PNEUMOTHORAX
Oleh :
Pendamping :
dr. Cahyo Sukowidodo, M.Kes
dr. Dian Novita
1
2022 – 2023
LEMBAR PENGESAHAN
PORTOFOLIO KASUS
PNEUMOTHORAX
Presentan,
Mengetahui,
Pendamping I Pendamping II
2
DAFTAR ISI
Lembar Pengesahan…………………………………………………………....2
Daftar Isi…………………………………………………………………….…3
BAB 1 Pendahuluan……………………………………………………….…..4
2.1 Pneumothorax…….…………………………………………….…5
BAB 4 Pembahasan………………………………………………………......33
3
BAB 1
PENDAHULUAN
4
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
A. Definisi
Pneumotoraks adalah suatu keadaan terdapatnya udara atau gas di
dalam cavum pleura yang menyebabkan kolapsnya paru ipsilateral. (5)
B. Etiologi
Menurut penyebabnya, pneumotoraks dapat dikelompokkan menjadi
dua, yaitu (2,3) :
1. Pneumotoraks spontan
Yaitu setiap pneumotoraks yang terjadi secara tiba-tiba.
Pneumotoraks tipe ini dapat diklasifikasikan lagi ke dalam dua jenis, yaitu:
a. Pneumotoraks spontan primer, yaitu pneumotoraks yang terjadi secara
tiba-tiba tanpa diketahui sebabnya.
b. Pneumotoraks spontan sekunder, yaitu pneumotoraks yang terjadi
dengan didasari oleh riwayat penyakit paru yang telah dimiliki
5
sebelumnya, misalnya fibrosis kistik, penyakit paru obstruktik kronis
(PPOK), kanker paru-paru, asma, dan infeksi paru.
2. Pneumotoraks traumatik
Yaitu pneumotoraks yang terjadi akibat adanya suatu trauma, baik
trauma penetrasi maupun bukan, yang menyebabkan robeknya pleura,
dinding dada maupun paru.
Pneumotoraks tipe ini juga dapat diklasifikasikan lagi ke dalam dua
jenis, yaitu :
a. Pneumotoraks traumatik non-iatrogenik, yaitu pneumotoraks yang
terjadi karena jejas kecelakaan, misalnya jejas pada dinding dada,
barotrauma.
b. Pneumotoraks traumatik iatrogenik, yaitu pneumotoraks yang terjadi
akibat komplikasi dari tindakan medis. Pneumotoraks jenis inipun
masih dibedakan menjadi dua, yaitu :
1) Pneumotoraks traumatik iatrogenik aksidental
Adalah suatu pneumotoraks yang terjadi akibat tindakan medis
karena kesalahan atau komplikasi dari tindakan tersebut, misalnya
pada parasentesis dada, biopsi pleura.
2) Pneumotoraks traumatik iatrogenik artifisial (deliberate)
Adalah suatu pneumotoraks yang sengaja dilakukan dengan cara
mengisikan udara ke dalam rongga pleura. Biasanya tindakan ini
dilakukan untuk tujuan pengobatan, misalnya pada pengobatan
tuberkulosis sebelum era antibiotik, maupun untuk menilai
permukaan paru.
6
lambat laun berubah menjadi negatif karena diserap oleh jaringan paru
disekitarnya. Pada kondisi tersebut paru belum mengalami re-ekspansi,
sehingga masih ada rongga pleura, meskipun tekanan di dalamnya sudah
kembali negatif. Pada waktu terjadi gerakan pernapasan, tekanan udara di
rongga pleura tetap negatif.
2. Pneumotoraks Terbuka (Open Pneumothorax),
Yaitu pneumotoraks dimana terdapat hubungan antara rongga
pleura dengan bronkus yang merupakan bagian dari dunia luar (terdapat
luka terbuka pada dada). Dalam keadaan ini tekanan intrapleura sama
dengan tekanan udara luar. Pada pneumotoraks terbuka tekanan
intrapleura sekitar nol. Perubahan tekanan ini sesuai dengan perubahan
tekanan yang disebabkan oleh gerakan pernapasan. (4)
Pada saat inspirasi tekanan menjadi negatif dan pada waktu
ekspirasi tekanan menjadi positif . Selain itu, pada saat inspirasi
(4)
lama makin tinggi dan melebihi tekanan atmosfer. Udara yang terkumpul
dalam rongga pleura ini dapat menekan paru sehingga sering
menimbulkan gagal napas. (2)
7
2. Pneumotoraks totalis, yaitu pneumotoraks yang mengenai sebagian besar
paru (> 50% volume paru).
C. Diagnosis
1. Gejala Klinis
Berdasarkan anamnesis, gejala dan keluhan yang sering muncul
adalah (2,4,5) :
1. Sesak napas, didapatkan pada hampir 80-100% pasien. Seringkali
sesak dirasakan mendadak dan makin lama makin berat. Penderita
bernapas tersengal, pendek-pendek, dengan mulut terbuka.
2. Nyeri dada, yang didapatkan pada 75-90% pasien. Nyeri dirasakan
tajam pada sisi yang sakit, terasa berat, tertekan dan terasa lebih nyeri
pada gerak pernapasan.
3. Batuk-batuk, yang didapatkan pada 25-35% pasien.
4. Denyut jantung meningkat.
8
5. Kulit mungkin tampak sianosis karena kadar oksigen darah yang
kurang.
6. Tidak menunjukkan gejala (silent) yang terdapat pada 5-10% pasien,
biasanya pada jenis pneumotoraks spontan primer.
2. Pemeriksaan Fisik
Pada pemeriksaan fisik torak didapatkan (3,4) :
1. Inspeksi :
a. Dapat terjadi pencembungan pada sisi yang sakit (hiper ekspansi
dinding dada)
b. Pada waktu respirasi, bagian yang sakit gerakannya tertinggal
c. Trakea dan jantung terdorong ke sisi yang sehat
2. Palpasi :
a. Pada sisi yang sakit, ruang antar iga dapat normal atau melebar
b. Iktus jantung terdorong ke sisi toraks yang sehat
c. Fremitus suara melemah atau menghilang pada sisi yang sakit
3. Perkusi :
a. Suara ketok pada sisi sakit, hipersonor sampai timpani dan tidak
menggetar
b. Batas jantung terdorong ke arah toraks yang sehat, apabila tekanan
intrapleura tinggi
4. Auskultasi :
a. Pada bagian yang sakit, suara napas melemah sampai menghilang
b. Suara vokal melemah dan tidak menggetar serta bronkofoni
negative
3. Gambaran Radiologi
1. Foto Thoraks
Untuk mendiagnosis pneumotoraks pada foto thoraks dapat
ditegakkan dengan melihat tanda-tanda sebagai berikut :
9
Adanya gambaran hiperlusen avaskular pada hemitoraks
yang mengalami pneumotoraks. Hiperlusen avaskular
menunjukkan paru yang mengalami pneumothoraks dengan paru
yang kolaps memberikan gambaran radiopak. Bagian paru yang
kolaps dan yang mengalami pneumotoraks dipisahkan oleh batas
paru kolaps berupa garis radioopak tipis yang berasal dari pleura
visceralis, yang biasa dikenal sebagai pleural white line.
10
sulcus sign. (11) Normalnya, sudut kostofrenikus berbentuk lancip dan
rongga pleura menembus lebih jauh ke bawah hingga daerah lateral
dari hepar dan lien. Jika terdapat udara pada rongga pleura, maka sudut
kostofrenikus menjadi lebih dalam daripada biasanya. Oleh karena itu,
seorang klinisi harus lebih berhati-hati saat menemukan sudut
kostofrenikus yang lebih dalam daripada biasanya atau jika
menemukan sudut kostofrenikus menjadi semakin dalam dan lancip
pada foto dada seri. Jika hal ini terjadi maka pasien sebaiknya difoto
ulang dengan posisi tegak. Selain deep sulcus sign, terdapat tanda lain
pneumotoraks berupa tepi jantung yang terlihat lebih tajam. Keadaan
ini biasanya terjadi pada posisi supine di mana udara berkumpul di
daerah anterior tubuh utamanya daerah medial.(11)
Gambar 4. Deep sulcus sign (kiri) dan tension pneumotoraks kiri disertai
deviasi mediastinum kanan dan deep sulcus sign (kanan). (7)
11
kematian pada penderita pneumotoraks tersebut. Selain itu, sela iga
menjadi lebih lebar.(6,10)
12
Gambar 6. Loculated Pneumotoraks.(12)
13
yang berukuran lebih kecil. Perlu diingat, pneumotoraks yang terdeteksi
pada keadaan ekspirasi penuh akan terlihat lebih besar daripada ukuran
sebenarnya.(11,13)
Pneumotoraks yang berukuran sangat kecil dapat dideteksi dengan
foto lateral dekubitus. Pada posisi ini, udara yang mengambil tempat
tertinggi pada hemitoraks (di daerah dinding lateral) akan lebih mudah
terlihat dibandingkan pada posisi tegak. (11,13,14)
Pada pneumotoraks perlu diperhatikan kemungkinan terjadi
keadaan ini (4):
- Pneumomediastinum, terdapat ruang atau celah hitam pada tepi
jantung mulai dari basis sampai ke apeks.
14
- Emfisema Subkutan, dapat diketahui bila ada rongga hitam di bawah
kulit.
Gambar 9. Hidropneumothoraks.(17)
2. CT-scan thorax
CT-scan toraks lebih spesifik untuk membedakan antara emfisema
bullosa dengan pneumotoraks, batas antara udara dengan cairan intra dan
ekstrapulmoner dan untuk membedakan antara pneumotoraks spontan
primer dan sekunder. (7)
15
Gambar 10. CT-Scan pneumothoraks.(7)
D. Diagnosis Banding
Pneumotoraks dapat memberi gejala seperti infark miokard, emboli
paru, dan pneumonia. Pada pasien muda, tinggi, laki-laki, dan perokok jika
setelah difoto diketahui ada pneumotoraks maka diagnosis umumnya
menjurus ke pneumothoraks spontan primer. Pneumotoraks spontan sekunder
kadang-kadang sulit dibedakan dengan pneumotoraks yang terlokalisasi dari
suatu bleb atau bulla.(2)
Dalam radiologi, bleb atau bulla digambarkan sebagai area yang
hiperlusen, dengan dinding bleb atau bulla yang sangat tipis. Dalam beberapa
kasus, dimana bleb atau bulla menyerang 1 lobus paru, dapat memberikan
gambaran radiologi yang mirip dengan pneumotoraks. Untuk
membedakannya, dapat dilihat dari daerah yang hiperlusen apakah pada
daerah tersebut terdapat gambaran vaskularisasi atau tidak. Pada
pneumotoraks daerah hiperlusen-nya tidak terdapat vaskular sehingga biasa
disebut hiperlusen avaskular, sedangkan pada bleb atau bulla terdapat garis-
garis trabekula pada daerah paru yang mengalami bleb atau bulla. Selain itu,
pada bleb atau bulla yang besar, jaringan paru di sekitar bulla akan
mengalami pemadatan yang diakibatkan oleh pendesakan bulla tersebut
kepada jaringan paru. (18)
16
Gambar 11. Bleb dan bulla paru.(18)
17
Gambar 13. CT-Scan pulmonary bullae. (18)
E. Penatalaksanaan
18
berubah menjadi negatif karena mengalir ke luar melalui jarum
tersebut (2), (4).
b. Membuat hubungan dengan udara luar melalui kontra ventil :
1) Dapat memakai infus set
Jarum ditusukkan ke dinding dada sampai ke dalam
rongga pleura, kemudian infus set yang telah dipotong pada
pangkal saringan tetesan dimasukkan ke botol yang berisi air.
Setelah klem penyumbat dibuka, akan tampak gelembung
udara yang keluar dari ujung infus set yang berada di dalam
botol (2,4).
2) Jarum abbocath
Jarum abbocath merupakan alat yang terdiri dari
gabungan jarum dan kanula. Setelah jarum ditusukkan pada
posisi yang tetap di dinding toraks sampai menembus ke
rongga pleura, jarum dicabut dan kanula tetap ditinggal.
Kanula ini kemudian dihubungkan dengan pipa plastik infus
set. Pipa infuse ini selanjutnya dimasukkan ke botol yang
berisi air. Setelah klem penyumbat dibuka, akan tampak
gelembung udara yang keluar dari ujung infuse set yang
berada di dalam botol (2,4).
3) Pipa water sealed drainage (WSD)
Pipa khusus (toraks kateter) steril, dimasukkan ke
rongga pleura dengan perantaraan troakar atau dengan
bantuan klem penjepit. Pemasukan troakar dapat dilakukan
melalui celah yang telah dibuat dengan bantuan insisi kulit di
sela iga ke-4 pada linea mid aksilaris atau pada linea aksilaris
posterior. Selain itu dapat pula melalui sela iga ke-2 di garis
mid klavikula.
Setelah troakar masuk, maka toraks kateter segera
dimasukkan ke rongga pleura dan kemudian troakar dicabut,
sehingga hanya kateter toraks yang masih tertinggal di
19
rongga pleura. Selanjutnya ujung kateter toraks yang ada di
dada dan pipa kaca WSD dihubungkan melalui pipa plastik
lainnya. Posisi ujung pipa kaca yang berada di botol
sebaiknya berada 2 cm di bawah permukaan air supaya
gelembung udara dapat dengan mudah keluar melalui
perbedaan tekanan tersebut (3), (4).
Penghisapan dilakukan terus-menerus apabila tekanan
intrapleura tetap positif. Penghisapan ini dilakukan dengan
memberi tekanan negatif sebesar 10-20 cm H2O, dengan
tujuan agar paru cepat mengembang. Apabila paru telah
mengembang maksimal dan tekanan intra pleura sudah
negatif kembali, maka sebelum dicabut dapat dilakukuan uji
coba terlebih dahulu dengan cara pipa dijepit atau ditekuk
selama 24 jam. Apabila tekanan dalam rongga pleura kembali
menjadi positif maka pipa belum bisa dicabut. Pencabutan
WSD dilakukan pada saat pasien dalam keadaan ekspirasi
maksimal (2).
20
3. Torakoskopi
Yaitu suatu tindakan untuk melihat langsung ke dalam rongga toraks
dengan alat bantu torakoskop.
4. Torakotomi
5. Tindakan bedah (4)
a. Dengan pembukaan dinding toraks melalui operasi, kemudian
dicari lubang yang menyebabkan pneumotoraks kemudian dijahit
b. Pada pembedahan, apabila ditemukan penebalan pleura yang
menyebabkan paru tidak bias mengembang, maka dapat dilakukan
dekortikasi.
c. Dilakukan resesksi bila terdapat bagian paru yang mengalami
robekan atau terdapat fistel dari paru yang rusak
d. Pleurodesis. Masing-masing lapisan pleura yang tebal dibuang,
kemudian kedua pleura dilekatkan satu sama lain di tempat fistel.
F. Prognosis
Pasien dengan pneumotoraks spontan hampir separuhnya akan
mengalami kekambuhan, setelah sembuh dari observasi maupun setelah
pemasangan tube thoracostomy. Kekambuhan jarang terjadi pada pasien-
pasien pneumotoraks yang dilakukan torakotomi terbuka. Pasien-pasien
yang penatalaksanaannya cukup baik, umumnya tidak dijumpai
komplikasi. Pasien pneumotoraks spontan sekunder tergantung penyakit
paru yang mendasarinya, misalkan pada pasien PSS dengan PPOK harus
lebih berhati-hati karena sangat berbahaya.
21
BAB 3
ILUSTRASI KASUS
IDENTITAS PASIEN
Nama : Tn S
Alamat : Sumberrejo
Umur : 67 Tahun
Agama : Islam
No. RM : 0115xxx
ANAMNESIS
KELUHAN UTAMA
Sesak
22
Riwayat Penyakit Dahulu
TBC Paru pada tahun 2009, selesai pengobatan 6 bulan dan dinyatakan sembuh.
√ Berat Badan : 65 kg
√ Tinggi Badan : 170 cm
Kepala
23
• Telinga : Normotia,liang telinga lapang/lapang, serumen -/-,
sekret -/-
• Hidung : Lapang, sekret -/-, deviasi septum (-),
pernafasan cuping hidung (-)
• Bibir : Mukosa bibir kering, sianosis (-)
• Gigi geligi : tidak ada kelainan
• Lidah : tidak hiperemis
• Tonsil : T1 – T1, tenang : tenang, tidak hiperemis
• Faring : tidak hiperemis
• Leher : Kelenjar Getah bening tidak teraba membesar
Toraks
• Inspeksi : Pergerakan dinding dada kiri dan kanan simetris
Retraksi intercostae (+)
• Palpasi : Vokal fremitus kanan lebih besar dibandingkan kiri
• Perkusi : Perkusi thorax sinistra SIC III-VI midclavicular-
midaxilla hipersonor. Thorax dextra sonor.
• Auskultasi : Suara dasar vesikuler (+/+), Sura napas melemah
pada thorax sinistra SIC III-VI midclavicular-
midaxilla
Ronki +/+, Wheezing +/+
Bunyi Jantung I dan II normal, murmur (-)
Abdomen
• Inspeksi : Perut tampak datar
• Auskultasi : Bising usus (+) normal : 12x/menit
• Palpasi : supel, nyeri tekan (-), undulasi (-), turgor kembali
cepat
• Perkusi : Timpani, nyeri ketok (-), pekak alih (-)
Kulit : ikterik (-), petechie (-)
24
Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan Laboratorium 04 Juli 2022
Hematologi Lengkap
Hematokrit 49 35-45 %
Elektrolit
Imunologi
Faal Ginjal
25
Pemeriksaan Foto Thorax 04 Juli 2022
Expertise :
Foto thorax PA
Trakea di tengah
Kesimpulan :
26
Expertise :
Foto thorax PA
Trakea di tengah
Kesimpulan :
RESUME
Pasien datang diatar keluarga ke RSI Muhamadiyah Sumberejo dengan
keluhan sesak. Sesak dirasakan sejak 1 minggu sebelum masuk rumah sakit,
semakin lama sesak semakin berat. Sesak dirasakan terus menerus dan tidak
membaik dengan perubahan posisi. Sesak tidak dipengaruhi cuaca dingin maupun
alergi. Pasien juga mengeluhkan batuk sejak 1 minggu sebelum masuk rumah
sakit. Batuk jarang-jarang. Batuk berdahak (+) warna dahak putih kekuningan.
Penurunan berat badan disangkal.
PEMERIKSAAN FISIK
27
Kesadaran : Compos mentis
Tekanan Darah : 170/98 mmHg
Frekuensi Nadi : 110 x/menit (reguler,kuat angkat)
Frekwensi Pernafasan : 40 x/menit (reguler)
Suhu tubuh : 36,5 °C
Saturasi Oksigen : 82% free air, 99% dengan O2 NRM 13 lpm
Data Antropoemetri
√ Berat Badan : 65 kg
√ Tinggi Badan : 170 cm
Thoraks
• Inspeksi : Pergerakan dinding dada kiri dan kanan simetris
Retraksi intercostae (+)
• Palpasi : Vokal fremitus kanan lebih besar dibandingkan kiri
• Perkusi : Perkusi thorax sinistra SIC III-VI midclavicular-
midaxilla hipersonor. Thorax dextra sonor.
• Auskultasi : Suara dasar vesikuler (+/+), Sura napas melemah
pada thorax sinistra SIC III-VI midclavicular-
midaxilla
Ronki +/+, Wheezing +/+
Pemeriksaan Laboratorim :
Leukositosis, CRP meningkat
Pemeriksaan Foto Thorax :
Hidropneumothorax sinistra
Susp TB paru lesi luas dd pneumonia
Diagnosa Kerja
Hidropneumothorax Sinistra + Hipertensi Stage II
Diagnosa Banding
TB paru
Pneumonia
28
Penatalaksanaan
- Rawat inap
• Diet : biasa
• O2 NRM 12-15 lpm
• IVFD : NaCl 0,9% 14 tpm
• MM :
- inj Antrain 3 x 1000mg
- Inj Omeprazole 2 x 40mg
- Nebulizer ventolin : Pulmicort 1 : 1/8 jam
- Po Amlodipin 0-5-5mg
- N Acetylcystein 3x 200mg
FOLLOW UP
Follow Up 1 (5 Juli 2022)
S O A P
Sesak (+) KU : lemah Hidropneumothorax - O2 NRM 13 lpm
TD 160/90 Sinistra + Hipertensi - IVFD NaCl 0,9% 14
mmHg stage II tpm
N 90 - Inj Antrain 3x1000mg
T 36,3 - Inj Omeprazole
RR 35 2x40mg
SpO2 99% - Inj Levofloxacin
dengan O2 1x750mg
NRM 13 lpm - Inj Methylprednisolone
2x40mg
- Nebulizer Ventolin :
Pulmicort 1:1/6 jam
- Amlodipine tab 0-5-5
- Salbutamol 3x2mg
- N Acetylcystein
3x200mg
29
- Evakuasi
Pneumothorax dengan
pungsi
- Foto thoraks evaluasi
- Cek TCM TB
30
3x200mg
Obat pulang :
- Amlodipine tab
31
0-5-5
- Salbutamol
3x2mg
- N Acetylcystein
3x200mg
- Levofloxacin tab
2x750mg
32
BAB 4
PEMBAHASAN
33
DAFTAR PUSTAKA
1. Guyton, Arthur, C. Hall, John, E. Ventilasi paru. Dalam : Buku Ajar Fisiologi
Kedokteran. Edisi 11. Jakarta : EGC; 2007. P. 495-500.
2. Hisyam, B. Budiono, Eko. Pneumothoraks spontan. Dalam : Sudoyo, Aru, W.
Setiyohadi, Bambang. Alwi, Idrus. K, Marcellus, Simadibrata. Setiati, Siti
(editor). Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Jilid II. Edisi IV. Jakarta : Pusat
Penerbitan Departemen Ilmu Penyakit Dalam Fakultas Kedokteran
Universitas Indonesia. 2006. P. 1063-1068.
3. Bascom, R. Pneumothorax. Cited on [2 August 2022]. Available from
http://emedicine.medscape.com/article/827551
4. Alsagaff, Hood. Mukty, H. Abdul. Pneumotoraks. Dalam : Dasar-Dasar
Ilmu Penyakit Paru. Surabaya : Airlangga University Press. 2009. p. 162-179
5. Schiffman, George. Stoppler, Melissa, Conrad. Pneumothorax (Collapsed
Lung). Cited : [2 August 2022]. Available from :
http://www.medicinenet.com/pneumothorax/article.htm
6. Ekayuda, I. Pneumotoraks. Dalam : Radiologi Diagnostik. Edisi Kedua.
Jakarta : Balai Penerbit FKUI. 2005. P.119-122.
7. Alhameed, F.M. Pneumothorax imaging. Cited on [2 August 2022]. Available
from www.emedicine.com
8. Sjamsuhidajat, R. Dinding toraks dan pleura. Dalam : Buku Ajar Ilmu Bedah.
Jakarta : EGC. 1997. P.404-419.
9. Wibowo, Daniel, S. Paryana, Widjaja. Rongga thorax. Dalam : Anatomi
Tubuh Manusia. Yogyakarta : Graha Ilmu. 2009. P. 209-220.
10. Reed, James, C. Kelainan-kelainan rongga pleura. Dalam : Radiologi
Thoraks. Edisi 2. Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran. 1995. P. 63-64.
11. Ketai, L. H. Pleura and diaphragm. In: Fundamentals of 9 Radiology Second
Edition. China. Elsevier Saunders. 2006. P.172-177.
34
12. Gaillard, Frank. Loculated pneumothorax. Cited on [2 August 2022].
Available from http://www.radiopedia.org/cases/loculated-pneumothorax
13. Felson, Benjamin. Pneumothorax. In : Chest Roentgenology. Philadelphia :
W. B. Saunders Company. P. 366-372.
14. Sutton, David. Pneumothorax. In : A Textbook of Radiology and Imaging.
Vol. 1. 5th edition. London : Churchill Livingstone. 1992. P. 371-374.
15. Radswiki. Pneumomediastinum. Cited on [2 August 2022]. Available from
http://www.radiopedia.org/cases/pneumomediastinum-4
16. D’Souza, Donna. Subcutannous emphysema. Cited on [2 August 2022].
Available from http://www.radiopedia.org/cases/subcutanous-emphysema
17. Rao, K, K. Loculated hydropneumothorax. Cited on [2 August 2022].
Available from http://www.radiopedia.org/cases/loculated-
hydropneumothorax-1
18. Massie, J. Robert. Welchons, George A. Pulmonary blebs and bullae. Cited
on [2 August 2022]. Available from
http://www.ncbi.nlm.gov/pmc/articles/PMC1609584/pdf/annsurg01326-
0101.pdf
19. Dawes, Laughlin. Subpleural bullae. Cited on [2 August 2022]. Available
from http://www.radiopedia.org/articles/pulmonary-bullae
35