Anda di halaman 1dari 61

KARYA TULIS ILMIAH

HUBUNGAN SANITASI LINGKUNGAN DENGAN KEJADIAN


STUNTING PADA BALITA USIA 12 – 59 BULAN DI
LINGKUNGAN KAMPUNG KELAPA
KEL. PANCURAN GEROBAK
KEC. SIBOLGA KOTA

JULIARTA SITOHANG

P01031117024

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA

POLITEKNIK KESEHATAN MEDAN JURUSAN GIZI

PROGRAM STUDI DIPLOMA III

2020
HUBUNGAN SANITASI LINGKUNGAN DENGAN KEJADIAN
STUNTING PADA BALITA USIA 12 – 59 BULAN DI
LINGKUNGAN KAMPUNG KELAPA
KEL. PANCURAN GEROBAK
KEC. SIBOLGA KOTA

Karya Tulis ilmiah diajukan sebagai salah satu syarat untuk


menyelesaikan Program Studi Diploma III di Jurusan Gizi Politeknik
Kesehatan Kemenkes Medan

JULIARTA SITOHANG
NIM: P01031117024

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA

POLITEKNIK KESEHATAN MEDAN JURUSAN GIZI

PROGRAM STUDI DIPLOMA III

2020
PERNYATAAN PERSETUJUAN

Judul : Hubungan Sanitasi Lingkungan dengan kejadian


Stunting pada Balita Usia12-59 bulan di Kota
Sibolga Kel. Pancuran Gerobak Kec.SibolgaKota
NamaMahasiswa : Juliarta Sitohang
NIM : P01031117024
ProgramStudi : Diploma III

Menyetujui:

Urbanus Sihotang, SKM, M.Kes


Pembimbing Utama/Ketua Penguji

Dini Lestrina DCN, M.Kes Mincu Manalu S.Gz, M.Kes


Anggota Penguji Anggota Penguji

Mengetahui:
Ketua Jurusan,

Dr. Oslida Martony, SKM, M.Kes


NIP. 196403121987031003

Tanggal Lulus: 09 Juli 2020

ii
ABSTRAK

JULIARTA SITOHANG “HUBUNGAN SANITASI LINGKUNGAN DENGAN


KEJADIAN STUNTING PADA ANAK BALITA USIA 12-59 BULAN DI
LINGKUNGAN KAMPUNG KELAPA KEL. PANCURAN GEROBAK KEC.
SIBOLGA KOTA” (DIBAWAH BIMBINGAN URBANUS SIHOTANG)

Gizi merupakan salah satu faktor tercapainya keberhasilan yang optimal bagi
tumbuh kembang anak balita. Kekurangan gizi yang terjadi pada awal kehidupan
dapat mengakibatkan terjadinya gagal tumbuh sehingga balita akan menjadi anak
yang lebih pendek (stunting). Stunting merupakan gangguan linear yang disebabkan
adanya malnutrisi asupan zat gizi kronis dan penyakit infeksi kronis yang berulang.
Salah satu faktor yang mempengaruhi stunting yaitu perilaku hygiene dan sanitasi
yang kurang baik.
Tujuan penelitian ini untuk mengetahui adakah hubungan sanitasi lingkungan
keluarga dengan kejadian Stunting pada balita usia 12-59 di Lingkungan Kampung
Kelapa Kel. Pancuran Gerobak Kec. Sibolga Kota.
Penelitian ini dilakukan di Lingkungan Kampung Kelapa Kel. Pancuran
Gerobak Kec. Sibolga Kota pada tanggal bulan Oktober 2019 sampai Mei 2020.
Jenis penelitian ini merupakan penelitian observasional dengan rancangan Cross
Sectional. Populasi dalam penelitian ini adalah keluarga yang memiliki anak balita
usia 12-59 bulan yang terdapat di Lingkungan Kampung Kelapa Kel. Pancuran
Gerobak Kec. Sibolga Kota dengan sampel penelitian sebanyak 40 orang.
Pengumpulan data dilakukan dengan cara mengumpulkan data ke rumah warga
dengan alat bantu kuesioner. Analisis data penelitian ini menggunakan uji chi
Square.
Hasil penelitian adalah terdapat hubungan antara Sanitasi Lingkungan dengan
Kejadian stunting pada balita usia 12 – 59 bulan di Lingkungan Kampung Kelapa,
Kel. Pancuran Gerobak Kec. Sibolga Kota. Diharapkan pihak kelurahan untuk
mengingatkan setiap ibu agar menjaga Sanitasi Lingkungan Rumah tangga.

Kata Kunci : Stunting, Balita usia 12-59 bulan, Sanitasi Lingkungan

iii
iv
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur Penulis Panjatkan kepata Tuhan Yang Maha Esa
karena atas berkat dan karunia-Nya Penulis dapat menyelesaikan Karya
Tulis Ilmiah ini dengan Judul :“HUBUNGAN SANITASI LINGKUNGAN
DENGAN KEJADIAN STUNTING PADA BALITA USIA 12 – 59 BULAN
DI LINGKUNGAN KAMPUNG KELAPA KEL. PANCURAN GEROBAK
KEC. SIBOLGA KOTA”
Dalam penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini banyak mendapatkan
bantuan dan dorongan dari berbagai pihak. Untuk itu, pada kesempatan
ini penulis menyampaikan banyak terima kasih kepada:
1. Dr. Oslida Martony, SKM, M.Kes selaku kepala jurusan Gizi
Politeknik Kesehatan Medan.
2. Urbanus Sihotang, SKM, M.Kes selaku dosen pembimbing yang
telah banyak memberi arahan dan bimbingan kepada penulis
dalam menyusun Karya Tulis Ilmiaini.
3. Dini Lestrina, DCN, M.Kes selaku dosen penguji I yang telah
banyak memberi arahan dan bimbingan kepada penulis dalam
menyusun Karya Tulis Ilmiahini.
4. Mincu Manalu, S.Gz, M.Kes selaku dosen penguji II yang telah
banyak memberi arahan dan bimbingan kepada penulis dalam
menyusun Karya Tulis Ilmiah ini.
5. Kedua Orang Tua tercinta ayah Togar Sitohang dan ibu Maretta
Lestari Manalu beserta Saudara Saya. Terimakasih atas dukungan,
semangat dan doa serta cinta kasih yang tulus selama ini kepada
penulis KTIini.
Penulis menyadari bahwa Karya Tulis Ilmiah ini masih jauhdari
kata sempurna, untuk itu penulis sangat mengharapkan saran dan kritik
yang membangun demi kesempurnaan Karya Tulis Ilmiah ini. Akhir kata
Penulis mengucapkan terima kasih atas segala partisipasinya.

v
DAFTAR ISI
HALAMAN

PERNYATAANPERSETUJUAN…………………………………… i

KATAPENGANTAR…………………………………………………. ii

DAFTARISI……………………………………………………………. iii

DAFTARTABEL……………………………………………………... iv

DAFTARGAMBAR…………………………………………………… v

DAFTARLAMPIRAN………………………………………………… vi

BABIPENDAHULUAN……………………………………………… 1

A.Kata Pengantar............................................................... 3
B.Perumusan Masalah........................................................ 3
C.Tujuan Penelitian............................................................. 3
D.Manfaat Penelitian ................................................................. 3

BAB IITINJAUANPUSTAKA ................................................................. 4

A. Balita............................................................................
B.Status Gizi................................................................... 5
1. Pengertian............................................................. 5
2. Antropometri........................................................... 6
3. Cara Pengukuran dengan Microtoa....................... 7
C.SanitasiLingkungan.................................................... 9
D. Hubungan Sanitasi Lingkungan dengan Kejadian Stunting 10
E.Kerangka Konsep....................................................... 11
F. Hipotesis...................................................................... 11
G.Definisi Operasional................................................ 12

vi
BAB III METODE PENELITIAN.................................................. 13

A. Lokasi dan Waktu Penelitian....................................... 13


B. Jenis dan Rancangan Penelitian................................. 13
C. Populasi dan Sampel.................................................. 13
D. Jenis dan Cara Pengumpulan Data............................. 14
E. Pengolahan dan Analisi Data...................................... 15

BAB IV HASILDANPEMBAHASAN....................................... 16

A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian............................. 16


B. Gambaran Karakteristik Responden............................. 17
1. Umur ibu.................................................................. 17
2. Pekerjaan................................................................ 18
3. Pendidikan............................................................... 19
C. Gambaran Karakteristik Sampel................................... 20
1. Umur Balita............................................................. 20
2. Jenis Kelamin.......................................................... 21
D. Stunting........................................................................ 22
E. SanitasiLingkungan.................................................... 24
F. Hubungan Sanitasi Lingkungan Dengan Stunting….. 25

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN............................................ 28

A.Kesimpulan................................................................... 28
B.Saran............................................................................ 28

Daftar Pustaka................................................................. 29

vii
DAFTAR TABEL

NO. Halaman

1. Kategori Dan Ambang Batas.............................................. 7

2.Definisi Operasional........................................................... 12

3. Distribusi Responden Berdasarkan Umur Ibu................... 17

4. Distribusi Responden BerdasarkanPekerjaanIbu.............. 18

5. Distribusi Responden BerdasarkanPendidikanIbu 19

6. Distribusi Sampel Menurut Jenis Kelamin......................... 20

7. Distribusi Sampel Menurut umur...................................... 21

8. Distribusi Frekuensi Stunting............................................. 22

9. Distribusi Sanitasi................................................................. 24

10.Hubungan Sanitasi dengan Kejadian Stunting................ 25

viii
DAFTAR GAMBAR

No Halaman

1.Kerangka Konsep.............................................................. 11

ix
DAFTAR LAMPIRAN

NO Halaman

1. Informed Consent..................................................................
2. Kuisoner............................................................................ 18
3. Master Tabel.................................................................... 21
4. Uji Statistic........................................................................ 22
5. Bukti bimbingan............................................................... 23
6. Pernyataan Keaslian......................................................... 47
7. Daftar Riwayat Hidup………………………………………. 52
7. Dokumentasi...................................................................... 53

x
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Gizi merupakan salah satu faktor tercapainya keberhasilan yang
optimal bagi tumbuh kembang anak balita.Periode emas pertumbuhan
memerlukan dukungan gizi yang baik sehingga mendapatkan tumbuh
kembang balita yang sempurna. Kekurangan gizi yang terjadi pada awal
kehidupan dapat mengakibatkan terjadinya gagal tumbuh sehingga balita
akan menjadi anak yang lebih pendek (stunting ) (Fikawati, dkk, 2015).
Status gizi balita merupakan salah satu cerminan keadaan gizi
masyarakat luas.Stunting atau Stunted growth menurut WHO artinya
adalah penurunan laju pertumbuhan panjang badan atau tinggi badan
dalam keseluruhan proses pertumbuhan perkembangan yang ditentukan
dengan nilai height for age atau tinggi badan menurut umur dibawah dari
minus 2 standar devisiasi (WHO, 2014)
Stunting merupakan gangguan linear yang disebabkan adanya
malnutrisi asupan zat gizi kronis dan penyakit infeksi kronis yang
berulang. Di Indonesia prevalensi stunting berdasarkan Riset Kesehatan
Dasar ( Riskesdas ) 2013 adalah 37,2%, menurun menjadi 30,8% di tahun
2018. Di Sumatera Utara prevalensi stunting pada tahun 2013 sekitar
40%, dan terjadi penurunan menjadi 32,4% (sangat pendek 13,2% dan
pendek 19,2%). Sedangkan prevalensi stunting Hasil Pemantauan status
Gizi (PSG) 2018 di Kota adala Sibolga 17,3%. Hasil ini masih lebih rendah
dibanding standar WHO, suatu wilayah dikatakan kategori baik bila
prevalensi balita pendek kurang dari 20% (Kemenkes,2018).
Stunting dapat terjadi karena faktor langsung maupun tidak
langsung. Faktor langsung stunting adalah nutrisi ibu hamil, Penyakit
infeksi, dan nutrisi balita sendiri, sedangkan faktor tidak langsung
penyebab stunting adalah water, sanitasi dan hygiene (WASH), yang
terdiri dari sumber air minum, kepemilikan jamban, dan hygiene yaitu
kebiasaan mencuci tangan (Nazrul, dkk,2015)

1
Salah satu faktor yang mempengaruhi stunting yaitu perilaku
hygiene sanitasi makanan yang kurang baik.Balita yang menkomsumsi
makanan dengan hygiene sanitasi yang kurang baik dapat menyebabkan
infeksi.Penyakit infeksi biasanya disertai dengan gangguan seperti
pengurangan nafsu makan dan muntah muntah sehingga asupan
makanan balita kurang terpenuhi.Kondisi ini sangat menurunkan keadaan
gizi balita dan berimplikasi buruk terhadap kemajuan pertumbuhan anak
(stunting) (MCA,2014).
Lingkungan yang buruk seperti sanitasi, air minum dan kepadatan
penduduk juga menjadi penyebab anak stunting, dikarenakan perilaku
tidak sehat akibat pengetahuan kesehatan yang rendah (Priska, 2017).
Peran sanitasi dapat mempengaruhi kejadian stunting karena sanitasi
yang buruk akan meningkatkan kejadian stunting, seperti yang
disampaikan pada penelitian Safitri ( 2018), mengatakan ada hubungan
yg signifikan antara sanitasi rumah degan kejadianStunting.
Menurut penelitian Aisyah (2019), menunjukkan bahwa sebanyak
37,5 tingkat sanitasi dalam kategori kurang baik terkait pola sanitasi
lingkungan keluarga dan 20,8% memiliki tingkat baik dalam kategori
sanitasi lingkungan keluarga. Demikian juga penelitian Yuliani (2019) yang
mengatakan ada hubungan yang signifikan antara balita yang memiliki
sanitasi lingkungan yang tidak baik dengan kejadian stunting pada balita,
dimana 41,8 % responden yang tidak mencuci tangan mengalami
stunting.
Berdasarkan Hasil Survey Pendahuluan yang sudah di lakukan
pada masyarakat di Lingkungan Kampung Kelapa Kel. Pancuran Gerobak
Kec. sibolga Kota, Ditemukan kondisi lingkungan yang buruk, seperti
kepadatan penduduk yang tinggi dan kondisi fisik rumah yang tidak
memiliki ventilasi di dalam ruangan, yang membuat anak menjadi rentan
terhadap penyakit infeksi, sehingga dapat menyebabkan stunting pada
balita.
Berdasarkan uraian diatas,maka akan dilakukan penelitian dengan
judul “Hubungan sanitasi lingkungan keluargadengan kejadian stunting

2
pada balita usia 12 – 59 bulan di Kota Sibolga Kel. Pancuran Gerobak Kec
sibolga Kota.

B. Rumusan Masalah
“Adakah hubungan sanitasi lingkungan keluarga dengan kejadian
Stunting pada balita usia 12-59 di Lingkungan Kampung Kelapa Kel.
Pancuran Gerobak Kec. Sibolga Kota?”

C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Mengetahui hubungan sanitasi lingkungan keluarga dengan
kejadian stunting pada balita di Lingkungan Kampung Kelapa Kel.
Pancuran Gerobak Kec. Sibolga Kota.

2. Tujuan Khusus
a. Menilai sanitasi lingkungan dengan kejadian sanitasi lingkungan
keluarga di Lingkungan Kampung Kelapa Kel. Pancuran Gerobak
Kec. SibolgaKota.
b. Menilai kejadian stunting balita usia 12 – 59 bulan di Lingkungan
Kampung Kelapa Kel. Pancuran Gerobak Kec. SibolgaKota.
c. Menganalisis hubungan antara Sanitasi Lingkungan dengan
kejadian stunting di Lingkungan Kampung Kelapa Kel. Pancuran
Gerobak Kec. SibolgaKota.

D. Manfaat Penelitian
1. Bagi Masyarakat.
Sebagai sumber informasi kepada masyarakat tentang hubungan
Sanitasi Lingkungan Keluarga dengan kejadian Stunting pada balita
di Lingkungan Kampung Kelapa Kel. Pancuran Gerobak Kec.
Sibolga Kota
2. Bagi puskesmas.
Sebagai informasi untuk pengambilan keputusan intervensi apa
yang paling baik.

3
3. Bagi Peneliti
Menambah wawasan, pengetahuan, dan pengalaman peneliti
dalam menulis Karya TulisIlmiah.

4
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Balita
Balita adalah individu atau sekelompok individu dari suatu
penduduk yang berada dalam rentan usia tertentu. Usia balita dapat
dikelompokkan menjadi tiga golongan yaitu golongan usia bayi ( 0 -2
bulan), golongan batita ( 2 – 3 adapun menurut WHO , sekelompok balita
adalah 0 – 60 bulan ( Adriani, dkk2012).
Masa balita merupakan periode yang penting karena pada masa
tersebut terjadi pertumbuhan yang sangat pesat diantaranya adalah
pertumbuhan fisik, perkembangan psikomotorik, mental dan social yang di
alami balita tersebut. (Depkes RI. 2006).
Anak balita adalah anak yang menginjak usia di atas satu tahun
atau lebih popular dengan pengertian usia anak di bawah lima tahun
(Muaris, 2006). Menurut Sutomo, dkk (2010), balita adalah istilah umum
bagi anak usia 1-3 tahun (batita) dan anak prasekolah (3-5 tahun). Saat
usia batita, anak masih tergantung penuh kepada orang tua untuk
melakukan kegiatan penting, seperti mandi, buang air dan dan makan.
Perkembangan berbicara dan berjalan sudah bertambah baik. Namun
kemampuan lain masih terbatas.
Masa balita merupakan periode penting dalam proses tumbuh
kembang manusia. Perkembangan dan pertumbuhan di masa itu menjadi
penentu keberhasilan pertumbuhan di masa itu menjadi penentu
keberhasilan pertumbuhan dan perkembangan anak di periode
selanjutnya. Masa tumbuh kembang di usia ini merupakan masa yang
berlangsung cepat dan tidak akan terulang, karena itu sering disebut
golden age atau masa keemasan.

5
B. Status Gizi
1. Pengertian Stunting
Stunting merupakan kondisi kronis yang menggambarkan
terhambatnya pertumbuhan karena malnutrisi jangka panjang.stunting
menurut WHO child Growth Standart didasarkan pada indeks panjang
badan menurut umur (PB/U) atau tinggi badan dibandingkan umur (TB/U)
dengan batas (Z-score) kurang dari -2 SD (Eastwood, 2013).
Stunting yang terjadi pada masa anak merupakan faktor risiko
meningkatnya angka kematian,kemampuan kognitif dan perkembangan
motorik yang rendah serta fungsi tubuh yang tidak seimbang,
perkembangan motorik yang rendah serta fungsi – fungsi tubuh yang tidak
seimabng (Allen, 2002).
Beberapa factor yang menjadi penyebab stunting dapat
digambarkan sebagai berikut ( TPN2K, 2017) :
1. Praktek pengasuhan yang kurang baik, termasuk kurangnya
pengetahuanibu mengenai kesehatan dan gizi sebelum dan
pada masa kehamilan, serta setelah ibu melahirkan. Beberapa
faktadan informasi yang ada menunjukkan bahwa 60%
darianak usia 0-6 bulan tidak mendapatkan Air Susu Ibu
(ASI) secara ekslusif, dan 2 dari 3 anak usia 0-24 bulan tidak
menerima Makanan Pendamping Air Susu Ibu (MP-ASI). MP-
ASI diberikan/mulai diperkenalkan ketika balita berusia diatas 6
bulan. Selain berfungsi untuk mengenalkan jenis makanan baru
pada bayi,MP- ASI juga dapat mencukupi kebutuhan nutrisi
tubuh bayi yang tidak lagi dapat disokong olehASI, serta
membentuk daya tahan tubuh dan perkembangan
sistemimunologis anak terhadap makanan maupunminuman.
2. Masih terbatasnya layanan kesehatan termasuk layanan ANC-Ante
NatalCare(pelayanankesehatanuntukibuselamamasakehamilan)
Post Natal Care dan pembelajaran dini yang berkualitas. Informasi
yang dikumpulkan dari publikasi Kemenkes dan BankDunia

6
menyatakan bahwa tingkat kehadiran anak di Posyandu
semakin menurun dari 79% di 2007 menjadi 64% di 2013 dan
anak belum mendapat akses yang memadai ke layanan
imunisasi. Fakta lain adalah 2 dari 3 ibu hamil belum
mengkonsumsi sumplemen zat besi yang memadai serta
masih terbatasnya akses ke layanan pembelajaran dini yang
berkualitas (baru 1 dari 3 anak usia 3-6 tahun belum terdaftar di
layanan PAUD/Pendidikan Anak UsiaDini).
3. Masihkurangnyaaksesrumahtangga/keluargakemakananbergizi.
Halini dikarenakan harga makanan bergizi di Indonesia masih
tergolong mahal.Menurut beberapasumber (RISKESDAS 2013,
SDKI 2012, SUSENAS), komoditas makanan di Jakarta 94%
lebih mahal dibandingdengan di New Delhi, India. Harga buah
dan sayuran di Indonesia lebih mahal daripada di Singapura.
Terbatasnya akses kemakanan bergizi di Indonesia juga dicatat
telah berkontribusi pada 1 dari 3 ibuhamil yang
mengalamianemia.
4. Kurangnya akses ke air bersih dan sanitasi. Data yang diperoleh di
lapangan menunjukkan bahwa 1 dari 5 rumah tangga di Indonesia
masih buang air besar ( BAB ) di ruang terbuka, serta 1 dari 3
rumah tangga belum memiliki akses ke airbersih.

2. Antropometri
Antropometri berasal dari kata anthropos (tubuh) dan metros
(ukuran). Secra umum antropometri diartikan sebagai ukuran tubuh
manusia.falam bidang gizi,antropometri berhubungan dengan berbagai
macam pengukuran dimensi tubuh dan komposisi tubuh dari berbagai
tingkat umur dan tingkat gizi (Supariasa, 2017)

7
Tabel 1.Indeks Antropometri
Kategori dan ambang batas status gizi anak adalah terdapat pada tabel
dibawah ini.

Indeks Kategori Status ambang Batas (Z-Score)


Gizi

Panjang Badan menurut Sangat Pendek <-3 SD


Umur (PB/U) atau Pendek -3 SD sampai dengan<-2
Tinggi Badan menurut SD
Umur(TB/U) Normal -2 SD sampai dengan +3
Anak Umur (0-60 Bulan) SD
Tinggi >+3 SD
Sumber : Kementrian Kesehatan RI, 2020

3. Cara Pengukuran dengan Microtoa


Pengukuran tinggi badan untuk anak balita yang sudah dapat
berdiri dilakukan dengan alat pengukur tinggi mikrotoa (microtoice) yang
mempunyai ketelitian 0,1 Cm
a. Cara pengukuran:
1. Tempelkan mikrotoa dengan paku pada dinding yang lurus dan
datar setinggi tepat 2 meter. Angka 0 (nol) pada lantai yang datar
rata.
2. Lepaskan sepatu atausandal
3. Anak harus berdiri tegak seperti sikap siap sempurna dalam baris
berbaris, kaki lurus, tumit, pantat, punggung, dan kepala bagian
belakang harus menempel pada dinding dan muka menghadap
lurus dengan pandangankedepan.
4. Turunkan mikrotoa sampai rapat pada kepala bagian atas, siku-siku
harus lurus menempel padadinding.
5. Baca angka skala yang tampak pada lubang dalam gulungan
mikrotoa. Angka tersebut menunjukkan tinggi anak yangdiukur.

8
b. Cara mengkur tinggi badan:
1. Posisi anak. Sewaktu diukur anak dalam posisi dengan syarat -
syarat berikut:

 Sewaktu diukur, anak tidak boleh memakai alas kaki (


sepatu, sandal, dsb.) dan penutup kepala ( topi).
 Anak berdiri membelakangi dinding dengan pita meteran
berada di tengah bagiankepala.
 Posisi anak tegak bebas, tidak sikap tegap sepertitentara
 Tangan dibiarkan menantung bebas menempel kebadan.
 Tumit rapat, tetapi ibu jari kaki tidakrapat.
 Kepala, tulang belikat, pinggul, dan tumit menempel ke
dinding.
 Anak menghadap dengan pandangan lurus kedepan.
2. Cara penggunaan alat bantu. Untuk menentukan angka tinggi anak
pada pita meteran, gunakan alat bantu berupa segitiga sikusiku
 Segitiga siku siku diletakkan diataskepala
 Satu siku menempel dibagian tengah kepala anak, dan satu
siku lainnya menempel ke pita meteran didinding
 Hasil pengukuran dibaca sebelum segitiga siku siku yang
menempel dikepala anak digerakkan
3. Cara membaca angka tinggibadan
 Pembacaan dilakukan setelah anak selesai diukur pada
skala yang ditunjuk oleh sudut segitiga siku –siku.
 Lihat skala panjang dibawah sudutsiku
 Baca angka dibawah sisi segitiga siku siku tersebut yang
menunjukkan angka dalamCm.
 Jumlah skala kecil di atas skala panjang menunjukkan
millimeter ( persepuluh cm).
 Sudut segoitiga siku siku tepat di skala panjang
Catatlah segera hasil ukur pada formulir yang disediakan.

9
C. Sanitasi lingkungan
1. PengertianSanitasi
Sanitasi lingkungan adalah status kesehatan suatu lingkungan yang
mencakup perumahan, pembuangan kotoran, penyediaan air bersih, dan
sebagainya (Notoadmojo, 2003). Keadaan lingkungan yang kurang baik
memungkinkan terjadinya berbagai penyakit antara lain diare dan infeksi
saluran pencernaan.
Sanitasi lingkungan merupakan salah satu factor yang
mempengaruhi status gizi.Gizi yang kurang dan infeksi kedua – duanya
bermula dari kemiskinan dan lingkungan yang tidak sehat dengan sanitasi
buruk. Keadaan gizi kurang tingkat berat pada masa bayi dan balita
ditandai dengan dua macam sindrom dan kwashiorkor, karena kurang
komsumsi energy dan protein ( Suhardjo, 2003).
Sanitasi menurut World Health Organization (WHO) adalah suatu
usaha yang mengawasi beberapa faktor lingkungan fisik yang
berpengaruh kepada manusia terutama terhadap hal-hal yang
mempengaruhi efek, merusak perkembangan fisik, kesehatan, dan
kelangsunganhidup.
Slamet mengungkapkan bahwa sanitasi lingkungan lebih
menekankan pada pengawasan dan pengendalian / kontrol pada factor
lingkungan manusia seperti:
 Penyediaan air menjamin air yang digunakan olehmanusia
bersih dansehat.
 Pembuangan kotoran manusia, air buangan dansampah.
 Individu dan masyarakat terbiasa hidup sehat danbersih.
 Makanan (susu) menjamin makanan tersebut aman, bersih dan
sehat.
 Anthropoda binatang pengerat dan lain-lain.
 Kondisi udara bebas dari bahan-bahan yang berbahaya dari
kehidupan manusia.
 Pabrik-pabrik, kantor-kantor dan sebagainya bebas dari bahaya
bahaya kepada masyarakat sekitar.

10
D. Hubungan Sanitasi Lingkungan dengan Kejadian Stunting
Stunting adalah bentuk dari proses pertumbuhan anak yang
terhambat. Sampai saat ini stunting merupakan salah satu masalah gizi
yang perlu mendapat perhatian (Picauly dan Toy, 2013). Stunting
menggambarkan status gizi kurang yang bersifat kronik pada masa
pertumbuhan dan perkembangan sejak awal kehidupan. Keadaan ini
dipresentasikan dengan nilai Z-score Tinggi badan menurut umur (TB/U)
kurang dari -2 SD berdasarkan standar pertumbuhan menurut WHO
(2020)
Menurut WHO, Sanitasi Lingkungan adalah upaya pengendalian
semua faktor lingkungan fisik manusia yang mungkin menimbulkan atau
dapat menimbulkan akibat buruk terhadap kehidupan manusia, baik fisik
maupun mental.
Penelitian – penelitian yang berhubungan dengan stunting yaitu
bahwa ada pengaruh sanitasi lingkungan dengan kejadian stunting,
dimana apabila lingkungan tempat tinggal anak tidak menerapkan perilaku
hidup sehat, maka secara otomatis kondisi kesehatan anak akan
terganggu termasuk masalah gizi dan stunting ini (El-taguri et al, 2008).
Demikian juga, penelitian Nadiyah mengatakan ada hubungan sanitasi
lingkungan yang kurang baik dengan kejadian stunting (Nadiyah, 2014).

11
E. Kerangka Konsep

Sanitasi lingkungan keluarga Kejadian stunting

Gambar 1. Kerangka Konsep

12
F. Definisi Operasional

No Variable Definisi Alat ukur Hasil ukur Skala


1 Kejadian Kondisi kronis yang Tb diukur Berdasarkan Ordinal
stunting menggambarkan dengan permenkes
terhambatnya microtoice tahun 2020
pertumbuhan karena umur Stunting : <
malnutrisi dalam diperoleh -2 SD
jangka waktu yang bertanya Tidak stunting
lama yang kepada ibu : ≥ - 2 SD
dinyatakan dengan
indeks
TB/U

2 Sanitasi Keadaan kebersihan Kuisoner, * Baik jika Ordinal


lingkungan lingkungan sekitar jumlah presentase :
keluarga meliputi : pertanyaan skor ≥75% total
konsumsi air bersih, 15. skor.
penggunaan jamban Setiap * Tidak baik jika
yang sehat, cuci jawaban persentase :
tangan pakai sabun tertinggi di <75% total skor
dan air mengalir. beri skor 3
dan
terendah
diberi skor
1

G. Hipotesis:

Ho: Tidak ada hubungan sanitasi lingkungan keluarga dengan


kejadian stunting di Lingkungan Kampung Kelapa Kec. SibolgaKota

Ha : Ada hubungan sanitasi lingkungan keluarga dengan kejadian


stunting di Lingkungan Kampung Kelapa Kec. Sibolga Kota

13
BAB III
METODE PENELITIAN

A. Lokasi dan Waktu Penelitian


Penelitian ini dilaksanakan di Lingkungan Kampung Kelapa
Kel. Pancuran Gerobak Kec. Sibolga Kota. Waktu penelitian mulai
dari penentuan masalah dan judul, pengumpulan data hingga
seminar hasil yakni mulai Oktober 2019 – Juni 2020.Pengumpulan
data dimulai dari 21 – 26 Mei 2020.

B. Jenis dan RancanganPenelitian


Penelitian ini merupakan penelitian observasional dengan
rancangan crosssectional.

C. Populasi danSampel
1. Populasi
Populasi adalah keseluruhan obyek peneliti atau obyek yang
diteliti ( Soekidjo, 2002 ). Populasi dalam penelitian ini adalah
keluarga yang memiliki anak balita usia 12-59 bulan yang terdapat
di Lingkungan Kampung Kelapa Kel. Pancuran Gerobak Kec.
Sibolga Kota. jumlah balita yang ada di Lingkungan Kampung
Kelapa Kel. Pancuran Gerobak Kec. Sibolga Kota adalah sebanyak
102 Balita
2. Sampel
Sampel adalah sebagian dari populasi dengan kriteria bahwa
orang tua mau di jadikan menjadi responden. Sehingga jumla
sampel yg diperoleh adalah sebanyak 40balita
3. Responden
Respondennya adalah ibu balita /keluarga balita

14
1. Jenis dan Cara Pengumpulan Data
Jenis Pengumpulan data yang dilakukan adalah dengan
cara mengumpulakan data ke rumah warga dengan
menggunakan kuesioner.
1.1 Jenis data
Jenis data yang dikumpulkan pada penelitian ini,meliputi
data primer dan data sekunder.
a. Data primer
1. Data karakteristik responden meliputi: nama, umur,
pendidikan, pekerjaan, dan diperoleh dengan wawancara
menggunakan kuisoner
2. Data Karakteristik balita: Umur, Jenis Kelamin, Tanggal Lahir
3. Data sanitasi lingkungan dikumpulkan dengan metode
wawancara dengan alat bantu kuisoner
4. Data Tinggi Badan(TB)
Data TBdiukur menggunakan microtoice dengan ketelitian
0,1 cm. Prosedur pengukuran tinggi badan sampel adalah
sebagai berikut (Soegih,dkk 2009)
a. Microtoice digantungkan pada dinding yang tegak lurus dan
ditarik setinggi 2 meter dari lantai yang datar dengan angka
0 tepat dilantai. Langkah – langkah memasang Microtoice
yang dibantu oleh 2 orang mahasiswa :
1) Pilih lantai yang rata
2) Pilih dinding yang rata dan tegak lurus ke lantai
3) Letakkan microtoise dengan bagian yang akan
menempel pada kepala anak rapat di lantai
4) Tarik pita ke atas menempel didinding sampai pada
jendela baca menunjukkan angka NOL.
5) Pakukan atau rekatkan ujung pita ke dinding.
b. Sampel yang diukur melepas alas kaki serta melepaskan
pengikat rambut.
c. Pada saat pengukuran, sampel berdiri tegak dengan posisi
kepala menghadap lurus kedepan, kaki merapat dan tulang
belikat, pinggul dan bahu menempel ke dinding. Kedua
15
tangan tergantung bebas di samping tubuh.
d. Bagian yang dapat bergerak dari microtoice diturunkan
dengan hati hati sehingga menyentuh bagian atas kepala
dan diturunkan hingga menekanrambut.
e. Lakukan pembacaan angka di microtoice dan kemudian
catat.

b. Data Sekunder

Data sekunder diperoleh dengn mencatat data yg ada diketua


lingkungan jumlah penduduk.

1. PengolahanData
Keseluruhan Data yang terkumpul oleh peneliti melakukan
pengolahan data antara lain editing, coding, tabulating dancleaning
a. Kejadian Stunting
 Entri data ke Program WHO ANTRO 2005 meliputi Tanggal
Survey, JK, Tanggal Lahir.
 MenentukanZ-score
 Membandingkan Z- score dengan Permenkes no 02 tahun2020
 Mengkategorikan:
Stunting jika < - 2 SD
Tidak stunting ≥ - 2 SD
2.Sanitasi lingkungan
 Memberi skor kepada setiap jawaban skor teringgi 3 dan
terendah1
 Menjumlahkanskor
 Mengkategorikan sanitasi lingkungan
Caramenghitung
Jumlah skor x 100%
Skor tertinggi (43)
 Baik jika presentase skor ≥75% total skor
 Tidak baik jika < 75% total skor

16
2. Analisis data
Data yang diolah menggunakan alat bantu computer kemudian
dianalisis berdasarkan variable :
a) Analisis univariat menggambarkan masing masing variable yaitu
:Umur, Pendidikan, Pekerjaan yang berada di Lingkungan
Kampung Kelapa Kel. Pancuran Gerobak Kec. Sibolga Kota,
pengolahan dalam bentuk table distribusi frekuensi dan dianalisis
berdasarkanpresentase.

b) Analisis bivariat melihat hubungan variable bebas dan terikat,


karena data berskala ordinal, maka digunakan uji chi Square.
Pengambilan keputusan berdasarkan probabilitas ( p ) jika p < 0,05
maka ho ditolak artinya haditerima

17
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian

Lingkungan Kampung Kelapa merupakan Salah Satu Lingkungan


yang berada di Kelurahan Pancuran Gerobak Kec. Sibolga Kota,
sumatera utara. Lingkungan Kampung Kelapa memiliki Luas wilayah
Perumahan 2 hektare .

Lingkungan Kampung Kelapa memiliki Peta Penduduk, yaitu:

Jumlah Penduduk Dewasa : 970jiwa

Jumlah Laki –Laki : 457Jiwa

JumlahPerempuan : 580jiwa

JumlahKK : 320 KK

Jumlahbalita : 102 balita

Jumlah Posyandu :1

Jarak dari Lingkungan Kampung Kelapa ke Kelurahan 100 m, dan

jarak ke Kecamatan 150 m.

B. Gambaran Karakteristik Responden


1. Umur ibu
Distribusi responden berdasarkan umur disajikan pada tabel 3
Tabel 3 distribusi responden berdasarkan umur
Umur (Tahun) n %
23-32 28 70
33-42 9 22,5
43-54 3 7,5
Total 40 100

18
Tabel 3. Menjelaskan umur ibu yang terbanyak adalah berada
dikelompok umur 23 – 32 tahun sebanyak 28 orang (70%) dan umur ibu
yang paling sedikit adalah dikelompok umur 43-54 tahun yaitu 3 orang
(7,5%). Dari tabel 3 menjelaskan usia ibu sudah terlalu tua dan stamina
dalam merawat kehamilannya sudah menurun.

Usia ibu dianggap lebih berperan pada segi psikologis. Ibu yang
terlalu muda biasanya belum siap dengan kehamilannya dan tidak tahu
bagaimana menjaga dan merawat kehamilan.Sedangkan ibu yang usianya
terlalu tua biasanya energinya sudah menurun dan semangat dalam
merawat kehamilannya sudah berkurang. Faktor psikologis sangat mudah
di pengaruhi oleh faktor psikologis ( candra,2011)
Penelitian yang dilakukan Fitriani Enny (2018) diketahui bahwa usia
ibu dengan kategori resiko tinggi yang memiliki anak stunting sebanyak
60% (9) dan usia ibu dengan kategori rendah memiliki anak stunting
sebanyak 27 orang (33,8%). Jumlah anak stunting lebih didominasi oleh
ibu dengan kategori usia resiko rendah.
2. Pekerjaan Ibu
Karakteristik responden berdasarkan jenis pekerjaan responden
ditampilkan pada tabel 4.
Tabel 4. Distribusi Jenis Pekerjaan Orang Tua di Lingkungan
Kampung Kelapa Kel. Pancuran Gerobak, Kec. Sibolga Kota
Jenis n %
Pekerjaan
IRT 24 60,0

Wiraswasta 14 35,0

PNS 2 5,0

Total 40 100.0

Berdasarkan Tabel 4, diketahui bahwa jenis pekerjaan responden


yang paling banyak adalah ibu rumah tangga, yaitu sebanyak 24
responden (60,0%) dan paling sedikit bekerja sebagai PNS, yaitu
sebanyak 2 responden (5,0%). Dengan demikian karena lebih banyak
sebagai ibu rumah tangga diharapkan sehingga ibu yang tidak bekerja
19
akan mempunyai waktu yang lebih banyak dengan anaknya dan
mempengaruhi peningkatan kualitas gizianaknya.
Tetapi hasil yang dilakukan Lutfiah (2017) dimana anak dengan
kejadian stunting lebih banyak terdapat pada ibu yang tidak bekerja
(32,2%). Menurut penelitian ini banyaknya anak stunting disebabkan pola
asuh anak dan status ekonomi keluarga.
Sedangkan, penelitian yang dilakukan Fikrina ( 2017) menyatakan
bahwa tidak ada hubungan antara pekerjaan ibu dengan kejadian
stunting pada anak. Jumlah anak stunting lebih banyak pada ibu tidak
bekerja dibandingkan dengan ibu yang bekerja.
Penelitian yang dilakukan Anisa (2012) menyatakan hal yang
sama bahwa tidak ada hubungan antara pekerjaan ibu dengan kejadian
stunting pada anak balita. Dan penelitian Sulastri (2012) juga
menyatakan bahwa tidak ada hubungan antara pekerjaan ibu dengan
kejadian stunting
3. Pendidikan
Karakteristik responden berdasarkan pendidikan responden ditampilkan
pada tabel 5.

Tabel 5. Pendidikan Orang Tua


Pendidikan n %
SD 5 12.5
SMP 10 25.0
SMA/SMK 22 55.0
Sarjana 3 7.5
Total 40 100.0
Berdasarkan Tabel 5, Diketahui bahwa tingkat pendidikan
responden paling banyak adalah SMA/SMK, yaitu sebanyak 22
responden (55,0%) dan paling sedikit berpendidikan Sarjana sebanyak 3
responden ( 7,5%). Dari tabel 6 menyatakan pendidikan ibu adalah
termasuk tingkat menengahkeatas.Tingkat pendidikan dapat
memudahkan seseorang atau masyarakat untuk menyerap informasi dan
menerapkannya dalam perilaku sehari – hari (Astari,2006)
Hasil Penelitian Ikaeda dkk, (2013) ibu dengan pendidikan tinggi

20
mempunyai pengetahuan yang lebih luas tentang praktik perawatan anak
serta mampu menjaga dan merawat lingkungan agar tetap bersih.

C. Sampel
1. Umur Balita
Karakteristik sampel berdasarkan umur balita sampel ditampilkan
pada
Tabel 6. Distribusi umur Balita usia 12 – 59 bulan di Lingkungan
Kampung Kelapa, Kel. Pancuran Gerobak Kec. Sibolga Kota
n %
Umur ( Tahun )
13 - 24 Bulan 12 30
25– 36 Bulan 9 22,5
37- 49 Bulan 9 22,5
50- 59 Bulan 10 25
Total 40 100,0

Tabel 6 Dapat diketahui bahwa sampel Anak Balita sebagian


besar dari golongan usia diantara 13 hinggan 24 Bulan yaitu sebanyak
12 Balita (30%). Sementara Anak Balita di golongan Usia 25 - 36 yaitu 9
Balita(22,5%), Anak Balita di golongan Usia 37 – 49 yaitu 9 Balita
(22,5%) dan Anak Balita di golongan Usia 50 – 59 Bulan yaitu 10 Balita
(25,0%).
Jika dilihat dari umur balita kejadian stunting banyak terjadi pada
usia 24 – 59 bulan dari pada usia 0 – 23 bulan ( kemenkes, 2013). Hal ini
dikarenakan pada usia 3 – 5 tahun atau yang bisa juga disebut usia
prasekolah kecepatan pertumbuhannya sudah terlambat (Anisa, 2012).

2. Jenis Kelamin
Jenis Kelamin menggambarkan perbedaan antara
perempuandengan Laki – Laki secara biologis sejak seseorang
Lahir.Distribusi sampel berdasarkan Jenis Kelamin dapat dilihat pada

21
Tabel 7. Distribusi Jenis Kelamin Balita usia 12 – 59 bulan di
Lingkungan Kampung Kelapa Kel. Pancuran Gerobak Kec.
SibolgaKota

Jenis Kelamin n %
Laki – Laki 17 42,5
Perempuan 23 57,5
Total 40 100.0

Tabel 7. Diatas menunjukkan bahwa proporsi Balita usia 12 – 59


Bulan berdasarkan Jenis Kelamin lebih banyak adalah Perempuan
sebanyak 23 Balita Perempuan ( 57,5 %), Secara teori menerangkan
bahwa laki laki lebih banyak mengalami stunting
Penelitian Malla (2014) menunjukan bahwa anak laki – laki lebih
mudah mengalami malnutrisi dibandingkan anak perempuan.kondisi ini
dapat terjadi karena adanya perbedaan praktik makan yang diberikan oleh
orang tua. Penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan Dewi
(2016) bahwa kejadian stunting didominasi oleh anak balita laki – laki
dengan presentasi 53,13% sedangkan pada jenis kelamin perempuan
46,88%. Faktor risiko yang berpengaruh terhadap kejadian stunting
adalah anak berjenis kelamin laki – laki (Asfaw,2015).
Hal ini sejalan dengan penelitian Mugianti (2018) dimana jenis
kelamin anak laki – laki lebih banyak memiliki resiko menderita stunting
(64,5%) dibandingkan jenis kelamin perempuan 35,5%.

D. Stunting ( Nilai Z-score TB/U)


Stunting merupakan kegagalan mencapai pertumbuhan optimal
yang disebabkan oleh keadaan gizi kurang yang berlangsung dalam
waktu lama yang dihitung berdasarkan pengukuran TB/U, dimana nilai Z-
Scorenya dari <-3 SD. Distribusi Sampel berdasarkan status stunting
disajikan pada tabel 8:
22
Tabel 8. Distribusi Frekuensi Kategori Stunting Pada Anak
Balita Usia 12 – 59 Bulan
Status Gizi n %
Stunting 8 20,0

Tidak Stunting 32 80,0

Total 40 100.0

Tabel 8. Menjelaskan bahwa distribusi stunting pada anak balita


usia 12 – 59 bulan menurut indikator TB/U adalah kategori stunting
sebanyak 8 orang (20,0%) dan tidak stunting sebanyak 32 orang
(80,0%).

Beradasarkan Riset Kesehatan Dasar 2018 Prevalensi stunting


tahun2018 di Sumatera Utara sebesar 32,4% dan kategori sangat pendek
13,2% dan pendek 19,2% (Depkes RI, 2018). Secara nasional prevalensi
stunting pada tahun 2018 sebesar 30,8% (Riskesdas, 2018) dan di Kota
Sibolga prevalensi stunting sebesar 10,6 (profil Kesehatan Sumut,2017).
Maka dapat disimpulkan prevalensi stunting dilingkungan Kampung
Kelapa Kel. Pancuran Gerobak Kec. Sibolga Kota masih lebih rendah
dibandingkan dengan cara nasional, Sumut, dan kota Sibolga. Masih
tingginya stuntingdilingkungan Kampung Kelapa juga mungkin
dipengaruhi asupan gizi yang kurang karena pekerjaan orang tua laki laki
lebih banyak bekerja sebagai tukang becak.

E. Sanitasi Lingkungan

Sanitasi Lingkungan merupakan Status kesehatan suatu lingkungan


yang mencakup perumahan, pembuangan kotoran, penyediaan air
bersih dan sebagainya (Notoadmojo,2003). Sanitasi Lingkungan
disajikan pada tabel 9.

23
Tabel 9 Distribusi Sanitasi Lingkungan Lingkungan
Kampung Kelapa Kel. Pancuran Gerobak Kec. Sibolga Kota
Sanitasi Lingkungan n %

Baik 31 77,5

Tidak Baik 9 22,5

Total 40 100.0

Berdasarkan Tabel 9. Menunjukkan bahwa tingkat Sanitasi yang


baik sebesar 77,5% dan tidak baik sebesar 22,5%. Dari hasil ini sanitasi
lingkungan di lingkungan kampung kelapa Kel, Pancuran Gerobak Kec,
Sibolga Kota termasuk kategori baik. Berdasarkan pertanyaan yang
menjawab 100 % lingkungan yang baik yaitu terdapat pada pertanyaan
tentang pembuangan sampah yang sudah 100% sampah diangkut oleh
petugas, Sumber Air minum yang digunakan 100% dari PAM, dan 100%
kondisi air minum yang di gunakan setiap harinya Bening, tidak berasa
dan tidak berbau, kemudian keluarga ibu biasanya BAB di WC (leher
Angsa).
Sedangkan pertanyaan yang tidak baik terdapat pada pertanyaan
tentang : rumah yang tidak memiliki ventilasi sebanyak 74% rumah
tangga, dan kurangnya keluarga mencuci tangan memakai sabun setelah
keluar rumah atau beraktivitas diluar rumah sebanyak 75%,dan tempat
sampah yang digunakan 100% terbuka.

24
F. Hubungan Sanitasi Lingkungan dengan Kejadian Stunting pada
Balita usia 12 – 59 bulan
Sanitasi yang buruk juga merupakan faktor yang dapat
menyebabkan stunting terkait dengan kemungkinan munculnya penyakit
infeksi (Kemenkes, 2004).Hubungan Sanitasi Lingkungan dengan
Kejadian Stunting pada balita dapat kita lihat pada tabel 10.

Tabel 10. Hubungan Sanitasi Lingkungan dengan Kejadian


Stunting pada balita Usia 12 – 59 bulan di Lingkungan kampung kelapa.
Kel. Pancuran Gerobak, Kec. Sibolga Kota.

Sanitasi Kategori BB/U P

Lingkungan Stunting Tidak Stunting Total Value

N % n % n %

Baik 0 0 31 100 31 100 0.000

Tidak Baik 8 88,9 1 11,1 9 100

Total 8 20 32 80 40 100

Tabel 10 menjelaskan jika sanitasi lingkungan keluarga kategori baik,


didapatkan tidak ada anak balitanya yang stunting, dan jika sanitasi
lingkungannya tidak baik, 88,9% anak balitanya stunting. Hasil ini menjelaskan
ada kecenderungan jika sanitasi lingkungannya baik maka cenderung anaknya
tidak stunting. Sanitasi yang buruk dapat menyebabkan balita terserang
penyakit diare yang nantinya dapat menyebabkan anak anak kehilangan zat –
zat gizi yang penting bagi pertumbuhan (Desyanti, 2017). Hasil ini diperkuat
dengan uji statistic diperoleh p (0,000) < 0,05 artinya ada hubungan yang
signifikan antara sanitasi lingkungan dengan kejadian stunting.
Sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Zairinayati (2019)
menunjukkan ada hubungan antara sanitasi lingkungan dengan kejadian
stunting. Menurut Manongga (2013) angka stunting berhubungan signifikan dan
positif dengan lingkungan fisik rumah ( termasuk ketersediaan air bersih) yang
baik yang mengidentifikasi baiknya sosial ekonomi keluarga, pengetahuan gizi
dan perilaku gizi ibu. Status gizi balita juga dipengaruhi oleh asupan gizi,
penyakit infeksi, pola asuh dan pelayanan kesehatan.
25
Penelitian Herawati (2020) yang menyatakan bahwa ada hubungan yang
signifikan antara sanitasi lingkungan dengan kejadian stunting karena perilaku
sanitasi kurang baik akan meningkatkan risiko stunting dibandingkan sanitasi
yang baik. Sama hal nya dengan penelitian Renyoet, et.al (2013), Syafiq (2007),
Wulandari (2019) yang menyatakan bahwa ada hubungan yang signifikan
antara sanitasi lingkungan dengan kejadian stunting.

26
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
1. Sanitasi Lingkungan di Lingkungan Kampung Kelapa, Kel.
Pancuran Gerobak Kec. Sibolga Kota lebih banyak dengan
kategori baik
2. Kejadian stunting di Lingkungan Kampung Kelapa, Kel.
Pancuran Gerobak Kec. Sibolga Kota lebih rendah
dibandingkan sumut dan kabupaten.
3. Terdapat hubungan antara Sanitasi Lingkungan dengan
Kejadian stunting pada balita usia 12 – 59 bulan di Lingkungan
Kampung Kelapa, Kel. Pancuran Gerobak Kec. SibolgaKota
B. Saran
1. Bagi ibu agar untuk menjaga Sanitasi Lingkungan Rumah
tangga
2. Bagi pihak kelurahan diharapkan untuk memantau status gizi
anak balita melalui pengukuran TB dan penimbangan BB
secara berkala serta diharapkan kerja sama dengan pihak
kesehatan untuk memberikan gambar makanan seimbang
3. Bagi peneliti dapat digunakan sebagai referensi untuk penelitian
selanjutnya untuk membahas faktor faktor lain yang dapat
mempengaruhi stunting.

27
DAFTAR PUSTAKA

Aisyah, S. Enjelia. 2018. Hubungan Tinggi Badan Orang Tua Dengan


Kejadian Stunting Pada Anak Usia 24 – 59 Bulan Dikecamatan
Tombatu Kabupaten Minahasa Tenggara. Jurnal Kesmas. 7 (4) : 4

Anisa, Pramitha. 2012. Faktor- Faktor Yang Berhubungan Dengan


Kejadian Stunting Pada Balita Usia 25 – 60 Bulan Di Kelurahan
Kalibaru Depok Tahun 2012. Skripsi. Depok: Program Studi Gizi
Departemen Gizi Kesehatan Masyarakat Fakultas Kesehatan
Masyarakat Universitas Indonesia

Astari, Ld. 2008. Faktor – Faktor Yang Berpengaruh Terhadap Kejadian


Stunting Balita Usia 6 – 12 Bulan Di Kabupaten Bogor ( Tesis)
Institut Pertanian Bogor : Bogor

Asfaw M, Wondaferash M, Taha M, Dube L (2015) Prevalensi Kekurangan


Gizi Dan Faktor Yang Berhubungan Diantara Anak Anak Berumur
Antara 6 – 59 Bulan Di Blude Hora Ethopia Selatan. Bmc
Kesehatan Masyarakat

Chandra Aryu. (2011). Hubungan Underlying Factors Dengan Kejadian


Stunting Pada Anak Usia 1 -2 Th. Program Studi Ilu Gizi Fakultas
Kedokteran Universitas Diponegoro

Depkes RI 2006
Desyanti (2017). Hubungan antara Sanitasi Lingkungan dan Stunting Pada
Balita. Bmc Kesehatan Mayarakat.

Dewi, I.A., Dan Kadek Tresna A. (2016). Pengaruh Komsumsi Protein Dan
Seng Serta Riwayat Penyakit Infeksi Terhadap Kejadian Stunting
Anak Balita Umur 24 – 59 Bulan Di Wilayah Kerja Puskesmas Nusa
Penida III Jurnal Gizi Dan Pangan Vol 3 (1)

Eastwood. 2013. Hubungan Tinggi Badan Ibu Dengan Kejadian Stunting


Pada Anak Usia 24-59. Jurnal Kebidanan Dan
KeperawatanAisyiyah. 7 (4) : 2 - 3

28
Fikawati S, dkk. (2015). Gizi Ibu Dan Bayi. Jakarta. PT RAJAGRAFINDO
PERSADA

Fitriani Enny (2018). Hubungan Tunggi Badan Ibu Dengan Kejadian


Stunting Pada Balita Usia 24 – 59 Bulan. Jurnal Kebidanan
DanKeperawatan Aisyiyah. 14 (1) : 6 – 10

Fikrina Tazki Lutfia ( 2017). Hubungan Tingkat Sosial Ekonomi Dengan


Kejadian Stunting Pada Balita Usia 24 – 59 Bulan Di Desa
Karangrejek Wonosari Gunung Kidul. Skripsi Program Studi Bidan
Pendidikana Jenjang Diploma IV Fakultas Ilmu Kesehatan
Universitas Aisyah Yogyakarta 2017

Hasil Pemantauan status gizi ( PSG )2017

Herawati (2020). Hubungan Sarana Sanitasi Perilaku Penghuni, Dan


Kebiasaan Cuci Tangan Pakai Sabun (CTPS) Oleh Ibu Dengan
Kejadian Stunting Pada Batita Usia 6 0 24 Bulan Di Wilayah Kerja
Puskesmas Harapan Baru, Samarinda. Jurnal
KesehatanLingkungan Indonesia. 19(1)7-15

Fitri. Berat Badan Lahir Sebagai Faktor Dominan Terjadinya Stunting


Pada Balita ( 12- 59 Bulan) Di Sumatera. Thesis. Depok: Program
Studi IlmuKesehatan

Jahari, AB dan Hadiansyah.(2012). Rata – Rata Berat Badan Orang Tua


Dan Tinggi Badan Normal Orang Indonesia Menurut WHO 2007.
Untuk Penyusunan Angka Kecukupan Gizi ( AKG ) 2012.
Departemen Gizi Masyarakat FEMA IPB

Kemenkes.2011. Standar Antopometri Penilaian Status Gizi Anak.


Direktorat Jenderal Bina Gizi Dan Kesehatan Ibu Dan Anak. Jakarta

Kemenkes 2013

Malla S & Shrestha SM. 2004. Praktik Pemberian Makanan Pelengkap


Dan Dampaknya Terhadap Status Gizi Anak Di Bawah DuaTahun

29
Di Perkotaan Kathmadu, Nepal. Jurnal Dewan Penelitian
Kesehatan Nepal,2(1),1-4

Manongga SP. 2013. Gizi Kualitas Hidup Manusia: Epidemiologi Malnutrisi


Dan Dampaknya Terhadap Kualitas Hidup Anak Balita Pada
Berbagai Zona Ekosistem Di Propinsi Papua Dan Propinsi Nusa
Tenggara Timur. Kupang: Seminar Pembangunan Kesehatan
Masyarakat Berkelanjutan. 20 Oktober 2013

MCA. 2014. Gambaran Umum Proyek Kesehatan Dan Gizi Berbasis


Masyarakat (Pkgbm) Untuk Mencegah Stunting. Diakses Dari http
://mca-indonesia.Go.id/wp-content/uploads/2013/12/Buku-
Gambaran- Umum-Ok.Pdf Pada Tanggal 6 Maret 2015

Muaris.H. (2006). Sarapan Sehat Untuk Anak Balita. Tesis.Jakarta : pt


Gramedia Pustaka Umum

Mugianti, Sri, Dkk 2018. Faktor Penyebab Anak Stunting Usia 25 – 60


Bulan Di Kecamatan Sukorejo Kota Biliar. Jurnal Ners Dan
Kebidanan

Notoadmodjo S. Pengantar Pendidikan Kesehatan Dan Ilmu Perilaku


Kesehatan: Andi Offset. 2003

Prisca, Pretty A dan FDP.Hubungan stunting dengan prestasi belajar


anaksekolahdasar di daerah kumuh, kota madya Jakarta pusat.
Buletin Penelitia Kesehatan . 2017: 45 (1) : 45-52

Profil Kesehatan. 2017. Laporan Riset Kesehatan Dasar. Sumut.


Penelitian dan Pengembangan

Profil Kesehatan. 2013. Laporan Riset Kesehatan Dasar. Sumut.Kuisoner


Sanitasi Lingkungan.

Profil Kesehatan. 2018. Laporan Riset Kesehatan Dasar. Sumut.Kuisoner


Sanitasi Lingkungan

30
Puspasari, Nindyana. Andriani, Merryana. 2017 Hubungan Pengetahuan
Ibu Tentang Gizi Dan Asupan Makanan Balita Dengan Status Gizi
Balita (BB/U) Usia12 -24 Bulan. Jurnal Amerta Nutr 1 (4 ) : 370 –
372

Rahayu A. Dan Khairiyati L. Risiko Pendidikan Ibu Dengan Kejadian


Stunting Pada Anak 6-23 Bulan.Jurnal Penelit Gizi Makan2019 : 37
(2) : 129-13

Renyoet BS, Hadju V, Rochimiwati SN. Hubungan Pola Asuh Dengan


Kejadian Stunting Anak Usia 6 – 23 Bulan Di Wilayah Pesisir
Kecamatan Tallo Kota Makassar . Al Sihah : Public Health Science
Journal 2014;6(3),523-529

Safitri, Enny. 2018. Hubungan Sanitasi Rumah Tangga Dengan kejadian


Diare Pada Balita.Jurnal Kebidanan Dan Keperawatan Aisyiyah.7
(4) : 2-3

Slamet Purwanto, Suharjo, Bambang Ristanto, Dkk, Penyediaan


AirBersih, Proyek Pengembangan Pendidikan Tenaga Sanitasi
PusatPendidikan Dan Latihan Pegawai, Departemen Kesehatan RI,
Jakarta, 2001 H.67.

Supraisa, I Dewa Nyoman, Baktiar Bakry, Ibnu Fajar.2001. Penelitian


Status Gizi.Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran EGC.

Sulastri, Delmi. 2012. Faktor Determinan Kejadian Stunting Pada Ank


Usia Sekolah Di Kecamatn Lubuk Kilangan Kota Padang. Majalah
Kedokteran Andalas No 1. Vol 36. Januari –Juni

Syafiq A. Tinjauan Atas Kesehatan Dan Gizi Anak Usia Dini, In Nakalah
Pada Dizkusi Peningkatan Kesehatan Dan Gizi Anak Usia Dini,
Bapennas. Jakarta : Departemen Gizi Kesehatan Masyarakat,
FKMUI, 2007

31
TNP2K. 2017. 100 Kabupaten/ Kota Prioritas Untuk Interverensi
AnakKerdil ( Stunting ). Sekretaris Wakil Presiden Republic
Indonesia.Jakarta.

Torlesse H, Cronin AA, Sebayang Sk, Nandy R. Peran Penting Air,


Sanitasi Dan Kebersihan Dalam Pengurangan Stunting.BMC Jurnal
Kesehatan Masyarakat. 2016: 16:669

Wulandari, DKK. Hubungan Sanitasi Lingkungan Dan Riwayat Penyakit


Infeksi Dengan Kejadian Stunting Di Wilayah Kerja Puskesmas
Kerkap Kabupaten Bengkulu Utara. Jurnal ilmiah 2019 4(2) : 9

Yuliani Soeracmad, Dkk. Hubungan Sanitasi Lingkungan Rumah Tangga


Dengan Kejadian Stunting Pada Anak Balita. Jurnal Kesehatan
Masyarakat 4 (2) : 7- 8

Zairinayati, Purnama Rio. Hubungan Hygiene Dan Sanitasi Lingkungan


Dengan Kejadian Stunting Pada Balita. Jurnal Kesehatan
Lingkungan. 10(1)

32
Lampiran 1

PERNYATAAN KETERSEDIAAN MENJADI SUBJEK PENELITIAN

( INFORMED CONSENT )

Informasi untuk responden


Sanitasi Lingkungan adalah status kesehatan suatu lingkungan
yang mencakup perumahan, pembuanagan kotoran, penyediaan air
bersih dan sebagainya. Lingkungan yang sanitasinya buruk akan
berdampak buruk pula bagi kesehatan. Berbagai jenis penyakit dapat
muncul karena lingkungan yang sanitasinya buruk menjadi sumber dan
berbagaipenyakit.
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan
Sanitasi Lingkungan dengan kejadian stunting pada balita usia 12-59
bulan di Lingkungan Kampung Kelapa, Kel. Pancuran Gerobak Kec.
Sibolga Kota. Responden dalam penelitian ini adalah seluruh ibu yang
memiliki anak balita usia 12-59 bulan di Lingkungan Kampung Kelapa,
Kel. Pancuran Gerobak Kec. Sibolga Kota. Responden akan
diwawancarai menggunakan kuesioner terkait SanitasiLingkungan.
Keikutsertaan responden pada penelitian ini bersifat sukarela, dan
tidak ada konsekuensi apapun bagi responden yang mengundurkan diri.
Informasi yang diberikan responden bersifat rahasia, dan hanya akan
digunakan pada penelitian ini.
Setelah mendengar/membaca penjelasan tersebut diatas, saya yang
bertandatangan dibawah ini menyatakan persetujuan untuk menjadi
responden penelitian ini.
Nama :Ade Rahma
Tempat, Tgl Lahir :Pandan, 20 maret 1994
Alamat :Kampung Kelapa No.25

Lubuk Pakam, 21 mei 2020

(......................................

33
Lampiran 2

KUISONER PENELITIAN
HUBUNGAN TINGGI BADAN DAN SANITASI LINGKUNGAN DENGAN
KEJADIAN STANTING PADA BALITA DI DESA TANJUNG MULIA

A. Identitas Responden
1. Nama:
2. Umur :
3. Pendidikan:
a. Tidak Lulus Sekolah
b. SD
c. SMP
d. SMA
e. Perguruan Tinggi
4. Pekerjaan:
a. Ibu Rumah Tangga
b. Petani
c. BuruhTani
d. Swasta
e. PNS
5. Jumlah anggota Keluarga :orang

B. IdentitasAnak
1. Nama :
2. Tanggal Lahir:
3. Jenis Kelamin:
4. Berat Badan : Kg
5. Tinggi Badan : Cm

34
C. KUISONER SANITASI LINGKUNGAN
(Riskesdas 2013 dan Riskesdas2018)
1. Sumber air apa yang digunakan?
a. AirPAM (3)
b. AirSungai (1)
c. Air Sumur/mata air (2)
2. Apakah air minum yang dikomsumsi keluarga setiap harinya selalu
di masak?
a. ya (2)
b. tidak (1)
3. Bagaimana Kondisi Air minum keluarga?
a. Keruh, berasadanberbau (1)
b. Bening, tidak berasadanberbau (2)
c. Bening, tidak berasa dantidakberbau (3)
4. Berapa jarak sumber air dengan pembuangan kotoran/tinja?
a. <10 meter (2)
b. >=10 meter (3)
c. Tidaktau (1)
5. Apakah air untuk kebutuhan minum tersebut diperoleh dengan
mudah sepanjang tahun?
a. Ya (3)
b. Sulit dimusimkemarau (2)
c. Sulitsepanjangtahun (1)
6. Bagaimana jenis tempat pengumpulan/ penampungan sampah
basah ( organic ) didalam rumah?
a. Tempatsampahtertutup (2)
b. Tempatsampahterbuka (1)
7. Bagaimana cara utama dalam menangani sampah rumah tangga?
a. Diangkutpetugas (3)
b. Dibuang sendirikeTPS (2)
c. Dibakar/ Di buangkesembarangtmpt/kebon (1)

35
8. Berapa kali keluarga menguras bak penampungan air mandi/ember
besar /drum yang digunakan untuk menampung air mandi yang ada
d rumh?
a. > 1 kalidalam seminggu (3)
b. Satu kalidalamseminggu (2)
c. 1-3 kalidalamsebulan (1)
d. Tidakpernah (1)
9. Bentuk rumah yang ditempati adalah?
a. Bangunan tidak permanen (1)
b. Bangunan setengah permanen(batu) (2)
c. Bangunan permanen (Beton) (3)
10. Lantai rumah terbuat dari
A. Semen/ Papan/keramik besi (3)
B. Semen/papan/keramik tetapi tidak bersih (2)
C. Tanah (1)
11. Bagaimana saluran pembuangan limbah dari kamar mandi/dapur?
a. Sungai (2)
b. Pekaranagan rumah (1)
c. Got/selokan (3)
12. Apakah semua ruangan dalam rumah mempunyai ventilasi?
a. Ya (2)
b. Tidak (1)
13. Apakah keluarga selalu memakai sabun setelah keluar rumah atau
beraktivitas diluar rumah?
a. Ya (3)
b. Tidak (1)
c. Jarang (2)
14. Bagaimana cara pembuangan/penampungan tinja keluarga?
a. Septi teng (3)
b. Parit sungai (2)
c. ditanam/Dibuang disembarang tempat (1)

36
15. Jenis kloset yang digunakan keluarga?

a. Leherangsa (3)
b. Cemplung/cubluk (2)
c. Dll (kebon/parit/sungai) (1)

37
Lampiran 3 Master Tabel Kejadian Stunting pada balita usia 12 – 59 bulan

No Nama Umur Pendidikan Pekerjaan Nama Tgl Lahir JK BB TB Z- Kategori Jumlah Jumla SKOR
Ibu Balita Score Benar h
Soal
1 Ade Rahma El Nathan 18/08/2017 L 11 81 -0,41 Tidak 34 15 81 %
26 SMA IRT Stunting
2 Ade Rahma Citra Alexandria 10/12/2015 P 15,4 98 -1,68 Tidak 34 15 81%
26 SMA IRT Stunting
3 Sri Dewi Marcel 10/03/2017 L 13,8 90 -1,97 Tidak 32 15 76%
38 SMP IRT Nainggolan Stunting
4 Yenti Sinaga Viona Kristin 10/10/2017 P 10,5 80 -1,86 Tidak 35 15 83%
39 SMA IRT Stunting
5 Gusnia Gulo 28 SMP IRT Fania Gresella 16/05/2017 P 10,9 86 -3,64 Stunting 31 15 74%
6 Santa 32 SMP IRT Suhail 09/10/2015 L 14,3 93 -3,21 Stunting 31 15 74%
7 Putri Zai Adira Hutagalung 13/01/2016 P 17,1 105 -0,01 Tidak 33 15 79%
29 SMP IRT Stunting
8 Renta S Nadia situmorang 14/01/2019 P 10,1 78 0,18 Tidak 33 15 79%
23 SD IRT Stunting
9 Desi Putri Rypaldy Tanjung 12/11/2015 L 16,5 108 0,3 Tidak 33 15 79%
28 SMA SWASTA Stunting
10 Donda S Dila Nisa 19/07/2018 P 12 82,3 -0,91 Tidak 34 15 81%
32 SMA IRT Stunting
11 Merry S 29 SMA SWASTA Nathan Sinaga 21/11/2016 L 12,8 90 -2,15 Stunting 30 15 71%
12 Merry S Riris Tania 18/08/2018 P 10,8 84 -0,04 Tidak 31 15 74%
29 SMA SWASTA Stunting
13 Nurawati S 34 SMA SWASTA Berlian Sri Rezeki 12/01/2017 P 13,5 88 -2,76 Stunting 31 15 74%
14 Nurawati S Anju Yosiro 07/04/2016 P 23 104 0,04 Tidak 33 15 79%
34 SMA SWASTA Stunting
15 Endang S Rafael Jonathan 04/04/2016 L 14,5 95 -1,91 Tidak 32 15 76%
27 SMA SWASTA Stunting
16 Ratna Sari S 26 SMA SWASTA Juan Kristian 30/01/2018 L 11,4 85,9 -0,95 Stunting 32 15 76%
17 Kartika H Tito Sakaria 28/11/2018 L 15 96 -2,37 Tidak 30 15 71%
43 SD IRT Stunting
18 Kartika H Septi Novita 20/09/2017 P 12,1 90 -0,88 Tidak 33 15 79%
43 SD IRT Stunting
19 Andria T.D Marta Dwi Kristy 08/03/2017 P 12,3 84 -1,48 Tidak 34 15 81%
32 DIV PNS Stunting
20 Yuniarti S Evelyn Sipahutar 28/11/2018 P 10,4 80,2 -0,33 Tidak 33 15 79%
28 SMA IRT Stunting
21 Nille Elfrida 39 SMA IRT Cinta Clara 13/05/2018 P 15,1 86 -0,29 Tidak 33 15 79%
Stunting
22 Mei Meriati Caca alysya 30/07/2018 P 11 87 0,43 Tidak 35 15 83%
29 SMA IRT Tanjung Stunting
23 Lasmaria Thresia Natalia 21/12/2015 P 16,5 102,1 -0,97 Tidak 34 15 81%
54 SMP IRT Stunting
24 Marina N Azzriel Archelaus 15/08/2016 L 11,9 91 -0,34 Tidak 33 15 79%
30 SMP SWASTA Stunting
25 Marina N Yusuf Putra Laia 05/07/2018 L 10 79 -1,55 Tidak 33 15 79%
30 SMP SWASTA Stunting
26 Lestina S Marganti Tua 30/10/2017 L 11,8 86 -1,89 Tidak 34 15 81%
31 SMP SWASTA Stunting
27 Mestina Z Mutiara Aprilia 10/04/2019 P 12 77 0,98 Tidak 35 15 83%
31 SD IRT Stunting
28 Mestina Z Michela Cornelia 10/03/2017 P 18,3 100,1 0,9 Tidak 35 15 83%
31 SD IRT Stunting
29 Anne Triana Marcelino Saut 20/09/2015 L 19,3 102 -1,21 Tidak 33 15 79%
34 SMP IRT Stunting
30 Sonti Yarni 30 SMP IRT Frisca Tama Uli 10/07/2015 P 13 93,5 -2,87 Stunting 31 15 74%
31 Friska N Dosnita Sinaga 27/11/2015 P 18,5 98 -1,96 Tidak 33 15 79%
23 SMA SWASTA Stunting
32 Mira Yanti S Hafiz Martua S 12/01/2016 L 22 100,5 -1,19 Tidak 33 15 79%
25 SMA SWASTA Stunting
33 Putri Ayu Christeam 16/07/2018 L 9,2 77 -2,9 Stunting 31 15 74%
27 SMA SWASTA Imanuel
34 Pesta S Arman 27/04/2017 L 16,6 92 -1,3 Tidak 33 15 79%
36 SMA IRT Simatupang Stunting
35 Dorima H Tasya Manalu 26/06/2016 P 12,2 95 -1,87 Tidak 33 15 79%
42 SMA SWASTA Stunting
36 Medi Audi Yohan Sidabutar 29/05/2017 L 13,7 94 -0,27 Tidak 36 15 86%
38 S1 PNS Stunting
37 Novry Yanti Pitriani Manik 10/01/2018 P 13,7 88 -0,7 Tidak 35 15 83%
27 SMA IRT Stunting
38 Nike P Brian Sebastian 16/07/2018 L 10,8 92 2,46 Tidak 34 15 81%
27 SMA IRT Stunting
39 Suanti S Marentania L 18/02/2018 P 11,3 77 -0,4 Tidak 34 15 81%
23 SMA IRT Stunting
40 Sri Mariana 24 S1 IRT Marlina Tua 07/01/2019 P 12,5 99 -3,33 Stunting 30 15 71%
Lampiran 4. Hail uji statistic

1. Univariat
a. Pendidikan ibu

Pendidikan ibu

Frequenc Valid Cumulative


y Percent Percent Percent

Valid SD 5 12.5 12.5 12.5

SMP 10 25.0 25.0 37.5

SMA/SM
22 55.0 55.0 92.5
K

S1/D4 3 7.5 7.5 100.0

Total 40 100.0 100.0

b. Pekerjaan Ibu

Pekerjaan Ibu

Frequenc Valid Cumulative


y Percent Percent Percent

Valid IRT 24 60.0 60.0 60.0

Wiraswast
14 35.0 35.0 95.0
a

PNS 2 5.0 5.0 100.0

Total 40 100.0 100.0

45
D. Jenis Kelamin Anak

Jenis kelamin
balita

Frequenc Valid Cumulative


y Percent Percent Percent

Valid Lakilaki 17 42.5 42.5 42.5

perempua
23 57.5 57.5 100.0
n

Total 40 100.0 100.0

c. Umurbalita
Kategori umur
balita

Frequenc Valid Cumulative


y Percent Percent Percent

Valid <24 bln 11 27.5 27.5 27.5

24-48bln 19 47.5 47.5 75.0

>48 bln 10 25.0 25.0 100.0

Total 40 100.0 100.0

46
2. Bivariat
a. Hubungan sanitasi dengan statusgizi
kategorisanitasi * kategori TB/U Crosstabulation

kategori TB/U

Tidak
Stunting Stunting Total

Kategorisanita Baik Count 0 31 31


si % of
.0% 77.5% 77.5%
Total

TidakBaik Count 8 1 9

% of
20.0% 2.5% 22.5%
Total

Total Count 8 32 40

% of
20.0% 80.0% 100.0%
Total

Chi-Square Tests

Asymp. Sig. Exact Sig. Exact Sig.


Value Df (2-sided) (2-sided) (1-sided)

Pearson Chi-Square 34.444a 1 .000


ContinuityCorrectionb 29.113 1 .000
Likelihood Ratio 33.753 1 .000
Fisher's Exact Test .000 .000
Linear-by-Linear
33.583 1 .000
Association
N of Valid Casesb 40

a. 1 cells (25.0%) have expected count less than 5. The minimum expected
count is 1.80.

47
Chi-Square Tests

Asymp. Sig. Exact Sig. Exact Sig.


Value Df (2-sided) (2-sided) (1-sided)

Pearson Chi-Square 34.444a 1 .000


ContinuityCorrectionb 29.113 1 .000
Likelihood Ratio 33.753 1 .000
Fisher's Exact Test .000 .000
Linear-by-Linear
33.583 1 .000
Association
N of Valid Casesb 40

a. 1 cells (25.0%) have expected count less than 5. The minimum


expectedcount is 1.80.
b. Computed only for a
2x2 table

48
Lampiran 5 Bukti Bimbingan Usulan Penelitian

BUKTI BIMBINGAN KARYA TULIS ILMIAH

Nama : JuliartaSitohang
Nim :P01031117024
Judul : Hubungan Sanitasi Lingkungan dengan Kejadian
Stunting pada balita Usia 24-59 bulan di
Lingkungan Kampung Kelapa Kel. Pancuran
Gerobak Kec. SibolgaKota
Dosen Pembimbing : Urbanus Sihotang, SKM, M.kes

No Tanggal Topik Bimbingan Tanda Tanda


Bimbingan Tangan Tangan
Mahasiswa Pembimbing
1 01 Agustus Masalah Penelitian
2019

2 07 Agustus Mendata lahan


2019 penelitian
3 14 Agustus Mendiskusikanjurnal
2019 yang digunakan
dalampenulisan
usulanpenelitian
4 15 Agustus Membahas hasil dari
2019 survey awal lahan
penelitian
5 02 September Penentuan topik atau
2019 judul penelitian

6 04 September Diskusi penulisan


2019 latar belakang
7 23 November Revisi latar belakang
2019 dan BAB I

49
8 30 November Revisi bab I dan
2019 diskusi penelitian bab
II dan Bab III
9 15 Desember Revisi BAB II dan
BAB III
9 17 Desember Revisi bab I,II dan III
2019 dan diskusi
pembuatan kuisoner
penelitian
10 18 Desember Pengecekan
2019 Proposal
11 20 Desember Finishing usulan
2019 penelitian
12 16 maret Revisi Proposal bab 1
– bab 5
13 2 juni ACC proposal
pembimbing
14 18 juni Revisi KTI

50
51
52
Lampiran 7.
DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Nama : Juliarta Sitohang


Tempat / tanggal lahir : Medan, 14 Januari 2000
Jumlah bersaudra : Empat orang
Alamat Rumah : Jalan Kuda Laut No 18 Sibolga Kota
No Hp : 082272224067
Riwayat pendidikan : SD NEGERI 081231 Kota Sibolga
SMP NEGERI 3 Kota Sibolga
SMA NEGERI 3 Kota Sibolga
Hobby : TRAVELING
Motto : Pulang Malu Kalau Tidak Bawa Ilmu

53
Lampiran 7. Dokumentasi

54
55

Anda mungkin juga menyukai