TONSILITIS AKUT
DISUSUN OLEH :
PENDAHULUAN
Tonsilitis adalah proses inflamasi pada tonsil akibat dari adanya infeksi yang
paling sering disebabkan oleh virus atau bakteri. Jika penyebabnya adalah bakteri
seperti bakteri streptokokus beta hemolitikus grup A maka disebut sebagai "strep
throat". Penyakit ini bersifat "self-limiting disease" yang berarti dapat sembuh sendiri
dengan atau tanpa medikasi. Sebanyak 40% kasus dapat sembuh dalam waktu 3 hari.
Infeksi tonsilitis akut lebih banyak terjadi pada anak-anak usia 5 sampai 15
tahun karena belum terbentuknya sistem imun tubuh dengan baik. Patogen penyebab
infeksi tersering pada dewasa adalah streptokokus beta hemolitikus seperti yang
dilaporkan pada suatu penelitian dengan responden 257 laki-laki muda.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Tonsil terdiri dari tonsil lingual, tonsil faringeal (adenoid) dan tonsil
palatina. Tonsil palatina merupakan sepasang massa jaringan lunak di bagian
belakang faring. Terdapat sebuah tonsil palatina pada tiap sisi. Tiap tonsil
merupakan jaringan limfoid yang dilapisi epitel respirasi yang berinvaginasi
dan membentuk kripta. Tonsil merupakan bagian dari sistem limfatik yang
berperan dalam imunitas, bersama dengan tonsil lingual dan tonsil palatina
membentuk cincin waldeyer selaku agregat limfoid pertama pada saluran
aerodigestif. Tonsil akan menghasilkan limfosit dan aktif mensintesis
imunoglobulin saat terjadinya infeksi di tubuh. Tonsil akan membengkak saat
berespon terhadao infeksi.
C. ETIOLOGI
Tonsillitis akut dapat disebabkan oleh virus maupun bakteri. Tonsillitis
virus paling sering disebabkan oleh virus Epstein Barr, Hemofilus influenza,
dan Coxschakie virus. Sedangkan tonsillitis bacterial paling sering disebabkan
oleh Streptokokus β hemolitikus grup A yang dikenal sebagai stept throat,
pneumokokus, Streptokokus viridans dan Streptokokus piogenes.
D. PATOFISIOLOGI
Tonsillitis mengenai tonsil palatina yang merupakan bagian dari cincin
Waldeyer. Cincin Waldeyer terdiri atas susunan kelenjar limfa yang terdapat di
dalam rongga mulut yaitu: tonsil faringeal (adenoid), tonsil palatine (tonsil
faucial), tonsil lingual (tonsil pangkallidah), tonsil tuba Eustachius (lateral
band dinding faring/ Gerlach’s tonsil). Penyebaran infeksi melalui udara (air
borne droplets), tangan dan ciuman. Dapat terjadi pada semua umur, terutama
pada anak.
Gambar 2. Cincin Waldeyer
E. KLASIFIKASI
1. Tonsilitis Viral
2. Tonsilitis Bakterial
Radang akut tonsil dapat disebabkan kuman grup A stereptococcus
beta hemoliticus yang dikenal sebagai strept throat, pneumococcus,
streptococcus viridian dan streptococcus piogenes. Infiltrasi bakteri pada
lapisan epitel jaringan tonsil akan menimbulkan reaksi radang berupa
keluarnya leukosit polimorfonuklear sehingga terbentuk dedritus. Detritus
merupakan kumpulan leukosit, bakteri yang mati dan epitel yang terlepas.
Secara klinis dedritus ini mengisi kriptus tonsil dan tampak sebagai bercak
kuning.
F. ANAMNESIS
Tonsilitis akut lebih sering ditemukan pada anak dan remaja. Masa
inkubasi penyakit ini selama 2-4 hari. Gejala yang mungkin muncul berupa
nyeri tenggorok, nyeri menelan, demam tinggi, lesu, penurunan nafsu makan,
dan nyeri di telinga sebagai nyeri alih melalui nervus glosifaringeus. Terasa
ada yang mengganjal di tenggorokan, tenggorokan terasa kering dan napas
yang berbau juga dapat ditemukan. Pada anak-anak terkadang disertai
drooling (air liur menetes keluar) karena terdapat sakit menelan dan susah
makan.
Lebih berat lagi dapat timbul tanda-tanda obsturksi jalan nafas yang
tampak dengan berhentinya nafas atau mendengkur saat tidur. Gejala biasanya
membaik dalam 3-4 hari, namun dapat menetap hingga 2 minggu. Suara serak
juga dapat terjadi pada infeksi yang lebih parah seperti supraglottitis, dan
epiglottitis.
Pada pemeriksaan fisik dapat ditemukan pembengkakan tonsil,
hiperemis dan terdapat detritus dengan berbagai bentuk. Perlu dilakukan
penilaian tonsil yang mencakup ukuran, warna, permukaan, kripte melebar
atau tidak, dan apakah terdapat detritus atau tidak. Selain itu dapat teraba
pembesaran kelenjar getah bening sub mandibula, jugulo digastric, dan nyeri
pada penekanan.
Gambar 3. (A) Tonsillar hypertrophy grade-I tonsils. (B) Grade-II tonsils. (C) Grade-
G. PEMERIKSAAN FISIK
1. Tonsilitis akut:
o Tonsil hipertrofik dengan ukuran ≥ T2.
o Palatum mole, arkus anterior dan arkus posterior juga tampak udem
dan hiperemis.
2. Tonsilitis kronik:
o Tampak tonsil membesar dengan permukaan yang tidak rata,
kriptus melebar dan berisi detritus.
3. Tonsilitis difteri:
H. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Darah lengkap
Untuk menunjang diagnosis, diperlukan pemeriksaan laboraturium
darah untuk melihat leukosit yang tinggi, sebagai tanda adanya proses
infeksi pada pasien tersebut.
Swab tonsil untuk pemeriksaan mikroskop dengan pewarnaan Gram
Untuk mengetahui jenis bakteri yang menginfeksi pasien dan
mengetahui jenis antibiotik yang paling tepat untuk diberikan kepada
pasien, agar penatalaksanaan lebih adekuat.
I. DIAGNOSIS BANDING
Infeksi mononukleosis (glandular fever)
Disebabkan oleh Epstein Barr Virus (EBV) dan sering terjadi pada
remaja. Pada pemeriksaan ditemukan hipertrofi tonsil dengan purulen dan
letargi dalam waktu lama. Demam 38-39oC. Simetris limfadenopati cervical,
bisa ditemukan brakikardi moderate, dan bisa ditemukan disfagia. Selain itu,
juga splenomegali.
Scarlet fever
Disebabkan oleh infeksi streptococcus disertai dengan ruam
kemerahan kemudian dilanjutkan dengan proses deskuamasi. Pada lidah
terdapat lapisan putih disertai dengan papillae yang membesar (Strawberry
Tongue).
Epiglotitis
Ada perubahan suara, nyeri tenggorokan hebat, disfagia berat, stridor,
hipersalivasi.
Peritonsilar abses (Quinsy)
Timbul gejala seperti trismus, hot potato voice, uvula tidak ditengah
dan mengalami hipertrofi, edema daerah peritonsilar.
Faringitis herpetik akut
Infeksi primer oleh herpes simpleks virus menyebabkan nyeri
tenggorokan akut, nyeri dari sedang hingga berat, dapat ditemukan
limfadenopati cervical, demam, dan ekstrudat, dapat ditemukan vesikel dan
ulkus dangkal di palatum dengan gingivastomatitis.
Rhinosinusitis akut
J. TATALAKSANA
Medikamentosa
Tonsilitis akut yang disebabkan oleh virus dapat bersifat self-limiting
dengan pemulihan penuh selama lebih kurang 10 hari. Pengobatan digunakan
untuk mengatasi gejala yang timbul misalnya nyeri dan peradangan dengan
analgesik dan antipiretik first line terapi dengan paracetamol atau alternatif
dengan ibuprofen atau NSAID misalnya aspirin. Hindari penggunaan aspirin
untuk anak karena meningkatkan risiko Reye syndrome.
Bila tonsilitis disebabkan oleh infeksi bakteri terutama bakteri
streptococcus grup A beta hemolitik. Selain pengobatan simtomatik dengan
paracetamol atau alternatif NSAID dengan aspirin, juga digunakan antibiotik
oral spektrum luas antara lain first line penisilin V (phenoxymethyl penicilin)
untuk anak berat badan ≤ 27 kg adalah 250 mg oral 2 sampai 3 kali sehari
selama 10 hari, anak dengan berat badan >27 kg dan orang dewasa dosis 500
mg oral 2 sampai 3 kali sehari selama 10 hari. Bila alergi penisilin maka
digunakan golongan makrolid seperti azytromisin untuk anak 12 mg/kg oral 1
kali sehari selama 5 hari dosis maksimal 500 mg/kg sedangkan untuk dewasa
500 mg oral 1 kali sehari selama selama 5 hari atau eritromisin dosis untuk
anak 30-50 mg/kg/hari oral dibagi dosis setiap 6 jam selama 10 hari maksimal
2000 mg/hari sedangkan untuk dewasa 250-500 mg oral 4 kali sehari selama
10 hari.
Pilihan pertama dosis obat yang digunakan sebagai analgesik antara lain:
o Acetaminofen (paracetamol) untuk anak 10-15 mg/kg oral setiap 4-6 jam
bila perlu, dosis maksimal 75 mg/kg/hari serta untuk dewasa 325-1000
mg oral setiap 4-6 jam bila perlu dosis maksimal 4000 mg/hari
o Ibuprofen untuk anak 5-10 mg/kg oral setiap 6-8 jam bila perlu maksimal
40 mg/kg/hari sedangkan untuk dewasa 200-400 mg oral setiap 4-6 jam
bila perlu maksimal 2400 mg/hari
o Aspirin hanya untuk pasien dewasa dengan dosis 325-650 mg oral setiap
4-6 jam bila perlu maksimal 4000 mg/hari
o Naproxen hanya untuk pasien dewasa 250-500 mg oral setiap 12 jam
ketika diperlukan maksimal 1250 mg/hari
o Celecoxib hanya untuk pasien dewasa 100-200 mg oral 2 kali sehari bila
perlu
Non Medikamentosa
1. Istirahat dan pemberian cairan yang adekuat untuk menghindari dehidrasi
2. Mempertahankan oral hygiene dengan menggunakan cairan kumur yang
mengandung desinfektan atau air garam hangat dengan komposisi
setengah sendok the garam dengan secangkir air hangat.
3. Konsumsi diet yang lunak
4. Hindari konsumsi minuman dingin dan makanan berminyak.
PENUTUP
Stelter, K. (2014). Tonsillitis and sore throat in children. GMS current topics in
otorhinolaryngology, head and neck surgery, 13. [Accessed: 23/03/19]
Cherian, M., John, L. J., Sreedharan, J., & Cherian, T. A. Acute tonsillitis in adults:
The bacteriological profile and antibiotic sensitivity pattern in Ajman, UAE.
[Accessed: 23/03/19]
Shah, U.K. (2017). Tonsillitis and peritonsillar abscess (Web Page). Medscape
Reference: Drugs & Diseases. New York, NY: WebMD LLC.
http://emedicine.medscape.com/article/871977-overview [Accessed: 20/03/19]
Primary Health of Qatar Ministry. (2018). Diagnosis and Management of tonsillitis in
adults and children. https://www.moph.gov.qa/health
strategies/Documents/Guidelines/MOPH%20Guideline%20-%20Tonsillitis
%20v1-1%20FINAL.pdf [Accessed 20/03/2019]