Anda di halaman 1dari 16

Referensi Artikel

TONSILITIS AKUT

DISUSUN OLEH :

Revina Afifa G99172010


Fransiska Natasha Wibowo G991903019
I Putu Ryan Mahendra Pudja G99172087
Oxdri Poespita Ningrum G99172131
Habiba Nur Laili G991903021
PEMBIMBING :

dr. Novi Primadewi, Sp.T.H.T.-K.L., M.Kes

KEPANITERAAN KLINIK/ PROGRAM STUDI PROFESI DOKTER


BAGIAN ILMU KESEHATAN TELINGA, HIDUNG,
TENGGOROK, BEDAH KEPALA, DAN LEHER
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET
RUMAH SAKIT UMUM DAERAH DR. MOEWARDI
2019
BAB I

PENDAHULUAN

Tonsilitis adalah proses inflamasi pada tonsil akibat dari adanya infeksi yang
paling sering disebabkan oleh virus atau bakteri. Jika penyebabnya adalah bakteri
seperti bakteri streptokokus beta hemolitikus grup A maka disebut sebagai "strep
throat". Penyakit ini bersifat "self-limiting disease" yang berarti dapat sembuh sendiri
dengan atau tanpa medikasi. Sebanyak 40% kasus dapat sembuh dalam waktu 3 hari.

Infeksi tonsilitis akut lebih banyak terjadi pada anak-anak usia 5 sampai 15
tahun karena belum terbentuknya sistem imun tubuh dengan baik. Patogen penyebab
infeksi tersering pada dewasa adalah streptokokus beta hemolitikus seperti yang
dilaporkan pada suatu penelitian dengan responden 257 laki-laki muda.
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. ANATOMI DAN FISIOLOGI TONSIL

Tonsil terdiri dari tonsil lingual, tonsil faringeal (adenoid) dan tonsil
palatina. Tonsil palatina merupakan sepasang massa jaringan lunak di bagian
belakang faring. Terdapat sebuah tonsil palatina pada tiap sisi. Tiap tonsil
merupakan jaringan limfoid yang dilapisi epitel respirasi yang berinvaginasi
dan membentuk kripta. Tonsil merupakan bagian dari sistem limfatik yang
berperan dalam imunitas, bersama dengan tonsil lingual dan tonsil palatina
membentuk cincin waldeyer selaku agregat limfoid pertama pada saluran
aerodigestif. Tonsil akan menghasilkan limfosit dan aktif mensintesis
imunoglobulin saat terjadinya infeksi di tubuh. Tonsil akan membengkak saat
berespon terhadao infeksi.

Gambar 1. Anatomi tonsil


B. DEFINISI
Tonsilitis adalah peradangan tonsil palatina yang merupakan bagian
dari cincin Waldeyer yang disebabkan oleh virus maupun bakteri (Soepardi,
2017).

C. ETIOLOGI
Tonsillitis akut dapat disebabkan oleh virus maupun bakteri. Tonsillitis
virus paling sering disebabkan oleh virus Epstein Barr, Hemofilus influenza,
dan Coxschakie virus. Sedangkan tonsillitis bacterial paling sering disebabkan
oleh Streptokokus β hemolitikus grup A yang dikenal sebagai stept throat,
pneumokokus, Streptokokus viridans dan Streptokokus piogenes.

D. PATOFISIOLOGI
Tonsillitis mengenai tonsil palatina yang merupakan bagian dari cincin
Waldeyer. Cincin Waldeyer terdiri atas susunan kelenjar limfa yang terdapat di
dalam rongga mulut yaitu: tonsil faringeal (adenoid), tonsil palatine (tonsil
faucial), tonsil lingual (tonsil pangkallidah), tonsil tuba Eustachius (lateral
band dinding faring/ Gerlach’s tonsil). Penyebaran infeksi melalui udara (air
borne droplets), tangan dan ciuman. Dapat terjadi pada semua umur, terutama
pada anak.
Gambar 2. Cincin Waldeyer

Kuman menginfiltrasi lapisan epitel, bila epitel terkikis maka jaringan


tonsil akan menimbulkan reaksi inflamasi. Reaksi inflamasi berupa infiltrasi
leukosit polimorfonuklear. Proses ini akan menimbulkan bercak yang disebut
detritus. Detritus merupakan kumpulan leukosit, bakteri yang mati dan epitel
yang terlepas. Secara klinis detritus ini mengisi kriptus tonsil dan tampak
sebagai bercak kuning.

Bentuk tonsillitis akut dengan detritus yang jelas disebut tonsillitis


folikularis. Bila bercak-bercak detritus ini menjadi satu, membentuk alur-alur
maka akan terjadi tonsillitis lakunaris. Bercak detritus ini juga dapat melebar
sehingga terbentuk pseudomembran yang menutupi tonsil.

E. KLASIFIKASI

1. Tonsilitis Viral

Lebih dari 50% kasus tonsillitis disebabkan oleh tonsillitis viral.


Gejala lebih menyerupai common cold yang disertai rasa nyeri tenggorok.
Penyebab paling tersering adalah virus Epstein Barr (EBV) dan disebut juga
tonsillitis mononukleus infeksiosa. Tonsillitis akut supuratif dapat terjadi
akibat infeksi virus Haemofilus influenza. Dapat pula disebabkan oleh infeksi
virus coxachie dimana ditemukan bintik luka-luka kecil pada palatum dan
tonsil yang terasa sangat nyeri. Jenis virus lain yang juga dapat menyebabkan
tonsillitis viral adalah virus herpes simpleks, dan rhinovirus.

2. Tonsilitis Bakterial
Radang akut tonsil dapat disebabkan kuman grup A stereptococcus
beta hemoliticus yang dikenal sebagai strept throat, pneumococcus,
streptococcus viridian dan streptococcus piogenes. Infiltrasi bakteri pada
lapisan epitel jaringan tonsil akan menimbulkan reaksi radang berupa
keluarnya leukosit polimorfonuklear sehingga terbentuk dedritus. Detritus
merupakan kumpulan leukosit, bakteri yang mati dan epitel yang terlepas.
Secara klinis dedritus ini mengisi kriptus tonsil dan tampak sebagai bercak
kuning.

Bentuk tonsillitis akut dengan detritus yang jelas disebut tonsillitis


folikularis. Bila bercak-bercak detritus ini menjadi satu, membentuk alur-alur
maka akan terjadi tonsillitis lakunaris. Bercak detritus ini juga dapat melebar
sehingga terbentuk semacam membrane semu (pseudomembran) yang
menutupi tonsil.

F. ANAMNESIS

Tonsilitis akut lebih sering ditemukan pada anak dan remaja. Masa
inkubasi penyakit ini selama 2-4 hari. Gejala yang mungkin muncul berupa
nyeri tenggorok, nyeri menelan, demam tinggi, lesu, penurunan nafsu makan,
dan nyeri di telinga sebagai nyeri alih melalui nervus glosifaringeus. Terasa
ada yang mengganjal di tenggorokan, tenggorokan terasa kering dan napas
yang berbau juga dapat ditemukan. Pada anak-anak terkadang disertai
drooling (air liur menetes keluar) karena terdapat sakit menelan dan susah
makan.

Lebih berat lagi dapat timbul tanda-tanda obsturksi jalan nafas yang
tampak dengan berhentinya nafas atau mendengkur saat tidur. Gejala biasanya
membaik dalam 3-4 hari, namun dapat menetap hingga 2 minggu. Suara serak
juga dapat terjadi pada infeksi yang lebih parah seperti supraglottitis, dan
epiglottitis.
Pada pemeriksaan fisik dapat ditemukan pembengkakan tonsil,
hiperemis dan terdapat detritus dengan berbagai bentuk. Perlu dilakukan
penilaian tonsil yang mencakup ukuran, warna, permukaan, kripte melebar
atau tidak, dan apakah terdapat detritus atau tidak. Selain itu dapat teraba
pembesaran kelenjar getah bening sub mandibula, jugulo digastric, dan nyeri
pada penekanan.
Gambar 3. (A) Tonsillar hypertrophy grade-I tonsils. (B) Grade-II tonsils. (C) Grade-

III tonsils. (D) Grade-IV tonsils (“kissing tonsils”)

G. PEMERIKSAAN FISIK

Teknik pemeriksaan adalah pemeriksa menggunakan head lamp, lalu


pasien diminta untuk membuka mulutnya dan kemudian pemeriksa
menggunakan spatel menekan lidah ke bawah dan kemudian daerah faring dan
tonsil dapat dievaluasi.

1. Tonsilitis akut:
o Tonsil hipertrofik dengan ukuran ≥ T2.

o Hiperemis dan terdapat detritus di dalam kripti yang memenuhi


permukaan tonsil baik berbentuk folikel, lakuna, atau
pseudomembran. Bentuk tonsillitis akut dengan detritus yang jelas
disebut tonsilitis folikularis. Bila bercak- bercak detritus ini menjadi
satu, membentuk alur alur maka akan terjadi tonsilitis lakunaris.

o Bercak detritus ini dapat melebar sehingga terbentuk membran semu


(pseudomembran) yang menutupi ruang antara kedua tonsil sehingga
tampak menyempit. Temuan ini mengarahkan pada diagnosis banding
tonsilitis difteri.

o Palatum mole, arkus anterior dan arkus posterior juga tampak udem
dan hiperemis.

o Kelenjar limfe leher dapat membesar dan disertai nyeri tekan.

2. Tonsilitis kronik:
o Tampak tonsil membesar dengan permukaan yang tidak rata,
kriptus melebar dan berisi detritus.

o Pembesaran kelenjar limfe submandibula dan tonsil yang


mengalami perlengketan.

3. Tonsilitis difteri:

o Tampak tonsil membengkak ditutupi bercak putih kotor yang


makin lama makin meluas

o Tampak pseudomembran yang melekat erat pada dasar tonsil


sehingga bila diangkat akan mudah berdarah.

Berdasarkan rasio perbandingan tonsil dengan orofaring, dengan


mengukur jarak antara kedua pilar anterior dibandingkan dengan jarak
permukaan medial kedua tonsil, maka ukuran pembesaran tonsil dapat dibagi
menjadi:

1. T0: tonsil sudah diangkat.


2. T1: <25% volume tonsil dibandingkan dengan volume orofaring atau
batas medial tonsil melewati pilar anterior sampai ¼ jarak pilar anterior
uvula.

3. T2: 25-50% volume tonsil dibandingkan dengan volume orofaringatau


batas medial tonsil melewati ¼ jarak pilar anterior-uvula sampai ½ jarak
pilar anterior- uvula.

4. T3: 50-75% volume tonsil dibandingkan dengan volume orofaring atau


batas medial tonsil melewati ½ jarak pilar anterior-uvula sampai ¾ jarak
pilar anterior- uvula.
5. T4: > 75% volume tonsil dibandingkan dengan volume orofaring atau
batas medial tonsil melewati ¾ jarak pilar anterior-uvula sampai uvula
atau lebih.

Gambar 4. Interpretasi tonsil

H. PEMERIKSAAN PENUNJANG
 Darah lengkap
Untuk menunjang diagnosis, diperlukan pemeriksaan laboraturium
darah untuk melihat leukosit yang tinggi, sebagai tanda adanya proses
infeksi pada pasien tersebut.
 Swab tonsil untuk pemeriksaan mikroskop dengan pewarnaan Gram
Untuk mengetahui jenis bakteri yang menginfeksi pasien dan
mengetahui jenis antibiotik yang paling tepat untuk diberikan kepada
pasien, agar penatalaksanaan lebih adekuat.
I. DIAGNOSIS BANDING
 Infeksi mononukleosis (glandular fever)
Disebabkan oleh Epstein Barr Virus (EBV) dan sering terjadi pada
remaja. Pada pemeriksaan ditemukan hipertrofi tonsil dengan purulen dan
letargi dalam waktu lama. Demam 38-39oC. Simetris limfadenopati cervical,
bisa ditemukan brakikardi moderate, dan bisa ditemukan disfagia. Selain itu,
juga splenomegali.
 Scarlet fever
Disebabkan oleh infeksi streptococcus disertai dengan ruam
kemerahan kemudian dilanjutkan dengan proses deskuamasi. Pada lidah
terdapat lapisan putih disertai dengan papillae yang membesar (Strawberry
Tongue).
 Epiglotitis
Ada perubahan suara, nyeri tenggorokan hebat, disfagia berat, stridor,
hipersalivasi.
 Peritonsilar abses (Quinsy)
Timbul gejala seperti trismus, hot potato voice, uvula tidak ditengah
dan mengalami hipertrofi, edema daerah peritonsilar.
 Faringitis herpetik akut
Infeksi primer oleh herpes simpleks virus menyebabkan nyeri
tenggorokan akut, nyeri dari sedang hingga berat, dapat ditemukan
limfadenopati cervical, demam, dan ekstrudat, dapat ditemukan vesikel dan
ulkus dangkal di palatum dengan gingivastomatitis.
 Rhinosinusitis akut

Pruritus di mata, hidung, palatum, dan telinga, rhinorrhea, nyeri pada


wajah, bersin-bersin, dan batuk kering.

J. TATALAKSANA
 Medikamentosa
Tonsilitis akut yang disebabkan oleh virus dapat bersifat self-limiting
dengan pemulihan penuh selama lebih kurang 10 hari. Pengobatan digunakan
untuk mengatasi gejala yang timbul misalnya nyeri dan peradangan dengan
analgesik dan antipiretik first line terapi dengan paracetamol atau alternatif
dengan ibuprofen atau NSAID misalnya aspirin. Hindari penggunaan aspirin
untuk anak karena meningkatkan risiko Reye syndrome.
Bila tonsilitis disebabkan oleh infeksi bakteri terutama bakteri
streptococcus grup A beta hemolitik. Selain pengobatan simtomatik dengan
paracetamol atau alternatif NSAID dengan aspirin, juga digunakan antibiotik
oral spektrum luas antara lain first line penisilin V (phenoxymethyl penicilin)
untuk anak berat badan ≤ 27 kg adalah 250 mg oral 2 sampai 3 kali sehari
selama 10 hari, anak dengan berat badan >27 kg dan orang dewasa dosis 500
mg oral 2 sampai 3 kali sehari selama 10 hari. Bila alergi penisilin maka
digunakan golongan makrolid seperti azytromisin untuk anak 12 mg/kg oral 1
kali sehari selama 5 hari dosis maksimal 500 mg/kg sedangkan untuk dewasa
500 mg oral 1 kali sehari selama selama 5 hari atau eritromisin dosis untuk
anak 30-50 mg/kg/hari oral dibagi dosis setiap 6 jam selama 10 hari maksimal
2000 mg/hari sedangkan untuk dewasa 250-500 mg oral 4 kali sehari selama
10 hari.
Pilihan pertama dosis obat yang digunakan sebagai analgesik antara lain:
o Acetaminofen (paracetamol) untuk anak 10-15 mg/kg oral setiap 4-6 jam
bila perlu, dosis maksimal 75 mg/kg/hari serta untuk dewasa 325-1000
mg oral setiap 4-6 jam bila perlu dosis maksimal 4000 mg/hari
o Ibuprofen untuk anak 5-10 mg/kg oral setiap 6-8 jam bila perlu maksimal
40 mg/kg/hari sedangkan untuk dewasa 200-400 mg oral setiap 4-6 jam
bila perlu maksimal 2400 mg/hari
o Aspirin hanya untuk pasien dewasa dengan dosis 325-650 mg oral setiap
4-6 jam bila perlu maksimal 4000 mg/hari
o Naproxen hanya untuk pasien dewasa 250-500 mg oral setiap 12 jam
ketika diperlukan maksimal 1250 mg/hari
o Celecoxib hanya untuk pasien dewasa 100-200 mg oral 2 kali sehari bila
perlu

 Non Medikamentosa
1. Istirahat dan pemberian cairan yang adekuat untuk menghindari dehidrasi
2. Mempertahankan oral hygiene dengan menggunakan cairan kumur yang
mengandung desinfektan atau air garam hangat dengan komposisi
setengah sendok the garam dengan secangkir air hangat.
3. Konsumsi diet yang lunak
4. Hindari konsumsi minuman dingin dan makanan berminyak.

K. KOMPLIKASI DAN PROGNOSIS

Secara umum, tonsilitis akut dapat sembuh 2 sampai 4 hari tanpa


komplikasi dan berprognosis baik. Komplikasi yang jarang namun serius
setelah serangan tonsilitis streptokokus adalah glomerulonefritis dan
rheumatic fever yang kemudian dapat menyebabkan kardiomiopati dan
rheumatic-like joint pain. Terapi antibiotik segera dalam waktu 10 hari dengan
penisilin atau cefalosporin dapat mengurangi frekuensi terjadinya komplikasi
hingga 70%.Komplikasi kedua yang paling sering terjadi adalah abses
peritonsilar yang biasanya terjadi hanya pada satu sisi.

Dapat timbul mendengkur karena hipertrofi tonsil dan menyebabkan


pasien bernafas lewat mulut. Lebih berat lagi, dapat menyebabkan obstructive
sleep apnea syndrome (OSAS).
BAB III

PENUTUP

Tonsilitis merupakan penyakit infeksi yang menyerang tonsil. Penyebab


tonsilitis dapat berupa virus seperti Epstein Barr Virus (EBV), Haemofilus Influenza
dan Rhinovirus, bakteri seperti grup A streptococcus beta hemolitikus dan
pneumokokus. Penyakit ini biasanya menyerang anak atau remaja dengan gejala nyeri
tenggorok, nyeri menelan, demam tinggi, lesu, penurunan nafsu makan dan nyeri
telinga. Pada pemeriksaan fisik didapatkan tonsil yang hiperemis, bengkak dan
terdapat detritus.

Tonsilitis akut merupakan "self-limiting disease" yang berarti dapat sembuh


dengan sendirinya dengan atau tanpa medikasi selama 3 sampai 4 hari. Medikasi yang
diberikan harus sesuai dengan penyebab timbulnya tonsilitis, jika disebabkan virus
maka hanya diberikan terapi untuk mengurangi gejala dan jika disebabkan bakteri
maka diberikan antibiotik. Pengobatan non medikamentosa dapat diberikan seperti
menjaga oral hygiene dan mengurangi makanan berminyak. Oleh karena hal tersebut,
komplikasi dari tonsilitis akut jarang dan berprognosis baik.
DAFTAR PUSTAKA

Soepardi, EA. 2017. Faringitis,Tonsilitis, danHipertofi Adenoid. Bashiruddin J,


Iskandar N, Restuti RD, Soepardi EA. Buku Ajar Ilmu Kesehatan
Telinga,Hidung,Tenggorok,Kepala&Leher. Edisi 7. Jakarta: Badan Penerbit
Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.

Stelter, K. (2014). Tonsillitis and sore throat in children. GMS current topics in
otorhinolaryngology, head and neck surgery, 13. [Accessed: 23/03/19]

Okoye, E. L., Obiweluozor, C. J., Uba, B. O., & Odunukwe, F. N. Epidemiological


Survey of Tonsillitis Caused By Streptococcuspyogenesamong Children in
Awka Metropolis (A Case Study of Hospitals in Awka Community, Anambra
State). [Accessed: 23/03/19]

Cherian, M., John, L. J., Sreedharan, J., & Cherian, T. A. Acute tonsillitis in adults:
The bacteriological profile and antibiotic sensitivity pattern in Ajman, UAE.
[Accessed: 23/03/19]

Shah, U.K. (2017). Tonsillitis and peritonsillar abscess (Web Page). Medscape
Reference: Drugs & Diseases. New York, NY: WebMD LLC.
http://emedicine.medscape.com/article/871977-overview [Accessed: 20/03/19]
Primary Health of Qatar Ministry. (2018). Diagnosis and Management of tonsillitis in
adults and children. https://www.moph.gov.qa/health
strategies/Documents/Guidelines/MOPH%20Guideline%20-%20Tonsillitis
%20v1-1%20FINAL.pdf [Accessed 20/03/2019]

Anda mungkin juga menyukai