Anda di halaman 1dari 52

PROPOSAL

FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERAWAT DALAM


PENGGUNAAN MODERN DRESSING UNTUK
PERAWATAN LUKA DI RSUD
BATARA GURU

FACTORS THAT INFLUENCE NURSES IN USING


MODERN DRESSINGS FOR WOUND CARE
AT BATARA GURU HOSPITAL

NAMA : OKTA
NIM : SK 1901012

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN (STIKES)
BHAKTI PERTIWI LUWU RAYA PALOPO
TAHUN 2023
HALAMAN PERSETUJUAN
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah swt, atas segala limp

ahan rahmat dan karunia-Nya, berupa kesehatan dan kekuatan serta anu

gerah waktu dan inspirasi yang tiada terkira besarnya sehingga penulis m

ampu menyelesaikan skripsi dengan judul “Faktor Yang Mempengaruhi

Perawat Dalam Penggunaan Modern Dressing untuk perawatan Luka

di Rumah Sakit Batara Guru” setelah melalui proses yang panjang.

Sholawat dan salam kepada Nabi Muhammad SAW. Kepada par

a keluarga, sahabat dan pengikut-pengikutnya. Skripsi ini disusun sebagai

syarat yang harus diselesaikan, guna memperoleh gelar sarjana keperawa

tan pada program Studi Keperawatan Dalam penulisan tidak lepas dari ha

mbatan dan kesulitan, namun berkat bimbingan, bantuan, nasehat, dorong

an, dan saran dari berbagai pihak yang sangat membantu sehingga skrips

i ini dapat diselesaikan dengan baik.

Terkhusus ucapan terima kasih sedalam-dalamnya penulis perse

mbahkan kepada kedua orang tua tercinta “Ayahanda Raming dan

Hasrah” yang senantiasa memanjatkan doa kehadirat Allah SWT, memoh

onkan keselamatan dan kesuksesan bagi putrinya, telah mengasuh dan m

endidik penulis dengan kasih sayang sejak kecil hingga sekarang. Begitu

banyak pengorbanan yang telah mereka berikan kepada penulis baik seca

ra moril maupun materil. Sungguh penulis tidak dapat membalas semua y

ang telah mereka berikan, hanya doa yang dapat penulis berikan untuk m
ereka semoga senantiasa selalu berada dalam lindungan dan limpahan ka

sih sayang Allah swt.

Selanjutnya, penulis juga menyampaikan ucapan terimah kasih y

ang tak terhingga dengan penuh ketulusan hati dan keikhlasan, kepada :

1. Bapak Asrul Prayudi, SE, MM. Selaku ketua Yayasan Stikes Bhakti Pe

rtiwi Luwu Raya Palopo.

2. Ibu Dr. Agustina R. Palamba, S.Kep., Ns. M.Kes, selaku ketua Stikes

Bhakti Pertiwi Luwu Raya Palopo.

3. Bapak Amos Lellu, S.Kep., Ns., M.Kep, selaku ketua program studi Ne

rs Stikes Bhakti Pertiwi Luwu Raya Palopo.

4. Bapak Tanwir Djafar, SKM,M.Kes, selaku dosen pembimbing ke

pertama saya. Terimah kasih karena telah membimbing saya dalam m

enyusun proposal dengan baik dan sabar meskipun kadang kala saya

tidak menepati janji saya untuk datang konsul terkait dengan proposal

saya.

5. Kepada Ibu Andi Silfiana, S.Kep.,Ns.,M.Kes, selaku dosen pembimbin

g ke dua saya. Terimah kasih karena telah membimbing saya dalam

menyusun proposal dengan baik dan sabar meskipun kadang kala say

a tidak menepati janji saya untuk datang konsul terkait dengan propos

al saya.

6. Ibu Cherecencya Nirmalarumsari S.Kep.,Ns, M.Kep, selaku dosen pen

asehat akademik saya, terimah kasih karena telah telah menjadi pena

sehat akademik saya dan membimbing saya.


7. Bapak dan ibu Dosen serta Staf Stikes Bhakti Pertiwi Luwu Raya Palo

po yang telah memberikan kemudahan bagi penulis dalam menyelesai

kan pendidikan selama ini.

8. Rekan-rekan Mahasiswa/i Stikes Bhakti Pertiwi Luwu Raya Palopo an

gkatan 2019 yang tidak dapat penulis sebutkan satu per satu yang sec

ara langsung maupun tidak langsung telah membantu saya serta mem

berikan dukungan selama menempuh pendidikan di bangku perkuliah

an.
DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL ................................................................................. i

HALAMAN PERSETUJUAN .................................................................. ii

KATA PENGANTAR .............................................................................. iii

DAFTAR ISI ........................................................................................... iv

DAFTAR GAMBAR ................................................................................ vi

BAB I PENDAHULUAN ................................................................... 1

A. Latar Belakang ................................................................ 1

B. Rumusan Masalah .......................................................... 5

C. Tujuan Penelitian ............................................................. 5

D. Manfaat Penelitian ........................................................... 6

BAB II TINJAUAN PUSTAKA .......................................................... 7

A. Tinjauan Umum Tentang Luka ........................................ 7

B. Tinjauan Umum Tentang Modern Dressing ..................... 14

C. Tinjauan Umum Tentang Faktor Yang Mempengaruhi

Perawat Dalam Penggunaan Modern Dressing............... 18

D. Kerangka Teori ................................................................ 24

E. Jurnal Terkait ................................................................... 25

BAB III METODE PENELITIAN ......................................................... 30

A. Desain Penelitian ............................................................ 30

B. Lokasi Dan Waktu Penelitian ........................................... 30

C. Populasi Dan Sampel ...................................................... 30

iv
D. Pengumpulan Data .......................................................... 31

E. Analisa Data .................................................................... 33

F. Kerangka Konsep ............................................................ 33

G. Defenisi Operasional ....................................................... 34

H. Hipotesis Penelitian ......................................................... 36

I. Etika Penelitian ................................................................ 36

DAFTAR PUSTAKA ...............................................................................

LAMPIRAN ............................................................................................

v
6

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Luka merupakan terganggunya integritas normal dari kulit dan

jaringan di bawahnya, yang secara tiba-tiba atau di sengaja, tertutup,

atau terbuka, bersih atau terkontaminasi, superfisial, atau dalam

(Sriwiyati & Kristanto, 2020). Luka dapat mengakibatkan kerusakan

fungsi perlindungan kulit yang disebabkan hilangnya kontinuitas

jaringan epitel dengan atau tanpa dengan kerusakan jaringan lain,

seperti otot, tulang, serta saraf. Luka dapat diklasifikasikan berbagai

macam, dari luka ringan, sedang, hingga parah, dari luka kecil hingga

besar, luka dangkal hingga luka dalam, luka tidak menular hingga

infeksi bahkan luka akut dan berubah menjadi luka kronis (Wintoko et

al., 2020).

Luka akut adalah ketika kulit mengalami luka maka tahap

penyembuhannya mengikuti jalur atau tahapan penyembuhan secara

teratur dan tepat waktu serta dalam periode waktu penyembuhan

berlangsung tidak lama, dengan hasil akhir adanya perbaikan secara

fungsional dan anatomis. Dalam tahapan penyembuhan luka akut

membutuhkan lingkungan luka yang optimal, ialah dengan lingkungan

luka moist atau lembab, yang dapat sembuh sekitar 4-14 hari jika

pada lingkungan luka sudah optimal (Aminuddin et al., 2020).

6
7

Prevalensi kejadian luka akut setiap tahunnya kian meningkat.

Studi kohort Inggris melakukan evaluasi terhadap National Health

Service (NHS) pada tahun 2012/2013 ke tahun 2017/2018 melakukan

sebuah penelitian mengenai kejadian luka di Inggris yang mengalami

peningkatan dengan hasil yang diperkirakan sesuai dengan kriteria

yaitu sebesar 3,8 juta pasien. Berdasarkan beberapa jenis luka akut,

diperoleh untuk luka terbuka sebanyak 337.000 pasien, luka operasi

519.000 pasien, luka trauma sebanyak 249.000 pasien, serta luka

bakar sebanyak 222.000 pasien (Guest et al., 2020). Menurut

Departemen Kesehatan Republik Indonesia tahun 2018, prevalensi

terjadinya luka di Indonesia tercatat sebanyak 9,2%. Luka lecet,

lebam, dan memar merupakan jenis tertinggi yang dialami penduduk

Indonesia yaitu sebanyak 64 % diikuti oleh luka robek dan tusuk

sebanyak 20 %. Penyebab lain seperti luka bakar sebanyak 1,3%.

Provinsi Jawa Barat menempati urutan prevalensi tertinggi dalam

proporsi luka yang mengakibatkan terganggunya kegiatan sehari-hari

sebanyak 186.809 kasus, dan proporsi bagian tubuh yang terkena

luka sebanyak 16.150 kasus (Kemenkes, 2018).

Tingginya prevalensi pada luka akut, jika tidak di tanggulangi

dengan tepat dan benar dalam fase penyembuhannya, maka akan

menyebabkan luka kronik. Hal ini disebabkan karena adanya faktor

infeksi yang dapat memperlambat penyembuhan luka (Etty et al.,

2021). Setiap luka memungkinkan untuk berdampak pada resiko dan

7
8

efek samping yang menyebabkan maserasi. Maserasi merupakan

kerusakan pada fungsi perlindungan kulit (luka akut) yang disebabkan

oleh kelebihan cairan pada luka. Jika terjadi maserasi, maka sekitar

luka akan terasa sakit dan tidak nyaman. Selain itu maserasi dapat

memperlambat penyembuhan luka dan membuat kulit lebih rentan

terhadap infeksi, sebab terjadi peradangan dan pembengkakan di

sekitar luka (Subandi & Sanjaya, 2019).

Peran perawat sangat dibutuhkan dalam membantu proses

penyembuhan dan perawatan luka pada klien. Perawat bertanggung

jawab dalam memahami atau memonitor kondisi luka klien dan

sebagai komunikator yang baik untuk klien. Dalam perawatan luka

perawat harus menanganinya dengan tepat dan sesuai dengan

perkembangan zaman. Pengetahuan serta sikap tentang luka yang

baik adalah peran penting yang harus dimiliki oleh perawat dalam

melakukan upaya perawatan luka (Asmarani et al., 2021). Hal yang

harus diamati dengan baik dalam pemulihan luka adalah tissue wound

management (jaringan) yang akan dilakukan debridement apabila

jaringan nonviable, infection (infeksi) yang ditatalaksana dengan

kontrolbakteri, moisture balance (keseimbangan kelembapan) dengan

pengelolaan eksudat dan pemilihan dressing yang tepat, dan edge

advancement (TIME) (Wintoko et al., 2020). Dalam perawatan luka

modern harus tetap memperhatikan tiga tahap (3M) yaitu, mencuci

8
9

luka, membuang jaringan mati, serta memilih balutan (Sriwiyati &

Kristanto, 2020).

Hasil penelitian menurut (Subandi & Sanjaya, 2019) perawatan

luka modern dressing dapat menjaga suhu luka agar tetap lembab

dan menjaga luka tidak terkontaminasi, serta dengan menggunakan

teknik moisture balance memfasilitasi kandungan chemokines,

cytokines, serta chemokines yang dapat mempromosikan

pertumbuhan sel serta menstabilkan matriks jaringan luka. Modern

dressing diketahui dapat digunakan untuk mempercepat proses

penyembuhan luka (Rismayati et al., 2020). Menurut (Nabila et al.,

2017) melaporkan bahwa jenis balutan luka modern dalam perawatan

luka. Seperti hydrocolloid, film dressing, calcium alginate, hidrogel,

antimicrobial dressing, dan foam absorbant dressing (Khoirunisa et al.,

2020). Konsep penyembuhan luka lembab dengan modern dressing

memiliki efek samping atau komplikasi yang dapat terjadi, jika luka

terlalu lembab maka akan terjadi maserasi atau pecahnya jaringan

kulit di sekitar luka (Subandi & Sanjaya, 2019).

Berdasarkan hasil studi pendahuluan dengan melakukan

wawancara bersama perawat Di Poli Bedah, Ruang Melati, Ruang

Krisan, diperoleh data bahwa sebagian perawat telah menerapkan

sistem modern dressing pada perawatan luka.

9
10

B. Rumusan Masalah

Adapun rumusan masalah dalam penelitian ini adalah “Apa

sajakah faktor yang mempengaruhi perawat dalam penggunaan

modern dressing untuk perawatan Luka di RSUD Batara Guru ?”

C. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan dalam penelitian ini adalah :

1. Untuk mengetahui faktor yang mempengaruhi perawat dalam

penggunaan modern dressing untuk perawatan Luka berdasarkan

pengetahuan.

2. Untuk mengetahui faktor yang mempengaruhi perawat dalam

penggunaan modern dressing untuk perawatan Luka berdasarkan

sikap.

3. Untuk mengetahui faktor yang mempengaruhi perawat dalam

penggunaan modern dressing untuk perawatan Luka berdasarkan

Motivasi.

4. Untuk mengetahui faktor yang mempengaruhi perawat dalam

penggunaan modern dressing untuk perawatan Luka berdasarkan

Pelatihan.

10
11

D. Manfaat Penelitian

Adapun manfaat dalam penelitian ini adalah :

1. Bagi Responden

Penelitian ini dapat digunakan sebagai bahan masukan untuk

meningkatkan pengetahuan dalam mengoptimalkan kualitas

pelayanan pasien.

2. Bagi Rumah Sakit

Dapat menjadi masukan bagi pihak Manajemen RSUD Batara Guru

dalam rangka meningkatkan mutu dan dapat menentukan

kebijakan yang terkait perawatan luka di RS tersebut.

3. Bagi Institusi

Sebagai salah satu literatur untuk bahan pembelajaran tentang

gambaran faktor yang mempengaruhi perawatan luka, baik dalam

proses penelitian maupun melatih cara berpikir dari mahasiswa.

4. Bagi Peneliti

Hasil penelitian yang diperoleh dapat menjadi informasi tambahan

bagi peneliti yang ingin melakukan peneitian di ruang lingkup yang

sama.

11
7

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan Umum Tentang Luka

1. Pengertian Luka

Luka adalah kerusakan pada fungsi perlindungan kulit

disertai hilangnya kontinuitas jaringan epitel dengan tanpa adanya

kerusakan pada jaringan lainnya seperti otot, tulang dan nervus

yang disebabkan oleh beberapa faktor, yaitu tekanan, sayatan, dan

luka karena operasi (Ryan, 2014). Luka merupakan hilang atau

rusaknya sebagian jaringan tubuh yang disebabkan trauma tajam

atau tumpul, perubahan suhu, paparan zat kimia, ledakan,

sengatan listrik, serta goleh gigitan hewan (Wintoko et al., 2020).

Luka dibagi menjadi 2, yaitu luka akut dengan luka kronis.

a. Luka Akut

Luka akut adalah luka yang sembuh sesuai dengan

fisiologi dalam penyembuhan luka. Luka akut akan mengikuti

waktu yang telah ditentukan dalam fisiologi proses

penyembuhan luka, sehingga dapat diprediksi waktu

kesembuhannya. Tiap fisiologi proses penyembuhan luka

memiliki waktu penyembuhannya, seperti tahap inflamasi

selama saat cedera sampai tiga atau lima hari, tahap proliferasi

7
8

mulai hari pertama sampai 21 hari serta maturasi di mulai dari

hari ke-21 sampai dua tahun (Gitarja et al., 2019).

Menurut (Hess, 2020), luka akut dapat sembuh dengan

minimal scar pada lingkungan luka yang optimal berkisar 4-14

hari. Lingkungan luka yang optimal merupakan lingkungan luka

lembab (moist) yang dapat mendukung proses penyembuhan

luka berjalan dengan cepat. Luka akut dapat dikelompokkan

sebagai berikut :

1) Luka akut pembedahan, seperti insisi, eksisi, serta skin graft.

2) Luka akut bukan pembedahan, seperti luka bakar.

3) Luka akut akibat faktor lain, seperti abrasi, laserasi, dan

injuri pada lapisan kulit superfisial (Maryunani, 2019).

b. Luka Kronis

Luka kronis merupakan luka yang terjadi karena adanya

kegagalan dalam masa penyembuhan luka yang tidak sesuai

dengan tahapan-tahapan yang harus dilalui dengan baik dan

tepat waktu dalam perbaikan jaringan kulit. Proses

penyembuhan pada luka kronis disebabkan oleh beberapa

faktor yang terganggu atau peprpanjangan satu atau lebih

tahapan dalam fase homeostasis, inflamasi, proliferasi, serta

maturasi (Suriadi, 2015). Waktu kesembuhan luka kronis

berbeda dengan luka akut (Wijaya, 2018).

8
9

Luka kronis meliputi luka tekan (dekubitus), ulkus kaki

(leg ulcers), luka diabetic serta luka kanker. Pada luka tekan

atau dekubitus yang sering dijuluki dengan luka pressure injury

yang disebabkan tekanan dalam waktu yang lama. Ulkus kaki

(leg ulcers) dapat disebabkan oleh beberapa faktor yang terbagi

menjadi empat tipe luka, ialah luka arteri, luka vena, luka

kombinasi (arteri dan vena) dan luka neuropati.

2. Fase Penyembuhan Luka

a. Fase Inflamasi dan Koagulasi

Fase inflamasi terjadi pada hari ke 0 hingga hari ke-3 atau ke-5

(Arisanty, 2014). Fase ini adalah respon vaskuler serta seluler

yang terjadi akibat luka yang dapat menyebabkan rusaknya

jaringan lunak. Dalam fase inflamasi pendarahan akan

dihentikan dan área luka akan dibersihkan dari benda asing,

sel-sel mati, dan bakteri untuk mempersipkan penyembuhan.

Pada proses ini akan berperan pratelet yang berfungsi

hemoistatis sehingga mencegah pendarahan lebih lanjut. Fase

inflamasi memungkinkan pergerakan leukosit (neutrofil).

Neutrofil selanjutnya memfagosit dan membunuh bakteri, lalu

masuk ke matriks fibrin dalam persiapan pembentukan jaringan

baru. Pada fase inflamasi akan adanya eritema, hangat pada

kulit, nyeri serta edema.

b. Fase Proliferasi atau Epitelisasi

9
10

Menurut Arisanty (2014), fase proliferasi terjadi mulai hari ke-2

sampai ke24. Dalam fase ini terjadi perbaikan dan

penyembuhan luka yang ditandai dengan proliferasi sel. Dalam

fase ini fibroblas memilik peran penting dalam bertanggung

jawab pada persiapan menghasilkan produk struktur protein

yang akan digunakan selama proses rekonstruksi jaringan.

Tujuan utama dari fase ini adalah proses granulasi dimana

sejumlah sel serta pembuluh darah baru tertanam di dalam

jaringan baru. Selanjutnya terjadi proses epitelisasi, fibroblas

mengeluarkan Keratinocyte Growth Factor (KGF) dalam

berperan mitosis sel epidermal.

c. Fase Maturasi atau Remodelling

Fase maturasi adalah fase terakhir dan memerlukan waktu yang

lama dalam proses penyembuhan luka. Fase ini dimulai pada

minggu ke-3 setelah luka sampai 2 tahun. Pada fase maturasi

terjadi penyempurnaan terbentuknya jaringan baru menjadi

jaringan penyembuhan yang lebih kuat. Sintesa kolagen yang

telah dimulai pada fase proliferasi akan dilanjutkan pada fase

ini. Aktifitas síntesis dan degradasi kolagen berada dalam

keseimbangan. Serabut-serabut kolagen meningkat dan

bertambah tebal dengan dibantu dengan proteinase untuk

perbaikan sepanjang garis luka. Serabut kolagen menyebar

dengan saling mengikat dan menyatu secara bertahap dalam

10
11

pemulihan jaringan. Jika kelebihan kolagen dalam fase maturasi

maka akan terjadi penebalan jaringan parut. Sedangkan jika

produksi kolagen terlalu sedikit dapat menyebabkan turunnya

kekuatan jaringan parut sehingga luka akan selalu terbuka.

3. Komplikasi Luka

Komplikasi yang dapat terjadi menurut (Wijaya, 2018) antara lain :

a. Pendarahan primer dan sekunder

Pada pendarahan primer terjadi dalam waktu 24 jam pertama

serta sekunder terjadi lebih dari 24 jam.

b. Hematoma

Hematoma adalah adanya kumpulan darah yang tidak normal di

luar pembuluh darah, terjadi ketika pembuluh darah mengalami

kerusakan yang menyebabkan perdarahan serta dapat

dimanifestasikan dengan munculnya benjolan atau kulit.

c. Jaringan Edema

Jaringan edema merupakan kondisi membengkaknya jaringan

tubuh akibat penumpukan cairan. Edema terjadi di tangan

maupun kaki.

d. Dehisense

Dehisense merupakan tidak menyatunya pinggiran luka yang

dapat terjadi pada hari ke 3-11. Terbukanya kembali luka

operasi pada daerah yang berongga.

11
12

e. Infeksi

Infeksi merupakan adanya invasi bakteri dengan gejala infeksi

muncul sekitar dalam 2-7 hari setelah tindakan pembedahan.

Gejala infeksi seperti Nyeri, bengkak, kemerahan, serta adanya

peningkatan suhu. Cairan luka atau eksudat yang banyak dan

berbau serta berjenis purulen menandakan terjadinya suatu

infeksi.

f. Hipergranulasi

Hipergranulasi merupakan terjadinya suatu pembentukan

jaringan granulasi yang berlebihan. Hipergranulasi dapat

mengganggu terjadinya migrasi epitel sehingga akan

memperlambat proses penyembuhan luka.

g. Scar Hipertrofik dan Keloid

Scar dibedakan menjadi dua bentuk, yaitu scar hipertrofik dan

scar keloid. Gambaran klinis dari kedua jenis sulit dibedakan.

Scar dapat disebabkan oleh luka bakar, laserasi, abses injeksi

serta dalam penyembuhan luka operasi.

h. Maserasi

Maserasi terjadi ketika kulit bersentuhan dengan kelembapan

terlalu lama. Maserasi sering sekali dikaitkan dengan perawatan

luka yang tidak tepat, seperti pemakaian balutan yang tidak

tepat.

12
13

4. Maserasi Luka

Maserasi dari bahasa Latin yang berarti maceratio yaitu

untuk membuat basah atau melunak. Pada awalnya dijelaskan oleh

Charcot pada tahun 1872, maserasi terjadi biasanya di dalam dan

sekitar dasar luka pada luka akut dan kronis. Maserasi adalah

kelembaban jaringan akibat dari kelebihan dari retensi cairan

(Cutting & White, 2002). Maserasi tepi luka dapat terjadi pada

lingkungan yang yang terlalu lembab sehingga terjadi pecahnya

kulit. Maserasi dapat meyebabkan perluasan pada luka,

peningkatan kerentanan terhadap kekuatan mekanik, serta infeksi

(Suriadi, 2015).

Ketika kulit di sekitar luka terkena eksudat, disjungtum

awalnya menyerap cairan dan membengkak. Cairan lebih lanjut

menyebabkan kejenuhan compactum dan mengurangi fungsi

penghalang. Tanpa perlindungan penghalang pada kulit, maka

akan masuk ke dalam sel-sel hidup pada epidermis lalu selanjutnya

terjadi hidrasi berlebihan, karenanya kulit mengalami kerusakan

mengikuti maserasi yang tidak diobati. Luka yang mengalami

maserasi akan mempengaruhi proses penyembuhan luka.

Karakteristik dari maserasi adalah luka yang berwarna

kemerahan akibat inflamasi, bahkan kulit bisa berubah warna putih

pucat melunak dan berkerut (Lawton, 2017). Maserasi banyak

terjadi pada luka akut, namun kemungkinan besar juga dapat

13
14

terjadi pada penyakit kronik seperti luka pada kaki, ulkus decubitus,

ulkus diabetes, luka jamur dan luka bakar (Cutting & White, 2002).

Seperti pada luka kaki diabetik dapat di amputasi dengan kulit yang

sudah terkena maserasi. Mendeteksi dini maserasi pada luka kaki

diabetik dapat dengan menggunakan Flir one smarthphone

thermography, lebih mudah dan efektif. Namun bisa menggunakan

TEWL (Transpidermal Water Loss) dan MTVR (Moisture Vapor

Transmission Rate) (Haryanto et al., 2021). Kondisi maserasi luka

dengan semua jenis luka bisa diukur dengan menggunakan lembar

pengukuran instrumen BWAT (Bates Jensen Wound Assessment

Tool) (Harris et al., n.d.).

B. Tinjauan Umum Tentang Modern Dressing

1. Pengertian Modern Dressing

Perawatan luka pada saat ini menggunakan metode

perawatan luka modern. Perawatan luka modern adalah metode

perawatan luka dengan cara tertutup serta lembab yang difokuskan

untuk menjaga luka dari dehidrasi dan terus berkembang dalam

proses pemulihan luka. Luka dengan suasana lembab maka akan

mempercepat fibrinolysis, angiogenesis, menurunkan resiko infeksi,

pembentukan growth faktor, serta pembentukan sel aktif.

Modern dressing yang mengandung antimikroba efektif

dapat membunuh bekteri dan jamur pada luka, dapat mencegah

14
15

infeksi berulang selama penyembuhan dan efektif dalam

pengobatan pada luka yang sudah terinfeksi.

Menurut hasil penelitian yang telah dilakukan oleh

(Handayani, 2016) dapat disimpulkan bahwa metode perawatan

luka yang berkembang saat ini adalah prinsip moisture balance,

yang disebutkan lebih efektif dibandingkan dengan metode

konvensional. Perawatan luka dengan moisture balance ini dikenal

dengan metode modern dressing. Selama ini, ada beberapa

anggapan luka sembuh jika luka telah mengering. Namun, dalam

faktanya lingkungan luka yang lembab dapat memfasilitasi

pertumbuhan sel dan proliferasi

2. Manfaat Modern Dressing

Adapun manfaat dari modern dressing berdasarkan penelitian

(Harmiady et al., 2020), yaitu :

a. Menciptakan kelembaban pada lingkungan luka.

b. Menghilangkan jaringan mati.

c. Mengelola eksudat luka.

d. Mencegah serta mengontrol infeksi.

e. Mencegah serta dapat mengontrol bau pada luka.

f. Mencegah serta mengontrol pendarahan.

g. Dapat mengurangi rasa nyeri.

h. Memberikan kenyamanan pada daerah luka.

i. Mempertahankan suhu yang optimal pada luka.

15
16

j. Melindungi luka dan kulit sekitarnya.

3. Jenis-jenis Modern Dressing

a. Transparent Film

Bahan yang mengandung polyurethane film yang berfungsi

menurunkan inflamasi, mendukung pertukaran gas dalam luka,

mengurangi nyeri, serta melindungi luka dari trauma fisik,

kimiawi, dan termal. Jaringan epitel yang baru menutupi luka

dapat diberikan transparent film untuk mengurangi gesekan dan

trauma baru. Transparent film tidak dapat menyerap eksudat

dan memiliki sifat anti air, sehingga balutan tidak akan basah

ketika terkena air. Bentuk balutan dapat berupa lembaran atau

spray. Contoh produknya yaitu tegaderm film, hydrofilm, mepore

film, dan lainnya.

b. Foam

Balutan foam mengandung polyurethane foam yang berfungsi

menyerap eksudat dari sedang sampai sangat banyak. Selain

itu dapat mengurangi tekanan pada luka tekan, mengatasi

hipergranulasi, membantu melindungi luka dari trauma seperti

pada pressure injury (dekubitus). Contoh produknya wundress,

biatain, allevyn, mepilex lite, cutimed siltec, pharmasuper foam

carbon silver, aquacel foam dan lainnya.

16
17

c. Hydrocolloid

Balutan hydrocolloid mengandung carboxylmethyl cellulosa

(CMC), pectin dan gelatin. Balutan ini digunakan untuk

mengatasi inflamasi pada luka dan memberikan perlindungan

pada trauma. Contohnya yaitu Hydrocolloid thin.

d. Hydrogel

Merupakan contoh coloid yang yang berbahan dasar gliserin.

Hydrogel mirip dengan hydrocolloid tapi dalam bentuk gel.

Dapat menciptakan suasana yang lembab pada luka dan

mengabsorbsi eksudat luka. Contoh produk antara lain cutimed

gel, intrasite gel, dan duoderm gel.

e. Calcium Alginate

Alginate mengandung polisakarida rumput laut yang dapat

membantu menyerap eksudat dari sedang ke banyak sampai 20

kali beratnya. Alginate dapat berubah menjadi gel dan berwarna

kehijauan. Adapun fungsi alginate untuk menghentikan

perdarahan minor, luka dengan undermining dan tunnel

(Baranoski dan Ayello, 2012). Contoh produknya seperti

kaltostat, melgisorb, curasorb, Tegaderm alginate, suprasorb A,

cutimed alginate dan lainnya.

f. Silver Dressing

Balutan ini terdiri dari kristal kecil berukuran 10-100 nanometer

(nm) dan kandungan 1 ppm (part per million) silver sudah efektif

17
18

melawan bakteri (MacGregor, 2012). Balutan ini paling sering

digunakan, akan tetapi tidak boleh lebih dari dua minggu untuk

mencegah resistensi. Contoh produknya seperti acticoat,

contreet, urgotul Ag, polymem silver, atrauma Ag, dan aquacel

Ag.

C. Tinjauan Umum Tentang Faktor Yang Mempengaruhi Perawat

Dalam Penggunaan Modern Dressing

Ada beberapa faktor yang mempengaruhi perawat dalam

menggunakan modern dressing untuk perawatan luka, diantaranya :

Faktor pengetahuan, Sikap, Motivasi dan Pelatihan.

1. Pengetahuan

Pengetahuan merupakan hasil dari tahu dan ini terjadi

setelah melakukan orang melakukan penginderaan terhadap suatu

objek tertentu. Pengindraan terjadi melalui panca indera manusia,

yakni indera penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan raba.

Pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang sangat penting

dalam membantuk tindakan seorang (Notoatmodjo, 2019).

Budiman (2019) mengatakan bahwa tingkat pengetahuan

seseorang dipengaruhi banyak faktor yaitu pendidikan, informasi,

sosial ekonomi, lingkungan, pengalaman dan usia.

Pendidikan sangat mempengaruhi tingkat pengetahuan

seseorang. Semakin tinggi pendidikan seseorang diharapkan

semakin luas pula pengetahuannya. Namun, perlu ditekankan

18
19

bahwa seorang yang berpendidikan rendah tidak berarti mutlak

berpengetahuan rendah pula. Peningkatan pengetahuan tidak

mutlak diperoleh di pendidikan formal, akan tetapi juga dapat

diperoleh pada pendidikan nonformal.

Informasi adalah suatu teknik untuk mengumpulkan,

menyiapkan, menyimpan, memanipulasi, mengumumkan,

menganalisis, dan menyebarkan informasi dengan tujuan tertentu

untuk memengaruhi pengetahuan masyarakat tentang inovasi baru.

Sebagai sarana komunikasi, berbagai bentuk media massa seperti

televisi, radio, surat kabar, majalah, dan lain-lain mempunyai

pengaruh besar terhadap pembentukan opini dan kepercayaan

orang.

Sosial dan ekonomi juga sangat mempengaruhi tingkat

pengetahuan seseorang. Status ekonomi seseorang juga akan

menentukan tersedianya suatu fasilitas yang diperlukan untuk

kegiatan tertentu sehingga status sosial ekonomi ini akan

memengaruhi pengetahuan seseorang.

Lingkungan adalah segala sesuatu yang ada di sekitar

individu, baik lingkungan fisik, biologis, maupun sosial. Lingkungan

berpengaruh terhadap proses masuknya pengetahuan ke dalam

individu yang berada dalam lingkungan tersebut.

Pengalaman sebagai sumber pengetahuan adalah suatu

cara untuk memperoleh kebenaran pengetahuan dengan cara

19
20

mengulang kembali pengetahuan yang diperoleh dalam

memecahkan masalah yang dihadapi masa lalu. Pengalaman

belajar dalam bekerja yang dikembangkan memberikan

pengetahuan dan keterampilan profesional, serta pengalaman

belajar selama bekerja akan dapat mengembangkan kemampuan

mengambil keputusan yang merupakan manifestasi dari

keterpaduan menalar secara ilmiah dan etik yang bertolak dari

masalah nyata dalam. Usia memengaruhi daya tangkap dan

pola pikir seseorang. Semakin bertambah usia akan semakin

berkembang pula daya tangkap dan pola pikirnya sehingga

pengetahuan yang diperolehnya semakin membaik.

2. Sikap

Sikap adalah suatu bentuk evaluasi atau reaksi perasaan.

Sikap seseorang tehadap suatu objek adalah perasaan mendukung

atau tidak memihak (favorable) maupun perasaan tidak mendukung

atau tidak memihak (Unfavorable) pada objek tertentu. Dapat

dikatakan bahwa kesiapan yang dimaksud merupakan

kecenderungan potensial untuk bereaksi dengan cara tertentu

apabila individu dihadapkan pada suatu stimulus yang

menghendaki adanya respon. Sikap merupakan suatu sindrom atau

kumpulan gejala dalam merespons stimulus atau objek sehingga

sikap itu melibatkan pikiran, perasaan, perhatian dan gejala

kejiwaan yang lain (Notoatmodjo, 2019).

20
21

Sikap sebagai suatu bentuk perasaan, yaitu perasaan

mendukung atau memihak (favourable) maupun perasaan tidak

mendukung (Unfavourable) pada suatu objek. Sikap adalah suatu

pola perilku, tendensi atau kesiapan antisipatif, predisposisi untuk

menyesuaikan diri dalam situasi social, atau secara sederhana

yang merupakan respon terhadap stimulasi social yang telah

terkoordinasi. Sikap dapat juga diartikan sebagai aspek atau

penilaian positif atau negative terhadap suatu objek (Budiman,

2019). Sikap mempunyai beberapa tingkatan, diantaranya :

a. Menerima (receiving), pada tingkat ini individu mau

memperhatikan stimulus yang diberikan berupa objek atau

informasi tertentu.

b. Merespon (responding), pada tingkat ini individu akan

memberikan jawaban apabila ditanya mengenai objek tertentu

dan menyelesaikan tugas yang diberikan. Usaha individu untuk

menjawab dan menyelesaikan tugas yang diberikan merupakan

indikator bahwa individu tersebut telah menerima ide tersebut

terlepas dari benar atau salah usaha yang dilakukan oleh

individu tersebut.

c. Menghargai (valuing), pada tingkat ini individu sudah mampu

untuk mengajak orang lain untuk mengerjakan atau

mendiskusikan suatu masalah, berarti individu sudah

mempunyai sikap positif terhadap suatu objek tertentu.

21
22

d. Bertanggung jawab (responsible), pada tingkat ini individu

mampu bertanggung jawab dan siap menerima resiko dari

sesuatu yang telah dipilihnya. Tingkat ini merupakan sikap

tertinggi dalam tingkatan sikap sesorang untuk menerima suatu

objek atau ide baru (Budiman, 2019).

3. Motivasi

Motivasi mempunyai arti dorongan, berasal dari bahasa latin

”movere” yang berarti mendorong atau menggerakan. Motivasi

inilah yang mendorong seseorang untuk berprilaku, beraktivitas

dalam pencapaian tujuan (Notoatmodjo, 2019).

Menurut Hamzah (2020) menyimpulkan dari beberapa

psikolog menyebutkan motivasi sebagai konstruk hipotesis yang

digunakan untuk menjelaskan keinginan, arah intensitas, dan

keajegan perilaku yang diarahkan oleh tujuan. Motivasi merupakan

proses psikologis yang dapat menjelaskan perilaku seseorang.

Perilaku hakikatnya merupakan orientasi pada satu tujuan, dengan

kata lain perilaku seseorang dirancang untuk mencapai tujuan.

Untuk memotivasi orang lain, kita dapat memberi

penghargaan, menghargai, menciptakan pekerjaan yang lebih

menarik, menjadi pendengar yang baik, memberi tantangan, serta

menolong tapi tidak melakukan sesuatu bagi orang lain yang

sebenarnya dapat dilakukan oleh dirinya sendiri. Salah satu hal

yang dapat dilakukan manajer untuk memotivasi bawahannya

22
23

adalah dengan memberikan reward. Agar pengaruh reward dapat

digunakan secara maksimal, manajer perlu, menghormati

keberagaman dan perbedaan individu, secara jelas memahami apa

yang orang lain inginkan dari suatu pekerjaan dan mengalokasikan

reward untuk memuaskan kebutuhan individu dan organisasi.

Motivasi akan menimbulkan dorongan untuk melakukan sesuatu

baik itu yang berasal dari dalam diri maupun yang berasal dari luar

diri seseorang. Sehingga jika motivasi seseorang tinggi untuk

melakukan suatu pekerjaan misalnya dalam kepatuhan

penggunaan APD, walaupun terdapat rintangan untuk

melakukannya, tetapi karena adanya motivasi tadi maka seseorang

akan berusaha mencari peluang bagaimana agar cara bisa

melakukan apa yang diinginkan dan sebaliknya. Motivasi dapat

mempengaruhi dalam melakukan sesuatu yang diinginkan atau

melaksanakan tugas sesuai aturannya. Berkaitan dengan

pengertian motivasi, beberapa psikolog menyebut motivasi sebagai

konstruk hipotetis yang digunakan untuk menjelaskan keinginan,

arah, dan intensitas. Dalam motivasi tercakup konsep-konsep,

seperti kebutuhan untuk berprestasi, kebiasaan, dan keingintahuan

seseorang terhadap sesuatu.

4. Pelatihan

Dengan Pelatihan dapat mengembangkan keahlian,

sehingga pekerjaan dapat diselesaikan dengan lebih cepat, lebih

23
24

efektif sehingga kualitas dan kuantitas yang dicapai oleh seorang

pegawai dalam melaksanakan tugas nya sesuai dengan tanggung

jawab yangdiberikan kepadanya (Notoatmodjo,2019).

Menurut Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 13

Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan dalam Pasal 1 Ayat (9)

dijelaskan bahwa pelatihan kerja adalah keseluruhan kegiatan

untuk memberi, memperoleh, meningkatkan, serta

mengembangkan kompetensi, produktivitas, disiplin, sikap dan etos

kerja pada tingkat keterampilan dan keahlian tertentu sesuai

dengan jenjang dan kualifikasi jabatan dan pekerjaan. Pelatihan

diberikan kepada karyawan agar mereka lebih mengenal

pekerjaanya sehingga dihasilkan karyawan yang terampil dalam

melakukan pekerjaannya serta dapat melakukan pekerjaan sesuai

dengan prosedur yang dikehendaki perusahaan, dimana tujuan

utamanya adalah untuk meningkatkan kualitas dan kinerja

karyawan.

24
25

D. Kerangka Teori

Gambar 2.1. Kerangka Teori

25
26

E. Jurnal Terkait

Nama penulis Judul Tujuan Metode Hasil Publikasi jurnal

Endang Efektifitas modern Untuk mengetahui Pre-posttest Ada perbedaan Jurnal kesehatan

subandi dressing terhadap efektifitas modern with control skor luka sebelum

proses penyembuhan dressing terhadap grup desain dan sesudah

luka diabetes melitus proses penyembuhan terhadap suatu pada kelompok

tipe ii luka diabetes melitus kelompok perlakuan

tipe ii

Meyyen Gambaran tingkat Untuk melihat gambaran Pre Pengetahuan dan Ecampus-

humiartha pengetahuan pasien tingkat pengetahuan eksperimental pengobatan luka poltekkes

samosir diabtes melitus pasien diabtes melitus dengan dengan dengan tehnik

dengan perawatan dengan perawatan luka desain one shot modern dressing

luka menggunakan study secara signifikan

menggunakan

modern dressing modern dressing (p<0,129).

26
27

Peningkatan

pengetahuan

responden

menggunakan

tehnik modern

dressing

mempengaruhi

responden untuk

menambah

pengetahuan

tentang diabetes

melitus.

Isnu lucky Gambaran luka Untuk mengetahui Penelitian Dilihat dari jenis Jurnal kesehatan

Imam Faktor- faktor yang Untuk mengetahui Penelitian yang Hasil penelitian Universitas

kurniawa mempengaruhi sikap faktor-faktor apa saja digunakan ini menunjukkan indonesia library

27
28

n rizal perawat dalam yang mempengaruhi adalah simple bahwa faktor

menggunakan perawat dalam random pengetahuan, sop

modern dressing menggunakan modern sampling. ruangan, dan

untuk perawatan luka dressing untuk pelatihan

perawatan luka mempengaruhi

perawat dalam

menggunakan

modern dressing

untuk perawatan

luka.

Diah aulia Hubungan Untuk mengetahui Jenis penelitian Pasien yang Repositor –uin

asiri pengetahuan dan hubungan pengetahuan deskriptif patuh terhadap alaudin

kepatuhan diet dm dan kepatuhan diet dm analitik dengan diet dm mengalami

dengan dengan penyembuhan metode cross kemajuan

penyembuhan luka luka diabetik di rsup dr. sectional penyembuhan luka

28
29

diabetik di rsup dr. Wahidin sudiro husodo dibanding dengan

Wahidin sudiro makassar pasien yang

husodo makassar sebelumnya tahu

dengan diet dm

29
30

30
30

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Desain Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif, penelitian

kuantitatif merupakan metode penelitian yang bertujuan menjawab

suatu permasalahan, dengan mengumpulkan teori-teori yang

kemudian disimpulkan, berupa sebuah hipotesis atau jawaban

sementara atau dugaan. Penelitian ini menggunakan pendekatan

Cross Sectional yaitu mempelajari hubungan antara faktor yang

mempengaruhi perawat dalam penggunaan modern dressing untuk

perawatan luka dengan menggunakan metode observasi atau

pengumpulan data dalam waktu yang bersamaan. (Sugiyono, 2014).

B. Lokasi Dan Waktu Penelitian

Penelitian ini akan dilakukan pada bulan Juli 2023, Lokasi

Penelitian ini dilakukan di RSUD Batara Guru.

C. Populasi Dan Sampel

Adapun populasi dan sampel dalam penelitian ini adalah :

1. Populasi

Populasi adalah keseluruhan subjek penelitian. Populasi yang

dimaksud dalam penelitian ini adalah seluruh perawat yang

bertugas di Ruang Perawatan Krisan, Melati dan Poliklinik Bedah

30
31

RSUD Batara Guru sebanyak 37 orang perawat (Notoadmodjo,

2012).

2. Sampel

Sampel adalah bagian dari jumlah karakteristik yang dimiliki oleh

populasi tersebut. Sampel dalam penelitian ini menggunakan teknik

total sampling. Total sampling adalah teknik pengambilan sampel

dimana jumlah sampel sama dengan populasi. Alasan mengambil

total sampling karena menurut jumlah populasi yang kurang dari

100 seluruh populasi dijadikan sampel penelitian semuanya

(Notoadmodjo, 2012).

D. Pengumpulan Data

Adapun jenis pengumpulan data dalam penelitan ini adalah sebagai

berikut :

1. Data Primer

Jenis pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini

adalah jenis data yang diperoleh secara langsung oleh peneliti

terhadap sasaran (Notoadmodjo, 2012). Data responden yang

meliputi pengetahuan, sikap, motivasi dan Pelatihan dikumpulkan

melalui pengisian lembar dari hasil pengisian kuisioner.

2. Data Sekunder

Data sekunder menurut sugiyono (2018) merupakan data yang

diperoleh peneliti atau pengumpul data secara tidak langsung.

Dikatakan tidak langsung karena data diperoleh melalui perantara,

31
32

yaitu bisa lewat orang lain, ataupun lewat dokumen. Data sekunder

dalam penelitian ini adalah data tentang prevalensi kejadian Luka

di RSUD Batara Guru.

3. Cara Pengumulan Data

Cara pengumpulan data dilakukan dengan cara menyebar

kuesioner kepada responden untuk diisi, dan dikembalikan lagi

kepada peneliti untuk diperiksa kelengkapannya.

4. Cara Pengolahan Data

Menurut Hidayat (2019) Dalam proses pengolahan data terdapat

langkah-langkah yang harus ditempuh, diantaranya sebagai

berikut.

a. Editing

Editing adalah upaya untuk memeriksa kembali kebenaran data

yang diperoleh atau dikumpulkan.

b. Coding

Coding merupakan kegiatan pemberian kode numerik (angka)

terhadap data yang terdiri atas beberapa kategori.

c. Data Entry

Data Entry adalah kegiatan memasukkan data yang telah

dikumpulkan ke dalam master tabel atau databasekomputer,

kemudian membuat distribusi frekuensi sedehana atau dengan

membuat tabel kontigensi

32
33

d. Melakukan teknik analisis

Dalam melakukan analisis, khususnya terhadap data penelitian

akan menggunakan ilmu statistik terapan, yang disesuaikan

dengan tujuan yang hendak dianalis.

E. Analisa Data

Adapun analisa data dalam peneliian ini adalah sebagai berikut :

1. Analisa univariat bertujuan untuk menjelaskan atau

mendeskripsikan setiap variabel penelitian. Pada umunya analisis

ini hanya menghasilkan distribusi dan presentase dari setiap

variabel (Notoadmodjo, 2012).

2. Analisis bivariat dalah analisa yang dilakukan terhadap 2 variabel

yang diduga berhubungan atau berkolerasi, penelitian ini

menggunakan uji ChiSquare. (Notoadmodjo, 2012).

F. Kerangka Konsep

Menurut (Nursalam, 2016) kerangka konsep penelitian adalah

abstraksi dari suatu realitas sehingga dapat dikomunikasikan dan

membentuk teori yang menjelaskan keterkaitan antara variabel yang

akan diteliti. Adapun kerangka konsep dari penelitian ini dapat

dijabarkan seperti gambar di bawah ini:

33
34

Variabel Independen Variabel Dependen

Faktor yang mempengaruhi


perawat yaitu :
1. Pengetahuan
Modern Dressing
2. Sikap
3. Motivasi
4. Pelatihan

Gambar 3.1. Bagan Kerangka Konsep

Keterangan :

: Variabel Independen

: Variabel Dependen

G. Defenisi Operasional

Adapun defenisi operasional dalam penelitian ini adalah sebagai

berikut :

Defenisi Alat Skala


No. Variabel Hasil Ukur
Operasional Ukur Data
metode perawatan luka Kuesioner Ordinal 1. Baik ;
1. Modern
dengan cara tertutup jika nilai
Dresing
serta lembab yang ≥61%
difokuskan untuk menjaga 2. Kurang ;
luka dari dehidrasi dan jika nilai
terus berkembang dalam <60%
proses pemulihan luka.

2. Pengetahuan Pengetahuan merupakan Kuisioner Ordinal 1. Baik ;


hasil dari tahu dan initerjadi jika nilai

34
35

setelah melakukan Orang ≥61%


melakukan penginderaan 2. Kurang ;
terhadap suatu objek jika nilai
tertentu. <60%

3. Sikap suatu bentuk evaluasi atau Kuisioner Ordinal 1. Ya; jika


reaksi perasaan,dimana nilai
penilaian/persepsi ≥61%
responden terhadap 1. Tidak ; jika
Tindakan perawat dalam nilai <60%
melakukan modern
dressing

4. Motivasi Jawaban responden Kuisioner Ordinal 2. Ya; jika


terhadap pertanyaan- nilai
pertanyaan yang ≥61%
berhubungan dengan
3. Tidak ; jika
motivasi baik dari diri
nilai <60%
sendiri, maupun lingkup
ruangan kerja

5. Pelatihan Penilaian respondent Sertifikat Ordinal 1. Ya ; jika


terhadap keterbatasan Pelatihan responden
responden dalam sudah
mengikuti pelatihan Untuk mengikuti
mengembangkanskill dan pelatihan
pengetahuan perawatan
luka modern.
2. Tidak ; jika
responden
tidak pernah
melakukan
pelatihan

35
36

perawatan
luka modern

H. Hipotesis Penelitian

Adapun Hipotesis dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

Ho : Tidak adanya faktor yang mempengaruhi perawat dalam

penggunaan modern dressing untuk perawatan luka di RSUD Batara

Guru.

Ha : Terdapat adanya faktor yang mempengaruhi perawat dalam

penggunaan modern dressing untuk perawatan luka di RSUD Batara

Guru.

I. Etika Penelitian

Masalah etika menurut (Habibah, 2016) yang harus diperhatikan

antara lain :

1. Tanpa Nama (Anonimity)

Merupakan jaminan dalam menggunakan subyek penelitian dengan

cara tidak memberikan atau mencantumkan nama responden pada

lembar alat ukur dan hanya menuliskan kode pada lembar

pengumpulan data atau hasil penelitian yang akan disajikan.

2. Kerahasiaan (Confidentialy)

36
37

Memberikan jaminan kerahasiaan hasil penelitian, baik informasi

maupun masalah-masalah lainnya. Semua informasi yang telah

dikumpulkan dijamin kerahasiaannya oleh peneliti. Hanya kelompok

data tertentu yang akan di laporkan pada hasil riset.

3. Lembar Persetujuan Penelitian (Informed consent)

Lembar persetujuan akan diberikan kepada responden yang akan

diteliti dan memenuhi kriteria inklusi serta disertai judul penelitian

dan manfaat penelitian.

37
38

DAFTAR PUSTAKA

Sriwiyati, L., & Kristanto, B. (2020). Karakteristik luka dan penggunaan


balutan luka modern. Adi Husada Nursing Journal, 6(1), 8.
Wintoko, R., Dwi, A., & Yadika, N. (2020). Manajemen terkini perawatan
luka update wound care management. JK Unila, 4, 183–189.
Aminuddin, M., et.al. (2020). Modul perawatan luka (I. Samsugito (ed.)).
Guest, J. F., Fuller, G. W., & Vowden, P. (2020). Cohort study evaluating
the burden of wounds to the UK’s National Health Service in
2017/2018: Update from 2012/2013. BMJ Open, 10(12), 1–15.
https://doi.org/10.1136/bmjopen2020-045253
Kemenkes. (2018). Laporan nasional riskesdas 2018. Kementerian
Kesehatan RI, 1(1), 1–614.
Gitarja, W. S., et.al. (2019). Modul perawatan luka bagi praktisi kesehatan
di fasilitas pelayanan kesehatan. Wocare Publishing.
Subandi, E., & Sanjaya, K. A. (2019). Efektifitas modern dressing terhadap
proses 45 penyembuhan luka diabetes melitus tipe 2. Jurnal
Kesehatan, 10(1).
Asmarani, A., (2021). Upaya Peningkatan Pengetahuan Perawat Dalam
Proses Perawatan Luka Diabetes Mellitus. Jurnal Inovasi dan
Pengabdian Masyarakat (JIPengMas), 1(1), 14-18.
Rismayati, D. A., Sundayana, I. M., & Pratama, P. E. (2020).
Penyembuhan luka grade 2 pada pasien diabetes mellitus dengan
modern dressing wound care. Jurnal Keperawatan Silampari, 4(1),
222–230.
Khoirunisa, D., Hisni, D., & Widowati, R. (2020). Pengaruh modern
dressing terhadap skor penyembuhan luka ulkus diabetikum.
NURSCOPE: Jurnal Penelitian Dan Pemikiran Ilmiah Keperawatan,
6(2), 74.
Wintoko, R., Dwi, A., & Yadika, N. (2020). Manajemen terkini perawatan
luka update wound care management. JK Unila, 4, 183–189.
Hidayat, S., R, N. M., Astuti, P., & Ponirah. (2021). Literature review
efektivitas modern dressing hydrocolloid terhadap penyembuhan
luka pada pasien diabetes mellitus stikes bani saleh, Jawa Barat,
Indonesia. Jurnal Keperawatan Merdeka, 1(perawatan luka), 81–
92.

38
39

Supriyatno, H., Widigdo, D. A. M., & Rahmawati, W. R. (2022).


Comparison of Non-Adhesive Hydrocolloid Dressing and
Conven_tional Dressing Methods in Healing Process of Diabetic
Ulcers. Journal of Reasearch and Opinion, 9(1)
Indrayati, N., Dahlia, D., & Maria, R. (2021). Penerapan telemedicine
terhadap penyembuhan luka kaki diabetik grade IV paska
amputasi. Journal of Telenursing (JOTING), 3, 668–669.
Hess, C. T. (2020). Skin & Wound Care (Eighth Edi). Wolters Kluwer
Notoatmodjo, S. (2018). Metodologi Penelitian Kesehatan. Rineka Cipta.
Nursalam. (2016). Metodologi penelitian ilmu keperawatan : pendekatan
praktis (Edisi 4). Salemba Medika.
Maryunani, A. (2019). Perawatan luka (modern woundcare) terkini dan
terlengkap. IN MEDIA.
Arikunto, S. (2016). Prosedur penelitian suatu pendekatan praktik. Rineka
Cipta.
Arisanty, I. P. (2014). Konsep dasar manajemen perawatan luka. Penerbit
Buku Kedokteran : EGC.
Handayani, L.T. (2016). Studi meta analisis perawatan luka kaki diabetes
dengan modern dressing. The Indonesian Journal Of Health
Science.
Hidayat, A. A. (2017). Metodologi penelitian keperawatan dan kesehatan.
Jakarta: Salemba Medika, 88.
Setiadi. (2013). Konsep dan praktek penulisan riset keperawatan (Edisi 2).
Graha Ilmu.
Siregar, S. (2017). Metode penelitian kuantitatif : Dilengkapi dengan
perbandingan perhitungan manual & SPSS. Kencana.
Siyoto. (2015). Dasar Metodologi Penelitian. Literasi Media Publishing.
Sugiyono, S. (2021). Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D
(Edisi 2 ce). Alfabeta.

39
40

PETUNJUK PENGISIAN

Pilihlah jawaban yang paling tepat menurut anda dengan memberikan

tanda silang pada opsi di bawah ini :

PENGETAHUAN

1. Modern dressing merupakan metode perawatan luka dengan prinsip


yaitu :
a. Tertutup dan lembab
b. Kering dan terbuka
c. Basah dan tertutup
2. Yang termasuk manfaat pengunaan modern dressing dibawah ini
yaitu :
a. Menciptakan kelembaban pada lingkungan luka.
b. Membuat luka menjadi basah
c. Membuat luka susah untuk sembuh
3. Dapat menciptakan suasana yang lembab pada luka dan
mengabsorbsi eksudat luka disebut :
a. Calcium Alginate
b. Silver Dressing
c. Hydrogel
4. Silver Dressing merupakan Jenis modern dressing dengan jangka
waktu penggunaan paling efektif yaitu :
a. Lebih dari 2 minggu
b. Tidak boleh lebih dari 2 minggu
c. Selama 1 bulan
5. Luka dengan suasana lembab maka akan mempercepat :
a. Fibrinolysis
b. Pertumbuhan jamur dan bakteri
c. Jaringan mati

40
41

6. luka yang terjadi karena adanya kegagalan dalam masa


penyembuhan luka yang tidak sesuai dengan tahapan-tahapan yang
harus dilalui dengan baik dan tepat waktu dalam perbaikan jaringan
kulit disebut :
a. luka akut
b. luka kronis
c. luka sedang
7. Yang termasuk jenis luka dibawah ini kecuali :
a. Luka sedang
b. Luka akut
c. Luka kronis
8. kerusakan pada fungsi perlindungan kulit disertai hilangnya
kontinuitas jaringan epitel dengan tanpa adanya kerusakan pada
jaringan lainnya disebut :
a. luka kronis
b. luka akut
c. Luka
9. Fase penyembuhan luka yang terjadi pada hari ke 0 hingga hari ke-3
atau ke-5 disebut fase :
a. Fase Inflamasi
b. Fase Proliferasi
c. Fase Maturasi
10. Komplikasi yang dapat terjadi pada luka dibawah ini kecuali :
a. Pendarahan primer dan sekunder
b. Hematoma
c. Robekan

41
42

SIKAP

Petunjuk pengisian: Isilah pernyataan-pertanyaan dengan jawaban yang


menurut anda sesuai menggunakan tanda Checklist (√) pada kolom
dibawah ini :

No. Pernyataan Ya Tidak


1. Berhasil tidaknya perawatan luka tergantung kepada
kemampuan perawat dalam memilih balutan yang
tepat, efektif dan efisien.
2. Pada luka yang mempunyai eksudat banyak, prinsip
pemilihan balutannya adalah menjaga luka tetap
kering dan menampung eksudat.
3. Penggunaan balutan yang tertutup rapat tidak
mengefektifkan proses penyembuhan luka.
4. Penerapan modern dressing sangat penting dan
berkaitan dengan penerapan seluruh rencana
perawatan luka
5. Cairan luka atau eksudat yang banyak dan berbau
serta berjenis purulen menandakan terjadinya suatu
infeksi.
6. Kelembaban yang terjaga dengan optimal akan
mengefektifkan proses penyembuhan luka
7. Balutan dengan kondisi lembab merupakan cara yang
paling efektif untuk menyembuhkan luka.

42
43

KUESIONER MOTIVASI

1. Menurut anda apakah penting untuk memberikan health education


terkait perawatan luka ke pasien selama proses penyembuhan ?
a. Ya
b. Tidak
2. Apakah anda yakin perawatan luka bias disembuhkan ?
a. Ya
b. Tidak
3. Apakah anda juga di fasilitasi dengan bhp yang memadai ?
a. Ya
b. Tidak
4. Apakah anda di lengkapi juga dengan peralatan pertolongan
perawatan luka yang memadai ?
a. Ya
b. Tidak
5. Apakah sebagai petugas medis anda merasa puas terhadap
intensif yang di berikan ?
a. Ya
b. Tidak
6. Pemberian insentif sesuai dengan ketentuan atasan
a. Ya
b. Tidak
7. Kondisi lingkungan tempat kerja perawat baik dan nyaman untuk
melakukan tindakan medis
a. Ya
b. Tidak
8. Adanya hubungan yang harmonis antar sesama perawat dengan
saling memberikan dukungan
a. Ya
b. Tidak

43
44

9. Peraturan, fasilitas dan tenaga perawat yang ada di rumah sakit ini
mendukung dalam pelayanan pada pasien
a. Ya
b. Tidak
10. Apakah menurut anda mudah dalam melakukan perawatan luka
modern dressing ?
a. Ya
b. Tidak
PELATIHAN

Pernyataan Ya Tidak
Apakah anda pernah mengikuti pelatihan perawatan
luka modern dalam jangka waktu 2 tahun terakhir ?

44

Anda mungkin juga menyukai