TONSILITIS
Oleh:
Pembimbing:
SURAKARTA
2020
BAB I
PENDAHULUAN
Peradangan pada tonsil dapat disebabkan oleh bakteri atau virus, termasuk
strain bakteri streptokokus, adenovirus, virus influensa, virus Epstein-Barr,
enterovirus, dan virus herpes simplek. Salah satu penyebab tersering pada
tonsilitis adalah bakteri grup A Streptococus beta hemolitik (GABS), 30% dari
tonsilitis anak dan 10% kasus dewasa dan juga merupakan penyebab radang
tenggorokan.3
2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. DEFINISI
Tonsilitis merupakan peradangan pada tonsil palatina yang merupakan
bagian dari cincin Waldeyer.Cincin Waldeyer merupakan susunan jaringan
limfoid di rongga mulut yang terdiri dari tonsil faringeal (adenoid), tonsil
palatina (tonsil faucial), tonsil lingual (tonsil pangkal lidah), dan tonsil tuba
Eustachius (lateral band dinding faring/Gerlach’s tonsil).5
Berdasarkan lama berlangsungnya, tonsilitis dibagi menjadi tiga tipe,
yaitu tonsilitis akut, tonsilitis rekuren, dan tonsilitis kronis.
Tonsilitis akut merupakan inflamasi akut tonsil palatina yang meliputi
mukosa, kripte, folikel dan/atau parenkim dari tonsil yang dapat disebabkan
oleh virus (tonsilitis viral) maupun bakteri (tonsilitis bakterial). 6 Tonsilitis
akut biasanya sembuh dalam 3-4 hari, tetapi dapat bertahan hingga 2
minggu.7 Tonsilitis rekuren atau berulang terjadi ketika seseorang mengalami
beberapa insiden tonsilitis per tahun. Sementara tonsilitis kronis merupakan
inflamasi kronis tonsil palatina dengan gejala menetapyang timbul akibat
serangan berulang tonsilitis akut atau akibat tonsilitis akut yang tidak cukup
teratasi, yang dapat menyebabkan batu tonsil (tonsil stones). Tonsilitis kronis
dapat terjadi akibat beberapa faktor predisposisi, seperti rangsangan menahun
dari rokok, beberapa jenis makanan, higiene mulut yang buruk, pengaruh
cuaca, kelelahan fisik, dan pengobatan tonsilitis akut yang adekuat. 5-8 Baik
tonsilitis rekuren dan tonsilitis kronis melibatkan kejadian berulang dari tonsil
yang mengalami inflamasi dan dapat berdampak pada kualitas hidup pasien.8
B. EPIDEMIOLOGI
Banyak anak-anak menderita tonsilitis rekuren dan sakit tenggorokan
sehingga penyakit ini menjadi bagian dari hidup mereka. Tonsilitis sering
terjadi pada anak-anak berusia 3 sampai 10 tahun, namun jarang terjadi pada
anak-anak kurang dari 2 tahun.5,7,8 Sakit tenggorokan memiliki insiden sebesar
100 per 1000 populasi per tahunnya di praktik umum di Inggris. 9 Tonsilitis
3
rekuren dilaporkan terjadi pada 11,7% anak-anak di Norwegia dan 12,1%
anak-anak di Turki.9 Tonsilitis yang disebabkan oleh spesies Streptococcus
umumnya terjadi pada anak usia 5-15 tahun, sementara tonsilitis viral lebih
umum terjadi pada anak-anak yang lebih muda.7
Di Indonesia, angka kejadian tonsilitis berdasarkan data dari
Departemen Kesehatan RI sekitar 23%. Prevalensi tonsilitis kronis juga
tertinggi setelah nasofaringitis akut, yaitu sebesar 3,8% berdasarkan data
epidemiologi penyakit THT di tujuh provinsi di Indonesia pada September
2012.10
Tonsil adalah massa yang terdiri dari jaringan limfoid dan ditunjang
oleh jaringan ikat dengan kriptus di dalamnya. Terdapat empat macam tonsil
yakni,tonsila palatina (faucial tonsil), tonsila faringeal (adenoid), tonsila
lingual, dan tonsila tuba serta jaringan limfoid sekitarnya yang membentuk
Cincin Waldeyer11.
4
dan mempunyai celah yang disebut kriptus. Epitel yang melapisi tonsil ialah
epitel skuamosa berlapis yang juga meliputi kriptus. Didalam kriptus biasanya
ditemukan leukosit, limfosit, epitel yang terlepas, bakteri dan sisa makanan.
Permukaan lateral tonsil melekat pada fasia pharynx yang sering juga disebut
kapsul tonsil. Kapsul ini tidak melekat erat pada otot pharynx, sehingga mudah
dilakukan diseksi pada tonsilektomi12.
D. ETIOLOGI
5
Tonsilitis disebabkan dari infeksi, baik infeksi bakteri atau virus yang
masuk ke tonsil secara airboneyaitu droplet yang terhisap oleh hidung keudian
ke nasofaring dan menuju tonsil, ataupun secara foodborne yakni masuk ke
mulut bersama dengan makanan17. Group A beta-hemolyticus Streptococcus
pyogenes (GABHS), Virus Epstein Barr, Virus herpes simplex,
sitomegalovirus, adenovirus, dan virus campak merupakan penyebabsebagian
besar tonsilitis akut. Etiologi yang berasal dari virus paling sering ditemukan 18.
Sedangkan pada 15-30 persen kasus merupakan faringotonsilitis bakterialdan
penyebab tonsilitis bakteri yang paling banyak ditemukan adalah GABHS19,20.
Pada tonsillitis membranosa dapat disebabkan oleh Corynebacterium
diptheriae, Streptokokus hemolitikus bakteri spirochaeta dan juga penyakit
kelainan darah. Tonsilitis kronis disebabkan oleh bakteri yang sama yang
terdapat pada tonsilitis akut tetapi dapat berubah menjadi kuman golongan
gram negative. Terdapat faktor predisposisi dari tonsillitis kronis seperti
rangsangan yang menahun dari rokok, jenis makanan tertentu, kebersihan
mulut yang buruk, cuaca kelelahan fisik dan pengobatan tonsillitis akut yang
tidak adekuat12.
E. PATOFISIOLOGI
6
klinik kripta ini tampak diisi olehdetritus. Detritus merupakan kumpulan
leukosit, bakteri dan epitel yang terlepas. Akibat dari proses ini akan terjadi
pembengkakan atau pembesaran tonsil ini, nyeri menelan, disfalgia. Kadang
apabila terjadi pembesaran melebihi uvula dapat menyebabkan kesulitan
bernafas. Pada anak proses ini disertai dengan pembesaran kelenjar limfe
submandibula12.
G. DIAGNOSIS
Anamnesis :
Pemeriksaan fisik :
Pemeriksaan penunjang :
7
Pada pemeriksaan penunjang, apabila diperlukan kultur resisten dapat
didapatkan dari swab tenggorok. Rinofaringolaringoskopi (RFL), foto
polos nasofaring lateral, dan polisomnografi dapat dilakukan apabila
diperlukan. 23
KRITERIA DIAGNOSIS
Satu atau lebih keluhan dari anamnesis yang disertai dengan pembesaran
ukuran tonsil dan atau pemeriksaan fisik lainnya.
H. TATALAKSANA
1. Medika mentosa
8
paling sering dilakukan pada usia anak-anak dan relatif sering pada usia
dewasa.27
J. PENCEGAHAN
Kuman dan virus serta antigen lainnya akan melalui rongga mulut dan saluran
nafas bagian atas, sehingga hampir tidak mungkin kita menjamin udara yang
9
kita hirup atau makanan minuman steril. Sehingga mata rantai yang diputus
didasarkan pada konsep pencegahan infeksi secara umum, yang meliputi4:
K. EDUKASI
10
Menghindari pencetus, termasuk makanan dan minuman yang
mengiritasi.
Melakukan pengobatan yang adekuat karena risiko kambuh cukup
tinggi.
Menjaga daya tahan tubuh dengan mengonsumsi makanan bergizi
dan olahraga teratur.
Berhenti merokok.
Selalu menjaga kebersihan mulut.
Mencuci tangan secara teratur.33
11
DAFTAR PUSTAKA
1. Rusmarjono, Kartoesoediro S. Tonsilitis kronik . In: Buku Ajar Ilmu
Kesehatan Telinga Hidung Tenggorok Kepala & Leher ed keenam. FKUI
Jakarta:2007p.212-215
2. Udayan KS. Tonsillitis and peritonsillar Abscess. [online]. 2011.
3. Medical Disbility Advisor. Tonsillitis and Adenoiditis. [online]. 2011.
4. John PC, William CS. Tonsillitis and Adenoid Infection. [online]. 2011.
5. Rusmarjono, Soepardi, E.A. Faringitis, Tonsilitis, dan Hipertrofi Adenoid
dalam Buku Ajar Ilmu Kesehatan Telinga, Hidung, Tenggorok, Kepala, dan
Leher, Edisi 7. Jakarta: Badan Penerbit FK UI, 2012, pp.199-203
6. Hazarika,P., Nayak, D.R., Balakrishnan, R. Textbook of Ear, Nose, Throat
and Head & Neck Surgery, Third Edition. New Delhi: CBS Publishers &
Distributors, 2017, p.476-480
7. Shah, U.K. Tonsillitis and Perotonsillar Abscess. Medscpae. 2020 [Diakses 1
Mei 2020]. Available from: https://emedicine.medscape.com/article/871977-
overview
8. Bin Abu Bakar, M., McKimm, J., Haque, S. Z., Majumder, A. A., & Haque,
M. Chronic tonsillitis and biofilms: a brief overview of treatment modalities.
Journal of Inflammation Research, 2018; 11, p.329–337
9. Georgalas, C.C., Tolley, N.S., & Narula, A. Tonsillitis. BMJ Clin Evid, 2009.
10. Ramadhan, F., Sahrudin, & Ibrahin, K. Analisis Faktor Risiko Kejadian
Tonsilitis Kronis pada Anak Usia 5-11 Tahun di Wilayah Kerja Puskesmas
Puuwatu Kota Kendari Tahun 2017. Jurnal Ilmiah Mahasiswa Kessehatan
Masyarakat, 2017, 2(6)
11. Hellings, Peter, Mark Jorissen, and J. L. Ceuppens. "The Waldeyer's ring."
Acta oto-rhinolaryngologica belgica 54.3.2000: p. 237-241.
12. Rusmarjono, Efiaty Arsyad S.. Faringitis, Tonsilitis dan Hipertrofi Adenoid.
Dalam: Soepardi EA, Iskandar N, Bashiruddin J, Restuti RD, penyunting;
Buku Ajar Ilmu Kesehatan Telinga Hidung Tenggorok Kepala Leher Edisi
keenam. Jakarta; Balai Penerbit FK UI; 2007. p. 217-225.
13. Jović M, Avramović V, Vlahović P, Savić V, Veličkov A, Petrović V.
Ultrastructure of the human palatine tonsil and its functional significance.
Rom J Morphol Embryol. 2015;56(2):371-7
14. Carrillo-Ballesteros FJ, Oregon-Romero E, Franco-Topete RA, Govea-
Camacho LH, Cruz A, Muñoz-Valle JF, Bustos-Rodríguez FJ, Pereira-Suárez
AL, Palafox-Sánchez CA. B-cell activating factor receptor expression is
associated with germinal center B-cell maintenance. Exp Ther Med. 2019.p.
2053-2060.
15. Yamanaka N, Sambe S, Harabuchi Y, Kataura A. Immunohistological study
of tonsil. Distribution of T cell subsets. Acta Otolaryngol. 1983. p. 509-16.
16. Klarisa C& Fardizza F.Kapita Selekta Ed. 4 : Tonsilitis. Jakarta : Media
Aesculapius: 2014. p.1067
12
17. Nelson WE, Behrman RE, Kliegman R, Arvin AM. 2000. Tonsil dan
Adenoid. In: Ilmu Kesehatan Anak Edisi 15 Volum 2. Jakarta: ECG. p1463-4
18. Anderson J, Paterek E. Tonsillitis. In: StatPearls [Internet]. Treasure Island
(FL):StatPearls Publishing; 2020dari
https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK544342/
19. Roland, P. S., et al. "American Academy of Otolaryngology–Head and Neck
Surgery Foundation. Clinical practice guideline: polysomnography for sleep-
disordered breathing prior to tonsillectomy in children." Otolaryngol Head
Neck Surg 145.1 Suppl: 2011. S1-15.
20. Alasmari, Nuha Saad H., et al. 2017"Causes and treatment of tonsillitis." The
Egyptian Journal of Hospital Medicine 69.8:2011.p. 2975-2980.
21. PERHATI KL. 2015. Panduan Praktik Klinis, Panduan Praktik Klinis
Tindakan. Perhimpunan Dokter Spesialis Telinga Hidung Tenggorokan
Bedah Kepala Leher Indonesia.
22. Suzanne, C. Smeltzer. 2001. Keperawatan medikal bedah, edisi 8. Jakarta :
EGC
23. Mansjoer, Arif .2000. Kapita selekta kedokteran, jilid 1, edisi 3. Fakultas
Kedokteran Universitas Jakarta. Media Aesculapius. Jakarta.
24. Nuha, S., O. M., R., Rakan, M., Majed, A., Rawan, M., and Saleem, O.
(2017). Causes and Treatment of Tonsillitis. The Egyptian Journal of
Hospital Medicine, 69 (8): 2975-2980.
25. Windfuhr JP, Toepfner N, Steffen G, Waldfahrer F, Berner R. Clinical
practice guideline: tonsillitis I. Diagnostics and nonsurgical management. Eur
Arch Otorhinolaryngol 2016;273:973–987.
26. Grey RF. Synopsis of Otholaryngology. Edisi ke-5. Oxford Buttleworth
Heinneman. 1992; p354-8.
27. Patrick N, Robert G. Dasar-dasar ilmu THT. Edisi ke-2. Jakarta: EGC; 2012.
28. Baugh RF, Archer SM, Mitchell RB, Rosenfeld RM, Amin R, Burns JJ et al.
(2011): Clinical practice guideline: tonsillectomy in children. Otolaryngol
Head Neck Surg.,144 (1 Suppl):S1-30.
29. Georgalas C, Tolley N, Narula A. Tonsillitis. BMJ Clin Evid. 2014; 2014:
0503.
30. Byard RW. Tonsillitis and Sudden Childhood Death. J Forensic Leg Med.
2008;15(8):516-8.
31. Chen MM, Roman SA, Sosa JA, Judson BL. Safety of Adult Tonsillectomy:
A Population-Level Analysis of 5968 Patients. JAMA Otolaryngol Head
Neck Surg. 2014 Mar;140(3):197-202.
32. Anderson, J., Paterek, E. Tonsillitis. NCBI. 2019 [Diakses 1 Mei 2020]
Availabe from: https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK544342/
13
33. Ikatan Dokter Indonesia. Panduan Praktik Klinis Bagi Dokter di Fasilitas
Pelayanan Kesehatan Primer. Jakarta: IDI, 2014, p.355-359
34. Mitchell, R.B., Archer, S.A., Ishman, S.L., et al. Clinical practice guideline:
tonsillectomy in children (update). Otolaryngol Head Neck Surg, 2019;160
35. Dhillon, R.S., East, C.A. Ear, Noses and Throat and Head and Neck Surger:
an Illustrated Colour Text, Fourth Edition. China: Elsevier, 2013, p.74
14