Anda di halaman 1dari 21

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Tonsillitis adalah peradangan tonsil palatina yang merupakan bagian dari


cincin Waldayer. Cincin Waldayer terdiri atas susunan kelenjar limfa yang
terdapat di dalam rongga mulut yaitu: tonsil faringeal (adenoid), tonsil palatina
(tonsil faucial), tonsil lingual (tonsil pangkal lidah), tonsil tuba eustachius (lateral
band dinding faring/ Gerlach’s tonsil). Penyebaran infeksi melalui udara (air
borne droplets), tangan, dan ciuman. Dapat terjadi pada semua umur, terutama
pada anak.1

Peradangan pada tonsil dapat disebabkan oleh bakteri atau virus, termasuk
strain bakteri streptokokus, adenovirus, virus influenza, virus Epstein-Barr,
enterovirus, dan virus herpes simplex. Salah satu penyebab paling sering pada
tonsilitis adalah bakteri grup A Streptococcus beta hemolitik (GABHS), 30% dari
tonsilitis anak dan 10% kasus dewasa dan juga merupakan penyebab radang
tenggorokan. 1

Tonsilitis kronik merupakan peradangan pada tonsil yang persisten yang


berpotensi membentuk formasi batu tonsil. Terdapat referensi yang
menghubungkan antara nyeri tenggorokan yang memiliki durasi 3 bulan dengan
kejadian tonsilitis kronik. Tonsilitis kronis merupakan salah satu penyakit yang
paling umum dari daerah oral dan ditemukan terutama di kelompok usia muda.
Kondisi ini karena peradangan kronis pada tonsil. Data dalam literatur
menggambarkan tonsilitis kronis klinis didefinisikan oleh kehadiran infeksi
berulang dan obstruksi saluran napas bagian atas karena peningkatan volume
tonsil. Kondisi ini mungkin memiliki dampak sistemik, terutama ketika dengan
adanya gejala seperti demam berulang, odynophagia, sulit menelan, halitosis dan
limfadenopati servikal dan submandibula. 1

Faktor predisposisi timbulnya tonsillitis kronik ialah rangsangan yang


menahun dari rokok, beberapa jenis makanan, hygiene mulut yang buruk,
pengaruh cuaca, kelelahan fisik dan pengobatan tonsillitis akut yang tidak
1
adekuat. Pada referat ini akan dibahas mengenai Tonsilitis kronis beserta
penanganannya.
BAB II

PEMBAHASAN

1.2. Anatomi Tonsil

Tonsil adalah massa yang terdiri dari jaringan limfoid dan ditunjang oleh
jaringan ikat dengan kriptus didalamnya. Terdapat tiga macam tonsil yaitu
tonsila faringeal (adenoid), tonsil palatina dan tonsila lingual yang ketiga-
tiganya membentuk lingkaran yang disebut cincin Waldeyer. Tonsil palatina
yang biasanya disebut tonsil saja terletak didalam fossa tonsil. Pada kutub
atas tonsil sering kali ditemukan celah intratonsil yang merupakan sisa
kantong pharynx yang kedua. Kutub bawah tonsil biasanya melekat pada
dasar lidah. Tonsil faringeal dalam kapsulnya terletak pada mukosa dinding
lateral rongga mulut. Di depan tonsil, arkus faring anterior disusun oleh otot
palatoglosus, dan dibelakang dari arkus faring posterior disusun oleh otot
palatofaringeus.2

Gambar 1. Anatomi tonsil


Gambar 2. Cincin Waldayer

Permukaan medial tonsil bentuknya beraneka ragam dan mempunyai celah


yang disebut kriptus. Epitel yang melapisi tonsil ialah epitel skuamosa yang
juga meliputi kriptus. Didalam kriptus biasanya ditemukan leukosit, limfosit,
epitel yang terlepas, bakteri dan sisa makanan. Permukaan lateral tonsil
melekat pada fasia pharynx yang sering juga disebut kapsul tonsil. Kapsul ini
tidak melekat erat pada otot pharynx, sehingga mudah dilakukan diseksi pada
tonsilektomi. 2

Gambar 4. Kripta Tonsil


Tonsil mendapat darah dari arteri palatina minor, arteri palatine asendens,
cabang tonsil arteri maksila eksterna, arteri pharynx asendens dan arteri
lingualis dorsal. Tonsil lingual terletak di dasar lidah dan dibagi menjadi dua
oleh ligamentum glosoepiglotica. Di garis tengah, di sebelah anterior massa
ini terdapat foramen sekum pada apeks, yaitu sudut yang terbentuk oleh
papilla sirkum valata. Tempat ini kadang-kadang menunjukkan penjalaran
duktus tiroglossus dan secara klinik merupakan tempat penting bila ada massa
tiroid lingual (lingual thyroid) dan kista duktus tiroglosus.1 Vena-vena
menembus m.constrictor pharyngeus superior dan bergabung dengan vena
palatine eksterna, vena pharyngealis, atau vena facialis. Aliran limfe
pembuluhpembuluh limfe bergabung dengan nodi lymphoidei profundi.
Nodus yang terpenting dari kelompok ini adalah nodus jugulodigastricus,
yang terletak di bawah dan belakang angulus mandibulae. 2

Gambar 3. Vaskularisasi Tonsil


1.3. Fungsi Tonsil 2

Tonsil berperan sebagai pertahanan untuk menjaga terhadap penyusup asing


seperti virus, bakteri, dan antigen lain yang masuk melalui inhalasi dan
tertelan. Ada dua mekanisme:

a. Memberikan kekebalan lokal.

b. Menyediakan mekanisme pengawasan sehingga seluruh tubuh berada


dalam keadaan siap untuk pertahanan.

Kedua mekanisme ini dioperasikan melalui imunitas humoral dan imunitas


seluler.

1. Kekebalan lokal. Tonsil dan kelenjar gondok dilapisi oleh epitel


skuamosa, luas permukaan semakin meningkat oleh beberapa kripta tonsil
dan lipatan adenoid. Epitel ini khusus dan mengandung sel-M,
pemrosesan antigen sel dan mikropori. Melalui sel-sel ini bahan antigenik
dibawa ke limfoid subepitel yang terletak di folikel. Folikel memiliki
pusat germinal yang kaya akan sel B dan zona mantel yang kaya akan
limfosit besar. Sel B saat distimulasi berubah menjadi sel plasma dan
menghasilkan antibodi. Bakteri dan virus juga difagositosis oleh
makrofag dan dimusnahkan. Antigen dosis rendah dan infeksi kronis
ditangani dengan cara ini. 2

2. Mekanisme pengawasan. Mekanisme ini mengidentifikasi penyusup dan


mengingatkan kemampuan tubuh untuk respons yang lebih luas. Jika
dosis antigennya adalah tinggi, sel-B di pusat germinal berproliferasi dan
mengalami hiperplasia dan juga masuk ke aliran darah. Kompleks sistem
kekebalan ikut bermain dengan pemrosesan antigen sel, sel memori, sel
dendritik, makrofag, T-helper dan sel T-supressor. Antibodi diproduksi
oleh plasma sel menyiapkan antigen untuk difagositosis oleh neutrophil
dan fagosit lainnya. Antibodi juga melekat pada makrofag untuk
meningkatkan kemampuan menangkap antigen. 2
Tonsil paling aktif dari usia 4 hingga 10 tahun. Involusi dimulai setelah
pubertas yang mengakibatkan penurunan produksi sel-B dan peningkatan
relatif dalam rasio sel T ke B. Ada anggapan umum bahwa penghapusan
tonsil dan kelenjar gondok akan merusak integritas kekebalan tubuh dan
membuat pasien rentan terhadap virus polio atau meningkatkan kejadian
penyakit Hodgkin di dalamnya. Ini belum dibuktikan secara klinis dan
penelitian epidemiologis. Penghapusan tonsil dan adenoid juga tidak
berpengaruh terhadap fungsi pengawasan kekebalan umum. Tonsil dan
adenoid, bagaimanapun, hanya boleh dihapus pada indikasi spesifik. 2

1.4. Definisi Tonsilitis

Tonsillitis adalah peradangan tonsil palatina yang merupakan bagian dari


cincin Waldayer. Cincin Waldayer terdiri atas susunan kelenjar limfa yang
terdapat di dalam rongga mulut yaitu: tonsil faringeal (adenoid), tonsil
palatina (tonsil faucial), tonsil lingual (tonsil pangkal lidah), tonsil tuba
eustachius (lateral band dinding faring/ Gerlach’s tonsil). Penyebaran infeksi
melalui udara (air borne droplets), tangan, dan ciuman. Dapat terjadi pada
semua umur, terutama pada anak. 1

1.5. Klasifikasi Tonsilitis 1

1) Tonsillitis akut

Tonsil terdiri dari epitel permukaan yang kontinu dengan lapisan


orofaringeal, kripta yang merupakan invaginasi seperti tabung dari
permukaan epitel dan jaringan limfoid. Infeksi akut tonsil dapat
melibatkan komponen-komponen ini dan karenanya tergolong sebagai:

- Tonsilitis catarrhal akut atau superfisial, tonsillitis yang termasuk bagian


dari faringitis dan sebagian besar terlihat pada infeksi viral.

- Tonsillitis folikular akut. Infeksi menyebar ke kripta yang menjadi penuh


dengan bahan purulen, menyebabkan kripta mempunyai bintik kekuningan
- Tonsillitis parenchymatous akut. Di sini substansi tonsil ikut terpengaruh.
Tonsil membesar dan berwarna seragam.

- Tonsillitis membran akut. Ini adalah tahap lanjut dari tonsilitis folikular
akut saat eksudasi dari kripta menyatu untuk membentuk membran di
permukaan tonsil.

a. Tonsillitis viral

Gejala tonsillitis viral lebih menyerupai common cold yang disertai


rasa nyeri tenggorok. Penyebab yang paling sering adalah virus
Epstein Barr. Hemofilus influenza merupakan penyebab tonsillitis
akut supuratif. Jika terjadi infeksi coxschakie, maka pada pemeriksaan
rongga mulut akan tampak luka-luka kecil pada palatum dan tonsil
yang sangat nyeri dirasakan pasien. 1

b. Tonsillitis bakterial

Radang akut tonsil dapat disebabkan kuman grup A Streptokokus β


hemolitikus yang dikenal sebagai strept throat, pneumokokus,
Streptokokus viridans dan Streptokokus piogens. Infiltrasi bakteri
pada lapisan epitel jaringan tonsil akan menimbulkan reaksi radang
berupa keluarnya leukosit polimorfonuklear sehingga terbentuk
detritus. Detritus merupakan kumpulan leukosit, bakteri yang mati dan
epitel yang terlepas. Secara klinis detritus ini mengisi kriptus tonsil
dan tampak sebagai bercak kuning. 1

Bentuk tonsilitis akut dengan detritus yang jelas disebut tonsillitis


folikularis. Bila bercak-bercak detritus ini menjadi satu, membentuk
alur-alur maka akan terjadi tonsillitis lakunaris. Bercak detritus juga
dapat melebar sehingga terbentuk semacam membran semu
(pseudomembran) yang menutup tonsil. 1

Masa inkubasi 2-4 hari. Gejala dan tanda yang sering ditemukan
adalah nyeri tenggorok dan nyeri waktu menelan, demam dengan suhu
tubuh yang tinggi, rasa lesu, rasa nyeri di sendi-sendi, tidak nafsu
makan dan rasa nyeri di telinga (otalgia). Rasa nyeri di telinga
merupakan nyeri alih melalui saraf n. glosofaringeus (N.IX). Pada
pemeriksaan tampak tonsil membengkak, hiperemis, dan terdapat
detritus berbentuk folikel, lacuna, atau tertutup oleh pseudomembran.
Kelenjar submandibular membengkak dan nyeri tekan. 1

Gambar 4. Tonsilitis folikularis

Komplikasi pada anak ialah sering menimbulkan komplikasi otitis


media akut, sinusitis, abses peritonsilar (Quincy throat), abses
parafaring, bronchitis, glomerulonephritis akut, miokarditis, artritis
serta septikemia akibat infeksi v. jugularis interna (sindrom
Lemierre).1

Akibat hipertrofi tonsil akan menyebabkan pasien bernapas melalui


mulut, tidur mendengkur (ngorok), gangguan tidur karena terjadinya
sleep apnea. 1

2) Tonsillitis membranosa

a. Tonsillitis difteri
Penyebab tonsillitis difteri adalah Corynebacterium diphteriae,
kuman yang termasuk gram positif dan hidup di saluran pernapasan
atas yaitu, hidung, faring, dan laring. Tidak semua orang yang
terinfeksi oleh kuman ini akan menjadi sakit. Keadaan ini tergntung
pada titer anti toksin dalam darah seseorang. Titer anti toksin sebesar
0,03/cc darah dapat dianggap cukup memberikan dasar imunitas. Hal
inilah yang dipakai pada tes Schick. 1

Gambaran klinik dibagi dalam 3 golongan yaitu gejala umum,


gejala lokal dan gejala akibat eksotoksin. 1

- Gejala umum seperti juga gejala infeksi lainnya yaitu, kenaikan


suhu tubuh biasanya subfebris, nyeri kepala, tidak nafsu makan,
badan lemah, nadi lambat serta keluhan nyeri menelan.

- Gejala lokal yang tampak berupa tonsil membengkak ditutupi


bercak putih kotor yang makin lama makin luas dan bersatu
membentuk membran semu. Membran ini dapat meluas ke
palatum mole, uvula, nasofaring, laring, trakea dan bronkus dan
dapat menyumbat saluran napas. Pada perkembangan penyakit ini
bila infeksinya berjalan terus, kelenjar limfa leher akan
membengkak sedemikian besarnya sehingga leher menyerupai
leher sapi (bull neck) atau disebut juga Burgermeester’s hals.

- Gejala akibat eksotoksin yang dikeluarkan oleh kuman difteri ini


akan menimbulkan kerusakan jaringan tubuh yaitu pada jantung
yang dapat mengakibatkan miokarditis sampai decompensation
cordis, mengenai saraf kranial menyebabkan kelumpuhan otot
palatum dan otot-otot pernapasan dan pada ginjal menimbulkan
albuminuria.
Gambar 5. Tonsilitis difteri

b. Tonsillitis septik

Penyebab dari tonsillitis septik adalah Streptokokkus hemolitikus


yang terdapat dalam susu sapi sehingga dapat timbul epidemi. 1

c. Angina Plaut Vincent (stomatitis ulsero membranosa)

Penyebab penyakit ini adalah bakteri spirochaeta atau treponema


yang didapatkan pada penderita dengan higiene mulut yang kurang
dan defisiensi vitamin C. 1
Gejala yang ditemukan adalah demam sampai 39°C, nyeri kepala,
badan lemah dan kadang-kadang terdapat gangguan pencernaan. Rasa
nyeri di mulut, hipersalivasi, gigi dan gusi mudah berdarah. 1

d. Penyakit kelainan darah

Tidak jarang tanda pertama leukemia akut, angina agranulositosis


dan infeksi mononucleosis timbul di faring atau tonsil yang tertutup
membran semu. Kadang-kadang terdapat perdarahan di selaput lendir
mulut dan faring serta pembesaran kelenjar submandibular. 1

- Leukemia akut

Gejala pertama sering berupa epistaksis, perdarahan di mukosa


mulut, gusi dan di bawah kulit sehingga kulit tampak bercak
kebiruan. Tonsil membengkak ditutupi membrane semu tetapi
tidak hiperemis dan rasa nyeri hebat di tenggorok. 1

- Angina agranulositosis

Penyebabnya adalah keracunan obat dari golongan amidopirin,


sulfa, dan arsen. Pada pemeriksaan tampak ulkus di mukosa mulut
dan faring serta di sekitar ulkus tampak gejala radang. Ulkus ini
juga dapat ditemukan di genitalia dan saluran cerna. 1

- Infeksi mononukleosis

Pada penyakit ini terjadi tonsilofaringitis ulsero membranosa


bilateral. Membrane semu menutupi ulkus mudah diangkat tanpa
timbul perdarahan. Terdapat pembesaran kelenjar limfa leher,
ketiak, dan region inguinal. Gambaran darah khas yaitu terdapat
leukosit mononukleus dalam jumlah besar. Tanda khas yang lain
adalah kemampuan serum pasien untuk beraglutinasi terhadap sel
darah merah domba (reaksi Paul Bunnel). 1

3) Tonsillitis kronik
Faktor presposisi timbulnya tonsillitis kronik adalah rangsangan
yang menahun dari rokok, beberapa jenis makanan, higiene mulut yang
buruk, pengaruh cuaca, kelelahan fisik, dan pengobatan tonsillitis akut
yang tidak adekuat. Kuman penyebabnya sama dengan tonsillitis akut
tetapi kadang-kadang kuman berubah menjadi kuman golongan gram
negatif. 1

Karena proses radang berulang yang timbul maka selain epitel


mukosa, jaringan limfoid juga terkikis, sehingga pada proses
penyembuhan jaringan limfoid digantikan oleh jaringan parut yang akan
mengalami pengerutan sehingga kripta tampak melebar. Secara klinik
kripta diisi oleh detritus. Proses berjalan terus sehingga menembus kapsul
tonsil dan akhirnya menimbulkan perlekatan dengan jaringan di sekitar
fosa tonsilaris. Pada anak proses ini disertai pembesaran kelenjar limfa
submandibular. 1

Jenis-jenis tonsillitis kronik 2

- Tonsillitis folikel kronis. Di sini, kripta tonsil penuh bahan cheesy yang
terinfeksi yang menunjukkan di permukaan sebagai bintik kekuningan.

- Tonsillitis parenkimatosa kronis. Ada hyperplasia dari jaringan limfoid.


Tonsil sangat membesar dan dapat mengganggu bicara, deglutisi dan
respirasi. Serangan sleep apnea dapat terjadi. Kasus lama
mengembangkan fitur cor pulmonale.

- Tonsillitis fibroid kronis. Tonsil kecil tetapi terinfeksi, dengan riwayat


sakit tenggorokan berulang.
Gambar 6. Tonsilitis Parenkimatosa Kronik

1.6. Diagnosis

1) Gejala dan Tanda Klinis

Gejala
termasuk

ketidaknyamanan di tenggorokan, serangan berulang sakit tenggorokan, rasa


tidak nyaman (cacagus) dan bau tidak sedap di mulut (mulut berbau).
Terkadang terjadi kesulitan dalam menelan dan mengubah suaranya. Pada
pemeriksaan, tonsil mungkin tampak hipertrofi dan menonjol keluar dari
pilar. 3
Ini sangat padat, mulut kripta tampak terbuka dimana epitel puing-puing
dapat diperas pada tekanan. Pilar anterior bersifat hiperemik. Terkadang
gejala sakit tenggorokan dan disfagia adalah terkait dengan tonsil fibrotik
kecil (tonsilitis fibrotik kronis). Pembesaran kelenjar getah bening
jugulodigastrik adalah penting tanda infeksi tonsil. 3

Diagnosis didasarkan pada riwayat serangan berulang-ulang berupa sakit


tenggorokan atau akut radang tonsil, terkait dengan gejala disfagia dan
ketidaknyamanan. Gejala-gejala ini jika terlihat dengan tonsil yang
membesar, pilar hiperemik dan pembesaran nodus leher, diagnosis tonsilitis
kronis dipertimbangkan dengan baik. 3

2) Pemeriksaan Fisik 2

a. Tonsil dapat menunjukkan tingkat pembesaran yang bervariasi.


Terkadang mereka bertemu di garis tengah (parenkim kronis
mengetik).

b. Mungkin ada butiran nan kekuningan pada permukaan medial dari


tonsil (tipe folikel kronis).

c. Tonsil kecil tetapi tekanan pada pilar anterior mengekspresikan frank


nanah atau bahan keju (fibroid kronis mengetik).

d. Pembilasan pilar anterior dibandingkan dengan sisa mukosa faring


adalah tanda penting dari tonsil kronis infeksi.

e. Pembesaran kelenjar getah bening jugulodigastrik adalah yang andal


tanda tonsilitis kronis. Selama serangan akut, kelenjar getah bening
memperbesar lebih lanjut dan menjadi lembut.

1.7. Tatalaksana

Seperti yang sudah disebutkan, infeksi pada hidung dan sinus paranasal
membentuk yang paling penting faktor yang menyebabkan kronis atau
berulang infeksi tonsil. Tatalaksana yang dapat diberikan adalah antibiotik,
dekongestan, mukolitik, mukokinetik dan antihistaminik serta manajemen
bedah seperti septoplasti untuk hidung yang menyimpang septum, pencucian
antral, pengangkatan hidung polypi jika ada, dll. dapat mengurangi atau
sebenarnya mencegah infeksi tonsil lebih lanjut. 3

Jika langkah-langkah di atas gagal dan pasien terus mengalami serangan


berulang tonsilitis, operasi pengangkatan tonsil (tonsilektomi) mungkin
diperlukan. 3

1.8. Tonsilektomi

Tonsilektomi didefinisikan sebagai prosedur bedah yang dilakukan dengan


atau tanpa adenoidektomi yang menghilangkan tonsil, termasuk kapsulnya,
dengan membedah ruang peritonsillar antara kapsul tonsil dan dinding otot. 4

a. Indikasi Mutlak 3:

1. Tonsil yang hipertrofi menyebabkan obstruktif gejala seperti sleep apnea


obstruktif.

2. Dugaan keganasan

3. Lebih dari satu serangan peritonsillar abses

4. Tonsilitis yang menyebabkan kejang demam

5. Perdarahan tonsil persisten atau berulang.

b. Indikasi relative 3

1. Infeksi tonsil akut berulang lebih dari enam kali per tahun atau lebih dari
lima kali per tahun selama dua tahun berturut-turut.

2. Kasus dengan pembesaran kelenjar getah bening regional kronis yang


berhubungan dengan sakit tenggorokan.

3. Tonsilektomi diindikasikan saat infeksi tonsil sedang menimbulkan efek


sekunder pada organ lain. Demam rematik dan glomerulonefritis akut
berkembang sebagai antibodi antigen reaksi terhadap infeksi streptokokus.
Meskipun tonsilektomi tidak membantu penyakit jantung rematik atau
nefritis, serangan berulang bisa dicegah dengan tonsilektomi. Namun,
dalam kasus seperti itu sebelum melakukan tonsilektomi seharusnya tidak
ada bukti infeksi tenggorokan aktif.

4. Ditemukan kuman bakteri difteri dan Streptococcus haemolyticus yang


dibuktikan dengan pemeriksaan swab tenggorokan, yang merupakan
sumber potensial infeksi.

5. Kesulitan makan atau menelan

6. Failure to thrive

7. Halitosis

c. Kontraindikasi Tonsilektomi 3

1. Tonsilektomi tidak boleh dilakukan selama epidemi polio karena ada risiko
tinggi tertular poliomyelitis bulbar.

2. Kelainan darah seperti purpura, aplastic anemia, perdarahan dan defek


koagulasi.

3. Kasus penyakit sistemik yang tidak terkontrol seperti diabetes.

4. Operasi tonsil jangan dilakukan selama atau segera setelah serangan


infeksi atau ketika anak baru saja terpapar untuk penyakit menular seperti
campak.

5. Tonsilektomi tidak dilakukan saat menstruasi atau selama kehamilan.

- Metode Tonsilektomi

Pembedahan umumnya dilakukan secara general anestesi, tetapi dapat


dilakukan di bawah lokal anestesi juga. Metode diseksi adalah prosedur
pilihan untuk operasi tonsil. Guillotine tonsillectomy tidak disukai saat ini.
Meskipun metode ini lebih cepat di tangan ahli tetapi itu tidak cocok untuk
kasus dengan berlebihan dan tidak memberikan fibrosis yang efektif kontrol
untuk pendarahan. Metode diseksi memungkinkan lengkap pengangkatan
jaringan tonsil secara langsung penglihatan. Titik-titik pendarahan diikat
dengan benar. 3

Berikut ini adalah langkah-langkah operasi 3:

1. Setelah pasien ditempatkan dalam posisi Rose, mouth gag Davis Boyle
digunakan untuk membuka mulut dan menarik lidah. Tonsil ditangkap di
kutub atas oleh a tonsil memegang tang dan diregangkan secara medial.

2. Sayatan dibuat di mukosa pilar anterior di kutub atasnya meneruskan ke


tonsil.

3. Dengan disector atau gunting, tiang atas tonsil dipisahkan dari pilar
anterior dan posterior.

4. Disector memisahkan tonsil dengan kapsulnya

5. Diseksi dilanjutkan ke kutub bawah.

6. Snare tonsil dilewatkan di sekitar gagang bunga dan ditutup. Itu


menghancurkan dan memotong melalui gagang bunga dan tonsil didapat
terpisah.

7. Fosa tonsil dikemas untuk beberapa menit untuk menghentikan darah yang
mengalir.

8. Titik-titik perdarahan yang menonjol diidentifikasi dan diikat atau dibakar


dan prosedurnya Diulangi di sisi lain.

- Perawatan Pasca Operasi

Minuman dingin dan diet lunak diresepkan untuk beberapa hari awal.
Analgesik diberikan untuk rasa sakit. Antiseptik pencuci mulut membantu
menjaga kebersihan mulut. 3

- Komplikasi Pasca Operasi


Selain pendarahan, komplikasi yang mungkin timbul karena anestesi, yang
utama masalah pembedahan adalah pendarahan. Bisa jadi primer (selama
operasi), reaksioner (dalam 24 jam pertama), atau sekunder (antara jam
kelima sampai hari kesepuluh pasca operasi) perdarahan. Pendarahan
berlebihan pada saat operasi biasanya timbul karena trauma pada orang yang
menyimpang pembuluh atau vena paratonsillar. Perdarahan reaksioner
biasanya muncul sebagai akibat tergelincirnya ikatan atau karena
peningkatan tekanan darah pasca operasi. Jika sebuah gumpalan telah
terbentuk di fossa, itu dihapus. Ini memungkinkan kontraksi dan retraksi
otot pembuluh darah. Paket kasa juga dapat disimpan di fossa selama
beberapa menit untuk mengontrol perdarahan. Namun, jika perdarahan tidak
berhenti, itu pasien dianestesi ulang dan perdarahan kapal diikat. Terkadang,
tonsil pilar mungkin perlu dijahit lebih dari satu bungkus mengontrol
pendarahan. Perdarahan sekunder adalah akibat dari infeksi. Pendarahan
biasanya ringan. Antibiotik, pencuci mulut antiseptik diberikan sebagai
tambahan untuk istirahat. Trauma bedah Selama tonsilektomi, trauma dapat
terjadi pada pilar, langit-langit lunak, gigi atau anak lidah. 5

Komplikasi paru. Komplikasi paru dapat terjadi karena menghirup darah


atau jaringan tonsil, dengan hasil kolaps, pneumonia atau abses paru dapat
terjadi. 5
BAB III

KESIMPULAN

1. Tonsillitis adalah peradangan tonsil palatina yang merupakan bagian dari


cincin Waldayer.

2. Tonsilitis dapat bersifat akut maupun kronik

3. Faktor presposisi timbulnya tonsillitis kronik adalah rangsangan yang


menahun dari rokok, beberapa jenis makanan, higiene mulut yang buruk,
pengaruh cuaca, kelelahan fisik, dan pengobatan tonsillitis akut yang tidak
adekuat.

4. Tonsilektomi didefinisikan sebagai prosedur bedah yang dilakukan


dengan atau tanpa adenoidektomi yang menghilangkan tonsil, termasuk
kapsulnya, dengan membedah ruang peritonsillar antara kapsul tonsil dan
dinding otot.
DAFTAR PUSTAKA

1. Iskandar, N., Soepardi, E., & Bashiruddin, J., et al (ed). Buku Ajar Ilmu
Kesehatan Telinga Hidung Tenggorokan Kepala dan Leher. Edisi ke7.
Jakarta: Balai Penerbit FKUI. 2016.

2. Dhingra PL. Anatomy of Ear, in Disease of Ear, Nose, and Throat.6 th ed.
Elsevier. New Delhi. 2014

3. Maqbool, Muhammad. Textbook of ear, nose, and throat disease 9 th ed.


New Delhi: Jaypee Brother: 2013

4. Christopher MD, David HD, Peter JK. Infectious Indications for


Tonsillectomy. In: The Pediatric Clinics Of North America. 2003. p445-58

5. Adnan D, Ionita E. Contributions To The Clinical, Histological,


Histochimical and Microbiological Study Of Chronic Tonsillitis. .

Anda mungkin juga menyukai