Anda di halaman 1dari 15

LAPORAN PENDAHULUAN

TONSILITIS

Disusun oleh :

Krisdayanti Padudun, S.Kep


NS.2304005

CI Lahan CI Institusi

(..................................) (....................................)

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN (STIKES)
BHAKTI PERTIWI LUWU RAYA PAOLOPO
TAHUN 2024
A. Konsep Medis
1. Definisi
Penyakit tonsilitis merupakan peradangan pada tonsil yang

disebabkan oleh infeksi bakteri atau virus. Selain virus dan bakteri,

penyakit ini juga bisa disebabkan karena kegagalan atau

ketidaksesuaian pemberian antibiotik pada saat pertama kali

menderita (tonsilitis akut) sehingga penyakit ini semakin meradang

jika timbul untuk kedua kalinya dan menjadi tonsilitis kronis. Penyakit

ini dapat mengenai semua umur namun umumnya menyerang pada

anak-anak (Ramadhan et al., 2017).

Tonsilitis diartikan sebagai peradangan pada tonsil palatina

yang ditandai dengan peradangan tonsil, sakit tenggorok, gangguan

menelan, dan pembesaran ringan kelenjar limfe di leher. Peradangan

biasanya meluas hingga ke adenoid maupun tonsil lingual

(melibatkan cincin Waldeyer) dan seringkali bersamaan dengan

faringitis yang dinamakan faringotonsilitis. Penyebaran infeksi ini

ditransmisikan melalui udara (air borne droplet), tangan, dan ciuman

(Klarisa dan Fardizza F, 2014).

Berdasarkan pengertian di atas kesimpulan dari penulis

adalah tonsilitis merupakan suatu peradangan pada tonsil yang

disebabkan oleh bakteri ataupun virus, prosesnya bisa akut atau

kronis.
2. Etiologi
Gejala umum tonsilitis kronis yaitu sakit tenggorok, disfagia,

dan demam. Penyakit tonsil mempengaruhi struktur terkait anatomi

lainnya seperti celah telinga tengah, sinus paranasal, dan gabungan

saluran pernafasan dengan bagian atas saluran pencernaan. Anak-

anak yang mengalami tonsilitis kronis memiliki pembesaran tonsil

dan pembuluh darah membesar pada permukaan tonsil (Triola,

Zuhdi, & Vani, 2020).

Tanda-tanda maupun gejala tonsilitis yang sering ditemukan

diantaranya perasaan mudah lelah dan lesu, sulit berkonsentrasi,

rasa tidak enak pada tenggorokan, sulit menelan hingga rasa sakit

saat menelan, nafas atau mulut berbau serta terkadang muncul juga

gangguan pada telinga dan siklus tidur seseorang. Pengaruh non

mikroba juga menjadi penyebab dari penyakit ini seperti refluks

esofagus, imunomodulator dan radikal bebas. Radikal bebas sendiri

merupakan molekul tidak stabil dan sangat reaktif sehingga bisa

menyebabkan kerusakan jaringan terutama di membrane sel

(Liwikasari, 2018)

Peradangan tonsil akan mengakibatkan pembesaran yang

menyebabkan kesulitan menelan atau seperti ada yang mengganjal

di tenggorok. Pada anak biasanya keadaan ini juga dapat

mengakibatkan keluhan berupa ngorok saat tidur karena pengaruh

besarnya tonsil mengganggu pernafasan bahkan keluhan sesak

nafas juga dapat terjadi apabila pembesaran tonsil telah menutup


jalur pernafasan. Jika peradangan telah ditanggulangi, kemungkin

tonsil kembali pulih seperti semula atau bahkan tidak dapat kembali

sehat seperti semula. Apabila tidak terjadi penyembuhan yang

sempurna pada tonsil, dapat terjadi infeksi berulang. Apabila

keadaan ini menetap, bakteri patogen akan bersarang di dalam tonsil

dan terjadi peradangan yang kronis atau yang disebut dengan

tonsilitis kronis (Maulana Fakh, Novialdi, & Elmatris, 2016)


3. Manefistasi Klinik
Manifestasi klinis yang muncul akan berbeda-beda pada

setiap kategori tonsilitis sebagai berikut. (Rusmarjono & Soepardi,

2016).

1. Tonsilitis akut

a) Tonsilitis viral

Gejala tonsilitis viral lebih menyerupai common cold yang

disertai rasa nyeri tenggorok dan beberapa derajat disfagia.

Dan pada kasus berat dapat meolak untuk minum atau makan

melalui mulut. Penderita mengalami malaise, suhu tinggi, dan

nafasnya bau.

b) Tonsilitis bacterial

Gejala dan tanda Masa inkubasi 2 – 4 hari. Gejala dan tanda

yang sering ditemukan adalah nyeri tenggorok dan nyeri

waktu menelan, demam dengan suhu tubuh yang tinggi, rasa

lesu, rasa nyeri di sendi- sendi, tidak nafsu makan dan rasa

nyeri di telinga karena nyeri alih (referred pain) melalui saraf

N. glosofaringeus (N. IX). Pada pemeriksaan tampak tonsil

membengkak, hiperemis dan terdapat detritus berbentuk

folikel, lakuna atau tertutup oleh membran semu. Kelenjar

sub-mandibula membengkak dan nyeri tekan. (otalgia).


2. Tonsilitis Membranosa

a) Tonsilitis difteri

Gejala umum seperti juga gejala infeksi lainnya yaitu

kenaikan suhu tubuh biasanya subfebris, nyeri kepala, tidak

nafsu makan, badan lemah, nadi lambat serta keluhan nyeri

menelan. Gejala lokal yang tampak berupa tonsil

membengkak ditutupi bercak putih kotor yang makin lama

makin meluas dan bersatu membentuk membran semu.

Membran ini dapat meluas ke palatum mole, uvula,

nasofaring, lanng, trakea dan bronkus dan dapat menyumbat

saluran napas. Membran semu ini melekat erat pada

dasarnya, sehingga bila diangkat akan mudah berdarah.

Pada perkembangan penyakit ini bila infeksinya berjalan

terus, kelenjar limfa leher akan membengkak sedemikian

besarnya sehingga leher menyerupai leher sapi (bull neck)

atau disebut juga Burgemeester's


4. Patofisiologi
Bakteri atau virus memasuki tubuh melalui hidung atau

mulut, amandel berperan sebagai filter atau penyaring yang

menyelimuti organisme berbahaya, sel-sel darah putih ini akan

menyebabkan infeksi ringan pada amandel. Hal ini akan memicu

tubuh untuk membentuk antibodi terhadap infeksi yang akan

datang, akan tetapi kadang-kadang amandel sudah kelelahan

menahan infeksi atau virus. Infeksi bakteri dari virus inilah yang

menyebabkan tonsilitis. Kuman menginfiltrasi lapisan epitel, bila

epitel terkikis maka jaringan limfoid superficial mengadakan reaksi.

Terdapat pembendungan radang dengan infiltrasi leukosit poli

morfonuklear. Proses ini secara klinik tampak pada korpus tonsil

yang berisi bercak kuning yang disebut detritus. Detritus

merupakan kumpulan leukosit, bakteri dan epitel yang terlepas,

suatu tonsilitis akut dengan detritus disebut tonsilitis falikularis, bila

bercak detritus berdekatan menjadi satu maka terjadi tonsilitis

lakunaris.

Tonsilitis dimulai dengan gejala sakit tenggorokan ringan

hingga menjadi parah. Pasien hanya mengeluh merasa sakit

tenggorokannya sehingga nafsu makan berkurang. Radang pada

tonsil dapat menyebabkan kesukaran menelan, panas, bengkak,

dan kelenjar getah bening melemah di dalam daerah sub

mandibuler, sakit pada sendi dan otot, kedinginan, seluruh tubuh

sakit, sakit kepala dan biasanya sakit pada telinga. Sekresi yang
berlebih membuat pasien mengeluh sukar menelan, belakang

tenggorokan akan terasa mengental. Hal-hal y ang tidak

menyenangkan tersebut biasanya berakhir setelah 72 jam. Bila

bercak melebar, lebih besar lagi sehingga terbentuk membran

semu (Pseudomembran), sedangkan pada tonsilitis kronik terjadi

karena proses radang berulang maka epitel mukosa dan jaringan

limfoid terkikis. Sehingga pada proses penyembuhan, jaringan

limfoid diganti jaringan parut. Jaringan ini akan mengkerut sehingga

ruang antara kelompok melebar (kriptus) yang akan diisi oleh

detritus, proses ini meluas sehingga menembus kapsul dan

akhirnya timbul perlengketan dengan jaringan sekitar fosa

tonsilaris. Pada anak proses ini disertai dengan pembesaran

kelenjar limfe submandibula.


5. Penyimpangan KDM
6. Penatalaksanaan
Tonsilitis kronis kebanyakan berasal dari bakteri yang

terdapat di parenkim tonsil dibanding permukaan tonsil, sehingga

swab dari permukaan tonsil saja dapat menjadi keliru.

Penatalaksanaan medis termasuk pemberian antibiotik sesuai

kultur. Pemberian antibiotik yang bermanfaat pada penderita

tonsilitis kronis cefalosporin ditambah metronidazole,

klindamisin, amoksisilin dengan asam klavulanat jika bukan

disebabkan mononucleosis. Tonsilektomi merupakan tindakan

pembedahan yang paling sering dilakukan pada penderita tonsilitis

kronis, yaitu berupa tindakan pengangkatan jaringan tonsil palatina

dari fosa tonsil (Jeyakumar, dkk., 2013). Kaedah tonsilektomi

sangat efektif dilakukan pada anak yang menderita tonsilitis kronis

dan berulang dan indikasi absolut karena adanya sumbatan jalan

napas akibat hipertrofi tonsil, tetapi tonsilektomi dapat menimbulkan

berbagai masalah dan berisiko menimbulkan komplikasi seperti

perdarahan, syok, nyeri pasca tonsilektomi, maupun infeksi.

Tonsilitis yang disebabkan oleh virus harus ditangani secara

simptomatik. Obat kumur, analgetik, dan antipiretik biasanya dapat

membantu. Gejala yang timbul biasanya akan hilang sendiri.

Efektivitas penggunaan obat kumur masih dipertanyakan, karena

bisa saja saat berkumur tidak mengenai tonsil tetapi lebih banyak

mengenai dinding faring.


7. Komplikasi
Jika tidak segera diatasi, tonsilitis bisa memicu komplikasi

berikut:

 Gangguan pernapasan saat tidur

 Infeksi menyebar ke jaringan sekitar

 Infeksi menyebabkan penumpukan nanah di belakang tonsil.

Tonsil yang disebabkan oleh bakteri juga bisa memicu demam

rumatik atau gangguan inflamasi yang mempengaruhi jantung,

sendi, dan berbagai jaringan lain glomerulonefritis .

8. Penatalaksaan
Kasus tonsilitis yang disebabkan virus biasanya

berlangsung sementara dengan gejala yang ringan. Sebagian

besar kasus tonsilitis yang diakibatkan oleh virus akan membaik

dalam waktu 7-10 hari sehingga bisa diatasi dengan perawatan di

rumah. Termasuk dengan memastikan tubuh mendapatkan cairan

yang cukup dan konsumsi obat pereda nyeri. Jenis obat antinyeri

untuk tonsilitis yang bisa dibeli tanpa resep di apotek, yaitu:

 Acetaminopen atau paracetamol

 Ibuprofen

 Aspirin

Namun, kondisi radang tenggorokan yang tidak kunjung

sembuh membutuhkan penanganan medis. Dokter akan melakukan

pengobatan seperti berikut:


a. Antibiotik

Apabila radang amandel disebabkan oleh infeksi bakteri, dokter

akan meresepkan antibiotik sebagai obat radang amandel

untuk membantu melawan infeksi. Antibiotik membantu

meredakan gejala-gejala peradangan secara lebih cepat.

Dokter biasanya akan meresepkan antibiotik jenis:

 Penicillin

 Cephalosporin

 Makrolida

 Clindamycin

Namun, konsumsi obat-obatan tersebut dapat

meningkatkan risiko resistensi antibiotik. Maka itu, pengobatan ini

biasanya hanya diberikan pada kasus radang yang cukup parah

dan berpotensi menimbulkan komplikasi.

b. Operasi

Prosedur operasi pengangkatan amandel disebut dengan

tonsilektomi. Biasanya, prosedur ini hanya dilakukan pada

penderita radang amandel kronis atau berulang. Tonsilektomi

dapat meredakan masalah pernapasan atau kondisi kesulitan

menelan yang Anda alami. Meski begitu, prosedur ini juga

memiliki risiko infeksi pada jangka panjang. Namun, umumnya


peluang keberhasilan operasi cukup besar untuk

menyembuhkan tonsilitis.

9. Pemeriksaan penunjang
a. Pemeriksaan laboratorium

b. Pemeriksaan radiologi

1) Pemeriksaan radiologi seperti foto polos servikal, USG atau

CT Scan diperlukan pada tonsilitis yang menyebar ke

struktur leher bagian dalam dan komplikasi tonsilitis lainnya.

2) CT Scan juga dapat digunakan untuk menegakkan diagnosis

abses peritonsilar dan membantu tindakan drainase abses

pada abses peritonsilar dengan lokasi yang tidak umum atau

jika terdapat risiko tinggi untuk tindakan drainase, misalnya

koagulopati atau risiko anestesi


B. Konsep Keperawatan

1. Pengkajian

a. Identitas klien
b. Riwayat keperawatan
c. Awalan serangan : -
d. Keluhan utama : Klien mengeluh sakit pada bagian tenggorokan
saat menelan
e. Riwayat kesehatan masa lalu
Riwayat penyakit yang diderita, riwayat pemberian
imunisasi
f. Riwayat psikososial keluarga
g. Kebutuhan dasar
1) Pola eleminasi : akan mengalami perubahan yaitu BAB lebih dari
4 kali sehari, BAK sedikit atau jarang.
2) Pola nutrisi : nutrisi klien terganggu karena nyeri pada
tenggorokan saat menelan
3) Pola tidur dan istirahat akan terganggu karena adanya nyeri
yang diarasakan
4) Pola hygiene : kebiasaan mandi setiap harinya
5) Aktivits : akan terganggu karena kondisi tubuh yang lemah dan
adanya nyeri akibat tonsilitis
h. Pemeriksaan fisik
a. Pemeriksaan psikologis :
Keadaan umum tampak lemah, kesadaran komposmentis sampai
koma, suhu tubuh tinggi, nadi cepat dan lemah, pernapasan agak
cepat.
b. Pemeriksaan sistematik
- Inspeksi : mata cekung, ubun-ubun besar, selaput lender,
mulut dan bibir kering, berat badan menurun, anuskemerahan.
- Perkusi : adanya distensi abdomen
- Palpasi : tugor kulit kurang elastis
- Auskultasi : terdengarnya bising usus
c. Pemeriksaan tingkat tumbuh kembang
d. Pada anak diare akan mengalami gangguan karena anak dehidrasi
sehingga berat badan menurun,
e. Pemeriksaan penunjang
f. Pemeriksaan tinja, hematologi dan widal

Anda mungkin juga menyukai