Anda di halaman 1dari 11

LAPORAN PENDAHULUAN DAN RESUME KEPERAWATAN

PADA PASIEN DENGAN DIAGNOSA TONSILITIS AKUT


Disusun Untuk memenuhi tugas Profesi Ners
Stase Keperawatan Dasar Profesi

Disusun Oleh:
RENNY ARISMA PERTIWI
231030230619

STIKES WIDYA DHARMA HUSADA TANGERANG


PROFESI NERS
TAHUN 2023

A. Pengertian Tonsilitis

Penyakit tonsilitis merupakan peradangan pada tonsil yang disebabkan oleh infeksi bakteri
atau virus. Selain virus dan bakteri, penyakit ini juga bisa disebabkan karena kegagalan atau
ketidaksesuaian pemberian antibiotik pada saat pertama kali menderita (tonsilitis akut) sehingga
penyakit ini semakin meradang jika timbul untuk kedua kalinya dan menjadi tonsilitis kronis.
Penyakit in dapat mengenai semua umur namun umumnya menyerang pada anak-anak (Ramadhan et
al., 2017).
Tonsilitis diartikan sebagai peradangan pada tonsil palatina yang ditandai dengan peradangan
tonsil, sakit tenggorok, gangguan menelan, dan pembesaran ringan kelenjar lime di leher. Peradangan
biasanya meluas hingga ke adenoid maupun tonsil lingual (melibatkan cincin Waldeyer) dan
seringkali bersamaan dengan faringitis yang dinamakan faringotonsilitis. Penyebaran infeksi ini
ditransmisikan melalui udara (air bore droplet), tangan, dan ciuman (Klarisa dan Fardizza F, 2014)

B. Etiologi

Gejala umum tonsilitis kronis yaitu sakit tenggorok, disfagia, dan demam. Penyakit
tonsil mempengaruhi struktur terkait anatomi lainnya seperti celah telinga tengah, sinus
paranasal, dan gabungan saluran pernafasan dengan bagian atas saluran pencernaan. Anak-
anak yang mengalami tonsilitis kronis memiliki pembesaran tonsil dan pembuluh darah
membesar pada permukaan tonsil (Triola, Zuhdi, & Vani, 2020).
Tanda-tanda maupun gejala tonsilitis yang sering ditemukan diantaranya perasaan mudah
lelah dan lesu, sulit berkonsentrasi, rasa tidak enak pada tenggorokan, sulit menelan hingga
rasa sakit saat menelan, nafas atau mulut berbau serta terkadang muncul juga gangguan
pada telinga dan siklus tidur seseorang. Pengaruh non mikroba juga menjadi penyebab dari
penyakit ini seperti refluks esofagus, imunomodulator dan radikal bebas. Radikal bebas
sendiri merupakan molekul tidak stabil dan sangat reaktif sehingga bisa menyebabkan
kerusakan jaringan terutama di membrane sel (Liwikasari, 2018).
Peradangan tonsil akan mengakibatkan pembesaran yang menyebabkan kesulitan
menelan atau seperti ada yang mengganjal di tenggorok. Pada anak biasanya keadaan ini
juga dapat mengakibatkan keluhan berupa ngorok saat tidur karena pengaruh besarnya
tonsil mengganggu pernafasan bahkan keluhan sesak nafas juga dapat terjadi apabila
pembesaran tonsil telah menutup jalur pernafasan. Jika peradangan telah ditanggulangi,
kemungkin tonsil kembali pulih seperti semula atau bahkan tidak dapat kembali sehat
seperti semula. Apabila tidak terjadi penyembuhan yang sempurna pada tonsil, dapat terjadi
infeksi berulang. Apabila keadaan ini menetap, bakteri patogen akan bersarang di dalam
tonsil dan terjadi peradangan yang kronis atau yang disebut dengan tonsilitis kronis
(Maulana Fakh, Novialdi, & Elmatris, 2016)

C. Patofisiologi
Bakteri atau virus memasuki tubuh melalui hidung atau mulut, amandel berperan
sebagai filter atau penyaring yang menyelimuti organisme berbahaya, sel-sel darah putih ini
akan menyebabkan infeksi ringan pada amandel. Hal ini akan memicu tubuh untuk
membentuk antibodi terhadap infeksi yang akan datang, akan tetapi kadang-kadang amandel
sudah kelelahan menahan infeksi atau virus. Infeksi bakteri dari virus inilah yang
menyebabkan tonsilitis. Kuman menginfiltrasi lapisan epitel, bila epitel terkikis maka
jaringan limfoid superficial mengadakan reaksi. Terdapat pembendungan radang dengan
infiltrasi leukosit poli morfonuklear. Proses ini secara klinik tampak pada korpus tonsil yang
berisi bercak kuning yang disebut detritus. Detritus merupakan kumpulan leukosit, bakteri
dan epitel yang terlepas, suatu tonsilitis akut dengan detritus disebut tonsilitis falikularis,
bila bercak detritus berdekatan menjadi satu maka terjadi tonsilitis lakunaris.
Tonsilitis dimulai dengan gejala sakit tenggorokan ringan hingga menjadi parah.
Pasien hanya mengeluh merasa sakit tenggorokannya sehingga nafsu makan berkurang.
Radang pada tonsil dapat menyebabkan kesukaran menelan, panas, bengkak, dan kelenjar
getah bening melemah di dalam daerah sub mandibuler, sakit pada sendi dan otot,
kedinginan, seluruh tubuh sakit, sakit kepala dan biasanya sakit pada telinga. Sekresi yang
berlebih membuat pasien mengeluh sukar menelan, belakang tenggorokan akan terasa
mengental. Hal-hal yang tidak menyenangkan tersebut biasanya berakhir setelah 72 jam.
Bila bercak melebar, lebih besar lagi sehingga terbentuk membran semu (Pseudomembran),
sedangkan pada tonsilitis kronik terjadi karena proses radang berulang maka epitel mukosa
dan jaringan limfoid terkikis. Sehingga pada proses penyembuhan, jaringan limfoid diganti
jaringan parut. Jaringan ini akan mengkerut sehingga ruang antara kelompok melebar
(kriptus) yang akan diisi oleh detritus, proses ini meluas sehingga menembus kapsul dan
akhirnya timbul perlengketan dengan jaringan sekitar fosa tonsilaris. Pada anak proses ini
disertai dengan pembesaran kelenjar limfe submandibula.

D. Manifestasi klinis
Manifestasi klinis yang muncul akan berbeda-beda pada setiap kategori tonsilitis sebagai
berikut. (Rusmarjono & Soepardi,2016).
a. Tonsilitis akut
1) Gejala tonsilitis viral lebih menyerupai common cold yang disertai rasa
nyeri tenggorok dan beberapa derajat disfagia. Dan pada kasus berat dapat
meolak untuk minum atau makan melalui mulut. Penderita mengalami
malaise, suhu tinggi, dan nafasnya bau.
2) Gejala dan tanda Masa inkubasi 2 – 4 hari. Gejala dan tanda yang sering
ditemukan adalah nyeri tenggorok dan nyeri waktu menelan, demam dengan
suhu tubuh yang tinggi, rasa lesu, rasa nyeri di sendi- sendi, tidak nafsu
makan dan rasa nyeri di telinga karena nyeri alih (referred pain) melalui
saraf N. glosofaringeus (N. IX). Pada pemeriksaan tampak tonsil
membengkak, hiperemis dan terdapat detritus berbentuk folikel, lakuna atau
tertutup oleh membran semu. Kelenjar sub-mandibula membengkak dan
nyeri tekan. (otalgia).
b. Tonsilitis Membranosa
1) Tonsilitis Difteri
Gejala umum seperti juga gejala infeksi lainnya yaitu kenaikan suhu tubuh
biasanya subfebris, nyeri kepala, tidak nafsu makan, badan lemah, nadi
lambat serta keluhan nyeri menelan. Gejala lokal yang tampak berupa tonsil
membengkak ditutupi bercak putih kotor yang makin lama makin meluas
dan bersatu membentuk membran semu. Membran ini dapat meluas ke
palatum mole, uvula, nasofaring, lanng, trakea dan bronkus dan dapat
menyumbat saluran napas. Membran semu ini melekat erat pada dasarnya,
sehingga bila diangkat akan mudah berdarah. Pada perkembangan penyakit
ini bila infeksinya berjalan terus, kelenjar limfa leher akan membengkak
sedemikian besarnya sehingga leher menyerupai leher sapi (bull neck) atau
disebut juga Burgemeester's.
2) Tonsilitis Septik Disebabkan oleh Streptococcus hemoliticus pada susu sapi,
tapi di Indonesia jarang.
3) Angina Plaut Vincent
Gejala demam sampai dengan 39o C, nyeri kepala, badan lemah, dan
kadang-kadang terdapat gangguan pencernaan. Rasa nyeri di mulut,
hipersalivasi, gigi dan gusi mudah berdarah. Pada pemeriksaan tampak
mukosa mulut dan faring hiperemis, tampak membran putih keabuan di atas
tonsil, uvula, dinding faring, gusi, serta terdapat bau mulut dan kelenjar sub
mandibula membesar.

E. Penatalaksanaan
Tonsilitis kronis kebanyakan berasal dari bakteri yang terdapat di parenkim tonsil
dibanding permukaan tonsil, sehingga swab dari permukaan tonsil saja dapat menjadi keliru.
Penatalaksanaan medis termasuk pemberian antibiotik sesuai kultur. Pemberian antibiotik
yang bermanfaat pada penderita tonsilitis kronis cefalosporin ditambah metronidazole,
klindamisin, amoksisilin dengan asam klavulanat jika bukan disebabkan mononucleosis.
Tonsilektomi merupakan tindakan pembedahan yang paling sering dilakukan pada penderita
tonsilitis kronis, yaitu berupa tindakan pengangkatan jaringan tonsil palatina dari fosa tonsil
(Jeyakumar, dkk., 2013).
Kaedah tonsilektomi sangat efektif dilakukan pada anak yang menderita tonsilitis
kronis dan berulang dan indikasi absolut karena adanya sumbatan jalan napas akibat
hipertrofi tonsil, tetapi tonsilektomi dapat menimbulkan berbagai masalah dan berisiko
menimbulkan komplikasi seperti perdarahan, syok, nyeri pasca tonsilektomi, maupun
infeksi. Tonsilitis yang disebabkan oleh virus harus ditangani secara simptomatik. Obat
kumur, analgetik, dan antipiretik biasanya dapat membantu. Gejala yang timbul biasanya
akan hilang sendiri. Efektivitas penggunaan obat kumur masih dipertanyakan, karena bisa
saja saat berkumur tidak mengenai tonsil tetapi lebih banyak mengenai dinding faring.

F. Pemeriksaan penunjang

Tonsilitis kronis kebanyakan berasal dari bakteri yang terdapat di parenkim tonsil
dibanding permukaan tonsil, sehingga swab dari permukaan tonsil saja dapat menjadi keliru.
Penatalaksanaan medis termasuk pemberian antibiotik sesuai kultur. Pemberian antibiotik
yang bermanfaat pada penderita tonsilitis kronis cefalosporin ditambah metronidazole,
klindamisin, amoksisilin dengan asam klavulanat jika bukan disebabkan mononucleosis.
Tonsilektomi merupakan tindakan pembedahan yang paling sering dilakukan pada penderita
tonsilitis kronis, yaitu berupa tindakan pengangkatan jaringan tonsil palatina dari fosa tonsil
(Jeyakumar, dkk., 2013).
Kaedah tonsilektomi sangat efektif dilakukan pada anak yang menderita tonsilitis kronis
dan berulang dan indikasi absolut karena adanya sumbatan jalan napas akibat hipertrofi
tonsil, tetapi tonsilektomi dapat menimbulkan berbagai masalah dan berisiko menimbulkan
komplikasi seperti perdarahan, syok, nyeri pasca tonsilektomi, maupun infeksi. Tonsilitis
yang disebabkan oleh virus harus ditangani secara simptomatik. Obat kumur, analgetik, dan
antipiretik biasanya dapat membantu. Gejala yang timbul biasanya akan hilang sendiri.
Efektivitas penggunaan obat kumur masih dipertanyakan, karena bisa saja saat berkumur
tidak mengenai tonsil tetapi lebih banyak mengenai dinding faring.

G. PATHWAY
LAPORAN RESUME 1
ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN “ W DENGAN TONSILITIS AKUT
DI RSK THT CIRANJANG

A. Pengkajian Pasien

Tanggal pengkajian : 11 September 2023


Oleh : Renny Arisma Pertiwi
Sumber data : Rekam Medis
Metode Pengumpulan Data : Observasi
Nama Lengkap : An. W
Jenis Kelamin : Laki - laki
Umur/TanggalLahir : 11 Tahun
Agama : Islam
Pendidikan : SMP
Alamat : Tebet
No. RM : 24 89 72
Tanggal masuk rs : 11 September 2023
Diagnosa Medis : Tonsilitis
B. Keluhan Utama : Klien mengatakan badannya panas dan nyeri menelan

Riwayat Penyakit
Klien mengatakan badannya demam sejak 3 hari yang lalu, nyeri pada tenggorokan dan susah
menelan. Nyeri tenggorokan bertambah jika klien sedang makan atau minum. Nafsu makan klien
Berkurang. Kemudian keluarga memutuskan untuk membawa klien berobat ke RSK THT
CIRANJANG. Dari hasil pemeriksaan dokter spesialis THT, Klien dinyatakan terdiagnosis tonsilitis.
Fokus Pemeriksaan Fisik :
 Klien tampak meringis
 Muka memerah
 Bibir kering
 Konjungtiva tampak pucat
 Nafas berbau
 Tonsilitis tampak membesar dan meradang (memerah)
 Dari hasil pemeriksaan TTV didapatkan
 TTD : 110/70 Mmhg
 Suhu : 37C
 Nadi : 89x/menit
 Pernafasan : 21x/menit
 Klien mengeluh nyeri tenggorokan
 Terapi yang diberikan : Cesfpan 2 x 100 , Mefinal 3 x 1, paracetamol 3 x 1 (jika demam)

A. Analisa Data
No. Data Masalah Etiologi
1 Nyeri Akut ditandai dengan : Nyeri akut berhubungan dengan Terjadinya inflamasi
DS : inflamasi (D.0077) pada tonsil
- Klien mengatakan nyeri di tenggorokan

DO:
- Klien tampak meringis
- Tonsil klien nampak membesar dan
kemerahan

B. Diagnosa Keperawatan
1. Nyeri akut berhubungan dengan inflamasi (D.0077)

RENCANA KEPERAWATAN
Diagnosa
No Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi
Keperawatan
1 Nyeri akut Kontrol nyeri Manajeman Nyeri
berhubungan dengan Setelah dilakukan tindakan asuhan 1) Indentifikasilokasi,
inflamasi keperawatan selama 1 x 30 menit karakteristik,durasi,
(D.0077) ditandai masalah nyeri akut dapat teratasi frekuensi,kualitas, intensit
dengan : dengan kriteria hasil : as nyeri
- nyeri berkurang 2) Identifikasi faktor yang
DS : - Kemampuan menggunakan tekniknon- memperberatatau memperinga
- Klien mengatakan farmakologi n nyeri
nyeri di tenggorokan- Pengguanaan analgesik 3) Berikanteknik nonfarmakologi
s umtuk mengurangi rasa
nyeri (mis. TENS,
DO : hipnosis, akupresur, terapy
- Klien music, biofeedback, terapi
tampak meringis pijat, aromaterapi, teknik
- Tonsil imajinasi terbimbing, kompres
klien nampak membes air hangat/dingin,
ar dan kemerahan terapybermain)
4)Kolaborasi
pemberian analgesik

Implementasi dan evaluasi

Tanggal Dx keperawatan Implementasi evaluasi

10
11/09/2023 Nyeri akut berhubungan - Observasi nyeri S : Klien mengatakan nyeri
dengan inflamasi - Kolaborasi di tenggorokan
(D.0077) ditandai dengan:
pemberian
DS : O : - Klien tampak meringis
- Klien mengatakan nyeri analgesik
- Tonsil tampak
di tenggorokan membesar dan
kemerahan
DO :
- Klien tampak meringis
- Tonsil A : Nyeri akut berhubungan
klien nampak membesar dengan inflamasi
dan kemerahan
P : intervensi dilanjutkan

DAFTAR PUSTAKA

Ramadhan, F. S. I. K., 2017. Analisa Faktor Risiko Kejadian Tonsilitis Kronik Pada Anak
Usia 5 - 11 Tahun di Wilayah Kerja Puskesmas Puuwatu Kota Kendari. Jurnal Ilmiah
Mahasiswa Kesehatan, Volume 2.

Klarisa C & Fardizza F . Kapita Selekta Ed. 4 : Tonsilitis. Jakarta : Media Aesculapius. 2014: 1067

Triola, Zuhdi, & Vani. 2020. Faktor pencetus tonsillitis pada anak usia 5-6 tahun di wilayah kerja puskesmas bayat
kabupaten klanten. Naskah publikasi, Universitas Muhammadiyah Surakarta

Liwikasari, N. 2018. Medica Hospitalia. 5 (2). Jakarta : Salemba Medika

Maulana Fakh, I., Novialdi, & Elmatris. 2016. Artikel Penelitian Karakteristik Pasien Tonsilitis Kronis
Pada Anak Di Bagian Tht-Kl Rsup Dr.M.Djamil Padang. Kesehatan Andalas, 5(2), 436– 442.
Retrieved From Http://Jurnal.Fk.Unand.Ac.I. Diakses tgl 1
mei 2021
Jeyakumar, SM. Vajreswari, A. Sesikeran, B. Giridharan. 2013. Vitamin A Supplementation Induces Adipose Tissue Loss
Through Apoptosis in Lean but not in Obese Rats of the WNIN/Ob Strain. Journal of Moleculer Endrocrinology, Vol. 35:
391-398
PPNI, T. P. S. D. 2017. Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia Edisi 1.

11

Anda mungkin juga menyukai