangkayu

Pemberian Imunisasi
P-
Kurang Total
Sikap Lengkap Value =
lengkap
≤ 0,05
f % f % F %
Kurang baik 17 89,5 2 10,5 19 100
Baik 4 13,8 25 86,2 29 100 0,000
Total 21 43,8 27 56,2 48 100
Sumber : Data Primer, 2021
Berdasarkan tabel 5.13 menunjukkan bahwa dari 100%
responden atau sebanyak 19 responden yang mempunyai sikap
kurang baik, terdapat responden yang mempunyai bayi dengan
pemberian imunisasi kurang lengkap sebanyak 89,5% atau sebanyak
17 responden dan terdapat responden yang mempunyai bayi dengan
pemberian imunisasi lengkap sebanyak 10,5% atau sebanyak 2
responden. Sedangkan dari 100% responden atau sebanyak 29
responden yang mempunyai sikap baik, terdapat responden yang
mempunyai bayi dengan pemberian imunisasi kurang lengkap

49
sebanyak 13,8% atau sebanyak 4 responden dan terdapat responden
yang mempunyai bayi dengan pemberian imunisasi lengkap
sebanyak 86,2% atau sebanyak 25 responden.
Hasil analisis uji chi-square dari penelitian ini didapatkan hasil
p-value = 0,000 sehingga p-value ≤ 0,05. Artinya ada hubungan
antara sikap ibu dengan pemberian imunisasi pada bayi di Desa
Martajaya wilayah UPT Puskesmas Pasangkayu 2 Kabupaten
Pasangkayu.
c. Hubungan Dukungan Keluarga dengan Pemberian Imunisasi
Hubungan dukungan keluarga dengan pemberian imunisasi
disajikan dalam tabel 5.14 sebagai berikut:
Tabel 5.14 Hubungan dukungan keluarga dengan pemberian
imunisasi di Desa Martajaya wilayah UPT Puskesmas
Pasangkayu 2 Kabupaten Pasangkayu

Pemberian Imunisasi
P-
Dukungan Kurang Total
Lengkap Value =
Keluarga lengkap
≤ 0,05
f % F % f %
Kurang
17 73,9 6 26,1 23 100
mendukung
0,000
Mendukung 4 16 21 84 25 100
Total 21 43,8 27 56,2 48 100
Sumber : Data Primer, 2021
Berdasarkan tabel 5.14 menunjukkan bahwa dari 100%
responden atau sebanyak 23 responden yang dukungan keluarganya
kurang mendukung, terdapat responden yang mempunyai bayi
dengan pemberian imunisasi kurang lengkap sebanyak 73,9% atau
sebanyak 17 responden dan terdapat responden yang mempunyai
bayi dengan pemberian imunisasi lengkap sebanyak 26,1% atau
sebanyak 6 responden. Sedangkan dari 100% responden atau
sebanyak 25 responden yang dukungan keluarganya mendukung,
terdapat responden yang mempunyai bayi dengan pemberian
imunisasi kurang lengkap sebanyak 16% atau sebanyak 4 responden

50
dan terdapat responden yang mempunyai bayi dengan pemberian
imunisasi lengkap sebanyak 84% atau sebanyak 21 responden.
Hasil analisis uji chi-square dari penelitian ini didapatkan hasil
p-value = 0,000 sehingga p-value ≤ 0,05. Artinya ada hubungan
antara dukungan keluarga dengan pemberian imunisasi pada bayi di
Desa Martajaya wilayah UPT Puskesmas Pasangkayu 2 Kabupaten
Pasangkayu.
d. Hubungan Ketersediaan Sumber Daya Kesehatan dengan
Pemberian Imunisasi
Hubungan ketersediaan sumber daya kesehatan dengan
pemberian imunisasi disajikan dalam tabel 5.15 sebagai berikut:
Tabel 5.15 Hubungan ketersediaan sumber daya kesehatan
dengan pemberian imunisasi di Desa Martajaya
wilayah UPT Puskesmas Pasangkayu 2 Kabupaten
Pasangkayu

Ketersediaan Pemberian Imunisasi


P-
Sumber Kurang Total
Lengkap Value =
Daya lengkap
≤ 0,05
Kesehatan f % f % f %
Kurang
16 72,7 6 27,3 22 100
memadai
0,001
Memadai 5 19,2 21 80,8 26 100
Total 21 43,8 27 56,2 48 100
Sumber : Data Primer, 2021
Berdasarkan tabel 5.15 menunjukkan bahwa dari 100%
responden atau sebanyak 22 responden yang menyatakan
ketersediaan sumber daya kesehatan kurang memadai, terdapat
responden yang mempunyai bayi dengan pemberian imunisasi
kurang lengkap sebanyak 72,7% atau sebanyak 16 responden dan
terdapat responden yang mempunyai bayi dengan pemberian
imunisasi lengkap sebanyak 27,3% atau sebanyak 6 responden.
Sedangkan dari 100% responden atau sebanyak 26 responden yang
menyatakan ketersediaan sumber daya kesehatan memadai, terdapat
responden yang mempunyai bayi dengan pemberian imunisasi

51
kurang lengkap sebanyak 19,2% atau sebanyak 5 responden dan
terdapat responden yang mempunyai bayi dengan pemberian
imunisasi lengkap sebanyak 80,8% atau sebanyak 21 responden.
Hasil analisis uji chi-square dari penelitian ini didapatkan hasil
p-value = 0,001 sehingga p-value ≤ 0,05. Artinya ada hubungan
antara ketersediaan sumber daya kesehatan dengan pemberian
imunisasi pada bayi di Desa Martajaya wilayah UPT Puskesmas
Pasangkayu 2 Kabupaten Pasangkayu.
5.2 Pembahasan
5.2.1 Hubungan Pengetahuan dengan Pemberian Imunisasi
Pengetahuan merupakan salah satu faktor yang berhubungan
dengan pemberian imunisasi pada bayi. Ibu dengan tingkat pengetahuan
yang kurang memiliki kemungkinan lebih besar mengalami
ketidaklengkapan imunisasi dasar pada anaknya. Salah satu masalah
yang berkaitan dengan kelengkapan imunisasi adalah kurangnya
pengetahuan mengenai imunisasi (Ranuh dan Munasir, 2017). Hasil
penelitian ini menunjukkan bahwa terdapat hubungan antara
pengetahuan ibu dengan pemberian imunisasi pada bayi di Desa
Martajaya wilayah UPT Puskesmas Pasangkayu 2 Kabupaten
Pasangkayu.
Pada penelitian ini sebagian besar responden sudah mempunyai
pengetahuan baik tentang imunisasi dasar, hal ini dilihat dari jawaban
responden dimana menurut responden bahwa imunisasi adalah suatu
cara untuk meningkatkan kekebalan tubuh anak sehingga dapat
mencegah penyakit yang disebabkan oleh kuman atau bakteri, imunisasi
mempunyai tujuan pada anak maupun keluarga, imunisasi dapat
mencegah penyakit polio, Imunisasi DPT wajib diberikan pada anak
dan balita diwajibkan mendapatkan imunisasi polio.
Sebagian kecil responden yang mempunyai pengetahuan kurang
tentang imunisasi dasar dilihat dari jawaban responden, dimana
menurut responden bahwa imunisasi BCG diberikan 3 kali pada anak,

52
penyakit tetanus tidak dapat dicegah dengan pemberian imunisasi DPT,
imunisasi tidak dapat mencegah penyakit pada anak, pemberian
imunisasi BCG tidak dapat mencegah terjadinya TBC dan imunisasi
hepatitits B tidak perlu diberikan sebanyak 3 kali pada anak.
Hasil penelitian ini sejalan dengan hasil penelitian yang dilakukan
oleh Dewi (2018) yaitu adanya hubungan yang bermakna antara
pengetahuan ibu dengan pemberian imunisasi dasar lengkap (p =
0,024). Pengetahuan yang baik akan merubah pandangan ibu terkait
imunisasi, sehingga dari hal itu ibu akan mengupayakan anaknya untuk
diimunisasi secara lengkap.
Hasil penelitian ini sejalan pula dengan hasil penelitian yang
dilakukan oleh Pademme dan Mansoben (2020) di Posyandu Asoka
Wilayah Kerja UPTD Puskesmas Waisai Kabupaten Raja Ampat, yang
memperoleh hasil bahwa ada hubungan antara pengetahuan ibu dengan
kelengkapan imunisasi dasar pada bayi, dengan nilai p = 0,000.
Pengetahuan dianggap menjadi salah satu faktor yang ikut
mempengaruhi kelengkapan imunisasi pada anak. Kelengkapan
imunisasi anak tergantung seberapa banyak pengetahuan ibu tentang
imunisasi itu sendiri.
Hasil penelitian yang dilakukan oleh Setyaningsih (2019)
didapatkan bahwa ada hubungan antara pengetahuan ibu dengan
kelengkapan imunisasi dasar (p = 0,000), artinya semakin baik tingkat
pengetahuan ibu tentang imunisasi dasar maka ada kecenderungan ibu
untuk memberikan imunisasi secara lengkap kepada bayinya.
Pengetahuan yang baik ini dapat menyebabkan perubahan perilaku ibu
yang terbiasa dengan tradisi yang telah ada dikeluarga, khususnya
tradisi yang terbiasa tidak memberikan imunisasi pada bayi atau
balitanya. Dengan pengetahuan yang baik pula maka tradisi yang
tadinya tidak mengarah kepada perilaku hidup yang sehat akan dapat
berubah menjadi perilaku hidup yang sehat.

53
Namun hasil penelitian ini tidak sejalan dengan hasil penelitian
yang dilakukan oleh Ardhianingtyas (2018) dimana p-vaiue yang
diperoleh sebesar 0,410 maka dapat disimpulkan tidak ada hubungan
antara tingkat pengetahuan ibu tentang imunisasi dengan kelengkapan
imunisasi dasar anak. Diperkirakan pengetahuan bukanlah satu-satunya
faktor yang dapat mempengaruhi kelengkapan imunisasi. Sehingga
meskipun menurut tingkat pengetahuannya seorang ibu mengerti
pentingnya imunisasi, namun bila tidak didukung oleh faktor lain
misalnya faktor keterjangkauan tempat pelayann kesehatan dan
dukungan tenaga kesehatan maka pemberian imunisasi pada anak tidak
akan terpenuhi.
Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa sebanyak
91,7% responden yang memiliki pengetahuan kurang baik mempunyai
bayi yang kurang lengkap imunisasinya. Hal ini dikarenakan responden
yang mempunyai pengetahuan kurang baik tentang imunisasi tidak
memahami tentang manfaat atau pentingnya imunisasi pada bayi
sehingga menyebabkan tindakan yang tidak patuh terhadap pelaksanaan
imunisasi pada bayi. Responden akan cenderung mengabaikan kegiatan
imunisasi karena dianggap tidak terlalu penting dan tidak akan terjadi
masalah atau gangguan kesehatan pada bayinya walaupun tidak
memperoleh imunisasi lengkap.
Menurut Muklati (2020) ketidakpatuhan pemberian imunisasi
dasar lengkap dilihat berdasarkan karakteristik ibu. Ibu mempunyai
pengaruh dan peran penting dalam kesehatan anaknya. Ketidaktahuan
ibu tentang imunisasi yang kurang bermakna untuk mencegah penyakit
membuat rata-rata kepatuhan ibu melaksanakan imunisasi mencapai
60,6%.
Pernyataan Hanifah dan Martiani (2019) dalam penelitiannya
menjelaskan bahwa ibu akan cenderung kurang patuh membawa
balitanya ke pelayanan imunisasi karena ibu kurang memahami
imunisasi dan beranggapan imunisasi bukanlah hal yang diwajibkan

54
untuk balita, sehingga pemberian imunisasi pada balita menjadi kurang
lengkap.
Penelitian yang dilakukan oleh Maryani (2018) yang
menunjukkan pengetahuan ibu berpengaruh terhadap ketidakpatuhan
pemberian imunisasi dasar lengkap dan sebagian besar ibu baduta
memiliki pengetahuan yang kurang, lebih banyak tidak patuh
memberikan lima imunisasi dasar lengkap untuk anaknya. Kurangnya
pengetahuan ibu dapat meningkatkan risiko ketidakpatuhan ibu dalam
pemberian imunisasi dasar lengkap pada baduta.
Namun tidak sejalan dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh
Mulyani (2018) bahwa sebesar 67,8% ibu yang berpengetahuan kurang
tetapi mempunyai bayi yang imunisasinya lengkap. Hal ini disebabkan
karena tenaga kesehatan akan mendatangi rumah bayi yang belum
mendapatkan imunisasi, sehingga walaupun ibu mempunyai
penegtahuan yang kurang tentang imunisasi dan menjadikannya tidak
patuh untuk membawa anak dalam kegiatan imunisasi tapi anaknya
akan tetap mendpatkan imunisasi yang lengkap.
Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa sebanyak 8,3%
responden yang memiliki pengetahuan kurang baik tetapi mempunyai
bayi yang lengkap imunisasinya. Hal ini disebabkan karena faktor
pengetahuan bukan menjadi satu-satunya faktor yang mempengaruhi
kelengkapan imunisasi pada bayi. Misalnya seperti faktor kemudahan
menuju ke tempat imunisasi atau jarak rumah ibu berdekatan dengan
fasilitas kesehatan sehingga menyebabkan ibu rutin mengimunisasikan
bayinya walaupun ibu tidak tahu banyak tentang imunisasi. Selain itu
ada beberapa ibu yang menyatakan bahwa ke posyandu karena
mengikuti ajakan tetangga atau rekan terdekat yang kebetulan ke
posyandu juga untuk mengimunisasi anaknya.
Hasil penelitian yang dilakukan oleh Sapardi dkk (2021) bahwa
ibu yang mempunyai pengetahuan kurang baik tentang imunisasi belum
tentu tidak patuh terhadap kegiatan imunisasi pada anaknya, karena ada

55
beberapa faktor yang turut mempengaruhi kepatuhan tersebut
dianataranya yaitu dukungan keluarga, tenaga kesehatan, dan akses ke
fasilitas kesehatan.
Hasil penelitian yang dilakukan oleh Fajriah (2021) didapati ada
responden yang berpengetahuan kurang baik tapi patuh sebanyak 2
responden (25%), ini karena ibu memiliki keinginan untuk menjaga
kesehatan dan terhindar dari penyakit dengan memberikan imunisasi
pada bayinya selain itu dukungan dari tenaga kesehatan juga
menjadikan ibu patuh untuk mengimunisasi lengkap anaknya.
Namun tidak sejalan dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh
Astuti dan Nardina (2020) bahwa ibu yang pengetahuannya kurang baik
ada 62,3% yang memiliki anak dengan imunisasi tidak lengkap.
Ketidaktahuan ibu tentang imunisasi menjadikan ibu tidak patuh
terhadap kegiatan imunisasi yang akhirnya menjadikan anaknya tidak
memperoleh imunisasi secara lengkap.
Menurut Aprilia (2018) ada beberapa faktor yang mempengaruhi
ketidaklengkapan imunisasi pada anak, antara lain orang tua yang sibuk
bekerja, kurang memiliki waktu, bahkan kurang pengetahuan tentang
imunisasi dan perhatian terhadap kesehatan anakpun berkurang, kurang
informasi yang diperoleh baik melalui media massa, media elektronik
maupun penyuluhan-penyuluhan serta budaya yang masih
mengandalkan dukun sebagai penolong persalinan, sehingga tidak ada
anjuran kepada ibu bersalin untuk mengimunisasikan bayinya. Hal ini
menjadikan masyarakat tidak mengenal tentang imunisasi.
Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa sebanyak
27,8% responden yang memiliki pengetahuan baik tetapi mempunyai
bayi yang kurang lengkap imunisasinya. Hal ini disebabkan karena
berbagai faktor, salah satunya seperti kesibukan bekerja yang akhirnya
menjadikan responden kurang memperhatikan anaknya, sehingga ketika
tiba waktu imunisasi responden tidak memiliki waktu luang untuk
membawa anaknya diimunisasi, dan ditambah lagi jika kurangnya

56
dukungan keluarga terutama keterlibatan suami dalam kegiatan
imunisasi tentunya bayi tidak akan memperoleh imunisasi yang
lengkap. Jadi sekalipun ibu sudah mempunyai penegathaun yang baik
belum tentu menjadikan ibu aktif dalam kegiatan imunisasi.
Hasil penelitian yang dilakukan oleh Alhaddad (2020) yang
memperoleh hasil bahwa sebanyak 25% ibu yang berpengetahuan baik
tapi tidak lengkap imunisasi dasar pada anaknya. Ini disebabkan karena
kesibukan ibu menjadikan ketidakpedulian dan kurangnya kesadaran
membawa bayi untuk diimunisasi walaupun pada dasarnya mempunyai
pengetahuan baik dan sudah tahu mengenal jadwal yang ditentukan.
Menurut Yuda dan Nurmala (2018) responden yang tidak patuh
tapi mempunyai pengetahuan yang baik dikarenakan sebagian orang tua
tidak mendapatkan dukungan dari keluarga untuk mengikuti imunisasi,
karena keluarga khawatir dengan efek samping dari imunisasi seperti
demam pada bayi setelah di imunisasi.
Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa sebanyak
72,2% responden yang memiliki pengetahuan baik dan mempunyai bayi
yang lengkap imunisasinya. Hal ini disebabkan karena pada responden
yang mempunyai pengetahuan baik tentang imunisasi, umumnya
mempunyai kesadaran yang tinggi akan pentingnya imunisasi untuk
tumbuh kembang bayi, responden akan merasa imunisasi sangat perlu
untuk menjaga bayi dari serangan penyakit, sehingga dengan
pengetahuan baik yang telah dimiliki oleh responden, responden akan
mengupayakan bayinya untuk diberikan imunisasi secara lengkap.
Faktor yang berhubungan dengan kelengkapan imunisasi dasar
pada bayi maupun balita salah satunya adalah pengetahuan ibu, dimana
ibu yang mempunyai pengetahuan baik terhadap imunisasi akan selalu
membawa balitanya untuk diberikan imunisasi karena ibu tahu jika
imunisasi sangat penting bagi anaknya. Ibu yang sering mengikuti
penyuluhan dan selalu mencari informasi tentang imunisasi di media,
dapat menambah pemahaman ibu tentang imunisasi, sehingga hal ini

57
berdampak pada tingkat kepatuhan ibu dalam pemberian imunisasi pada
anaknya (Suparyanto, 2017).
Hasil penelitian yang dilakukan oleh Alhaddad (2020) bahwa ibu
yang berpengetahuan baik akan memberikan imunisasi yang lengkap
pada anaknya karena dengan mengetahui banyak hal tentang imunisasi,
timbul kesadaran dan perhatian dari ibu terhadap kegiatan imunisasi
sehingga menimbulkan keinginan yang besar agar anaknya memperoleh
imunisasi yang lengkap pula.
Pernyataan Mira (2019) dalam penelitiannya bahwa semakin
tinggi tingkat pengetahuan yang dimiliki seseorang maka seseorang
tersebut akan semakin patuh dalam membawa anaknya untuk
diimunisasi. Menurut penelitian Nurhikmah dan Nuryuniarti (2019) ada
hubungan tingkat pengetahuan ibu tentang pentingnya imunisasi dasar
dengan kepatuhan melaksanakan imunisasi. Ibu yang berpengetahuan
baik akan lebih mudah untuk mengerti tentang apa saja yang berkaitan
dengan imunisasi jadi ibu akan patuh dalam membawa anak untuk di
imunisasi secara lengkap.
Menurut Mandal (2018) bahwa pengetahuan orang tua akan
mempengaruhi kelengkapan status imunisasi anak, semakin baik
pengetahuan orang tua maka status imunisasi anak baik atau lengkap
begitu pula sebaliknya. Pengetahuan orang tua dipengaruhi oleh tingkat
pendidikan, dimana pendidikan ibu berkorelasi positif dengan imunisasi
anak dan status kesehatan anak dalam jangka panjang.
Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian Chintia dan Suryani
(2021), bahwa semakin baik tingkat pengetahuan ibu dalam pemberian
imunisasi, maka semakin meningkatkan kesadaran ibu dalam pemberian
imunisasi. Ini menunjukkan bahwa ibu yang berpengetahuan baik akan
lebih mudah untuk mengerti tentang apa saja yang berkaitan dengan
imunisasi. Jadi ibu akan lebih menyadari pentingnya imunisasi sehingga
mau membawa anaknya untuk diimunisasi.

58
Apabila seseorang mengetahui tentang bahaya dari suatu
penyakit, maka seseorang tersebut akan mengerti tentang rencana
tindakan dan pencegahan yang akan dilakukannya. Adanya
pengetahuan merupakan tahap awal dalam proses perubahan perilaku,
sehingga pengetahuan merupakan faktor internal yang mempengaruhi
perubahan perilaku ibu dalam mengimunisasi anaknya. Semakin
banyak informasi yang ibu peroleh tentang imunisasi akan menambah
pengetahuan ibu, dengan hal ini akan meningkatkan pula kepatuhan ibu
untuk mengimunisasikan balitanya secara lengkap (Wirawan, 2017).
5.2.2 Hubungan Sikap dengan Pemberian Imunisasi
Menurut teori Berkowitz dalam Azwar (2017) sikap merupakan
evaluasi atau reaksi perasaan. Sikap seseorang terhadap suatu objek
adalah perasaan mendukung atau memihak maupun perasaan tidak
mendukung atau tidak memihak pada objek tersebut. Sikap ibu
berhubungan dengan status imunisasi bayi. Sikap ibu yang baik
terhadap imunisasi menyebabkan ibu membawa bayinya ke pusat
pelayanan untuk mendapatkan kelengkapan imunisasi.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa terdapat hubungan antara
sikap ibu dengan pemberian imunisasi pada bayi di Desa Martajaya
wilayah UPT Puskesmas Pasangkayu 2 Kabupaten Pasangkayu. Pada
penelitian ini sebagian besar responden sudah mempunyai sikap baik
tentang imunisasi dasar, hal ini dilihat dari jawaban responden dimana
menurut responden bahwa perlu melakukan imunisasi untuk mencegah
anak dari penyakit campak, sebaiknya anak diimunisasi untuk
mencegah serangan penyakit TBC, sebaiknya anak diimunisasi untuk
mencegah penyakit hepatitis B, serta sebaiknya anak mendapatkan
imunisasi DPT untuk mencegah 3 jenis penyakit sekaligus yaitu Difteri,
Pertusis dan Tetanus.
Sedangkan pada sebagian kecil responden yang mempunyai sikap
kurang baik dilihat dari jawaban responden, dimana menurut responden
bahwa anak tidak perlu mengikuti posyandu setiap bulan untuk

59
memperoleh imunisasi, anak tidak perlu diberikan imunisasi ketika baru
lahir, anak tidak perlu diimunisasi untuk memperkuat sistem kekebalan
tubuhnya, anak tidak perlu memperoleh imunisasi secara lengkap, anak
tidak perlu diimunisasi sebab tidak semua jenis penyakit dapat dicegah
dengan imunisasi serta tidak perlu melakukan imunisasi untuk
mencegah anak dari penyakit polio.
Hasil penelitian ini sejalan dengan hasil penelitian yang dilakukan
oleh Nugrawati (2019) yaitu adanya hubungan yang bermakna antara
sikap ibu dengan pemberian imunisasi dasar lengkap (p = 0,000). Sikap
yang baik terhadap pelaksanaan imunisasi akan memunculkan tindakan
yang baik pula terhadap pemberian imunisasi yang lengkap. Hasil
penelitian yang dilakukan oleh Nurfauziyyah dkk (2018) sejalan pula
dengan hasil penelitian ini, dimana terdapat hubungan antara sikap
dengan kelengkapan imunisasi pada balita dengan nilai p yang
diperoleh adalah 0,000. Balita akan memperoleh imunisasi yang
lengkap jika sudah terbentuk sikap yang baik pada ibunya terhadap
imunisasi. Anak biasanya tidak akan memperoleh imunisasi yang
lengkap jika sikap ibunya kurang mendukung pelaksanaan imunisasi.
Penelitian yang dilakukan oleh Bagas (2018) tidak sejalan dengan
hasil penelitian ini yang memperoleh hasil bahwa tidak ada hubungan
sikap ibu dengan kelengkapan imunisasi pada bayi (p = 0,112). Sikap
merupakan bentuk reaksi yang masih tertutup, sehingga tindakan yang
ditimbulkan dari sikap dapat berubah-ubah. Jadi dengan artian
walaupun sikap seseorang positif atau negatif tapi belum tentu
tindakannya juga akan mengikuti bentuk sikap tersebut. Begitupun
dengan tindakan dalam mengimunisasi anak, walaupun sikap ibu sudah
baik namun tidak menjamin ibu membawa anaknya untuk diimunisasi
lengkap.
Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa sebanyak
89,5% responden yang memiliki sikap kurang baik mempunyai bayi
yang kurang lengkap imunisasinya. Hal ini dikarenakan dengan adanya

60
sikap yang kurang baik dari responden menjadikan responden cuek dan
kurang peduli terhadap pelaksanaan imunisasi, sehingga hal ini dapat
menjadikan responden malas atau tidak ingin membawa anaknya ke
tempat imunisasi. Selain itu sikap yang kurang baik ini biasanya
disebabkan oleh kurangnya kesadaran responden terhadap pentingnya
imunisasi pada bayi, akibatnya bayi memperoleh imunisasi yang kurang
lengkap.
Banyak faktor yang menyebabakan ketidaklengkapan imunisasi
pada bayi. Beberapa penelitian menemukan bahwa kepercayaan dan
sikap ibu mempunyai peranan yang sangat besar dalam program
imunisasi dasar. Sikap tersebut merupakan suatu respon tertutup yang
ditunjukkan ibu terhadap rangsangan yang berasal dari luar maupun
dari dalam diri ibu itu sendiri (Hidayat, 2018).
Menurut Budiman dan Riyanto (2018) sikap manusia merupakan
prediktor yang·utama bagi perilaku (tindakan) sehari-hari, meskipun
masih ada faktor-faktor lain, seperti lingkungan dan keyakinan
seseorang. Hal ini berarti bahwa kadang-kadang sikap dapat
menentukan tindakan seseorang, tetapi kadang-kadang sikap tidak
mewujud menjadi tindakan. Pertimbangan akan segala dampak positif
dan negatif suatu tindakan turut menentukan apakah sikap seseorang
menjadi tindakan yang nyata ataukah tidak. Begitu yang terjadi pada
ibu, ketika tindakan imunisasi dianggap hanya menyebabkan anak
demam dan rewel maka akan terbentuk sikap yang tidak merespon
dalam pelaksanaan kegiatan imunisasi pada anak.
Hasil penelitian yang dilakukan oleh Nugrawati (2019) sejalan
dengan hasil penelitian ini bahwa sebanyak 84,8% ibu dengan sikap
kurang baik memiliki bayi dengan imunisasi yang kurang lengkap.
Sikap pada umumnya dapat mempengaruhi tindakan, sehingga ketika
sikap yang ditunjukkan ibu kurang baik terhadap imunisasi maka
tindakan ibu juga umumnya akan menjadi kurang baik dalam
keikutsertaannya pada kegiatan imunisasi.

61
Menurut Lisnawati (2017) bahwa sikap masyarakat yang kurang
baik tentang imunisasi perlu diperbaiki agar generasi penerusnya dapat
terhindar dari penyakit menular tertentu. Hal yang perlu diperbaiki
adalah meningkatkan penyuluhan kepada masyarakat akan pentingnya
imunisasi, efek samping dari imunisasi serta kandungan dari vaksin
imunisasi sehingga dapat menimbulkan sikap yang peduli terhadap
kegiataan imunisasi.
Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa sebanyak
10,5% responden yang memiliki sikap kurang baik tetapi mempunyai
bayi yang lengkap imunisasinya. Hal ini disebabkan karena terdapat
beebrapa faktor yang menyebabkan kelengkapan imunisasi, seperti
adanya dorongan dari suami untuk mengikuti kegiatan imunisasi atau
keterlibatan kader dalam mempengaruhi responden untuk hadir disetiap
kegiatan imunisasi sehingga hal tersebut membentuk perilaku atau
tindakan yang aktif disetiap pelaksanaan imunisasi pada bayi.
Pernyataan Ishak dkk (2021) dalam penelitiannya bahwa ibu yang
menunjukkan sikap kurang baik atau kurang merespon terhadap
pelaksanaan imunisasi belum tentu tidak mengimunisasi anaknya.
Tindakan ini terjadi karena berbagai faktor, seperti keluarga yang
memotivasi ibu untuk mengimunisasi anaknya, tenaga kesehatan yang
mendatangi rumah bayi yang belum memperoleh imunisasi, dan adanya
keinginan ibu agar bayinya terhindar dari penyakit melalui pemberian
imunisasi.
Menurut Budiman dan Riyanto (2018) meskipun sikap dan
tindakan adalah dua hal yang sering bergandengan dan berkaitan,
namun tidak selamanya tindakan akan sejalan dengan sikap. Sikap
kurang baik yang ditunjukkan oleh seseorang, belum menjamin
tindakannya juga akan seperti itu, karena biasanya tindakan akan
berubah seiring dengan situasi yang terjadi saat itu juga.
Perilaku atau tindakan yang ditunjukan oleh seseorang belum
tentu mencerminkan sikapnya, karena sikap berbeda dengan perilaku.

62
Kadangkala seseorang bertindak tidak sesuai dengan sikap yang
terbentuk dalam dirinya. Informasi yang diperoleh seseorang akan dapat
merubah sikapnya mengenai objek yang ada melalui persuasi serta
tekanan dari orang sekitarnya (Hidayat, 2018).
Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa sebanyak
13,8% responden yang memiliki sikap baik tetapi mempunyai bayi
yang kurang lengkap imunisasinya. Hal ini disebabkan karena
responden yang sibuk dan tidak bisa mengikuti kegiatan imunisasi,
dimana ada beberapa responden merupakan petani yang kesehariannya
sibuk berkebun dan bertani, dan hampir tiap pagi hingga sore hari
mereka menghabiskan waktu di kebun, dan bayi biasanya dijaga oleh
orang tua responden yang tentunya mempunyai kesibukan pula di
dalam rumah sehingga tidak memungkinkan untuk membawa anak
diimunisasi, hal inilah yang menjadi alasan responden walaupun sudah
mempunyai sikap baik tetapi bayinya tidak memperoleh imunisasi
lengkap.
Hasil penelitian yang dilakukan oleh Nurani (2020) bahwa
sebanyak 53% ibu yang mempunyai sikap baik tetapi tidak
mengimunisasi anaknya secara lengkap disebabkan karena ibu sibuk
bekerja dan tidak memiliki waktu luang untuk datang setiap jadwal
imunisasi. Keluarga ibu juga kurang memberi dukungan dalam program
imunisasi sehingga ibu kesulitan meminta bantuan pada keluarga untuk
mengantarkan anaknya ke tempat imunisasi.
Pernyataan Nugrawati (2019) dalam penelitiannya bahwa sikap
terhadap pemberian imunisasi lengkap di Puskesmas Jongaya Makassar
masih ada beberapa responden yang sikapnya baik tetapi anaknya tidak
memperoleh imunisasi lengkap dikarenakan responden sibuk dengan
pekerjaan sehingga lupa membawa balita diimunisasi di Puskesmas
Jongaya Makassar.
Menurut Verolina (2017) bahwa tindakan dalam mengimunisasi
lengkap pada anak sering terkendala karena faktor jarak rumah yang

63
berjauhan dan tidak memiliki transportasi, masih adanya budaya yang
bertentangan, dukungan suami atau keluarga yang kurang, dan
kesibukan, sehingga meskipun sikap yang terbentuk sudah baik namun
jika ada faktor lain yang menjadi penghambat maka anak tidak akan
memperoleh imunisasi yang lengkap.
Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa sebanyak
86,2% responden yang memiliki sikap baik dan mempunyai bayi yang
lengkap imunisasinya. Hal ini disebabkan karena dengan adanya sikap
yang baik akan menimbulkan respon dan kepedulian yang baik pula
terhadap pelaksanaan imunisasi, sehingga ketika responden sudah
memiliki sikap yang peduli terhadap imunisasi maka umumnya hal itu
akan dituangkan dalam bentuk tindakan berupa pemberian imuniusasi
yang lengkap pada bayinya.
Teori Sarafino (2017) yang menjelaskan bahwa sikap merupakan
hal yang penting bukan hanya karena sikap itu sulit untuk diubah,
tetapi karena sikap sangat mempengaruhi pemikiran sosial individu
meskipun sikap tidak selalu direfleksikan dalam tingkah laku yang
tampak dan juga karena sikap seringkali mempengaruhi tingkah laku
individu terutama terjadi saat sikap yang dimiliki kuat dan mantap.
Sikap secara nyata menunjukkan konotasi adanya kesesuaian reaksi
terhadap stimulus tertentu yang dalam kehidupan sehari-hari merupakan
reaksi yang bersifat emosional terhadap stimulus sosial.
Bagas (2017) juga menyatakan bahwa sikap timbul dari
awareness (kesadaran) dan interest (merasa tertarik) terhadap stimulus.
Ada tiga komponen sikap yaitu kepercayaan atau keyakinan, perasaan
terhadap suatu objek dan kecenderungan untuk bertindak. Seseorang
yang memiliki kepercayaan dan perasaan terhadap informasi yang
mereka dapat, mereka akan cenderung untuk mengambil sikap yag baik
terhadap apa yang telah mereka terima sebelumnya. Faktor komunikasi
sosial dan informasi yang diterima individu dapat menyebabkan
perubahan sikap pada diri individu tersebut.

64
Hasil penelitian yang dilakukan oleh Dillyana dan Nurmala
(2019) bahwa sebanyak 74,36% ibu yang mempunyai sikap positif dan
anaknya memperoleh imunisasi lengkap. Ibu yang sudah memiliki sikap
baik atau positif terhadap imunisasi akan menjadikan ibu lebih
mendukung program pemberian imunisasi dan ibu tentunya akan rutin
membawa bayinya setiap jadwal imunisasi. Sejalan pula dengan hasil
penelitian yang dilakukan oleh Kharin dkk (2021) bahwa sebanyak
92,6% ibu yang mempunyai sikap positif dan anaknya mendapatkan
imunisasi yang lengkap. Sikap baik yang ditunjukkan oleh ibu
disebabkan ibu yang cenderung mendukung dan bertindak yang terbaik
untuk memenuhi kebutuhan anak khususnya pada pemberian imunisasi
dasar lengkap pada bayi.
Menurut Notoatmodjo (2018) sikap merupakan faktor kedua
terpenting setelah lingkungan yang akan mempengaruhi status
kesehatan seseorang. Sikap mempunyai tiga komponen pokok salah
satunya kccenderungan untuk bertindak, ketiga komponen ini secara
bersama-sama membentuk sikap yang utuh (total attitude). Dalam
penentuan sikap ini, pengetahuan, berfikir, keyakinan, dan emosi
memegang peranan penting. Menurut Sari dan Nadjib (2019) dalam
penelitiannya bahwa ibu yang mengetahui tentang imunisasi akan
membawa ibu untuk berfikir dan berusaha supaya imunisasi dasar
anaknya lengkap. Dalam berfikir ini komponen emosi dan keyakinan
ikut bekerja sehingga ibu tersebut bemiat akan mengimunsasikan
anaknya.
Sikap masih menjadi respon tertutup dan merupakan sindrom
yang melibatkan faktor pendapat, pikiran, perasaan, perhatian dan
gejala kejiawaan lain seseorang terhadap suatu objek yang ada. Sikap
masih merupakan kesiapan individu untuk melakukan tindakan secara
nyata. Hal ini menunjukkan bahwa perilaku dapat dimotivasi oleh
faktor internal dan ekternal yang juga dipengaruhi oleh komponen
intelektual dan emosional (Suharman, 2018).

65
Menurut Hurlock (2017) bahwa sikap akan menunjukkan apakah
seseorang menyetujui, mendukung, memihak atau tidak menyetujui,
tidak mendukung, atau tidak memihak suatu objek sikap. Bila seseorang
mempunyai sikap mendukung objek sikap, berarti mempunyai sikap
positif atau baik terhadaap objek tersebut. Sebaliknya jika seseorang
tidak mendukung terhadap objek sikap, berarti mempunyai sikap yang
arahnya negatif atau kurang baik terhadap objek yang bersangkutan.
5.2.3 Hubungan Dukungan Keluarga dengan Pemberian Imunisasi
Menurut Riskesdas (2018) salah satu alasan terbanyak mengapa
anak tidak diimunisasi antara lain karena keluarga tidak mengizinkan
anak untuk diimunisasi, sedangkan alasan lain adalah karena faktor
sibuk, lokasi yang jauh, anak sering sakit dan tidak tahu tempat
imunisasi. Walau latar belakang para orang tua sangat heterogen, pola
pengambilan keputusan orang tua terhadap imunisasi memiliki
gambaran yang serupa.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa terdapat hubungan antara
dukungan keluarga dengan pemberian imunisasi pada bayi di Desa
Martajaya wilayah UPT Puskesmas Pasangkayu 2 Kabupaten
Pasangkayu. Hasil penelitian ini sejalan dengan hasil penelitian yang
dilakukan oleh Igiany (2020) bahwa terdapat hubungan yang signifikan
antara dukungan keluarga dengan kelengkapan imunisasi dasar. Dari
hasil analisis bivariat juga diperoleh bahwa dukungan keluarga yang
rendah memiliki risiko hampir 18 lebih besar untuk terjadi
ketidaklengkapan imunisasi pada bayi.
Hasil penelitian ini sejalan pula dengan penelitian yang dilakukan
oleh Husnida (2019) bahwa terdapat hubungan dukungan keluarga ibu
terhadap kelengkapan imunisasi dasar di wilayah kerja Puskesmas
Rangkasbitung Desa Cijoro Lebak (p = 0,01). Begitu juga penelitian
lain yang dilakukan oleh Rahayuningsih dan Khairiah (2019)
menunjukkan terdapat hubungan antara dukungan keluarga terhadap
pemberian imunisasi dasar pada bayi di Desa Gue Gajah Aceh Besar.

66
Penelitian lain yaitu Santoso (2021) yang juga menyatakan ada
hubungan dukungan keluarga terhadap pemberian imunisasi dasar
lengkap pada balita dengan p-value (0,020). Banyaknya hasil penelitian
yang sejalan ini semakin memperkuat penelitian ini bahwa dukungan
keluarga menjadi salah satu faktor penentu kelengkapan imunisasi pada
bayi.
Menurut Hartati (2019) selain aspek pengetahuan, sikap dan
perilaku ibu, dukungan keluarga juga mempengaruhi cakupan imunisasi
dasar lengkap yang diberikan pada anak. Dalam hal ini dukungan
keluarga adalah kunci utama sikap dan perilaku ibu terhadap imunisasi
pada anak. Dukungan keluraga yang dimaksud adalah dukungan yang
diberikan oleh anggota keluarga (suami, orang tua dan saudara)
sehingga individu yang diberikan dukungan merasakan bahwa dirinya
diperhatikan, dihargai, dan mendapatkan bantuan dari orang-orang yang
berarti serta memiliki ikatan keluarga yang kuat dengan anggota
keluarga lain. Keluarga berfungsi sebagai penyebar informasi tentang
dunia, mencakup memberi nasehat, petunjuk-petunjuk, saran atau
umpan balik.
Namun penelitian yang dilakukan oleh Septiani dan Mita (2020)
tidak sejalan dengan penelitian ini dimana hasil penelitiannya
menunjukkan bahwa tidak ada hubungan antara dukungan keluarga
dengan cakupan pemberian imunisasi dasar (p=0,074), karena peran
orang tua atau suami yang baik ataupun kurang baik, tidak memberikan
pengaruh kepada ibu untuk mengimunisasi anaknya secara lengkap.
Begitu juga hasil penelitian dari Mandagi dkk (2018) yang memperoleh
hasil tidak ada hubungan dukungan keluarga dengan imunisasi dasar
lengkap pada bayi di Puskesmas Suluun Kabupaten Minahasa Selatan.
Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa sebanyak
73,9% responden dengan dukungan keluarga yang kurang mendukung
mempunyai bayi yang kurang lengkap imunisasinya. Hal ini
dikarenakan keluarga yang tidak memberi dukungan pada responden

67
untuk mengimunisasi lengkap bayinya akan menurunkan motivasi dan
semangat responden dalam membawa bayi ke tempat pelayanan
imunisasi sehingga responden tidak berniat untuk memberikan
imunisasi yang lengkap pada bayinya.
Hasil penelitian yang dilakukan oleh Wati dkk (2022) bahwa
sebanyak 70,8% responden yang dukungan keluarganya kurang baik
mempunyai bayi yang tidak memperoleh imunisasi secara lengkap.
Bagi sebagian ibu dukungan keluarga itu amatlah penting dalam semua
hal, baik itu tentang kesehatan ataupun yang lainnya, karena keluarga
dianggap sebagai orang yang dapat memberi perlindungan, saran
ataupun nasehat, sehingga ketika keluarga tidak memberi dukungan
terhadap pelaksanaan imunisasi, maka akan menurunkan minat ibu
untuk mengimunisasi lengkap anaknya.
Menurut penelitian Khasanah dan Padmawati (2019) tentang
faktor determinan penolakan imunisasi di Desa Bonjor Kabupaten
Temanggung, menyebutkan bahwa penyebab subjek penelitian tidak
memberikan imunisasi dasar lengkap kepada anaknya salah satunya
yaitu kurang adanya dukungan dari lingkungan untuk imunisasi, baik
dari orang tua, suami, teman, kader, sehingga tidak ada dorongan untuk
mengimunisasi anak.
Menurut Sekar (2018) dalam peneltiiannya secara umum sebagian
besar keluarga yang memiliki bayi telah mendapatkan imunisasi dasar
lengkap. Namun disisi lain, terdapat pula wilayah yang masyarakatnya
tidak memberikan imunisasi dasar lengkap kepada anaknya. Tidak
terpenuhinya cakupan tersebut menyebabkan masih adanya jumlah
kasus penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi. Terdapat faktor
penyebab masyarakat tidak memberikan imunisasi kepada anak,
utamanya adalah dukungan keluarga yang kurang.
Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa sebanyak
26,1% responden dengan dukungan keluarga yang kurang mendukung
tetapi mempunyai bayi yang lengkap imunisasinya. Hal ini disebabkan

68
karena adanya pengetahuan yang menimbulkan kesadaran responden
terhadap pentingnya imunisasi lengkap dalam mencegah penyakit pada
bayinya, responden memahami dengan benar terkait manfaat dari
imunisasi dan efek samping vaksin yang tidak berbahaya sehingga
dengan pengetahuan dan kesadaran akan pentingnya imunisasi tersebut
mendorong responden untuk tetap memberikan imunisasi yang lengkap
walaupun keluarga kurang mendukung. Selain itu ada beberapa
responden yang menyatakan bahwa kelaurga kurang mendukung karena
pandangan mereka selama ini salah terhadap imunisasi yang akhirnya
menyebabkan penolakan pada imunisasi.
Hasil penelitian yang dilakukan oleh Sekar (2018) bahwa terdapat
20,4% ibu yang kurang mendapat dukungan dari kelaurga namun
mengimunisasi anaknya dengan lengkap. Ini disebabkan karena ibu
mempunyai prinsip yang kuat dalam menjaga kesehatan anak salah
satunya dengan memberikan imunisasi yang lengkap, selain itu ibu
memahami bahwa imunisasi sangat penting untuk perlindungan anak
dari berbagai serangan penyakit, sehingga walaupun tidak mendapat
dukungan dari keluarga, ibu tetap memberikan imunisasi lengkap pada
anaknya.
Begitu juga dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Manjang
dkk (2021) yang memperoleh hasil bahwa ibu tetap memberikan
imunisasi dasar lengkap pada anaknya walaupun tidak mendapatkan
dukungan dari keluarga. Selama ini keluarga menilai pemberian
imunisasi bukanlah hal yang penting untuk anak, dan pandangan yang
beredar dimasyarakat bahwa imunisasi bertentangan dengan norma
agama sehingga banyak orang tua atau suami yang tidak menyarankan
atau mengizinkan ibu untuk mengimunisasi anak. Namun jika ibu sudah
mempunyai pemahaman dan kesadaran yang tinggi terhadap kesehatan
terutama pada imunisasi, ibu akan tetap memberikan imunisasi kepada
anaknya.

69
Menurut Manjang dkk (2021) perilaku ibu dalam pemberian
imunisasi dasar lengkap dipengaruhi oleh niat dan kemauan yang kuat
dari ibu. Perilaku pada umunya mengikuti niat dan tidak akan pernah
terjadi tanpa niat. Niat-niat seseorang juga dipengaruhi oleh sikap-sikap
terhadap suatu perilaku, seperti apakah ia merasa suatu perilaku itu
penting.
Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa sebanyak 16%
responden dengan dukungan keluarga yang mendukung tetapi
mempunyai bayi yang kurang lengkap imunisasinya. Hal ini disebabkan
karena terdapat responden yang menyatakan bayinya rewel dan sakit
saat mendapatkan imunisasi sehingga responden tidak membawa atau
tidak menginginkan bayinya untuk memperoleh imunisasi lagi karena
merasa kasihan dan tidak tega melihat kondisi anaknya seperti itu. Jadi
walaupun keluarga sudah mendukung, namun dengan melihat kondisi
bayi yang tidak sehat, ibu tidak akan mengimunisasi bayinya.
Hasil penelitian yang dilakukan oleh Manjang dkk (2021) bahwa
sebanyak 20,9% ibu yang mendapatkan dukungan dari keluarga tetapi
memilih untuk tidak mengimunisasi anak secara lengkap. Hasil ini juga
serupa dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Handayani (2021)
bahwa ada 13,6% ibu tidak mengimunisasi lengkap anaknya padahal
sudah mendapatkan dukungan dari keluarga mengenai keikutsertaan ibu
dan anaknya dalam kegiatan imunisasi. Penyebabnya karena kondisi
bayi yang sakit setelah diimunisasi bahkan hingga rewel membuat ibu
memutuskan untuk tidak lagi memberi imunisasi pada anaknya.
Menurut Wirawan (2017) ketidaklengkapan imunisasi
dipengaruhi oleh banyak faktor, diantaranya seperti kondisi bayi yang
sakit setelah diimunisasi sehingga ibu tidak berniat lagi untuk
melanjutkan pemberian imunisasi lainnya. Selain itu jadwal imunisasi
yang bersamaan dengan kegiatan atau pekerjaan ibu yang menyebabkan
ibu terpaksa tidak membawa anaknya untuk diimunisasi dan kurangnya
motivasi ibu karena dukungan keluarga yang rendah.

70
Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa sebanyak 84%
responden dengan dukungan keluarga yang mendukung dan
mempunyai bayi yang lengkap imunisasinya. Hal ini disebabkan karena
sebagian responden merasa dukungan keluarga sangat berarti karena
dapat memotivasi dan meningkatkan semangat responden untuk
mengikuti pelaksanaan imunisasi demi tumbuh kembang anak yang
baik. Keluarga juga menjadi penolong untuk mengingatkan,
menyarankan dan mencari solusi ketika lupa atau kesulitan dalam
mengakses tempat pelayanan imunisasi. Sehingga dengan adanya
dukungan dari keluarga, ibu akan lebih mudah mengimunisasi lengkap
bayinya.
Pernyataan Fitriana dkk (2020) dalam penelitiannya dimana ibu
yang sudah mendapatkan dukungan dari keluarga cenderung
mengimunisasi anaknya dengan lengkap. Begitu juga dengan hasil
penelitian Sekar (2018) bahwa sebanyak 87,3% ibu yang mendapat
dukungan dari keluarga memberikan imunisasi lengkap pada anaknya.
Adanya dorongan yang kuat dari keluarga dan didukung juga oleh
ketersediaan sarana pelayanan kesehatan yang sudah baik tentunya akan
memotivasi ibu dalam mengimunisasi lengkap anaknya.
Menurut Wati dkk (2022) dukungan keluarga merupakan salah
satu faktor penting untuk kelengkapan imunisasi karena dari dukungan
keluarga akan mendorong orang tua untuk melakukan imunisasi pada
anaknya. Dukungan keluarga seperti dari orang tua, mertua, saudara
maupun suami dapat diwujudkan dengan memberikan perhatian,
bersikap empati, memberikan dorongan, memberikan saran, serta
memberi pengetahuan. Selain itu, keluarga ikut turut serta dalam
merawat seorang anak sehingga memiliki pengaruh besar dalam
keputusan pemberian imunisasi.
Berdasarkan hasil penelitian Khasanah dan Padmawati (2019),
faktor pendorong (faktor keluarga) merupakan faktor terbanyak yang
mempengaruhi status imunisasi. Hal ini menandakan bahwa faktor

71
pendorong lebih berperan dalam pengambilan keputusan ibu dalam
upaya pencapaian status imunisasi anak. Pengambilan keputusan
tersebut tentunya didasari atas dukungan keluarga sehingga muncul
suatu perilaku. Dengan mengetahui perbandingan dukungan keluarga
dalam pemberian imunisasi dasar lengkap, maka dapat digunakan
sebagai acuan dalam upaya peningkatan cakupan pemberian imunisasi
dasar lengkap serta informasi terhadap keluarga terkait manfaat
pemberian imunisasi dasar lengkap.
5.2.4 Hubungan Ketersediaan Sumber Daya Kesehatan dengan
Pemberian Imunisasi
Keberhasilan pembangunan kesehatan sangat dipengaruhi oleh
tersedianya sumber daya manusia yang sehat, terampil dan ahli, serta
disusun dalam satu program kesehatan dengan perencanaan terpadu
yang didukung oleh dan informasi epidemologi yang valid.
Pembangunan bidang kesehatan di Indonesia saat ini mempunyai beban
ganda (double burden). Penyakit menular masih merupakan masalah,
sementara penyakit degeneratif juga muncul sebagai masalah. Penyakit
menular tidak mengenal batas wilayah administrasi, sehingga
menyulitkan pemberantasannya (Kemenkes RI, 2018).
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa terdapat hubungan antara
ketersediaan sumber daya kesehatan dengan pemberian imunisasi pada
bayi di Desa Martajaya wilayah UPT Puskesmas Pasangkayu 2
Kabupaten Pasangkayu. Hasil penelitian ini sejalan dengan hasil
penelitian yang dilakukan oleh Nurani (2020) dimana terdapat
hubungan yang bermakna antara ketersediaan tenaga kesehatan dengan
kelengkapan imunisasi pada bayi (p= 0,014). Sejalan pula dengan hasil
penelitian yang dilakukan oleh Handayani (2018) yang menemukan
adanya hubungan dari ketersediaan sumber daya kesehatan dengan
kelengkapan imunisasi bayi (p= 0,001). Peran tenaga kesehatan
menjadi salah satu faktor dalam pemenuhan kelengkapan imunisasi
pada bayi, maka dari itu jika tenaga kesehatan yang tersedia tidak

72
menunjang, bukan hanya kuantitas saja namun secara kualitas dalam
pelaksanaan program imunisasi, maka kecil kemungkinan seluruh bayi
mendapat imunisasi yang lengkap.
Menurut Adi (2018) pelayanan imunisasi pada prinsipnya
bertujuan untuk memantapkan dan meningkatkan jangkauan pelayanan
imunisasi secara efektif dan efisien. Dalam upaya memberikan
pelayanan imunisasi secara maksimal terhadap kelompok sasaran,
pemerintah telah menyediakan sarana dan prasarana, selain itu juga
dilakukan penyegaran pengetahuan (refreshing) bagi petugas imunisasi
melalui berbagai pelatihan maupun penataran untuk lebih meningkatkan
keterampilan petugas sehingga dari hal ini diharapkan program
imunisasi dapat terlaksana sesuai dengan target.
Namun tidak sejalan dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh
Sari dan Nadjib (2019) yang memperoleh hasil tidak ada hubungan
ketersediaan tenaga kesehatan dengan kelengkapan imunisasi (p =
0,958). Dengan artian bahwa berapa banyakpun jumlah tenaga
kesehatan yang tersedia dalam pelaksanaan program imunisasi, tidak
akan menjamin anak memperoleh imunisasi yang lengkap.
Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa sebanyak
72,7% responden yang menyatakan ketersediaan sumber daya
kesehatan (petugas pelaksana imunisasi) kurang memadai mempunyai
bayi yang kurang lengkap imunisasinya. Hal ini disebabkan karena
dengan sumber daya kesehatan yang kurang memadai akan menyulitkan
pelaksanaan program imunisasi, sehingga upaya untuk menjangkau
seluruh bayi di wilayah kerja puskesmas akan terbatas karena
kurangnya jumlah petugas pelaksana imunisasi.
Menurut Atikah (2017) bahwa program imunisasi telah terbukti
efektif dalam mengendalikan penyakit, program ini dapat efektif bila
didukung oleh pelayanan yang bermutu dan jumlah tenaga kesehatan
yang terlibat sangat memadai. Namun jika hal itu tidak terpenuhi, maka
akan berdampak terhadap kegagalan pelaksanaan kegiatan imunisasi.

73
Menurut Kurniasari dkk (2021) dalam penelitiannya bahwa
sebanyak 75% bayi tidak mendapat imunisasi lengkap karena jumlah
tenaga kesehatan dalam pelayanan imunisasi terbatas. Hal ini menjadi
faktor ketidaksuksesan program imunisasi yang menggarapkan bayi
memperoleh imunisasi dasar lengkap.
Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa sebanyak
27,3% responden yang menyatakan ketersediaan sumber daya
kesehatan (petugas pelaksana imunisasi) kurang memadai tetapi
responden mempunyai bayi yang lengkap imunisasinya. Hal ini
disebabkan karena meskipun jumlah petugas pelaksana imunisasi
dinilai responden masih kurang memadai, namun itu tidak menjadi
penghalang bagi responden untuk datang ke pelayanan imunisasi, sebab
responden menyadari dan memahami lengkap dan tidaknya imunisasi
pada bayinya itu tergantung bagaimana keaktifan orang tua bayi itu
sendiri dalam kegiatan imunisasi.
Pernyataan Handayani (2018) dalam penelitiannya bahwa ibu
tetap mengimunisasi anaknya secara lengkap walaupun ibu menilai
kuantitas dan kualitas tenaga kesehatan dalam melayani masih kurang.
Ditemukan ada beberapa ibu yang memang merasa kurang puas dalam
pelayanan imunisasi, namun itu tidak menjadi alasan untuk tidak
membawa anaknya ke pelayanan imunisasi lagi. Kebutuhan dan
kesadaran yang tinggi akan kesehatan menjadikan ibu dan bayi tetap
hadir dalam kegiatan imunisasi.
Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa sebanyak
19,2% responden yang menyatakan ketersediaan sumber daya
kesehatan (petugas pelaksana imunisasi) sudah memadai tetapi
mempunyai bayi yang kurang lengkap imunisasinya. Hal ini disebabkan
karena beberapa faktor seperti kesibukan responden, dukungan keluarga
yang kurang, kondisi bayi yang rewel pasca imunisasi, pengetahuan
responden yang masih kurang tentang imunisasi sehingga menimbulkan

74
sikap cuek yang akhirnya menjadikan responden tidak mengimunisasi
bayinya secara lengkap.
Penelitian yang dilakukan oleh Putri dan Zuiatna (2018) bahwa
beberapa faktor yang menjadi pemicu ketidaklengkapan imunisasi pada
bayi yaitu faktor kesibukan, jarak fasilitas kesehatan yang jauh,
pengetahuan minim, sikap tidak peduli, dukungan keluarga yang kurang
baik, kurangnya kesadaran, budaya dan dukungan tenaga kesehatan
yang kurang.
Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa sebanyak
80,8% responden yang menyatakan ketersediaan sumber daya
kesehatan (petugas pelaksana imunisasi) sudah memadai dan
mempunyai bayi yang lengkap imunisasinya. Hal ini disebabkan karena
dengan adanya jumlah petugas pelaksana imunisasi yang mencukupi,
kegiatan imunisasi akan berjalan dengan baik. Waktu pelayanannya
juga akan lebih singkat sehingga responden tidak membutuhkan waktu
yang lama untuk mendapatkan pelayanan imunisasi, dan tentunya hal
itu akan memberi kepuasan bagi responden terhadap pelayanan yang
diberikan. Namun ketika yang terjadi sebaliknya, maka muncul
ketidakpuasan terhadap pelayanan imunisasi dan itu dapat berdampak
pada ketidakhadiran responden dikegiatan imunisasi berikutnya.
Pernyataan Putri dan Zuiatna (2018) dalam penelitiannya bahwa
pelayanan imunisasi yang kurang baik dapat menurukan kepuasan ibu
terhadap pelayanan tersebut sehingga hal ini menjadi penyebab
kurangnya minat ibu untuk mengimunisasi kembali anaknya.
Menurut Laila (2018) dari hasil penelitiannya bahwa pelayanan
imunisasi tidak dilakukan secara baik karena fasilitas dan tenaga
kesehatan yang kurang memadai, dan kegiatan posyandu dilaksanakan
di rumah warga yang sangat dekat dengan jalan raya, selain itu adanya
perbedaan sikap dari petugas kesehatan kepada setiap ibu bayi
menyebabkan beberapa ibu bayi tidak puas terhadap pelayanan

75
imunisasi tersebut, akibatnya ibu enggan membawa bayinya untuk
mengikuti jadwal imunisasi berikutnya.
Menurut Kemenkes RI (2018) puskesmas merupakan unit
pelaksana pelayanan kesehatan di wilayah kecamatan yang
melaksanakan tugas-tugas operasional pembangunan kesehatan.
Pembangunan puskesmas ditingkat kecamatan dituntut untuk
memberikan pelayanan yang berkualitas sesuai dengan standar yang
ditetapkan dan dapat menjangkau seluruh lapisan masyarakat. Sebagai
akibat dari minimnya fasilitas kesehatan dan jumlah tenaga kesehatan di
puskesmas, serta diasumsikan rendahnya peran aktif petugas kesehatan
puskesmas terhadap pelaksanaan program imunisasi dan rendahnya
kemampuan serta keterampilan petugas imunisasi dalam melaksanakan
seluruh kegiatan-kegiatan dalam program imunisasi menurunkan
partisipasi ibu dalam kegiatan imunisasi pada bayi.
5.3 Keterbatasan Penelitian
Keterbatasan penelitian ini yaitu peneliti hanya dapat mengkaji
dari faktor pengetahuan, sikap, dukungan keluarga dan ketersediaan
sumber daya kesehatan. Sementara masih ada faktor lain yang tidak
diteliti seperti peran tenaga kesehatan, kualitas pelayanan imunisasi,
jarak ke fasilitas pelayanan imunisasi, pekerjaan, umur dan pendidikan
ibu yang turut berpengaruh terhadap kelengkapan imunisasi bayi.
Keterbatasan lainnya yaitu pengukuran ketersediaan sumber daya
kesehatan hanya melalui penilaian responden saja, sehingga ditemukan
jawaban yang berbeda dari masing-masing responden. Selain itu
keterbatasan lainnya yaitu durasi waktu penelitian yang singkat saat
berjumpa beberapa responden, hal ini dikarenakan beberapa responden
ditemui pada saat pelaksanaan imunisasi sehingga peneliti kesulitan
memperoleh informasi mendalam. Hal ini disebabkan pula peneliti juga
mengejar waktu jadwal imunisasi, sebagian responden sulit untuk
dijumpai di rumahnya karena mereka sibuk di kebun jadi peneliti
menargetkan waktu saat pelaksanaan imunisasi agar mudah menemui

76
responden sebab biasanya mereka hadir pada saat kegiatan imunisasi.
Akan tetapi, dengan adanya keterbatasan tersebut tentunya tidak
mengurangi manfaat dari hasil penelitian ini. Untuk itu diharapkan
penelitian ini dapat dipergunakan sebagai sumber acuan untuk
melakukan penelitian yang lebih baik kedepannya sehingga dapat
mengetahui akar masalah dari ketidaklengkapan imunisasi pada bayi.

BAB 6

KESIMPULAN DAN SARAN

6.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian tentang faktor yang berhubungan dengan
pemberian imunisasi pada bayi di Desa Martajaya wilayah UPT Puskesmas
Pasangkayu 2 Kabupaten Pasangkayu didapatkan kesimpulan sebagai berikut:
1. Terdapat hubungan antara pengetahuan dengan pemberian imunisasi pada
bayi di Desa Martajaya Wilayah UPT Puskesmas Pasangkayu 2 Kabupaten
Pasangkayu, dimana ibu dengan pengetahuan yang baik cenderung
memberikan imunisasi pada bayinya.
2. Terdapat hubungan antara sikap dengan pemberian imunisasi pada bayi di
Desa Martajaya Wilayah UPT Puskesmas Pasangkayu 2 Kabupaten
Pasangkayu, dimana ibu dengan sikap yang baik lebih banyak yang
memberikan imunisasi pada bayinya.
3. Terdapat hubungan antara dukungan keluarga dengan pemberian imunisasi
pada bayi di Desa Martajaya Wilayah UPT Puskesmas Pasangkayu 2

77
Kabupaten Pasangkayu, dimana ibu dengan dukungan keluarga yang baik
lebih banyak yang memberikan imunisasi pada bayinya.
4. Terdapat hubungan antara ketersediaan sumber daya kesehatan dengan
pemberian imunisasi pada bayi di Desa Martajaya Wilayah UPT
Puskesmas Pasangkayu 2 Kabupaten Pasangkayu, dimana ketersediaan
sumber daya kesehatan memberi pengaruh mendorong ibu memberikan
imunisasi pada bayinya.
6.2 Saran
Berdasarkan penelitian, maka peneliti memberikan beberapa saran dan
rekomendasi yaitu:
1. Sebaiknya para ibu bayi rutin membawa anaknya untuk diimunisasi, dan
ibu juga sebaiknya aktif dalam kegiatan penyuluhan kesehatan dan
mencari sumber informasi terkait imunisasi agar dapat menambah
pemahaman dan sikap ibu terhadap imunisasi pada anaknya. Sebaiknya ibu
juga tidak terpengaruh pada keluarga yang kurang mendukung program
imunisasi.
2. Sebaiknya pihak Puskesmas lebih aktif melakukan penyuluhan mengenai
imunisasi pada ibu bayi. Diharapkan pihak Puskesmas juga terutama kader
Posyandu agar lebih aktif untuk memotivasi ibu bayi untuk datang ke
pelayanan kesehatan seperti Posyandu atau bisa langsung mendatangi
rumah bayi yang terhalang karena akses ke Puskesmas/Posyandu yang
tidak memadai. Serta diharapkan untuk lebih meningkatkan keterampilan
petugas imunisasi melalui berbagai pelatihan maupun penataran sehingga
program imunisasi dapat terlaksana sesuai dengan target.
3. Peneliti berharap agar peneliti selanjutnya melakukan penelitian yang
serupa namun menggunakan variabel independen lain agar dapat diketahui
faktor apa saja yang mempengaruhi pemberian imunisasi pada bayi.

78
DAFTAR PUSTAKA

Adebiyi, F. (2013). Determinants of Full Child Immunization Among 12-23


Months Old in Nigeria. Thesis. Johannesburg: Universitas Witwatersrand.

Adi, R. (2018). Pentingnya Imunisasi pada Bayi. Jakarta: Rineka Cipta.

Alhaddad, S.H.H. (2020). Hubungan Tingkat Pengetahuan Ibu tentang Imunisasi


Dasar Lengkap dengan Kelengkapan Pemberian Imunisasi Bayi 0-12
Bulan di Posyandu Teratai Ternate Maluku Utara. Skripsi. Yogyakarta:
Universitas 'Aisyiyah.

Alimul, H. (2010). Metode Penelitian Kebidanan dan Tehnik Analisis Data.


Surabaya: Salemba Medika.

Aprilia, R. (2018). Hubungan Pengetahuan dengan Sikap Ibu tentang Imunisasi


Difteri pada Anak Balita di Desa Jatiwates Kecamatan Tembelang
Kabupaten Jombang. Nurse and Health: Jurnal Keperawatan. Vol. 7, No.
1.

Ardhianingtyas, N. (2018). Hubungan Tingkat Pengetahuan Ibu tentang Imunisasi


dengan Kelengkapan Imunisasi Dasar Anak di BPM Bidan Sutarti, Amd.,
Keb Kota Madiun. Journal STIKES Pemkab Jombang. Hal. 17-20.

79
Arista, K dan Hozana, U. (2016) Faktor yang Berhubungan dengan Riwayat
Pemberian Imunisasi Dasar Pada Bayi Di Wilayah Kerja Puskesmas Paal
V Kota Jambi. Jurnal Kesehatan. Vol. 3, No. 2, Hal. 12-22.

Astuti, E.D dan Nardina, E.A. (2020). Hubungan Pengetahuan Ibu Mengenai
Imunisasi Dasar dengan Kepatuhan Imunisasi Bayi Usia 12 Bulan. Bunda
Edu-Midwifery Journal (BEMJ). Vol. 3, No. 2, Hal. 10-15.

Atikah, P. (2017). Imunisasi dan Vaksinasi. Jakarta: Nuha Offset.

Awino, O.J. (2016). Determinants of Immunization Coverage Among Children


Aged 12-23 Months in Kenya. Thesis. Nairobi: Universitas Nairobi.

Azis, I dan Latief, H. B. (2013). Imunisasi Dasar Lengkap Pada Bayi di Wilayah
Kerja Puskesmas. JKM.Vol. 2, No.1, Hal. 40–46.

Azwar, S. (2017). Sikap Manusia Teori dan Pengukurannya. Yogyakarta: Pustaka


Pelajar.

Bagas, M.H. (2018). Hubungan Pengetahuan dan Sikap ibu dengan Kelengkapan
Imunisasi pada Bayi di Desa Sekarsari Kabupaten Boyolali Jawa Tengah.
Jurnal Mitra Kesehatan. Vol. 1, No. 4, Hal. 20-35.

Bagas, U. (2017). Teori Kepribadian. Yogyakarta: Andi

Budiman dan Riyanto, A. (2018). Kapita Selekta Kuesioner: Pengetahuan dan


Sikap dalam Penelitian Kesehatan. Jakarta: Salemba Medika.

Chintia, R dan Suryani, D. (2021). Hubungan Tingkat Pengetahuan Ibu tentang


Imunisasi Dasar dengan Kepatuhan Pemberian Imunisasi Dasar pada Bayi.
Scientia Journal. Vol. 10, No. 2, Hal. 255-263.

Dewi, A.P. (2018). Hubungan Tingkat Pengetahuan Ibu dengan Pemberian


Imunisasi Dasar Lengkap pada Bayi di Kelurahan Parupuk Tabing
Wilayah Kerja Puskesmas Lubuk Buaya. Jurnal Kesehatan Andalas. Vol.
3, No. 2, Hal. 114–118.

Dillyana, T.A., dan Nurmala, I. (2019). Hubungan Pengetahuan, Sikap dan


Persepsi Ibu dengan Status Imunisasi Dasar di Wonokusumo. Jurnal
Promkes. Vol. 7, No. 1, Hal. 67-77.

Fajriah, S.N. (2021). Hubungan Pengetahuan Ibu tentang Imunisasi Dasar dengan
Kepatuhan Ibu Melaksanakan Imunisasi Dasar pada Bayi 1-12 Bulan.
Journal of Nursing Practice and Education. Vol. 02, No. 01, Hal. 33-41.

Fitriana., Partijah, S., Pramardika, D.D. (2020). Hubungan antara Dukungan


Keluarga dengan Kelengkapan Imunisasi Dasar pada Bayi Usia 9-11
Bulan di Klinik Aminah Amin. Bunda Edu-Midwifery Journal (BEMJ).

80
Vol. 3, No. 1, Hal. 25-29.

Friedman, M. (2012). Keperawatan Keluarga Teori dan Praktik. Jakarta: EGC.

Green, L.W. 2010. Health Promotion Planning an Educational and


Environmental Approach. Mayfield Publishing Company. London:
Mountain View-Toronto.

Handayani, N. (2018). Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kelengkapan Imunisasi


Dasar. Jurnal Obstretika Scientia. Vol. 6, No. 2, Hal. 292-321.

Handayani, Y. (2021). Hubungan Dukungan Keluarga dengan Kelengkapan


Imunisasi Dasar Balita di Desa Mumbulsari. ARTERI: Jurnal Ilmu
Kesehatan. Vol. 2, No. 2, Hal. 62-66.

Hanifah dan Martiani, Y. (2019). Hubungan Pengetahuan Ibu dengan Kepatuhan


Pemberian Imunisasi Campak pada Balita di Wilayah Kerja Puskesmas
Kota Manna Bengkulu Selatan. CHMK Midwifery Scientific Journal. Vol.
2, No. 3, Hal. 58-62.

Hardiana. (2020). Hubungan Pengetahuan dan Motivasi Ibu terhadap Pemberian


Imunisasi Dasar Lengkap pada Bayi 12-24 Bulan di Puskesmas Aurduri
Kota Jambi. Scientia Journal. Vol. 9, No. 1, Hal. 151-157.

Hartati, I. (2019). Faktor-faktor yang Mempengaruhi Status Imunisasi Dasar


Lengkap Pada Bayi Usia 0-12 Bulan di Desa Suka Mulia Kecamatan
Rantau Kabupaten Aceh Tamiang. JP2K. Vol. 2, No. 1, Hal. 41-53

Herman. (2017). Hubungan Pengetahuan, Sikap dan Dukungan Keluarga terhadap


Pemberian Imunisasi Dasar Lengkap pada Bayi di Wilayah Kerja
Puskesmas Wangi-wangi Selatan Kelurahan Mandati 1 Kabupaten
Wakatobi. Terapeutik Jurnal. Vol. III, No. 2, Hal. 92-36.

Hidayah, N., Sihotang, H.M., Lestari, W. (2018). Faktor yang Berhubungan


dengan Pemberian Imunisasi Dasar Lengkap pada Bayi Tahun 2017.
Jurnal Endurance. Vol. 3, No. 1, Hal. 153-161.

Hidayat, A. A. A. (2018). Ilmu Kesehatan Anak. Jakarta: Salemba Medika.

Hidayat, A.A. (2010). Pengantar Ilmu Kesehatan Anak untuk Pendidikan


Kebidanan. Jakarta: Salemba Medika.

Hurlock, B.E. (2017). Psikologi Perkembangan Suatu Pendekatan Sepanjang


Rentang Kehidupan. Jakarta: Erlangga.

Husnida, N., Iswanti, T., Tansah, A. (2019). Hubungan antara Dukungan


Keluarga dengan Kelengkapan Imunisasi Dasar di Wilayah Kerja
Puskesmas Rangkasbitung Desa Cijoro Lebak Tahun 2018. Medikes

81
(Media Informasi Kesehatan). Vol. 6, No. 2, Hal. 265-272.

Husnida, S. (2019). Hubungan Dukungan Keluarga Ibu Terhadap Kelengkapan


Imunisasi Dasar di Wilayah Kerja Puskesmas Rangkasbitung Desa Cijoro
Lebak. Jurnal Kemsas. Vol. 1, No. 2.

Hussin, H.B., dan Marzo, R.R. (2020). A Literature Review of Parental Barriers to
Child Immunizations. Journal of critical reviews. Vol. 7, No. 3, Hal. 642-
646.

Igiany, P.D. (2019). Hubungan Dukungan Keluarga dengan Kelengkapan


Imunisasi Dasar Correlation of Family Support with Basic Immunization
Completeness. Jurnal Ilmu Kesehatan Masyarakat Berkala (JIKeMB).
Vol. 1, No.1, Hal. 67-75.

Igiany, P.D. (2020). Hubungan Dukungan Keluarga dengan Kelengkapan


Imunisasi Dasar. JikeMB. Vol. 2, No. 1

Ishak, S., Rahmi, N., Maulizar, R. (2021). Faktor-faktor yang Berhubungan


dengan Kelengkapan Imunisasi Dasar pada Bayi di Wilayah Kerja UPTD
Puskesmas Peureumeu Kecamatan Kaway XVI Kabupaten Aceh Barat.
Journal of Healthcare Technology and Medicine. Vol. 7, No. 1, Hal. 272-
282.

Kemenkes RI. (2013). Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor


42 Tahun 2013 Tentang Penyelenggaraan Imunisasi. Jakarta: Kementerian
Kesehatan RI.

Kemenkes RI. (2018). Imunisasi. Jakarta: Kementrian Kesehatan Republik


Indonesia.

Kemenkes RI. (2019). Profil Kesehatan Indonesia. Kementrian Kesehatan


Republik Indonesia. Jakarta.

Kharin, A.N., dkk. (2021). Pengetahuan, Pendidikan, dan Sikap Ibu terhadap
Imunisasi Dasar Lengkap di Kabupaten Bogor. Jurnal Pengabdian
Kesehatan Masyarakat. Vol. 1, No. 1, Hal. 25-31.

Khasanah, F., dan Padmawati, R.S. (2019). Faktor Determinan Penolakan


Imunisasi di Desa Bonjor Kabupaten Temanggung. BKM Journal of
Community Medicine and Public Health. Vol. 35, No. 8, Hal. 291-299.

Kurniasari, M.D., Kasmirah., Latumahina, A.A. (2021). Determinan


Ketidaklengkapan Pemberian Imunisasi pada Bayi: Bukti Empiris di
Negeri Oma-Maluku. Journal of Human Health. Vol. 1, No. 1, Hal. 22-32.

Laila, E.F. (2018). Faktor-faktor yang Berhubungan dengan Kelengkapan


Imunisasi Dasar pada Anak 1-2 Tahun di Kelurahan Benteng Wilayah

82
Kerja Puskesmas Benteng Kota Sukabumi. Jurnal STIKES Sukabumi. Vol.
4, No. 1.

Lisnawati. (2017). Generasi Sehat Melalui Imunisasi. Jakarta: Trans Info.

Lorenzo, M.G., Piatti, A., Coppola, L., et al. (2015). Conceptual Frameworks and
Key Dimensions Decisions to Support Coverage for Vaccines. Vaccine.
33, 1206-1217.

Magaji, A.S., Dangani, U.B., Haruna, M., et al. (2016). Health Belief Model as
Framework for Exploring The Nonuse of Immunization Information by
Parents of Under Five Children. Proceedings of INCEDI. Hal. 875-882.

Mandagi, F.S., Umboh, J.M., Wantania, J. (2018). Faktor-faktor yang


Berhubungan dengan Imunisasi Dasar Lengkap pada Bayi di Puskesmas
Suluun Kabupaten Minahasa Selatan. Paradigma Sehat. Vol. 5, No. 3,
Hal. 51-58.

Mandal, B.K. (2018). Penyakit Infeksi. Jakarta: Erlangga.

Manjang, Y., Aulia, C., Fitriani, F. (2021). Faktor-faktor yang Berhubungan


dengan Kelengkapan Imunisasi Dasar pada Bayi Umur 12 Bulan di
Puskesmas 1 Ulu Kota Palembang. Journal of Safety and Health. Vol. 1,
No. 2, Hal. 58-62.

Maryani. (2018). Faktor-faktor yang Mempengaruhi Ketidakpatuhan Ibu


Terhadap pelaksanaan Imunisasi Pada Balita di Desa Blumbang
Kabupaten Karang Anyar. E-Journal Keperawatan. Vol. 5, No. 2.

Maryunani, A. (2010). Ilmu Kesehatan Anak. Jakarta : CV. Trans Info. Media.

Mira, A. (2019). Hubungan Penegtahaun dengan Kepatuhan Ibu Mengimunisasi


Balita di Kebayoran Lama. Jurnal Kebidanan. Vol. 1, No. 2, Hal. 23-33

Mubarak, I.W. (2012). Ilmu Kesehatan Masyarakat. Jakarta: Salemba Medika.

Muklati, A.H. (2020). Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kepatuhan Ibu dalam


Pemberian Imunisasi Difteri pada Balita. Jurnal Kesehatan Holistic. Vol.
4, No. 2, Hal. 1-20.

Mukungwa, T. (2015). Factors Associated with Full Immunization Coverage


Amongst Children Aged 12–23 Months in Zimbabwe. African Population
Studies. Vol. 29, No. 2, Hal. 1761-1774.

Mulyani, S. (2018). Pengetahuan Ibu Tentang Kelengkapan Imunisasi Dasar pada


Bayi. Jambi Medical Journal Jurnal Kedokteran dan Kesehatan. Vol. 6,
No. 1, Hal. 45-55.

83
Ningrum EP. dan Sulastri. (2008). Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi
Kelengkapan Imunisasi Dasar Pada Bayi Di Puskesmas Banyudono
Kabupatenn Boyolali. Berita Ilmu Keperawatan ISSN 1979-2697. Vol . 1
No.1, 8 Maret 2008 : 7-12.

Notoatmodjo, S. (2010). Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta : Rineka Cipta.

Notoatmodjo, S. (2010). Prinsip-prinsip Dasar Ilmu Kesehatan Masyarakat.


Jakarta: Rineka Cipta.

Notoatmodjo, S. (2012). Pendidikan dan Perilaku Kesehatan. Jakarta : Rineka


Cipta.

Notoatmodjo, S. (2018). Ilmu Perilaku Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta.

Nugrawati, N. (2019). Hubungan Pengetahuan dan Sikap Ibu Terhadap Imunisasi


Lengkap Pada Balita. Jurnal Ilmiah Kesehatan Pencerah. Vol. 8, No. 1,
Hal. 59-66.

Nurani. (2020). Faktor yang Berhubungan dengan Kelengkapan Imunisasi pada


Bayi di Desa Mayang Jombakan. Jurnal Kebidanan. Vol. 2, No.4, Hal.
100-103.

Nurfauziyyah, F.Q., Akbar, I.B dan Rachman, H.S (2018). Hubungan Tingkat
Pengetahuan, Sikap dan Perilaku Ibu dalam Pemberian Imunisasi
Pentavalen Di Desa Lemahayu Kecamatan Kertasemaya. SpeSia. Vol. 5,
No. 1

Nurhikmah, T.S., dan Nuryuniarti, R. (2019). Hubungan Pengetahuan Ibu tentang


Imunisasi Dasar Lengkap Terhadap Kepatuhan Ibu Melaksanakan
Imunisasi Dasar Lengkap di Wilayah Kerja Puskesmas Tamansari Kota
Tasikmalaya. Jurnal Kebidanan UMTAS. Vol. 3, No. 1, Hal. 24-27.

Pademme, D dan Mansoben, N. (2020). Hubungan Pengetahuan dan Sikap Ibu


dengan Kelengkapan Imunisasi Dasar pada Bayi di Posyandu Asoka
Wilayah Kerja UPTD Puskesmas Waisai Kabupaten Raja Ampat. Jurnal
Insan Cendekia. Vol. 7, No. 2, Hal. 78-86.

Permenkes RI Nomor 75 Tahun 2014 Tentang Pusat Kesehatan Masyarakat


(Puskesmas)

Proverawati, A dan Andhini C.S.D. (2010). Imunisasi dan Vaksinasi. Yogyakarta:


Nuha Offset.

Putri, D.K dan Zuiatna, D. (2018). Faktor yang Mempengaruhi Perilaku Ibu
terhadap Kelengkapan Imunisasi Dasar pada Bayi di Wilayah Kerja

84
Puskesmas Satria Kota Tebing Tinggi. Jurnal Bidan Komunitas. Vol. 1,
No. 2, Hal. 104-114.

Rahayuningsih, S.I., dan Khairiah (2019). Hubungan Dukungan Keluarga dengan


Pemberian Imunisasasi Dasar pada Bayi di Desa Gue Gajah, Aceh Besar.
Jurnal Kesehatan Cehadum. Vol. 1, No. 1, Hal. 39-49.

Ranuh I.G.N. G., Suyitno H., Hadinegoro S.R.S., Kartasasmita C.B.,


Ismoedijanto., Soedjatmiko., (2011). Pedoman Imunisasi di Indonesia.
Jakarta: Badan Penerbit Ikatan Dokter Anak Indonesia.

Ranuh, I.G.N dan Munasir, Z. (2017). Imunisasi Upaya Pencegahan Primer.


Dalam Pedoman Imunisasi di Indonesia. Ed. 6. Jakarta: Badan Penerbit
IDAI.

Riskesdas. (2018). Balitbangkes. Laporan Riskesdas Indonesia Tahun 2013.


Jakarta: Kementrian Kesehatan RI.

Riski, Noviyanti, W. O. N., & Kasih, R. U. (2019). Faktor-Faktor yang


Berhubungan dengan Pemberian Imunisasi Dasar Lengkap pada Bayi Usia
9-11 Bulan di Wilayah Kerja Puskesmas Perumnas Kota Kendari.
MIRACLE Journal of Publich Health, 2(1), 101–111.

Santoso, E.B. (2021). Dukungan Keluarga terhadap Pemberian Imunisasi Dasar


Lengkap pada Balita. Jurnal Info Kesehatan. Vol. 11, No. 1, Hal. 313-318.

Sapardi, V.S., Yazia, V., Andika, M. (2021). Faktor-faktor yang Berhubungan


dengan Kepatuhan Ibu dalam Imunisasi Bayi Usia 0-12 Bulan. Jurnal
Kesehatan Mercusuar. Vol. 4, No. 1, Hal. 48-56.

Sarafino, E.P. (2017). Health Psychology. Singapore: John Wiley and Sons

Sari, W., & Nadjib, M. (2019). Determinan Cakupan Imunisasi Dasar Lengkap
pada Penerima Program Keluarga Harapan. Jurnal Ekonomi Kesehatan
Indonesia, 4(1), 1–9. https://doi.org/10.7454/eki.v4i1.3087

Sekar, A. (2018). Faktor yang Berhubungan dengan Kelengkapan Imunisasi Dasar


pada Balita. Jurnal Katulistiwa. Vol. 2, No. 1, Hal. 1-15.

Septiani, M., dan Mita, Z. (2020). Hubungan Pengetahuan Ibu dan Dukungan
Keluarga dengan Cakupan Pemberian Imunisasi Dasar pada Batita di Desa
Sangso Kecamatan Samalanga Kabupaten Bireuen. Journal of Healthcare
Technology and Medicine. Vol. 6, No. 2, Hal. 911-922.

Setiadi. (2011). Konsep dan Proses Keperawatan Keluarga. Yogyakarta: Graha


Ilmu.

Setyaningsih, P.H. (2019). Hubungan Pengetahuan Ibu Tentang Imunisasi Dasar

85
Dengan Kelengkapan Imunisasi Dasar di Wilayah Kerja Puskesmas
Larangan Utara Kota Tangerang. Edudharma, Jurnal Penelitian dan
Pengabdian Masyarakat. Vol. 3, No. 2, Hal. 44-55.

Sistriani, C. (2014). Fungsi Pemanfaatan buku KIA terhadap Pengetahuan


Kesehatan Ibu dan Anak pada Ibu. Semarang: Jurusan Kesehatan
Masyarakat Fakultas Kedokteran dan Ilmu-ilmu Kesehatan Universitas
Jenderal Soedirman.

Soedibyo, S. (2017). Profil Status Imunisasi Dasar Balita di Poliklinik Umum


Departemen Ilmu Kesehatan Anak Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo
Jakarta. Sari Pediatri. Vol. 9, No. 2, Hal. 121-126.

Sugiyono. (2010). Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: Alfabeta.

Suharman. (2018). Psikologi Kognitif. Surabaya: Srikandi

Sukriani, W., A’La, D.A. (2019). Faktor yang Berhubungan dengan Status
Imunisasi Dasar. Jurnal Forum Kesehatan. Vol. 9, No. 1, Hal. 29-33.

Suparyanto. (2017). Tumbuh Kembang dan Imunisasi. Jakarta: EGC.

Vaidyanathan, R. (2016). Effect of Health Communication Models and School


Students on Parental Behavioral Change towards Improved Immunization
Coverage among Under Five Children. International Journal of Science
and Research (IJSR). Vol. 5, No. 6, Hal. 666-672.

Verolina, S. (2017). Imunisasi Untuk Tumbuh Kembang Balita. Jakarta: Rineka


Cipta.

Yuda, A.D., dan Nurmala, I. (2018). Hubungan Karakteristik, Pengetahuan, Sikap


dan Tindakan Ibu dengan Kepatuhan Imunisasi. Jurnal Berkala
Epidemiologi. Vol. 6, No. 1.

Wati, W., Sari, E.P., Ramadanti, A., Sukarni, D. (2022). Hubungan Pengetahuan,
Sikap dan Dukungan Keluarga dengan Imunisasi Dasar pada Bayi. Jurnal
'Aisyiyah Medika. Vol. 7, No. 1.

Wirawan. (2017). Imunisasi Dasar. Jakarta: Slemba Medika.

86
87
LAMPIRAN

Lampiran 1

88
JADWAL PENELITIAN

Juli-
Maret April November Desember Agustus September Oktober Januari
No Kegiatan Agustus
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
1 Penyusunan Proposal
Penyusunan
2
Instrumen
3 Ujian Proposal
4 Perbaikan Proposal
Pelaksanaan
5
Penelitian
6 Pengumpulan Data
Pengolahan dan
7
Tabulasi Data
8 Ujian Hasil Penelitian
9 Perbaikan
10 Ujian Skripsi
Perbaikan dan
11
Penyerahan Skripsi
Lampiran 2

Tabel Sintesa

Peneliti Karakteristik
No Judul Temuan
(Tahun) Subjek Instrumen Metode/Desain
1 Nana Mariana, Rina Faktor-Faktor Populasi dalam Wawancara Penelitian analitik Hasil yang disajikan dalam bentuk tabel
Loriana, Mustaming Yang penelitian ini dan Pengisian dengan distribusi frekuensi dan dianalisa menggunakan
(2018) Berhubungan yaitu ibu yang Kuesioner menggunakan uji statistik uji Chi Square dengan taraf
Dengan memiliki bayi pendekatan cross signifikasi (p = 0.05). Hasil hubungan
Perilaku Ibu usia 0-12 bulan sectional pengetahuan tentang imunisasi dengan perilaku
Dalam sebanyak 57 ibu dalam pemberian imunisasi dasar ρ =
Pemberian responden 0,030, hubungan sikap ibu dengan pemberian
Imunisasi Dasar yang dibatasi imunisasi dasar ρ = 0,058, hubungan dukungan
Pada Bayi Di kriteria inklusi petugas kesehatan dengan pemberian imunisasi
Puskesmas dan ekslusi dasar ρ = 0,094, dan hubungan dukungan tokoh
Wonorejo masyarakat dengan pemberian imunisasi dasar
Samarinda ρ = 0,016.
2 Vivi Triana (2016) Faktor Yang Sampel Wawancara Jenis penelitian ini Hasil analisis univariat diperoleh 47,50%
Berhubungan penelitian 80 dan adalah deskriptif imunisasi tidak lengkap, berpendidikan rendah
Dengan orang diambil Observasi analitik dengan 5%, bekerja 30%, berpengetahuan rendah
Pemberian secara desain studi cross 48,75%, sikap negatif 50%, pelayanan
Imunisasi Dasar accidental sectional kesehatan kurang 10%, hambatan 18,75% dan
Lengkap Pada sampling menggunakan motivasi kurang 40%. Hasil analisis bivariat
Bayi Tahun pendekatan diperoleh pvalue pengetahuan (0,007), sikap
2015 kuantitatif (0,014), motivasi (0,001), informasi (0,04),
pendidikan (0,34), pekerjaan (0,66), pelayanan
kesehatan (0,47), hambatan (0,43) tidak
memiliki hubungan yang signifikan dengan
Peneliti Karakteristik
No Judul Temuan
(Tahun) Subjek Instrumen Metode/Desain
pemberian imunisasi. Hasil analisis multivariat
diperoleh pvalue variabel motivasi=0,0001.
3 Irmawati Azis, Faktor-Faktor Populasi dalam Kuesioner Penelitian ini Hasil analisis bivariat didapatkan hubungan
Irmayani, H. Yang penelitian ini dan merupakan jenis antara pengetahuan dengan pemberian
Burhanuddin Latief Berhubungan adalah semua Observasi penelitian imunisasi dasar lengkap pada bayi (p<0,019),
(2013) Dengan ibu yang deskriptif dengan terdapat hubungan antara sikap ibu terhadap
Pemberian mempunyai metode cross pemberian imunisasi dasar lengkap pada bayi
Imunisasi Dasar bayi dan sectional (p<0.024), dan terdapat hubungan antara
Lengkap Pada tinggal di keaktifan ibu terhadap pemberian imunisasi
Bayi Di Wilayah Wilayah Kerja dasr lengkap pada bayi (p<0.031).
Kerja Puskesmas
Puskesmas Kulo sebanyak
Kulo Kabupaten 86 orang
Sidrap
4 Yuliana, Samsidar Faktor Yang Populasi dalam Kuesioner Jenis penelitian Hasil penelitian menunjukkan Ada hubungan
Sitorus (2018) Berhubungan penelitian ini adalah survey yang signifikan pengetahuan p= 0,000, sikap
Dengan adalah seluruh analitik dengan p=0,000, pendidikan p= 0,003, dukungan suami
Pemberian ibu yang pendekatan cross p= 0,000, pekerjaan p= 0,002. Variabel yang
Imunisasi Dasar mempunyai sectional paling dominan memengaruhi pemberian
Lengkap Di anak berusia imunisasi lengkap pada bayi adalah dukungan
Wilayah Kerja 12-24 bulan, suami dengan nilai pvalue = 0,005 dan exp
Puskesmas sampel B/OR 19,235.
Medan Area sebanyak 68
orang
5 Riski, Wa Ode Nova Faktor-Faktor Populasi Kuesioner Penelitian Hasil penelitian pada penelitian ini ada
Noviyanti, Ridia Yang penelitian kuantitatif dengan hubungan sedang antara pengetahuan ibu
Utami Kasih (2019) Berhubungan yaitu desain Cross dengan pemberian imunisasi dasar lengkap
Peneliti Karakteristik
No Judul Temuan
(Tahun) Subjek Instrumen Metode/Desain
Dengan berjumlah 163 Sectional Study pada bayi 9-11 bulan di Wilayah Kerja
Pemberian orang. Sampel Puskesmas Perumnas Kota Kendari Tahun
Imunisasi Dasar penelitian 2018 (p= 0,001< α= 0,05 dan =0,458). Ada
Lengkap Pada yaitu hubungan lemah antara sikap ibu dengan
Bayi Usia 9-11 berjumlah 62 pemberian imunisasi dasar lengkap pada bayi
Bulan Di 9-11 bulan di Wilayah Kerja Puskesmas
Wilayah Kerja Perumnas Kota Kendari Tahun 2018 (p= 0,01<
Puskesmas α = 0,05 dan =0,365). Ada hubungan kuat
Perumnas Kota antara dukungan keluarga dengan pemberian
Kendari imunisasi dasar lengkap pada bayi 9-11 bulan
di Wilayah Kerja Puskesmas Perumnas Kota
Kendari Tahun 2018 (p= 0,000< α = 0,05 dan
=0,677). Ada hubungan sedang antara paritas
dengan pemberian imunisasi dasar lengkap
pada bayi 9-11 bulan di Wilayah Kerja
Puskesmas Perumnas Kota Kendari Tahun
2018 (p= 0,000< α = 0,05 dan =0,492).
6 Nintinjri Husnida, Hubungan Populasi dalam Kuesioner Analisis data untuk Dari hasil uji bivariat didapatkan bahwa ada
Tutik Iswanti, Ayi antara penelitian ini mengetahui hubungan antara dukungan keluarga dengan
Tansah (2019) Dukungan adalah ibu hubungan antar kelengkapan imunisasi dengan nilai OR 6.67.
Keluarga yang memiliki variabel
dengan bayi usia 11-12 menggunakan Chi-
Kelengkapan bulan baik Square.
Imunisasi Dasar yang sudah
di Wilayah mendapatkan
Kerja imunisasi
Puskesmas lengkap
Peneliti Karakteristik
No Judul Temuan
(Tahun) Subjek Instrumen Metode/Desain
Rangkasbitung maupun yang
Desa Cijoro belum.
Lebak Tahun
2018
7 Hardiana (2020) Hubungan Populasi Kuesioner Analisis data Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebagian
Pengetahuan penelitian ini menggunakan uji besar responden memiliki pengetahuan cukup
dan Motivasi adalah seluruh chi square sebanyak 16 responden (48,5%), motivasi
Ibu terhadap bayi 12-24 tinggi sebanyak 20 responden (60,6%) dan
Pemberian bulan di pemberian imunisasi dasar lengkap sebanyak
Imunisasi Puskesmas 18 responden (54,5%). Ada
Dasar Lengkap Aurduri hubungan pengetahuan ibu (p value = 0,005)
pada Bayi 12-24 Kota Jambi dan motivasi ibu (p value = 0,010) dengan
Bulan di Tahun 2020. pemberian imunisasi dasar lengkap karena nilai
Puskesmas p value < 0,05.
Aurduri
Kota Jambi
8 Prita Devy Igiany Hubungan Jumlah Kuesioner Penelitian ini Hasil penelitian menunjukkan bahwa gambaran
(2019) Dukungan responden merupakan responden berdasarkan kelengkapan imunisasi
Keluarga yaitu 35 penelitian dasar diketahui bahwa dari 35 responden
dengan responden deskriptif analitik penelitian, 74% mempunyai riwayat imunisasi
Kelengkapan dengan pendekatan lengkap, sedangkan berdasarkan dukungan
Imunisasi Dasar waktu keluarga diketahui bahwa responden dengan
Correlation of Cross Sectional dukungan keluarga tinggi terdapat 54%. Dari
Family Support analisa data menggunakan uji Chi Square,
with Basic diperoleh hasil terdapat hubungan signifikan
Immunization antara dukungan keluarga dengan kelengkapan
Completeness imunisasi dasar, dengan p-value 0,004 dan OR
Peneliti Karakteristik
No Judul Temuan
(Tahun) Subjek Instrumen Metode/Desain
18.
9 Dewi Novitasari Factors Sampel Kuesioner Penelitian ini Hasil analisis data menunjukkan bahwa ada
Suhaid Fransisca Associated with penelitian ini dan catatan merupakan hubungan yang signifikan antara pekerjaan (p
Faranita (2018) Basic adalah ibu kesehatan penelitian cross- <0,05, PR = 1.864; 95% CI = 1.121-3.097),
Immunization dengan anak bayi sectional. tingkat pendidikan (p <0,05; PR = 3.438; 95%
Status of Infants usia 12-24 Transformasi data CI = 1.671-7.074), pengetahuan (p <0,05, PR =
bulan yang menggunakan uji 2.653; 95% CI 1.580-4.455) dan sikap (p
berjumlah 250 normalitas data dan <0,05, PR = 3.202; 95% CI = 1.897-5.405)
responden model Rasch. dengan status imunisasi bayi.
Teknik analisis
data menggunakan
uji Chi Square dan
uji regresi logistik
10 Esti Yunitasari, Aria Factors Sampel adalah Kuesioner Tujuan penelitian Hasil penelitian menunjukkan korelasi antara
Aulia Nastiti, Wini Associated to 97 ibu dengan ini adalah untuk pengetahuan (p = 0,027), kepercayaan diri (p =
Damayanti Hasan, Infant bayi 0-1 tahun menganalisis 0,000), sikap (p = 0,003), budaya (p = 0,000),
Ah Yusuf, Heru Vaccination in di Kecamatan faktor-faktor terkait akses ke perawatan kesehatan (p = 0,013),
Santoso Wahito Madurese, Burneh dengan vaksinasi di dukungan keluarga (p = 0,034) ), dan dukungan
Nugroho (2018) Indonesia Madura, profesional kesehatan (p = 0,021) dengan status
menggunakan imunisasi dasar. Sementara itu, dukungan dari
desain cross tokoh masyarakat (p = 0,054) tidak memiliki
sectional. korelasi dengan status imunisasi dasar.
kemudian
dianalisis
menggunakan uji
Chi square
11 Nurul Hidayah, Faktor yang Populasi dalam Kuesioner Jenis penelitian ini Hasil penelitian diperoleh keterbatasan waktu
Peneliti Karakteristik
No Judul Temuan
(Tahun) Subjek Instrumen Metode/Desain
Hetty Maria Berhubungan penelitian ini adalah kuantitatif (p-value = 0,001), dukungan keluarga (p-value
Sihotang, Wanda dengan berjumlah dengan desain = 0,010), Informasi (p-value = 0,001),
Lestari (2018) Pemberian 1001 orang cross sectional komposisi vaksin (p-value = 0,000). Hasil ini
Imunisasi Dasar dan sampel menunjukkan ada hubungan keterbatasan
Lengkap pada berjumlah 91 waktu, dukungan keluarga, informasi dan
Bayi Tahun orang komposisi vaksin terhadap pemberian
2017 imunisasi dasar lengkap pada bayi.
12 Wahidah Sukriani, Faktor yang Sampel dalam Lembar isian Penelitian ini Hasil penelitian menunjukkan terdapat
Dani Aturrofikil Berhubungan penelitian ini merupakan hubungan dukungan keluarga dan pendapatan
A’La (2019) dengan Status adalah ibu penelitian analitik keluarga dengan status Imunisasi Dasar Pada
Imunisasi Dasar yang memiliki observasional Bayi.
bayi usia > 11 dengan rancangan
bulan di cross-sectional
wilayah kerja
Puskesmas
Pahandut Kota
Palangka Raya

13 Herman (2017) Hubungan Populasi dalam Kuesioner Penelitian ini Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa
Pengetahuan, penelitian ini menggunakan pemberian imunisasi dasar mempunyai
Sikap Dan berjumlah 59 metode penelitian hubungan dengan pengetahuan dengan nilai p =
Dukungan ibu yang Observasional 0,006, sikap dengan nilai p = 0,006, dan
Keluarga mempunyai dengan pendekatan dukungan keluarga dengan nilai p = 0,001.
Terhadap bayi 0-12 cross-sectional.
Pemberian bulan
Imunisasi Dasar
Lengkap Pada
Peneliti Karakteristik
No Judul Temuan
(Tahun) Subjek Instrumen Metode/Desain
Bayi Di Wilayah
Kerja
Puskesmas
Wangi-wangi
Selatan
Kelurahan
Mandati 1
Kabupaten
Wakatobi
Lampiran 3
PERNYATAAN KESEDIAAN MENJADI RESPONDEN

Saya yang bertanda tangan di bawah ini:

No. Responden :
Tanggal :

Bersedia berpartisi sebagai responden dalam penelitian yang dilakukan oleh

Yuliana Susanti, Mahasiswi Program S1 Kesehatan Masyarakat Fakultas Kesehatan

Masyarakat Universitas Tadulako, sampai dengan berakhirnya masa penelitian yang

dimaksud.

Bersedia memberikan informasi yang dibutuhkan dalam penelitian sesuai

dengan kondisi yang sesungguhnya.

Demikian pernyataan persetujuan ini saya buat dalam keadaan sadar dan tidak

sedang dalam paksaan siapapun dan untuk dapat dipergunakan sebagaimana

mestinya.

Pasangkayu, 2021

Responden,
Lampiran 4
PERMOHONAN PERSETUJUAN MENJADI RESPONDEN

KepadaYth:
Calon Responden..

Dengan Hormat,
Yang bertanda tangan dibawah ini adalah Mahasiswi Program S1 Kesehatan
Masyarakat Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Tadulako:
Nama : Yuliana Susanti
Stambuk : P 101 17 122

Penelitian ini tidak menimbulkan akibat yang merugikan bagi Ibu sebagai
responden, kerahasiaan semua informasi yang diberikan akan dijaga dan hanya
digunakan untuk kepentingan penelitian. Jika Ibu bersedia menjadi responden dan
terjadi hal-hal yang merugikan, maka Ibu diperbolehkan mengundurkan diri untuk
tidak berpartisipasi dalam penelitian ini.
Apabila Ibu menyetujui, maka saya bermohon kesediaan untuk
menandatangani lembar persetujuan dan menjawab pertanyaan-pertanyaan yang saya
sertakan pada surat ini.
Atas perhatian dan kesediaan Ibu sebagai responden, saya ucapkan terima
kasih.

Pasangkayu, 2021
Peneliti,

Yuliana Susanti
Lampiran 5

KUESIONER

FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PEMBERIAN


IMUNISASI PADA BAYI DI DESA MARTAJAYA
WILAYAH UPT PUSKESMAS PASANGKAYU 2
KABUPATEN PASANGKAYU
A. IdentitasResponden
1. Nomor Responden :
2. Inisial :
3. Umur :
4. Pendidikan :
5. Pekerjaan :
6. Pemberian Imunisasi
pada Bayi : □ Lengkap □ Kurang lengkap

B. Pengetahuan

Petunjuk: Ibu dimohon dapat mengemukakan pendapat secara jujur untuk


menyatakan pengetahuan Ibu terhadap pernyataan di bawah ini dengan
memberikan tanda check list (√) pada kolom yang telah disediakan
sesuai dengan pemahaman Ibu.

No Pernyataan Benar Salah


1 Imunisasi adalah suatu cara untuk meningkatkan
kekebalan tubuh anak sehingga dapat mencegah
penyakit yang disebabkan oleh kuman atau bakteri
2 Imunisasi tidak mempunyai tujuan apa-apa pada anak
maupun keluarga
3 Manfaat imunisasi dapat mencegah penyakit pada anak
4 Imunisasi tidak dapat mencegah penyakit polio
5 Imunisasi DPT wajib diberikan pada anak
6 Pemberian imunisasi BCG untuk mencegah terjadinya
TBC
7 Penyakit tetanus dapat dicegah dengan pemberian
imunisasi DPT
8 Balita tidak diwajibkan mendapatkan imunisasi polio
9 Imunisasi BCG diberikan 3 kali pada anak
10 Imunisasi hepatitits B diberikan sebanyak 3 kali pada
anak
C. Sikap

Petunjuk: Ibu dimohon dapat mengemukakan pendapat secara jujur untuk


menyatakan sikap Ibu terhadap pernyataan di bawah ini dengan
memberikan tanda check list (√) pada kolom yang telah disediakan
sesuai dengan tanggapan Ibu.

Sangat
Sangat Tidak
No Pernyataan Setuju Tidak
Setuju Setuju
Setuju
1 Sebaiknya anak diimunisasi untuk
memperkuat sistem kekebalan
tubuhnya
2 Sebaiknya anak memperoleh
imunisasi secara lengkap
3 Tidak perlu melakukan imunisasi
untuk mencegah anak dari penyakit
campak
4 Tidak perlu melakukan imunisasi
untuk mencegah anak dari penyakit
polio
5 Sebaiknya anak diimunisasi untuk
mencegah serangan penyakit TBC
6 Sebaiknya anak diimunisasi untuk
mencegah penyakit hepatitis B
7 Sebaiknya anak mendapatkan
imunisasi DPT untuk mencegah 3
jenis penyakit sekaligus yaitu
Difteri, Pertusis dan Tetanus
8 Anak tidak perlu diberikan
imunisasi ketika baru lahir
9 Anak tidak perlu diimunisasi sebab
tidak semua jenis penyakit dapat
dicegah dengan imunisasi
10 Sebaiknya anak mengikuti
posyandu setiap bulan untuk
memperoleh imunisasi
D. Dukungan Keluarga

Petunjuk: Ibu dimohon dapat mengemukakan dukungan keluarga secara jujur


melalui pernyataan di bawah ini dengan memberikan tanda check list
(√) pada kolom yang telah disediakan sesuai dengan dukungan
keluarga Ibu dalam pemberian imunisasi pada bayi.

Kadang- Tidak
No Pernyataan Selalu Sering
kadang Pernah
Orang tua mengingatkan jika saya
1
lupa jadwal imunisasi
Suami membantu mengantar saya
2 ke Posyandu untuk membawa anak
diimunisasi
Orang tua membiarkan saya jika
3 saya tidak membawa anak untuk
diimunisasi
Orang tua memotivasi saya agar
4
mengimunisasi anak secara lengkap
Orang tua mencari informasi dari
5 media apapun mengenai fungsi
pemberian imunisasi pada anak
Suami memarahi saya jika tidak
6 rutin membawa anak untuk
diimunisasi
Orang tua membantu menyediakan
7 transportasi untuk membawa anak
diimunisasi
Saudara saya mengajak saya untuk
8 bersama-sama membawa anak
diimunisasi setiap bulannya
Suami atau orang tua bersedia
9 membawa anak untuk diimunisasi
jika saya tidak sempat karena sibuk
Orang tua tidak mau menemani
10
saya untuk mengimunisasi anak

E. Ketersediaan Sumber Daya Kesehatan

Apakah jumlah petugas kesehatan sesuai dengan kebutuhan program imunisasi?

a. Sesuai

b. Tidak sesuai
Lampiran 6

MASTER TABEL PENELITIAN


Pengetahuan Sikap
No Inisial Umur Pendidikan Pekerjaan TS K Kategori TS K Kategori
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
1 KS 28 SMP Petani 1 1 1 1 1 0 0 1 0 0 6 0 Kurang baik 3 3 3 3 3 3 3 3 3 4 31 0 Kurang baik
2 FG 38 SMA URT 1 1 1 1 0 1 1 1 1 0 8 1 Baik 3 4 4 3 3 4 3 4 3 2 33 1 Baik
3 SE 35 SMP URT 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 9 1 Baik 3 4 4 3 4 4 3 3 4 4 36 1 Baik
4 BN 25 SMP URT 1 1 0 1 1 1 0 1 0 0 6 0 Kurang baik 2 3 4 4 4 4 4 2 2 3 32 0 Kurang baik
5 AD 22 SMA Pedagang 1 1 1 0 1 0 1 1 1 1 8 1 Baik 3 4 3 3 3 3 3 3 3 4 32 0 Kurang baik
6 YH 28 SD URT 1 1 0 1 1 1 1 0 0 0 6 0 Kurang baik 3 2 3 3 4 4 4 4 2 4 33 1 Baik
7 MN 34 SMA URT 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 9 1 Baik 4 2 4 3 4 3 3 3 4 4 34 1 Baik
8 RS 30 SMP URT 1 1 1 1 1 0 0 1 0 0 6 0 Kurang baik 3 4 4 4 3 3 3 2 2 3 31 0 Kurang baik
9 BF 18 SMA Petani 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 9 1 Baik 4 3 4 3 4 4 3 3 3 2 33 1 Baik
10 AA 28 SMA URT 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 9 1 Baik 4 4 4 2 4 3 3 2 4 4 34 1 Baik
11 SM 41 SMA Pedagang 1 1 1 1 1 0 1 0 0 1 7 1 Baik 2 4 4 3 4 4 4 4 3 1 33 1 Baik
12 WL 30 SD URT 1 1 1 1 0 0 0 1 0 1 6 0 Kurang baik 3 3 4 4 3 3 3 2 2 2 29 0 Kurang baik
13 PT 29 SMP Petani 1 1 0 1 0 1 1 1 0 0 6 0 Kurang baik 4 2 4 3 4 4 4 3 4 4 36 1 Baik
14 TJ 33 SMA Swasta 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 9 1 Baik 3 4 4 4 4 4 3 3 4 4 37 1 Baik
15 AM 34 SMA URT 1 1 0 1 1 1 0 1 0 1 7 1 Baik 4 3 3 3 4 3 3 3 3 3 32 0 Kurang baik
16 OK 31 SMA Petani 1 1 1 0 1 0 1 1 0 1 7 1 Baik 2 4 4 4 3 3 3 2 3 2 30 0 Kurang baik
17 ES 35 SMA Petani 1 1 0 1 1 1 0 0 1 0 6 0 Kurang baik 3 2 4 3 4 3 3 3 3 3 31 0 Kurang baik
18 IG 30 SMA Honorer 1 1 0 1 1 1 0 1 0 1 7 1 Baik 2 4 4 3 3 4 3 3 3 2 31 0 Kurang baik
19 BR 26 SMA Pedagang 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 9 1 Baik 4 3 4 2 3 4 3 4 4 3 34 1 Baik
20 JK 25 SMP URT 1 1 0 1 1 1 0 1 1 0 7 1 Baik 3 4 3 3 4 3 3 3 3 4 33 1 Baik
21 FS 32 SMA URT 1 1 0 1 1 0 1 1 1 0 7 1 Baik 4 3 4 4 4 4 3 4 2 1 33 1 Baik
22 PU 38 SMP URT 1 1 0 1 1 1 1 0 0 1 7 1 Baik 3 2 3 3 3 4 4 4 4 4 34 1 Baik
23 WP 19 SMA URT 1 1 0 1 1 0 0 1 1 1 7 1 Baik 4 3 4 4 4 3 4 3 4 3 36 1 Baik
24 TA 25 SMA Pedagang 1 1 1 1 0 1 0 1 0 1 7 1 Baik 2 3 4 3 4 3 3 2 3 4 31 0 Kurang baik
25 FP 27 SMA URT 1 1 0 1 0 0 1 0 1 1 6 0 Kurang baik 3 4 4 2 3 3 3 2 3 3 30 0 Kurang baik
26 YW 38 S1 PNS 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 9 1 Baik 4 3 3 3 3 4 3 4 3 3 33 1 Baik
27 NA 28 SMA URT 1 1 1 1 0 1 0 1 0 1 7 1 Baik 3 3 4 4 4 4 4 4 3 3 36 1 Baik
28 BE 30 SMA URT 1 1 1 1 1 0 1 1 0 1 8 1 Baik 4 4 4 2 3 3 3 2 3 1 29 0 Kurang baik
29 MS 19 SMA Pedagang 1 1 0 1 1 0 1 0 1 1 7 1 Baik 3 3 3 4 3 3 4 1 2 2 28 0 Kurang baik
30 AI 26 SMA URT 1 1 1 1 0 1 0 0 0 0 5 0 Kurang baik 2 2 4 3 4 3 3 3 3 3 30 0 Kurang baik
31 KD 24 D3 Honorer 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 9 1 Baik 3 2 3 4 4 4 4 2 3 2 31 0 Kurang baik
32 RL 37 SMA URT 1 1 1 1 1 0 0 1 1 0 7 1 Baik 4 4 3 3 3 4 3 3 3 3 33 1 Baik
33 SO 39 SMP Petani 1 1 0 1 0 1 1 0 0 1 6 0 Kurang baik 3 3 3 4 4 3 4 4 4 1 33 1 Baik
34 CU 25 S1 PNS 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 9 1 Baik 3 4 4 3 3 3 4 3 3 3 33 1 Baik
35 IK 31 SMA Pedagang 1 1 1 1 1 1 0 1 1 0 8 1 Baik 4 2 4 3 3 3 3 4 4 4 34 1 Baik
36 MA 34 SMA URT 1 1 1 1 1 0 1 1 1 0 8 1 Baik 3 2 4 4 4 3 3 2 4 2 31 0 Kurang baik
37 LD 37 SMA URT 1 1 0 1 0 1 1 0 0 0 5 0 Kurang baik 2 2 4 3 3 3 3 4 4 4 32 0 Kurang baik
38 DO 33 SMA Petani 1 1 1 1 0 0 0 1 1 1 7 1 Baik 3 4 3 4 4 3 3 3 3 4 34 1 Baik
39 SY 28 D3 URT 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 9 1 Baik 4 3 4 3 3 4 4 2 4 3 34 1 Baik
40 HL 31 SMA Swasta 1 1 0 1 1 1 0 1 1 1 8 1 Baik 3 4 3 3 4 4 4 3 3 3 34 1 Baik
41 WN 38 SMA URT 1 1 1 1 1 0 0 1 0 1 7 1 Baik 3 3 4 4 3 4 3 4 4 4 36 1 Baik
42 LI 29 SMA Swasta 1 1 1 1 0 1 0 0 1 1 7 1 Baik 4 4 4 3 3 3 4 3 3 4 35 1 Baik
43 SC 30 SMA URT 1 1 0 1 1 1 1 1 0 0 7 1 Baik 3 2 4 3 4 3 4 3 4 4 34 1 Baik
44 AG 29 S1 Honorer 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 9 1 Baik 2 3 4 4 3 4 4 4 3 2 33 1 Baik
45 MA 36 SMA URT 1 1 1 1 1 1 0 0 1 0 7 1 Baik 3 4 3 3 3 3 4 3 3 4 33 1 Baik
46 DK 35 SMA Petani 1 1 0 1 1 0 1 1 0 1 7 1 Baik 4 4 3 3 4 3 3 4 4 1 33 1 Baik
47 DU 22 SMA URT 1 1 0 1 1 0 1 1 0 1 7 1 Baik 3 3 3 4 3 3 4 3 4 2 32 0 Kurang baik
48 RN 25 SMP Petani 1 1 1 1 0 1 0 0 1 0 6 0 Kurang baik 3 4 4 3 3 4 3 3 3 2 32 0 Kurang baik
Jumlah Skor 48 48 28 46 35 29 27 34 25 30 151 153 176 156 168 165 162 145 155 141

Keterangan:
TS : Total Skor
K : Kode
Dukungan Keluarga Ketersediaan Sumber Pemberian
No TS K Kategori K Kategori K
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 Daya Kesehatan Imunisasi
1 3 3 3 2 2 3 3 2 2 3 26 0 Kurang mendukung Tidak sesuai 0 Kurang memadai Kurang lengkap 0
2 4 4 4 4 1 4 2 4 4 4 35 1 Mendukung Tidak sesuai 0 Kurang memadai Lengkap 1
3 3 2 3 4 1 4 4 4 4 2 31 1 Mendukung Tidak sesuai 0 Kurang memadai Lengkap 1
4 2 1 4 4 2 4 4 4 3 3 31 1 Mendukung Tidak sesuai 0 Kurang memadai Kurang lengkap 0
5 4 4 1 2 2 3 2 2 4 4 28 0 Kurang mendukung Tidak sesuai 0 Kurang memadai Kurang lengkap 0
6 3 2 3 4 4 2 4 2 3 3 30 1 Mendukung Sesuai 1 Memadai Lengkap 1
7 2 3 4 2 4 4 4 4 1 2 30 1 Mendukung Sesuai 1 Memadai Lengkap 1
8 4 1 4 3 2 4 3 1 4 3 29 0 Kurang mendukung Tidak sesuai 0 Kurang memadai Kurang lengkap 0
9 1 4 3 2 1 3 2 2 2 2 22 0 Kurang mendukung Tidak sesuai 0 Kurang memadai Kurang lengkap 0
10 4 3 4 1 3 2 3 3 1 3 27 0 Kurang mendukung Sesuai 1 Memadai Lengkap 1
11 2 4 2 4 1 3 4 4 2 4 30 1 Mendukung Sesuai 1 Memadai Lengkap 1
12 1 4 4 3 4 1 4 3 4 2 30 1 Mendukung Tidak sesuai 0 Kurang memadai Kurang lengkap 0
13 2 1 4 4 3 3 3 3 4 3 30 1 Mendukung Tidak sesuai 0 Kurang memadai Kurang lengkap 0
14 4 4 3 2 2 4 4 3 2 2 30 1 Mendukung Sesuai 1 Memadai Lengkap 1
15 3 3 4 3 2 2 1 3 3 3 27 0 Kurang mendukung Sesuai 1 Memadai Lengkap 1
16 4 4 3 4 1 2 3 1 3 4 29 0 Kurang mendukung Sesuai 1 Memadai Kurang lengkap 0
17 2 2 4 4 3 3 1 4 1 3 27 0 Kurang mendukung Sesuai 1 Memadai Kurang lengkap 0
18 3 3 2 2 1 1 3 2 3 4 24 0 Kurang mendukung Tidak sesuai 0 Kurang memadai Kurang lengkap 0
19 3 3 4 2 2 2 2 3 2 4 27 0 Kurang mendukung Tidak sesuai 0 Kurang memadai Lengkap 1
20 4 3 3 3 2 3 3 1 4 3 29 0 Kurang mendukung Sesuai 1 Memadai Lengkap 1
21 2 1 2 4 4 4 4 4 3 2 30 1 Mendukung Sesuai 1 Memadai Lengkap 1
22 2 3 1 2 4 4 4 4 4 3 31 1 Mendukung Sesuai 1 Memadai Lengkap 1
23 1 2 3 2 2 3 3 4 3 1 24 0 Kurang mendukung Sesuai 1 Memadai Lengkap 1
24 2 3 2 1 3 2 3 2 1 3 22 0 Kurang mendukung Sesuai 1 Memadai Kurang lengkap 0
25 4 4 4 3 1 2 3 3 2 3 29 0 Kurang mendukung Sesuai 1 Memadai Kurang lengkap 0
26 2 3 3 2 3 1 2 1 3 4 24 0 Kurang mendukung Sesuai 1 Memadai Lengkap 1
27 2 4 4 4 2 1 1 4 4 4 30 1 Mendukung Sesuai 1 Memadai Lengkap 1
28 4 2 3 4 4 3 1 3 3 3 30 1 Mendukung Sesuai 1 Memadai Lengkap 1
29 1 3 2 1 2 1 2 4 3 4 23 0 Kurang mendukung Sesuai 1 Memadai Kurang lengkap 0
30 3 1 1 1 3 4 2 3 4 3 25 0 Kurang mendukung Tidak sesuai 0 Kurang memadai Kurang lengkap 0
31 4 2 3 2 3 3 3 2 3 2 27 0 Kurang mendukung Tidak sesuai 0 Kurang memadai Kurang lengkap 0
32 3 1 4 4 4 4 4 4 4 1 33 1 Mendukung Sesuai 1 Memadai Lengkap 1
33 2 3 4 4 4 1 1 4 4 3 30 1 Mendukung Tidak sesuai 0 Kurang memadai Kurang lengkap 0
34 1 1 4 3 4 1 4 4 4 4 30 1 Mendukung Tidak sesuai 0 Kurang memadai Lengkap 1
35 3 3 3 4 3 2 1 3 4 3 29 0 Kurang mendukung Tidak sesuai 0 Kurang memadai Kurang lengkap 0
36 4 3 4 2 2 3 2 3 2 4 29 0 Kurang mendukung Tidak sesuai 0 Kurang memadai Kurang lengkap 0
37 3 3 3 2 2 2 1 2 4 3 25 0 Kurang mendukung Tidak sesuai 0 Kurang memadai Kurang lengkap 0
38 2 3 2 2 4 4 3 4 4 2 30 1 Mendukung Sesuai 1 Memadai Lengkap 1
39 3 4 3 4 2 3 2 4 2 3 30 1 Mendukung Sesuai 1 Memadai Lengkap 1
40 4 3 1 3 2 4 4 4 3 3 31 1 Mendukung Sesuai 1 Memadai Lengkap 1
41 1 4 4 3 4 4 4 3 1 2 30 1 Mendukung Sesuai 1 Memadai Lengkap 1
42 3 3 2 4 3 4 3 4 3 1 30 1 Mendukung Sesuai 1 Memadai Lengkap 1
43 4 1 4 3 4 1 4 2 4 3 30 1 Mendukung Sesuai 1 Memadai Lengkap 1
44 2 3 3 4 3 4 1 4 4 2 30 1 Mendukung Sesuai 1 Memadai Lengkap 1
45 1 4 2 3 4 4 2 4 4 4 32 1 Mendukung Tidak sesuai 0 Kurang memadai Lengkap 1
46 4 3 1 4 4 3 4 3 2 3 31 1 Mendukung Tidak sesuai 0 Kurang memadai Lengkap 1
47 3 1 2 2 1 4 2 4 3 4 26 0 Kurang mendukung Tidak sesuai 0 Kurang memadai Kurang lengkap 0
48 4 3 4 4 3 3 1 1 1 2 26 0 Kurang mendukung Tidak sesuai 0 Kurang memadai Kurang lengkap 0
Lampiran 7

HASIL OLAH DATA

Umur
Valid Cumulative
Frequency Percent Percent Percent
Valid 18 tahun 1 2.1 2.1 2.1
19 tahun 2 4.2 4.2 6.2
22 tahun 2 4.2 4.2 10.4
24 tahun 1 2.1 2.1 12.5
25 tahun 5 10.4 10.4 22.9
26 tahun 2 4.2 4.2 27.1
27 tahun 1 2.1 2.1 29.2
28 tahun 5 10.4 10.4 39.6
29 tahun 3 6.2 6.2 45.8
30 tahun 5 10.4 10.4 56.2
31 tahun 3 6.2 6.2 62.5
32 tahun 1 2.1 2.1 64.6
33 tahun 2 4.2 4.2 68.8
34 tahun 3 6.2 6.2 75.0
35 tahun 3 6.2 6.2 81.2
36 tahun 1 2.1 2.1 83.3
37 tahun 2 4.2 4.2 87.5
38 tahun 4 8.3 8.3 95.8
39 tahun 1 2.1 2.1 97.9
41 tahun 1 2.1 2.1 100.0
Total 48 100.0 100.0

Umur
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid 17-25 tahun 11 22.9 22.9 22.9
26-35 tahun 28 58.3 58.3 81.2
36-45 tahun 9 18.8 18.8 100.0
Total 48 100.0 100.0
Pendidikan
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid SD 2 4.2 4.2 4.2
SMP 9 18.8 18.8 23.0
SMA 32 66.6 66.6 89.6
D3 2 4.2 4.2 93.8
S1 3 6.2 6.2 100.0
Total 48 100.0 100.0

Pekerjaan
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Honorer 3 6.2 6.2 6.2
Pedagang 6 12.5 12.5 18.7
Petani 9 18.8 18.8 37.5
PNS 2 4.2 4.2 41.7
Swasta 3 6.2 6.2 47.9
URT 25 52.1 52.1 100.0
Total 48 100.0 100.0

Statistics
Pengetahuan
N Valid 48
Missing 0
Mean 7.29
Median 7.00
Mode 7

Pengetahuan
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid 5 2 4.2 4.2 4.2
6 10 20.8 20.8 25.0
7 19 39.6 39.6 64.6
8 6 12.5 12.5 77.1
9 11 22.9 22.9 100.0
Total 48 100.0 100.0
Pengetahuan
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Kurang baik 12 25.0 25.0 25.0
Baik 36 75.0 75.0 100.0
Total 48 100.0 100.0

Statistics
Sikap
N Valid 48
Missing 0
Mean 32.75
Median 33.00
Mode 33

Sikap
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid 28 1 2.1 2.1 2.1
29 2 4.2 4.2 6.2
30 3 6.2 6.2 12.5
31 7 14.6 14.6 27.1
32 6 12.5 12.5 39.6
33 13 27.1 27.1 66.7
34 9 18.8 18.8 85.4
35 1 2.1 2.1 87.5
36 5 10.4 10.4 97.9
37 1 2.1 2.1 100.0
Total 48 100.0 100.0

Sikap
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Kurang baik 19 39.6 39.6 39.6
Baik 29 60.4 60.4 100.0
Total 48 100.0 100.0
Statistics
Dukungan Keluarga
N Valid 48
Missing 0
Mean 28.52
Median 30.00
Mode 30

Dukungan Keluarga
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid 22 2 4.2 4.2 4.2
23 1 2.1 2.1 6.2
24 3 6.2 6.2 12.5
25 2 4.2 4.2 16.7
26 3 6.2 6.2 22.9
27 5 10.4 10.4 33.3
28 1 2.1 2.1 35.4
29 6 12.5 12.5 47.9
30 17 35.4 35.4 83.3
31 5 10.4 10.4 93.8
32 1 2.1 2.1 95.8
33 1 2.1 2.1 97.9
35 1 2.1 2.1 100.0
Total 48 100.0 100.0

Dukungan Keluarga
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Kurang mendukung 23 47.9 47.9 47.9
Mendukung 25 52.1 52.1 100.0
Total 48 100.0 100.0

Ketersediaan Sumber Daya Kesehatan


Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Kurang memadai 22 45.8 45.8 45.8
Memadai 26 54.2 54.2 100.0
Total 48 100.0 100.0
Pemberian Imunisasi
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Kurang Lengkap 21 43.8 43.8 43.8
Lengkap 27 56.2 56.2 100.0
Total 48 100.0 100.0

Pengetahuan * Pemberian Imunisasi 

Crosstab

Pemberian Imunisasi

Kurang Lengkap Lengkap Total


Pengetahuan Kurang baik Count 11 1 12
Expected Count 5.2 6.8 12.0
% within Pengetahuan 91.7% 8.3% 100.0%
% within Pemberian
52.4% 3.7% 25.0%
Imunisasi
% of Total 22.9% 2.1% 25.0%
Baik Count 10 26 36
Expected Count 15.8 20.2 36.0
% within Pengetahuan 27.8% 72.2% 100.0%
% within Pemberian
47.6% 96.3% 75.0%
Imunisasi
% of Total 20.8% 54.2% 75.0%
Total Count 21 27 48
Expected Count 21.0 27.0 48.0
% within Pengetahuan 43.8% 56.2% 100.0%
% within Pemberian
100.0% 100.0% 100.0%
Imunisasi
% of Total 43.8% 56.2% 100.0%

Chi-Square Tests
Asymp. Sig. (2- Exact Sig. (2- Exact Sig. (1-
Value Df sided) sided) sided)
Pearson Chi-Square 14.928a 1 .000
Continuity Correction b
12.444 1 .000
Likelihood Ratio 16.365 1 .000
Fisher's Exact Test .000 .000
Linear-by-Linear Association 14.617 1 .000
N of Valid Cases b
48
a. 0 cells (,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 5,25.
b. Computed only for a 2x2 table
Sikap * Pemberian Imunisasi 

Crosstab

Pemberian Imunisasi

Kurang Lengkap Lengkap Total


Sikap Kurang baik Count 17 2 19
Expected Count 8.3 10.7 19.0
% within Sikap 89.5% 10.5% 100.0%
% within Pemberian
81.0% 7.4% 39.6%
Imunisasi
% of Total 35.4% 4.2% 39.6%
Baik Count 4 25 29
Expected Count 12.7 16.3 29.0
% within Sikap 13.8% 86.2% 100.0%
% within Pemberian
19.0% 92.6% 60.4%
Imunisasi
% of Total 8.3% 52.1% 60.4%
Total Count 21 27 48
Expected Count 21.0 27.0 48.0
% within Sikap 43.8% 56.2% 100.0%
% within Pemberian
100.0% 100.0% 100.0%
Imunisasi
% of Total 43.8% 56.2% 100.0%

Chi-Square Tests
Asymp. Sig. (2- Exact Sig. (2- Exact Sig. (1-
Value Df sided) sided) sided)
Pearson Chi-Square 26.716a 1 .000
Continuity Correction b
23.730 1 .000
Likelihood Ratio 29.734 1 .000
Fisher's Exact Test .000 .000
Linear-by-Linear Association 26.160 1 .000
N of Valid Casesb 48
a. 0 cells (,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 8,31.
b. Computed only for a 2x2 table
Dukungan Keluarga * Pemberian Imunisasi 

Crosstab

Pemberian Imunisasi
Kurang
Lengkap Lengkap Total
Dukungan Kurang Count 17 6 23
Keluarga mendukung
Expected Count 10.1 12.9 23.0
% within Dukungan Keluarga 73.9% 26.1% 100.0%
% within Pemberian Imunisasi 81.0% 22.2% 47.9%
% of Total 35.4% 12.5% 47.9%
Mendukung Count 4 21 25
Expected Count 10.9 14.1 25.0
% within Dukungan Keluarga 16.0% 84.0% 100.0%
% within Pemberian Imunisasi 19.0% 77.8% 52.1%
% of Total 8.3% 43.8% 52.1%
Total Count 21 27 48
Expected Count 21.0 27.0 48.0
% within Dukungan Keluarga 43.8% 56.2% 100.0%
% within Pemberian Imunisasi 100.0% 100.0% 100.0%
% of Total 43.8% 56.2% 100.0%

Chi-Square Tests
Asymp. Sig. (2- Exact Sig. (2- Exact Sig. (1-
Value Df sided) sided) sided)
Pearson Chi-Square 16.326a 1 .000
Continuity Correction b
14.057 1 .000
Likelihood Ratio 17.404 1 .000
Fisher's Exact Test .000 .000
Linear-by-Linear Association 15.986 1 .000
N of Valid Cases b
48
a. 0 cells (,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 10,06.
b. Computed only for a 2x2 table
Ketersediaan Sumber Daya Kesehatan * Pemberian Imunisasi 

Crosstab

Pemberian Imunisasi
Kurang
Lengkap Lengkap Total
Ketersediaan Kurang memadai Count 16 6 22
Sumber Daya
Expected Count 9.6 12.4 22.0
Kesehatan
% within Ketersediaan Sumber
72.7% 27.3% 100.0%
Daya Kesehatan
% within Pemberian Imunisasi 76.2% 22.2% 45.8%
% of Total 33.3% 12.5% 45.8%
Memadai Count 5 21 26
Expected Count 11.4 14.6 26.0
% within Ketersediaan Sumber
19.2% 80.8% 100.0%
Daya Kesehatan
% within Pemberian Imunisasi 23.8% 77.8% 54.2%
% of Total 10.4% 43.8% 54.2%
Total Count 21 27 48
Expected Count 21.0 27.0 48.0
% within Ketersediaan Sumber
43.8% 56.2% 100.0%
Daya Kesehatan
% within Pemberian Imunisasi 100.0% 100.0% 100.0%
% of Total 43.8% 56.2% 100.0%

Chi-Square Tests
Asymp. Sig. (2- Exact Sig. (2- Exact Sig. (1-
Value Df sided) sided) sided)
Pearson Chi-Square 13.858a 1 .000
Continuity Correction b
11.770 1 .001
Likelihood Ratio 14.552 1 .000
Fisher's Exact Test .000 .000
Linear-by-Linear Association 13.569 1 .000
N of Valid Cases b
48
a. 0 cells (,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 9,63.
b. Computed only for a 2x2 table
Lampiran 8
SURAT PERMOHONAN IZIN STUDI PENDAHULUAN

Lampiran 9
SURAT PERMOHONAN IZIN PENELITIAN

Lampiran 10
SURAT PERNYATAAN TELAH MENYELESAIKAN PENELITIAN

Lampiran 11
FOTO DOKUMENTASI PENELITIAN
Lampiran 12

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

DATA PRIBADI
Nama : Yuliana Susanti
Tempat/Tanggal Lahir : Palu, 8 April 1999
Jenis Kelamin : Perempuan
Agama : Katolik
Alamat : Jalan Poros Trans Sulawesi Martajaya

RIWAYAT PENDIDIKAN
1. SD Inpres Salumoni
2. SMPN 15 Pasangkayu
3. SMA Katolik Santo Andreas Palu
4. Program Studi S1 Kesehatan Masyarakat FKM Universitas Tadulako

DATA ORANG TUA


1. Nama Bapak : I Nyoman Sudiana
2. Nama Ibu : Ni Made Sutarmi
3. Agama : Katolik
4. Pekerjaan Orang Tua
Bapak : Petani
Ibu : IRT
5. Alamat Orang Tua : Jalan Poros Trans Sulawesi Martajaya

Anda mungkin juga menyukai