Anda di halaman 1dari 67

PROPOSAL PENELITIAN

HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP IBU TERHADAP


TERPENUHINYA IMUNISASI DASAR LENGKAP BAGI
ANAK USIA 12-23 BULAN DI DESA TEREMPA
SELATAN KECAMATAN SIANTAN
TAHUN 2023

Oleh:
Dayang Subarsih
162212006

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN HANG TUAH
TANJUNGPINANG
2023

i
LEMBAR PERSETUJUAN

DIPERSYARATKAN UNTUK UJIAN PROPOSAL

Pembimbing I Pembimbing II

(Dr. Syamilatul Khariroh, S.Kp, M.Kes ) (Cian Ibnu Sina, S.Sos, M.si)
NIK: 196509082000032001 NIK: 11046

Tanjungpinang, Maret 2023

Mengetahui
Kepala Program Studi S1 Keperawatan
Stikes Hang Tuah Tanjungpinang

(Zakiah Rahman, S.Kep, Ns, M.Kep)


NIK: 11085

Nama : Dayang Subarsih


NIM : 162212006
Tahun Akademik : 2022/2023

ii
LEMBAR PENGESAHAN

Judul : Hubungan Pengetahuan dan Sikap Ibu Terhadap


Terpenuhnya Imunisasi Dasar Lengkap Bagi Anak Usia
12-23 Bulan di Desa Terempa Selatan Kecematan
Siantan Tahun 2023
Penulis : Dayang Subarsih
NIM : 162212054
Program Studi : S1 Keperawatan
Tahun Akademik : 2022/2023

TIM PENGUJI

Penguji I

: (Yusnaini Siagian, S.Kep, Ns., M.Kep)

Penguji II

: (Dr. Syamilatul Khariroh, S.Kp, M.Kes)


Penguji III

{Cian Ibnu Sina, S.Sos, M si)

iii
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah Subhanahu Wa Ta’ala, yang

telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya, kepada penulis sehingga dapat

menyelesaikan penyusunan proposal penulisan dengan berjudul “Hubungan

Pengetahuan dan Sikap Ibu Terhadap Terpenuhnya Imunisasi Dasar Lengkap

Bagi Anak Usia 12-23 Bulan di Desa Terempa Selatan Kecematan Siantan Tahun

2023” tepat pada waktunya.

Proposal ini dibuat sebagai salah satu persyaratan untuk meraih gelar

sarjana Keperawatan dalam menyelesaikan pendidikan di Stikes Hang Tuah

Tanjungpinang. Pembuatan proposal ini tidak lepas dari bimbingan dan bantuan

dari semua pihak, untuk itu pada kesempatan ini penulis mengucapkan

terimakasih pada:

1. Ibu Wiwiek Liestyaningrum, S.Kp, M.Kep selaku Ketua Sekolah Tinggi Ilmu

Kesehatan Hang Tuah Tanjungpinang.

2. Ibu Yusnaini Siagian, S.Kep, Ns, M.Kep. Selaku Wakil Ketua I Sekolah

Tinggi Ilmu Kesehatan Hang Tuah Tanjungpinang.

3. Apt Ibu Ikha Rahardiantini, S.Si, M.Farm. Selaku Wakil Ketua II Sekolah

Tinggi Ilmu Kesehatan Hang Tuah Tanjungpinang.

4. Ibu Ernawati, S.Psi, M.Si. Selaku Wakil Ketua III Sekolah Tinggi Ilmu

Kesehatan Hang Tuah Tanjungpinang.

5. Ibu Zakiah Rahman, S.Kep, Ns, M.Kep Kepala Program Studi Sarjana

Keperawatan Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Hang Tuah Tanjungpinang

iv
6. Ibu Dr. Syamilatul Khariroh, S.Kp, M.Kes selaku pembimbing I yang telah

bersedia meluangkan waktu, pikiran untuk membimbing dan memberikan

masukan tulisan saran dan kritikan yang berhubungan dengan proposal ini.

7. Bapak Cian Ibnu Sina, S.Sos, M si selaku pembimbing II yang telah bersedia

meluangkan waktu, pikiran untuk membimbing dan memberikan masukan

tulisan yang berhubungan dengan proposal ini.

8. Bapak/ibu dosen dan staf Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Hang Tuah

Tanjungpinang yang telah memberikan ilmu pengetahuan, bimbingan, nasehat

serta dukungan selama perkuliahan.

9. Terimakasih untuk keluarga tercinta yang selalu support saya yang telah

memberikan segala dukungan moral, spiritual dan material, serta doa yang

selalu dipanjatkan untuk penulis, sehingga penulis dapat menyelesaikan

proposal penulisan ini dengan sebaiknya.

10. Rekan-rekan seperjuangan Angkatan XVI Sarjana Keperawatan Program Non

reguler Stikes Hang Tuah Tanjungpinang yang telah memberikan dorongan,

bantuan dan kerjasama dalam penyusunan Proposal ini

11. Semua pihak yang tidak bisa penulis sebutkan satu persatu.

Penulis menyadari sepenuhnya bahwa penyusunan Proposal ini masih jauh

dari kata sempurna, oleh karena itu penulis mengharapkan saran ataupun kritikan

yang membangun demi kesempurnaan proposal ini

Tanjungpinang, Maret 2023

Penulis

v
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL.........................................................................................................i
LEMBAR PERSETUJUAN...........................................................................................ii
LEMBAR PENGASAHAN ..........................................................................................iii
KATA PENGANTAR ...................................................................................................iv
DAFTAR ISI ...................................................................................................................v
DAFTAR TABEL..........................................................................................................vii
DATAR GAMBAR .....................................................................................................viii
DAFTAR LAMPIRAN ...................................................................................................x
BAB I PENDUHULUAN................................................................................................1
A. Latar Belakang ......................................................................................................1
B. Rumusan Masalah .................................................................................................7
C. Tujuan Peneltian....................................................................................................7
D. Manfaat Penelitian ................................................................................................9
BAB II TINJAUAN PUSTAKA...................................................................................10
A. Konsep Teori ......................................................................................................10
1. Konsep Imunisasi..........................................................................................10
2. Konsep Pengetahuan IBU..............................................................................19
3. Konsep Sikap.................................................................................................23
B. Karangka Teori....................................................................................................30
C. Karangka Konsep................................................................................................30
D. Hipotesis..............................................................................................................32
BAB III METODOLOGI PENELITIAN ...................................................................32
A. Desain Penelitian.................................................................................................32
B. Waktu dan Tempat Penelitian ............................................................................33
C. Populasi dan Sampel............................................................................................34
D. Vatiabel Penelitian dan Definisi Oprasional........................................................36
E. Teknik Pengumpulan Data..................................................................................39
F. Alat pengumpulan Data .....................................................................................40
G. Uji Validitas dan Reabilitas.................................................................................40
H. Teknik analisa Data ............................................................................................41
I. Pertimbangan Etilk..............................................................................................47
DAFTAR PUSTAKA ...............................................................................................48

vi
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1 Jadwal Imunisasi.............................................................................................21
Tabel 3.1 Definisi Oprasional..........................................................................................38

vii
DATAR GAMBAR
Gambar 2.1 Karangka Teori..................................................................................39
Gamar 2.2 Karangka Konsep ................................................................................40

viii
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Koesioner Pengetaahuan
Lampiran 2 Koesiner Sikap
Lampiran 2 Lembar Observasi

ix
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Program imunisasi dasar merupakan salah satu upaya untuk

menurunkan angka kesakitan dan kematian pada bayi dan balita, bayi yang

baru lahir sudah memiliki antibody alami, akan tetapi kekebalan ini hanya

dapat bertahan beberapa minggu atau bulan saja. Selain itu, bayi akan menjadi

rentan terhadap berbagai jenis penyakit. Imunisasi adalah salah satu jenis

usaha memberikan kekebalan kepada anak dengan memasukkan vaksin ke

dalam tubuh guna membuat zat anti untuk mencegah terhadap penyakit

tertentu. Sedangkan yang dimaksud dengan vaksin adalah bahan yang

digunakan untuk merangsang pembentukan zat anti, yang dimasukkan ke

dalam tubuh melalui suntikan (misalnya, vaksin Bacille Calmette-Guerin

(BCG), Difteri, Pertusis dan Tetanus (DPT) dan Campak) dan melalui mulut

(contohnya vaksin polio) (Faisal et al., 2021).

Meskipun program pemberian imunisasi sudah dijalankan dengan baik,

namun masih terdapat beberapa cakupan imunisasi yang tidak tercapai. Orang

tua merupakan faktor yang paling utama seorang anak mendapatkan imunisasi

lengkap. Peran serta orang tua terhadap suatu program kesehatan dipengaruhi

oleh berbagai faktor dan salah satunya adalah faktor pengetahuan dan sikap

pada program kesehatan itu sendiri, Pengetahuan atau kognitif merupakan

domain yang sangat penting dalam membentuk tindakan seseorang (over

behavior). Dari penelitian membuktikan bahwa perilaku yang didasari oleh

1
pengetahuan akan lebih bertahan dari perilaku yang tidak didasari oleh

pengetahuan (Fitriani, 2019).

Berdasarkan penelitian (Maidartati et al., 2020) terdapat hubungan

tingkat pengetahuan dan perilaku ibu dalam pemberian imunisasi dasar di

Puskesmas Kabupaten Bandung. Dari 42 responden dalam penelitian ini

didapatkan cakupan pengetahuan dengan pengetahuan baik dengan perilaku

positif sebanyak 60.0%, dan pengetahuan baik dengan perilaku negatif

sebanyak 11.8%, pengetahuan sedang dengan perilaku positif 40% dan

pengetahuan sedang dengan perilakunegatif 17,6% sedangkan pengetahuan

buruk dengan perilaku positif sebanyak 0%, dan pengetahuan buruk dengan

perilaku negatif sebanyak 70.6%.

Dampak dari tidak memberikan imunisasi pada anak adalah anak tidak

mempunyai kekebalan spesifik, jika anak tidak mempunyai kekebalan spesifik

anak akan mudah terserang penyakit berbahaya sistem imun anak akan

menjadi lemah, anak akan mudah sakit bahkan kematian atau kecacatan. Pada

pemberian imunisasi HB0 dapat menghindari dari penyakit hepatitis,

pemberian imunisasi BCG dapat menghindari dari penyakit TBC, pemberian

imunisasi pentabio (Soedjatmiko, 2014). Jumlah penyakit tuberkolosis pada

anak usia 0-14 tahun sebesar 9,04%, pneumonia sebesar 23,55% tetanus

neonatorum 33,0% , campak 5,0%, difteri 5,9% dan polio 5%. (Kemenkes,

2019). Ada beberapa alasan bayi tidak mendapatkan imunisasi lengkap adalah

karena tidak adanya dukungan keluarga untuk memberikan anak imunisasi

lengkap, sikap ibu tentang manfaat imunisasi, adanya rumor yang buruk

2
tentang imunisasi dan alasan situasi berupa tempat pelayanan imunisasi yang

terlalu jauh, jadwal pemberian imunisasi yang tidak tepat, ketidakhadiran

petugas imunisasi (Kementrian Kesehatan RI, 2019). Pernyatan lainya terkait

imunisasi yaitu, ibu tidak ingin membawa anaknya ke Posyandu dengan

alasan, antara lain karena letaknya yang jauh, tidak ada kegiatan posyandu,

serta layanan tidak lengkap walaupun sudah diberikan fasilitas gratis oleh

pemerintah. Hal tersebut dikarenakan berbagai alasan seperti pengetahuan ibu

yang kurang tentang imunisasi dan rendahnya kesadaran ibu membawa

anaknya ke posyandu atau puskesmas untuk mendapatkan imunisasi yang

lengkap karena takut anaknya sakit, dan ada pula yang merasa bahwa

imunisasi tidak diperlukan untuk bayinya, kurang informasi/ penjelasan dari

petugas kesehatan tentang manfaat imunisasi serta hambatan lainnya

(Norwina, 2020). Adapun penelitian lain yang terkait yaitu menurut hasil

penelitian Tri & Ira (2019) menyatakan bahwa sikap ibu berhubungan dengan

kelengkapan status imunisasi dasar, didapatkan hasil Nilai p = 0,001< 0,05

dengan menggunakan uji Chi Square.

Imunisasi diperkirakan dapat mencegah 2,5 juta kasus kematian anak

per tahun diseluruh dunia dapat di cegah dengan imunisasi (PD31), seperti

Tuberkulosis (TB), dipteri, pertusis (penyakit pernapasan), campak, tetanus,

polio dan Hepatitis B. Program imunisasi sangat penting agar tercapai

kekebalan masyarakat (population immunity) (Hudhah et al., 2018). Imunisasi

BCG diberikan guna mencegah penyakit tuberculosis, Vaksin Hepatitis B

(HB) diberikan untuk mencegah penyakit hepatitis B, apabila tidak lengkap

3
dalam memberikan vaksin hepatitis B dapat menyebabkan pengerasan hati

yang berujung pada kegagalan fungsi hati dan kanker hati. Imunisasi polio

tetes diberikan 4 kali pada usia 1 bulan, 2 bulan, 3 bulan dan 4 bulan untuk

mencagah lampuh layu imunisasi polio suntik pun diberikan 1 kali pada usia 4

bulan agar kekebalan semakin sempurna. Imunisasi Campak diberikan untuk

mencegah penyakit campak yang dapat mengakibatkan radang paru berat

(pneumonia), diare atau menyerang otak. Imunisasi MR diberikan untuk

mencegah penyakit campak sekaligus rubella. Vaksin DPT-HB-HIB diberikan

guna mencegah 6 penyakit, yakni Difteri, Pertusis, Tetanus, Hepatitis B, serta

Pneumonia (radang paru) dan meningitis (radang selaput otak) yang

disebabkan infeksi kuman (Humaira, 2020). Penyakit yang dapat dicegah

dengan imunisasi (PD3I) yang terjadi pada anak berumur 0-12 bulan apabila

tidak diimunisasi yaitu penyakit TBC, Difteria, Tetanus, Batuk Rejan

(pertusis), polio, campak, (Measles, Morbili) dan Hepatitis B, yang termasuk

dalam Program Pengembangan Imunisasi (PPI) melalui imunisasi BCG, DPT,

Polio, Campak, dan Hepatitis B (Hanum, 2019).

Agenda Imunisasi 2030 merupakan salah satu strategi global untuk

mencapai UHC pada tahun 2030, yang memposisikan imunisasi sebagai

kontributor utama bagi hak dasar masyarakat untuk mendapatkan kesehatan

dan juga sebagai investasi masa depan, menciptakan lingkungan yang lebih

sehat, dunia yang lebih aman dan sejahtera bagi semua (WHO, 2021). Laporan

UNICEF menyebutkan bahwa imunisasi telah menyelamatkan sekitar 2

hingga 3 juta jiwa setiap tahunnya. Kematian akibat campak yang merupakan

4
penyebab utama kematian pada anak juga telah menurun sekitar 73% di

seluruh dunia antara tahun 2000 dan 2018 (UNICEF, 2020). Namun demikian,

laporan WHO menyatakan bahwa terjadi penurunan terhadap cakupan

imunisasi DTP3 (dosis ketiga vaksin difteri, toksoid tetanus dan pertusis),

dimana dari 86% pada 2019 menjadi 81% pada 2021 (WHO, 2023).

WHO/UNICEF melaporkan bahwa 112 negara mengalami stagnasi atau

penurunan cakupan DTP3 sejak 2019, dengan 62 negara tersebut mengalami

penurunan setidaknya 5%. Akibatnya, 25 juta anak tidak atau kurang

mendapat imunisasi DTP3 pada tahun 2021 di mana lebih dari 60% tinggal di

10 negara (India, Nigeria, Indonesia, Ethiopia, Filipina, Republik Demokratik

Kongo, Brasil, Pakistan, Angola, dan Myanmar) serta terdapat sekitar 18 juta

anak tidak mendapat semua jenis imunisasi, meningkat 5 juta anak dari tahun

2019 (WHO & UNICEF, 2023).

Rencana Pembangunan Nasional (RPJMD) tahun 2015-2019

ditetapkan indikator capaian imunisasi secara nasional yaitu: (1) tercapainya

cakupan imunisasi dasar lengkap (IDL) kepada 93 % bayi 0-12 bulan dan

tercapainya 95% Kab/Kota yang mencapai 80% IDL pada bayi (RPJMN2015-

2019). Menurut Ditjen Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Kemenkes RI

cakupan imunisasi dasar lengkap di Indonesia selama tiga tahun dari tahun

2017 sampai tahun 2019 berturut-turut sebesar 85,41%, 72,76%, dan turun

kembali pada tahun 2019 sebesar 71,98% (Kemenkes RI, 2020).

5
Laporan Badan Pusat Statistik (BPS) menyebutkan bahwa cakupan

Imunisasi Dasar Lengkap (IDL) di Indonesia masih dibawah target, dimana

cakupan IDL Indonesia pada tahun 2021 ialah sebesar 61,09% (BPS, 2021),

sedangkan target cakupan IDL pada rencana strategis Kementerian Kesehatan

pada tahun 2024 ialah sebesar 90% (Kemenkes RI, 2020).

Sebaran pemberian imunisasi di Indonesia juga masih belum merata

antar Provinsi di Indonesia, Provinsi Bali merupakan provinsi dengan

persentase anak umur 12-23 bulan yang menerima imunisasi dasar lengkap

paling tinggi yaitu sebesar 82,82%. Sementara itu, Provinsi Aceh merupakan

provinsi dengan persentase imunisasi dasar lengkap paling rendah yaitu

sebesar 22,73%. Selain itu penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi

(PD3I) seperti Hepatitis B, TBC, Difteri, Pertusis, Tetanus, Polio, Campak,

Rubela, dan radang paru-paru masih menjadi salah satu masalah kesehatan di

Indonesia (BPS, 2021).

Berdasarkan data imunisasi di Kepulauan Anambas di Desa Terempak

Selatan Kecamatan Siantan pada tahun 2019-2020 capain pada usia 12 bulan

mencapai 72%, namun pada tahun 2021 mengalmi perubahan yaitu 70,83%

dan pada tahun 2022 angka turun ke 19,60%. (Dinkes Kepulauan Anambas

2022). Berdasrakan uraian di atas penulis tertarik untuk mengambil judul

hubungan pengetahuan dan sikap ibu terhadap terpenuhinya imunisasi dasar

lengkap bagi anak usia 12-13 bulan di Desa Terempa Selatan Kecamatan

Siantan 2023.

6
B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas rumusan masalah dari proposal

ini yaitu “Apakah ada hubungan pengetahuan dan sikap ibu terhadap

terpenuhinya imunisasi dasar lengkap bagi anak usia 12-23 bulan di Desa

Terempa Selatan Kecamatan Siantan 2023?”.

C. Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum

Tujuan umum penelitian ini adalah untuk mengetahui “hubungan

pengetahuan dan sikap ibu terhadap terpenuhinya imunisasi dasar lengkap

bagi anak usia 12-23 bulan di Desa Terempa Selatan Kecamatan Siantan

2023”.

2. Tujuan Khusus.

a. Mengetahui karakteristik responden meliputi, usia ibu, jenis kelamin,

pendidikan, pekerjaan, usia balita 12-23 bulan.

b. Mengetahui pengetahuan dan sikap ibu terhadap terpenuhinya

imunisasi dasar lengkap bagi anak usia 12-23 bulan di Desa Terempa

Selatan Kecamatan Siantan 2023.

c. Menegtahui imunisasi dasar lengkap pada anak dengan usia 12-23

bulan.

7
D. Manfaat Penelitian

1. Manfaat Aplikasi

a. Bagi Ilmu Keperawatan

Diharapkan penelitian ini berguna untuk perkembangan ilmu

keperawatan dan sebagai sumber informasi menambah pengalaman

dan pengetahuan bagi peneliti terkait dengan hubungan pengetahuan

dan sikap ibu terhadap terpenuhinya imunisasi dasar lengkap bagi anak

usia 12-23 bulan di Desa Terempa Selatan Kecamatan Siantan 2023.

b. Bagi Pelayanan Keperawatan

Penelitian ini diharapkan dapat menambah informasi bagi Dinas

Kesehatan, dan Rumah sakit setempat untuk lebih meningkatkan

program-program terkait imunisasi dasar bagi balita.

c. Bagi Peneliti

Menambah pengalaman dan meningkatkan wawasan ilmu

pengetahuan mengenai penelitian yang berhubungan dengan

penegtahuan, sikap dan imunisasi dasar balita

2. Manfaat Akademik

Penelitian ini bermanfaat sebagai sumber pustaka dan referensi

untuk meningkatkan pengetahuan dalam melakukan asuhan keperawatan

tentang hubungan pengetahuan dan sikap ibu terhadap terpenuhinya

imunisasi dasar lengkap bagi anak usia 12-23 bulan

8
9
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Konsep Teori

1. Konsep Imunisasi

a. Definisi

Imunisasi berasal dari kata imun, kebal atau resisten. Anak

diimunisasi, berarti diberikan kekebalan terhadap suatu penyakit

tertentu. Anak kebal atau resisten terhadap suatu penyakit tetapi belum

tentu kebal terhadap penyakit yang lain. Imunisasi adalah suatu upaya

menimbulkan/meningkatkan kekebalan seseorang secara aktif terhadap

suatu penyakit, sehingga apabila suatu saat terpajan dengan penyakit

tersebut tidak akan sakit atau hanya mengalami sakit ringan

(Permenkes, 2017). Imunisasi merupakan salah satu cara yang efektif

untuk mencegah penularan penyakit dan upaya menurunkan angka

kesakitan dan kematian pada bayi dan balita (Mardianti et al., 2020).

Imunisasi merupakan upaya kesehatan masyarakat paling efektif dan

efisien dalam mencegah beberapa penyakit berbahaya (Kemenkes RI,

2020). Imunisasi adalah suatu cara untuk meningkatkan kekebalan

tubuh seseorang secara aktif terhadap suatu penyakit, sehingga bila

kelak terpapar dengan penyakit tersebut tidak akan menderita penyakit

tersebu (Puspita S et al., 2023).

10
b. Tujuan Imunisasi

Imunisasi bertujuan untuk menurunkan angka kesakitan,

kematian dan kecacatan akibat penyakit yang dapat dicegah dengan

imunisasi. Imunisasi sangat efektif untuk mencegah penyakit

menular,melalui imunisasi tubuh kita tidak akan mudah terserang

penyakit menular (Mulyani, 2019). Penyakit yang dapat dicegah

dengan imunisasi (PD3I) yang terjadi pada anak berumur 0-12 bulan

apabila tidak diimunisasi yaitu penyakit TBC, Difteria, Tetanus, Batuk

Rejan (pertusis), polio, campak, (Measles, Morbili) dan Hepatitis B,

yang termasuk dalam Program Pengembangan Imunisasi (PPI) melalui

imunisasi BCG, DPT, Polio, Campak, dan Hepatitis B (Permenkes,

2017).

c. Manfaat Imunisasi

Manfaat imunisasi yaitu pertahanan tubuh yang dibentuk oleh

beberapa vaksin akan dibawa seumur hidup, Cost effective karena

murah dan efektif dan tidak berbahaya (reaksi serius sangat jarang

terjadi, jauh lebih jarang daripada komplikasi yang timbul apabila

terserang penyakit tertentu secara alami). Imunisasi juga memiliki

dampak secara individu, sosial dan epidemiologi. Imunisasi

menurunkan angka kesakitan sehingga akan turun pula biaya

pengobatan dan perawatan di rumah sakit. Dengan imunisasi akan

mencegah anak dari penyakit infeksi yang berbahaya berarti akan

11
meningkatkan kualitas hidup anak dan meningkatkan daya

produktifitas di kemudian hari (Rusharyanti D, 2017).

d. Hambatan Imunisasi

Perbedaan persepsi yang ada di masyarakat menyebabkan

hambatan terlaksananya imunisasi. Masalah lain dalam pelaksanakan

imunisasi dasar lengkap yaitu karena takut anaknya demam, sering

sakit, keluarga tidak mengizinkan, tempat imunisasi jauh, tidak tahu

tempat imunisasi, serta sibuk atau repot. Pemahaman mengenai

imunisasi bahwa imunisasi dapat menyebabkan efek samping yang

membahayakan seperti efek farmakologis, kealahan tindakan atau yang

biasa disebut Kejadian Ikutan Pasca Imunisasi (KIPI) seperti nyeri

pada daerah bekas suntikan, pembengkakan lokal, menggigil, kejang

hal ini menyebabkan orang tua atau masyarakat tidak membawa

anaknya ke pelayanan kesehatan sehingga mengakibatkan sebagian

besar bayi dan balita belum mendapatkan imunisasi (Kamenkes, 2017).

e. Jadwal Imunisasi

Jadwal Imunisasi Anak Umur 0 - 12 Bulan, imunisasi yang

merupakan rekomendasi IDAI Tahun 2020 antara lain :

1) Vaksin Hepatitis B

Vaksin Hepatitis B monovalen paling baik diberikan

kepada bayi segera setelah lahir sebelum berumur 24 jam,

didahului penyuntikan vitamin K1 minimal 30 menit sebelumnya.

Bayi lahir dari ibu HBsAg positif, segera berikan vaksin HB dan

12
immunoglobulin hepatitis B (HBIg) pada ekstrimitas yang berbeda,

maksimal dalam 7 hari setelah lahir. Imunisasi HB selanjutnya

diberikan bersama DTwP atau DTaP (IDAI, 2020).

2) Vaksin polio

Vaksin Polio 0 sebaiknya diberikan segera setelah lahir.

Apabila lahir di fasilitas kesehatan diberikan bOPV-0 saat bayi

pulang atau pada kunjungan pertama. Selanjutnya berikan bOPV

atau IPV bersama DTwP atau DTaP. Vaksin IPV minimal

diberikan 2 kali sebelum berusia 1 tahun bersama DTwP atau

DTaP (IDAI, 2020).

3) Vaksin BCG

Vaksin BCG sebaiknya diberikan segera setelah lahir atau

segera mungkin sebelum bayi berumur 1 bulan. Bila berumur 2

bulan atau lebih, BCG diberikan bila uji tuberkulin negatif. (IDAI,

2020).

4) Vaksin DPT

Vaksin DPT dapat diberikan mulai umur 6 minggu berupa

vaksin DTwP atau DTaP. Vaksin DTaP diberikan pada umur 2, 3,

4 bulan atau 2, 4, 6 bulan. (IDAI, 2020).

5) Vaksin Hib

Vaksin Hib diberikan pada usia 2, 3, dan 4 bulan.

Kemudian booster Hib diberikan pada usia 18 bulan di dalam

vaksin pentavalent (IDAI, 2020).

13
6) Vaksin pneumokokus (PCV)

PCV diberikan pada umur 2, 4, dan 6 bulan dengan booster

pada umur 12- 15 bulan. Jika belum diberikan pada umur 7-12

bulan, berikan PCV 2 kali dengan jarak 1 bulan dan booster setelah

12 bulan dengan jarak 2 bulan dari dosis sebelumnya. (IDAI,

2020).

7) Vaksin rotavirus

Vaksin rotavirus monovalen diberikan 2 kali, dosis pertama

mulai umur 6 minggu, dosis kedua dengan internal minimal 4

minggu, harus selesai pada umur 24 minggu. Vaksin rotavirus

pentavalen diberikan 3 kali, dosis pertama 6-12 minggu, dosis

kedua dan ketiga dengan interval 4 sampai 10 minggu, harus

selesai pada umur 32 minggu (IDAI, 2020).

8) Vaksin influenza

Vaksin influenza diberikan mulai umur 6 bulan, diulang

setiap tahun. (IDAI, 2020).

9) Vaksin MR/MMR

Vaksin MR / MMR pada umur 9 bulan berikan vaksin MR.

Bila sampai umur 12 bulan belum mendapat vaksin MR, dapat

diberikan MMR. Umur 18 bulan berikan MR atau MMR. Umur 5-

7 tahun berikan MR (dalam program BIAS kelas 1) atau MMR

(IDAI, 2020).

14
10) Vaksin jepanese encephalitis (JE)

Vaksin JE diberikan mulai umur 9 bulan di daerah endemis

atau yang akan bepergian ke daerah endemis. Untuk perlindungan

jangka panjang dapat berikan booster 1-2 tahun kemudian (IDAI,

2020).

11) Vaksin varisela

Vaksin varisela diberikan mulai umur 12-18 bulan. (IDAI,

2020).

12) Vaksin hepatitis A

Vaksin hepatitis A diberikan 2 dosis mulai umur 1 tahun,

dosis ke-2 diberikan 6 bulan sampai 12 bulan kemudian (IDAI,

2020).

13) Vaksin Tifoid

Vaksin tifoid polisakarida diberikan mulai umur 2 tahun

dan diulang setiap 3 tahun (IDAI, 2020).

14) Vaksin Human Papilloma Virus (HPV)

Vaksin HPV diberikan pada anak perempuan umur 9-14

tahun 2 kali dengan jarak 6-15 bulan (atau pada program BIAS

kelas 5 dan 6). (IDAI, 2020).

15) Vaksin dengue

Vaksin dengue diberikan pada anak umur 9-16 tahun

dengan seropositif dengue yang dibuktikan adanya riwayat pernah

dirawat dengan diagnosis dengue (pemeriksaan antigen NS-1 dan

15
atau uji serologis IgM/IgG antidengue positif) atau dibuktikan

dengan pemeriksaan serologi IgG anti positif (IDAI, 2020)

Tabel 2.1
Jadwal Imunisasi Dasar
No Usia Imunisasi
1 0-7 hari Hepatitis B (HB-0)

2 1 bulan BCG dan Polio 1


3 2 bulan DPT-HB-HIb 1 dan Polio 2
4 3 bulan DPT-HB-Hib 2 dan Polio 3
5 4 bulan DPT-HB-Hib 3,Polio 4 dan IPV atau
Polio suntik
6 9 bulan Campak atau MR
7 12 bulan varisela, PCV.
8 15 bulan MMR
9 18 bulan Polio, DTP, Hib.
10 24 bulan Tifoid, hepatitis A

No Usia Imunisasi Lanjutan


1 < 2 tahu DPT_HB-Hib dan campak/MR
2 Kelas 1 SD DT dan Campak/MR
3 Kelas 2 dan 5 SD Td

f. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kelengkapan Imunisasi

Dasar

Banyak faktor yang mempengaruhi kelengkapan imunisasi dasar,

antara lain:

a. Orang Tua

1) Pengetahuan Orang Tua

Pengetahuan merupakan seluruh kemampuan individu

untuk berfikir secara terarah dan efektif, sehingga orang yang

mempunyai pengetahuan tinggi akan mudah menyerap

16
informasi, saran, dan nasihat (Notoadmodjo, 2018). Tanggung

jawab keluarga terutama ibu terhadap imunisasi bayi sangat

memegang peranan penting sehingga akan diperoleh suatu

manfaat terhadap keberhasilan imunisasi serta peningkatan

kesehatan anak. Pemanfaatan pelayanan kesehatan dipengaruhi

oleh komponen-komponen pendorong terutama faktor

pengetahuan ibu tentang kelengkapan status imunisasi dasar

bayi (Kamenkes, 2017).

2) Pendidikan

Pendidikan orang tua merupakan salah satu faktor yang

penting dalam tumbuh kembang anak. Pendidikan merupakan

proses kegiatan pada dasamya melibatkan tingkah laku

individu maupun kelompok. Inti kegiatan pendidikan adalah

proses belajar mengajar. Hasil dari proses belajar mengajar

adalah terbentuknya seperangkat tingkat laku, kegiatan, dan

aktivitas. Dengan belajar baik secara formal maupun informal,

manusia akan mempunyai pengetahuan, dengan pengetahuan

yang di peroleh seseorang akan mengetahui manfaat dari saran

atau nasihat sehingga akan termotivasi untuk meningkatkan

status kesehatan. Pendidikan yang tertinggi terutama ibu akan

memberikan gambaran akan pentingnya menjaga kesehatan

terutama bagi bayinya. Mereka juga menjadi lebih mengerti

maksud, mjuan, dan manfaat program-program kesehatan,

17
khususnya imunisasi, sehingga mereka akan lebih terdorong

untuk turut memberikan imunisasi pada bayinya (Ratnaningsih

et al., 2020).

3) Pekerjaan

Kerja merupakan sesuatu yang dibutuhkan oleh

manusia. Kebutuhan itu bisa bermacam-macam, berkembang

dan berubah, bahkan seringkaii tidak disadari oleh pelakunya,

seseorang bekerja karena ada sesuatu yang hendak dicapainya,

dan orang berharap bahwa aktivitas kerja yang dilakukannya

akan membawanya kepada sesuatu keadaan yang lebih

memuaskan dari pada keadaan. Berdasarkan asumsi, ibu yang

sibuk bekerja untuk mendapatkan tambahan pendapatan

keluarganya, maka kesempatan untuk datang ke tempat

pelayanan imunisasi semakin berkurang (Ratnaningsih et al.,

2020).

4) Sosial Ekonomi

Sosial ekonomi merupakan faktor yang berpengaruh

terhadap tingkah laku seseorang. Keadaan ekonomi keluarga

yang baik diharapkan mampu mencukupi dan menyedtakan

fasilitas serta kebutuhan untuk keluarganya, sehingga

seseorang dengan tingkat sosial ekonomi yang tinggi akan

berbeda dengan tingkat sosial ekonomi rendah. Keluarga

dengan tingkat sosial ekonomi yang tinggi akan mengusahakan

18
ekonomi yang lengkap bagi anak atau bayinya (Puspita et al.,

2023).

b. Letak Geografis

Faktor yang mempengaruhi pcncapaian

kesahatan/imunisasi individu adalah keterjangkauan sarana

pelayanan kesehatan oleh masyarakat. Kemudahan untuk mencapai

sarana pelayanan kesehatan ini antara lain ditentukan oleh adanya

transportasi yang tersedia sehingga dapat memperpendek jarak

tempuh, hal ini akan menimbulkan motivasi bagi ibu untuk datang

ke tempat pelayanan imunisasi. Daerah yang tersedia sarana

transportasi berbeda dengan mereka yang hidup terpencil.

Kemudahan tempat yang strategis dan sarana transportasi yang

lengkap akan mempercepat pelayanan kesehatan (Wilyana et al.,

2020).

c. Petugas Kesehatan

Petugas kesehatan sangat memegang peranan penting

dalam pemanfaatan pelayanan kesehatan. Seorang dokter, bidan,

atau perawat harus mengingatkan tcrus kepada pasien tentang

jadwal imunisasi yang harus dilengkapi (Ratnaningsih et al., 2020).

19
2. Konsep Pengetahuan Ibu

a. Pengetahuan

Pengetahuan merupakan kumpulan informasi yang dapat dipahami

dan diperoleh dari proses belajar selama hidup dan dapat

dipergunakan sewaktuwaktu sebagai alat untuk penyesuaian diri.

Pengetahuan merupakan pengenalan terhadap kenyataan, kebenaran,

prinsip dan kaidah suatu objek dan merupakan hasil stimulasi untuk

terjadinya perubahan perilaku untuk mengetahui tingkat kecerdasan

seseorang. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, pengetahuan 24

diartikan sebagai segala sesuatu yang diketahui yang berkenaan

dengan pembelajaran (Masturoh & Nauri Anggita T, 2018).

Pengetahuan adalah hasil penginderaan manusia, atau hasil tahu

seseorang terhadap objek melalui indera yang dimilikinya (mata,

hidung, telinga dan sebagainya) (Notoatmodjo, 2018).

Dengan sendirinya pada waktu penginderaan sampai

menghasilkan pengetahuan tersebut sangat dipengaruhi oleh intensitas

perhatian dan persepsi terhadap objek. Sebagian besar pengetahuan

seseorang diperoleh melalui indera pendengaran (telinga) dan indera

penglihatan (mata). Pengetahuan dapat diartikan sebagai pemahaman

mengenai sejumlah informasi dan pengenalan secara obyektif

terhadap benda - benda atau sesuatu hal. Pengetahuan juga dapat

diperoleh melalui pengalaman yang dialami seseorang dan melalui

hasil belajar seseorang secara formal maupun informal. Pengetahuan

20
akan bersifat lama atau terus-menerus (Dillyana et al., 2019). Sejalan

dengan penelitian Harmasdiani (2018), di Probolinggo yang

menunjukkan bahwa pengetahuan ibu yang rendah memiliki risiko 21

kali lebih tidak patuh untuk datang ke pelayanan kesehatan dan

memberikan imunisasi disbanding ibu dengan pengetahuan tinggi.

Hasil penelitian yang dilakukan oleh (Setiawati, 2017), yang berjudul

Hubungan Tingkat Pendidikan Dan Pengetahuan Ibu Tentang

Imunisasi Dasar Terhadap Cakupan Imunisasi Dasar Lengkap Di Upt

yang menyatakan bahwa pengetahuan ibu mempunyai hubungan

dengan cakupan imunisasi dasar lengkap pada balita usia 12-24 bulan

dengan hasil penelitian menunjukkan nilai p = 0,041 (p<0,05)

Kurangnya pengetahuan dan informasi mengakibatkan sebagian

responden tidak mengantarkan anaknya ke posyandu terdekat

dikarenakan ketika jadwal imunisasi anak nya sedang sakit. Dan

mereka khawatir jika anak nya diimunisasi akan membuat sakitnya

bertambah parah

b. Tingkat Pengetahuan

Menurut Notoatmodjo (2018) pengetahuan seseorang terhadap

suatu objek mempunyai intensitas atau tingkatan yang berbeda. Secara

garis besar dibagi menjadi 6 tingkat pengetahuan, yaitu :

21
1) Tahu ( Know )

Tahu diartikan sebagai recall atau memanggil memori yang

telah ada sebelumnya setelah mengamati sesuatu yang spesifik dan

seluruh bahan yang telah dipelajari atau rangsangan yang telah

diterima. Tahu disisni merupakan tingkatan yang paling rendah.

Kata kerja yang digunakan untuk mengukur orang yang tahu

tentang apa yang dipelajari yaitu dapat menyebutkan,

menguraikan, mengidentifikasi, menyatakan dan sebagainya.

2) Memahami (Comprehention)

Memahami suatu objek bukan hanya sekedar tahu terhadap

objek tersebut, dan juga tidak sekedar menyebutkan, tetapi orang

tersebut dapat menginterpretasikan secara benar tentang objek yang

diketahuinya. Orang yang telah memahami objek dan materi harus

dapat menjelaskan, menyebutkan contoh, menarik kesimpulan,

menyimpulkan terhadap suatu objek yang dipelajari.

3) Aplikasi (Application)

Aplikasi diartikan apabila orang yang telah memahami

objek yang dimaksud dapat menggunakan ataupun

mengaplikasikan prinsip yang diketahui tersebut pada situasi atau

kondisi yang lain. Aplikasi juga diartikan aplikasi atau penggunaan

hukum, rumus, metode, prinsip, rencana program dalam situasi

yang lain.

22
4) Analisis (Analysis)

Analisis adalah kemampuan seseorang dalam menjabarkan

atau memisahkan, lalu kemudian mencari hubungan antara

komponenkomponen dalam suatu objek atau masalah yang

diketahui. Indikasi bahwa pengetahuan seseorang telah sampai

pada tingkatan ini adalah jika orang tersebut dapat membedakan,

memisahkan, mengelompokkan, membuat bagan (diagram)

terhadap pengetahuan objek tersebut.

5) Sintesis (Synthesis)

Sintesis merupakan kemampuan seseorang dalam

merangkum atau meletakkan dalam suatu hubungan yang logis dari

komponen pengetahuan yang sudah dimilikinya. Dengan kata lain

suatu kemampuan untuk menyusun formulasi baru dari formulasi

yang sudah ada sebelumnya.

6) Evaluasi (Evaluation)

Evaluasi merupakan kemampuan untuk melakukan

justifikasi atau penilaian terhadap suatu objek tertentu.

c. Kriteria Tingkat Pengetahuan

Menurut Notoatmodjo (2018) menyatakan bahwa pengetahuan

seseorang dapat diinterpretasikan dengan skala yang bersifat kualitatif Jika

Pengetahuan Baik 76 % - 100 % Pengetahuan Cukup 56 % - 75 % dan

Pengetahuan Kurang < 56 %.

23
3. Konsep Sikap

a. Definisi

Seorang individu sangat erat hubunganya dengan sikapnya

masing-masing sebagai ciri pribadinya. Sikap pada umumnya sering

diartikan sebagai suatu tindakan yang dilakukan individu untuk

memberikan tanggapan pada suatu hal. Pengertian sikap dijelaskan

oleh Saifudin Azwar (2010) sikap diartikan sebagai suatu reaksi atau

respon yang muncul dari sseorang individu terhadap objek yang

kemudian memunculkan perilaku individu terhadap objek tersebut

dengan cara-cara tertentu.

sikap atau attitude sebagai suatu reaksi pandangan atau perasaan

seorang individu terhadap objek tertentu. Walaupun objeknya sama,

namun tidak semua individu mempunyai sikap yang sama, hal itu

dapat dipengaruhi oleh keadaan individu, pengalaman, informasi dan

kebutuhan masing- masing individu berbeda. Sikap seseorang

terhadap objek akan membentuk perilaku individu terhadap objek

Sikap masyarakat sebesar 92,6% memiliki sikap yang positif bahwa

imunisasi dasar lengkap itu penting sedangkan 7,4% lainnya memiliki

sifat negatif. Sikap ini merupakan suatu reaksi atau respon tertutup

seseorang terhadap suatu stimulus atau objek yang sudah melibatkan

faktor pendapat dan emosi yang bersangkutan seperti senang - tidak

senang, setuju - tidak setuju, baik - tidak baik (Notoatmodjo, 2018).

Menurut Azwar (2018), sikap merupakan respon evaluasi terhadap

24
pengalaman kognisi, reaksi, afeksi, kehendak, dan perilaku masa lalu.

Sikap ibu dapat berkaitan dengan pengetahuan ibu mengenai

pentingnya imunisasi dasar. Jika ibu memiliki pengetahuan yang

masih kurang, ibu akan cenderung menganggap pemberian imunisasi

dasar bagi anak merupakan hal yang kurang penting sehingga

berakibat pada tidak lengkapnya imunisasi dasar anak. Beberapa

contoh sikap negatif dari ibu mengenai imunisasi antara lain ketakutan

Ibu terhadap bahan yang digunakan untuk membuat vaksinasi dan

efek samping yang ditimbulkan setelah anak diimunisasi (Jailani et al.,

2019).Penelitian lain menjeiaskan bahwa sikap itu mempunyai 3

komponen pokok salah satunya kccenderungan untuk bertindak,

ketiga komponen ini secara bersama-sama membentuk sikap yang

utuh (total attitude). Dalam penentuan sikap ini, pengetahuan, berfikir,

keyakinan, dan emosi memegang peranan penting. Sebagai contoh

dalam peneiitian ini, responden yang mengetahui tentang imunisasi

(manfaat, macammacam imunisasi dasar, jadwal imunisasi dasar)

akan membawa responden untuk berfikir dan berusaha supaya

imunisasi dasar anaknya lengkap. Dalam berfikir ini komponen emosi

dan keyakinan ikut bekerja sehingga responden tersebut bemiat akan

mengimunsasikan anaknya. Hasil peneiitian ini sejalan dengan teori

tersebut yaitu sikap responden tentang imunisasi berhuhungan dengan

kelengkapan imunisasi dasar anaknya (Nanda Kharin et al., 2021).

25
b. Faktor-Faktor Pembentuk Sikap

Sikap manusia tidak terbentuk sejak manusia dilahirkan.

Sikap manusia terbentuk melalui proses sosial yang terjadi selama

hidupnya, dimana individu mendapatkan informasi dan pengalaman.

Proses tersebut dapat berlangsung di dalam lingkungan keluarga,

sekolah maupun masyarakat. Saat terjadi proses sosial terjadi

hubungan timbal balik antara individu dan sekitarnya Adanya

interaksi dan hubungan tersebut kemudian membentuk pola sikap

individu dengan sekitarnya. Saifudin Azwar (2010: 31-38)

menguraikan faktor pembentuk sikap yaitu: pengalaman yang kuat,

pengaruh orang lain yang dianggap penting, pengaruh kebudayaan,

media masa, lembaga pendidikan dan lembaga agama, pengaruh

faktor emosional. Sarlito dan Eko (2019) juga menjelaskan mengenai

pembentukan sikap. Yaitu:

1) pengondisian klasik, proses pembentukan ini terjadi ketika suatu

stimulus atau rangsangan selalu diikuti oleh stimulus yang lain,

sehingga rangsangan yang pertama akan menjadi isyarat bagi

rangsangan yang kedua.

2) pengondisian instrumental, yaitu apabila proses belajar yang

dilakukan menghasilkan sesuatu yang menyenangkan maka

perilaku tersebut akan diulang kembali, namun sebaliknya apabila

perilaku mendatangkan hasil yang buruk maka perilaku tersebut

akan dihindari.

26
3) belajar melalui pengamatan atau observasi. Proses belajar ini

berlangsung dengan cara mengamati orang lain, kemudian

dilakukan kegiatan serupa.

4) perbandingan sosial, yaitu membandingkan orang lain untuk

mengecek pandangan kita terhadap suatu hal tersebut benar atau

salah.

c. Komponen Sikap

Sikap yang ditunjukan seorang individu terhadap objek,

mempunyai struktur yang terdiri dari beberapa komponen. Saifudin

Azwar (2020) menjelaskan komponen dalam struktur sikap yaitu:

1) Komponen kognitif, yaitu suatu kepercayaan dan pemahaman

seorang individu pada suatu objek melalui proses melihat,

mendengar dan merasakan. Kepercayaan dan pemahaman yang

terbentuk memberikan informasi dan pengetahuan mengenai objek

tersebut.

2) Komponen afektif, yaitu komponen yang berhubungan dengan

permasalahan emosional subjektif individu terhadap sesuatu.

3) Komponen perilaku atau konatif, yaitu kecenderungan berperilaku

seorang individu terhadap objek yang dihadapinya

Sikap individu perlu diketahui arahnya, negatif atau positif. Untuk

mengetahui arah sikap manusia dapat dilihat dari komponen-komponen

sikap yang muncul dari seorang individu. Sarlito dan Eko (2019) juga

menjelaskan bahwa sikap adalah konsep yang dibentuk oleh tiga

27
komponen yaitu kognitif, afektif dan konatif. Komponen kognitif berisi

pemikiran dan ide-ide yang berkenaan dengan objek sikap, misalnya

meliputi penilaian, keyakinan, kesan, atribusi, dan tanggapan mengenai

objek sikap. Komponen afektif merupakan komponen yang meliputi

perasaan atau emosi seseorang terhadap objek sikap. Komponen afektif

pada sikap seseorang dapat dilihat dari perasaan suka, tidak suka,

senang atau tidak senang terhadap objek sikap. Sedangkan komponen

konatif, dapat dilihat melalui respon subjek yang berupa tindakan atau

perbuatan yang dapat diamati.

d. FaktorFaktor Sikap

Menurut Azwar (2013), ada beberapa faktor yang mempengaruhi

sikap yaitu:

1) Pengalaman Pribadi: Tanggapan adalah salah satu dasar

terbentuknya sikap. Untuk dapat mempunyai tanggapan dan

peenghayatan, seseorang harus mempunyai pengalaman yang

berkaitan dengan objek psikologis.

2) Pengaruh Orang lain yang di anggap penting Orang merupakan

salah satu komponen sosial yang ikut mempengruhi sikap individu

3) Pengaruh Kebudayaan: Kebudayaan dimana kita hidup dan di

besarkan mempunyai pengaruh besar terhadap pembentukan sikap

kita.

4) Media Massa: Sarana komunikasi, mempunyai pengaruh beda

dalam pembentukan opini dan kepercayaan individu. Lembaga

28
Pendidikan dan lembaga Agama Lembaga pendidikan serta lembaga

agama sebagai sistem mempunyai pengaruh dalam pembentukan

sikap karena keduanya meletakkan dasar pengertian dan konsep

moral dalam diri individu.

5) Pengaruh Faktor Emosional: Suatu bentuk sikap merupakan

pernyataan yang didasari oleh emosi yang berfungsi sebagai

semacam penyaluran frustasi atau pengalihan bentuk mekanisme

pertahanan ego. Sikap demikian dapat merupakan sikap yang

sementara dan segera berlalu begitu frustasi telah hilang akan tetapi

dapat pula merupakan sikap yang lebih persisten dan bertahan lama.

e. Asep-Aspek Sikap

Azwar (2013), menyatakan bahwa sikap memiliki komponen

kognitif (cognitive), komponen afektif (affective), dan koponen konatif

(conative). Komponen kognitif merupakan representasi apa yang di

percaya oleh individu pemilik sikap, komponen afektif merupakan

perasaan yang menyangkut aspek emosional, dan komponen konatif

merupakan aspek kecenderungan berperilaku tertentu sesuai dengan

sikap yang dimiliki oleh seseorang.

1) Komponen kognitif, berisi kepercayaan seseorang mengenai apa

yang berlaku atau apa yang benar bagi objek sikap.

2) Komponen Afektif, menyangkut masalah emosional subjektif

seseorang terhadap suatu objek sikap

29
3) Komponen Perilakuatau komponen konatif dalam struktur sikap

menunjukan bagaimana perilaku atau kecenderungan berperilaku

yang ada dalam diri seseorang berkaitan dengan objek sikap yang

di hadapinya.

f. Sifat Sikap

Sikap dapat pula bersifat positif dan dapat pula bersifat negatif

menurut Purwanto (Maemanah, 2014).

1) Sifat positif kecenderungan tindakan adalah mendekati,

menyenengi, mengharapkan objek tertentu.

2) Sifat negatif terdapat kecenderungan untuk menjauhi, menghindari,

membenci, tidak menyukai obyek tertentu.

30
B. Kerangka Teoritik

Imunisasi Pengetahuan

Anak usia 0-23


bulan

12 bulan
Varisela, PCV. Imunisasi
Lengkap

15 bulan
MMR

18 bulan Sikap
polio, DTP, Hib.

24 bulan
Tifoid, hepatitis A Keterangan

1. Diteliti

2. Tidak diteliti

C. Karangka Konseptual Penelitian

Karangka konseptual penelitian adalah suatu uraian dan visualisasi

hubungan dan kaitan antara variabel yang satu dengan yang lainnya

(Notoatmodjo 2018). Pada konsep penelitian ini yang menjadi variabel

independen pengetahuan dan sikap variabel dependen adalah Imunisasi dasar

31
lengkap adapun kerangka konseptual penelitian yang dilakukan adalah

hubungan antara 2 variabel sebagai berikut :

Variable Independen ( Bebas) Variable Dependen (Terikat)

Pengetahuan

Imunisasi Dasar
Lengkap
Sikap

Gambar 2.2 Kerangka Konsep Hubungan Pengetahuan dan Sikap


Terhadap Imunisasi dasar lengakap Anak Usia 12-23 Bulan

D. Hipotesis Penelitian

Hipotesis adalah suatu jawaban sementara dari pertanyaan

penelitian. Hipotesis berfungsi untuk menentukan ke arah pembuktian

(Notoatmodjo 2018). Hipotesis dalam penelitian ini adalah :

Ha: Ada hubungan pengetahuan terhadap terpenuhinya imunisasi dasar

lengkap anak usia 12-23 bulan di Desa Terempak Selatan Kecamatan

Sianatan 2023.

Ho:Ada hubungan Sikap Ibu terhadap terpenuhinya imunisasi dasar

lengkap anak usia 12-23 bulan di Desa Terempak Selatan Kecamatan

Sianatan 2023.

32
33
BAB III
METODE PENELITIAN

A. Desain Penelitian

Desain atau rancangan penelitian adalah sesuatu yang sangat penting

dalam penelitian, memungkinkan pengontrolan maksimal beberapa faktor

yang dapat mempengaruhi akurasi suatu hasil (Nursalam 2018).

Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif dengan pendekatan

cross-sectional yaitu suatu metode untuk mempelajari dinamika korelasi

antara faktor resiko dengan efek. Desain penelitian ini akan menjelaskan

hubungan antara pengetahuan dan sikap dengan pemberian imunisasi lengkap

pada usia 12-23 bulan bulan di Desa Terempak Selatan Kecamatan Sianatan

2023.

B. Waktu dan Tempat Penelitian

1. Waktu Penelitian

Penelitian ini terdiri dari tiga tahap yaitu :

a. Tahap Persiapan

Tahap persiapan proposal penelitian dilakukan mulai dari

November 2023 sampai dengan Maret 2023. Selama tahap ini penulis

melakukan pengajuan judul, pengurusan surat izin pengambilan data,

studi pendahuluan, studi kepustakaan, penyusunan proposal, konsultasi

dengan pembimbing I dan pembimbing II sampai proposal penelitian

ini mendapat persetujuan dari pembimbing untuk dilakukan ujian

proposal, sidang proposal, dan revisi proposal

34
b. Tahap Pelaksanaan

Tahap pelaksanaan dimulai Bulan Maret-April 2023. Pada

tahap kegiatan pelaksanaan adalah dengan mengurus surat izin

penelitian, dan kontrak waktu untuk mulainya penelitian.

c. Tahap Penyusunan Laporan

Tahap penyusunan laporan dilakukan pada Bulan April-Mei

2023. Pada tahap ini peneliti membuat hasil penelitian, pengolahan

data, menyusun laporan hasil penelitian, konsultasi pembimbing I dan

pembimbing II sampai mendapat persetujuan pembimbing untuk

dilakukan ujian skripsi.

2. Tempat Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Posyandu Desa Terempak Selatan

Kecamatan Sianatan 2023.

C. Populasi dan Sampel

1. Populasi

Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas obyek atau

subyek yang mempunyai kuantitas dan karakteristik tertentu yang

ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik

kesimpulannya (Nursalam 2018). Populasi dalam penelitian ini adalah ibu

yang memiliki balita umur 12-23 bulan.

35
2. Sampel

a. Sampel

Sampel adalah objek yang diteliti dan dianggap mewakili

seluruh populasi (Notoatmodjo 2018). Sampel dalam penelitian ini

yaitu sebanyak 37 anak usia 12-23 bulan.

Menurut (Notoatmodjo 2018), sampel adalah objek yang

diteliti dan dianggap mewakili seluruh populasi (Notoatmodjo 2018).

Peneliti mengambil sampel berdasarkan dari rumus (Arikunto, 2018)

n = N
1+N(d2)
n= 37
1+37 (d2)
n= 37
1+37 (0,5 2)
n= 37
1+37 (0,01)
n = 35
Keterangan :

n : Jumlah Sampel

N : Jumlah Populasi

d : tingkat kepercayaan / ketepatan

36
b. Teknik Sampling

Teknik sampling merupakan suatu proses seleksi sampel yang

digunakan dalam penelitian dari populasi yang ada, sehingga jumlah

sampel akan mewakili keseluruhan populasi yang ada (Notoatmodjo

2018).

Teknik sampling dalam penelitian ini adalah teknik

Sampling Purposive yaitu teknik penentuan sampel yang akan diambil

berdasarkan pertimbangan tertentu (Sugiyono, 2019). Berdasarkan dari

hasil perhitungan sampel, maka balita yang imunisasi lengkap

memenuhi kriteria sampel dalam penelitian ini adalah 35 orang

sampel. Sampel yang harus diambil harus memenuhi kriteria sebagai

berikut :

a. Kriteria Inklusi

Kriteria inklusi adalah karakteristik umum subjek penelitian

dari suatu populasi target yang terjangkau dan akan di teliti

(Nursalam, 2018).

1) Pasien bersedia menjadi responden.

2) Hadir saat penelitian berlangsung .

3) Responden yang memiliki balita usia 12-23 bulan

b. Kriteria Eksklusi

Kriteria ekslusi adalah menghilangkan atau mengeluarkan

subjek yang memenuhi kriteria inklusi dari studi karena berbagai

sebab (Nursalam, 2018).

37
1) Ibu dan balita yang tidak terdaftar di wilayah kerja Desa

terempak

2) Pasien tidak bersedia menjadi responden.

3) Tidak hadir pada saat penelitian berlangsung.

4) Balita yang usia > 23 bulan

D. Variabel Penelitian dan Definisi Operasional

1. Variable Penelitian

Adalah variabel yang memengaruhi atau nilainya menentukan

variabel lain. Suatu kegiatan stimulus yang dimanipulasi oleh peneliti

menciptakaan suatu dampak pada varibel dependen. Variabel bebas

biasanya dimanipulasi, diamati, dan diukur untuk diketahui hubungannya

atau pengaruhnya terhadap variabel lain. Dalam ilmu keperawatan,

variabel bebas biasanya merupakan stimulus atau intervensi keperawatan

yang diberikan kepada klien untuk memengaruhi tingkat klien (Nursalam,

2018). Pada penelitian ini variabel independen yang digunakan adalah

pengetahuan dan sikap.

2. Variable Dependen

Adalah variabel yang dipengaruhi nilainya ditentukan oleh variabel

lain. Variabel respon akan muncul sebagai akibat dari manipulassi

variabel- variable lain. Dalam ilmu perilaku, variabel terikat adalah faktor

yang diamati dan diukur untuk menentukan ada tidaknya hubungan atau

pengaruh dari variabel bebas (Nursalam, 2018). Pada penelitian ini

38
variabel dependen yang digunakan adalah pemberian imunisasi lengkap

pada anak usia 0-12 bulan.

3. Definisi Operasional

Definisi operasional merupakan suatu hal yang penting diperlukan

agar pengukuran variabel atau pengumpulan data (variabel) itu konsisten

antara sumber data (responden) yang satu dengan responden yang lain.

Disamping variabel harus di definisi operasional juga dijelaskan cara atau

metode pengukuran hasil ukur atau kategorinya, serta skala pengukuran

yang digunakan (Notoatmodjo 2018).

Adapun variabel dalam penelitian ini dijelaskan pada definisi

operasional adalah sebagai berikut:

39
Tabel 3.1
Definisi Oprasional

No Variabel Definisi Operasional Cara ukur Alat Ukur Skala Hasil Ukur
Ukur
1. Tingkat Hasil pemahaman Ibu mengisi Kuesioner Ordinal 1. Pengetahuan
Pengetahuan ibu yang meliputi kuesioner Baik = 76 % -
ibu definisi dan manfaat pengetahuan 100 %,
imunisasi, macam- 2. Pengetahuan
macam imunisasi Cukup = 56 % -
dasar, jadwal 75 %
imunisasi, cara 3. Pengetahuan
pemberian imunisasi, Kurang = < 56
cara kerja imunisasi, %.
kejadian pasca
imunisasi
2. Sikap Reaksi atau respon ibu Ibu mengisi Kuesioner Ordinal 1. Sikap Positif
yang meliputi definisi kuesioner (Median < X <
dan manfaat Skor Maksimal
imunisasi, macam- - 37,5- 60)
macam imunisasi 2. Sikap Negatif
dasar, jadwal (Skor Minimal
imunisasi, cara < X < Median =
pemberian imunisasi, 15- 37,5)
cara kerja imunisasi,
3 Kelengkapan Bayi yang Lembar KMS Ordinal 1. Lengkap
imunisasi mendapatkan observasi 2. Tidak lengkap
dasar imunisasi dasar
lengkap yaitu
imunisasi BCG
dilakukan 1 kali,
imunisasi Hepatitis B
dilakukan 3 kali,
imumsasi polio
dilakukan 4 kali,
imunisasi DPT
dilakukan 3 kali, dan
imunisasi campak
dilakukan 1 kali

40
E. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data merupakan langkah yang paling utama

dalam penelitian, karena tujuan utama dari penelitian adalah untuk

mendapatkan data. Teknik pengumpulan data secara umum yaitu observasi

(pengamatan), kuesioner (angket), dokumentasi, dan gabungan keempatnya

(triangulasi) (Notoatmodjo 2018). Pengumpulan data yang dilakukan oleh

peneliti adalah sebagai berikut :

1. Membuat surat untuk mengambil data di Dinas Kesehatan Kepulaun

Anambas

2. Mendapatkan surat balasan pengambilan data dan meminta data Dinas

Kesehatan Kepulaun Anambas

3. Membuat jadwal penelitian

4. Membuat surat izin validasi dan rebilitas pada institusi dan

menyerahkan pada pihak Puskesmas Terempak

5. Membuat surat izin penelitian dan menyerahkan ke pada kepala

puskesmas .

6. Mendiskusikan dengan pihak puskesmas untuk pembagian Koesioner

7. Menjelaskan prosedur persetujuan responden

8. Mencatat hasil evaluasi yang dilakukan

9. Melakukan pendokumentasian penelitian.

41
F. Alat Pengumpulan Data

Penelitian ini menggunakan lembaran penelitian sebagai alat

pengumpulan data untuk mengumpulkan data tentang:

1. Demografi Responden

Demografi responden meliputi diketahui karakteristik responden

berdasarkan jenis kelamin balita usia 12-23 bulan, ibu mempunyai balita,

riwayat kehamilan, pekerjaan, dan pendidikan.

2. Kuesioner dan Lembar Observasi

Instrumen merupakan alat bantu yang dipilih dan digunakan oleh

peneliti dalam kegiatannya mengumpulkan data agar kegiatan tersebut

menjadi sistematis dan dipermudah olehnya (Arikunto 2019). Alat yang

digunakan pada penelitian ini adalah dengan menggunakan kuesioner.

Kuesioner merupakan daftar pertanyaan yang sudah tersusun dengan

baik, sudah matang dan memberikan jawaban atau dengan memberikan

tanda- tanda tertentu (Notoatmodjo 2018). Instrumen yang digunakan

pada penelitian ini adalah dengan menggunakan lembar kuesioner

pengetahuan dan sikap ibu.

G. Instrumen Penelitian

Instrumen penelitian menggunakan daftar pertanyaan berupa

kuesioner pengetahuan dan sikap skala Likert yang dirancang oleh peneliti

merujuk dari peneiitian sebelumnya dan dilakukan perubahan seperlunya

dengan pertimbangan agar bahasa penulisan lebih di mengerti responden.

42
Dan juga dengan melihat pedoman buku KMS atau kartu imunisasi.

Kuesioner pengetahuan berupa 20 pertanyaan mengenai pengetahuan. Setiap

pertanyaan benar diberi skor 1. Baik nilai >75% (skor >15), cukup nilai

antara 60-75% (skor antara 12-15), kurang nilai < 60% (skor< X < skor

maksimal - 37,5-60). Sikap negatif (skor minimal < X < median - 15-37,5).

Kelengkapan imunisasi dasar diukur menggunakan pedoman buku KMS atau

kartu imunisasi untuk melihat status kunjungan imunisasi dasar dengan

kategori "Lengkap dan Tidak Lengkap" dan diberikan skor 1 dan 0.

H. Uji Validitas dan Reliabilitas

1. Uji Validitas

Validitas adalah suatu indeks yang menunjukkan alat ukur itu benar-

benar mengukur apa yang diukur (Notoatmodjo 2018). Koesioner dalam

penelitian ini sudah dilakukan ujivaliditas pada penelitian sebelumnya

yang dilakukan oleh Bena Bila Safira pada tahun 2019.

2. Uji Reliabilitas

Reliabilitas adalah indeks yang menunjukkan sejauh mana suatu alat

mengukur dapat dipercayai atau dapat diandalkan. Uji reliabilitas adalah

uji yang dilakukan untuk mengetahui sebuah instrumen yang digunakan

telah reliabel. Suatu instrumen dianggap telah reliabel apabila instrumen

tersebut dapat dipercayai sebagai alat ukur data penelitian. Penelitian uji

reliabilitas dilakukan dengan rumus Cronbach's Alpha (Notoatmodjo

2018).

43
Instrumen dikatakan reliabel jika alpha atau kuesioner

reliabilitasnya lebih dari 0,60, namun jika Cronbach Alpha kurang dari

0,60 maka instrument dinyatakan tidak reliabel.

I. Teknik Analisis Data

1. Prosedur Pengolahan Data

Setelah mengumpulkan data, maka dilakukan pengolahan data

dengan komputerisasi dengan langkah-langkah pengolahan data antara

lain:

a. Editing

Pada tahap ini hasil dari kuesioner harus dilakukan

penyuntingan (editing) terlebih dahulu. Editing adalah kegiatan untuk

pengecekan dan perbaikan isian formulir atau kuesioner tersebut. Pada

penelitian, peneliti memeriksa kembali kuesioner yang telah diisi oleh

responden.

b. Coding

Setelah semua kuesioner diedit atau disunting, selanjutnya

dilakukan pengkodean” atau “coding”, yakni mengubah data

berbentuk kalimat atau huruf menjadi data angka atau bilanga.

c. Entry Data

Entry data, yakni memasukkan jawaban-jawaban dari

kuesioner yang diisi responden dimasukkan ke dalam program

pengolahan data agar dapat dianalisis. Data yang telah dimasukkan

44
diolah dengan menggunakan program komputer ke dalam master tabel.

Setelah semua isian kuesioner terisi penuh dan benar serta sudah

melewati proses pengkodingan maka langkah selanjutnya peneliti

memproses data agar dapat dianalisis.

d. Scoring

Data yang diolah telah dimasukkan dan diberikan penilaian

angka masing-masing sehingga data tersebut dapat dianalisis.

e. Cleaning

Semua data yang telah dilakukan peneliti selesai dimasukkan

perlu di cek kembali untuk melihat kemungkinan adanya kesalahan-

kesalahan kode, ketidaklengkapan dan sebagainya. Kemudian,

dilakukan pembetulan. Proses ini disebut pembersihan data (cleaning).

Peneliti mengoreksi uji univariate, uji bivariat dan uji normalitas.

Kemudian peneliti memasukan data SPSS dan dilanjutkan pengolahan

data. Peneliti memasukan uji SPSS yang sudah diolah ke bab iv dan

melakukan pengecekan kembali, Apabila semua data dari setiap

sumber data atau responden selesai dimasukkan, perlu dicek kembali

untuk melihat kemungkinan- kemungkinan adanya kesalahan-

kesalahan kode, ketidaklengkapan dan sebagainya, kemudian

dilakukan pembetulan atau koreksi (Notoatmodjo 2018).

45
2. Analisa Data

Analisa data dalam penelitian ini menggunakan komputerisasi/perangkat

lunak.

a. Uji Univariat

Analisa univariat bertujuan untuk menjelaskan atau

mendeskripsikan karakteristik setiap variabel penelitian. Pada

umumnya dalam analisis ini hanya menghasilkan distribusi frekuensi

dan persentase dari setiap variabel (Notoatmodjo 2018). Pada

penelitian ini analisis univariat dilakukan untuk mendeskripsikan

karakteristik responden menggunakan data kategorik, dan disajikan

dalam bentuk jumlah dan persentase Adapun analisa univariat yang

akan dideskripsikan yaitu karakterstik responden berdasarkan jenis

kelamin usia anak 12-23 bulan, kelengkapan imunisasi.

b. Uji Bivariat

Analisis bivariat yang dilakukan terhadap dua variabel yang

diduga berhubungan atau berkorelasi (Notoatmodjo 2018). pada

penelitian ini menggunakan Analisa data penelitian ini menggunakan

uji chi squre karena skala-skala data pengetahuan dan sikap dengan

pemberian imunisasi lengkap memiliki skala data ordinal Perhitungan

dilakukan dengan interprestasi sebagai berikut

46
1. Bila p value > 0,05 berarti hipotesis ditolak. Uji statistik

menunjukkan tidak adanya hubungan pengetahuan dan sikap ibu

dengan pemberian imuniasi lengkap pada usia 12-23 bulan

diwilayah di Desa Terempak Selatan Kecamatan Sianatan 2023.

2. Bila p value < 0,05 berarti hipotesis diterima. Uji statistik

menunjukkan adanya adanya hubungan hubungan pengetahuan

dan sikap ibu dengan pemberian imuniasi lengkap pada usia 12-

23 bulan diwilayah di Desa Terempak Selatan Kecamatan

Sianatan 2023.

J. Pertimbangan Etik

Masalah etika penelitian keperawatan merupakan masalah yang sangat

penting, mengingat penelitian keperawatan berhubungan langsung dengan

manusia. Penelitian ini menekankan pada masalah etika yang meliputi

informed consent, anonymity, confidentiality, dan justice (Aziz 2017).

1. Informed Consent

Merupakan bentuk antara peneliti dan responden penelitian.Lembar

persetujuan diberikan kepada responden yang diteliti, sebelumnya

penelitian menjelaskan maksud dan tujuan penelitian.Seluruh calon

responden ayang ditunjuk bersedia menandatanggani lembar persetujuan

menjadi responden. Tujuan informed consent adalah memberikan

penjelasan pada calon responden mengenai maksud yang akan diterima

dalam menjadi responden penelitian. Jika calon responden bersedia maka

47
mereka harus menandatangani lembar persetujuan.Jika calon responden

tidak bersedia maka peneliti harus menghormati hak calon responden.

2. Anonimity

Anonimity adalah tindakan menjaga kerahasiaan subjek penelitian

dengan tidak mencantumkan nama pada informed consent dan kuesioner,

cukup dengan inisial dan memberi nomor atau kode pada masing-masing

lembar tersebut.

3. Confidentiality

Confidentiality adalah menjaga semua kerahasiaan semua informasi

yang didapat dari subjek penelitian. Beberapa kelompok data yang

diperlukan akan dilaporkan dalam hasil penelitian. Data yang dilaporkan

berupa data yang menunjang hasil penelitian. Selain itu, semua data dan

informasi yang telah terkumpul dijamin kerahasiaanya oleh peneliti

4. Justice

Justice adalah keadilan, peneliti akan memperlakukan semua

responden dengan baik dan adil, semua responden akan mendapatkan

perlakuan yang sama dari penelitian yang dilakukan peneliti

5. Confidentiality (kerahasiaan)

Peneliti menjamin semua kerahasiaan semua informasi yang

diberikan oleh responden dengan tidak memberikan data kepada orang lain

dan data tersebut hanya digunakan untuk kepentingan penelitian saja,

kemudian data tersebut disimpan atau dimusnahkan oleh peneliti

48
49
DAFTAR PUSTAKA

Albertina,dkk . (2018). KelengkapanImunisasi Dasar Anak Balita dan Faktor-


Faktor yang Berhubungan di Poliklinik Anak Beberapa Rumah Sakit di
Jakarta dan Sekitarnya pada Bulan Maret 2008. Sari Pediatri, Vol 11,
No.1 Juni 2009. http://saripediatri.idai.or.id/pdfile/11-1-1.pdf accessed 1
November 2022
Arikunto, S. (2018). Prosedur Penelitian. Suatu Pendekatan Praktek (edisi
revisi).Jakarta: PT Rineka Cipta.
Bloom, Benjamin Samuel, et al. (2001). A Taxonomy For Learning , Teaching,
and Assessing: a revision of Bloom’s Taxonomy of Education
Objectives.Pennsylvania State University: Longman
Dahlan, Sopiyudin M. (2011). Statistik Untuk Kedokteran dan Kesehatan.
Jakarta Salemba Medika.
Dharma, Kusuma K. (2018). Metodologi Penelitian Keperawatan. Jakarta: Trans
Info Media.
Efendi, Fery dan Makhfudli (2019). Keperawatan kesehatan komunitas Teori dan
Praktik dalam Keperawatan. Jakarta: Salemba Medika
Erfandi. (2019). Pengetahuan dan faktor-faktor yang mempengaruhi. Diakses
pada http:www.forbetterhealth.wordpress.com
Imron, Moch dkk. (2010). Metodologi Penelitian Bidang Kesehatan. Jakarta:
Sagung Seto.
Irianto, Koes. (2014). Ilmu Kesehatan Anak. Bandung: Penerbit Alfabeta.
Isfan, Reza. (2016). Faktor-faktor yang berhubungan dengan status imunisasi
dasar pada anak di Puskesmas Pauh Kota Padang Tahun 2006 [Tesis].
Program Pascasarjana Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas
Indonesia, Depok
Isyani, Adzaniyah, dkk (2014). Faktor yang Mempengaruhi Kelengkapan
Imunisasi Dasar di Kelurahan Krembangan Utara. Jurnal Berkala
Epidemiologi, Volume 2 Nomor 1, Januari 2014, hlm. 59-70
Jeannette, et al. (2015). Kedokteran Keluarga: Diagnosis dan Terapi Terkini, Ed
3. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC.
Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 482/Menkes/Sk/IV
(2010). Gerakan Akselerasi Imunisasi Nasional, Universal Child
Immunization 2010-2014 (GAIN UCI 2010-2014), Jakarta: tidak di
publikasikan.

50
Ningrum, E.P. (2018). Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kelengkapan
Imunisasi Dasar Pada Bayi Di Puskesmas Banyudono Kabupaten
Boyolali. Berita Ilmu Keperawatan ISSN 1979-2697, Vol . 1 No.1, 8 Maret
2008
Notoatmodjo, Soekidjo.. (2018). Promosi Kesehatan dan Ilmu
Perilaku.Jakarta:Rineka Cipta
Nursalam.. (2018). Konsep dan Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu
Keperawatan. Jakarta: Salemba Medika.
Proyoga, A. (2019). Kelengkapan Imunisasi Dasar pada Anak Usia 1-5 tahun.
Sari Pediatri Vol.11, No.1 Juni 2009. http://saripediatri.idai.or.id/pdfile/11.
Ranuh dkk. (2018). Pedoman Imunisasi di Indonesia, Jakarta: Satgas Imunisasi-
IDAI
Sugiyono. (2011). Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D. Bandung
Alfabeta.
Sulkind, Neil. J. (2010). Encyclopedia Of Research Design. California. SAGE
Publication.
Supartini. Buku (2014). Ajar Konsep Dasar Keperawatan Anak. Jakarta: EGC
Prayogo, Ari, dkk. (2009). Kelengkapan Imunisasi Dasar Anak Usia 1-5 Tahun.
Sari Pediatri Vol 11, No.1 Juni 2009. Depatemen Ilmu Kesehatan Anak
FKUI-RSCM. Pppl.depkes.go.id. PMK No. 42 tentang Penyelenggaraan
Imunisasi- Ditjen PP & PL accessed 2 januari 2023 pukul 08:00]
Wadud, Mursyida A. (2013). Hubungan antara pengetahuan dan pekerjaaan ibu
dengan status imunisasi dasar pada bayi di Desa Muara Medak wilayah
kerja Puskesmas Bayung Lencir. Diperoleh tanggal 28 Januari
2014dari.http://poltekkespalembang.ac.id/userfiles/files/hubungan_antara_
pengetahuan_dan_pekerjaan_ibu_dengan_status_imunisasi_dasar_pada_ba
yi_di_desa_muara_medak_wilayah_kerja_puskesmas_bayung_lencir_201
3.pdf
Wahab, Samik ,& Julia, Madarina. (2018). Sistem imun, imunisasi, dan Penyakit
imun. Perpustakaan nasional: Katalog dalam terbitan (KDT).
Wawan& Dewi.(2011). Teori & Pengukuran Pengetahuan, Sikap, dan Perilaku
Manusia. Yogyakarta. Nuha Medika.
Yusnidar. (2013). Hubungan pengetahuan Ibu tentang imunisasi da dengan
kelengkapan imunisasi dasar pada bayi Usia 0-12 bulan di lingkungan IX
kelurahan Sidorome Barat II Medan Perjuangan
Tahun

51
2012.Diakses20Desember2015.http://repository.usu.ac.id/handle/1234567
89/37200
Yusrianto. (2010). Tanya Jawab Kesehatan Harian Untuk Balita. Yogyakarta
Power Books

52
SURAT PERMOHONAN MENJADI RESPONDEN

Kepada Yth, Bapak/Ibu Responden di-

Tempat

Dalam rangka meningkatkan pelayanan kesehatan, maka saya :

Nama : Dayang Subarsih


Nim : 162212006

Sebagai mahasiswa Program Studi Sarjana Keperawatan Stikes


Hang Tuah Tanjungpinang bermaksud akan melaksanakan penelitian
berjudul ”Hubungan Pengetahuan Dan Sikap Ibu Terhadap Terpenuhinya
Imunisasi Dasar Lengkap Bagi Anak Usia 12-13 Bulan Di Desa Terempa
Selatan Kecamatan Siantan 2023” Sehubungan dengan hal itu, mohon
kesediaan ibu untuk meluangkan waktu menjadi responden dalam
penelitian ini, anda berhak menyetuji atau menolak menjadi responden.
Apabila setuju, maka ibu dipersilahkan untuk menandatangani surat
persetujuan responden ini.

Atas kesediaan untuk berpartisipasi dalam penelitian ini,


sebelumnya diucapkan terima kasih.

Terempa , Maret 2023

Penulis

53
KUESIONER
Hubungan Pengetahuan dan Sikap Ibu Tentang Imunisasi dengan
Kelengkapan Imunisasi Dasar pada usia anak 12-23 bulan

A. Identitas Responden
No responden :.................(diisioleh peneliti)
Nama (inisial) ibu :
Umur ibu : Tahun
Nama (inisal) anak :
Umur anak : Tahun
Pekerjaan :
Pendidikan : Tidak Sekolah SD SMP
SMA Perguruan Tinggi
B. Petunjuk Pengisian
1. Pilihlah salah satu jawaban yang paling sesuai dengan pendapat anda !
2. Beri tanda centang (√) pada jawaban yanganda pilih !
PENGETAHUAN IBU TENTANG IMUNISASI DASAR
No Pertanyaan BENAR SALAH

1. Imunisasi adalah suatu cara untuk meningkatkan


kekebalan tubuh balita

2. Imunisasi untuk mencegah penyakit bukan


menyembuhkan penyakit

3. Manfaat imunisasi itu lebih besar dari pada


kerugiannya (efek samping)

4. Imunisasi bertujuan untuk mencegah penyakit


tertentu.

5. Jenis imunisasi dasar yang diberikan pada waktu anak


lahir adalah BCG

6. Imunisasi BCG untuk mencegah penyakit TBC

54
7. Imunisasi yang diberikan kepada bayi ada 2 jenis
imunisasi, yaitu imunisasi dasar dan imunisasi anjuran

8. Imunisasi anti polio digunakan untuk mencegah


penyakit polio

9. Pada anak usia 2 tahun diberikan imunisasi campak

10. Imunisasi Polio diberikan kepada anak 6x pemberian,


salah satunya diberikan pada saat bayi lahir

11. Posyandu adalah tempat untuk memberikan imunisasi


pada anak

12. Jika imunisasi anjuran yang diberikan pada balita


lengkap, maka lengkaplah imunisasi pada balita

13. Imunisasi campak yang diberikan 1x akan


memberikan kekebalan seumur hidup

14. Jika anak anda berumur 3 bulan terlambat diberikan


imunisasi di Posyandu, maka imunisasi yang
diberikan sebelumnya akan diulang

15. Pemberian imunisasi yang tidak lengkap, akan


mengakibatkan tingkat kekebalan pada bayi menjadi
rendah

16. Pemberian imunisasi yang lengkap pada balita


berumur 5 tahun

17. Imunisasi yang lengkap dapat menurunkan angka


kesakitan dan kematian pada bayi dan balita

18. Efek samping yang ditimbulkan anak anda, saat dan


setelah diimunisasi mengalami kemerahan dan nyeri
di

area penyuntikan

19. Setelah pemberian imunisasi DPT efek yang timbul


adalah panas dan ibu selalu memberikan kompres air

55
dingin untuk menurunkan panas

20. Setelah pemberian imunisasi DPT dan Hepatitis B, ibu


tidak akan memandikan anaknya

C. Kuesioner : Sikap Ibu


Petunjuk : Berilah tanda cenlang (X) pada kotak yang telah disediakan, yang
anda anggap sesuai dengan pendapat anda: Keterangan : SS = Sangat Setuju S
= Setuju TS = Tidak Setuju STS = Sangat Tidak Setuju
NO PERTANYAAN JAWABAN

SS S TS STS

1. Pemberian imunisasi dasar dilakukan pada bayi usia


0-11 bulan

2. Imunisasi itu penting untuk kesehatan anak

3. Manfaat yang didapat dari imunisasi lebih kecil


daripada kerugiannya (efek samping)

4. Imunisasi adalah untuk mencegah penyakit bukan


menyembuhkan penyakit

5. Imunisasi dapat menurunkan angka kesakitan dan


kematian pada bayi dan balita

6. Bayi yang sedang mengalami demam tinggi, batuk,


pilek tetap harus di imunisasi

7. Vaksin BCG POLIO dan HEP-B diberikan nada


bavi usia 0-2 bulan

8. Anda masih memberikan anak anda imunisasi


walfliinnn anda mendenvar lanoran menpenai efek
Samping yan terjadi setelah imunisasi dari orang
lain

9. Anda tidak akan memberikan imunisasi selanjutnya


kepada anak anda jika setelah diimunisasi anak
anda mengalami demam

56
10. Anda akan tetap mengimunisasi anak anda
walaupun biaya imunisasi memberatkan anda

11. Anda tidak akan mengimunisasi anak anda jika


jarak ke Posyandu/Puskesmas jauh

12. Ibu yang memiliki banyak anak, sebaiknya tetap


mengimunisasikan anaknya

13. Imunisasi pada anak pertama harus lebih lengkap


daripada anak selanjutnya

14. Untuk mengantisipasi agar bayi tidak demam


setelah imunisasi sebaiknya diberikan obat penurun
panas setlba dirumah

15. Untuk mengantisipasi agar bayi tidak demam


setelah imunisasi sebaiknya diberikan obat penurun
panas setlba dirumah

D. DATA KELENGKAPAN IMUNISASI DASAR


Nama balita :
Umur :
Bulan :
Tahun :
Jenis kelamin : Laki-laki/Perempuan *(*Coret yang tidak perlu)

Petunjuk Pengisian :
1. Isilah kolom bulan dan tahun sesuai jumlah imunisasi yang diberikan pada
anak anda!
2. Beri tanda centang (√) pada jawaban yang anda pilih !

Jenis Waktu pemberian (bulan) Tahun Ket


No imunisasi Lahir 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 2 3 4 5
dasar
1 BCG
2 DPT

57
3 Polio
4 Hepatitis
B
5 Campak

58

Anda mungkin juga menyukai