Anda di halaman 1dari 159

LAPORAN KASUS ASUHAN KEBIDANAN KOMPREHENSIF

PADA NY. S USIA 29 TAHUN DI BPM


Bd.RIRIK PUJI LESTARI,Amd.Keb
TANJUNGPINANG
TAHUN 2017

LAPORAN TUGAS AKHIR

OLEH :

SANDYA OCTAVIANI
NIM : PO7224214 1505

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLITEKNIK KESEHATAN TANJUNGPINANG
PROGRAM STUDI D-III KEBIDANAN
2017
LAPORAN KASUS ASUHAN KEBIDANAN KOMPREHENSIF
PADA NY. S USIA 29 TAHUN DI BPM
Bd. RIRIK PUJI LESTARI,Amd.Keb
TANJUNGPINANG
TAHUN 2017

LAPORAN TUGAS AKHIR

Diajukan sebagai salah satu syarat untuk menyelesaikan


Diploma III Program Studi Kebidanan

OLEH :
SANDYA OCTAVIANI
NIM : PO7224214 1505

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLITEKNIK KESEHATAN TANJUNGPINANG
PROGRAM STUDI D-III KEBIDANAN
2017
DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Nama Lengkap : Sandya Octaviani


NIM : PO7224214 1505
Tempat/Tanggal Lahir : Tanjungbatu kundur, 13 Oktober 1996
Agama : Islam
Jumlah Saudara : 3 orang, anak ke 2
Nama Orang Tua : Ayah : Drs.M. Noor Abbas (Alm)
Ibu : Maizum, S.Pd
Alamat Rumah :
Email : Sandyaoctaviani97@gmail.com
Riwayat Pendidikan : 1. SD Negeri 002 Tanjunghutan (2003-2008)
2. Mts. Ar-raudhah Tebing Karimun (2009-2011)
3. SMA Negeri 2 Karimun (2012- 2014)
4. Poktekkes Kemenkes Tanjungpinang (2017)
KATA PENGANTAR

Alhamdulillah segala puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan
rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan Laporan Tugas Akhir ini
tepat pada waktunya. Laporan Tugas Akhir ini disusun untuk memenuhi salah satu
persyaratan dalam menempuh ujian Program Studi D-III Kebidanan Poltekkes Kemenkes
Tanjungpinang Tahun 2017 dengan judul “Laporan kasus Asuhan Kebidanan Komprehensif
pada Ny. S usia 25 Tahun di BPM Bd. Ririk puji lestari,Amd.Keb Tanjungpinang Tahun
2017”.
Penyusunan Laporan Tugas Akhir ini penulis banyak mendapat bimbingan dan
dukungan dari berbagai pihak, oleh karena itu pada kesempatan ini penulis menyampaikan
rasa terimakasih yang tulus kepada :
1. Novian Aldo,S.ST,MM selaku Direktur Poltekes Kemenkes Tanjungpinang.
2. Fidyah Aminin,SST,M.Kes selaku Ketua Program Studi D-III Kebidanan Poltekkes
Kemenkes Tanjungpinang.
3. Nurul Aini Suria Saputri,SST selaku pembimbing utama yang telah meluangkan waktu
dan kesempatan bagi penulis untuk berkonsultasi dan bersedia memberikan masukan,
kritik dan saran dalam menyelesaikan Lapotan Tugas Akhir ini.
4. Vina Jayanti,SST,MKM selaku pembimbing pertama yang telah meluangkan waktu dan
kesempatan bagi penulis untuk berkonsultasi dan bersedia memberikan masukan, kritik
dan saran dalam menyelesaikan Laporan Tugas Akhir ini.
5. Rahmadona,M.Keb selaku pembimbing kedua yang telah meluangkan waktu dan
kesempatan bagi penulis untuk berkonsultasi dan bersedia memberikan masukan, kritik
dan saran dalam menyelesaikan Laporan Tugas Akhir ini.
6. Bd.Ririk Puji Lestari,Amd.Keb selaku pimpinan BPM sekaligus CI yang telah
mengizinkan untuk melakukan ujian komprehensif dan membimbing dalam pembuatan
Laporan Tugas Akhir.
7. Staf dosen Program Studi D-III Kebidanan Poltekkes Kemenkes Tanjungpinang yang
telah memberikan ilmu dan membimbing penulis selama mengikuti perkuliahan.
8. Ny.S yang telah bersedia menjadi pasien pada pembuatan Laporan Tugas Akhir ini.
9. Orang tua tercinta Bapak Drs.M. Noor Abbas (Alm) dan Ibu Maizum,S.Pd yang tiada
hentinya selalu mendoakan penulis, memberikan nasehat, motivasi dan semangat agar
tetap fokus pada perkuliahan dan dalam pembuatan Laporan Tugas Akhir Ini.
10. Abang dan adik tercinta yaitu Dery Maynor Bastiansyah, S.Pi M. Syah Reza Muslim,
yang selalu memberi semangat agar tetap fokus pada perkuliahan dan dalam
pembuatan Laporan Tugas Akhir ini.
11. Sahabat-sahabat terbaiku, yaitu Nurazlin, Agita Novara, dan Farina Apriliyani yang
selalu setia mendampingi serta memberi motivasi dari kecil sampai sekarang.
12. Sahabat-sahabat penulis Susi Sulastri, Musrini Rahmayanti yang mendukung penulis
dalam pembuatan Laporan Tugas Akhir ini.
13. Rekan-rekan Mahasiswa Program D-III Kebidanan Poltekkes Kemenkes Tanjungpinang
yang telah memberikan semangat dan dukungan moril terhadap penulis dalam
menyelesaikan Laporan Tugas Akhir ini.
Penulis menyadari bahwa Laporan Tugas Akhir ini masih jauh dari sempurna, baik
dari teknis penulisan maupun bahasanya. Untuk itu penulis mengharapkan adanya kritikan
dan saran yang sifatnya membangun dari berbagai pihak demi kesempurnaan Laporan
Tugas Akhir ini. Semoga Laporan Tugas Akhir ini dapat bermanfaat untuk penulis maupun
pembaca.

Tanjungpinang, Juni 2017

Penulis
DAFTAR ISI

Halaman
HALAMAN JUDUL ....................................................................................
HALAMAN PERSETUJUAN ..................................................................... i
HALAMAN PERNYATAAN ....................................................................... ii
DAFTAR RIWAYAT HIDUP....................................................................... iii
KATA PENGANTAR ................................................................................. iv
DAFTAR ISI ............................................................................................... vi
DAFTAR TABEL ....................................................................................... viii
DAFTAR GAMBAR ................................................................................... ix
DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................ xi
DAFTAR BAGAN ...................................................................................... x
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ............................................................................. 1
B. Tujuan Penulisan.......................................................................... 3
a. Tujuan Umum ......................................................................... 3
b. Tujuan Khusus ....................................................................... 3
C. Manfaat Penulisan....................................................................... 4
a. Bagi Mahasiswa ..................................................................... 4
b. Bagi Institusi Pendidikan......................................................... 4
c. Bagi Klien ............................................................................... 4
D. Sistematika Penulisan .................................................................. 4
BAB II TINJAUAN KEPUSTAKAAN
A. Landasan Teori
1. Asuhan Kebidanan Komprehensif
a. Pengertian ........................................................................ 5
b. Tujuan ............................................................................... 5
2. Asuhan Kehamilan
a. Pengertian ........................................................................ 5
b. Tujuan Asuhan Kebidanan ................................................ 6
c. Standar Asuhan Kehamilan............................................... 7
d. Kunjungan Ideal Kehamilan .............................................. 13
e. Standar Pelayanan Kehamilan .......................................... 13
f. Pemeriksaan pada Kehamilan .......................................... 14
g. Perubahan Anatomi dan Fisiologis selama Kehamilan ...... 21
h. Perubahan Psikologis selama Kehamilan Trimester III...... 25
i. Konsep Pemeriksaan Antenatal ........................................ 25
j. Kunjungan Ibu Hamil ......................................................... 26
k. Tanda Bahaya dalam Kehamilan Trimester III................... 27
l. Rencana Persalinan .......................................................... 28
m. Deteksi Dini Faktor Risiko dan Penanganan Komplikasi ... 30
3. Asuhan Persalinan
a. Pengertian ....................................................................... 31
b. Tujuan Asuhan Persalinan ............................................... 31
c. Standar Asuhan Persalinan ............................................. 32
d. Teori Persalinan............................................................... 33
e. Tanda-tanda Persalinan................................................... 33
f. Faktor yang Mempengaruhi Persalinan ........................... 34
g. Tahapan Persalinan ......................................................... 36
h. Asuhan Persalinan Normal .............................................. 44
i. Asuhan Sayang Ibu ......................................................... 52
j. Partograf .......................................................................... 53
4. Asuhan Nifas
a. Pengertian ....................................................................... 55
b. Tujuan Asuhan Nifas ....................................................... 55
c. Tahapan Masa Nifas ........................................................ 55
d. Standar Pelayanan Masa Nifas........................................ 56
e. Peran dan Tanggung Jawab Bidan pada Masa Nifas ...... 57
f. Kunjungan Masa Nifas ..................................................... 57
g. Proses Adaptasi Psikologis Ibu dalam Masa Nifas ........... 58
h. Kebutuhan Dasar Ibu pada Masa Nifas ........................... 59
i. Keluarga Berencana ........................................................ 63
j. Asuhan Sayang Ibu pada Masa Nifas .............................. 66
k. Tanda Bahaya pada Masa Nifas ...................................... 67
5. Asuhan Bayi Baru Lahir
a. Pengertian ....................................................................... 67
b. Asuhan Bayi Baru Lahir ................................................... 68
c. Pelayanan Kesehatan Neonatus...................................... 73
d. Tanda Bahaya Bayi Baru Lahir ........................................ 73
B. Kerangka Teori ............................................................................... 75
BAB III PERSIAPAN PELAKSANAAN PENGKAJIAN
a. Tempat dan Waktu ......................................................... 76
b. Subjek ............................................................................ 76
c. Definisi Operasional........................................................ 77
d. Teknik Pengumpulan Data .............................................. 78
BAB IV HASIL PENGKAJIAN DATA
a. Asuhan Kebidanan Kehamilan ........................................ 80
b. Asuhan Kebidanan Persalinan ........................................ 84
c. Asuhan Kebidanan Nifas ................................................ 87
d. Asuhan Kebidanan Bayi Baru Lahir ................................ 90
BAB V PEMBAHASAN
a. Asuahan Kebidanan Kehamilan ...................................... 93
b. Asuhan Kebidanan Persalinan ........................................ 98
c. Asuhan Kebidanan Nifas ................................................ 101
d. Asuhan Kebidanan Bayi Baru Lahir ................................ 103
BAB VI PENUTUP
a. Kesimpulan ..................................................................... 105
b. Saran .............................................................................. 105

DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
DAFTAR TABEL

Halaman
Tabel 1 Pemberian Imunisasi TT ............................................................... 10
Tabel 2 Perkiraan TFU menurut Umur Kehamilan ...................................... 16
Tabel 3 Kemungkinan Hasil Palpasi Leopold IV ......................................... 20
Tabel 4 Kontrasepsi Pasca Persalinan ....................................................... 64
Tabel 5 Jadwal Imunisasi Dasar ................................................................ 72
Tabel 6 Definisi Operasional ...................................................................... 77
DAFTAR GAMBAR

Halaman
Gambar 1 Leopold I ................................................................................... 16
Gambar 2 Leopold II .................................................................................. 17
Gambar 3 Leopold III ................................................................................. 18
Gambar 4 Leopold IV ................................................................................. 19
Gambar 5 Posisi duduk dan setengah duduk ............................................. 41
Gambar 6 Posisi jongkok dan berdiri.......................................................... 41
Gambar 7 Posisi merangkak ...................................................................... 41
Gambar 8 Posisi berbaring miring ke kiri 42
DAFTAR BAGAN

Halaman
Bagan 1 Kerangka Teori ............................................................................ 75
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 : Informed Consent


Lampiran 2 : Jadwal Kunjungan
Lampiran 3 : Lembar Konsultasi
Lampiran 4 : Format/Pengkajian Antenatal Care
Lampiran 5 : Format/Pengkajian Intranatal Care
Lampiran 6 : Format Pengkajian Postnatal Care
Lampiran 7 : Format/Pengkajian Bayi Baru Lahir
Lampiran 8 : Jadwal Kegiatan LTA
KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA
POLITEKNIK KESEHATAN TANJUNGPINANG
PRODI D-III KEBIDANAN

Laporan Tugas Akhir, Juni 2017

Laporan Kasus Asuhan Kebidanan Komprehensif pada Ny.S usia 29 tahun


di BPM Bd.Ririk Puji Lestari Tanjungpinang Tahun 2017

Sandya Octaviani, Nurul Aini Suria Saputri, Vina Jayanti

xiv + 105 halaman + 6 tabel + 8 gambar + 8 lampiran

INTISARI

Asuhan kebidanan komprehensif adalah asuhan yang diberikan secara


menyeluruh dari mulai hamil, bersalin, nifas sampai pada bayi baru lahir. Jumlah
Angka Kematian Ibu (AKI) di Kota Tanjungpinang pada tahun 2015 sebesar 122
per 100.000 kelahiran hidup dan Angka Kematian Bayi (AKB) pada tahun 2016
sebesar 11 per 1000 kelahiran hidup.Walaupun AKI dan AKB di Kota
Tanjungpinang sudah menurun, tetap diperlukan asuhan kebidanan
komprehensif yang diberikan secara menyeluruh dari mulai kehamilan,
persalinan, nifas dan bayi baru lahir. Tujuan laporan tugas akhir ini adalah untuk
memberikan asuhan komprehensif Ny.S. usia 29 tahun di BPM Bd. Ririk Puji
Lestari, Amd.Keb Tanjungpinang tahun 2017.
Persiapan pelaksanaan pengkajian dilakukan di BPM Bd. Ririk Puji
Lestari, Amd.Keb Tanjungpinang pada bulan Februari s/d Mei tahun 2017.
Subjek pada laporan ini adalah Ny. S dan Bayi Ny. S. Pengumpulan data dari
hasil wawancara yang didapatkan dari anamesis, Hasil pengkajian pada
kehamilan, persalinan, nifas dan bayi baru lahir pada Ny. S berjalan normal.
Kesimpulan bahwa asuhan kebidanan komprehensif pada Ny. S telah
dilakukan sesuai standart pelayanan kebidanan dan berdasarkan teori yang ada
dengan praktik nyata. Saran yang diberikan kepada klien tetap menerapkan ASI
Ekslusif pada bayinya dan memilih menggunakan kontrasepsi jangka panjang
agar ibu bisa menjarakan kehamilannya dan memberikan kasih sayang serta
asuhan pada bayinya secara menyeluruh.

Kata Kunci : Asuhan Kebidanan Komprehensif

Daftar Pustaka : 23 Referensi ( 2008-2015 )

iii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Kesehatan ibu dan anak merupakan program utama yang mendapat perhatian
khusus dari pemerintah. Bila Angka Kematian Ibu (AKI) dan Angka Kematian Bayi
(AKB) masih tinggi, berarti pelayanan kesehatan ibu dan bayi belum baik, bila AKI dan
AKB rendah berarti pelayanan sudah baik ini merupakan salah satu gambaran
kesejahteraan negara (Kemenkes RI, 2012). Kematian ibu masih merupakan masalah
yang dihadapi berbagai negara didunia terutama dinegara berkembang. Menurut World
Health Organization(WHO), AKI diseluruh dunia diperkirakan 400 per 100.000 kelahiran
hidup. Indonesia termasuk negara penyumbang kematian ibu terbesar didunia
(Prabowo, 2010).
Berdasarkan Survey Demografi Kesehatan Indonesia (SDKI),AKI pada tahun
2014 yaitu sebesar 192 per 100.000 kelahiran hidup atau menjadi 45%. Pada tahun
2015, jumlah AKI di Indonesia yaitu mencapai 122 per 100.000 kelahiran hidup.
Penyebabnya utamanya emboli dan eklamsi. AKB pada tahun 2014 mencapai7per
1000 kelahiran hidup, pada tahun 2015 mengalami penurunanmencapai 6 per 1000
kelahiran,danpada tahun 2016 mengalami peningkatanmencapai 11 per 1000 kelahiran
hidup. Penyebab kematian bayi yang menjadi penyumbang terbesar dalam AKB
diindonesia diantaranya disebabkan asfiksia dan Berat Bayi Lahir Rendah
(BBLR).Tahun 2016 terjadi penurunan AKB, menurunnya AKB sudah memenuhi target
rencana pembangunan jangka panjang nasional (RPJPN) pada tahun 2025 sebesar 15
per 1000 kelahiran hidup ( SDKI,2014).
Di Indonesia penurunaan AKI masih dikatakan lambat. Berdasarkan data dari
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia,menunjukkan bahwa AKI diKepulauan Riau
pada tahun 2014 sebesar 137 per 1.000 kelahiran hidup. Penyebab terbesar yang
mendasari peningkatan AKI adalah kejadian perdarahan sebesar 24%. AKB ditahun
2014 yaitu menjadi 9 per 1.000 kelahiran hidup. Penyebab terbesar yang mendasari
peningkatan AKB di provinsi kepulauan riau ini adalah kejadian Berat Bayi Lahir Rendah
(BBLR) yaitu sebanyak 32% (Dinkes Provinsi Kepri, 2015).
Berdasarkan data dari Dinas Kesehatan Provinsi Kepri, AKIdi kota
Tanjungpinang pada tahun 2014 menembus angka 192per 100.000 kelahiran hidup.
Sedangkan AKB di kota Tanjungpinang pada tahun 2014 menembus angka 7 per 1.000
kelahiran hidup. Yang di antaranya di sebabkan oleh kejadian BBLR dan asfiksia
(Dinkes kota Tanjungpinang, 2015).
Tingginya AKI dan AKB masih menjadi suatu masalah yang global. Sehingga
pemerintah mengadakan suatu program pelayanan kesehatan yang salah satunya
adalah memberikan asuhan kehamilan gunamemantau kehamilan ibu serta dapat
memonitor dan mendukung kesehatan ibu hamil normal, dengan cara mengajurkan ibu
hamil melakukan kunjungan ANC minimal 4kali yaitu satu kali pada trimester I dan
trimester II dan dua kali pada trimester III. Deteksi dini pada kehamilan merupakan
peranan penting untuk mencegah komplikasi (Saifudin,2010).
Melihat masih tingginya AKI dan AKB di Indonesia, Kementerian Kesehatan
melakukan beberapa program untuk menurunkan AKI dan AKB antara lain melalui
penempatan bidan-bidan di desa-desa terpencil.Program Keluarga Berencana (KB),
pemberdayaan keluarga dan masyarakat dengan menggunakan buku kesehatan Ibu
dan Anak (KIA).Sebagai informasi pencatatan keluarga yang mampu meningkatkan
pengetahuan tentang kesehatan ibu, bayi, dan balita, serta Program Perencanaan dan
Pencegahan Komplikasi (P4K) dengan stiker yang terbukti mampu meningkatkan
cakupan pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan (Kemenkes RI, 2016).
Selain itu upaya lain yang dapat dilakukan untuk menurunkan tingginya AKI
dan AKB adalah dengan memberikan asuhan kebidanan secara komprehensif. Asuhan
komprehensif itu sendiri diberikan kepada seorang bidan pada kliennya dimulai dari
masa kehamilan, persalinan, nifas, dan bayi baru lahir. Asuhan kebidanan komprehensif
diberikan tidak hanya asuhan kebidanan secara fisik maupun juga secara psikologis
social, sekaligus juga pendekatan dengan klien. Asuhan kebidanan komprehensif
bertujuan untuk memberikan layanan atau bantuan untuk meningkatkan kesehatan ibu
hamil, bersalin, nifas dan bayi baru lahir, dalam rangka mewujudkan kesehatan
keluarga. Asuhan yang diberikan sesuai dengan kebutuhan klien dan tepat sasaran
untuk mencegah terjadinya komplikasi yang tidak diharapkan, kegiatan yang dilakukan
dalam pelayanan kebidanan dapat berupa upaya peningkatan, pencegahan,
penyembuhan dan pemulihan (Hani, 2011).
Asuhan kebidanan komprehensif merupakan fungsi dan kegiatan yang
menjadi tanggung jawab dalam memberikan pelayanan pada klien yang mempunyai
masalah dalam bidang kesehatan. Salah satu upaya dalam penurunan AKI dan AKB
adalah memberikan asuhan kebidanan kepada ibu hamil, pertolongan persalinan, nifas,
bayi baru lahir, bimbingan terhadap kelompok remaja masa pra-nikah, melakukan
pergerakan dan pembinaan peran serta masyarakat untuk mendukung kesehatan ibu
dan anak. Pentingnya asuhan kebidanan komprehesnsif ini yaitu agar mengetahui hal-
hal apa saja yang terjadi pada seorang wanita sejak hamil, bersalin, nifas sampai
dengan bayi yang dilahirkannya sehingga dapat menegakkan diagnosa secara tepat
antisipasi masalah yang mungkin terjadi, menentukan tindakan segera melakukan
perencanaan dan tindakan sesuai kebutuhan ibu, serta mampu melakukan evaluasi
terhadap tindakan yang telah dilakukan. (Sofyan, 2009)
Berdasarkan masalah diatas maka penulis tertarik melakukan asuhan
kebidanan Komprehensif pada Ny. S usia 29 tahun di BPM bd. Ririk puji
lestari,Amd.Keb Tahun 2017

B. Tujuan Penulisan
1. Tujuan Umum
Melaksanakan asuhan kebidanan komprehensif pada Ny.S Usia 29 tahun di BPM
Bd.Ririk puji lestari,Amd.Keb Tanjung Pinang Tahun 2017.
2. Tujuan Khusus
a. Melaksanakan asuhan kebidanan kehamilan pada Ny.S Usia 29 tahun di
BPM Bd.Ririk puji lestari,Amd.Keb Tanjungpinang Tahun 2017.
b. Melaksanakan asuhan kebidanan persalinan pada Ny.S Usia 29 tahun di
BPM Bd.Ririk puji lestari,Amd.Keb Tanjungpinang Tahun 2017.
c. Melaksanakan asuhan kebidanan nifas pada Ny.S Usia 29 tahun di BPM
Bd.Ririk puji lestari,Amd.KebTanjungpinang Tahun 2017.
d. Melaksanakan asuhan kebidanan bayi baru lahir pada bayi Ny.S Usia 29
tahun di BPM Bd.Ririk puji lestari,Amd.Keb Tanjungpinang Tahun 2017.

C. Manfaat Penulisan
Adapun manfaat yang diperoleh dari laporan kasus ini adalah :
1. Bagi Mahasiswa
Penulisdapat memahami, meningkatkan keterampilan dan menerapkan asuhan
kebidanan komprehensif melalui asuhan masa kehamilan, persalinan, nifas dan
BBL.
2. Bagi Institusi Pendidikan
Laporan kasus ini diharapkan dapat menjadi referensi atau bahan bacaan yang
berkaitan dengan asuhan kebidanan dalam masa kehamilan, persalinan,nifas, BBL.
3. Bagi Klien
Mendapatkan pelayanan asuhan kebidanan yang aman dan berkualitas secara
komprehensif sesuai dengan pelayanan kebidanan pada masa Kehamilan,
Persalinan, Nifas dan BBL dan juga dapat menambah pengetahuan klien tentang
standar kesehatan yang harus dijaga.
D. Sistematika Penulisan

Penulisan LTA ini berdasarkan sistematika penulisan sebagai berikut :

1. Bab I Pendahuluan
Merupakan bab pertama yang menguraikan tentang latar belakang, tujuan,
manfaat penulisan, sistematika penulian.
2. Bab II Tinjaun Kepustakaan
Pada ini menguraikan landasan teori dan kerangka teori.
3. Bab III persiapan Pelaksanaan Pengkajian
Pada bab ini menguraikan tentang tempat dan waktu, subjek, definisi oprasional,
dan teknik pengumpulan data.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Landasan Teori
1. Asuhan Kebidanan Komprehensif
a. Pengertian
Asuhan kebidanan merupakan metode pemberian asuhan yang berbeda
dengan model perawatan medis. Pada dasarnya prinsip-prinsip kebidanan
akan memberikan batasan-batasan yang jelas tentang asuhan kebidanan,
dimana asuhan itu sendiri terdiri dari kehamilan, persalinan, nifas serta bayi
baru lahir (Hani, dkk 2011).
Asuhan kebidanan komprehensif adalah kebidanan yang diberikan
secara menyeluruh dari mulai hamil, bersalin, nifas sampai pada bayi baru
lahir. Penerapan fungsi dan kegiatan yang menjadi tanggung jawab bidan
dalam memberikan pelayanan kepada klien yang mempunyai kebutuhan atau
masalah dalam bidang kesehatan ibu masa hamil, proses persalinan, masa
nifas, bayi baru lahir, keluarga berencana, reproduksi wanita dan pelayanan
kesehatan masyarakat (Sofyan, 2009).
b. Tujuan
Tujuan asuhan kebidanan komprehensif yaitu (Sofyan, 2009) :
1) Menjamin kepuasan dan keselamatan ibu dan bayinya sepanjang siklus
reproduksi.
2) Mewujudkan keluarga bahagia dan berkualitas melalui pemberdayaan
perempuan dan keluarganya dengan menunjukkan rasa percaya diri.

2. Asuhan Kebidanan Kehamilan


a. Pengertian
Antenatal care adalah pengawasan kehamilan untuk mengetahui
kesehatan umum ibu, menegakkan secara dini penyakit yang menyertai
kehamilan, menegakkan secara dini komplikasi kehamilan, dan menetapkan
resiko kehamilan (Manuaba, 2009).
Pelayanan antenatal merupakan pelayanan kesehatan oleh tenaga
kesehatan terlatih untuk ibu selama masa kehamilannya, dilaksanakan ssesuai
dengan standar pelayanan antenatal yang ditetapkan dalam Standar
Pelayanan Kebidanan.
Masa kehamilan dimulai dari konsepsi sampai lahirnya janin. Lama hamil
normal adalah 280 hari (40 minggu atau 9 bulan 7 hari) dihitung dari hari
pertama haid terakhir (Prawirohardjo, 2010).
Kehamilan adalah suatu keadaan dimana janin dikandung di dalam tubuh
wanita, yang sebelumnya diawali dengan proses pembuahan dan kemudian
akan diakhiri dengan proses persalinan. Kehamilan berlangsung selama 40
minggu, dengan perhitungan bahwa satu bulan sama dengan 28 hari.
Kehamilan dianggap lewat bulan bila lebih dari 42 minggu (Manuaba, 2007).
b. Tujuan Asuhan Kehamilan
Tujuan pelaksanaan pelayanan antenatal antara lain :
1) Memantau kemajuan kehamilan untuk memastikan kesehatan ibu dan
tumbuh kembang janin.
2) Meningkatkan dan mempertahankan kesehatan fisik, maternal dan sosial
ibu dan bayi.
3) Mengenal secara dini adanya komplikasi yang mungkin terjadi selama
hamil, termasuk riwayat penyakit secara umum, kebidanan dan
pembedahan.
4) Mempersiapkan persalinan cukup bulan, melahirkan dengan selamat ibu
maupun bayinya dengan trauma seminimal mungkin.
5) Mempersiapkan ibu agar masa nifas berjalan normal dan pemberian ASI
Eksklusif.
6) Mempersiapkan peran ibu dan keluarga dalam menerima kelahiran bayi
agar dapat tumbuh kembang secara normal.
7) Menurunkan angka kesakitan dan kematian ibu dan perinatal.
c. Standar Asuhan Kehamilan
Asuhan antenatal yang baik sangat penting untuk hasil kehamilan yang
baik karena sebagian besar dari kematian ibu bisa dihindarkan melalui asuhan
antenatal, intranatal, dan postnatal yang bermutu. Selama masa antenatal,
pemberian asuhan kesehatan akan memperoleh kesempatan untuk menyentuh
banyak hidup wanita dan barangkali bisa membantu mengubah tragedi
kehilangan nyawa para ibu (Hani dkk, 2011).
Standar minimal asuhan kebidanan meliputi 10 T yaitu (PWS KIA, 2010) :
1) Timbang Berat Badan dan Tinggi Badan
Secara perlahan berat badan ibu hamil akan mengalami kenaikan
antara 9-13 kg selama kehamilan atau sama dengan 0,5 kg per minggu
atau 2 kg dalam satu bulan. Penambahan berat badan paling banyak
terjadi pada trimester kedua kehamilan. Tanda bahaya pada berat badan
apabila :
a) Tubuh ibu sangat kurus atau tidak bertambah lebih dari 19 kg (paling
sedikit 9 kg) selama kehamilan.
b) Tubuh ibu sangat gemuk atau bertambah lebih dari 19 kg selama
kehamilan.
c) Berat badan ibu naik secara tiba-tiba lebih dari 0,5 kg dalam satu
minggu atau lebih dari 2 kg dalam satu bulan.
Penambahan berat badan ibu selama kehamilan sebagian besar
terdiri atas penambahan berat badan bayi, plasenta, serta air ketuban
dan sebagiannya lagi berasal dari penambahan berat badan ibu (Hani,
2011). Tinggi badan diperiksa pada saat ibu hamil datang pertama kali
kunjungan, dilakukan untuk mendeteksi tinggi badan ibu yang berguna
untuk mengkategorikan adanya resiko apabila hasil pengukuran < 145
cm. Berat badan diukur setiap ibu datang atau berkunjung untuk
mengetahui berat badan ibu normal rata-rata antara 6,5 kg sampai 16 kg
(Wikjosastro dalam kutipan Saryono, 2010).
2) Ukur Tekanan Darah
Tekanan darah normal antara 90/60 mmHg hingga 140/90 mmHg
dan tidak banyak meningkat selama kehamilan. Tekanan darah adalah
ukuran kencangnya darah menekan bagian dalam pembuluh darah (vena
dan arteri).
Tekanan darah tinggi dapat menyebabkan banyak masalah dalam
kehamilan, aliran darah dari plasenta ke bayi juga mengalami gangguan
sehingga penyaluran oksigen serta makanan terhambat, yang
menyebabkan gangguan pertumbuhan (IUGR) dan sebagainya (Hani
dkk, 2011).
3) Tentukan Status Gizi (ukur lingkar lengan atas)
Untuk mengetahui status gizi ibu hamil, haruslah dilakukan beberapa
pengukuran. Bidan pada saat melakukan pemeriksaan kehamilan akan
melakukan pengukuran Lingkar Lengan Atas (LILA). Pengukuran LILA
dilakukan pada wanita usia subur (15-45) dan ibu hamil untuk
memprediksi adanya kekurangan energi dan protein yang bersifat kronis
atau sudah terjadi sejak lama.
Pengukuran LILA dilakukan dengan melingkarkan pita LILA
sepanjang 33 cm. Saat dilakukan pengukuran ibu hamil dalam posisi
berdiri atau duduk dan dilakukan pada titik tengah antara pangkal bahu
dan ujung siku lengan kiri, jika ibu hamil tersebut tidak kidal. Jika ibu
tersebut kidal, pengukuran dilakukan pada lengan kanan. Hal ini
dilakukan untuk memperkecil bias yang terjadi, karena adanya
pembesaran otot akibat aktivitas, bukan karena penimbunan lemak.
Dengan LILA dapat digunakan untuk mendeteksi dini dan menapis
resiko bayi dengan berat badan lahir rendah (BBLR). Setelah melalui
penelitian khusus diperoleh standar pengukuran LILA untuk perempuan
indonesia, yaitu :
a) Jika LILA kurang dari 23,5 cm, berarti status gizi ibu hamil tersebut
kurang. Misalnya kemungkinan mengalami KEK (Kekurangan Energi
Kronik) dan beresiko lebih tinggi melahirkan bayi BBLR.
b) Jika LILA lebih dari 23, 5 cm, berarti status gizi ibu hamil tersebut
baik dan resiko melahirkan bayi BBLR rendah.
4) Ukur Tinggi Fundus Uteri
Uterus semakin lama semakin membesar seiring dengan
penambahan usia kehamilan, pemeriksaan tinggi fundus uteri dilakukan
dengan membandingkan HPHT (hari pertama haid terakhir), dan diukur
dengan menggunakan palpasi (metode jari) atau meteran terhadap TFU.
Uterus bertambah kira-kira 2 jari perbulan, tanda bahaya pada
pengukuran tinggi fundus uteri, yaitu :
a) Bagian atas uterus tidak sesuai dengan batas tegas tanggal
kehamilannya dari HPHT.
b) Pembesaran uterus lebih atau kurang dari pembesaran uterus
normal per bulannya (Hani dkk, 2011).
5) Tentukan Presentasi Janin dan Denyut Jantung Janin (DJJ)
Tujuan pemantauan denyut jantung janin (DJJ) adalah untuk
mendeteksi sedari dini ada atau tidaknya faktor-faktor resiko kematian
prenatal tersebut (hipoksia/asfiksia, gangguan pertumbuhan, cacat
bawaan, dan insfeksi). Pemeriksaan denyut jantung janin adalah salah
satu cara untuk memantau janin.
Pemeriksaan denyut jantung janin harus dilakukan pada ibu hamil.
Denyut jantung janin baru dapat didengar pada usia kehamilan 16
munggu / 4 bulan. Gambaran denyut jantung janin (DJJ) ( Astuti, 2010) :
a) Takikardi berat detak jantung diatas 160-180 x/menit.
b) Takikardi ringan antara 160-180 x/menit.
c) Normal antara 120-160 x/menit.
d) Brakikardi ringan antara 100-119 x/menit.
e) Brakikardi sedang antara 80-100 x/menit.
f) Bradikardi berat kurang dari 80 x/menit

6) Imunisasi TT
Imunisasi TT perlu diberikan pada ibu hamil guna memberikan
kekebalan pada janin terhadap infeksi tetanus (tetanus neonaturum)
pada saat persalinan maupun postnatal.
Sebelum memberikan imunisasi TT pada ibu, harus terlebih dahulu
dilakukan skrining tentang status imunisasi tetanus dengan menanyakan
riwayat imunisasi sebelumnya. Apakah ibu tersebut sudah menerima
DPT lengkap 3 dosis pada waktu bayi, imunisasi pada usia sekolah, dan
imunisasi waktu calon pengantin (Sulistyawati, 2014)
Jika seorang ibu belum pernah mendapatkan imunisasi TT selama
hidupnya, maka ibu tersebut minimal mendapatkan paling sedikit dua kali
injeksi selama kehamilan (pertama saat kunjungan antenatal pertama
dan kedua, empat minggu setelah kunjungan pertama). Dosis terakhir
sebaiknya diberikan sebelum dua minggu persalinan untuk mendapatkan
efektivitas dari obat
Tabel 1
Pemberian Imunisasi TT
Jenis
Interval Lama Persentase
Suntikan suntikan
waktu perlindungan perlindungan
TT
Belum
pernah
T0 - - -
mendapat
kan TT
TT1 TT1 - - 80

4 Minggu
TT2 TT2 3 Tahun 95
dari TT1
6 Bulan
TT3 TT3 5 Bulan 99
dari TT2
Minimal
TT4 TT4 1 Tahun 10 Tahun 99
dari TT3
3 Tahun
TT5 TT5 Seumur hidup
dari TT4
S
umber : Sulistyawati,2014

7) Pemberian Tablet Besi


Selama kehamilan seorang ibu hamil harus mendapatkan 90 tablet
tambah darah (Fe), karena sulit untuk mendapatkan zat besi dengan
jumlah yang cukup dari makanan. Untuk mencegah anemia seorang
wanita sebaiknya mengkonsumsi sedikitnya 60 mg zat besi (mengandung
FeSO4 320 mg) dan i mg asam folat setiap hari. Ingatkan bahwa zat besi
menyebabkan mual, konstipasi, serta perubahan warna pada feses.
Maka saran yang dianjurkan adalah minum tablet zat besi pada malam
hari untuk menghindari perasaan mual.
Tablet besi sebaiknya diberikan pada saat diketahui ibu tersebut
hamil sampai satu bulan setelah persalinan. Zat besi penting untuk
mengompensasi peningkatan volume darah yang terjadi selama
kehamilan untuk memastikan pertumbuhan serta perkembangan janin
yang adekuat.
8) Pemberian Tablet Besi
Tes laboratorium dilakukan dengan menggunakan sampel darah
untuk mengetahui kadar Hb dalam darah, tujuannya untuk mendeteksi
anemia. Menurut manuaba, pemeriksaan Hb minimal 2 kali selama
kehamilan yaitu pada TM dan TM II. Bila kadar Hb > 7 gr% maka gejala
dan tanda anemia akan jelas. Nilai ambang batas yang digunakan untuk
menentukan status anemia ibu hamil ada 3 kategori yaitu :
1) Normal > 11 gr%
2) Ringan 8-11 gr%
3) Berat < 8 gr%
Tesurine untuk mengetahui kadar protein urine untuk mengetahui
komplikasi adanya preeklamsi pada ibu hamil yang sering menyebabkan
kesakitan dan kematian ibu dan bayi (Rukiyah, 2009). Standar kadar
kekeruhan protein urine adalah :
1) Negatif : Urine Jernih
2) Positif 1 (+) : ada kekeruhan
3) Positif 2 (++) : kekeruhan, mudah dilihat dan ada
endapan
4) Positif 3 (+++) : urine lebih keruh dan endapan yang
lebih jelas
5) Positif 4 (++++) : urine sangat keruh dan disertai
endapan yang mengumpal
(Rukiyah,2009)
Tes Glukosa urine yang rutin dilakukan untuk mengetahui ada
peningkatan kadar glukosa dalam tubuh. Pemeriksaan ini penting
dilakukan untuk menegakkan diagnosa atau mendeteksi faktor resiko ibu
hamil seperti kemungkinan pasien mengalami diabetes dalam kehamilan.
Prinsip standart pemeriksaan glukosa urine, yaitu :
1) Negatif (-) : tetap biru jernih dan sedikit kehijauan
dan sedikit agak keruh
2) Positif (+) : warna berubah jadi hijau kekuningan
dan agak keruh
3) Positif 2 (++) : kuning keruh
4) Positif 3 (+++) : jingga keruh
Positif 4 (++++) : merah keruh (Baety, 2012).
9) Tatalaksana kasus
Berdasarkan hasil pemeriksaan antenatal di atas dan hasil pemeriksaan
laboratorium, setiap kelainan yang di temukan pada ibu hamil harus
ditangani sesuai dengan standar dan wewenang tenaga kesehatan.
Kasus-kasus yang didak dapat ditangani, dirujuk sesuai dengan sistem
rujukan (Kemenkes RI, 20110).
10) Temu wicara
Temu wicara mengenai persiapan tentang segala sesuatu yang
kemungkinan terjadi selama kehamilan penting dilakukan. Termasuk
Perencanaan Persalinan dan Pencegahan Komplikasi (P4K) serta KB
pasca persalinan. Serta penanganan terjadi komplikasi dalam kehamilan,
ibu dapat segera mendapat pertolongan secara tepat, karena kematian
ibu sering terjadi karena 3T, yaitu :
a) Terlambat mengenali bahaya
b) Terlambat untuk dirujuk
c) Terlambat mendapatkan pertolongan yang memadai
(Hani, 2011)
d. Kunjungan Ideal Kehamilan
Untuk menerima manfaat yang maksimum dari kunjungan-kunjungan
antenatal ini, maka sebaiknya ibu tersebut memperoleleh sedikitnya 4 kali
kunjungan selama kehamilan, yang terdistribusi dalam 3 trimester sebagai
berikut :
1) Satu kali pada trimester I
2) Satu kali pada trimester II
3) Dua kali pada trimester III
(Saifuddin, 2010)
e. Standar pelayanan kehamilan
Terdapat enam standar dalam standar pelayanan antenatal dari 24
standar pelayanan kebidanan seperti berikut : (Indrayani, 2011).
1) Standar 3 : Identitas Ibu Hamil
Bidan melakukan kunjungan rumah dan berinteraksi dengan masyarakat
secara berkala untuk memberikan penyuluhan dan memotivasi ibu, suami
dan anggota keluarganya agar mendorong ibu untuk memeriksakan
kehamilannya sejak dini secara teratur.
2) Standar 4 : Pemeriksaan dan Pemantauan Antenatal
Bidan memberikan sedikitnya 4 kali pelayanan antenatal. Pemeriksaan
meliputi anamnesis dan pemantauan ibu dan janin dengan seksama untuk
menilai apakah perkembangan berlangsung normal. Bidan juga harus
mengenal kehamilan resti/kelainan, khususnya anemia, kurang gizi,
hipertensi, PMS/infeksi HIV, memberikan pelayanan imunisasi, nasehat, dan
penyuluhan kesehatan serta tugas terkait lainnya yang diberikan oleh
puskesmas. Mereka harus mencatat data yang tepat pada setiap kunjungan.
Bila ditemukan kelainan, mereka harus mampu mengambil tindakan yang
diperlukan dan merujuknya untuk tindakan selanjutnya.
3) Standar 5 : Palpasi Abdominal
Bidan melakukan pemeriksaan abdominal secara seksama dan
melakukan palpasi untuk memperkirakan usia kehamilan, serta bila umur
kehamilan bertambah, memeriksa posisi, bagian terendah janin dan
masuknya kepala janin ke dalam rongga panggul, untuk mencari kelainan
serta melakukan rujukan tepat waktu.
4) Standar 6 : Pengelolaan Anemia pada Kehamilan
Bidan melakukan tindakan pencegahan, penemuan, penanganan dan /
atau rujukan semua kasus anemia pada kehamilan sesuai dengan
ketentuan yang berlaku.
5) Standar 7 : Pengelolaan Dini Hipertensi pada Kehamilan
Bidan menemukan secara dini setiap kenaikan tekanan darah pada
kehamilan dan mengenali tanda serta gejala preeklamsia lainnya, serta
mengambil keputusan tindakan yang tepat dan merujuknya.
6) Standar 8 : Persiapan Persalinan
Bidan memberikan saran yang tepat kepada ibu hamil, suami serta
keluarganya pada trimester ketiga, untuk memastikan bahwa persiapan
persalinan yang bersih dan aman serta suasana yang menyenangkan
direncanakan dengan baik, disamping persiapan transfortasi dan biaya
untuk merujuk, bila tiba-tiba terjadi keadaan gawat daruratan. Bidan
hendaknya melakukan kunjungan rumah untuk hal ini.
f. Pemeriksaan pada Kehamilan
1) Menentukan usia kehamilan
Menghitung usia kehamilan dapat dilakukan dengan beberapa cara,
yaitu dengan menghitung hari berdasarkan HPHT, dengan mengukur tinggi
fundus uteri, dengan mengetahui pergerakan pertama janin, serta dengan
USG (Hani dkk, 2011).

a) Rumus Naegele
HPHT adalah Hari Pertama Haid Terakhir seorang wanita sebelum
hamil. Cara menentukan HPHT adalah dengan melakukan anamnesis
pada ibu secara tepat karena apabila terjadi kesalahan maka
penentuan usia kehamilan juga menjadi tidak tepat. Haid terakhir
tersebut harus normal, baik dari lamanya maupun dari banyaknya.
HPHT yang tepat adalah tanggal dimana ibu baru mengeluarkan darah
menstruasi dengan frekuensi dan lama seperti menstruasi yang seperti
biasa.
TP adalah tanggal Taksiran Persalinan ibu. bisa ditentukan setelah
HPHT didapatkan. Berikut rumus yang digunakan :
TP = Tanggal HPHT ditambah 7
Bulan HPHT dikurangi 3
Tahun HPHT ditambah 1 (Jika bulan lebih dari 4-12)
TP = Tanggal HPHT ditambah 7
Bulan HPHT ditambah 9
Tahun tetap (Jika bulan 1-3)
(Hani dkk, 2011)
b) Gerakan pertama fetus
Diperkirakan terjadinya gerakan pertama fetus pada usia kehamilan
16 minggu terdapat perbedaan. Pada primigravida biasanya dirasakan
pada usia 18 minggu, sedangkan pada multigravida sekitar 16 minggu
(Hani dkk, 2011).
c) Perkiraan tinggi fundus uteri
Perkiraan dengan TFU ini menggunakan perkiraan yang harus
diketahui oleh bidan. Perkiraan dengan TFU akan lebih tepat pada
kehamilan pertama, tetapi kurang tepat pada kehamilan berikutnya
(Hani dkk, 2011).

Tabel 2.
Perkiraan TFU Terhadap Umur Kehamilan
Tinggi fundus uteri Umur Kehamilan
1/3 di atas simpisis atau 3 jari diatas simpisis 12 minggu
1/2 simpisis – pusat 16 minggu
2/3 diatas simpisis atau 3 jari dibawah pusat 20 minggu
Setinggi pusat 24 minggu
1/3 diatas pusat atau 3 jari di atas pusat 28 minggu
1/2 pusat – procesus xipoideus 32 minggu
Setinggi procesus xipoideus 36 minggu
Dua jari (4 cm) dibawah procesus xipoideus 40 minggu
Sumber : Hani dkk, 2011

2) Pemeriksaan Palpasi Abdomen


Pemeriksaan palpasi yang biasa digunakan untuk menetapkan
kedudukan janin dalam rahim dan usia kehamilan terdiri dari pemeriksaan
menurut leopold/TFU ini. Empat posisi yang sering digunakan untuk
mengukur TFU adalah telentang, badan diangkat, lutut fleksi, serta lutut dan
badan fleksi. Semua pengukuran dilakukan digaris tengah abdomen
menggunakan pita pengukur (Hani dkk, 2011).
a) Pemeriksaan Leopold
(1) Leopold I
Bertujuan untuk mengetahui umur kehamilan dan bagian yang
berada pada bagian fundus.
Gambar 1.
Leopold I
Sumber : Hani dkk, 2011
Teknik yang dilakukan untuk pemeriksaan leopold I adalah
sebagai berikut :
(a) Memposisikan ibu dengan lutut fleksi (kaki ditekuk 450 atau
tekuk bagian dalam diganjal bantal) dan pemeriksa menghadap
kearah ibu.
(b) Menengahkan uterus dengan menggunakan kedua tangan dari
arah samping umbilikal.
(c) Kedua tangan meraba fundus kemudian menentukan TFU
(d) Meraba bagian fundus dengan menggunakan ujung kedua
tangan, tentukan bagian janin
(2) Leopold II
Tujuannya adalah untuk mengetahui letak janin memanjang atau
melintang, dan bagian janin yang teraba disebelah kiri dan kanan.

Gambar 2.
Leopold II
Sumber : Hani dkk, 2011
Teknik yang dilakukan untuk pemeriksaan leopold II adalah
sebagai berikut :
(a) Posisi ibu masih dengan lutut fleksi (kaki ditekuk) dan
pemeriksa menghadap ibu
(b) Meletakkan telapak tangan kiri kepada dinding perut lateral
kanan dan telapak kanan pada dinding perut lateral kiri ibu
secara sejajar dan pada ketinggian yang sama
(c) Mulai dari bagian atas tekan secara bergantian atau
bersamaan (simultan) telapak tangan kiri dan kanan kemudian
geser kearah bawah dan rasakan adanya bagian yang rata dan
memanjang (punggung) atau bagian-bagian kecil (ekstermitas)
(3) Leopold III
Bertujuan untuk menentukan bagian janin yang berada di bawah
(presentasi)

Gambar 3.
Leopold III
Sumber : Hani dkk, 2011
Teknik yang dilakukan untuk pemeriksaan leopold III adalah
sebagai berikut :
(a) Posisi ibu masih dengan lutut fleksi (kaki ditekuk) dan
pemeriksa menghadap ibu
(b) Meletakkan ujung telapak tangan kiri pada dinding lateral kiri
bawah, telapak tangan kanan bawah perut ibu
(c) Menekan secara lembut dan bersamaan/bergantian untuk
menentukan bagian terbawah bayi
(d) Gunakan tangan kanan dengan ibu jari dan keempat jari
lainnya kemudian goyang bagian terbawah janin
(4) Leopold IV
Bertujuan untuk menentukan apakah bagian bawah janin sudah
masuk panggul atau belum.

Gambar 4.
Leopold IV
Sumber : Hani dkk, 2011
Teknik yang dilakukan untuk pemeriksaan leopold IV adalah
sebagai berikut :
(a) Pemeriksa menghadap ke arah kaki ibu, dengan posisi kaki ibu
lurus
(b) Meletakkan ujung telapak tangan kiri dan kanan pada lateral
kiri dan kanan uterus bawah, ujung-ujung jari tangan kiri dan
kanan berada pada tepi atas simfisis.
(c) Menemukan kedus ibu jari kiri dan kanan kemudian rapatkan
semua jari-jari tangan yang meraba dinding bawah uterus
(d) Perhatikan sudut yang berbentuk oleh jari-jari, bertemu
(konvergen) atau tidak bertemu (divergen)
(e) Setelah itu memindahkan jari dan telunjuk jari kiri pada bagian
terbawah bayi (bila presentasi kepala upayakan memegang
bagian kepala di dekat leher dan bila presentasi bokong
upayakan untuk memegang pingggang bayi
(f) Memfiksasi bagian tersebut ke arah pintu atas panggul
kemudian meletakkan jari-jari tangan kanan diantara tangan kiri
dan simfisis untuk menilai seberapa jauh bagian terbawah telah
memasuki pintu atas panggul
Hasil dari pemeriksaan leopold IV adalah sebagai berikut :
(a) Apabila kedua jari-jari tangan kanan pemeriksa bertemu
(konvergen) berarti bagian terndah janin belum memasuki pintu
atas panggul, sedangkan apabila kedua tangan pemeriksa
membentuk jarak atau tidak bertemu (divergen) maka bagian
terendah janin sudah memasuki Pintu Atas Panggul (PAP)
Penurunan kepala dinilai dengan 5/5 (seluruh bagian jari masih
meraba kepala satu jari dari lima jari, bagian kepala yang sudah
masuk empat bagian), dan seterusnya sampai 0/5 (seluruh kepala
sudah masuk PAP (Rukiyah, 2009).

Tabel 3
Kemungkinan Hasil Palpasi Leopold IV
Periksa Luar
Keterangan
Periksa Dalam
kepala diatas PAP, mudah
= 5/5 digerakkan
= 4/5 Sulit digerakkan, bagian terbesar
H I-II kepala belum masuk panggul.
=3/5 Bagian terbesar kepala belum masuk
H II-III panggul
=2/5 Bagian terbesar kepala sudah masuk
H III panggul
=1/5
Kepala didasar panggul
H III-IV
=0/5 Diperinium
H IV
Sumber : Hani,dkk 2010

3) Menentukan Taksiran Berat Janin (TBJ)


Cara mengukur tinggi fundus uteri dengan centimeter ini juga dapat
membantu menentukan perkiraan berat janin dengan rumus dari Johnson
Tausak. Taksiran ini hanya berlaku untuk janin presentasi kepala.
Rumusnya sebagai berikut : (Tinggi Fundus Uteri dalam CM – n ) x 155 =
berat (gram). Bila kepala belum masuk PAP n=13, bila kepala sudah masuk
sebagian maka n=12, bila kepala sudah masuk keseluruhan n=11.
4) Auskultasi
Pemeriksaan menurut kneble, pemeriksaan ini dapat membentu
pemeriksaan Leopold III. Setelah punggung janin dapat ditetapkan, diikuti
dengan pemeriksaan denyut jantung janin menggunakan stetoskop monoral.

g. Perubahan Anatomi dan Fisiologis selama Kehamilan TM III


1) Sistem Reproduksi
a) Ovarium
Ovulasi berhenti namun masih terdapat corpus luteum
gravidarum sampai terbentuknya plasenta yang akan mengambil alih
pengeluaran estrogen dan progesteron selama 16 minggu sampai
plasenta terbentuk sempurna (Hani dkk, 2011).
b) Vagina dan vulva
Adanya hormon esterogen yang terjadi hypervaskularisasi pada
vulva dan vagina sehingga pada bagian tersebut lebih merah dan
kebiruan, kondisi ini disebut dengan tanda chadwick (Hani dkk, 2011).
c) Uterus
Uterus yang semula sebesar jempol dan beratnya 30 gram akan
mengalami hypertrofi dan hyperplasi sehingga beratnya menjadi 1.000
gram saat akhir kehamilan (Manuaba, 2010)
1) Sistem Kardivaskuler
Selama kehamilan, jumlah darah yang dipompa oleh jantung setiap
menitnya atau biasa disebut sebagai curah jantung (cardiac output)
meningkat sampai 30-50%. Hal ini terjadi karena diafragma terdorong ke
atas, jantung terangkat ke atas dan berotasi kedepan. Peningkatan ini mulai
terjadi pada usia kehamilan 6 minggu dan mencapai puncaknya pada usia
kehamilan 16-28 minggu. Oleh karena curah jantung yang meningkat, maka
denyut jantung pada saat istirahat juga meningkat dalam keadaan normal
70 kali/menit menjadi 80-90 kali/menit (Hani dkk, 2010)
Terjadinya perubahan pada kardiovaskuler selama masa kehamilan
menyebabkan terjadinya palpitasi jantung, untuk mengatasi hal ini anjurkan
ibu untuk tidak melakukan aktivitas yang terlalu membuat ibu lelah, serta
memperbanyak istirahat dan menghindari dari stres.
Selama masa kehamilan terjadi percepatan produksi sel darah merah.
Presentasi kenaikan bergantung kepada zat besi yang tersedia. Jika pada
saat kehamilan aterm ibu mengkonsumsi suplemen besi, maka peningkatan
massa sel darah merah sebesar 30-33%, namun apabila tidak
mengkonsumsi suplemen besi, sel darah merah hanya meningkat 17%
pada beberapa wanita.
2) Sistem Urinaria
Selama kehamilan, ginjal bekerja lebih berat. Ginjal menyaring darah
yang volumenya meningkat sampai 30-50%, yang puncaknya pada usia
kehamilan 16-24 minggu sampai sesaat sebelum persalinan (pada saat ini
aliran darah ke ginjal berkurang akibat penekanan rahim yang membesar).
Dalam keadaan normal, aktivitas ginjal ketika berbaring dan menurun
ketika berdiri. Keadaan ini semakin menguat pada saat kehamilan, karena
itu wanita hamil sering merasa ingin berkemih ketika mencoba untuk
berbaring/tidur (Hani dkk, 2010).
Pada saat kehamilan kandung kemih tertekan oleh akibat dari
pembesaran dari uterus yang akan membuat ibu akan lebih sering buang air
kecil. Untuk mengatasi hal tersebut ibu dianjurkan untuk melakukan
beberapa hal yaitu :
a) Kosongkan kandung kemih ketika ada dorongan
b) Memperbanyak minum paada siang hari
c) Hindari minum kopi atau teh sebagai diuresis
d) Berbaring miring kiri untuk meningkatkan diuresis
(Hani dkk, 2010)
3) Sistem Gastrointestinal
Rahim yang semakin membesar akan menekan rektum dan usus
bagian bawah, sehingga terjadi sembelit atau konstipasi. Sembelit semakin
berat karena gerakan otot di dalam usus diperlambat oleh tingginya kadar
progesteron.
Untuk mengatasi konstipasi tersebut anjurkan ibu untuk melakukan hal
sebagai berikut :
a) Tingkatkan intake cairan dan konsumsi serat seperti sayuran, buah dan
minum air hangat.
b) Istirahat cukup
c) Buang air besar secara teratur dan segera setelah ada dorongan.
4) Sistem Metabolisme
Janin membutuhksn 30-40 gram kalsium untuk pembentukkan
tulangnya dan ini terjadi ketika trimester terakhir. Oleh karena itu,
peningkatan asupan kalsium sangat diperlukan untuk menunjang
kebutuhan. Peningkatan kebutuhan kalsium mencapai 70% dari diet
biasanya. Penting bagi ibu hamil untuk selalu sarapan karena kadar glukosa
darah ibu sangat berperan dalam perkembangan janin, dan berpuasa saat
kehamilan akan memproduksi lebih banyak ketosis yang dikenal dengan
“cepat merasakan lapar” yang memungkinkan berbahaya pada janin
(Obstetri fisiologi, 2010).
Mengatasi rasa “cepat merasakan lapar” ibu dapat dilakukan dengan
cara mengkonsumsi makan dengan porsi sering namun frekuensi yang
sering, agar kerja metabolisme tubuh ibu tetap normal dan tidak terganggu
(Hani dkk, 2010).
5) Kulit
Pembesaran rahim menimbulkan peregangan dan menyebabkan
robeknya serabut elastis di bawah kulit, sehingga menimbulkan striae
gravidarum/striae lividae. Bila terjadi peregangan yang hebat, misalnya
pada hidraamnion dan gemeli, dapat terjadi diastasis rekti bahkan hernia.
Kulit perut pada linea alba bertambah pigmentasinya dan disebut linea
nigra. Adanya vasodilatasi kulit menyebabkan ibu mudah berkeringat (Hani
dkk, 2011).
Perubahan pada kulit dapat menimbulkan beberapa keluhan yang
dirasakan ibu yaitu :
a) Linea alba dan striae gravidarum, cara mengatasinya dengan
menggunakan emollien luar atau antiprurutik menurut indikasinya dan
menggunakan pakaian yang menopang payudara dan abdomen.
b) Keringat yang berlebihan, cara mengatasinya dengan memakai pakaian
yang longgar, memperbanyak minum dan mandi secara teratur.
6) Sistem Pernafasan
Ruang abdomen yang membesar oleh karena meningkatnya ruang
rahim dan pembentukkan hormon progesteron menyebabkan paru-paru
berfungsi sedikit berbeda dari biasanya (Sulistyawati, 2011)
Wanita hamil bernafas lebih cepat dan lebih dalam karena
memerlukan lebih banyak oksigen untuk janin dan untuk dirinya. Lingkar
dada wanita hamil agak membesar. Lapisan saluran pernafasan menerima
lebih banyak darah dan menjadi agak tersumbat oleh penumpukan darah
(kongesti).
Akibat dari perubahan sistem pernaffasan selama masa kehamilan ibu
akan merasakan sesak nafas, untuk mengatasi sesak nafas tersebut
anjurkan ibu untuk melakukan hal sebagai berikut :
a) Mendorong postur tubuh yang baik untuk pernafasan interkostal.
b) Posisi berbarin semiflower
c) Istirahat teratur
d) Latihan pernafasan dan senam hamil
7) Indeks Massa Tubuh dan Berat Badan
Pertambahan berat badan ibu hamil mengambarkan status gizi selama
hamil, oleh karena itu perlu dipantau setiap bulan. Jika terjadi keterlambatan
dalam penambahan berat badan ibu, ini dapat mengindikasikan adanya
malnutrisi sehingga dapat menyebabkan gangguan pertumbuhan janin intra-
uteri (intra-uterin Growth Retardation – IUGR). Disarankan pada ibu
primigravida untuk tidak menaikkan berat badannya lebih dari 1 kg/bulan
(Sulistyawati, 2011).
h. Perubahan Psikologis selama Kehamilan Trimester III
Trimester tiga biasanya disebut periode menunggu dan waspada sebab
pada saat itu ibu tidak sabar menunggu kehadiran bayinya. Gerakan bayi dan
membesarnya perut merupakan dua hal yang mengingatkan ibu akan bayinya.
Kadang-kadang ibu merasakan khawatir bahwa bayinya akan lahir sewaktu-
waktu. Ini menyebabkan ibu semakin meningkatkan kewaspadaan akan
timbulnya tanda dan gejala terjadinya persalinan pada ibu. sering kali ibu
merasa khawatir atau takut jika bayi akan dilahirkannya tidak normal.
Kebanyakan ibu juga akan bersikap melindungi bayinya dan akan menghindari
orang atau benda apa saja yang dianggap membahayakan bayinya. Seorang
ibu mungkin mulai merasa takut akan rasa sakit dan bahaya fisik yang akan
timbul pada waktu persalinan.
Rasa tidak nyaman akibat kehamilan timbul kembali dan banyak ibu yang
merasa dirinya aneh dan jelek. Selain itu, ibu juga merasa sedih karena akan
berpisah dengan bayinya dan kehilangan perhatian khusus yang diterima
selama hamil. Pada trimester ini, ibu memerlukan ketenangan dan dukungan
dari suami, keluarga, dan bidan. Trimester ini juga saat persiapan aktif untuk
kelahiran bayi dan menjadi orang tua. Keluarga mulai menduga-duga apakah
bayi mereka laki-laki atau perempuan dan akan mirip siapa. Dan bahkan sudah
memilih nama untuk bayi mereka.
i. Konsep Pemeriksaan Antenatal
Menurut kemenkes tahun (2010), pemeriksaan antenatal dilakukan
dengan standar pelayanan yaitu :
1) Anamnesa
Anamnesa meliputi identitas ibu hamil, riwayat kontrasepsi atau KB, riwayat
kehamilan sebelumnya dan riwayat kehamilan sekarang.
2) Pemeriksaan umum
Pemeriksaan umum meliputi pemeriksaan fisik dan pemeriksaan
khusus.
3) Pemberian obat-obatan Tetanus Toxoid (TT) dan Tablet Besi (FE)
4) Penyuluhan tentang gizi, kebersihan, olah raga, dan perilaku sehari-hari
serta perawatan payudara dan air susu ibu. penyuluhan tentang tanda-
tanda resiko, pentingnya melakukan pemeriksaan kehamilan dan
pemberian imunisasi lanjutan dan juga penyuluhan tentang pentingnya
persalinan ditolong oleh nakes yang terlatih, KB setelah melahirkan serta
pentingnya melakukan pemeriksaan kehamilan ulang.
j. Kunjungan Ibu Hamil
Menurut Kemenkes (2010), kunjungan ibu hamil adalah kontak antara ibu
hamil dengan petugas kesehatan yang memberikan pelayanan antenatal
standar untuk mendapatkan pemeriksaan kehamilan. Istilah kunjungan disini
dapat diartikan ibu hamil yang datang ke fasilitas pelayanan kesehatan atau
sebaliknya petugas kesehatan yang mengunjungi ibu hamil di rumahnya atau
posyandu. Kunjungan ibu hamil dilakukan secara berkala yang dibagi menjadi
beberapa tahap, seperti :
1) Kunjungan ibu hamil yang pertama (K1)
Kunjungan K1 adalah kontak ibu hamil yang pertama kali dengan
petugas kesehatan untuk mendapatkan pemeriksaan kehamilan dan
pelayanan kesehatan trimester 1, dimana usia kehamilan 1-12 minggu.
2) Kunjungan ibu hamil yang keempat (K4)
Kunjungan K4 adalah kontak ibu hamil yang keempat atau lebih
dengan petugas kesehatan untuk dapat melakukan pemeriksaan
kehamilan yaitu pada trimester 3 pada usia kehamilan >24 minggu.

k. Tanda Bahaya Kehamilan Trimester III


1) Perdarahan pervaginam
a) Plasenta Previa
Keadaan dimana plasenta berimplantasi pada tempat abnormal
yaitu pada segmen-segmen bawah rahim sehingga menutupi
sebagian atau seluruh jalan lahir.
b) Solusio Plasenta
Suatu keadaan dimana plasenta yang letaknya normal terlpas
sebagian atau seluruhnya sebelum jalan lahir, biasanya ditung sejak
usia kehamilan lebih dari 28 minggu (Sulistyawati, 2012)
2) Sakit kepala yang hebat
a) Sakit kepala bisa terjadi selama kehamilan, dan sering kali merupakan
ketidaknyamanan yang normal dengan kehamilan.
b) Sakit kepala yang menunjukkan masalah serius adalah sakit kepala
yang hebat, yang menetap, dan tidak hilang setelah istirahat.
c) Terkadang dengan sakit kepala tersebut ibu merasakan
penglihatannya menjadi kabur atau berbayang.
d) Sakit kepala yang hebat dalam kehamilan adalah gejala dari
preeklamsi.
3) Nyeri abdomen
a) Harus dibedakan nyeri ang dirasakan dengan his seperti pada saat
persalinan
b) Nyeri abdomen yang tidak berhubungan dengan persalinan normal
adalah tidak normal. Nyeri abdomen yang mungkin menunjukkan
masalah yang mengancam keselatan jiwa adalah nyeri yang hebat,
menetap dan tidak hilang setelah istirahat.
4) Perubahan visual secara tiba-tiba
Oleh karena pengaruh hormonal, ketajaman visual ibu dapat berubah.
Perubahan yang kecil adalah normal. Masalah visual yang
mengindikasikan keadaab yang mengancam jiwa adalah perubahan visual
mendadak, misalnya pandangan kabur atau berbayang dan berbintik-
bintik. Perubahan visual mungkin disertai dengan sakit kepala yang hebat.
Perubahan visual yang mendadak mungkin merupakan suatu tanda pre-
eklamsi.
5) Keluar cairan per vaginam
a) Harus dapat dibedakan antara urine dengan air ketuban
b) Keluarnya tidak terasa, berbau amis, dan warna putih keruh
c) Jika terjadi pada kehamilan kurang bulan dikhawatirkan akan
menyebabkan terjadinya persalinan preterm dan komplikasi infeksi
intrapartum
6) Gerakan janin tak terasa
a) Kesejahteraan janin dapat diketahui dengan keaktifan gerakannya
b) Minimal terdapat 10 kali pergerakan dalam 24 jam
c) Kurang dari itu, perlu diwaspadai adanya gangguan pada janin
didalam kandungan, misalnya asfiksia janin sampai kematian janin.
l. Rencana persalinan
Persalinan merupakan tahap tertinggi atau puncak dari proses kehidupan
seorang waniita. Ketika menghadapi persainan timbul perasaan cemas,
khawatir, dan bahagia. Oleh karena itu, pada saat ini dibutuhkan kekuatan
mental dan psikologis dari itu. Ibu harus rileks dan mampu menenangkan diri
menhadapi proses persalinan. Kondisi tenang dalam menghadapi persalinan
dapat membantu lancarnya proses persalinan (Astuti, 2011).
Rencana persalinan adalah rencana tindakan yang dibuat oleh ibu,
anggota keluarganya dan bidan (Rukiyah, 2009). Ada 5 komponen penting
dalam rencana persalinan :
1) Langkah 1 : Membuat rencana persalinan
Idealnya setiap keluarga memiliki kesempatan untuk membuat suatu
rencana persalinan. Hal ini harus digali dan diputuskan dalam membuat
rencana persalinan tersebut (Rukiyah, 2009).
a) Tempat persalinan
b) Memilih tenaga kesehatan terlatih
c) Bagaimana menghubungi tenaga kesehatan tersebut
d) Bagaimana transportasi ke tempat persalinan
e) Berapa banyak biaya yang dibutuhkan dan bagaimana cara
mengumpulkan dana tersebut
f) Siapa yang akan menjaga keluarganya jika ibu tidak ada
2) Langkah 2 : Membuat rencana
Pengambilan keputusan jika terjadi kegawatdaruratan pada saat
pengambil keputusan tidak ada. Penting bagi bidan dan keluarga untuk
mendiskusikan (Rukiyah, 2009) :
a) Siapa pembuat keputusan utama dalam keluarga
b) Siapa yang akan membuat keputusan jika pembuat keputusan utama
tidak ada saat terjadi kegawatdaruratan.
3) Langkah 3 : Mempersiapkan sistem transportasi
Setiap keluarga seharusnya mempunyai rencana transportasi untuk
ibu, jika ia mengalami komplikasi dan perlu segera dirujuk ke tingkat
asuhan yang lebih tinggi. Rencana ini perlu dipersiapkan lebih dini dalam
kehamilan, dan harus terdiri dari elemen-elemen dibawah ini (Rukiyah,
2009) :
a. Dimana ibu akan bersalin ?
b. Bagaimana cara menjangkau tingkat asuhan yang lebih lanjut jika
terjadi kegawatdaruratan ?
c. Bagaimana mencari donor darah yang potensial ?
4) Langkah 4 : Membuat rencana pola menabung
Keluarga seharusnya dianjurkan untuk menabung sejumlah uang
sehingga dana akan tersedia untuk asuhan selama kehamilan jika terjadi
kegawatdaruratan (Rukiyah, 2009).
5) Langkah 5 : Mempersiapkan langkah yang diperlukan untuk persalinan
Seorang ibu dapat mempersiapkan segala sesuatunya untuk
persalinan. Ibu dan keluarganya dapat mengumpulkan barang-barang,
seperti pembalut wanita atau kain, sabun, seprai, dan menyimpannya
untuk persiapan persalinan (Rukiyah, 2009).
m. Deteksi Dini Faktor Risiko dan Penanganan Komplikasi
Deteksi dini kehamilan dengan faktor resiko adalah kegiatan yang
dilakukan untuk menemukan ibu hamil yang mempunyai faktor resiko dan
komplikasi kebidanan. Faktor resiko pada ibu hamil adalah (Depkes, 2010) :
1) Primigravida kurang dari 20 tahun atau lebih dari 35 tahun
2) Anak lebih dari 4
3) Jarak persalinan terakhir dan kehamilan sekarang kurang dari 2 tahun
4) Kurang energi kronik dengan lingkar lengan atas kurang dari 23, 5 cm
5) Anemia dengan kadar Hb < 11 gr%
6) Tinggi badan kurang dari 148 cm, atau dengan kelainan bentuk panggul
dan tulang belakang
7) Riwayat hipertensi pada kehamilan sebelumnya atau sebelum kehamilan
ini
8) Sedang/pernah menderita penyakit kronis antara lain : tuberculosis,
kelainan jantung – ginjal – hati, psikologis, kelainan endokrin (diabetes
mellitus, sistemik lupus eritematosus, dll), tumor dan keganasan
9) Riwayat kehamilan buruk seperti : keguguran berulang, kehamilan ektopik
terganggu, mola hidatidosa, ketuban pecah dini, bayi dengan cacat
kongenital
10) Riwayat persalinan dengan komplikasi seperti : persalinan dengan seksio
caserea, ekstraksi vakum/forceps.
11) Riwayat nifas dengan komplikasi seperti : perdarahan pasca persalinan,
infeksi masa nifas, psikosis postpartum (post partum blues)
12) Riwayat keluarga menderita penyakit kencing manis, hipertensi, dan
riwayat cacat kongenital
13) Kelainan jumlah janin seperti : kehamilan ganda, kembar siam, monster
14) Kelainan besar janin seperti : pertumbuhan janin terganggu, janin besar
15) Kelainan letak dan posisi janin seperti : lintang, sungsang pada usia
kehamilan lebih dari 32 minggu.
Penanganan komplikasi keidanan adalah pelayanan kepada ibu
dengan komplikasi kebidanan untuk mendapat penanganan definitif sesuai
standar oleh tenaga kesehatan kompeten pada tingkat pelayanan dasar
dan rujukan. Komplikasi dalam kehamilan dan persalinan tidak selalu
dapat diiduga sebelumnya. Oleh karena itu, semua persalinan harus
ditolong oleh tenaga kesehatan agar komplikasi dapat segera dideteksi
dan ditangani (Depkes, 2010).

3. Asuhan Kebidanan Persalinan


a. Pengertian
Persalinan merupakan proses pengeluaran hasil konsepsi (janin dan
plasenta) yang telah cukup bulan atau dapat hidup diluar kandungan melalui
jalan lahir atau melalui jalan lahir, dengan bantuan atau tanpa bantuan
(kekuatan sehari) (Sulistyawati, 2013)
Asuahn persalinan normal merupakan asuhan yang bersih dan aman
selama persalinan dan setelah bayi lahir, serta upaya pencegahan komplikasi
terutama perdarahan pasca persalinan, hipotermia, dan asfiksia bayi baru
lahir (Prawirohardjo, 2010).
b. Tujuan Asuhan Persalinan
Tujuan asuhan persalinan normal adalah untuk menjaga kelangsungan
hidup dan meningkatkan derajat kesehatan ibu dan bayi dengan intervensi
yang minimal, namun upaya yang terintegrasi dan lengkap tetap harus dijaga
agar prinsip keamanan dan kualitas pelayanan tetap optimal. Adapun tujuan
lain dari asuhan persalinan yaitu antaralain :
1) Untuk memastikan bahwa proses persalinan berjalan normal atau
alamiah dengan intervensi minimal ibu dan bayi selamat dan sehat
2) Memelihara, mempertahankan dan meningkatkan kesehatan fisik,
mental, sosial dan spiritual ibu
3) Memastikan tidak ada penyulit atau komplikasi dalam persalinan
4) Memfasilitasi ibu agar mendapatkan pengalaman melahirkan yang
menyenangkan sehingga dapat memberikan dampak positif terhadap
kelancaran masa nifasnya.
5) Memfasilitasi jalinan kasih sayang ibu, bayi dan keluarga
6) Mempersiapkan ibu dan keluarga dalam menghadapi perubahan peran
terhadap kelahiran bayinya.
c. Standar Asuhan Persalinan
Terdapat empat standar dalam standar pertolongan persalinan dari 24
standar pelayanan kebidanan sebagai berikut :
1) Standar 9 : Asuhan persalinan kala I
Bidan menilai secara tepat bahwa persalinan sudah mulai, kemudian
memberikan asuhan dan pemantauan yang memadai, dengan
memperhatikan kebutuhan klien, selama proses persalinan berlangsung.
2) Standar 10 : Persalinan kala II yang aman
Bidan melakukan pertolongan persalinan yang aman, dengan sikap
sopan dan penghargaan terhadap hak pribadi klien serta memperhatikan
tradisi setempat.
3) Standar 11 : Penatalaksanaan aktif persalinan kala III
Bidan melakukan penanganan tali pusat dengan benar untuk
membantu pengeluaran plasenta dan selaput ketuban secara lengkap.
4) Standar 12 : Penanganan kala II dengan gawat janin melalui episiotomi
Bidan mengenali secara tepat tanda-tanda gawat janin pada kala II
yang lama, dan segera melakukan episiotomi dengan aman untuk
memperlancar persalinan, diikuti dengan penjahitan perineum.

d. Teori persalinan
Terdapat beberapa teori tentang persalinan yaitu adalah :
1) Penurunan kadar progesteron
Progesteron menimbulkan relaksasi otot rahim, sedangkan hormon
estrogen menjadi tinggi karena keregangan otot rahim.
2) Teori oksitosin
Pada akhir kehamilan kadar oksitosin bertambah. Oleh karena itu,
timbul kontraksi otot rahim.
3) Keregangan otot-otot
Apabila dinding kandung kemih dan lambung menegang karena
isinya bertambah, timbul kontraksi untuk mengeluarkan isinya. Demikian
pula dengan rahim, seiring dengan majunya kehamilan, otot-otot rahim
makin menegang.
4) Teori prostaglandin
Prostaglandin yang dihasilkan oleh desidua menjadi salah satu
penyebab terjadinya persalinan. Karena hasil dari prostaglandin dapat
menimbulkan kontraksi miometrium pada setiap umur kehamilan. Hal ini
merupakan penyebab adanya kadar prostaglandin yang tinggi dalam air
ketuban maupun darah perifer pada ibu hamil sebelum melahirkan atau
selama persalinan (Obstetri fisiologi, 2010).
e. Tanda-tanda persalinan
1) Tanda-tanda persalinan sudah dekat
a) Lightening
Pada minggu ke-36 pada primigravida terjadi penurunan fundus
uteri karena kepala bayi sudah masuk pintu atas panggul yang
disebabkan oleh kontraksi braxton hick, ketegangan otot perut,
ketegangan ligamentum rotundum, dan gaya berat janin kepala ke
arah bawah.
b) Terjadinya his permulaan
Dengan makin tuanya usia kehamilan, pengeluaran estrogen
dan progesteron semakin berkurang sehingga oksitosin dapat
menimbulkan kontraksi, yang lebih sering sebagai his palsu. Sifat his
palsu yaitu rasa nyeri ringan dibagian bawah, datangnya tidak teratur,
tidak ada pembukaan serviks, durasi his pendek, dan tidak bertambah
jika beraktivitas.
2) Tanda persalinan
a) Terjadinya his persalinan
Karakteristik dari his persalinan yang disertai pinggang terasa
sakit menjalar ke depan, sifat his teratur, interval semakin pendek,
dengan kekuatan semakin besar, terjadi perubahan pada serviks, dan
jika pasien menambah aktivitasnya, seperti berjalan makan kekuatan
his akan semakin bertambah.
b) Bloody show
Adanya his persalinan menyebabkan terjadinya perubahan pada
serviks yang menimbulkan pendataran dan pembukaan yang
menyebabkan selaput lendir yang terdapat pada kanalis servikalis
terlepas sehingga terjadi pedarahan yang disebabkan oleh pecahnya
kapiler pembuluh darah.
c) Pengeluaran cairan
Beberapa pasien mengeluarkan air ketuban akibat pecahnya
selaput ketuban. Jika ketuban sudah pecah, maka ditargetkan
persalinan dapat berlangsung dalam 24 jam. Jika tidak tercapai, maka
persalinan akhirnya diakhiri dengan tindakan tertentu, misalnya
ekstraksi vakum dan seksio sesarea.
f. Faktor yang Mempengaruhi Persalinan
1) Power (tenaga yang mendorong)
Power atau tenaga yang mendorong janin keluar, meliputi :
a) His adalah kontraksi otot-otot rahim pada persalinan. Dalam proses
persalinan his yang menyebabkan pendataran pembukaan serviks.
b) Tenaga mengejan yang ditimbulkan karena kontraksi otot-otot
dinding perut, kepala di atas dasar panggul merangsang mengejan.
2) Passage (Jalan Lahir)
Passage atau jalan lahir dibagi menjadi beberapa bagian yaitu :
a) Bagian keras panggul
Terdiri atas tulang panggul yang meliputi os coxae, os sacrum,
dan os coccygis.
b) Bagian lunak
Bagian lunak terdiri dari otot-otot dan ligamentum yang meliputi
dinding panggul sebelah dalam dan menutupi panggul sebelah
bawah. Yang menutup panggul dari bawah membentuk dasar
panggul disebut diafragma pelvis.
3) Passager (Janin)
Passager atau janin yang mempengaruhi persalinan yaitu meliputi :
a) Sikap janin
Janin umumnya berada dalam sikap fleksi, di mana kepala,
tulang punggung, dan kaki berada dalam keadaan fleksi sedangkan
lengan berada pada posisi bersilang di dada.
b) Letak
Adalah bagaimana sumbu janin berada terhadap sumbu ibu.
c) Presentasi
Presentasi merupakan penentu bagian bawah janin yang ada di
bagian bawah rahim, yang dijumpai ketika melakukan palpasi atau
pemeriksaan dalam. Misalnya presentasi kepala, presentasi bokong,
dan presentasi bahu.

g. Tahapan Persalinan
1) Kala I (Pembukaan)
Pasien dikatakan dalam tahap persalinan tahap persalinan kala I,
jika sudah terjadi pembukaan serviks dan kontraksi terjadi teratur minimal
2 kali dalam 10 menit selam 40 detik. Kala I adalah kala pembukaan yang
berlangsung antara pembukaan 0-10 cm (pembukaan lengkap).
Kontraksi lebih kuat dan sering terjadi selama fase aktif.pada permulaan
his, kala pembukaan berlangsung tidak begittu kuat sehingga parturien
(ibu yang sedang bersalin) masih dapat jalan-jalan. Lamanyaa kala I
untuk primigravida berlangsung 12 jam sedangkan pada multigravida
sekitar 8 jam. Berdasarkan Kurve Friedman, diperhitungkan pembukaan
primigravida 1 cm per jam dan pembukaan multigravida 2 cm per jam.
Kala pembukaab dibagi atas 2 fase, yaitu :
a) Fase laten, dimana pembukaan serviks berlangsung lambat, sampai
pembukaan 3 cm berlansung dalam 7-8 jam.
b) Fase aktif, berlanssung selama 6 jam dan dibagi atas 3 subfase :
(1) Periode akselerasi : berlangsung 2 jam, pembukaan menjadi 4
cm.
(2) Periode dilatasi maksimal : selama 2 jam pembukaan
berlangsung cepat menjadi 9 cm.
(3) Periode deleserasi : berlangsung lambat, dalam waktu 2 jam
pembukaan jadi 10 cm atau lengkap.
Fase-fase yang dikemukaan diatas dijumpai pada primigravida.
Bedanya dengan multigrvida adalah :
a) Primigravida : serviks mendatar dulu baru dilatasi. Berlangsung 13-
14 jam.
b) Multigravida : serviks mendatar dan membuka bisa bersamaan.
Berlangsung 6-7 jam.
(Sulistywati & Nugraheny, 2010)
Asuhan persiapan yang bisa dilakukan dalam asuhan persalinan
kala I adalah sebagai berikut :
a) Mempersiapkan ruangan untuk persalinan dan kelahiran bayi
Hal-hal yang diperlukan yaitu : ruangan yang hangat dan
bersih, memiliki sirkulasi udara yang baik dan terlindung dari
tiupan angin, sumber air bersih,, dan mengalir untuk cuci tangan
dan memandikan ibu sebelum dan sesudah melahirkan, air DTT
untuk membersihkan vulva dan perineum sebelum melakukan
pemeriksaan dalam dan membersihkan perineum ibu setelah
melahirkan (Johariah & Ningrum, 2012).
Meja yang bersih atau tempat untuk menaruh peralatan
persalinan, meja untuk tindakan resusitasi bayibaru lahir
(Depkes RI, 2008).
b) Persiapan perlengkapan, bahan-bahan dan obat-obatan yang
diperlukan. Pastikan perlengkapan jenis dan jumlah bahan-
bahan yang diperlukan serta dalam keadaan siap pakai pada
setiap persalinan dan kelahiran bayi. Ketidakmampuan untuk
menyediakan semua perlengkapan, bahan-bahan dan obat-
obatan esensial pada saat diperlukan akan meningkatkan resiko
terjadinya penyulit pada ibu dan bayi baru lahir sehingga
keadaan ini sangat membahayakan keselamatan jiwa ibu dan
bayi (Depkes RI, 2008).
c) Persiapan rujukan
Jika terjadi penyulit, keterlambatan untuk ke fasilitas yang
sesuai dapat membahayakan jiwa ibu dan/atau bayinya. Jika
perlu dirujuk siapkan dan sertakan dokumentasi tertulis semua
asuhan/perawatan yang telah diberikan dan semua hasil
penilaian (termasuk partograf) untuk dibawa ke fasilitas rujukan
(Rukyah dkk, 2009).
d) Memberikan asuhan sayang ibu diantaranya memberikan
dukungan emosional, pengaturan posisi ibu, memberikan cairan
dan nutrisi, keleluasaan untuk menggunakan kamar mandi
secara teratur, pencegahan infeksi (Depkes RI, 2008).
2) Kala II(Pengeluaran Bayi)
Kala II adalah kala pengeluaran bayi, dimulai dari pembukaan
lengkap sampai bayi lahir. Uterus dengan kekuatan hisnya ditambah
kekuatan meneran akan mendorong bayi hingga lahir. Proses ini
biasanya berlangsung 2 jam pada primigravida dan 1 jam pada
multigravida. Diagnosis persalinan kala II ditegakkan dengan melakukan
pemeriksaan dalam untuk memastikan pembukaan sudah lengkapk dan
kepala janin sudah tampak di vulva dengan diameter 5-6 cm.
a) Gejala utama kala II adalah sebagai berikut :
(1) His semakin kuat dengan interval 2-3 menit, dengan durasi 50-
100 detik.
(2) Menjelang akhir kala I, ketuban pecah yang ditandai dengan
pengeluaran cairan secara mendadak.
(3) Ketuban pecah pada pembukaan mendekati lengkap diikuti
keinginan meneran karena tertekannya fleksus franken houser.
(4) Dua kekuatan, yaitu his dan meneran akan mendorong kepala
bayi sehingga kepala membuka pinti, sub oksiput bertindak
sebagai hipomoklion, berturut-turut lahir ubun-ubun besar, dahi,
hidung dan muka, serta kepala seluruhnya.
(5) Kepala lahir seluruhnya dan diikuti oleh putaran paksi, yaitu
penyesuaian kepala pada punggung.
(6) Setelah putaran paksi luar berlangsung, maka persalinan bayi
ditolong dengan jalaan berikut :
(a) Pegang kepala pada tulang oksiput dan bagian bawah dagu
belakang.
(b) Setelah kedua bahu bayi lahir, ketiak dikait untuk melahirkan
sisa badan bayi.
(c) Bayi lahir diikuti sisa air ketuban.
(d) Lamanya kala II untuk primigravida 50 menit dan multigravida
30 menit.
(Sulistyawati & Nugraheny, 2010)
b) Kebutuhan ibu kala II :
(1) Nadi ibu setiap 30 menit.
(2) Frekuensi dan lama kontraksi setiap 20 menit.
(3) DJJ setiap selesai meneran atau setiap 5-10 ment.
(4) Penurunan kepala bayi setiap 30 menit melalui pemeriksaan
abdomen (pemeriksaan luar) dan periksa dalam setiap 60 menit
dan apabila terdapat indikasi hal tersebut bisa dilakukan lebih
sering.
(5) Warna cairan ketuban jika selaputnya sudah pecah.
(6) Apakah terdapat presentasi majemuk atau tali pusat
menumbung,
(7) Putaran paksi luar setelah kepala bayi lahir.
(8) Kehamilan kembar yang tidak diketahui sebelum bayi pertama
lahir.
c) Asuhan kebidanan yang diberikan pada ibu kala II :
(1) Anjurkan agar ibu selalu di dampingi oleh keluarganya selama
persalinan dan kelahiran bayinya.
(2) Anjurkan keluarga ikut dalam asuhan, diantarnya membantu ibu
berganti posisi, melakukan rangsangan taktil, memberikan
makanan dan minuman, teman bicara, dan semangat selama
persalinan.
(3) Penolong persalinan dapat memberikan dukungan dan
semangat kepada ibu dan anggota keluarganya dengan
menjelaskan tahapan kemajuan persalinan.
(4) Tentramkan hati ibu dalam menghadapindan menjalani kala II
persalinan.
(5) Membantu ibu memilih posisi yang nyaman saat meneran.
(6) Setelah pembukaan lengkap, anjurkan ibu untuk meneran
apabila ada dorongan yang kuat dan spontan untuk meneran,
jangan anjurkan untuk meneran panjang dan menehan nafas.
Anjurkan ibu beristirahat di antara kontraksi.
(7) Anjurkan ibu untuk tetap minum selama kala II persalinan.
(8) Beri penjelasan tentang cara dan tujuan dari setiap tindakan
yang diberikan dan hasil pemeriksaan yang dilakukan.
(9) Penolong persalinan dapat memberikan dukungan dan
semangat kepada ibu dannanggota keluarganya dengan
menjelaskan tahapan kemajuan persalinan ( Johariah &
Ningrum, 2012 ).
Dalam persalinan kala II ada beberapa posisi ibu saat meneran,
yaitu sebagai berikut :
Membantu ibu untuk memperoleh posisi yang paling nyaman
baginya. Ibu dapat berganti posisi secara berganti posisi secara
teratur selama kala II persalinan karena hal ini sering kali
mempercepat kemajuan persalinan. Posisi duduk atau setengah
duduk, jongkok atau berdiri, merangkak atau berbaring miring kekiri
(Johariah, 2012).

Gambar 5.
Posisi duduk setengah duduk
Sumber : Johariah, 2012
Gambar 6.
Posisi jongkok dan berdiri
Sumber : Johariah, 2012

Gambar 7.
Posisi merangkak
Sumber : Johariah, 2012

Gambar 8.
Posisi berbaring miring ke kiri
Sumber : Johariah, 2012

3) Kala III (pelepasan plasenta)


Kala III adalah waktu untuk pelepasan dan pengeluaran plasenta.
Setelah kala II yang berlangsung tidak lebih dari 30 menit, kontraksi
uterus berhenti sekitar 5-10 menit. Dengan lahirnya bayi dan proses
retraksi uterus, maka plasenta lepas dari lapisan Nitabusch. Lepanya
plasenta sudah dapat diperkiran dengan memperhatikan tanda-tanda,
yaitu uterus menjadi berbentuk bundar, uterus terdorong ke atas karena
plasenta dilepas ke segmen bawah rahim, tali pusat bertambah panjang
dan terdiri terjadi perdarahan.
Sebab-sebab terlepasnya plasenta ada dua, yaitu pertama saat bayi
dilahirkan, rahim mengecil dan setelah bayi lahir, uterus merupakan
organ dengan dinding yang tebal dan rongganya hampir tidak ada. Posisi
fundus uterus turun sedikit dibawah pusat, karena terjadi pengecilan
uterus, maka tempat perlekatan maka plasenta juga ikut mengecil,
karena pengecilan tempat perlekatannya maka plasenta terjadi berlipat-
lipat pada bagian yang terlepas dari dinding rahim karena tidak dapat
mengikuti pengecilan dari dasarnya. Jadi, faktor yang paling penting
dalam pelepasan plasenta adalah retraksi dan kontraksi uterus setelah
anak lahir. Kedua, ditempat bpelepasan plasenta yaitu antara plasenta
dan desidua basalis terjadi perdarahan, karena hematom ini membesar
makan seolah-olah plasenta terangkat dari dasarnya oleh hematom
tersebut sehingga daerah pelepasan meluas (Sulistyawati & Nugraheny,
2010).
a) Kebutuhan kala III, yaitu :
1) Intake & nutrisi : minum sari buah, teh dengan gula
2) Observasi tanda-tanda vital : TD, suhu, nadi dan pernafasan.
3) Peningkatan kontraksi uterus yang bisa didilakukan dengan
cara pemberian oksitosin dan menyusui bayinya
4) Informasi tentang bayinya, keadaan bayi, BB dan PB
5) Support dari keluarga dan tenaga kesehatan
6) Informasi tentang ibu mengenai penjahitan dan plasenta
7) Hubungan keluarga : Bounding attachment
b) Asuhan kebidanan yang bisa diberikan pada ibu kala II :
Tiga langkah utama manajemen aktif kala III yaitu pemberian
oksitosin sesegera mungkin, melakukan peregangan tali pusat
terkendali (PTT), rangsangan taktil pada dinding uterus atau fundus
uteri (Johariah, 2012).
4) Kala IV
Kala IV di mulai dari lahirnya plasenta selama 1-2 jam. Pada kala IV
dilakukan observasi terhadap perdarahan pasca persalinan, paling sering
terjadi pada 2 jam pertama. Observasi yang dilakukan antara lain, seperti
tingkat kesadaran pasien, pemeriksaan tanda-tanda vital, kontraksi uterus
dan terjadinya perdarahan. Perdarahan dianggap masih normal bila
jumlahnya tidak melebihi 400-500 cc (Sulistyawati & Nugraheny, 2010).
a) Asuhan kebidanan kala IV
(1) Lakukan rangsangan taktil (masase) uterus untuk merangsang
uterus berkontraksi baik dan kuat.
(2) Evaluasi tinggi fundus dengan meletakkan jari tangan secara
melintang dengan pusat sebagai paatokan.
(3) Memperkirakan kehilangan darah secara keseluruhan.
(4) Periksa kemungkinan perdarahan dari robekan perineum.
(5) Evaluasi keadaan umum ibu.
(6) Dokumentasikan semua asuhan dan temuan selama persalinan
kala IV pada lembar partograf (Depkes RI, 2008).
h. Asuhan Persalinan Normal
Tujuan asuhan persalinan normal (APN) ialah menjaga kelangsungan
hidup dan memberikan derajat kesehatan yang tinggii bagi ibu dan bayinya,
melalui berbagai upaya yang teringtegeritas dan lengkap tetapi dengan
intervensi yang seminimal mungkin agar prinsip keamanan dan kualitas
pelayanan dapat terjaga pada tingkat yang diinginkan (JNPK-KR, 2008).
Langkah-langkah 60 Asuhan Persalinan Normal (Saifudin, 2010),
meliputi :
1) Melihat tanda dan gejala persalinan kala dua.
a) Ibu mempunyai keinginan untuk meneran
b) Ibu merasa tekanan yang semakin meningkat pada rektum dan
vagina
c) Perineum menonjol
d) Vulva vagina dan sfingter ani membuka
2) Memastikan perlengkapan, bahan dan obat-obatan esensial siap
digunakan. Mematahkan ampul oksitosin 10 unit dan menempatkan
tabung suntik steril sekali pakai di dalam partus set.
3) Mengenakan baju penutup atau celemek plastik yang bersih.
4) Melepaskan semua perhiasan yang dipakai dibawah siku, mencuci
kedua tangan dengan sabun dan air bersih yang mengalir dan
mengeringkan tangan dengan handuk satu kali pakai/pribadi yang
bersih.
5) Menggunakan sarung tangan DTT atau steriluntuk semua pemeriksaan
dalam.
6) Menghisap oksitosin 10 unit ke dalam tabung suntik (dengan memakai
sarung tangan desinfeksi tingkat tinggi atau steril) dan meletakkan
kembali di partus set/wadah desinfeksi tingkat tinggi atau steril tanpa
mengkontaminasi tabung suntik.
7) Membersihkan vulva dan perineum, menyekanya dengan hati-hati dari
depan ke belakang dengan menggunakan kapas atau kasa yang sudah
dibahasi air desinfeksi tingkat tinggi. Jika mulut vagina, perineum, atau
anus terkontaminasi oleh kotoran ibu, membersihkannya dengan
seksama dengan cara menyeka dari depan ke belakang. Membuang
kapas atau kasa yang terkontaminasi dalam wadah yang benar.
Menganti sarung tangan jika terkontaminasi (meletakkan kedua sarung
tangan tersebut dengan benar di dalam larutan terkontaminasi).
8) Dengan menggunakan teknik aseptik, melakukan pemeriksaan dalam
untuk memastikan bahwa pembukaan serviks sudah lengkap. Bila
selaput ketuban belum pecah, sedangkan pembukaan serviks sudah
lengkap, lakukan amniotomi.
9) Mendekontaminasi sarung tangan dengan cara mencelupkan tangan
yang masih memakai sarung tangan yang kotor ke dalam larutan klorin
0,5% dan kemudian melepaskannya dalam keadaan terbalik serta
merendamnya di dalam larutan klorin 0,5% selama 10 menit. Mencuci
kedua tangan.
10) Memeriksa Denyut Jantung Janin (DJJ) setelah kontraksi berakhir untuk
memastikan bahwa DJJ dalam batas normal (120-160 x/menit).
11) Memberi tahu ibu pembukaan sudah lengkap dan keadaan janin baik.
Membantu ibu berada dalam posisi yang nyaman sesuai dengan
keinginannya.
a) Menunggu hingga ibu mempunyai keinginan untuk meneran.
Melanjutkan pemantauan kesehatan dan kenyamanan ibu serta
janin sesuai dengan pedoman persalinan aktif dan dokumentasikan
temuan-temuan.
b) Menjelaskan kepada anggota keluarga bagaimana mereka dapat
mendukung dan memberi semangat kepada ibu saat ibu mulai
meneran.
12) Meminta bantuan keluarga untuk menyiapkan posisi ibu untuk meneran.
13) Melakukan pimpinan meneran saat ibu mempunyai dorongan yang kuat
untuk meneran.
a) Membimbing ibu untuk meneran saat ibu mempunyai keinginan
untuk meneran.
b) Mendukung dan memberi semangat atas usaha ibu untuk meneran.
c) Membantu ibu mengambil posisi yang nyaman sesuai dengan
pilihannya.
d) Menganjurkan ibu untuk beristirahat di antara kontraksi.
e) Menganjurkan keluarga untuk mendukung dan memberi semangat
pada ibu.
f) Menilai DJJ setiap 5 menit.
g) Jika bayi belum lahir atau kelahiran bayi belum akan terjadi segera
dalam waktu 120 menit (2 jam) meneran untuk ibu primipara atau 60
menit (1 jam) ibu multipara, merujuk segera. Jika ibu tidak
mempunyai keinginan untuk meneran.
h) Menganjurkan ibu untuk berjalan, berjongkok atau mengambil posisi
yang aman. Jika ibu belum ingin meneran dalam waktu 60 menit,
anjurkan ibu untuk mulai meneran pada puncak kontraksi-kontraksi
tersebt dan beristirahat di antara kontraksi.
i) Jika bayi belum lahir atau kelahiran bayi belum akan terjadi segera
setelah 60 menit meneran, merujuk ibu dengan segera.
14) Jika kepala bayi telah membuka vulva dengan diameter 5-6cm, letakkan
handuk bersih di atas perut ibu untuk mengeringkan bayi.
15) Meletakkan kain yang bersih yang dilipat 1/3 bagian, di bawah bokong
ibu.
16) Membuka partus set.
17) Memakai sarung tangan DTT atau steril pada kedua tangan.
18) Saat kepala bayi membuka vulva dengan diameter 5-6cm, lindungi
perineum dengan satu tangan yang dilapisi dengan kain tadi, letakkan
tangan yang lain dikepala bayi dan lakukan tekanan yang lembut dan
tidak menghambat padakepala bayi, membiarkan kepala keluar
perlahan-lahan. Menganjurkan ibu untuk meneran pertahan-lahan
ataubernafas cepat saat kepala lahir.
19) Dengan lembut menyeka muka, dan hidung bayi dengan kain atau kasa
yang bersih.
20) Memeriksa lilitan tali pusat dan mengambil tindakan yang sesuai jika hal
itu terjadi, kemudian meneruskan segera proses kelahiran bayi.
a) Jika tali pusat melilit leher janin dengan longgar, lepaskan lewat
bagian atas kepala bayi.
b) Jika tali pusat melilit leher bayi dengan erat, mengklemnya di dua
tempat dan memotongnya.
21) Menunggu hingga kepala bayi melakukan putaran paksi luar secara
spontan.
22) Setelah kepala melakukan putaran paksi luar, tempatkan kedua tangan
di masing-masing sisi muka bayi. Menganjurkan ibu untuk meneran
saat kontraksi berikutnya. Dengan lembut menariknya ke arah bawah
dan ke arah luar hingga bahu anterior muncul di bawah arcus pubis dan
kemudian dengan lembut menarik ke arah atas dan ke arah luar untuk
melahirkan bahu posterior.
23) Setelah kedua bahu dilahirkan, menelusurkan tangan mulai kepala bayi
yang berada di bagian bawah ke arah perineum, membiarkan bahu dan
lengan posterior lahir ke tangan tersebut. Mengendalikan kelahiran siku
dan tangan bayi saat melewati perineum, gunakan lengan bagian
bawah untuk menyangga tubuh bayi saat dilahirkan. Menggunakan
tangan anterior untuk mengendalikan siku dan tangan anterior bayi saat
keduanya lahir.
24) Setelah tubuh dari lengan lahir, menelusurkan tangan yang ada di atas
(anterior) dari punggung ke arah kaki bayi dengan hati-hati membantu
kelahiran kaki.
25) Menilai bayi dengan cepat (dalam 30 detik), kemudian meletakkan bayi
di atas perut ibu dengan posisi kepala bayi sedikit lebih rendah dari
tubuhnya (bila tali pusat terlalu pendek, meletakkan bayi di tempat yang
memungkinkan). Bila bayi mengalami asfiksia, lakukan resusitasi.
26) Segera membungkus kepala dan badan bayi dengan handuk dan
biarkan kontak kulit ibu dan baayi. Lkukan penyuntikkan oksitosin/IM.
27) Menjepit tali pusat menggunakan klem kira-kira 3 cm dari pusat bayi.
Melakukan urutan pada tali pusat mulai dari klem ke arah ibu dan
memasang klem kedua 2 cm dari klem pertama.
28) Memegang tali pusat dengan satu tangan, melindungi bayi dari gunting
dan memotong tali pusat di antara dua klem tersebut.
29) Mengeringkan bayi, menganti handuk yang basah dan menyelimuti bayi
dengan kain atau selimut yang bersih dan kering, menutupi bagian
kepala, membiarkan tali pusat terbuka. Jika bayi mengalami kesulitan
bernafas, ambil tindakan yaang sesuai.
30) Memberikan bayi kepada ibunya dan menganjurkan ibu untuk memeluk
bayinya dengan memulai pemberian ASI jika ibu menghendakinya.
31) Meletakkan kainyng bersih dan kering. Melakukan palpasi abdomen
untuk menghilangkan kemungkinan adanya bayi kedua.
32) Memberi tahu kepada ibu bahwa ia akan disuntik.
33) Dalam waktu 2 menit setelah kelahiran bayi, berikan suntikkan oksitosin
10 unit IM di gluteus atau 1/3 atas paha kanan ibu bagian luar, setelah
mengaspirasinya terlebih dahulu.
34) Memindahkan klem pada tali pusat.
35) Meletakkan satu tangan di atas kain yang ada di perut ibu, tepat di atas
tulang pubis, dan menggunakan tangan ini untuk melakukan palpasi
kontraksi dan menstabilkan uterus. Memegang tali pusat dan klem
dengan tangan yang lain.
36) Menunggu uterus berkontraksi dan kemudian melakukan penegangan
ke arah bawah pada tali pusat dengan lembut. Lakukan tekanan yang
berlawanan arah pada bagian bawah uterus dengan cara menekan
uterus ke atas dan belakang (dorsokranial) dengan hati-hati untuk
membantu mencegah terjadinya inversio uteri. Jika plasenta tidak lahir
setelah 30-40 detik, hentikan penegangan tali pusat dan menunggu
hingga kontraksi berikut mulai.
a) Jika uterus tidak berkontraksi meminta ibu atau seorang anggota
keluarga untuk melakukan rangsangan puting susu.
37) Setelah plasenta terlepas, meminta ibu untuk meneran sambil menarik
tali puat ke arah bawah dan kemudian ke arah atas, mengikuti kurva
jalan lahir sambil meneruskan tekanan berlawanan arah pada uterus.
a) Jika tali pusat bertambah panjang, pindahkan klem hingga berjarak
5-10cm dari vulva.
b) Jika plasenta tidak lepas setelah melakukan penegangan tali pusat
selama 15 menit :
(1) Mengulangi pemberian oksitosin 10 unit/IM.
(2) Menilai kandung kemih dan dilakukan kateresasi kandung kemih
dengan menggunakan teknik aseptik jika perlu.
(3) Meminta keluarga untuk menyiapkan rujukan.
(4) Mengulangi penegangan tali pusat selama 15 menit berikutnya.
(5) Merujuk ibu jika plasenta tidak lahir dalam waktu 30 menit sejak
kelahiran bayi.
38) Jika plasenta terlihat di introitus vagina, melanjutkan kelahiran plasenta
dengan menggunakan kedua tangan. Memegang plasenta dengan dua
tangan dan dengan hati-hati memutar plasenta hingga selaput ketuban
terpilin. Dengan lembut perlahan melahirkan selaput ketuban tersebut.
39) Segera setelah plasenta dan selaput ketuban lahir, lakukan masase
uterus, meletakkan tangan di fundus dan melakukan masase dengan
gerakan melingkar dengan lembut hingga uterus berkontraksi.
40) Memeriksa kedua sisi plasenta baik yang menempel ke ibu maupun
janin dan selaput ketuban uang memastikan bahwa plasenta dan
selaput ketuban lengkap dan utuh. Meletakkan plasenta di dalam
kantung plastik atau tempat khusus.
41) Mengevaluasi adanya laserasi pada vagina dan perineum dan segera
menjahit laserasi yang mengalami perdarahan aktif.
42) Menilai ulang uterus dan memastikannya berkontraksi dengan baik.
43) Mencelupkan kedua tangan yang memakai sarung tangan ke dalam
larutan klorin 0,5% membilas kedua tangan yang masih bersarung
tangan tersebut dengan air desinfeksi tingkat tinggi dan mengeringkan
dengan kain yang bersih dan kering.
44) Menempatkan klem tali pusat desifeksi tingkat tinggi atau steril atau
mengikatkan tali desinfeksi tingkat tiinggi dengan simpul mati sekeliling
tali pusat sekitar 1 cm dari pusat.
45) Mengikatkan satu lagi simpul mati di bagian pusat yang berseberangan
dengan simpul mati yang pertama.
46) Melepskan klem bedah dan meletakkannya ke dalam larutan klorin
0,5%.
47) Menyelimuti kembali bayi dan menutupi bagian kepalanya. Memastikan
handuk atau kainnya bersih dan kering.
48) Menganjurkan ibu untuk memulai pemberian ASI.
49) Melanjutkan pemantauan kontraksi uterus dan perdarahan pervagina,.
a) 2-3 kali dalam 15 menit pertama pascapersalinan.
b) Setiap 15 menit pada 1 jam pertama pasca persalinan.
c) Setiap 20-30 menit pada jam kedua pasca persalinan.
d) Jika uterus tidak berkontraksi dengan baik, laksanakn perawatan
yang sesuai untuk penatalaksanaan atonia uteri.
e) Jika ditemukan laserasi yang memerlukan penjahitan, lakukan
penjahitan dengan anastesi lokal dan menggunakan teknik yang
sesuai.
50) Mengajarkan pada ibu/keluarga bagaimana melakukan masase uterus
dan memeriksa kontraksi uterus.
51) Mengevaluasi kehilangan darah.
52) Memeriksa tekanandarah, nadi dan keadaan kandung kemih setiap 15
mrnit selama satu jam pertma pascapersalinan dan setiap 30 menit
selama jam kedua pascapersalinan.
a) Memeriksa temperatur tubuh ibu sekali setiap jam selama dua jam
pertama pascapersalinan.
b) Melakukan tindakan yang sesuai untuk temuan yang tidak normal.
53) Menempatkan semua peralatan di dalam larutan klorin 0,5% untuk
dekontaminasi selama 10 menit. Mencuci dan membilas peralatan
setelah dokontaminasi.
54) Membuang bahan-bahan yang terkontaminasi ke dalam tempat sampah
yang sesuai.
55) Membersihkan ibu dengan menggunakan air DTT. Membersihkan
cairan ketuban, lendir dan darah. Membantu ibu memakai pakaian yang
bersih dan kering.
56) Memastikan bahwa ibu nyaman. Membantu ibu memberikan ASI.
Menganjurkan keluarga untuk membrikan ibu minuman dan makanan
yang diinginkan.
57) Mendekontaminasi daerah yang digunakan untuk melahirkan dengan
larutan klorin 0,5% dan membilas dengan air bersih.
58) Mencelupkan sarung tangan kotor ke dalam larutan klorin 0,5%,
membalikkan bagiann dalam ke luar dan merendamnya dalam larutan
klorin 0,5% selama 10 menit.
59) Mencuci kedua tangan dengan sabun dan air mengalir.
60) Melengkapi partograf.
(Saifudin, 2010)

i. Asuhan sayang ibu


Asuhan sayang ibu adalah asuhandengan prinsip menghargai budaya,
kepercayaan yang diinginkan sang ibu. salah satu prinsip dasar asuhan
sayang ibu adalah dengan mengikutsertakan suamin dan keluarga selama
proses persalinan dan kelahiran bayi. Dukungan selama persalinan dan
kelahiran bayi ibu, ibu akan mendapat rasa nyaman dan dukungan emosional
yang dapat membantu jalan proses persalinan dan kelahiran bayi serta dapat
mencegah tindakan seperti ekstraksi vakum, forsep, dan seksio sesarea
(Prawirohardjo, 2010).
1) Asuhan sayang ibu dalam proses persalinan
(a) Panggil ibu sesuai namanya, hargai dan perlakukan ibu sesuai
martabatnya
(b) Jelaskan asuhan keperawatan kepada ibu sebelum memulai asuhan
tersebut
(c) Jelaskan proses persalinan pada ibu dan keluarganya
(d) Anjurkan ibu untuk bertanya dan membicarakan rasa takut atau
khawatir
(e) Dengarkan dan tanggapi pertanyaan dan kekhawatiran ibu
(f) Anjurkan ibu untuk ditemani suami atau anggota keluarganya
(g) Berikan dukungan, besarkan hatinya dan tentramkan perasaan ibu
beserta anggota keluarga lainnya
(h) Lakukan praktik-praktik pencegahan infeksi yang baik dan konsisten
(i) Hargai privasi ibu
(j) Anjurkan ibu untuk mencoba berbagai posisi selama persalinan dan
kelahiran bayi
(k) Anjurkan ibu untuk minum cairan dan makan makanan ringan bila ia
menginginkannya
(l) Haargai dan perbolehkan praktik-praktik tradisional yang tidak
memberi pengaruh merugikan
(m) Hindari tindakan berlebihan atau membayakan seperti episiotomi,
pengukuran dan klisma
(n) Anjurkan ibu untuk memeluk bayinya segera setelah lahir
(o) Membantu memuali pemberian ASI dalam satu jam pertama setelah
kelhiran bayinya
(p) Siapkan rencana rujukan
(q) Mempersiapkan persalinan dan kelhairan bayi dengan baik serta
bahan-bahan, perlengkapan, dan obat-obatan yang diperlukan.
2) Asuhan sayang ibu pada masa pascapersalinan
(a) Anjurkan ibu untuk selalu berdekatan dengan bayinya (rawat gabung)
(b) Bantu ibu untuk mulai membiasakan menyusui dan anjurkan
pemberian ASI sesuai permintaan
(c) Ajarkan ibu dan keluarganya tentang nutrisi dan istirahat yang
cukupsetelah melahirkan
(d) Ajarkan ibu dan keluarga tentang tanda-tanda bahaya yang diamati
dan anjurkan mereka untuk mencari pertolongan jika terdapat
masalah atau kekhawatiran.

j. Partograf
Partograf dipakai untuk memantau kemajuan persalinan dan
membantu petugas kesehatan dalam mengambil keputusan dalam
penatalaksanaan. Partograf dimulai pada pembukaan 4 cm (fase aktif).
Partograf dibuat untuk setiap ibu yang bersalin, tanpa menghiraukan apakah
persalinan tersebut normal atau dengan komplikasi. Petugas harus mencatat
kondisi ibu dan janin sebagai berikut :
1) Denyut jantung janin. Catat setiap 1 jam.
2) Air ketuban. Catat warna air ketuban setiap melakukan pemeriksaan
vagina. U apabila selaput utuh, J apabila selaput pecah dan air ketuban
jernih, M apabila air ketuban bercampur meconium, D apabila ketuban
bernoda darah, K apabila tidak ada cairan ketuban atau kering.
3) Perubahan bentuk kepala janin. 0 apabila sutura terpisah, 1 apabila
sutura yang tepat atau bersesuaian, 2 apabila sutura tumpang tindih
tetapi dapat diperbaiki, 3 apabila sutura tumpang tindih dan tidak dapat
diperbaiki.
4) Pembukaan mulut rahim (serviks). Dinilai setiap 4 jam dan diberi tanda
(x).
5) Penurunan. Mengacu pada bagian kepala yang teraba di atas simfisis
pubis, catat dengan tanda lingkaran pada setiap pemeriksaan dalam.
6) Waktu. Menyatakan berapa jam waktu yang telah dijalani sesudah pasien
diterima.
7) Kontraksi. Catat setiap setengah jam, lakukan palpasi untuk menghitung
banyaknya kontraksi dalam 10 menit dan lamanya tiap-tiap kontraksi
dalam hitungan detik.
8) Oksitosin. Jika memakai, oksitosin, catatlah banyaknya oksitosin per
volume cairan infus dan dalam tetesan per menit.
9) Obat yang di berikan.
10) Nadi. Cara setiap 30-60 menit dan tandai dengan sebuah titik besar.
11) Tekanan darah. Catat setiap 4 jam dan tandai dengan anak panah.
12) Suhu badan. Catat setiap 2 jam.
13) Protein, aseton, dan volume urin. Catat setiap kali ibu berkemih.
Jika temuan-temuan melintas kearah garis waspada, petugas kesehatan
harus melakukan penilaian terhadap kondisi ibu dan janin dan segera mencari
rujukan yang tepat (Saifuddin, 2010).

4. Asuhan Kebidanan Nifas


a. Pengertian
Masa nifas atau puerperium dimulai sejak 1 jam setelah lahirnya
plasenta sampai 6 minggu (42 hari) setelah itu. Pelayanan pasca persalinan
harus terselenggara pada masa itu untuk memenuhi kebutuhan ibu dan bayi,
yang meliputi upaya pencegahan, deteksi dini dan pengobatan komplikasi
dan penyakit yang mungkin terjadi, serta penyediaan pelayanan pemberian
ASI, cara menjarangkan kehamilan, imunisasi dan nutrisi bagi ibu
(Prawirohardjo).
Masa nifas adalaah masa yaang dimulai setelah plasenta keluar dan
berakhir ketika alat-alat kandungan kembali seperti keadaan semula
(sebelum hamil). Masa nifas berlangsung selama kira-kira 6 minggu. Masa
nifas merupakan masa pembersihan, sama seperti halnya masa nifa (Heryani
R, 2012).
b. Tujuan Asuhan Nifas
Menurut Sulistyawati (2009) asuhan yang diberikan kepada ibu nifas
bertujuan untuk :
1) Meningkatkan kesejahteraan fisik dan psikologis bagi ibu dan bayi,
2) Pencegahan, diagnosadini, dan pengobatan komplikasi pada ibu,
3) Merujuk ibu ke asuhan tenaga ahli bilamana perlu,
4) Mendukung dan memperkuat keyakinan ibu, serta memungkinkan ibu
untuk mampu melaksanakan perannya dalam situasi keluarga dan
budaya yang khusus,
5) Imunisasi ibu terhadap tetanus,
6) Mendorong pelaksanaan metode yang sehat tentang pemberian makan
anak, serta peningkatan pengembangan hubungan yang baik antara ibu
dan anak.
c. Tahapan Masa Nifas
1) Periode Immediate Postpartum
Masa segera setelah plasenta lahir sampai dengan 24 jam. Pada
masa nifas ini sering terdapat banyak masalah, misalnya perdarahan
karena atonia uteri, oleh karena itu bidan dengan teratur harus
melakukan pemeriksaan kontraksi uterus, pengeluaran lochea, tekanan
darah dan suhu.
2) Periode Early Postpartum
Pada fase ini bidan memastikan involusi uteri dalam keadaan
normal, tidak ada perdarahan, lokea tidak berbau busuk, tidak demam,
ibu cukup mendapatkan makanan dan cairan, serta ibu dapat menyusui
dengan baik.
3) Periode Late Postpartum
Pada periode ini bidan tetap melakukan perawatan dan
pemeriksaan sehari-hari serta konseling KB.
d. Standar Pelayanan Nifas
Terdapat tiga standar dalam standar pelayanan nifas dari 24 standar
pelayanan kebidanan seperti sebagai berikut :
1) Standar 13 : Perawatan Bayi Baru Lahir
Bidan memeriksa dan menilai bayi baru lahir untuk memastikan
pernafasn spontan, mencegah asfiksia, menentukan kelainan, dan
tindaakan atau merujuk sesuai dengan kebutuhan. Bidan juga harus
mencagah atau menangani hipotermi, dan mencegah hipoglikemia dan
infeksi.
2) Standar 14 : Penanganan pada 2 jam pertama setelah persalinan
Bidan melakukan pemantauan ibu dan bayi terhadap terjadinya
komplikasi paling sedikit selama 2 jam setelah persalinan, serta
melakukan tindakan yang diperlukan. Di ssamping itu, bidan memberikan
penjelasan tentang hal-hal yang mempercepat pulihnya kesehatan ibu,
dan membantu ibu untuk memulai pemberian ASI.
3) Standar 15 : Pelayanan bagi ibu dan bayi pada masa nifas
Bidan memberikan pelaynan selama masa nifas di puskesmas
dan rumah sakit atau melalui kunjungan ke rumah pada hari ketiga,
minggu ke-dua dan minggu ke-enam setelah persalinan, untuk
membantu proses pemulihan ibu dan bayi melalui penatalaksanaan tali
pusat yang benar, penemuan dini, penatalaksanaan atau rujukan
koplikasi yang mungkin terjadi pada masa nifas, serta memberika
penjelasan tentang kesehatan secara umum, kebersuhan perorangan,
makanan bergizi, asuhan bayi baru lahir, pemberian ASI, imunisasi dan
KB.
e. Peran dan Tanggung Jawab Bidan pada Masa Nifas
Terdapat peran dan tanggung jawab bidan pada masa nifas antara lain :
1) Teman terdekat, sekaligus pendamping ibu nifas dalam menhadapi saat-
saat kritis masa nifas,
2) Pendidik dalam usaha pemberian pendidikan kesehatan terhadap ibu dan
keluarga,
3) Pelaksana asuhan kepada pasien dalam hal tindakan perawatan,
pemantauan, penanganan masalah, rujukan dan deteksi dini komplikasi
masa nifas.
f. Kunjungan Masa Nifas
Dijelaskan pada Kebijakan Program Nasional pada masa nifas yaitu
paling sedikit 3 kali melakukan kunjungan pada masa nifas, dengan tujuan
untuk :
1) Menilai kondisi kesehtan ibu dan bayi
2) Melakukan pencegahan terhadap kemungkinan-kemungkinan adanya
gangguan kesehatan ibu nifas dan bayinya.
3) Mendeteksi adanya komplikasi atau masalah yang terjadi pada masa
nifas,
4) Menangani komplikasi atau masalah yang timbul dan menganggu
kesehatan ibu nifas maupun bayinya.
Pelayanan kesehatan ibu nifas adalah pelayanan kesehatan sesuai
standar pada ibu mulai 6 jam sampai 42 hari pasca bersalin oleh tenaga
kesehatan. Untuk deteksi dini komplikasi pada ibu nifas diperlukan
pemantauan pemeriksaan terhadap ibu nifas dan meningkatkan cakupan KB
Pasca Persalinan dengan melakukan kunjungannifas minimal sebanyal 3 kali
dengan ketentuan waktu :
1) Kunjungan nifas pertama pada masa 6 jam sampai dengan 3 hari setelah
persalinan, asuhan yang diberikan adalah memantau TD, nadi, suhu,
TFU, perdarahan dan masase uterus sebanyak 15 kali dalam 15 detik.
2) Kunjungan nifas ke dua dalam waktu hari ke-4 sampai dengan hari ke-28
setelah persalinan, asuhan yang diberikan adalah menganjurkan ibu
untuk makan makanan yang mengandung protein, sayur dan buah,
menyusui bayinya setiap 2 jam sekali, menjaga kebersihan payudara dan
memakai BH yang menyongkong payudara.
3) Kujungan nifas ke tiga dalam waktu hari ke-29 sampai dengan hari ke-42
setelah persalinan, asuhan yang diberikan adalah konseling kontrasepsi
pasca Salin
(Sulistyawati, 2011).
g. Proses Adaptasi Psikologis Ibu Pada Masa Nifas
Dalam menjalani adaptasi setelah melahirkan,ibu akan melalui fase-
fase sebagai berikut :
1) Fase Taking In
Fase ini merupakn fase ketergantungan yang berlangsung dari
haripertama sampai hari kedua setelah melahirkan. Pada saat ini fokus
perhatian ibu terutama pda bayinya sendiri, sehingga cenderung pasif
terhadap lingkungannya. Ketidaknyamanan yang dialami anatara lain
rasa mulesn nyeri pada luka jahitan, kurang tidur,kelelahan. Hal yang
perlu diperhatikan adalah istirahat cukup,komunikasi yang baik
danasupan nutrisi.
Gannguan psikologis yang dapat dialami oleh ibu pada fase ini
adalah :
a) Kekecewaan pada bayinya
b) Ketidakyamanan sebagai akibat perubahan fisik yang dialami
c) Rasa bersalah karena belum bisa menyusui bayinya
d) Kritikan suami atau keluarga tentang perawatan bayinya
2) Fase Taking Hold
Fase ini berlangsung antara 3-10 hari setelah melahirkan,pada
fase taking hold, ibu merasa khawatir akan ketidaknyamanan dan rasa
tanggung jawabnya merawat bayinya,perasaan yang sangat sensitif
sehingga mudah tersinggung jika komunikasikannya kurang hati–hati.
Hal yang perlu diperhatikan adalah komunikasi yang baik
dukungandan pemberian penyuluhan/pendidikan kesehatan tentang
perawatan diri dan bayinya. Tugas bidan fase ini antaralain :
Mengajarkan cara perawatan bayi,cara menyusui yang benar, cara
perawatan luka jahitan,senam nifas pendidikan kesehatan gizi dan
istirahat,kebersihan diri dan lain-lain.
3) Fase Letting Go
Fase ini merupakanfase menerima tanggung jawab akan peran
barunya yang berlangsung 10 hari setelah melahirkan. Ibu sudah mula
menyesuaikan diri dengan keergantungnya bayinya.
Hal –hal yang harus dipenuhi selama nifas adalah sebagai
berikut:
a) Fisik : istirahat,asupan gizi, lingkungan bersih
b) Psikologi: dukungan dari keluarga sangat diperlukan
c) Sosial : perhatian, rasa kasih sayang, menghibur ibu saat sedih dan
menemani saat ibu merasa kesepian.
h. Kebutuhan Dasar Ibu Padamasa Nifas
Periode post partum adalah penyembuhan dan perubahan,waktu
kembali kekeadaan tidak hamil. Dalam masanifas, alat–alat genetalia interna
maupun eksterna akan beransur-angsur pulih seperti ke keadaan sebelum
hamil. Untuk membantu mempercepat proses penyembuhan pada masa
nifas, maka ibunifas membutuhkan dietyang cukup kalori dan protein,
membutuhkan istirahat yang cukup dan sebagai kebutuhan-kebutuhan yang
dibutuhkan ibu nifas antara lain:
a) Nutrisi Dan Cairan
Ibu nifas membutuhkan nutrisi yang cukup, bergizi seimbang,
terutama kebutuhan protein dan karbohidrat. Mengkonsumsi tambahanan
500 kalori tiap hari (ibu harus mengkonsumsi 3 sampai 4 porsi setiap
hari). Minum sedikitnya 3 liter setiap hari (anjurkan ibu untuk minum
setiap kali menyusui). Pilzat besi harus diminum, untuk menambah
vitamin A (200.000 unit) agarbisa memberikan vitamin A kepada bayinya
melalui ASInya.
b) Ambulasi dini
Disebut juga Early Ambulation. Ambulasi dini (Early Ambulation)
adalah mobilisasi segera ibu melahirkan dengan membimbing ibu untuk
bangun dari tempat tidurnya, ibu post partum diperbolehkan bangun dari
tempat tidurnya 24-28 jam setelah melahirkan.Anjurkan ibu untuk
memulai mobilisai dengan mring kiri/kanan, duduk kemudian berjalan.
Eaely Ambulation adalah kebijakan untuk segera mungkin
membimbing klien keluar dari tempat tidurnya dan membimbingnya
segera mungkin berjalan. Keuntungan ambulasi dini antara lain :
1) Ibu merasa lebih baik, lebih sehat dan lebih kuat
2) Fungsi usus, sirkulasi, paru-paru dan perkemihan lebih baik.
3) Memungkinan untuk mengajarkan perawatan bayi pada ibu.
4) Mencegah thrombosis padapembuluh tungkai
5) Sesuai dengan keadaan indonesia (sosial ekonomi).
Early Ambulation tidak dianjurkan pada ibu post partum dengan
penyulit, seperti anemia,penyakit jantung,penyakit paru-paru,demam,dan
sebagainya.

c) Eliminisi
1) Buang Air Kecil (Miksi)
Kebanyakan pasien dapat melakukan BAK secara spontan
dalam 8 jamsetelah melahirkan.BAK sendiri sebaiknya dilakukan
secepatnya.BAK dikatakan normal jika dapat dilakukan spontan
setiap 34 jam,kesulitan BAK dapat disebabkan karena spingter uretra
tertekan oleh kepala janin dan spasme oleh irotasi muskulo springter
ani selama persalinan. Lakukan kateterlisasi apabila kandung kemih
penuh sulit berkemih.
2) Buang Air Besar (Defekasi)
Buang air besar biasanya tertunda selama 2 harisampai 3
hari setelah melahirkan karena anemia prapersalinan,diet cairan,
obat-obatan analgesik selama persalinan dan pereniuem yang sakit.
Memberikan asupan cairan yang cukup,diet yang tinggi serat serta
ambulasi secara teratur dapatmembantu untuk mencapai regurasi
BAB.
d) Personal Hygiene
Karena keletihan dan kondisi piskis yang belum stabil,biasanya ibu
post partum masih belum cukup kooperatif untuk membersihkan dirinya.
Bidan harus bijaksana dalam memberikan motivasi ini tanpa mengurangi
keaktifan ibu untukmelakukan personal hygiene secara mandiri. Pada
tahap awal,bidan dapat melibatkan keluarga dalam perawatan
kebersihan ibu.
Beberapa langkah penting dalam perawatan kebersihan diri ibu post
partum,antaralain:
1) Jaga kebersihan seluruh tubuh untuk mencegah infeksi dan alergi
kulit pada bayi. Kulit ibu yang kotor karena keringat atau debu dapat
menyebabkan kulit bayi mengalami alergi melalui sentuhan kulit ibu
dengan bayi.
2) Membersihkan daerah kelamin dengan sabun dan air. Pastikan
bahwa ibu mengerti untuk membersihkan daerah vulva terlebih
dahulu,dari depan ke belakang, baru kemudian membersihkan
keanus.
3) Mengganti pembalut setiap kali darah yang sudah penuh atau
minimal 2 kali sehari, kadang hal ini terlewat untuk disampaikan
kepada pasien. Masih ada luka yang terbuka didalam rahim atau
vagina sebagai satu-satunya port de entre kuman penyebab infeksi
rahim maka ibu senantiasa menjaga suasana keasaman dan
kebersihan vagina dengan baik.
4) Mencuci tangan dengan sabun dan air setiap kali selesai
membersihkan daerah kemaluan.
5) Juka mempunyai luka episiotomi,hindari untuk menyentuh daerah
luka, ini yang kurang diperhatikan oleh pasien oleh pasien dan
tenaga kesehatan,karena rasa ingin tahunya, tidak jarang paien
berusaha menyentuh luka bejas jahitan di perineum tanpa
memperhatikan efek yang dapat ditimbulkan dari tindakannya
ini,apalagi pasien kurang memperhatikan kebersihan tanganya
sehingga tidak jarang terjadi infeksi sekunder.
e) Istirahat
Ibu post partum sangat membutuhakan istirahat yang berkualitas
untuk memulihkan kembaki keadaan fisiknya, keluarga disarankan untuk
memberikan kesempatan kepada ibu untuk beristirahat yang cukup
sebagai persiapan untukenergi menyusui bayinya nanti.
Hal-hal yang dapat dilakuakan ibu dalam memenuhi kebutuhan
istirahatnya antara lain :
1) Anjurkan ibu untuk cukup istirahat
2) Sarankan ibu untuk melakukan kegiatan rumah tangga secara
perlahan
3) Tidur siang atau saat bayi tidur
Kurangnya istirahat pada ibu post partum dapat menyebkan
beberapa masalah antara lain:
1) Jumlah ASI berkurang
2) Memperlmbat proses involusi uteri
3) Menyebabkan depresi depresi dan ketidakmampuan dalam merawat
bayi sendiri.
f) Seksual
Secara fisik,aman untuk melakukan hubungan seksual dara
merahberhenti dan ibu dapat memasukkan satu atau dua jarinya ke
dalam vagina tanpa rasa nyeri. Banyaknya budayadan agama yang
melarang untuk melakukan hubungan seksual sampai masa waktu
tertentu, misalnya setelah 40 hari atau 6 minggu setelah kelahiran.
Keputusan bergantung pada pasangan yang bersangkutan.
g) ASI Esklusif
Yang dimaksud dengan ASI Esklusif adalah pemberian ASI tanpa
makanan dan minuman pendamping (termsuk air jeruk, madu, air gula)
yang dimulaisejak bayi baru lahir sampai 6 bulan.pembrian ASI Esklusif
ini tidak selamanya harus berlangsung dari payudara ibuya.
Ternyata ASI yang ditampung dari payudara dan ditunda
pemberiannya kepada bayi melalui metode penyimpanan yang benar
relatif masih sama kualitasnya dengan ASI yang langsung dari payudara
ibunya. Komposisi ASI sampai dengan 6 bulan sudah cukup untuk
memenuhi kebutuhan gizi bayinya,meskipun tanpa tambahan makanan
atau produk minuman pendamping ( sulisyawati,2009).
h) Keluarga Berencana
Keluaraga berencana KB merupakan salah satu pelayanan preventif
yang paling dasar dan utama bagi wanita,meskipun tidak diakui demikian,
untuk optimalisasi manfaat kesehatan KB, pelayanan tersebut harus
disediakan bagi wanita dengan cara menggabungkan dan memenuhi
kebutuhan pelayanan kesehatan reproduksi utama dan yang lainnya
serta juga responsif terhadap tahap kehdupan teproduksi wanita (Heryani
R, 2012).
Keluarga berencana adalah usaha untuk mengukur jumlah dan jarak
anak yang diinginkan,maka dari itu dibuatlah beberapa cara untuk
mencegah aatu memenunda kehamilan dengan tujuan membentuk
keluarga kecil, sesuai dengan kekuatan sosial ekonomi suatu
keluarga,dengan cara pengaturan kelahiran anak agar diperoleh suatu
keluarga bahagia dan sejahtera yang dapat memenuhi kebutuhan
kehidupan ( Sulistyawati,2012).

Tabel 4
Kontrasepsi pasca persalianan
Waktu Pasca
Ciri-ciri Khusus Catatan
Persalinan
MAL a. Mulai segera a.Manfaat a. Harus benar-
pasca kesehatan bagi benar ASI
persalinan ibu dan bayi eksklusif
b. Efektivitas b.Memberikan b. Efektivitas
tinggi sampai 6 waktu untuk berkurang jika
bulan pasca memilih mulai
persalinan dan kontrasepsi lain suplementasi
belum haid
Kontrasepsi a. Sebelum 6 a. Selama 6 a. Perdarahan
minggu pasca minggu pertama irreguler dapat
progestin
persalinan klien pasca terjadi
menyusui, persalinan,
jangan progestin
menggunakan mempengaruhi
kontrasepsi tumbuh
progestin kembang bayi
b. Jika b. Tidak pengaruh
menggunakan terhadap ASI
MAL
kontrasepsi
progestin dapat
ditunda sampai
6 bulan
c. Jika menyusui
dapat segera
dimulai
d. Jika menyusui,
lebih dari 6
minggu pasca
persalinan, atau
sudah dapat
haid
kontrasepsi
progestin dapat
dimulai setelah
yakin tidak ada
kehamilan
AKDR a. Dapat dipasang a. Tidak ada a. Insersi post
langsung pasca pengaruh plasental
persalinan, terhadap ASI memerlukan
sewaktu sectio b. Efek samping petugas
sesarea, atau lebih sedikit terlatih
48 jam pasca padaklien yang khusus.
persalinan menyusui b. Konseling
b. jika tidak, insersi perlu
ditunda sampai dilakukan
4-6 minggu asuhan
pasca antenatal
persalinan c. Angka
c. Jika laktasi atau pencabutan
haid sudah AKDR tahun
dapat, insersi pertama lebih
tinggi pada
dilakukan
klien
sesudah yakin menyusui
tidak ada d. Ekspulsi
kehamilan spontan lebih
tinggi (6-10%)
pada
pemasangan
pasca
plasental
e. Sesudah 4-6
minggu
pascapersalin
an teknik
sama dengan
pemasangan
waktu interval
Kondom a. Dapat a. Tidak ada a. Sebaiknya
digunakan pengaruh pakai kondom
/Spermisida
setiap pasca terhadap laktasi yang diberi
persalinan b. Sebagai cara pelicin
sementara
sambil memilih
metode lain
Diafragma a. Sebaiknya a. Tidak ada a. Perlu
tunggu sampai pengaruh pemeriksaan
6 minggu pasca terhadap laktasi dalam oleh
persalinan petugas
b. Penggunaan
spermisida
membantu
mengatasi
masalah
keringnya
vagina
KB alamiah a. Tidak dianjurkan a. Tidak pengaruh a. Lendir serviks
sampai siklus terhadap laktasi tidak seperti
haid kembali haid reguler
teratur lagi
b. Suhu basal
kurang akurat
jika klien
sering
terbangun
waktu malam
untuk
menyusui
Koitus a. Dapat a. Tidak ada a. Beberapa
digunakan pengaruh pasangan
intereptus
setiap waktu terhadap laktasi tidak sanggup
atau atau tumbuh untuk
kembang bayi abstinensia
Abstinensia
b. Abstinensia b. Perlu
100% efektif konseling
Kontrasepsi a. Dapat a. Tidak ada a. Perlu anestesi
dilakukan dalam pengaruh local
mantap :
48 jam pasca terhadap laktasi b. Konseling
Tubektomi persalinan atau tubuh sudah harus
b. Jika tidak, kembang bayi dilakukan
tunggu sampai b. Minilaparatomi sewaktu
6 minggu pasca pasca asuhan
persalinan persalinan antenatal
paling mudah
dilakukan dalam
48 jam pasca
persalinan
Sumber : Sukarni, Icemi 2013

i) Asuhan Sayang Ibu Pada Masa Nifas


1) Anjurkan ibuuntuk selalu berdekatan dengan bayinya (rawat gabung)
2) Bantu ibu untuk mulai membiasakan menyusui dengan anjurkan
pemberian ASI sesuai keinginan bayinya
3) Anjurkan suami dan keluarga mengenai nutrisi dan istirahat yang
cukup setelah melahirkan
4) Anjurkan suami dan anggota untuk memeluk bayi dan mensyukuri
kelahirannya
Anjurkan kepada ibu dan anggota keluarganya tentang bahaya dan
tanda-tanda bahaya yang dapat diamati dan anjurkan mereka untuk
mencari pertolongan jika terdapat masalah dan
kekhawatiran(Prawirohardjo, 2010).
j) Tanda Bahayapada Masa Nifas
Tanda-tanda bahaya yang perlu di perhatikan pada masa nifas ini
antara lain:
1) Demam tinggi hingga melebihi 38 0C.
2) Perdarahan vagina yang luar biasa atau tiba-tiba bertambah banyak
(lebih dari perdarahan haid), disertai gumpalan-gumpalan darah
yang besar-besar dan berbau busuk
3) Nyeri perut hebat/rasa sakit di bagian bawah abdomen atau
punggung, serta nyeri ulu hati
4) Sakit kepala parah/terus menerus dan pandangan kabur /masalah
penglihatan.
5) Pembengkakan pada wajah, jari-jari atau lengan
6) Rasa sakit,merah,atau bengkak dibagian betis atau kaki
7) Payudara membengkak, kemerahan, lunak disertai demam
8) Puting payudara berdarah atau merekah, sehingga sulit untuk
menyusui.
9) Tubuh lemas dan terasa seperti mau pingsan,merasasangat letih
atau bernafas terengah-engah
10) Kehilangan nafsu makan dalam waktu lama
11) Tidak bisa buang airbesar selama tiga hari atau rasa sakit waktu
buang air kecil
12) Merasa sangat sedih atau tidak mamapu mengasuh bayinya atau
dirinya sendiri
(Maryunani, 2009)

5. Asuhan Kebidanan Bayi Baru Lahir


a. Pengertian
Asuhan segera setelah bayi baru lahir adalah asuhan yang
diberikan pada bayi tersebut pada jam pertama setelah melahirkan
sebagian besar bayi yang baru lahir akan menunjukan usaha pernafasan
yang spontan dengan sedikit bantuan atau gangguan
(Prawirohardjo,2009).
Asuhan segera bayi baru lahir adalah asuhan yang diberikan pada
bayi tersebut selama jam pertama setelah kelahiran sebagian besar yang
baru lahir akan menunjukan usaha pernafasan spontan dengan sedikit
bantuan atau gangguan (Saifuddin,2010).
b. Asuhan Bayi Baru Lahir
Memberikan asuhan yang aman dan bersih segera setelah bayi
lahir merupakan bagian essensial dariasuhan pada bayi baru lahir antara
lain:
1) Pencegahan infeksi
Bayi baru lahir sangat rentan terhadap infeksi yang disebabkan
oleh paparan atau kontaminasi mikroorganisme selama proses
persalinan berlangsung maupun beberapa saat setelah lahir,sebelum
menangani bayi baru lahir,pastikan penolong persalinan telah
menerapkan upaya pencegahan infeksi.
2) Penilaian Awal
Untuk senula BBL ,lakukan penilaian awal dengan menjawab 4
pertanyaan yaitu :
a) Apakah kehamilan cukup bulan?
b) Apakah air ketuban jernih,tidak bercampur mekonium ?
c) Apakah bayi menangis atau bernafas/tidak megap-megap ?
d) Apakah tonus otot bayi baik/bayi bergerak aktif?
Dalam melaksanakan manajemen asuhan BBL normal,
perhatikan hal-hal seperti dukungan ibu untuk seperti dukungan ibu
untuk menunggu bayi meraih puting susu dan menyusu secara
mandiri jangan memberikan dot atau makanan sebelum bayi berhasil
menyusu, melakukan pemantauan tanda bahaya pada bayi yaitu
tidak dapat menyusu,kejang, bayibergerak hanya
dirangsang,kecepatan nafas>60 kali/menit, tarikn dinding dadabawah
dalam,merintih, sianosis sentral.
3) Pencegahan Kehilanagan Panas
Mekanisme pengaturan suhu tubuh pada bayi baru lahir belum
berfungsi sempurna oleh karena itu,jika tidak segera dilakukan upaya
pencegahan kehilanagan panas tubuh maka bayi baru lahir dapat
mengalami hiportermi. Bayi dengan hiportermi sangat berisiko tinggi
untuk mengalami sakit berat ataubahkan kematian,bayi premature
atau BBLR sangat rentan untuk mengalami hiportermi,mekanisme
kehilangan panas yaitu:
a) Evaporasi
Kehilangan panas dapat terjadi karena penguapan cairan
ketuban pada permukaan tubuh oleh panas tubu bayi sendiri
karena lahir, tubuh bayi tidak segera dikeringkan panas juga
terjadi pada bayi yang terlalu cepat dimandikan dan tubuhnya
tidak segera dikeringkan atau diselimuti.
b) Konduksi
Kehilangan panas tubuh melalui kontak langsung antara
tubuh bayi dengan permukaan yang dingin,meja tempat tidur
atau timbangan yang suhunya lebih rendah dari tubuh bayi akan
menyerap panas tubuh bayi melalui mekanisme konduksi
apabila bayi diletakkan diatas benda-benda tersebut.
c) Konveksi
Kehilangan panas yang terjadi pada bayi terpapar udara
sekitar yang lebih dingin. Bayi yang dilahirkan atau ditempatkan
didalam ruangan yang dingin akan cepat mengalami
kehilanagan panas. Kehilangan panas juga terjadi jika aliran
udara dingin dari kipas angin,hembusan udara dingin melalui
ventilasi pendinginan ruangan.
d) Radiasi
Kehilangan panas yang terjadi karena bayi ditempatkan
didekat benda-benda yang mempunyai suhu lebih rendah dari
suhu tubuh bayi, bayi dapat kehilangan panas dengan cara ini
karena bendabenda tersebut menyerap radiasi panas tubuh bayi
(walaupun tak bersentuhan secara langsung).Mencegah
kehilangan panas dapat dilakukan melalui:
a) Keringkan tubuh bayi tanpamembersihkan verniks
b) Letakkan bayi didada ibu agar terjadi kontak kulit ibu dan
kulit bayi
c) Selimuti bayi dan pakaian topi bayi
d) Jangan segera menimbang atau memandikan bayi baru
lahir
e) Lakukan penimbangan setelah 1 jam kontak kulit ibu ke kulit
bayi dan selesai menyusu,bayi sebaiknya dimandikan > 6
jam setelah lahir
f) Tempatkan bayi dilingkungan yang hangat
g) Bayi jangan dibedong terlalu ketat.
4) Merawat tali pusat
Perawatan tali pusat yang benar dan lepasnya tali pusat
dalam minggu pertama secara bermakna mengurangi insiden infeksi
pada neonatus. Berikut nasehat yang diberikan kepada keluarga
untuk merawat tali pusat antara lain :
a) Jangan membubuhkan apapun ke puntung tali pusat.
b) Lipat popok dibawah ikatan tali pusat
c) Jika puntung tali pusat kotor bersihkan dengan sabun dan air
bersih serta segera keringkan dengan kain bersih, terutama
setelah bayi buang air kecil/besar
d) Apabila tali pusat berwarna merah atau bernanah atau berdarah
atau berbau,maka segera bawa bayi ke petugas kesehatan.

5) Pemberian ASI
Rangsangan hisapan bayi pada puting susu ibu akan
diteruskan oleh serabut syaraf ke hipofise anterior untuk
mengeluarkan hormon proklaktin. Proklaktin akan mempengaruhi
kalenjar asini untuk memperduksi ASI di aveoli, semakin sering bayi
menghisap puting susu maka akan semakin banyak proklatin dari
ASI yang diproduksi, penerapan insiasi menyusui dini IMD,akan
memberikan dampak positif bagi bayi, antara lain
menjalin/memperkuat ikatan emosional antara ibu dan bayi,
memberikan kekebalan pasif yang segera kepada ibu melalui
kolostrum, merangsang kontraksiuterus,dan lain sebagainya.
6) Pencegahan Infeksi Mata
Pencegahan infeksi mata dapat segera diberikan kepada bayi
baru lahir,pencegahan infeksi tersebut dilakukan dengan
menggunkan salep mata Tetraksikilin 1% salep anti antibiotika
tersebut harus diberikan dalam waktu 1 jam setelah kelahiran,
profilaksis infeksi mata tidak efektif bila diberikan lebih dari 1 jam
setelah kelahiran.
7) Pencegahan Pendarahan
Semua bayi baru lahir harus segera diberikan vitamin K1
injeksi 1 mg intramuskular dipaha kiri sesegera mungkin untuk
mencegah pendarahan pada bayi baru lahir akibat defensiensi
vitamin K yang dapat dialami oleh sebagian bayi baru lahir.
8) Pemeriksaan bayi baru lahir
Adapun pemeriksaan pada bayi baru lahir yang dilakukan
adalah lihat postur, tonus dan aktivitas,lihat kulit, hitung pernafasan
dan lihat tekanan dinding dada bawah ketika bayi sedang
tidakmenangis, hitung deyut jantung dengan meletakkan steteskop
didada kiri setinggi apeks kordis, lakukan pengukuran suhu ketiak
dengan termometer, lihat dan raba bagian kepala,lihat bagian mata,
lihat bagian mulut masukan jari yang menggunakan sarung tangan
kedalam mulut dan raba langit-langit, lihat dan raba perut,tali pusat,
punggung dan tulang belakang, memeriksaan ekstermitas atas, dan
bawah, pemeriksaan anus,timbang berat badan bayi dan ukur
panjang bandan bayi (Depkes RI, 2010).
9) Pemberian Imunisasi
Imunisasi sangat penting untuk melindungi bayi dari penyakit-
penyakit menular yang bahkan bisa membahayakan jiwa.
Diindonesia, imunisasi bayi dan anak dikelompokkan menjadi dua.
Kelompok pertama berisi jenis imunisasi yang diwajibkan oleh
pemerintah melalui program pengembangan imunisasi (PPI).
Kelompok imusasi yang diwajibkan ini dibiayai seluruhnya oleh
pemerintah. Oleh karena itu vaksin–vaksin tersebut bisa diperoleh
masyarakat luas secara gratis dipuskesmas dan di posyandu.
Kelompok kedua adalah vaksin-vaksin yang dianjurkan oleh ikatan
dokter anak indonesia (IDAI). Berikut jadual imunisasi terbaruyang
telah direkomondikasikan oleh IDAI pada tahun 2014 .

Tabel 5
Jadwal Imunsasi Dasar
Umur Vaksin
0–7 hari Hepatitis B0
1 bulan BCG, Polio 1
2 bulan DPT-HB-Hib 1, Polio2
3 bulan DPT-HB-Hib 2, Polio3
4 bulan DPT-HB-Hib 3 Polio4
9 bulan Campak
Sumber : Kementerian Kesehatan RI, 2010

c. Pelayanan Kesehatan Neonatus


Pelayanan kesehatan neonatus merupakan pelayanan yang
diberikan oleh tenaga kesehatan (doker sepsialis anak, bidan, perawat)
sesuai standarminimal sebanyak 3 kali selama periode 0 sampai 28 hari
setelah lahir, baik difasilitas kesehatan maupun dengan melakukan
kunjungan rumah.
Pelakasanan pelayanan kesehatan neonatus meliputi :
1) Kunjungan neonatal ke 1 (KN1) dilakukan pada kurun waktu 6-48jam
setelah lahir asuhan yang diberikan yaitu untuk mempertahankan
suhu tubuh bayi, pemeriksaan fisik bayi, memberikan imunisasi HB-
0.
2) Kunjungan neonatal ke 2 (KN2) dilakukan pada kurun waktu hari ke
3 sampai hari ke 7 sampai lahir asuhan yang diberikan yaitu menjaga
tali pusat dalam keadaan bersih dan kering, menjaga kebersihan
bayi dan pemeriksaan tanda bahaya seperti infeksi bakteri, dan
masalah pemberian ASI.
3) Kunjungan neonatal ke 3(KN 3) dilakukan pada kurun waktu hari ke
8 sampai dengan hari ke 28 setelah lahir asuhan yang diberikan
yaitu mejaga keamanan bayi, memberitahu ibu tentang imunisasi
BCG, menjaga suhu tubuh bayi.
Kunjungan neonatus bertujuan untuk meningkatkan akses
neonatus terhadap pelayanan kesehatan dasar, serta mengetahui
kelainan atau masalah kesehatan sejak dini. Pelayanan kesehatan
neonataus dilakukan secara komprehensif dengan menggunakan
pendekataan manajemn terpadu bayi muda (Yulifah dan
Yuswanto,2014).
d. Tanda Bahaya Bayi Baru Lahir
Tanda-tanda bahaya bayi baru lahir menurut (Yulifah dan
Yuswanto,2014). Sebagai berikut :
1) Tidak mau minum atau menyusu atau memuntahkan semua ASI
2) Riwayat kejang
3) Kesadaran letargi (bergerak hanya saat ada rangsangan)
4) Frekuensi pernafasan lebih kecil  30 kali permenit dan  60 kali
permenit
5) Suhu tubuh  35,6 oC atau  37,5oC
6) Tarikan dinding dada kedalam sangat kuat
7) Bayi merintih
8) Ada pustula dikulit
9) Mata banyak nanah atau pus
10) Pusar kemerahan meluas sampai kepurut.
11) Mata cekung, kulit perut apabila dicubit kembali sangat lambat
12) Timbul kuning atau peses berwarna pucat
13) Berat badan menurur umur terendah atau ada masalah pemberian
ASI
14) Kelainan kongenital seperti ada celah bibir dan langit-langit
Rujuk kepasilitas kesehatan bila menemukan salah satu tand
bahaya. Penanganan komplikasi kebidanan merupakan bentuk
pelayanan yang diberikan oleh tenaga kesehatan kompeten pada ibu
dengn komplikasi kebidanan yang bertujuan untuk memperoleh
penanganan depinitif sesuai standar pada tingkat pelayanan kesehatan
dasar rujukan.

B. Kerangka Teori

ASUHAN KEBIDANAN
KOMPREHENSIF

Asuhan Kebidanan Asuhan Kebidanan Asuhan Asuhan Bayi


Kehamilan Persalinan Kebidanan Nifas Kebidanan Baru
Lahir
Asuhan Nifas : Asuhan BBL :
Asuhan Persalinan :
Dengan 60 langkah
Asuhan 1. Kunjungan I 1. Asuhan Bayi Baru Lahir
APN dan Asuhan
Kehamilan : Sayang Ibu (6 jam-3 hari) Normal
Dengan standar * TD, TFU, 2. Kunjungan Neonatus :
pelayanan 10 T 1. Kala I perdarahan a. Kunjungan neonatus
a. Tanda gejala masase. I (6-48 jam setelah
1. Kunjungan 1 lahir)
b. Asuhan Kala I 2. Kunjungan II(4 -
pada trimester I
sesuai APN 28 hari *suhu tubuh
2. Kunjungan 2
pada trimester 2. Kala II postpartum) bayi,perawatan tali
II a. APN * makan protein, pusat
3. Kunjungan 3 b. Asuhan Kala II kebersihan b. Kunjungan neonatus
pada trimester 3. Kala III payudara II (3-7 hari setelah
III Manajemen aktif lahir)
3. Kunjungan III
Kala III (29-42 hari *perawatan tali
4. Kala IV postpartum pusat, tanda bahaya
Pemantauan 2 jam *KB pasca salin BBL
Postpartum c. Kunjungan neonatus
III (8-28 hari setelah
lahir)
*menjaga keamanan
bayi
Bagan 1.
Kerangka Teori
Sumber : Modifikasi dari Hani, dkk 2011, Sulistyawati, A & Nugraheny, 2010, Kementerian
Kesehatan RI, 2010.
BAB III
PERSIAPAN PELAKSANAAN PENGKAJIAN

Penulisan laporan kasus ini, penulis melakukan studi kasus yang merupakan suatu
metode untuk memahami individu yang dilakukan sendiri oleh penulis secara integrative dan
komprehensif agar diperoleh pemahaman yang mendalam tantang individu tersebut beserta
masalah yang dihadapinya dengan tujuan masalahnya dapat terselesaikan dan memperoleh
perkembangan diri yang baik.
Laporan kasus ini menggunakan pemecahan masalah yang terjadi pada subjek yang
meliputi pengkajian, analisa masalah, rencana tindakan, pelaksanaan evaluasi dan
pendokumentasian dengan berdasarkan SOAP.
Berikut rincian pelaksanaan laporan kasus, yaitu :
A. Tempat dan Waktu
1. Tempat
Tempat pelaksanaan Asuhan Kebidanan yang telah dilaksanakan di BPM
bd. Ririk Puji Lestari,Amd.Keb.
2. Waktu
Waktu pelaksanaan Asuhan Kebidanan yang telah dilaksanakan pada bulan
Februari sampai Mei 2017.

B. Subjek
Subjek pada laporan Asuhan Kebidanan adalah pada Ny. S dan Bayi Ny. S usia
29 Tahun yang melakukan pemeriksaan kehamilan, nifas dan bayi baru lahir di BPM
bd. Ririk Puji Lestari,Amd.Keb.

C. Definisi Operasional
Tabel 6.
Definisi Operasional
No Variabel Defenisi Operasional Alat Ukur Cara Ukur
1 Asuhan Asuhan kebidanan yang Format Wawancara
Kebidanan diberikan penulis pengkajian observasi
Kehamilan kepada Ny.S dengan asuhan Studi
melakukan kebidanan Dokumentasi
pemeriksaan dan pada ibu hamil
pelayanan sesuai
standar asuhan
kehamilan 10 T di BPM
bd. Ririk Puji
Lestari,Amd.Keb
sebanyak 3 kali
kunjungan di TM III

2. Asuhan Asuhan kebidanan Format Wawancara


Kebidanan masa persalinan yang pengkajian observasi
Persalinan diberikan penulis asuhan Studi
kepada Ny. S di BPM kebidanan Dokumentasi
Bd. Ririk Puji pada ibu
Lestari,Amd.Keb sesuai bersalin,
dengan 60 langkah partograf
Asuhan Persalinan
Normal kala I, II, III, IV

3. Asuhan Asuhan kebidanan Format Wawancara


Kebidanan dimana penulis pengkajian observasi
Nifas berperan dan asuhan Studi
bertanggung jawab kebidanan Dokumentasi
dalam memberikan pada ibu nifas
pelayanan kepada ibu
nifas Ny. S dengan
kunjungan nifas
pertama pada 6 jam
setelah persalinan di
BPMbd. Ririk Puji
Lestari,Amd.Keb dan
kunjungan dirumah Ny.
S pada 7 hari setelah
persalinan

4. Asuhan Asuhan kebidanan yang Format Wawancara


Kebidanan diberikan penulis pengkajian observasi
Bayi Baru kepada bayi Ny. S asuhan Studi
Lahir dengan kunjungan kebidanan Dokumentasi
pertama pada 6 jam pada bayi baru
setelah lahir di BPM bd. lahir
Ririk Puji
Lestari,Amd.Keb dan
kunjungan dirumah Ny.
S pada 7 hari setelah
lahir

D. Teknik Pengumpulan Data


Teknik pengumpulan data yang digunakan pada laporan kasus asuhan
kebidanan komprehensif ini yaitu penulis mengamati secara langsung pada pasien
atau menggunakan teknik sebagai berikut :
1. Interview ( wawancara)
Wawancara yang penulis lakukan adalah melalui teknik anamnesa dalam
kebidanan. Anamnesa dalam kebidanan yang diajukan yaitu berupa pernyataan
terarah yang ditujukan kepada subjek untuk mengetahui keadaan subjek dan
faktor resiko yang dimilikinya, seperti keluhan yang dirasakan, riwayat
menstruasi, riwayat kehamilan sekarang dan yang lalu, riwayat penyakit,
penyakit penggunaan alat kontrasepsi dan lain lain (Hani,dkk, 2010)
2. Observasi ( pengamatan)
Pengukuran pengamatan secara terstruktur berbeda dari jenis observasi
yang tidak terstruktur yaitu secara cermat mendefinisikan apa yang akan
diobservasi melalui suatu perencanaan yang matang. Penulis tidak hanya
mengobservasikan fakta fakta yang ada pada subjek, tetapi lebih di dasarkan
pada perencanaan penulisan yang sudah sesuai pengelompokkannya.
a. Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan fisik terdiri dari pemeriksaan fisik dan pemeriksaan
penunjang. Pemeriksaan fisik digunakan untuk mengetahui keadaan fisik
pasien secara sistematis dengan cara inspeksi, palpasi, auskultasi, dan
perkusi.
1) Pemeriksaan fisik lengkap dilakukan pada kunjungan awal ibu hamil
untuk memastikan apakah ibu hamil tersebut mempunyai abnormalitas
medis atau penyakit berupa pemeriksaan TTV, pemeriksaan head to
toe, pemeriksaan Leopold, pemeriksaan kesejahteraan janin,
pemeriksaan panggul luar, dan pemeriksaan penunjang.
2) Pemeriksaan fisik pada ibu bersalin berguna untuk mengetahui
perubahan yang terjadi pada suatu pemeriksaan ke pemeriksaan
berikutnya. Pemeriksaan fisik pada ibu bersalin berupa pemeriksaan
kemajuaan pembukaan,
3) Pemeriksaan fisik pada ibu nifas berupa pemeriksaan tanda-tanda vital,
pemneriksaan payudara, pemeriksaan genetalia, lokea, perineum dan
bagian bekas jahitan (jika ada).
4) Pemeriksaan fisik pada bayi baru lahir dilakukan dalam 2 tahapan yaitu
tahapan pertama dilakukan segera setelah lahir yang bertujuan untuk
mengetahui adaptasi bayi baru lahir dengan kehidupan diluar uterus
untuk memastikan keadaan bayi normal. Kemudian periksa tahap
kedua dilakukan lebih lengkap dimana dapat disertai hasil pemeriksaan
diagnostik / penunjang dan catat medik lainnya.
b. Pemeriksaan penunjang
Pemeriksaan penunjang yang dilakukan berupa pemeriksaan Hb,
Glukosa Urine, dan Protein Urine (Rukiyah, 2009).
3. Studi Dokumentasi
Studi dokumentasi yang digunakan penulis dalam laporan ini berupa data
sekunder. Adapun data sekunder yang digunakan pada laporan ini diperoleh dari
:
a. Profil Dinas Kesehatan Provinsi Kepri
b. Profil Dinas Kesehatan Kota Tanjungpinang
c. Profil Kementerian Kesehatan RI
d. Buku KIA
e. Status pasien dan hasil USG
BAB IV
HASIL PENGKAJIAN DATA

A. Asuhan Kebidanan Kehamilan


Tanggal 01 Mei 2017 pukul 19.30 WIB
Ibu bernama Ny.S usia 29 tahun, agama islam, golongan darah A dan
pekerjaan ibu seorang Ibu Rumah Tangga. Tn. S umur 32 tahun, agama islam,
golongan darah O, pekerjaan suami Swasta, alamat Kp. Sumber rejo
Ibu datang untuk memeriksakan kehamilan dan keluhannya mudah merasa
lelah sejak usia kehamilan 34-35 minggu. HPHT 20 Agustus 2016, TP 27 Mei
2017. Kehamilan ini merupakan kehamilan pertama. Ibu mengatakan pada
trimester pertama mengeluhkan mual, muntah, pusing dan trimester kedua tidak
ada keluhan. Gerakan janin aktif lebih dari 10 kali perhari. Ibu mengatakan
pernah melakukan Screening test di Puskesmas batu 10 tanggal 03 Maret 2017
dengan hasil negatif (-). Ibu dan keluarga tidak mempunyai riwayat penyakit
keturunan. Kegiatan sehari-hari ibu mengurus keluarga dan rumah.
Keadaan umum ibu baik, kesadaran composmentis, tekanan darah 110/70
mmHg, nadi 76 kali permenit, pernafasan 20 kali permenit, suhu 36,5 oC. BB ibu
sekarang 60 kg, TFU 30 cm, Leopold I bagian fundus perut ibu teraba bulat,
lunak dan tidak melenting berarti bokong janin, Leopold II bagian kanan perut ibu
teraba keras, panjang dan memapan, berarti ini punggung janin, sedangkan
pada bagian kiri teraba tonjolan kecil berarti ini ekstremitas janin. Leopold III
pada bagian bawah perut ibu teraba bulat, keras dan melenting berarti ini kepala
janin dan masih dapat digoyangkan. Leopold IV tidak dilakukan. Tafsiran Berat
Janin (30-13) x 155 = 2635 gram, pemeriksaan auskultasi didapatkan DJJ (+),
frekuensi 134 kali permenit, punctum maksimum di bagian bawah kanan perut
ibu. Keluhan ibu pada kunjungan pertama yaitu ibu sering merasa lelah.
Dari hasil pemeriksaan diagnosa nya adalah Ny. S G1P0A0 usia kehamilan
34-35 minggu, kemudian penulis memberikan asuhan kepada Ny.S antara lain :
Menginformasikan hasil pemeriksaan, memberikan penkes ketidaknyamanan ibu
yaitu lelah, memberitahu kepada ibu tentang pola aktivitas, memberitahu ibu
untuk mengkonsumsi gizi seimbang, menginformasikan kepada ibu tanda
bahaya kehamilan, memberitahu ibu cara pemberian tablet Fe, dan jadwal
kunjungan ulang ibu pada tanggal 13 Mei 2017.
Dua minggu kemudian pada tanggal 13 Mei 2017, pukul 10.00 WIB
Ibu mengatakan ingin memeriksakan kehamilannya, ibu mengatakan tidak ada
masalah dengan kehamilannya sekarang, ibu sudah menemukan posisi yang
nyaman saat tidur sehingga tidak merasa lelah lagi, ibu sudah mengurangi
aktivitas yang berat dan melakukan olahraga ringan jalan di pagi hari.
Pada pemeriksaan ini keadaan umum ibu baik, kesadaran composmenthis,
tekanan darah 120/70 mmHg, nadi 76 kali permenit, pernafasan 19 kali
permenit, suhu 36,5 oC BB ibu 61 kg. Pada pemeriksaan fisik ibu dari kepala
hingga kaki dalam keadaan normal, tidak ada kelainan, sudah ada pengeluaran
kolostrum, pembesaran abdomen sesuai usia kehamilan, TFU 31 cm. Leopold I
bagian fundus ibu teraba bulat, lunak dan tidak melenting yaitu bokong janin,
leopold II bagian kanan perut ibu teraba keras, panjang dan memapan yaitu
punggung janin, sedangkan bagian kiri perut ibu teraba tonjolan-tonjolan kecil
yaitu ekstremitas janin, leopold III pada bagian bawah perut ibu teraba bulat,
keras dan melenting yaitu kepala janin, leopold IV tidak dilakukan. Tafsiran Berat
Janin (31-13) x 155 = 2790 gram. pemeriksaan auskultasi didapatkan DJJ (+),
frekuensi 134 kali permenit, punctum maksimum di bagian bawah kanan perut
ibu.
Dari hasil pemeriksaan bahwa pada saat ini usia kehamilan ibu yaitu 36-37
minggu, Asuhan yang diberikan kepada Ny. S yaitu : memberitahu ibu hasil
pemeriksaan, mengingatkan kembali kepada ibu tentang tanda bahaya
kehamilan, mengingatkan kembali ibu tanda bahaya kehamilan,
menginformasikan tanda-tanda persalinan dan persiapan persalinan, jadwal
kunjungan ulang ibu pada tanggal 20 Mei 2017.
Satu minggu kemudian pada tanggal 20 Mei 2017, pukul 19.00 WIB
Ibu mengatakan ingin memeriksakan kehamilannya dan mengeluh nyeri
pinggang, ibu mengatakan sudah istirahat yang cukup dan mengurangi aktivitas
yang berat.
Keadaan umum ibu baik, kesadaran composmenthis, tekanan darah 110/70
mmHg, nadi 78 kali permenit, pernafasan 20 kali permenit, suhu 36,5 oC BB ibu
62 kg. Pada pemeriksaan fisik ibu dari kepala hingga kaki dalam keadaan
normal, tidak ada kelainan, sudah ada pengeluaran kolostrum, pembesaran
abdomen sesuai usia kehamilan, TFU 31 cm. Leopold I bagian fundus ibu
teraba bulat, lunak dan tidak melenting yaitu bokong janin, leopold II bagian
kanan perut ibu teraba keras, panjang dan memapan yaitu punggung janin,
sedangkan bagian kiri perut ibu teraba tonjolan-tonjolan kecil yaitu ekstremitas
janin, leopold III pada bagian bawah perut ibu teraba bulat, keras dan melenting
yaitu kepala janin, leopold IV tidak dilakukan. TFU 31 cm, Tafsiran Berat Janin
(31-12) x 155 = 2935 gram, . pemeriksaan auskultasi didapatkan DJJ (+)
frekuensi 139 kali permenit, punctum maksimum di bagian bawah kanan perut
ibu.
Dari pemeriksaan diatas ibu mengeluh nyeri pinggang, Pada saat ini usia
kehamilan ibu yaitu 37-38 minggu, kemudian asuhan yang diberikan kepada Ny.
S yaitu : menginformasikan hasil pemeriksaan, memberikan penkes
ketidaknayaman ibu yaitu nyeri pinggang, mengingatkan kembali tanda bahaya
kehamilan, menanyakan kembali kepada ibu tanda persalinan, melakukan
konseling tentang alat kontrasepsi, memberi therapy tablet Fe, jadwal kunjungan
ulang ibu tanggal 27 Mei 2017.

Asuhan Kebidanan Persalinan


Tanggal 27 Mei, pukul 01.30 WIB
Ny. S mengatakan nyeri perutnya semakin sering disertai lendir bercampur
darah, tetapi belum ada keinginan untuk meneran.
Pada pemeriksaan fisik dari kepala hingga ke kaki ibu normal, tidak ada
kelainan.
Keadaan umum ibu baik, kesadaran composmenthis, tekanan darah 110/70
mmHg, nadi 80 kali permenit, pernafasan 20 kali permenit, suhu 36,5 oC,
Leopold I bagian fundus ibu teraba bulat, lunak dan tidak melenting yaitu bokong
janin, leopold II bagian kanan perut ibu teraba keras, panjang dan memapan
yaitu punggung janin, sedangkan bagian kiri perut ibu teraba tonjolan-tonjolan
kecil yaitu ekstremitas janin, leopold III pada bagian bawah perut ibu teraba
bulat, keras dan melenting yaitu kepala janin, leopold IV divergen. Tafsiran Berat
Janin (31-11) x 155 =3100 gram, . pemeriksaan auskultasi didapatkan DJJ (+)
frekuensi 139 kali permenit, punctum maksimum di bagian bawah kanan perut
ibu.
Dari hasil pemeriksaan ibu didapatkan His 4 kali dalam 10 menit durasi 40
detik. Lalu dilakukan pemeriksaan dalam, vagina tidak ada kelainan, portio tipis
dan lunak, pembukaan 8 cm, ketuban teraba, utuh, presentasi kepala,
penurunan kepala H II, pengeluaran lendir bercampur darah. Pada saat ini
diagnosa nya adalah Ny. S G1P0A0H0 dengan usia kehamilan 39-40 minggu
inpartu kala 1 fase aktif, kamudian asuhan yang diberikan kepada Ny. S antara
lain : Menginformasikan hasil pemeriksaan kepada ibu, saat ini pembukaan 8
cm. menganjurkan ibu untuk tetap melakukan teknik relaksasi, menganjurkan ibu
untuk miring kekiri, mengingatkan kembali kepada suami untuk selalu memijat
pinggang ibu, mengajarkan ibu cara meneran yang baik dan benar ketika
pembukaan sudah lengkap, memberitahu ibu untuk BAB atau BAK,
mengobservasi kemajuan persalinan.
Setelah itu 30 menit kemudian, Ibu mengatakan sakitnya semakin sering
dan kuat, ada keinginan untuk meneran. Pukul 02.05 WIB ketuban pecah
berwarna jernih.
Pemeriksaan dalam, pembukaan 10 cm, porsio tidak teraba, ketuban jernih,
penurunan H IV, perdarahan kala I ±20 cc dan dilakukan pemeriksaan tekanan
darah 120/70 mmHg, nadi 80 x/menit, pernafasan 20 x/menit, suhu 36,5oC, his 5
x dalam 10 menit durasi 50 detik, DJJ 142 x/menit.
Pada saat ini Ny. S di diagnosakan parturien kala II, kemudian asuhan yang
diberikan kepada Ny. S antara lain : meginformasikan hasil pemeriksaan,
membantu ibu mengambil posisi setengah duduk, memimpin ibu untuk
mengedan yang baik dan benar, memimpin persalinan ibu. Bayi lahir spontan
pukul 02.40 WIB, jenis kelamin perempuan, melakukan penilaian sepintas
kepada bayi, mengeringkan bayi diatas perut ibu, memotong tali pusat dan
melakukan IMD selama 1 jam.
Setelah itu 10 menit kemudian Ibu mengatakan senang dengan kelahiran
bayinya, namun perutnya masih terasa mulas
Keadaan umum ibu baik, kesadaran composmentis, tekanan darah 120/70
mmHg, nadi 80 x/menit, pernafasan 22 kali permenit, nadi 80 kali permenit,
kandung kemih kosong, perdarahan kala II : ± 40 cc, tanda-tanda pelepasan
plasenta yaitu : tali pusat memanjang, keluar semburan darah dan uterus
globuler. Pada saat ini Ny. S di diagnosa dengan parturien kala III, kemudian
asuhan yang diberikan kepada Ny. S antara lain : Memberitahukan ibu bahwa
keadaan ibu baik, memberitahu ibu bahwa akan disuntik, plasenta lahir pukul
02.55 WIB, melakukan masase fundus uteri sebanyak 15 kali selama 15 detik,
melakukan pemeriksaan plasenta. memeriksa adanya laserasi pada vagina dan
perineum.
Setelah itu 5 menit kemudian, Ibu mengatakan senang dengan
persalinannya yang berjalan normal.
Keadaan umum baik, kesadaran composmenthis, tekanan darah 120/80 mmHg,
nadi 80 kali permenit, pernafasan 20 kali permenit, suhu 36,6 oC, TFU 2 jari
dibawah pusat, kontraksi baik, kandung kemih kosong, perdarahan kala III ±60
cc, laserasi derajat 2. Pada saat ini Ny. S di diagnosa dengan parturien kala IV,
asuhan yang diberikan pada Ny. S antara lain : menginformasikan bahwa ari-
arinya telah lahir, terdapat laserasi pada vagina ibu, memastikan uterus
berkontraksi dengan baik, mengajarkan ibu untuk selalu mengusap bagian keras
di perutnya atau rahim ibu searah jarum jam, membiarkan bayi tetap melakukan
kontak kulit ke kulit di dada ibu paling sedikit 1 jam, melakukan penimbangan
dan pengukuran bayi serta memberikan vit.K, mengajari ibu untuk mobilisasi dini
yang biasa dilakukan seperti miring kekiri dan kekanan, dan melakukan
pemantauan kala IV.

B. Asuhan Kebidanan Postpartum


Pada tanggal 27 Mei 2017, pukul 07.45 WIB 6 jam setelah bersalin di BPM
Bd. Ririk Puji Lestari. Ibu mengatakan keadaannya baik dan tidak ada keluhan.
Riwayat persalinan, tanggal 27 Mei 2017, pukul 02.40 WIB ibu melahirkan anak
pertama, jenis persalinan spontan, ditolong oleh bidan, tidak ada komplikasi,
jumlah perdarahan pada kala I ± 20 cc, kala II ± 40 cc, kala III ±60 cc dan kala IV
±60 cc dalam batas normal. Jenis kelamin perempuan, berat badan 3100 gram,
panjang 49 cm, tidak ada kelainan bawaan, plasenta lahir lengkap, selaput
ketuban utuh, tali pusat normal, ibu senang dengan kelahiran anaknya.
Keadaan umum baik, kesadaran composmenthis, tekanan darah 110/70
mmHg, suhu 36,5oC, nadi 78 kali permenit, pernafasan 20 kali permenit,
pemeriksaan dari kepala hingga ke kaki normal, tidak ada kelainan. TFU 2 jari
dibawah pusat, kontraksi baik, vulva tidak ada kelainan, perineum terdapat luka
bekas jahitan, tidak ada kelainan, pengeluaran lochea rubra.
Pada saat ini diagnosakan nya adalah Ny. S P1A0H1 6 jam postpartum normal,
kemudian asuhan yang diberikan kepada ibu masa nifas yaitu :
Menginformasikan hasil pemeriksaan, mengingatkan kembali masase uterus
dengan mengusap bagian keras di perutnya searah jarum jam, menjelaskan
kepada ibu cara melakukan perawatan luka jahitan, mengajarkan ibu untuk
ambulasi dini yaitu berlatih untuk duduk, mengajarkan ibu cara menyusui yang
benar, memberitahu cara perawatan payudara, menjelasakan tentang alat
kontrasepsi MAL, memberitahu tanda bahaya nifas, dan melakukan kunjungan
ulang tanggal 03 Mei 2017.
Satu minggu kemudian di rumah klien, Ibu mengatakan keadaannya baik,
ASI yang keluar lancar, tidak ada keluhan, Pola istirahat ibu tidur siang 1 jam
perhari, tidur malam 7 jam perhari tidak ada masalah, aktivitas sehari-hari ibu
melakukan pekerjaan rumah tangga dan menyusui bayinya, ibu senang dengan
kelahiran bayinya.
Keadaan umum baik, kesadaran, kesadaran composmentis, tekanan darah
120/80 mmHg, suhu 36,5oC, nadi 75 kali permenit, pernafasan 19 kali permenit,
pemeriksaan dari kepala hingga ke kaki normal, tidak ada kelainan. Pembesaran
pertengahan pusat simfisis, kontraksi baik, pada perineum terdapat luka bekas
jahitan, bersih, kering tidak ada tanda-tanda infeksi, pengeluaran lochea
sanguilenta.
Dari hasil pemeriksaan diatas diagnosanya adalah Ny. S P1A0H1 Kemudian
asuhan yang diberikan kepada Ny. S antara lain : Menginformasikan kepada ibu
bahwa keadaan ibu baik, memberikan penkes gizi seimbang, menjelaskan
kepada ibu tentang tanda-tanda bahaya masa nifas, menginformasikan kembali
kepada ibu tentang kontrasepsi MAL, menginformasikan kepada ibu untuk
kunjungan lagi pada hari ke 29-42 ke tenaga kesehatan.

C. Asuhan Kebidanan Bayi Baru Lahir


Pada tanggal 27 Mei 2017, pukul 07.45 WIB, 6 jam setelah bersalin, bayi
Ny.S P1A0H1 usia kehamilan 40 minggu, lahir tanggal 27 Mei 2017 pukul 02.40
WIB, jenis kelamin perempuan, berat badan 3100 gram, panjang badan 49 cm,
riwayat persalinan spontan, tidak ada penyulit, ditolong oleh bidan, kala I
lamanya 1 jam, kala II 30 menit, kala III 10 menit, kala IV 2 jam. Bayi sudah
diberikan Vit K dan tetes mata setelah 1 jam lahir, keadaan bayi baru lahir baik
dilakukan rangsangan taktil dan isap lendir.
Keadaan umum bayi baik, suhu 36,7oC, nadi 126 kali permenit, pernafasan
44 kali permenit, pemeriksaan antropometri berat badan 3100 gram, panjang
badan 49 cm, lingkar kepala 34 cm, lingkar dada 32 cm, lingkar perut 31 cm,
LILA 12 cm, pemeriksaan dari kepala hingga ke kaki normal, tidak ada kelainan.
Dari hasil pemeriksaan diatas penulis mendiagnosa bahwa Bayi Ny. S usia
6 jam dengan Bayi Baru Lahir Normal kemudian asuhan yang diberikan pada
bayi baru lahir yaitu : Menginformasikan hasil pemeriksaan, memberitahu
kepada ibu bahwa bayi akan disuntik, meganjurkan ibu untuk tetap memberikan
ASI eksklusif selama 6, menganjurkan ibu untuk menjemur bayinya agar bayi
tidak kuning, mengajarkan ibu cara memandikan bayi, menjaga kehangatan
tubuh bayi agar tidak hipotermi dengan cara memakaikan topi dan membedong
bayi, menginformasikan kepada ibu tentang perawatan tali pusat, memberitahu
tanda bahaya bayi baru lahir, menginformasikan kepada ibu akan ada kunjungan
rumah pada hari ke 7 setelah bayi lahir.
Setelah itu satu minggu kemudian penulis melakukan kunjungan di rumah
klien, Ibu mengatakan keadaan bayinya baik, kuat menyusu frekuensi ASI 8-9
kali perhari, BAK 8 kali/hari, BAB 3 kali/hari, gerakannya aktif dan ibu
mengatakan tali pusat telah putus di hari ke 5.
Keadaan umum bayi baik, suhu 36,7oC, nadi 126 kali permenit, pernafasan
44 kali permenit, berat badan 3300 gram, panjang badan 52 cm, lingkar kepala
34 cm, lingkar dada 32 cm, lingkar perut 31 cm, LILA 12 cm. Melakukan
pemeriksaan dari kepala hingga ke kaki normal, tidak ada kelainan. Dari hasil
pemeriksaan diatas penulis mendiasgnosa Bayi Ny. S usia 7 hari dengan bayi
baru lahir normal, kemudian penulis memberikan asuhan antara lain :
Menginformasikan kepada ibu bahwa keadaan bayi baik, mengingatkan ibu
untuk memberi ASI kepada bayinya, memberitahu ibu untuk menjaga kebersihan
bayinya, mengingatkan kembali tanda bahaya bayi baru lahir, menginformasikan
kepada ibu tentang imunisasi pada bayinya yaitu imunisasi BCG setelah umur
anak 1 bulan. menganjurkan ibu untuk selalu membawa anaknya ke posyandu,
menganjurkan kepada ibu untuk melakukan kunjungan pada hari ke 8-28 ke
tenaga kesehatan.
BAB V

PEMBAHASAN

Pada studi kasus ini penulis mengikuti perkembangan kehamilannya Ny.S


mulai sejak usia kehamilan 34 minggu hingga bersalin, nifas dan bayi baru lahir
sampai dengan 7 hari. Tetapi penulis memberikan asuhan kebidanan pada saat
usia kehamilan 34-35 minggu. Pada bab ini berisi mengenai pembahasan kasus
yang diambil penulis dan akan dibahas dengan membandingkan antara teori dan
praktik di lapangan. Untuk lebih sistematisnya maka penulis membuat
pembahasan dengan mengacu pada pendekatan manajemen kebidanan,
menyimpulkan data, menganalisa data dan melakukan penatalaksanaan asuhan
sesuai dengan manajemen kebidanan.

A. Asuhan Kebidanan Kehamilan


Berdasarkan hasil pemeriksaan subjektif yang dilakukan dengan wawancara
bahwa Ny. S usia 29 tahun G1P0A0H0 HPHT 20-08-2016, tafsiran persalinan 27-
05-2017, siklus menstruasinya selama 28 hari. Pada kehamilan trimester I, ibu
mengalami keluhan mual, muntah dan pusing. Pada trimester II tidak ada
keluhan dan pada trimester III ibu mengalami sakit pinggang. Ibu juga
mengatakan bahwa pergerakan janin lebih dari 10 kali perhari.
Pada kontak pertama antara penulis Ny.S tanggal 01 Mei 2017, penulis
melakukan informed consent dan melakukan kunjungan kehamilan yang
pertama pada tanggal 01 Mei 2017. Berdasarkan pendokumentasian di buku KIA
Ny.S melakukan kunjungan antenatal care sebanyak 2 kali yaitu 2 kali pada
trimester pertama, 1 kali pada trimester kedua dan 3 kali pada trimester ketiga.
Usia kehamilan ibu pada saat dilakukan pemeriksaan oleh penulis sudah 33-34
minggu dan jadwal kunjungan ulang yang dianjurkan adalah 2 minggu lagi.
Menurut teori Kemenkes (2012) bahwa pemeriksaan antenatal care dilakukan
minimal sebanyak 4 kali selama kehamilan yaitu 1 kali pada trimester pertama, 1
kali pada trimester kedua, dan 2 kali pada trimester ketiga. Kunjungan dianjurkan
4 minggu sampai usia kehamilan 28 minggu, setiap 2 minggu sampai usia 36
minggu dan 1 minggu setelah kehamilan 36 minggu. Hal ini sesuai dengan teori.
Pada kehamilan ini Ny.S tidak mendapatkan imunisasi TT. Ny.S telah
mendapatkan imunisasi TT 1 pada saat bayi, TT 2 pada saat bayi, TT3 pada
saat SD kelas 1, TT4 pada saat SD kelas 2, TT5 pada saat calon pengantin.
Menurut teori status TT1 dan TT2 dicapai melalui pemberian imunisasi dasar
ketika bayi, status TT3 dicapai pada saat anak kelas 1 SD melalui kegiatan
BIAS, status TT4 dan TT5 dapat dicapai pada saat anak kelas 3 SD, calon
pengantin atau saat kehamilan, apabila statusnya sudah lengkap (TT5), maka
imunisasi TT tidak perlu diberikan lagi (Hani, dkk, 2011). Pada kehamilan ini
Ny.S tidak diberikan imunisasi lagi di karenakan ibu telah lengkap mendapatkan
imunisasi TT dan hal ini sesuai dengan teori.
Kemudian dilakukan pemeriksaan objektif dan didapatkan hasil
pemeriksaan berat badan pada Ny.S di kunjungan kehamilan yang pertama
kenaikannya yaitu 10,5 kg selama hamil, dengan tinggi badan 160cm, tekanan
darah 110/70 mmHg dan jumlah pengukuran LiLA 27 cm. Menurut teori kenaikan
berat badan rata-rata selama hamil antara 9-13 kg, tinggi badan yang baik untuk
ibu hamil yaitu >145 cm, tekanan darah tidak lebih dari sistolik 140 mmHg dan
diastolik 90 mmHg dan jumlah LiLA >23,5 cm (Astuti, 2011). Hal ini sesuai
dengan teori.
Pada pemeriksaan palpasi setiap kunjungan menunjukkan bahwa uterus
membesar sesuai dengan usia kehamilan. Ny.S dilakukan pemeriksaan pada
usia kehamilan 33-34 minggu. Saat melakukan leopold I TFU 30 cm, bagian
fundus teraba bagian bulat, lunak dan tidak melenting yaitu bokong. Leopold II
bagian kanan teraba datar, panjang seperti papan yaitu punggung. Bagian kiri
teraba bagian kecil janin yaitu ekstremitas. Leopold III teraba bulat, keras,
melenting yaitu kepala janin dan masih bisa digoyangkan. Leopold IV tidak
dilakukan. Menurut teori masuknya kepala kedalam pintu atas panggul pada
multigravida biasanya terjadi pada saat persalinan (Johariah & Ningrum, 2012).
Hal ini sesuai dengan teori.
Pada saat dilakukan pengukuran TFU 30 cm berarti dihitung dengan
rumus (TFU-13) x 155, (30-13) x 155 = 2635 gram. Menurut teori Depkes (2009)
bahwa TFU yang normal tidak lebih dari 37 cm apabila sudah masuk PAP dan
TBJ yang normal tidak lebih dari 4000 gram. Hal ini sesuai dengan teori. Pada
pemeriksaan denyut jantung janin (DJJ) didapatkan hasil 136 kali permenit.
Tujuan dilakukan pemeriksaan denyut jantung janin untuk mendeteksi dini ada
atau tidaknya faktor-faktor kematian perinatal. Menurut teori DJJ normal berkisar
antara 120-160 kali permenit (Saifuddin, 2010). Hal ini sesuai dengan teori.
Untuk menghindari adanya komplikasi yang akan terjadi, maka dilakukan
pemeriksaan Hb (Haemoglobin) pada Ny.S Hb 11,5gr%, protein urine
didapatkan hasil warna urine yaitu jernih dan glukosa urine ditemukan hasil
glukosa urine negatif yaitu warna tetap biru jernih dan sedikit kehijauan.
Mnenurut teori bahwa (Hb normal berkisar > 11gr%, protein urine negatif apabila
setelah dipanaskan urine tetap kuning jernih dan tidak keruh sedangkan glukosa
urine negatif apabila hasil dari pemanasan larutan benedict yang dicampurkan
urine yaitu warna tetap biru jernih dan sedikit kehijauan (Rukiyah, 2009). Hal ini
sesuai dengan teori.
Pada kehamilan ini, dilihat dari buku KIA pada trimester I dan trimester II
ibu belum mengkonsumsi tablet Fe yang berguna sebagai pencegahan
terjadinya anemia pada ibu selama kehamilan. Saat dilakukan pemeriksaan
pada kehamilan 33-34 minggu didapatkan hasil bahwa ibu tidak anemia dan
penulis memberikan tablet Fe karena ibu belum cukup mengkonsumsinya
selama kehamilan ini. Pada saat kehamilan trimester I Ny.S telah melakukan
pemeriksaan tes PMS di Puskesmas batu 10 dengan hasil (-) negatif. Sehingga
asuhan standar minimal 10 T pada Ny.S telah terpenuhi.
Setelah melakukan pemeriksaan, penulis melakukan asuhan kepada ibu,
diantaranya memberitahuklan ibu tentang masalah yang dialaminya yaitu lelah.
Saat ibu istirahat tidur siang ibu mengatakan sulit untuk menemukan posisi yang
nyaman hal ini yang membuat ibu merasa lelah sehingga pola istirahat ibu
berkurang, menurut teori posisi tidur yang dianjurkan pada saat ibu hamil adalah
miring ke kiri, kaki kiri lurus, kaki kanan sedikit menekuk dan diganjal dengan
bantal (Sulistyawati, 2011).
Hal ini sesuai dengan teori. Memberitahukan tentang kebutuhan dasar ibu
hamil pada trimester III yaitu pola aktivitas, anjurkan ibu untuk tidak mengangkat
beban terlalu berat, dan melakukan kunjungan ulang 2 minggu lagi pada tanggal
13 Mei 2017 untuk mendeteksi ada adanya komplikasi-komplikasi selama
kehamilan.
Pada kunjungan kehamilan yang kedua, 2 minggu setelah kunjungan
kehamilan yang pertama. Pada tanggal 13 Mei 2017, ibu mengatakan ingin
memeriksakan kehamilannya karena sudah jadwal kunjungan ulang.
Mengevaluasi kembali keluhan ibu pada kunjungan sebelumnya yaitu ibu
merasa lelah, pada kunjungan ini ibu mengatakan pola istirahat tidur siang ±1
jam perhari, tidur malam 7 jam perhari, dan tidak merasa lelah lagi. Berdasarkan
hasil pemeriksaan objektif didapatkan hasil pemeriksaan berat badan pada Ny.S
mengalami kenaikan 1 kg, dengan tinggi badan 157 cm, tekanan darah 110/70
mmHg dan julah pengukuran LiLA 27 cm. Menurut teori kenaikan berat badan
rata-rata selama hamil antara 9-13 kg, tinggi badan yang baik untuk ibu hamil
yaitu >145 cm, tekanan darah tidak lebih dari sistolik 140 mmHg dan diastolik 90
mmHg dan julah LILA >23,5 cm (Astuti, 2011). Hal ini sesuai dengan teori.
Pada pemeriksaan palpasi setiap kunjungan menunjukkan bahwa uterus
membesar sesuai dengan usia kehamilan. Ny.S dilakukan pemeriksaan pada
usia kehamilan 32-33 minggu. Saat melakukan leopold I TFU 31 cm, bagian
fundus teraba bagian bulat, lunak dan tidak melenting yaitu bokong. Leopold II
bagian kanan teraba datar, panjang seperti papan yaitu punggung. Leopold III
teraba bagian bulat, keras, melenting yaitu kepala dan masih biasa digoyangkan.
Leopold IV tidak dilakukan. Menurut teori masuknya kepala kedalam pintu atas
panggul pada multigravida biasanya terjadi pada saat persalinan (Johariah &
Ningrum, 2012). Hal ini sesuai dengan teori.
Pada saat dilakukan pengukuran TFU rumus (Mc.Donald) 31 cm berarti
dihitung dengan rumus (TFU-13) x 155, (31-13) x 155 = 2790 gram. Menurut
teori Depkes (2009) bahwa TFU yang normal tidak lebih dari 37 cm apabila
sudah masuk PAP dan TBJ yang normal tidak lebih dari 4000 gram. Hal ini
sesuai dengan teori. Menurut teori pada pemeriksaan denyut jantung janin (DJJ)
didapatkan hasil 136 kali permenit. Tujuan dilakukan pemeriksaan denyut
jantung janin untuk mendeteksi dini ada atau tidaknya faktor-faktor risiko
kematian perinatal. DJJ normal berkisar antara 120-160 kali permenit (Saifuddin,
2010). Hal ini sesuai dengan teori.
Setelah melakukan pemeriksaan penulis melakukan asuhan kepada ibu,
diantaranya mengingatkan kembail tentang kebutuhan dasar ibu hamil pada
trimester III yaitu Menginformasikan kembali tentang tanda bahaya kehamilan
trimester III, tentang tanda-tanda persalinan, persiapan persalinan. Memberikan
terapi tablet Fe dengan dosis 1 kali sehari, vitamin C dengan dosis 3 kali sehari.
Dan menganjurkan ibu untuk datang kunjungan ulang yaitu 1 minggu lagi pada
tanggal 20Mei 2017, jika ibu ada keluhan ibu bisa datang sebelum tanggal
kunjungan.
Pada kunjungan kehamilan ketiga, 1 minggu setelah kunjungan kehamilan
yang kedua. Pada tanggal 20 Mei 2017, ibu mengatakan nyeri pinggang.
Berdasarkan hasil pemeriksaan objektif didapatkan hasil pemeriksaan berat
badan pada Ny.S mengalami kenaikan yaitu 0,5 kg, dengan tinggi badan 157
cm, tekanan darah 110/70 mmHg dan jumlah pengukuran LiLA 27 cm. Menurut
teori kenaikan berat badan rata-rata selama hamil antara 9-13 kg, tinggi badan
yang baik untuk ibu hamil yaitu >145 cm, tekanan darah tidak lebih dari sistolik
140 mmHg dan diastolik 90 mmHg dan julah LiLA >23,5 cm (Astuti, 2011). Hal
ini sesuai dengan teori.
Pada pemeriksaan palpasi setiap kunjungan menunjukkan bahwa uterus
membesar sesuai dengan usia kehamilan. Ny. S dilakukan pemeriksaan pada
usia kehamilan 36-37 minggu. Saat melakukan leopold I TFU 31 cm Pada saat
dilakukan pengukuran TFU 31 cm berarti dihitung dengan rumus (TFU-12) x
155, (31-12) x 155 = 2945 gram. Menurut teori Depkes (2009) bahwa TFU yang
normal tidak lebih dari 37 cm apabila sudah masuk PAP dan TBJ yang normal
tidak lebih dari 4000 gram. Hal ini sesuai dengan teori. Menurut teori pada
pemeriksaan denyut jantung janin (DJJ) didapatkan hasil 138x/menit. Tujuan
dilakukan pemeriksaan denyut jantung janin untuk mendeteksi dini ada atau
tidaknya faktor-faktor risiko kematianperinatal. DJJ normal berkisar antara 120-
160 kali/menit (Saifuddin, 2010). Hal ini sesuai dengan teori.
Setelah melakukan pemeriksaan penulis melakukan asuhan kepada ibu,
diantaranya memberitahu ibu tentang pola ketidaknyamanan pada trimester III
dan cara mengatasinya. Menurut teori keluhan nyeri pinggang yang ibu alami
dikarenakan bentuk tulang kedeoan (lordosis) yang disebabkan pembesaran
rahim. Cara mengatasinya dengan menganjurkan ibu agar melakukan olahraga
ringan, gunakan kasur yang nyaman, alas punggung dengan bantal yang tipis,
masase punggung sebelum tidur atau saat santai (Astuti, 2010). Hal ini sesuai
dengan teori.
Menginformasikan kembali tentang tanda bahaya trimester III, tentang
tanda-tanda persalinan, memberikan konseling tentang alat kontrasepsi setelah
persalinan. Alat kontrasepsi yang dijelaskan adalah MAL (Metode Amenore
Laktasi) atau biasa lebih dikenal dengan menyusui ASI selama 6 bulan, kondom,
pil, suntik 1 bulan, suntik 3 bulan, implant dan spiral. Menggunakan pil, suntik 1
bulan dan implant akan mempengaruhi pengeluaran ASI. Namun ibu memilih
untuk menggunakan KB MAL selama 6 bulan. Menanyakan kembali sejauh
mana persiapan persalinan, ibu sudah mempersiapkan bedong, popok, topi, baju
ibu dan bayi, handuk, kain, sarung, celana dalam, pempers, dan underpad.
Menggunakan transportasi sepeda motor dengan suaminya. Ibu mengatakan
sudah mempunyai tabungan persalinan. Ibu ingin ditolong bidan, bersalin
ditempat praktik klinik bidan. Ibu sudah menemukan calon pendonor darah yaitu
keluarganya. Memberikan terapi Tablet Fe dengan dosis 1 kali sehari, Vitamin C
dengan dosis 3 kali sehari serta B1 dengan dosis 1 kali sehari untuk membantu
mengurangi kram atau pegal diminum pada saat malam hari dan menganjurkan
ibu untuk datang kunjungan ulang yaitu 1 minggu lagi pada tanggal 20 Mei 2017,
jika ibu ada keluhan atau sudah mengalami tanda persalinan ibu dianjurkan
segera datang kembali.
B. Asuhan Kebidanan Persalinan
Pada kasus ini Ny. S persalinannya berlangsung normal, spontan dengan
presentasi belakang kepala dan tanpa komplikasi baik ibu maupun janin dan
terjadi pada kehamilan cukup bulan yaitu 37 minggu. Menurut teori persalinan
dianggap normal jika proses pengeluaran janin yang terjadi pada kehamilan
cukup bulan (37-42 minggu), lahir spontan dengan persentasi belakang kepala,
tanpa komplikasi maupun pada janin (Saifuddin, dkk, 2008). Hal ini sesuai
dengan teori.
Pada saat inpartu Ny. S datang ke BPM Bd. Ririk Puji Lestari dengan
mengeluh nyeri pinggang yang menjalar ke perut bagian bawah, disertai lendir
bercampur darah dan tidak ada keluar air-air. Pada pemeriksaan objektif
didapatkan hasil kontraksi 4 kali dalam 10 menit dengan durasi 40 detik. Pada
saat pemeriksaan portio tipis dan lunak, pembukaan 8 cm, ketuban teraba utuh,
presentasi kepala. Menurut teori tanda dan gejala inpartu atau his persalinan
dimulai dari nyeri pinggang menjalar keperut, mempunyai pengaruh terhadap
pembukaan serviks, pengeluaran lendir bercampur darah, pengeluaran cairan,
dan perubahan servik (Johariah & Ningrum, 2012). Hal ini sesuai dengan teori.
Pada kala I persalinan berlangsung spontan selama 7 jam. Menurut teori
kala I pada multigravida berlangsung selama 8 jam (Johariah & Ningrum, 2012),
hal ini sesuai dengan teori. Adapun asuhan yang diberikan adalah membantu
meberikan dukungan emosional pada ibu agar selalu semangat dalam
menghadapi proses persalinan, mengajari ibu bernafas dengan benar saat ada
kontraksi, menganjurkan keluarga/suami memijat punggung ibu untuk
mengurangi rasa nyeri.
. Menurut Depkes (2010) yaitu asuhan sayang ibu diantaranya memberikan
dukungan emosional, pengaturan posisi ibu, memberikan cairan dan nutrisi,
keleluasaan untuk menggunakan kamar mandi secara teratur, pencegahan
infeksi, mengajarkan teknik bernafas. Hal ini seduai dengan teori. Perdarahan
pada kala I yaitu ±20cc.
Pada kala II berlangsung selama 30 menit, penulis melakukan pertolongan
persalinan sesuai dengan 60 APN. Penulis melihat tanda-tanda gejala kala II
kemudian mengajarkan cara meneran, melakukan pimpinan persalinan,
membantu ibu untuk memilih posisi meneran. Pukul 02.40 WIB bayi lahir
spontan, kulit kemerahan, menangis kuat, tonus otot baik dengan letak belakang
kepala, jenis kelamin perempuan.
Menurut teori bayi baru lahir yang sehat dan normal akan segera menangis
(Sulistyawati & Nugraheny, 2013). Hal ini sesuai dengan teori. Setelah dilakukan
pemotongan tali pusat, bayi diletakkan diatas perut ibu untuk dilakukan IMD
(Inisiasi Menyusu Dini) gunanya untuk menambah ikatan antara ibu dan bayi,
mencegah hipotermi bayi, dan membantu kontraksi uterus ibu. IMD tersebut
dilakukan selama 1 jam setelah lahir. Hal ini sesuai dengan teori JNPK-KR
(2013) bahwa bayi harus mendapatkan kontak kulit dengan ibunya segera
setelah lahir selama paling sedikit satu jam. Perdarahan kala II yaitu ±40cc.
Kala III berlangsung selama 5 menit. Menurut teori kala III dimulai segera
setelah bayi lahir sampai lahirnya plasenta yang berlangsung tidak lebih dari 30
menit (Sulistyawati & Nugraheny, 2013). Lamanya kala III pada kasus Ny.S telah
sesuai dengan teori diatas. Pada 1 menit setelah lahir disuntikkan oksitosin pada
1/3 paha kanan bagian luar. Tanda dan gejala kala III pada Ny.S yaitu adanya
semburan darah, tali pusat bertambah panjang, uterus menjadi bundar. Menurut
JNPK-KR (2008) bahwa tanda dan gejala pelepasan plasenta adalah uterus
menjadi bundar, adanya semburan darah dan tali pusat yang bertambah
panjang.
Hal ini sesuai dengan teori. Setelah adanya tanda dan gejala kala III
kemudian penulis melakukan peregangan tali pusat terkendali, setelah plasenta
lahir dilakukan masase fundus uteri selama 15 detik agar kontraksi baik. Menurut
teori manajemen aktif kala III terdiri dari 3 langkah utama manajemen aktif kala
III yaitu pemberian oksitosin sesegera mungkin, melakukan peregangan tali
pusat terkendali (PTT), rangsangan taktil pada dinding uterus atau fundus uteri
(Johariah & Ningrum,2012).
Hal ini sesuai dengan teori. Plasenta lahir lengkat pukul 11.37 WIB,
melakukan masase fundus uteri sebanyak 15 kali selama 15 detik searah jarum
jam. Hasil : uterus teraba keras dan kontraksi baik dengan TFU 2 jari dibawah
pusat. Pemerikasaan plasenta : kotiledon lengkap, selaput ketuban utuh, tali
pusat ±49 cm, insersi lateralis, kedalaman ±3 cm, beratnya ±500 gram.
Perdarahan pada kala III ±60 cc. Kala III pada kasus Ny. M berlangsung normal.
Pada kala IV menurut teori dimulai dari lahirnya plasenta sampai 2 jam
pertama postpartum (Sulistyawati & Nugraheny, 2013). Pada kala IV terdapat
laserasi pada vagina dan perineum, rupture derajat 2 yaitu mukosa vagina, kulit
perineum sampai otot perineum, melakukan anastesi dan heacting dengan
teknik jelujur dan subkutis. Memastikan kembali uterus berkontraksi baik, tidak
ada perdarahan, TFU 2 jari dibawah pusat. Pada saat ini kondisi ibu harus
dipantau karena ibu dan bayi biasa mengalami masa kritis. Maka dari itu
dilakukan pemeriksaan setiap 15 menit pada satu jam pertama dan 30 menit
pada satu jam kedua, melakukan pemeriksaan post partum hasilnya : tinggi
fundus uteri 2 jari dibawah pusat, kontraksi baik, perdarahan normal, keadaan
umum ibu baik. Perdarahan pada kala IV yaitu ±60 cc.
Berdasarkan hasil pengumpulan data pada Ny. S perdarahan terjadi dari
kala I, kala II, kala III sampai kala IV berjumlah 180 cc dalam batas normal.
Menurut teori perdarahan dianggap masih normal bila jumlah tidak melebihi 500
cc (Sulistyawati & Nugraheny, 2013). Hal ini sesuai dengan teori. Asuhan yang
diberikan pada Ny. S dari kala I, kala II, kala III dan kala IV berjalan normal, tidak
ditemukan tanda bahaya.

C. Asuhan Kebidanan pada Masa Nifas


Pada kasus ini, penulis melakukan kunjungan I pada waktu 6 jam
postpartum di BPM Bd.Ririk Puji Lestari dan kunjungan II pada hari ke 7 di
rumah Ny. S. Kunjungan nifas dilakukan bersamaan dengan kunjungan
neonatus. Menurut teori kunjungan nifas dilakukan sebanyak 3 kali kunjungan,
yaitu : kunjungan I pada masa 6 jam sampai 3 hari setelah persalinan, kinjungan
II hari ke-4 sampai dengan hari ke-28 setelah persalinan, kunjungan III pada hari
ke-29 sampai hari ke-42 setelah persalinan (Yulifah & Yuswanto, 2014). Pada
kasus Ny.S, penulis melakukan 2 kali kunjungan namun untuk kunjungan ke II
penulis menganjurkan ibu untuk datang ke BPM Bd.Ririk Puji Lestari.
Pemeriksaan nifas pertama dilakukan pada 6 jam post partum. Menurut teori
kunjungan pertama dilakukan pada 6 jam post partum sampai hari ke 3
postpartum (Yulifah & Yuswanto, 2014). Hal ini sesuai dengan teori. Hasil
kunjungan yang dilakukan ibu tidak ada keluhan dan hasil pemeriksaan fisik TFU
ibu 2 jari dibawah pusat, lochea rubra, terdapat bekas luka jahitanperineum dan
berikan obat vutamin A 2 kapsul (kapsul pertama langsung diminum setelah
melahirkan dan kapsul kedua diminum setelah 24 jam persalinan) Etabion 1
tablet, amoxcilin 1 tablet, vitamin B12 1 tablet dan paracetamol 1 tablet. Menurut
teori tinggi fundus uteri pada 6 jam postpartum adalah 2 jari dibawah pusat dan
terjadi pengeluaran lochea rubra selama 2 hari pasca persalinan (Saleha, 2009).
Hal ini sesuai dengan teori.
Asuhan yang diberikan adalah memastikan tidak terjadinya perdarahan
yang dikarenakan atonia uteri, mengingatkan kembali kepada ibu cara masase
uterus, menjelaskan perawatan luka jahitan, ambulasi dini seperti melakukan
gerakan kecil seperti miring kanan kiri, duduk, berdiri dan berjalan setelah 2 jam
postpartum. Keuntungan dari ambulasi dini tersebut yaitu melancarkan
pengeluaran lochea, meningkatkan kelancaran peredaran darah serta dapat
membuat ibu lebih merasa sehat dan kuat, cara menyusui bayi yang nyaman,
perawatan payudara, penggunaan kontrasepsi MAL.
Kunjungan I postpartum adalah memastikan tidak terjadinya perdarahan
pada masa nifas, memberikan konseling kepada ibu atau salah satu anggota
keluarga mengenai bagaimana mencegah perdarahan masa nifas karena atonia
uteri. Meurut teori asuhan yang diberikan pada masa postpartum seperti
pemberianASI pada masa awal menjadi ibu, mengajarkan cara menyusui yang
nyaman, serta konseling kontrasepsi (Saleha, 2009). Hal ini sesuai teori.
Pada kunjungan II dilakukan pada 7 hari post partum, dilakukan bersamaan
dengan kunjungan neonatus kedua. Menurut teori kunjungan kedua dilakukan
pada hari ke-4 sampai dengan hari ke-28 setelah persalinan (Yulufah &
Yuswanto, 2014). Hal ini sesuai dengan teori. Dari hasil pemeriksaan fisik
ditemukan lochea sanguilenta, TFU pertengahan pusat simpisis, ASI banyak
keluar, pada Ny.S penyebab lochea ini terjadi pada hari ke 7 atau lochea
sanguilenta terjadi karena mobilisasi Ny. S yang baik, Ny. S bergerak aktif dan
sering menyusui bayinya.
Asuhan yang diberikan adalah memastikan involusi uterus berjalan normal,
fundus uteri pertengahan antara umbilikalis dan simpisis, tidak ada perdarahan
abnormal, tidak ada bau pada luka jahitan. Memastikan ibu mendapatkan pola
nutrisi, cairan dan istirahat yang baik, menjelaskan tanda-tanda bahaya pada
masa nifas, menganjurkan ibu untuk tetap menggunakan kontrasepsi MAL.
Kunjungan kedua post partum adalah memastikan involusi berjalan dengan
normal, menilai adanya tanda-tanda bahaya pada masa nifas seperti demam,
infeksi atau perdarahan abnormal, memastikan ibu mendapat cukup makanan,
cairan dan istirahat, memastikan ibu menyusui dengan baik dan tetap
menggunakan kontrasepsi MAL (Saleha, 2009). Hal ini sesuai dengan teori.
Pada kunjungan ke III hari ke-29 sampai hari ke-48, penulis tidak melakukan
kunjungan karena keterbatasan waktu. Namun pada kunjungan ke II penulis
sudah melakukan asuhan yang seharusnya dilakukan pada kunjungan III seperti
: anjuran menggunakan alat kontrasepsi, dan tetap memenuhi kebutuhan gizi
masa nifas. Didapatkan kesimpulan bahwa pada pengumpulan data kunjungan
pertama dan kedua tidak ditemukan adanya masalah, masa nifas berjalan
normal.

D. Asuhan Kebidanan pada Bayi Baru Lahir


Pada bayi Ny.S setelah lahir, dilakukan pemeriksaan langsung dengan
menilai tangisan bayi kuat, warna kulit merah, pergerakan aktif, menjaga bayi
tetap hangat,kemudian melakukan pemotongan tali pusat. Kemudian dilakukan
Inisiasi Menyusu Dini (IMD) selama 1 jam. Menurut teori JNKR-KR (2013) yaitu
pemeriksaan awal pada bayi dilakukan 1 menit setelah bayi baru lahir yang
dinilai menangis, warna kulit, tonus otot. Hal ini sesuai dengan teori.
Melakukan pemeriksaan antropometri hasilnya berat badan 3100 gram,
panjang badan 49 cm, lingkar kepala 34 cm, lingkar dada 32, lingkar perut 31
cm, lingkar lengan 12 cm dan pemeriksaan fisik pada bayi hasilnya normal tidak
ada cacat. Menurut teori ukuran-ukuran tubuh normal bayi yaitu panjang badan
normal 48-53cm, lingkar kepala ukuran normalnya 31-35,5 cm, lingkar dada
ukuran normalnya 30,5-33 cm, lingkar lengan atas ukuran normalnya yaitu 10-12
cm, dan berat badan normal yaitu 2500-4000 gram (Maryuni & Nurhayati, 2008).
Hal ini sesuai dengan teori.
Pada kunjungan II dilakukan bersamaan dengan kunjungan nifas yaitu pada
hari ke 7. Kunjungan kedua dilakukan pada hari ke-4 sampai hari ke-7 setelah
lahir, menurut teori (Yulifah dan Yuswanto, 2014). Hasil pengumpulan data yang
diperoleh dari pemeriksaan yaitu kondisi bayi normal dengan berat badan 3800
gram, kenaikan berat badan bayi Ny.S selama 7 hari adalah 200 gram
dikarenakan bayi mendapat asupan ASI yang cukup. Usia 1 hingga 3 bulan akan
dikatakan normal, jika berat badan bayi mengalami kenaikan tiap bulannya
sekitar 600 gram sampai 700 gram, menurut (Maryunani & Nurhayati, 2008). Hal
ini sesuai dengan teori.
Pada kunjungan hari ke 7, ibu mengatakan tali pusat sudah lepas pada hari
ke-5, keadaan umum baik, pemeriksaan tanda-tanda vital bayi normal. Ny. S
melakukan perawatan tali pusat bayinya dengan menjaga tali pusat agar tetap
kering, tidak berbau, dan tidak ada kemerahan. Ujung tali pusat mengkerut dan
lepas sekitar hari ke-7 sampai hari ke-10 dan tali pusat selalu dijaga agar tetap
kering, menurut teori (Maryunani dan Nurhayati, 2008). Hal ini sesuai dengan
teori. Penulis memberikan asuhan bayi baru lahir yaotu menganjurkan ibu agar
tetap memberikan ASI eksklusif secara on demand, menjaga personal hygiene
bayinya. Menginformasikan kepada ibu tentang tanda-tanda bahaya bayi baru
lahir dan jadwal imunisasi BCG serta pemantauan tumbuh dan kembang bayinya
di pelayanan kesehatan.
Pada kunjungan III hari ke 8-28, penulis tidak melakukan kunjungan
dikarenakan keterbatasan waktu. Namun, saat dilakukan kunjungan II penulis
sudah melakukan asuhan yang seharusnya dilakukan pada kunjungan II, penulis
menganjurkan ibu untuk tetap melakukan kunjungan ketiga ke fasilitas
kesehatan untuk memantau perkembangan anak, melakukan imunisasi dan
membawa anak setiap bulan ke posyandu. Asuhan kebidanan komprehensif
pada Ny. S tetap dilakukan dan tidak ditemukannya masalah, keadaan bayi
baru lahir normal.
BAB VI
KESIMPULAN DAN SARAN

A. KESIMPULAN
Berdasarkan pengkajian dan pembahasan, asuhan kebidanan komprehensif pada
Ny. S telah dilakukan sesuai dengan standar pelayanan kebidanan dan
berdasarkan teori yang ada dengan praktik nyata.
1. Terlaksana asuhan kebidanan kehamilan pada Ny. S dilakukan sebanyak 3 kali
dan berlangsung normal tanpa masalah. Dilakukan sesuai dengan asuhan
standar minimal 10 T. Dari hasil pemeriksaan keadaan ibu dan janin baik, tidak
ada komplikasi dan telah diberikan asuhan sesuai kebutuhan Ny. S
2. Terlaksana asuhan kebidanan ibu bersalin pada Ny. S usia kehamilan 39-40
minggu sesuai dengan 60 langkah APN, berlangsung spontan tanpa masalah,
tidak terdapat komplikasi pada kala I, kala II, kala III dan kala IV. Semua proses
persalinan dilakukan sesuai asuhan persalinan normal.
3. Terlaksana asuhan kebidanan nifas pada Ny. S dilakukan 2 kunjungan 6 jam
postpartum dan hari ke-7 postpartum, Masa nifas Ny. S tidak ditemukan tanda
bahaya masa nifas dan telah diberikan asuhan sesuai kebutuhan Ny. S.
4. Asuhan kebidanan bayi baru lahir pada bayi Ny.S dilaksanakan 2 kali kunjungan 6
jam postpartum dan hari ke-7 setelah bayi lahir dengan keadaan bayi normal,
tidak ada komplikasi pada bayi dan telah diberikan asuhan sesuai kebutuhan bayi
Ny. S.

B. SARAN
1. Bagi Mahasiswa
Diharapkan dapat lebih memahami dan menerapkan asuhan kebidanan
komprehensif sesuai standar kebidanan serta sesuai dengan kebutuhan pasien
saat menjalani praktek dilapangan.

2. Bagi Institusi Pendidikan


Diharapkan Asuhan Kebidanan Komprehensif ini terus dilakukan dan
ditingkatkan, sehingga mahasiswa kebidanan dapat meningkatkan pemahaman
asuhan kebidanan komprehensif serta diharapkan lebih memberikan proses
belajar yang mendalam tentang asuhan kebidanan komprehensif.
3. Bagi Lahan Praktik
Untuk bidan dilahan praktik diharapkan dapat memberikan asuhan yang
menyeluruh serta mencegah terjadinya komplikasi secra dini dalam masa
kehamilan, persalinan, nifas serta bayi baru lahir.
4. Bagi Klien
Bagi klien tetap menerapkan ASI eksklusif pada bayinya dan memilih
menggunakan kontrasepsi jangka panjang agar ibu bisa menjarakkan
kehamilannya dan memberikan kasih sayang serta asuhan pada bayinya secara
menyeluruh.
DAFTAR PUSTAKA

Asrinah, 2010. Asuhan Kebidanan Masa Kehamilan. Yogyakarta: Graha Ilmu

Astuti,M. 2010 BukuPintarKhamilan. Jakarta: EGC

Damayanti, Ika Putri, dkk, 2014. Asuhan Kebidanan Komprehensif pada Ibu
Bersalin dan Bayi Baru Lahir. Yogyakarta: Deepublish

Depkes, RI. 2014.Standar Asuhan Kehamilan. Jakarta: Departemen Kesehatan


Republik Indonesia

Dinkes Kota Tanjungpinang. 2014. Angka Kematian Ibu dan Angka Kematian
Bayi. Tanjungpinang: Dinas Kesehatan Bidang Kesga
(http://www.depkes.go.id diakses 1 November 2016)

Hani, dkk. 2011.Asuhan Kebidanan pada Kehamilan Fisiologis. Jakarta: Salemba


Medika

JNPK-KR. 2008.Pelatihan Klinik Asuhan Persalinan Normal. Jakarta: Jaringan


Nasional Pelatihan Klinik Reproduksi

Johariyah & Ningrum, E.W. 2012.Buku Asuhan Kebidanan Persalinan dan Bayi
Baru Lahir. Jakarta: TM

Kementerian Kesehatan RI. 2010 Pedoman Pemantauan Wilayah Setempat


Kesehatan Ibu dan Anak (PWS-KIA). Jakarta: Kementerian Kesehatan
RI (www.gizika.depkes.co.id diakses 3 November 2016)

Kementerian Kesehatan RI. 2011.Buku Kesehatan Ibu dan Anak. Jakarta:


Kementerian Kesehatan dan JICA

Kementerian Kesehatan RI. 2014.Angka Kematian Ibu dab Bayi. Jakarta:


Kementerian Kesehatan RI (www.depkes.co.id diakses 3 November
2016)

Maryunani, A, 2008.Asuhan Bayi Baru Lahir Normal. Jakarta: Trans Info Media

Maryunani, A, 2009. Buku Asuhan Pada Ibu Dalam Masa Nifas. Jakarta Trans
Indo Media, Jakarta

Prawihardjo, S. 2008.Buku Acuan Nasional Pelayanan Kesehatan Maternal dan


Neonatal. Jakarta: PT. Bina Pustaka Sarwono Prawihardjo

Prawihardjo, S. 2010.Ilmu Kebidanan, Edisi Ketiga, Jakarta: PT, Bina Pustaka


Sarwono Prawihardjo
Prawihardjo, S. 2011. Ilmu Kandungan, Edisi Keempat Jakarta: PT. Bina Pustaka
Sarwono Prawihardjo

Rukiyah, A.Y, Lia Yulianti, Maemunah, Lilik Susilowati. 2009.Asuhan Kebidanan I


(kehamilan). Jakarta: Trans Info Media

Saifuddin, A. B. 2010. Buku Praktis Pelayanan Kesehatan Maternal dan


Neonatal. Jakarta: YBPSP

Sofyan. 2009.50 Tahun IBI (Ikatan Bidan Indonesia). Jakarta: Jakarta: PP-IBI

Sulistyawati, A. 2009.Buku Asuhan Kebidanan Pada Ibu Nifas. Yogyakarta:


CV.ANDI OFFSET

Sulistyawati, A. 2011.Buku Ajar Asuhan Kebidanan Pada Masa Kehamilan.


Jakarta: Salemba Medika

Sulistyawati, A. 2014.Buku Ajar Asuhan Kebidanan Pada Masa Kehamilan.


Jakarta: Salemba Medika
Lampiran 4. Format/Pengkajian Antenatal Care

A. Asuhan kebidanan Kehamilan


1. Pendokumentasian Asuhan Kebidanan Antenatal Care (ANC)
Pertama pada Ny.S G1P0A0 Usia Kehamilan 34-35 Minggu

Tanggal: 14 Februari 2017


Pukul :19.30 WIB

a. Data Subjektif
1) Identitas Pasien
Nama Pasien : Ny. S Nama Suami : Tn. S
Umur : 29 tahun Umur : 32 tahun
Suku/Bangsa : melayu Suku/Bangsa : jawa
Agama : islam Agama : islam
Pendidikan : SMP Pendidikan : SMA
Pekerjaan : IRT Pekerjaan : Swasta
Alamat : Kp. Sumber Rejo Jaminan kesehatan : BPJS
Calon pendonor darah : keluarga

2) Keluhan Utama : kunjungan ulang pemeriksaan kehamilan

3) Riwayat Menstruasi
Menarche :13 tahun Disminore : Tidak ada
Teratur : Iya Banyaknya : 4 kali ganti pembalut
HPHT : 20-08-2017 TP : 27-05-2017
Lama Haid : 6-7 hari Warna : Merah tua

4) Riwayat Kehamilan, Persalinan, Dan Nifas Yang Lalu


Kehamilan Persalinan nifas
Anak ke

Hamil muda

Penolong

penyulit
hamil tua

sekarang
Lokea
Tempat
Penyulit

ASI
Aterm
Tgl

JK

Anak
jenis

BBL

ini
5) Riwayat Kehamilan Sekarang
a) Keluhan-keluhan pada
TM I : mual, muntah dan pusing
TM II : tidak ada
TM III : sakit pinggang
b) Pergerakan janin pertama kali dirasakan ibu :16 minggu
c) pergerakan janin dalam 24 jam terakhir : > 10x/ hari
d) Keluhan yang dirasakan saat ini ya tidak
Rasa 5 L (letih, lelah, lemah, lesu, lunglai √
Mual muntah yang lama : √
Nyeri perut : √
Panas menggigil : √
Sakit kepala berat terus menerus : √
Penglihatan kabur : √
Rasa nyeri panas waktu BAK : √
Rasa gatal vulva vagina dan sekitarnya : √
Pengeluaran cairan pervaginam : √
Nyeri, kemerahan, tegang pada tungkai : √
Oedema : √
Obat-obatan yang digunakan : √
e) Screening : √
f) Imunisasi : lengkap
g) Kebiasaan Sehari-Hari
Obat/jamu : vitamin dan tablet fe
Merokok : ibu tidak merokok
Alkohol : ibu tidak minum alkohol
h) Riwayat Penyakit Yang Menyertai Kehamilan Ini
Hipertensi : Ya Tidak √ TB : Ya Tidak √
DM : Ya Tidak √ PMS : Ya Tidak √
Jantung : Ya Tidak √ Asma :Ya Tidak √
Ginjal : Ya Tidak √
i) Riwayat Penyakit Keluarga
Hipertensi : Ya Tidak √ TB : Ya Tidak
DM : Ya Tidak √ PMS : Ya Tidak
Asma : Ya Tidak √
Ginjal : Ya Tidak √
j) Riwayat Operasi Yang Tidak Dan Berhubungan Dengan
Kandungan
Ovarektomi : Ya Tidak √
Miomektomi: Ya Tidak √
Lain-lain : Ya Tidak √
k) Riwayat Perkawinan
Perkawinan ke : satu
Status Perkawinan : sah
Setelah kawin berapa lama hamil :3 bulan
Umur waktu kawin : 25 tahun
l) Riwayat KB
Rencana penggunaan alat KB : Ada
Jenis KB yang akan digunakan : Suntik 3 bulan
Jenis KB yang pernah digunakan : tidak ada
Lamanya :-
Kapan berhenti jadi akseptor :-
Alasan berhenti jadi akseptor :-
m) Pola Kebiasaan Sehari-Hari
(1) Nutrisi
Makan : 3 kali / hari
Minum : 7 gelas / hari
Jenis : Nasi 1 piring penuh, ikan 2 potong, sayur
setengah mangkok, buah pepaya, apel,
susu dan air putih 7 gelas
Masalah : tidak ada
(2) Eliminasi
BAK 6-7 kali /hari
BAB : 2 kali / hari
Masalah : tidak ada
(3) Istirahat
Tidur siang : 1/2 jam / hari
Tidur malam : 7 jam / hari
Masalah : sulit menemukan posisi yang nyaman
(4) Aktivitas
Seksualitas : 1 kali/minggu
Pekerjaan : pekerjaan rumah
(5) Psikososial
Penerimaan ibu terhadap kehamilan : baik
Dukungan kehamilan : ada
Masalah : tidak ada

b. Objektif
1) Pemeriksaan Umum
Keadaan umum : baik Suhu :36,5 0c
Kesadaran : composmentis BB sebelum hamil : 51 kg
Tekanan darah : 110/70mmHg BB saat hamil :61 kg
Nadi : 76x/menit LILA : 25 cm
Pernafasan : 20x/menit

2) Pemeriksaan Fisik
a) Kepala
Rambut : hitam, tidak ada ketombe
Rontok/tidak : tidak rontok
Kebersihan : bersih
b) Muka
Bentuk : normal, simetris
Oedema : tidak ada
Chloasmagravidarum : tidak ada
Pucat/tidak : tidak pucat
c) Mata
Sclera : tidak kuning
Konjungtiva : tidak pucat
d) Hidung
Bentuk : normal, simetris
Polip : tidak ada
Kebersihan : bersih
e) Mulut
Stomatitis : tidak ada
Caries gigi : tidak ada
Gigi berlubang : tidak ada
Kebersihan : bersih
f) Telinga
Bentuk : normal, simetris
Pengeluaran : tidak ada
Kebersihan : bersih
g) Leher
Kelenjar tiroid : Tidak ada pembengkakan
Kelenjar Vena jugularis : Tidak ada pembesaran
h) Payudara
Pembesaran mamae : mimetris
Areola mamae : menghitam
Putting susu : menonjol
Kebersihan : bersih
Pengeluaran : tidak ada
Benjolan : tidak ada
i) Paru-paru
Bunyi nafas : terdengar veskuler, tidak ada
wheezing
Tertaur/ tidak : teratur
j) Jantung
Bunyi : terdengar lup dup
Teratur/tidak : teratur
k) Abdoment
(1) Inspeksi
Luka bekas operasi : tidak ada
Pembesaran perut : sesuai usia kehamilan
Strie gravidarum : livida : tidak ada
Albican : tidak ada
Linea : linea nigra
(2) Palpasi
TFU : 1/2 pusat-prosesessus xifuideus
Leopold I : pada bagian fundu perut ibu teraba
bulat, lunak,dan tidak melenting
bearti bokong janin.
Leopold II : pada bagian kanan perut ibu teraba
keras, panjang dan memapan,
bearti punggung janin, sedangkan
pada bagian kiri teraba tonjolan
kecil bearti ini ekstremitas janin.
Leopold III : pada bagian bawah perut ibu
teraba bulat, keras dan melenting
bearti ini kepala janin dan masih
dapat digoyangkan.
Leopold IV : tidak dilakukan
TFU (Mc. Donald) : 30 cm
TBJ : (30-13) x155 =2635 gr
(3) Auskultasi
DJJ : 134 kali /menit
Punctum maximum : bagian bawah kanan perut ibu
Irama : teratur
Intensitas : sedang
l) Ekstremitas
Atas Bawah
Jumlah jari : lengkap Oedema : tidak ada
Oedema : tidak ada varises : tidak ada
Sianosis : tidak ada kaku sendi : tidak ada
Reflek patella ka/ki : (+) positif / (+) positif
3) Pemeriksaan Panggul Luar
Tidak dilakukan
4) Pemeriksaan penunjang
a) Darah
Hb : 11,5 gr %
b) Urine
Glukosa urine : negatif (-)
Protein protein : negatif (-)

c. Assesment
Diagnosa : Ny. S G1P0A0H0 usia kehamilan 34-35
minggu dengan kehamilan normal
Masalah : sakit pinggaang
Kebutuhan : penkes tentang ketidaknyamanan pada
TM III dan cara mengatasinya
Diagnosa potensial : tidak ada
Tindakan segera : tidak ada

d. Planning
1) Menginformasikan hasil pemeriksaan pada ibu bahwa TD 110/70
mmHg, denyut jantung janin baik, dan keadaan umum ibu baik.
2) Menginformasikan pada ibu tentang masalah yang dialami yaitu
lelah. Saat ibu istirahat tidur siamg ibu mengatakan sulit untuk
menemukan posisi yang nyaman hal ini yang membuat ibu
merasa lelah sehingga pola istirahat ibu berkurang, mengajarkan
ibu posisi yang paling baik dan nyaman untuk tidur. Posisi tidur
yang dianjurkan pada ibu hamil adalah miring kekiri, kaki kiri lurus,
kaki kanan sedikit menekuk dan diganjal dengan bantal. (ibu
mengerti dan bersedia melakukannya)
3) Menginformasikan pada ibu tentang pola aktivitas, anjurkan ibu
untuk idak mengangkat beban terlalu berat, anjurkan ibu untuk
beristirahat yang cukup, serta anjurkan ibu untuk olahraga yang
ringan seperti senam hamil atau jalan di pagi hari. (ibu mengerti
dan bersedia melakukannya)
4) Menginformasikan pada ibu untuk tetap mengkonsumsi makanan
dengan gizi seimbang. (ibu mengerti dan bersedia
mengkonsumsinya)
5) Menginformasikan pada ibu tentang tanda bahaya kehamilan
trimester III seperti perdarahan hebat, pusing dan nyeri perut
hebat, mata berkunang – kunang, pandangan kabur bengkak
pada wajah, kaki dan tangan, dan gerakan janin berkurang. Jika
ibu mengaalami salah satu tanda tersebut anjurkan ibu segera ke
tenaga kesehatan terdekat. (ibu mengerti)
6) Menginformasikan kepada ibu tentang pemberian tablet Fe dan
vitamin C masing-masing sebanyak 10 tablet 1 kali sehari,
pemberian tablet Fe dapat meningkatkan volume darah yang
terjadi selama kehamilan serta untuk memastikan pertumbuhan
dan perkembangan janin yang adekuat.
7) Menginformasikan pada ibu tentang jadwal kunjungan ulang ibu,
yaitu 2 minggu lagi pada tanggal 13 Mei 2017 atau apabila ada
keluhan. Terlaksana, ibu mengerti dan bersedia melakukannya.

2. Pendokumentasian Asuhan Kebidanan Antenatal Care (ANC) Kedua


pada Ny. S Usia Kehamilan 36-37 Minggu di BPM Bd. Ririk Puji
Lestari, Amd. Keb

Tanggal / pukul : 13 Mei 2017 /10.00 WIB


a. Data subjektif
Ibu mengatakan ingin memeriksakan kehamilannya dan tidak da
masalah dengan keluhan sekarang, ibu sudah makan teratur 3 kali
sehari, ibu mengatakan pola istirahat tidur malam 7 jam perhari serta
sudah menemukan posisi yang nyaman saat tidur sehingga tidak
merasa lelah lagi, ibu mengatakan sudah mengurangi aktivitas yang
berat serta ibu sudah melakukan olahraga seperti senam hamil dan
jalan dipagi hari.
b. Objektif
1) Pemeriksaan fisik umum
Keadaan umum : baik Suhu :36,50c
Kesadaran : composmentis BB sebelum hamil : 51 kg
Tekanan darah : 120/70mmHg BB saat hamil :61,9kg
Nadi : 76x/menit LILA : 30 cm
Pernafasan : 19x/menit

2) Pemeriksaan fisik
a) Muka
Bentuk : normal, simetris
Oedema : tidak ada
Chloasmagravidarum : tidak ada
Pucat/tidak : tidak pucat
b) Mata
Sclera : tidak kuning
Konjungtiva : tidak pucat
Kebersihan : bersih
c) Abdomen
(1) Inspeksi
Luka bekas operasi : tidak ada
Pembesaran perut : sesuai usia kehamilan
Strie gravidarum : livida : tidak ada
Albican : tidak ada
Linea : linea nigra
(2) Palpasi
TFU : setinggi-prosesessus xifuideus
leopold I : pada bagian fundu perut ibu teraba
bulat, lunak,dan tidak melenting
bearti bokong janin.
Leopold II : pada bagian kanan perut ibu teraba
keras, panjang dan memapan,
bearti punggung janin, sedangkan
pada bagian kiri teraba tonjolan
kecil bearti ini ekstremitas janin.
Leopold III : pada bagian bawah perut ibu
teraba bulat, keras dan melenting
bearti ini kepala janin dan masih
dapat digoyangkan.
Leopold IV : tidak dilakukan
TFU (Mc. Donald) : 31 cm
TBJ : (31-13) x155 =2790 gr
(3) Auskultasi
DJJ : 134 kali /menit
Punctum maximum : bagian bawah kanan perut ibu
Irama : teratur
Intensitas : sedang
d) Ekstremitas
Atas Bawah
Jumlah jari : lengkap Oedema : tidak ada
Oedema : tidak ada varises : tidak ada
Sianosis : tidak ada kaku sendi : tidak ada
Reflek patela ka/ki : (+) positif / (+) positif
e) Genitalia : tidak dilakukan

3) Pemeriksaan panggul luar


Tidak dilakukan
4) Pemeriksaan penunjang
Tidak dilakukan

c. Assasment
Diagnosa : Ny. S G2P1A0H1 usia kehamilan 36-37
minggu dengan kehamilan normal
Masalah : tidak ada
Kebutuhan : penkes tentang kebutuhan dasar ibu hamil
Trimester III
Diagnosa potensial : tidak ada
Tindakan segera : tidak ada
d. Planning
1) Menginformasikan hasil pemeriksaan kepada ibu, keadaan ibu
dan janin baik. (Ibu mengerti dan mengetahui hasil pemeriksaan)
2) Mengingatkan kembali kepada ibu tentang tanda bahaya
kehamilan trimester III seperti perdarahan hebat, pusing dan nyeri
perut hebat, mata berkunang-kunang, pandangan kabur, bengkak
pada wajah, kaki dan tangan, dan gerakan janin berkurang. Jika
ibu mengalami salah satu tanda tersebut, segera ke tenaga
kesehatan terdekat. (Ibu mengerti dan mengetahui tanda bahaya
kehamilan trimester III)
3) Menginformasikan kePpada ibu tentang tanda-tanda persalinan
seperti nyeri perut menjalar kepinggang dengan waktu yang lama
dan terasa 2-3 kali dalam 10 menit yang disertai dengan
keluarnya lendir bercampur darah, keluarnya air ketuban dan rasa
mules seperti mau BAB. Jika ibu sudah mengalami salah satu
tanda tersebut anjurkan ibu segera ke pelayanan kesehatan. (Ibu
mengerti dan mengetahui tanda-tanda persalinan)
4) Menginformasikan kepada ibu tentang persiapan persalinan
seperti mempersiapkan pakaian ibu dan bayi, kendaraan, dana,
tempat, penolong saat bersalin dan calon pendonor. (Ibu mengerti
dan akan segera mempersiapkan).
5) Menginformasikan pada ibu tentang jadwal kunjungan ulang ibu
yaitu 1 minggu lagi pada tanggal 20 Mei 2017. Jika ibu ada
keluhan ibu bisa datang sebelum tanggal kunjungan. (Ibu
mengerti dan bersedia melakukannya)
3. Pendokumentasian Asuhan Kebidanan Antenatal Care (ANC) Ketiga
pada Ny. S G1P0A0H0, Usia Kehamilan 37-38 Minggu di BPM. Bd.
Ririk Puji Lestari Amd.Keb

Tanggal / pukul : 20 Mei 2017 /19.00 WIB


a. Data Subjektif
Ibu mengatakan ingin memeriksakan kehamilannya dan mengeluh
nyeri pinggang, ibu mengatakan sudah makan dengan teratur 3 kali
sehari, istirahat yang cukup dan menggurangi aktivitas yang berat.

b. Objektif
1) Pemeriksaan fisik umum
Keadaan umum : baik Suhu :36,50c
Kesadaran : composmentis BB sebelum hamil : 51 kg
Tekanan darah : 110/70mmHg BB saat hamil : 62 kg
Nadi : 78x/menit LILA : 25 cm
Pernafasan : 20x/menit
2) Pemeriksaan fisik
a) Muka
Bentuk : normal, simetris
Oedema : tidak ada
Chloasmagravidarum : tidak ada
Pucat/tidak : tidak pucat
b) Mata
Sclera : tidak kuning
Konjungtiva : tidak pucat
Kebersihan : bersih
c) Abdomen
1) Inspeksi
Luka bekas operasi: tidak ada
Pembesaran perut : sesuai usia kehamilan
Strie gravidarum : livida : tidak ada
Albican : tidak ada
Linea : linea nigra
2) Palpasi
TFU : setinggi-prosesessus xifuideus
leopold I : pada bagian fundu perut ibu teraba
bulat, lunak,dan tidak melenting
bearti bokong janin.
Leopold II : pada bagian kanan perut ibu teraba
keras, panjang dan memapan,
bearti punggung janin, sedangkan
pada bagian kiri teraba tonjolan
kecil bearti ini ekstremitas janin.
Leopold III : pada bagian bawah perut ibu
teraba bulat, keras dan melenting
bearti ini kepala janin dan masih
dapat digoyangkan.
Leopold IV : tidak dilakukan
TFU (Mc. Donald) : 32 cm
TBJ : (32-13) x155 =2955 gr
3) Auskultasi
DJJ : 139 kali /menit
Punctum maximum : bagian bawah kanan perut ibu
Irama : teratur
Intensitas : sedang
4) Ekstremitas
Atas Bawah
Jumlah jari : lengkap Oedema : tidak ada
Oedema : tidak ada varises : tidak ada
Sianosis : tidak ada kaku sendi : tidak ada
Reflek patela ka/ki : (+) positif / (+) positif
Genitalia : tidak dilakukan
3) Pemeriksaan panggul luar
Tidak dilakukan
4) Pemeriksaan penunjang
Tidak dilakukan
c. Assasment
Diagnosa : Ny. S G1P0A0H0 usia kehamilan 36-37
minggu dengan kehamilan normal
Masalah : tidak ada
Kebutuhan : penkes tentang ketidaknyamanan pada
Trimester III dan cara mengatasinya
Trimester III

d. Planning
1) Menginformasikan hasil pemeriksaan kepada ibu, keadaan ibu
dan janin baik. (Ibu mengerti dan mengetahui hasil pemeriksaan).
2) Menginformasikan kepada ibu tentang masalah yang dialaminya
yaitu nyeri pinggang, menjelaskan kepada ibu bahwa nyeri
pinggang dialaminya adalah salah satu ketidaknyamanan yang
biasa dirasakan pada ibu hamil trimester III, nyeri pinggang yang
ibu alami dikarenakan bentuk tulang kedepan (lordosis) yang
disebabkan pembesaran rahim. Cara mengatasinya dengan
menganjurkan ibu tetap melakukan olahraga ringan, gunakan
kasur yang nyaman. Alas punggung dengan bantal yang tipis.
Masase punggung sebelum tidur atau saat santai. (Ibu mengerti
dan bersedia melakukannya)
3) Mengingatkan kembali kepada ibu tentang tanda bahaya
kehamilan trimester III seperti perdarahan hebat, pusing dan nyeri
perut hebat, mata berkunang-kunang, pandangan kabur, bengkak
pada wajah, kaki dan tangan, dan gerakan janin berkurang. Jika
ibu mengalami salah satu tanda tersebut, segera ke tenaga
kesehatan terdekat. (Ibu mengerti dan mengetahui tanda bahaya
kehamilan trimester III)
4) Menginformasikan kepada ibu tentang tanda-tanda persalinan
seperti nyeri perut menjalar kepinggang dengan waktu yang lama
dan terasa 2-3 kali dalam 10 menit yang disertai dengan
keluarnya lendir bercampur darah, keluarnya air ketuban dan rasa
mules seperti mau BAB. Jika ibu sudah mengalami salah satu
tanda tersebut anjurkan ibu segera ke pelayanan kesehatan. (Ibu
mengerti dan mengetahui tanda-tanda persalinan)
5) Menginformasikan konseling tentang alat kontrasepsi setelah
persalinan. Alat kontrasepsi yang telah dijelaskan adalah MAL
(Metode Amenore Laktasi) atau biasa lebih dikenal dengan
menyusui ASI selama 6 bulan, kondom, pil, suntik 1 bulan, suntik
3 bulan, implant dan spiral. Menggunakan pil, suntik 1 bulan dan
implant akan mempengaruhi pengeluaran ASI. (ibu mengerti dan
memilih untuk menggunakan KB MAL selama 6 bulan)
6) Menanyakan kembali sejauh mana persiapan persalinan seperti
mempersiapkan pakaian ibu dan bayi. (Ibu sudah mempersiapkan
bedung, popok, topi, baju ibu dan bayi, handuk, kain sarung,
celana dalam, pempers, underpad. Menggunakan transportasi
sepeda motor dengan suaminya. Ibu mengatakan sudah
mempunyai tabungan persalinan. Ibu ingin ditolong bidan,
bersalin di tempat praktik bidan. Ibu sudah menemukan calon
pendonor darah yaitu keluarganya).
7) Memberikan terapi tablet Fe dengan dosis 1x1 tablet sehari,
vitamin C dengan dosis 3x1 tablet sehari, B1 dengan dosis 1x1
tablet sehari untuk membantu mengurangi kram atau pegal. (Ibu
bersedia mengkonsumsinya).
8) Menginformasikan pada ibu tentang jadwal kunjungan ulang ibu
yaitu 1 minggu lagi pada tanggal 27 Mei 2017 atau apabila ada
keluhan. (Ibu mengerti dan bersedia melakukan kunjungan ulang)
Lampiran 5 : Format/Pengkajian Intranatal Care

PENDOKUMENTASIAN ASUHAN KEBIDANAN PADA IBU BERSALIN

PADA NY. S P1A0H1 DI BPM bd.RIRIK PUJI LESTARI,Amd.Keb

TAHUN 2017

Kala I Fase Aktif

Tanggal : 27 Mei pukul : 01.30 WIB

A. Subjektif
Keluhan utama : ibu mengeluh nyeri perutnya semakin sering disertai
lendir bercampur darah sejak pukul 01.30 WIB, dan
tidak ada keluar air-air.

a) Pola kebiasaan sehari-hari


a. Pola nutrisi
Makan : 3 kali/hari
Minum :7 gelas/ hari
Jenis : Nasi 1 piring penuh, ikan 2 potong, sayur setengah
mangkuk, tempe 3 potong, buah pepaya, apel, susu
2 gelas dan air putih 7 gelas.
b. Pola Eliminasi
BAK : 7 kali/hari
BAB : 2 kali/hari
Masalah : tidak ada
c. Pola Istirahat
Tidur siang : 1 jam
Tidur malam :7 jam
Masalah : tidak ada
d. Psikologis
Ibu tidak merasa cemas dalam menghadapi persalinannya.
a. Data objektif
a. Pemeriksaan Fisik Umum
Keadaan Umum : baik
Kesadaran : composmenthis
TTV TD: 120/70 mmHg
Suhu : 36,6 0C
Nadi: 80 kali/menit
RR : 20 kali/menit
BB sebelum hamil : 51 kg
BB sekarang : 63 kg
TB : 157 cm
LILA : 25 cm

b. Pemeriksaan Fisik
1) Pemeriksaan fisik
a) Kepala
Rambut : hitam, tidak ada ketombe
Rontok / tidak : tidak rontok
Kebersihan : bersih
b) Muka
Bentuk : normal, simetris
Oedema : tidak ada
Chloasmagravidarum : tidak ada
Pucat / tidak : tidak pucat
c) Mata
Sclera : tidak kuning
Konjungtiva : tidak pucat
Kebersihan : bersih
d) Hidung
Bentuk : normal, simetris
Polip : tidak ada
Kebersihan : bersih
e) Mulut
Stomatitis : tidak ada
Caries gigi : tidak ada
Gigi berlubang : tidak ada
Kebersihan : bersih

1. Palpasi
TFU : setinggi-prosesessus xifuideus
Leopold I : pada bagian fundus ibu teraba bulat, lunak
dan tidak melenting berarti bokong
Leopold II : pada bagian kanan perut ibu teraba keras,
panjang dan memapan, berarti ini
punggung janin, sedangkan pada bagian
kiri teraba tonjolan-tonjolan kecil bearti ini
ekstremitas
Leopold III : pada bagian bawah perut ibu teraba bulat,
keras dan memapan bearti ini kepala
janin, dan tidak dapat digoyangkan
Leopold IV : Divergen
TBJ : (31-13) x155 =3100 gr
2. Auskultasi
His : Teratur
Durasi : 40 detik
Frekuensi : 4 kali dalam 10 menit
DJJ : (+)
Irama :bteratur
Frek. DJJ : 139 kali/menit
c. Genetalia
Pemeriksaan dalam
VT puku l : 01.35 WIB
Vagina : tidak ada kelainan
Portio : tipis, lunak
Pembukaan : 8 cm
Ketuban : teraba, utuh
Presentasi :kepala
Penurunan : H II
Pengeluaran : Lendir bercampur darah
d. Ekstremitas
Bentuk : normal
Kaku sendi :tidak ada
Oedema :tidak ada
Reflek patella ka/ki : Positif (+)/ Positif (+)

a. ASSASEMENT
Diagnosa : Ny. S G1 P0 A0 H0 dengan usia
kehamilan 36-37 minggu inpartu
kala 1 fase aktif
Masalah : tidak ada
Kebutuhan : tidak ada
Diagnosa Potensial : tidak ada
Tindakan Segera : tidak ada

b. PLANNING
1) Menginformasikan hasil pemeriksaan kepada ibu bahwa
keadaan ibu dan janin dalam keadaan baik, pembukaan 8 cm.
(ibu mengerti).
2) Menganjurkan ibu untuk tetap melakukan teknik relaksasi
dengan menarik nafas dalam ketika ada his dan
membuangnya dari mulut secara perlahan. (ibu mengerti).
3) Menganjurkan ibu untuk miring ke kiri, karena ibu biasa
beristirahat dengan mudah diantara kontraksi. (ibu mengerti).
4) Mengingatkan kembali kepada suami untuk selalu memijat
pinggang ibu agar nyeri dapat berkurang dan ibu merasakan
nyaman ketika sedang kontraksi. (suami bersedia).
5) Mengajarkan ibu cara meneran yang baik dan benar ketika
pembukaan sudah lengkap, jika ada kontraksi ibu tarik nafas
dari hidung dan keluarkan lewat mulut, jika mulasnya
bertambah kuat ibu meneran dengan dagu menempel di dada
dan kedua tangan merangkul paha, ibu di anjurkan meneran
seperti ketika buang air besar yang keras. Jika kontraksi ibu
hilang ibu istirahat dan boleh minum atau makan jika ibu mau.
(Ibu mengerti dn bersedia melakukannya).
6) Menganjurkan ibu untuk BAK atau BAB jika ada dorongan,
mempersiapkan perlengkapan persalinan seperti kain bedong
4, baju ibu dan bayi, popok bayi, sarung tangan dan kaki bayi,
topi bayi, pempes ibu, underped, dan kain sarung ibu.
Mempersiapkan partus set, heating set, handscoon steril, obat-
obatan ensensial (oksitosin 1 ampul, lidocain 1% (1 ampul),
vitamin K, salep mata, alas bokong, air klorin 0,5% dan air
DTT. (Terlaksana)
7) Mengobservasi kemajuan persalinan yaitu DJJ, his dan nadi
serta mencatat semua hasil observasi pada lembar partograf.
(Terlaksana)

KALA II
Subjektif
Ibu mengatakan sakit semakin kuat dan ibu ingin mengedan
Objektif
Ku : Baik
Kesadaran : Composmenthis
TD :120/70 mmHg
N : 80 kali/menit
RR :20 kali/menit
S : 36,5 0C
Hasil auskultasi :His teratur 5 kali dalam 10 menit lamanya 50
detik, DJJ (+) 140 kali/menit
Pemeriksaan dalam
Vagina : tidak ada kelainan
Portio : tipis, tidak teraba
Pembukaan : 10 cm
Ketuban pecah : 02.05 WIB
Presentasi :kepala
Posisi : UUK didepan
Penurunan : H IV
Pengeluaran : Lendir bercampur darah dan cairan
Ketuban berwarna jernih
Perdarahan kala I 20 cc
Assasment
Diagnosa : Ny. S G1 P0 A0 H0 parturien kala II
Masalah : tidak ada
Kebutuhan : tidak ada
Masalah potensial : tidak ada
Planning

1) Menginformasikan hasil pemeriksaan kepada ibu bahwa


keadaan ibu dan janin baik, pembukaan sudah lengkap. (Ibu
mengerti dan mengetahui hasil pemeriksaan).
2) Membantu ibu untuk mengambil posisi setengah duduk untuk
bersalin dan pendamping sewaktu bersalin. (ibu bersedia
melakukannya dan ibu memilih suami sebagai pendamping
persalinannya).
3) Memimpin ibu untuk mengedan yang baik dan benar seperti :
jika ada kontraksi ibu tarik nafas dari hidung dan keluarkan
lewat mulut, jika mulasnya bertambah kuat ibu mengedan
dengan dagu menempel didada dan kedua tanganmerangkul
paha, ibu dianjurkan mengedan seperti ketika baung air besar
yang keras. Jika kontraksi ibu hlang ibu istirahat dan noleh
minum atau makan jika ibu mau. (ibu bersedia melakukannya).
4) Mendekatkan partus set, heacting set, memeriksa dan
menyiapkan kembali kelengkapan alat yang akan digunakan.
(Terlaksana).
5) Mempimpin persalinan
a. Jika kepala sudah terlihat 5 cm di depan vulva letakkan
kain 1/3 dibawah bokong ibu, letakkan alas perut handuk
diatas perut ibu. (Terlaksana).
b. Membuka dan melihat kelengkapan alat, lalu memakai
handscoon steril. (Terlaksana).
c. Saat kepala sudah membuka vulva 5-6 cm lindungi
perineum dengan tangan kanan dan dilapisi kain bersih
dan kering, dan tangan kiri menahan bagian komisura
anterior agar posisi kepala janin tetap fleksi, dan
membantu lahirnya kepala janin, serta mencegah robekan
yang luas. (Terlaksana).
d. Setelah kepala lahir, periksa lilitan tali pusat, tunggu
terjadi putaran paksi luar, pegang kepala bayi secara
bipariental, kemudian lahirkan bahu depan dan belakang
lalu lakukan sanggah susur seluruh badan, jepit kaki
dengan kedua tangan. (Terlaksana).
Bayi lahir spontan pukul 02.40 WIB, jenis kelamin
perempuan.
6) Melakukan penilaian sepintas, bayi menangis kuat, tonus otot
baik, warna kulit kemerahan, danmeletakan bayi diatas perut
ibu. (Terlaksana).
7) Mengeringkan bayi dengan alas perut ibu ganti dengan kain
bersih dan kering yang baru, periksa janin kedua (Tidak ada).
(Terlaksana)
8) Melakukan klem tali pusat dengan jarak 3-5 cm, dari pangkal
tali pusat. Lalu lakukan pengurutan kearah ibu, klem
pertama, potong lalu ikat pusaat dengan menggunaka
benang tali pusat steril.(Terlaksana).
9) Meletakkan bayi di dada ibu untuk di lakukan IMD di mulai
dari pukul 02.40 WIB s/d 03.40 WIB, dengan posisi bayi
tengkurap, kedua kaki seperti katak, menutup tubuh bayi
menggunakan kain bersih dan kering, serta memakaikan topi
bayi. (Terlaksana).

KALA III
Subjektif
Ibu mengatakan senang dengan kelahiran bayinya namun
perutnya masih mules.
Objektif
Ku : Baik
Kesadaran : Composmenthis
TD :120/70 mmHg
N : 80 kali/menit
RR :22 kali/menit
S : 36,8 0C
TFU : sepusat Kontraksi : Baik
Kandung Kemih : Kosong
Perdarahan kala II : 40 cc
Tanda tanda pelepasan plasenta : Tali pusat memanjang, keluar
semburan darah dan uterus glubelur

Assasment
Diagnosa : Ny. S P1 A0H1 inpartu kala III
Masalah : tidak ada
Kebutuhan : tidak ada
Diagnosa potensial : tidak ada
Tindakan segera : tidak ada

Planning
1) Memberitahu ibu bahwa keadaan ibu baik. Dan mules yang ibu
alami karena uterus berkontraksi dan ari-arinya akan segera
keluar. (Ibu mengerti).
2) Memberitahukan kepada ibu bahwa akan disuntik oksitosin
agar uterus berkontraksi baik. Suntikan oksitosin 10 unit IM
(intramuskuler) di 1/3 paha atas bagian luar, lakukan aspirasi
sebelum menyuntikkan oksitosin. (terlaksana)
3) Pindahkan klem tali pusat dengan jarak 5-10 cm di depan
vulva. Melakukan dorso kranial pada suprapubis yang
dilakukan bersamaan. Hal ini dilakukan saat ada kontraksi
atau setiap 2-3 menit sekai. (Terlaksan).
4) Pada saat plasenta muntul di vulva 2/3 bagian, tangan kiri
menahan bagian bawah dan tangan kanan menutar plasenta
searah jarum jam perlahan-lahan.
Plasenta lahir pukul : 02.45 WIB dan meletakkannya di piring
plasenta
5) Melakukan masase fundus uteri sebanyak 15 kali selama 15
detik searah jarum jam.
Hasil : uterus teraba keras dan kontraksi baik. (Terlaksana).
6) Melakukan pemeriksaan plasenta. Kotiledon lengkap, selaput
ketuban utuh, tali pusat 50 cm, insersi lateralis, kedalaman 3
cm, beratnya 500 gram. Membungkus plasenta kedalam
plastik. (Terlaksana).
7) Memeriksa laserasi pada vagina dan perineum, terdapat
laserasi derajat II. (Terlaksana).

KALA IV
Subjektif
Ibu mengatakan senang dengan persalinannya yang berjalan
normal.
Objektif
Ku : Baik
Kesadaran : Composmenthis
TD :120/80 mmHg
N : 80 kali/menit
RR :20 kali/menit
S : 36,6 0C
TFU : 2 jari dibawah pusat
Kontraksi : baik
Kandung kemih : Kosong
Perdarahan kala III : 60 cc
Laserasi : derajat 2

Assasment
Diagnosa : Ny. S P1 A0H1 inpartu kala IV
Masalah : tidak ada
Kebutuhan : tidak ada
Diagnosa potensial : tidak ada
Tindakan segera : tidak ada

Planning
1) Menginformasikan kepada ibu bahwa ari-arinya telah lahir.
(Terlaksana).
2) Terdapat laserasi pada vagina dan perineum, terdapat
laserasi derajat 2, melakukan anastesi dengan lidokain 1%
dan melakukan heacting dengan teknik jelujur dan subkutis. (
Terlaksana).
3) Memastikan kembali uterus berkontraksi baik dan tidak ada
perdarahan per vaginam. Hasil : kontraksi uterus baik, TFU 2
jari dibawah pusat. (Terlaksana).
4) Mengajarkan ibu untuk selalu mengusap bagian keras di
perutnya atau rahim ibu searah jarum jam. Bagian perut
terasa keras berarti kontraksi rahim ibu baik, jika keras
lembek dan keluar darah seperti air keran mengalir, segera
lakukan usapan lembut dan beritahu bidan. (Ibu mengerti dan
bersedia melakukannya)
5) Membiarkan bayi tetap melakukan kontak kulit ke kulit di
dada ibu paling sedikit 1 jam. Sebagian besar bayi akan
berhasil melakukan inisiasi menyusu dini dalam waktu 30-60
menit. Menyusu pertama biasanya berlangsung sekitar 10-15
menit, bayi berada di dada ibu selama 1 jam walaupun bayi
sudah berhasil menyusu. (Terlaksana)
6) Setelah satu jam, lakukan penimbangan/pengukuran bayi,
beri tetes mata antibiotik profilaksis dan vitamin K1 1 mg
intramuscular di paha kiri anterolateral. (Terlaksana)
7) Setelah satu jam pemberian vitamin K1 berikan suntikkan
imunisasi Hepatitis B di paha kanan anterolateral. Letakkan
bayi di dalam jangkauan ibu agar sewaktu-waktu bisa
disusukan. Letakkan kembali bayi pada dada ibu bila bayi
belum berhasil menyusu di dalam satu jam pertama dan
biarkan sampai bayi berhasil menyusu. (Terlaksana)
8) Mengajari ibu untuk mobilisasi dini yang biasa dilakukan
seperti miring kekiri dan kekanan untuk memulihkan keadaan
ibu seperti semula. (Ibu mengerti dan bersedia
melakukannya)
9) Melakukan pemantauan kala IV dengan memeriksa tekanan
darah, nadi, TFU, kontraksi uterus, kandung kemih dan
perdarahan setiap 15 menit pada jam pertama dan 30 menit
pada jam kedua, periksa suhu tubuh ibu setiap 1 jam.
(Terlaksana dan terlampir pada lembar partograf)
10) Evaluasi dan estimasi jumlah kehilangan darah. Jumlah
darah pada persalinan ±180 cc.
11) Membersihkan ibu dengan air DTT, dan tempat bersalin
dengan air klorin o,5% kemudian bilas dengan air DTT.
Bantu ibu memakaikan pempers, dan kain sarung yang baru,
serta menganti baju jika baju ibu terkena darah. Memastikan
ibu merasa nyaman, ibu boleh makan dan minum yang
diinginkan. (Terlaksana)
12) Membuang sampah pada tempat yang tersedia. Merendam
peralatan yang dipakai dalam larutan klorin 0,5% selama 10
menit. Buka sarung tangan secara terbalik lalu rendam dalam
air klorin. Cuci, bilas, keringkan, rebus dan mensterilkan alat.
(Terlaksana)
13) Melakukan pendokumentasi SOAP dan melengkapi
partograf. (Terlaksana dan partograf terlampir)
Lampiran 6. Format/Pengkajian Postnatal Care

A. Asuhan Kebidanan Postpartum


1. pendokumentasian Asuhan Kebidanan Postnatal Care (PNC)
pada Ny. S P1A0H1 6 jam Postpartum di BPM. Bd.Ririk Puji
Lestari,Amd. Keb

tanggal / pukul : 27 Mei 2017 /07.45 WIB


a. Data Subjektif
1) Keluhan utama : tidak ada

2) Riwayat persalinan
a) Ibu
Tanggal / pukul kelahiran : 27 Mei 2017
Jenis persalinan : spontan
Komplikasi : tidak ada
jumlah perdarahan
kala I (Blood slim) : 20 cc kala III :60 cc
kala II : 40 cc kala IV :60 cc
b) Bayi
Jenis kelamin : perempuan
Berat badan : 3100 gram
Panjang badan :49 cm
c) Plasenta, selaput ketuban dan tali pusat
Plasenta : lengkap
Selaput ketuban : utuh
Tali pusat : 51 cm
Insersi : lateralis
3) Pola kebiasaan sehari – hari
a) Pola nutrisi
Makan : 2 kali sehari
Minum : 6 gelas / hari
jenis : nasi 1 piring, sup ayam, dan
air putih
b) Pola eliminasi
BAK : 4-5 kali/ hari
BAB : belum ada
c) Personal hygiene
Mandi : 1 kali/ hari
Gosok gigi : 1 kali / hari
Ganti pakaian dalam : 3 kali / hari
d) Pola istirahat
Tidur siang : tidak ada
Tidur malam : 4-5 jam
Masalah : tidak ada
e) Aktivitas sehari- hari
Pekerjaan : ibu menyusui bayinya
f) Psikologis : ibu senang dengan
kelahiran bayinya
b. Data objektif
1) Pemeriksaan umum : baik
Kesadaran : composmentis
Tekanan darah : 110/70mmhg
Suhu : 36,50C
Nadi :78 kali / mernit
RR : 20 kali/ menit
2) Pemeriksaan fisik
a) Kepala
Rambut : hitam, tidak ada ketombe
Rontok/tidak : tidak rontok
Kebersihan : bersih
b) Muka
Bentuk : normal, simetris
Oedema : tidak ada
Chloasmagravidarum : tidak ada
Pucat/tidak : tidak pucat
c) Mata
Sclera : tidak kuning
Konjungtiva : tidak pucat
Kebersihan : bersih
d) Hidung
Bentuk : normal, simetris
Polip : tidak ada
Kebersihan : bersih
e) Mulut
Stomatitis : tidak ada
Caries gigi : tidak ada
Gigi berlubang : tidak ada
Kebersihan : bersih
f) Telinga
Bentuk : normal, simetris
Pengeluaran : tidak ada
Kebersihan : bersih
g) Leher
Kelenjar tiroid : Tidak ada pembengkakan
Kelenjar Vena jugularis : Tidak ada pembesaran
h) Payudara
Pembesaran mamae : mimetris
Areola mamae : menghitam
Putting susu : menonjol
Kebersihan : bersih
Pengeluaran : kolostrum
Benjolan : tidak ada
i) Abdomen
Luka bekas operasi : tidak ada
TFU : 2 jari dibawah pusat
Kontraksi : baik
j) Genitalia
Vulva : tidak oedema
Perineum : ada luka bekas jahitan, tidak
oedema,dan tidakada koloid
Pengeluaran : lochea rubra
k) Ekstremitas
Atas Bawah
Jumlah jari : lengkap Oedema : tidak ada
Oedema : tidak ada varises : tidak ada
Sianosis : tidak ada kaku sendi : tidak ada

c. Assasment
Diagnosa :Ny. S P1A0H1 6 jam
postpartum normal
Masalah : tidak ada
Kebutuhan : tidak ada
Diagnosa potensial : tidak ada
Tindakan segera : tidak ada

d. Planning
1) Menginformasikan pada ibu hasil pemeriksaan bahwa
keadaan ibu baik, tekanan darah 110/70 mmHg ,kontraksi
rahim baik, dan jumlah perdarahan dalam batas normal
(ibu mengerti dan mengetahui hasil pemeriksaan)
2) Mengingatkan kembali cara masase uterus dan memeriksa
kontraksi baik, dengan cara ibu mengusap bagian keras
diperutnya, atau rahim ibu searah jarum jam. Bagian perut
terasa keras bearti kontraksi rahim ibu baik, jika terasa
lembek dan keluar darah segera lakukan usapan lembut
dan jika sudah melakukan masase uterus masih terasa
lembek dan darah keluar seperti air keran yang mengalir
segeraberi tahu bidan (ibu mengerti)
3) Menjelaskan pada ibu cara melakukan perawatan luka
jahitan yaitu denganmembersihkan kemaluan dari arah
depan kebelakang kemudian keringkan dengan handuk
kering atau tisu bersih. Anjurkan ibu untuk sesering
mungkin mengganti pembalut atau pada saat merasa
penuh.(ibu mengerti)
4) Menganjurkan ibu untuk ambulasi dini yaitu berlatih untuk
duduk, berjalan pelan-pelan sehingga keadaan ibu cepat
pulih kembali gunanya untuk melatih otot yang tegang dan
mengelastiskan otot- otot agar ibu tidak mengalami kram
(ibu mengerti)
5) Mengajarkan ibu cara menyusui yaitu dengan cara ibu
boleh memilih posisi menyusui yang nyaman seperti
berbaring atau duduk, kemudian posisi bayi berbaring
dengan lengan dan kaki bayi sejajar, mulut bayi menghisap
pada areola, ibu tetap memperhatikan hidung bayi agar
tidak tertutup payudara (ibu mengerti)
6) Mengajarkan ibu untuk melakukan perwatan payudara
yaitu dengan menggunakan bra yang menyokong
payudara, memijat payudara perlahan menggunakan baby
oil, membersihkan payudara dengan air hangat,laluair
dingin agar payudara ibu tidak bengkak karena ibu tidak
menyususi bayinya (ibu mengerti dan bersedia
melakukannya)
7) Menjelaskan kepada ibu tentang kontrasepsi MAL yang
dapat digunakan sebagai alat kontrasepsi apabila
digunakan selama 6 bulan pertama setelah melahirkan,
menyusui secara eksklusif (tanpa makanan dan minuman
tambahan), menyusui secara penuh full breast feeding,
diberikan minimal 8 kali sehari, kontrasepsi yang tidak
memerlukan prosedur khusus, alat maupun obat, murah,
mudah dan tidak menimbulkan efek samping, karena dapat
memberikan manfaat bagi ibu dan kesehatan bayi.(ibu
mengerti dan memilih menggunakan ASI eksklusif sebagai
alat kontrasepsi pasca persalinan)
8) Menginformasikan kepada ibu tentang tanda bahaya nifas
seperti demam tinggi (>38oC), perdarahan yang banyak
lebih dari darah haid biasa disertai nyeri di ulu hati, sakit
kepala hebat, pandangan kabur, pembengkakan pada
wajah, kaki dan tangan,lemah, tidak bisa buang air besar
selama 3 hari. (ibu mengerti)
9) Memberikan ibu amoxcicilin sebagai antibiotik diminum 3
kali sehari (pagi, siang dan malam hari), paracetamol untuk
meredakan nyeri diminum 3 kali sehari (pagi, siang dan
malam hari), vitamin etabion sebagai penambah darah
diminum 1 kali sehari (pada malam hari), vitamin B12 1 kali
sehari untuk membantu pembentukan sel darah merah dan
2 kapsul vitamin A 200.000 IU (kapsul pertama langsung
diminum setelah melahirkan pada tanggal 27 Mei 2017
pukul 03.00 WIB dan kapsul kedua diminum setelah 24 jam
minum kapsul pertama yaitu tanggal 28 Mei 2017 pukul
03.00 WIB.(ibu bersedia meminumnya).

2. Pendokumentasian Asuhan Kebidanan Postpartum Care


(PNC) pada Ny.S P1A0H1 7 hari Postpartum di rumah klien

Tanggal / pukul :03 Mei 2017 / 10.00 WIB


a. Data Subjektif
1) Keluhan utama : tidak ada

2) Pola kebiasaan sehari –hari


a) Pola nutrisi
Makan : 3-4 kali sehari
Minum : 7-8 gelas / hari
jenis : nasi 1 piring, sup ayam, dan
air putih
b) Pola eliminasi
BAK : 6-7 kali/ hari
BAB : 1 kali/hari
c) Personal hygiene
Mandi : 1 kali/ hari
Gosok gigi : 1 kali / hari
Ganti pakaian dalam : 2 kali / hari
d) Pola istirahat
Tidur siang : 1 jam
Tidur malam : 6-7 jam
Masalah : tidak ada
e) Psikologis : ibu senang dengan
kelahiran bayinya
b. Data objektif
1) Pemeriksaan umum : baik
Kesadaran : composmentis
Tekanan darah : 120/80mmhg
Suhu : 36,50C
Nadi : 75 kali / mernit
RR : 19 kali/ menit

2) Pemeriksaan fisik
a) Kepala
Rambut : hitam, tidak ada ketombe
Rontok/tidak : tidak rontok
Kebersihan : bersih
b) Muka
Bentuk : normal, simetris
Oedema : tidak ada
Chloasmagravidarum : tidak ada
Pucat/tidak : tidak pucat
c) Mata
Sclera : tidak kuning
Konjungtiva : tidak pucat
Kebersihan : bersih
d) Hidung
Bentuk : normal, simetris
Polip : tidak ada
Kebersihan : bersih
e) Mulut
Stomatitis : tidak ada
Caries gigi : tidak ada
Gigi berlubang : tidak ada
Kebersihan : bersih
f) Telinga
Bentuk : normal, simetris
Pengeluaran : tidak ada
Kebersihan : bersih
g) Leher
Kelenjar tiroid : Tidak ada pembengkakan
Kelenjar Vena jugularis : Tidak ada pembesaran
h) Payudara
Pembesaran mamae : Simetris
Areola mamae : menghitam
Putting susu : menonjol
Kebersihan : bersih
Pengeluaran : ASI
Benjolan : tidak ada
i) Paru-paru
Bunyi nafas : terdengar veskuler, tidak ada
wheezing
Tertaur/ tidak : teratur
j) Jantung
Bunyi : terdengar lup dup
Teratur/tidak : teratur
k) Abdomen
Luka bekas operasi : tidak ada
TFU : pertengahan pusat simpisi
Kontraksi : baik
l) Genitalia
Vulva : tidak oedema
Perineum :ada luka bekas jahitan, tidak
oedema, dan tidak ada koloid
Pengeluaran : lochea sanguilenta
Haemoroid : tidak ada
m) Ekstremitas
Atas Bawah
Jumlah jari : lengkap Oedema : tidak ada
Oedema : tidak ada varises : tidak ada
Sianosis : tidak ada kaku sendi : tidak ada

c. Assasment
Diagnosa : Ny.S P1A0H17 hari postpartum
normal
Masalah : tidak ada
Kebutuhan : tidak ada
Diagnosa potensial : tidak ada
Tindakan segera : tidak ada

d. Planning
1) Menginformasikan kepada ibu bahwa keadaan ibu baik,
tekanan darah 120/80 mmHg, luka jahitan ibu sudah
hampir sembuh, involusi uteri berjalan normal, fundus
berada dibawah umbilikus, tidak ada perdarahan abnormal
dan tidak ada tanda-tanda infeksi. (ibu mengerti dan
mengetahui hasil pemeriksaan)
2) Memberikan penkes tentang gizi yang baik kepada ibu
yaitu : mengkonsumsi nasi, ikan, telur, hati ayam, tahu,
tempe, sayur-sayuran, susu ibu menyusui, serta perbanyak
minum air putih, makan dalam porsi yang lebih banyak dari
sebelumnya, karena kalori ibu nifas lebih banyak untuk
memproduksi ASI. Menganjurkan kepada ibu untuk banyak
mengkonsumsi sayuran hijau, kacang-kacangan dan susu.
Minum air putih sedikitnya 8 gelas sehari untuk
mendapatkan ASI yang banyak. (ibu mengerti dan ibu
sudah mengkonsumsi nasi 1 piring, sayur katuk setengah
mangkok, hati ayam 4 potong, ikan 2 potong dan susu 1
gelas)
3) Menjelaskan kepada ibu tentang tanda-tanda bahaya masa
nifas, yaitu : demam tinggi dengan suhu melebihi 38oC,
perdarahan, nyeri perut hebat, sakit kepala yang hebat,
bengkak pada wajah, tangan dan kaki, infeksi masa nifas,
bengkak pada payudara, puting susu berdarah, tidak bisa
BAB dalam 3 hari, nyeri saat BAK, apabila ibu mengalami
salah satu tanda tersebut, ibu segera ke tenaga kesehatan.
(ibu mengerti dan mengetahui tanda bahaya masa nifas)
4) Menginformasikan kembali kepada ibu tentang kontrasepsi
MAL yang dapat digunakan sebagaialat kontrasepsi
apabila digunakan selama 6 bulan pertama setelah
melahirkan, menyusui secara eksklusif (tanpa makanan
dan minuman tambahan). Apabila ibu telah mendapatkan
haid pertanda ibu sudah subur kembali dan harus segera
memulai metode KB lainnya. (ibu mengerti dan tetap
memilih menggunakan kontrasepsi MAL)
5) Menginformasikan kepada ibu untuk kunjungan lagi pada
hari ke 29-42 ke tenaga kesehatan atau jika ibu ada
keluahan. (ibu mengerti dan bersedia melakukannya)
Lampiran 7. Format/Pengkajian Bayi Baru Lahir

a. Asuhan Kebidanan Bayi Baru Lahir (BBL)


1. Pendokumentasian Asuhan Kebidanan Bayi Baru Lahir (BBL) pada
bayi Ny.S usia 6 jam dengan Bayi Baru Lahir Normal di BPM Bd.
Ririk Puji Lestari, Amd.Keb

Tanggal/pukul : 27 Mei 2017/ 07.45 WB


I. SUBJEKTIF
A. BIODATA
Nama Bayi : Bayi Ny.S
Umur : 6 jam
Jenis Kelamin : perempuan
Tanggal/ Jam lahir : 27 Mei 2017 / 02.40 WIB

B. Keluhan Utama : tidak ada

C. Riwayat Kehamilan
P1 A0 H1 Usia kehamilan : 40 minggu

Penyakit yang menyertai kehamilan :Tidak ada

Kebiasaan waktu hamil : tidak ada

Komplikasi ibu dan janin : tidak ada

D. Riwayat Persalinan
Jenis persalinan : spontan
Penolong : bidan
Tempat persalinan : BPM
Ketuban pecah : 02.05 WIB
Komplikasi :tidak ada
Kala I lamanya : Kala I lamanya : 1 jam
Kala II lamanya : 30 menit
Kala III lamanya : 5 menit
Kala IV lamanya : 2 jam
E. Keadaan Bayi Baru Lahir
Rangsangan taktil : (+)
Isap lendir : (+)
Ambubag : (-)
Massage Jantung : (-)
Intubasi Endotrakheal : (-)
Oksigen : (-)
Terapi : (-)
F. Keadaan bayi
BB/PB : 3100 gr/ 49 cm
Vit K : setelah 1 jam lahir
Salep mata : setelahir 1 jam lahir
Cacat bawaan : tidak ada
Resusitasi : tidak dilakukan

II. OBJEKTIF
A. Pemeriksaan Umum
KU : baik
S : 36,8 0C
RR : 46 kali/menit
N : 130 kali/menit

Pemeriksaan antropometri
BB : 3100 gr LD :32 cm
PB : 49 cm LP : 31 cm
LK : 34 cm LILA : 12 cm

B. Pemeriksaan Fisik
a. Kepala
UUB : datar
UUK : datar
Caput succedenum : tidak ada
Chepal hematoma : tidak ada
Molase : tidak ada
b. Mata
Simentris ka/ki : iya tanda infesi : tidak ada
Konjungitva : tidak pucat sclera : tidak kuning
c. Telinga
Bentuk : simentris
Daun telinga : ada
Lekuk telinga : ada
Pengeluaran : tidak ada
d. Mulut
Bibir : tidak ada kelainan
Langit-langit : tidak ada kelainan
Refleks rooting : (+) baik
Refleks Sucking : (+) baik
e. Leher
Kelenjar Tyroid : tidak ada pembengkakan
Vena Jugularis : tidak ada pembesaran
Refleks Tonick Neck : (+) baik
f. Dada
Bentuk : simentris
Bunyi nafas : terdengar vesikuler, teratur, tidak ada
wheezing
Bunyi jantung : terdengar lup dup
g. Bahu, lengan, tangan
Pergerakan : Aktif
Jumlah jari : tangan kanan dan kiri berjumlah 10
jari lengkap
Refleks Graps : (+) baik
Refleks Moro : (+) baik
h. Abdomen
Bentuk : Normal
Perdarahan tali pusat : tidak ada
Peninjolan sekitar tali pusat : tidak ada
i. Genetalia
Labia mayora : (+)
j. Anus
Berlubang : iya
Kelainan : tidak ada

III. ASESSMENT
Diagnosa : Bayi Ny. S usia 6 jam dengan Bayi
Baru Lahir normal
Masalah : tidak ada
Kebutuhan : tidak ada
Diagnosa Potensial : tidak ada
Tindakan Segera : tidak ada

IV. PLANNING
1) Menginformasikan kepada ibu bahwa keadaan bayi ibu
baik. Pemeriksaan antropomerti BB: 3100 gr, LD :32 cm,
PB: 49 cm, LP: 31 cm, LK : 34 cm, LILA : 12 cm. (ibu
mengerti dan mengetahui hasil pemeriksaan).
2) Menginformasikan kepada ibu bahwa bayi akan disuntik
imunisasi hepatitis B 0. (ibu bersedia), menyuntikkan
imunisasi hepatitis B 0 pada 1/3 paha kanan anterolateral
secara IM. Terlaksana.
3) Menganjurkan ibu untuk memberikan ASI eksklusif selama
6 bulan tanpa makan tambahan atau susu formula, berikan
ASI secara on demand pada kedua payudara ibu, payudara
kanan selama 15 menit dan payudara kiri selainya dengan
selama 15 menit atau jika payudara terasa sampai kosong.
Apabila telah menyusui bayinya, segera mensendawakan
bayinya dengan cara menepuk punggung bayi agar bayi
tidak tersedak. (ibu mengerti).
4) Menganjurkan ibu untuk menjemur bayinya dalam keadaa
telanjang hanya dipakaikan popok saja, setiap pagi dari
pukul 07.00 sampai pukul 08.00 pagi, selama 30 menit agar
bayi tidak kuning. (ibu mengerti).
5) Menganjurkan ibu untuk selalu menjaga kebersihan bayinya
dengan mengganti bedong dan popok ketika bayi habis
buang air kecil maupun besar. (ibu mengerti).
6) Mengajarkan ibu cara memandikan bayi yaitu dengan
menggunakan air hangat, kemudian membersihkan kepala
bayi menggunakan waslap yang diberikan sabun kemudian
bilas bayi dengan air hangat hingga bersih. (ibu mnegerti
dan terlaksana).
7) Menjaga kehangatan tubuh bayi agar bayi tidak hipotermi
dengan cara memaikan topi dan membedong bayi.
(terlaksana).
8) Menginformasikan kepada ibu tentang perawatan tal pusat,
tidak membungkus tali pusat dengan kassa, dan pastikan
tali pusat dalam keadaan kering agar tidak terjadi infeksi
jika tali pusat sudah lepas pastikan pangkal pusat tetap
keaadaan kering, tidak bebrbau, dan tidak ada kemerahan.
(ibu mengerti dan terlaksana).
9) Menjelaskan tanda-tanda bahaya bayi baru lahir seperti :
bayi kuning, suhu (>37,5oC, <35,5oC), pernafasan sulit, bayi
tidak mau menyusu, tidak BAB selama 3 hari setelah lahir,
tali pusat merah. Apabila bayi mengalami salah satu tanda
tersebut, segera bawa bayi ke tenaga kesehatan.
10) Menginformasikan kepada ibu akan ada kunjungan rumah
pada hari ke 7 setelah bayi lahir. (ibu mengerti)
2. Pendokumentasian Asuhan Kebidanan Bayi Baru Lahir (BBL)
pada Bayi Ny. S 7 hari Bayi Baru lahir Normal di rumah Klien

Tanggal 03 Juni 2017, pukul 10.00 WIB

a. Data subjektif
1) Keluhan utama
Ibu mengatakan keadaan bayinya baik, kuat menyusu dan
gerakan aktif

2) Riwayat imunisasi
HB0 : sudah diberikan setelah 1 jam lahir
BCG : belum
DPT-Hb1 : belum
DPT-Hb1 : belum
DPT-Hb1 : belum
Polio : belum

3) Pola kebiasaan sehari hari


a) Pola Nutrisi
Frekuensi ASI : 9-10 kali/hari
b) Pola Eliminasi
BAK : 8 kali/ hari, berwarna kuning jernih
BAB : 2-3 kali/hari berwarna kuning
c) Pola personal hygiene
Mandi : 1 kali/hari
d) Pola istirahat
Tidur siang : 4-5 jam/hari
Tidur malam : 7-8 jam/hari
b. Data Objektif
1) Pemeriksaan Umum
KU : baik S : 36,8 0C
RR : 46 kali/menit N : 130 kali/menit

2) Pemeriksaan Antropometri
BB :3300 gr PB :52 cm
LK :34 cm LD : 32 cm
LP :31 cm LILA :12 cm

3) Pemeriksaan fisik
a) Kepala
UUB : datar
UUK : datar
Caput succedenum : tidak ada
Chepal hematoma : tidak ada
Molase : tidak ada
b) Mata
Simentris ka/ki : iya tanda infesi : tidak ada
Konjungitva : tidak pucat sclera : tidak kuning
c) Telinga
Bentuk : simentris
Daun telinga : ada
Lekuk telinga : ada
Pengeluaran : tidak ada
d) Mulut
Bibir : tidak ada kelainan
Langit-langit : tidak ada kelainan
Refleks rooting : (+) baik
Refleks Sucking : (+) baik
e) Leher
Kelenjar Tyroid : tidak ada pembengkakan
Vena Jugularis : tidak ada pembesaran
Refleks Tonick Neck : (+) baik
f) Dada
Bentuk : simentris
Bunyi nafas : terdengar vesikuler, teratur, tidak ada
wheezing
Bunyi jantung : terdengar lup dup
g) Bahu, lengan, tangan
Pergerakan : Aktif
Jumlah jari : tangan kanan dan kiri berjumlah 10 jari
lengkap
Refleks Graps : (+) baik
Refleks Moro : (+) baik
h) Abdomen
Bentuk : Normal
Perdarahan tali pusat : tidak ada
Peninjolan sekitar tali pusat : tidak ada
i) Genetalia
Labia mayora : (+)
j) Anus
Berlubang : iya
Kelainan : tidak ada

V. ASESSMENT
Diagnosa : Bayi Ny. S usia 7 hari dengan Bayi
Baru Lahir normal
Masalah : tidak ada
Kebutuhan : tidak ada
Diagnosa Potensial : tidak ada
VI. PLANNING
1) Menginformasikan kepada ibu bahwa keadaan bayi dan
ibu baik, BB 3300 gr Pb 51 cm. (ibu mengerti hasil
pemeriksaan).
2) Mengingatkan kembali kepada ibu untuk tetap
memberikan ASI eksklusif kepada bayinya selama 6 bulan
secara on demand tanpa memberikan susu formula atau
makanan tambahan, selalu menyusui bayinya sesering
mungkin untuk memenuhi kebutuhan nutrisi pada bayi.
(ibu mengerti dan sudah melakukannya),
3) Memberitahukan kepada ibu agar tetap menjaga
kebersihan bayinya dengan cara mengganti popok setiap
bayi BAK dan BAB agar tidak terjadi iritasi pada bayi. (ibu
mengerti dan bersedia menjaga kebersihan bayinya).
4) Mengigatkan kembali tanda-tanda bahaya bayi baru lahir
seperti : bayi kuning, suhu (>37,5oC, <35,5oC), pernafasan
sulit, bayi tidak mau menyusu, tidak BAB selama 3 hari
setelah lahir, tali pusat merah. Apabila bayi mengalami
salah satu tanda tersebut, segera bawa bayi ke tenaga
kesehatan. (ibu mengerti dan bersedia melakukannya)
5) Menginformasikan kepada ibu tentang imunisasi pada
bayinya yaitu imunisasi BCG setelah umur anak 1 bulan.
Imunisasi dapat diberikan di Puskesmas, Klinik Bersalin,
Bidan Praktek Mandiri, atau Posyandu terdekat. (ibu
mengerti dan bersedia melakukan imunisasi pada
bayinya)
6) Menganjurkan ibu untuk selalu membawa anaknya ke
posyandu dan membawa buku Kesehatan Ibu dan Anak
sampai usia anak 5 tahun agar tumbuh kembang anak
dapat dipantau dengan baik. (ibu mengerti dan bersedia
membawa anaknya ke posyandu)
7) Menganjurkan kepada ibu untuk melakukan kunjungan
pada hari ke 8-28 ke BPM. Bd. Ririk Puji Lestari (ibu
mengerti dan bersedia melakukannya)
Lampiran 8. Jadwal Kegiatan LTA

JADWAL KEGIATAN
Asuhan Komprehensif pada Ny. S Usia 29 Tahun
Di BPM Bd. Ririk Puji Lestari, Amd.Keb Tanjungpinang 2017

BULAN
NO KEGIATAN DESEMBER JANUARI FEBRUARI MARET APRIL MEI JUNI

III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II

1 Pembuatan Proposal LTA

2 Informed Consent
3 Ujian Proposal LTA
4 Revisi Ujian Proposal

5 Asuhan Antenatal Care

6 Asuhan Intranatal Care

7 Asuhan Postnatal Care

8 Asuhan Bayi Baru Lahir

9 Pembuatan LTA

10 Ujian LTA

11 Revisi Ujian LTA

Anda mungkin juga menyukai