KELOMPOK DISKUSI 2
Laki-laki, 70 tahun
Diagnosis:
Anamnesis
Pemeriksaan fisik
Pemeriksaan penunjang
Rehabilitasi
1.6 Hipotesis
Laki-laki 70 tahun mengalami stroke
BAB II
PEMBAHASAN
2) Arteria vertebralis
Arteria vertebralis adalah cabang pertama bagian arteria subclavia,
yang naik ke dalam leher melalui enam foramen processus transversus
vertebrae cervicales bagian atas. Arteri ini masuk ke cranium melalui
foramen magnum dan menembus dura mater dan arachnoidea mater
untuk masuk ke dalam spatium subarachnoideum. Selanjutnya, arteri
berjalan ke atas, depan dan medial terhadap medulla oblongata. Pada
pinggir bawah pons, arteria vertebralis bergabung dengan arteria
vertebralis sisi kontralateral untuk membentuk arteria basilaris. Pada
pinggir atas pons, arteri basilaris bercabang menjad dua arteria cerebri
posterior.
3) Arteri untuk daerah otak tertentu
a. Corpus striatum dan capsula interna, terutama mendapatkan darah
dari rami centrales striate mediales dan laterals arteriae mediae.
Cabang-cabang sentral arteriae cerebri antertior memperdarahi
struktur-struktur otak lainnya.
b. Thalamus, terutama mendapat darah dari cabang-cabang arteria
comunicans posterior, arteria basilaris, dan arteria cerebri posterior.
c. Mesencephalon, diperdarahi oleh arteria cerebri posterior, arteria
superior cerbelli, dan arteria basilaris.
d. Pons, diperdarahi oleh arteria basilaris dan arteria anterior, inferior,
dan superior cerebelli.
e. Medulla oblongata, diperdarahi oleh arteria vertebralis, arteria
spinalis anterior dan posterior, arteria inferior posterior cerebelli, dan
arteria basilaris.
f. Cerebellum, diperdarahi oleh arteria cerebelli superior, inferior
anterior cerebelli, dan inferior posterior cerebelli.
b. Vena otak
Vena cerebri tidak mempunyai jaringan muscular pada dindingnya
yang sangat tipis, dan tidak memiliki katup. Vena muncul dari dalam otak
dan terletak di spatium subarachnoideum. Vena ini menembus
arachnoidea mater dan lapisan meningeal dura serta mengalir ke dalam
sinus venosus cranii.
2.12 Stroke
2.12.1 Definisi10
Stroke adalah sindrom yang terdiri dari tanda atau gejala hilangnya
fungsi sistem saraf pusat fokal atau global yang terjadi secara cepat dan
mendadak (dalam menit atau pun detik) yang berlangsung lebih dari 24 jam
atau menyebabkan kematian. Jadi, stroke merupakan gangguan fungsi saraf
yang disebabkan oleh gangguan aliran darah pada otak yang dapat timbul
secara mendadak dalam beberapa detik atau secara cepat dalam beberapa
menit dan jam.
2.12.2 Epidemiologi13
Stroke merupakan penyakit penyebab kematian kedua di duia setelah
penyakit jantung. Hal ini termasuk di negara berpenghasilan sedang dan
tinggi, sedangkan pada negara berpenghasilan rendah stroke menjadi
penyebab kematian nomor enam, setelah penyakit infeksi pernafasan bawah,
diare, HIV-AIDS, penyakit jantung dan malaria. Sementara di Amerika
Serikat, stroke merupakan penyebab kematian dan kecacatan terbanyak
keempat pada tahun 2009. Sekitar 795.000 penduduk di Amerika terkena
stroke setiap tahunnya, ini berarti bahwa stroke daat terjadi setiap 40 detik.
Indonesia merupakan negara dengan angka kematian akibat stroke
tertinggi di Asia Tenggara. Di Indonesia, stroke merupakan penyebab
kematian utama pada semua kelompok usia mencapai 15,4% diikuti
hipertensi sebanyak 6,8%, cedera sebanyak 6,5%, diabetes melitus sebanyak
5,7%, penyakit sakuran nafas bawah kronis sebanyak 5,1%, dan penyakit
jantung iskemik sebanyak 5,1%. Diperkirakan setiap tahun, sekitar 500.000
penduduk Indonesia menderita stroke, sekitar 25% arau 125.000 orang
meninggal dan sekitar 75% arau 375.000 orang mengalami cacat ringan
hingga berat. Stroke menjadi penyakit nomor satu yang mematikan di
Indonesia. Data Riskesdas tahun 2007 menyebutkan prevalensi stroke di
Indonesia adalah sebesar 8,3 per 1.000 penduduk dan mengalami
peningkatan pada tahun 2013 menjadi 12,1 per 1.000 penduduk.
2.12.3 Etiologi
Menurut Adam dan Victor (2009) , penyebab kelainan pembuluh
darah otak yang dapat mengakibatkan stroke, antara lain :14
1. Trombosis aterosklerosis
2. Transient iskemik
3. Emboli
4. Perdarahan hipertensi
5. Ruptur dan sakular aneurisma atau malformasi arterivena
6. Arteritis
a. Meningovaskular sipilis, arteritis sekunder dari piogenik dan
meningitis tuberkulosis, tipe infeksi yang lain (tipus, scistosomiasis,
malaria, mucormyosis)
b. Penyakit jaringan ikat (poliarteritis nodosa, lupus eritromatous),
necrotizing arteritis. Wegener arteritis, temporal arteritis, Takayasu
diseases, granuloma atau arteritis giant sel dari aorta.
7. Trombophlebitis serebral : infeksi sekunder telinga, sinus paranasal, dan
wajah.
8. Kelainan hematologi : antikoagulan dan thrombolitik, kelainan faktor
pembekuan darah, polisitemia, sickle cell disease, trombotik
trombositopenia purpura, trombositosis, limpoma intravaskular.
9. Trauma atau kerusakan karotis dan arteri basilar
10. Angiopati amiloid
11. Kerusakan aneuriisma aorta
2.12.6 Patofisiologi1,16
Gangguan pasokan aliran darah otak dapat terjadi di mana saja di
dalam arteri-arteri yang membentuk Sirkulus Willisi: arteria karotis interna
dan sistem vertebrobasilar atau semua cabang-cabangnya. Secara umum,
apabila aliran darah ke jaringan otak terputus selama 15 sampai 20 menit,
akan terjadi infark atau kematian jaringan. Perlu diingat bahwa oklusi di
suatu arteri tidak selalu menyebabkan infark di daerah otak yang diperdarahi
oleh arteri tersebut. Alasannya adalah bahwa mungkin terdapat sirkulasi
kolateral yang memadai ke daerah tersebut. Proses patologik yang
mendasari mungkin salah satu dari berbagai proses yang terjadi di dalam
pembuluh darah yang memperdarahi otak. Patologinya dapat berupa (1)
keadaan penyakit pada pembuluh itu sendiri, seperti pada aterosklerosis dan
trombosis, robeknya dinding pembuluh, atau peradangan; (2) berkurangnya
perfusi akibat gangguan status aliran darah, misalnya syok atau
hiperviskositas darah; (3) gangguan aliran darah akibat bekuan atau embolus
infeksi yang berasal dari jantung atau pembuluh ekstrakranium; atau (4)
ruptur vaskular di dalam jaringan otak atau ruang subaraknoid.
Pemakaian antiplatelet
Pada pencehagan sekunder stroke, yang harus dilakukan adalah
pengendalian faktor risiko yang tidak dapat dimodifikasi, dan pengendalian
faktor risiko yang dapat dimodifikasi seperti hipertensi, diabetes mellitus,
riwayat TIA, dislipidemia, dan sebagainya.
3.1 Kesimpulan
Laki-laki 70 tahun mengalami stroke iskemik (thrombosis arteri)
Diagnosis Klinis : Hemiparase dextra (N. VII, N.IX, N.X, N.XII UMN)
Diagnosis Topis : Infark lakunar multiple di substansia alba lobus
parietal sinistra
Diagnosis Etiologis : Stroke iskemik
DAFTAR PUSTAKA