Anda di halaman 1dari 55

PNEUMOTHORAKS

Referat Kasus

RISKA PUTRI DEWRI

DOSEN PEMBIMBING
D R . A B D U L M U ’ T I , M . K E S , S P. R A D

LAB/SMF ILMU RADIOLOGI


FA K U LTA S K E D O K T E R A N U N I V E R S I TA S
M U L AWA R M A N
2017
BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


 Kejadian cedera dada merupakan salah satu trauma yang sering
terjadi jika tidak ditangani dengan benar akan menyebabkan
kematian. Contohnya, tension pneumothorax, pneumothorax
terbuka, flail chest, hematotoraks, tamponade jantung.
BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


 Sebuah penelitian mengatakan 5,4% pasien menderita trauma, merupakan
pasien yang mengalami pneumothorax. Kurangnya pengetahuan untuk
mengetahui tanda dan gejala dari pneumotorax menyebabkan banyak penderita
meninggal setelah atau dalam perjalanan menuju rumah sakit (Purnawaba dan
Suarjaya, 2013).
BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


 Pneumothorax adalah suatu keadaan dimana terdapatnya udara pada rongga
potensial dimana pleura visceral dan pleura parietal (Punarwaba dan Suarjaya,
2013).

 Diagnosis pneumothorax didapatkan dari anamnesis, gejala klinis,


pemeriksaan fisik, foto thorax, dan laboratorium. Foto thorax (PA/lateral)
merupakan pemeriksaan penunjang utama untuk menegakkandiagnosis
pneumothorax (PDPI, 2003).
BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


 Dari uraian tersebut, pneumothorax merupakan masalah kesehatan dengan
angka morbiditas dan mortalitas yang tinggi. Oleh sebab itu penting bagi
klinisi untuk dapat menegakkan diagnosis dengan tepat agar terapi yang
relevan dapat segera diberikan.
 Disebutkan juga bahwa pemeriksaan radiologis merupakan pemeriksaan yang
sangat penting dalam penegakan diagnosis pneumonia. Klinisi perlu
memahami gambaran radiologis perubahan jaringan paru akibat pneumonia
dalam menunjang penegakan diagnosis pneumothorax. Oleh karena itu,
penulis tertarik untuk membuat referat radiologi mengenai pneumothorax.
BAB I
PENDAHULUAN

1.2. Tujuan
 Umum : Menambah wawasan dan ilmu pengetahuan secara umum
mengenai pneumothoraks
 Khusus : Mengetahui gambaran radiologi yang khas pada pneumothoraks.
BAB II
LAPORAN KASUS

2.1. Identitas Pasien


Nama : Tn. S
Umur : 55 tahun
Jenis kelamin : Laki – Laki
Alamat : Proklamasi
Agama : Islam
Status : Menikah
Suku : Banjar
Masuk RS : 3-8-2017
BAB II
LAPORAN KASUS

2.2. Anamnesis

Keluhan Utama : Sesak sejak 5 hari SMRS

Riwayat Penyakit Sekarang

Pasien datang ke RSUD.AWS Samarinda rujukan dari RS.Dirgahayu dengan


keluhan utama sesak sejak 7 hari SMRS. Sesak dirasakan semakin memburuk.
Pasien juga mengeluhkan sakit kepala, demam, mual, muntah dan batuk dahak
>1 bulan. Dulunya pasien seorang perokok aktif.
BAB II
LAPORAN KASUS

Riwayat Penyakit Dahulu

 •Riwayat DM (-)

 •Riwayat Hipertensi (-)

 •Riwayat batuk (-)


BAB II
LAPORAN KASUS

Riwayat Penyakit Keluarga

 Tidak ada anggota keluarga pasien dengan keluhan keluhan seperti yang

pasien rasakan

 Riwayat DM (+)

Riwayat Pengobatan

 Pengobatan TB Paru (-)


BAB II
LAPORAN KASUS

2.3. Pemeriksaan Fisik


Keadaan Umum
 Keadaan umum : alert
 Keadaan sakit : sakit Sedang
 Kesadaran/GCS : alert / E4V5M6.
 Tekanan Darah : 160/100 mmHg.
 Nadi : 85 kali per menit, reguler
 Pernafasan : 28 kali per menit, cepat dan dalam
 Suhu : 36 oC.
BAB II
LAPORAN KASUS

Status Lokalis

Kepala dan leher : normal

Thorax - Auskultasi : bentuk dada kanan cembung, peakan dinding dada


kanan tertinggal, ronkhi (+)

Abdomen : normal

Esktremitas : tremor
BAB II
LAPORAN KASUS
BAB II
LAPORAN KASUS

2. Pemeriksaan Sputum BTA

Ditemukan hasil pemeriksaan BTA (-)

3. Pemeriksaan Radiologis
BAB II
LAPORAN KASUS
BAB II
LAPORAN KASUS
BAB II
LAPORAN KASUS
BAB II
LAPORAN KASUS

2.5. Diagnosis

Pneumothoraks

2.6. Diagnosa Banding

PPOK, TB Paru
BAB II
LAPORAN KASUS

2.7. Penatalaksanaan
2.7.1. Pre OP
 O2 4Upm

 IUFD RL 14 tpm

 EKG

 Ranitidin IV line

 Santagesic IV line

 Foto Thorax

 Pemeriksaan Lab : darah lengkap + sputum sewaktu

 Chest Tube
BAB II
LAPORAN KASUS

2.7.2. Post OP
 O2 4Upm

 IUFD RL 14 tpm

 Nebu Ventolin 18 jam

 Inj. Ceftriaxone 2x1 gr (ST)

 Drip Aminofilin 11/1 amp dlm RL 500ml 14 tpm (1x1)

 Inj. Methylprednisolon 3x125mg


BAB III
TINJAUAN PUSTAKA
BAB III
TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Anatomi
2.1.1. Anatomi Paru
 Paru-paru (pulmo) terletak pada rongga dada, berbentuk kerucut yang
ujungnya berada di atas tulang iga pertama dan dasarnya berada pada
diafragma (Sherwood, 2001). Paru-paru dibungkus oleh selaput tipis yaitu
pleura. Pleura terbagi menjadi pleura viseralis dan pleura parietal.

 Paru-paru terbagi menjadi dua yaitu, paru kanan dan paru kiri. Paru-paru
kanan mempunyai tiga lobus sedangkan paru-paru kiri mempunyai 2 lobus
(Sherwood, 2001).
BAB III
TINJAUAN PUSTAKA

3.1. Anatomi
3.1.2. Anatomi Pleura
 Pleura merupakan lapisan pembungkus paru (pulmo).
 Antara pleura yang membungkus pulmo dextra et sinistra dipisahkan oleh
adanya mediastinum.
 Kedua lapisan ini saling berhubungan pada hilus pulmonale sebagai
ligamentum pulmonale (pleura penghubung). Diantara kedua lapisan pleura
terdapat sebuah rongga yang disebut cavum pleura yang berfungsi agar tidak
terjadi gesekan antar pleura ketika proses pernafasan.
BAB III
TINJAUAN PUSTAKA

3.1. Anatomi
3.1.2. Anatomi Pleura
 Kedua lapisan pleura saling berhubungan pada hilus pulmonale
sebagai ligamentum pulmonale (pleura penghubung).
 Diantara kedua lapisan pleura terdapat sebuah rongga yaitu cavum
pleura yang berfungsi agar tidak terjadi gesekan antar pleura ketika
proses pernafasan.
BAB III
TINJAUAN PUSTAKA

3.2. Definisi Pneumothoraks


 Suatu keadaan dimana terdapatnya udara pada rongga potensial dimana
pleura visceral dan pleura parietal (Punarwaba dan Suarjaya, 2013).
 Suatu keadaan terdapatnya udara atau gas didalam pleura yang menyebabkan
kolapsnya paru (Amita, 2012).
BAB III
TINJAUAN PUSTAKA

3.3. Epidemiologi Pneumothoraks


 Insidens sulit diketahui karena episodenya banyaknya
yang tidak diketahui
 Perbandingan pria dengan wanita 5:1.
 Pneumothorax spontan primer sering dijumpai pada
individu sehat, tanpa riwayat penyakit paru sebelumya.
BAB III
TINJAUAN PUSTAKA

3.3. Epidemiologi Pneumothoraks


 Pneumothorax spontan primer banyak dijumpai pada pria, usia antara dekade 3
dan 4.
 Salah satu penelitian menyebutkan sekitar 81% pneumothorax spontan primer
berusia <45 tahun (Hisyam dan Budiono, 2009).
 Kematian akibat pneumothorax ±12%.
BAB III
TINJAUAN PUSTAKA

3.5. Klasifikasi
Menurut penyebabnya :
 Pneumotoraks spontan
˗ Primer
˗ Sekunder
 Pneumotoraks traumatik
˗ Iatrogenik
˗ Non iatrogenik
BAB III
TINJAUAN PUSTAKA

3.5. Klasifikasi
Berdasarkan jenis fistulanya :
 Pneumotoraks tertutup
 Pneumotoraks terbuka
 Pneumotoraks ventil (Tension Pneumothorax)
BAB III
TINJAUAN PUSTAKA
3.5. Klasifikasi
Menurut luasnya paru yang mengalami kolaps :
 Pneumotoraks parsialis
BAB III
TINJAUAN PUSTAKA

3.5. Klasifikasi
Menurut luasnya paru yang mengalami kolaps :
 Pneumotoraks totalis
BAB III
TINJAUAN PUSTAKA

3.6. Patogenesis
Tekanan didalam rongga pleura negatif selama siklus respirasi berlangsung.
Tekanan negatif disebabkan pengambangan dada. Jaringan paru cenderung kolaps
karena sifat elastik.
Bila ada bocor antara alveoli dengan rongga pleura, udara akan berpindah dari
alveoli ke dalam rongga pleura, sehingga paru menjadi kolaps.
BAB III
TINJAUAN PUSTAKA

3.8. Manifestasi Klinis


 Sesak napas
 Nyeri dada
 Batuk-batuk
 Denyut jantung meningkat
 Kulit mungkin tampak sianosis
 Tidak menunjukkan gejala (silent) pada 5-10% pasien, biasanya pada jenis
pneumotoraks spontan primer (Hisyam dan Budiono, 2009).
BAB III
TINJAUAN PUSTAKA
3.9. Diagnosis
3.9.1. Anamnesis
Anamnesis gejala dan keluhan
3.9.2. Pemeriksaan Fisik
 Inspeksi :
Pencembungan pada sisi sakit (hiperekspansi dada), gerakan tertinggal, trakea
dan jantung terdorong ke sisi sehat, deviasi trakea, ruang intercostal yang
melebar.
 Palpasi :
Ruang antar iga dapat normal atau melebar pada sisi sakit, iktus jantung
terdorong ke sisi sehat, fremitus suara melemah atau menghilang pada sisi
yang sakit.
BAB III
TINJAUAN PUSTAKA

 Perkusi :
Hipersonor sampai timpani dan tidak menggetar pada sisi sakit, batas jantung
terdorong ke arah sehat, apabila tekanan intrapleural tinggi, terdapat sianosis,
syok.
 Aukustalsi :
Suara nafas melemah sampai mengilang pada sisi sakit, suara vocal melemah
dan tidak menggetar serta bronkofoni negative (Hisyam dan Budiono, 2009).
BAB III
TINJAUAN PUSTAKA

3.9.3. Pemeriksaan radiologi


1. Foto rontgen
 Lusen, rata dan paru yang kolaps akan tampak garis-garis yang merupakan tepi
paru, kadang-kadang berentuk lobuler sesuai dengan lobus paru.
 Paru yang kolaps tampak seperti massa radioopaque di daerah hilus.
 Jantung dan trakea mungkin terdorong ke sisi yang sehat, spatium intercostalis
melebar, diafragma mendatar dan tertekan kebawah. (Hisyam dan Budiono,
2009).
BAB III
TINJAUAN PUSTAKA

Gambar 3.5. Foto Pneumothorax dengan bayangan udara dalam cavum pleura
memberikan bayangan radiolusen yang tanpa struktur jaringan paru (avascular
pattern).
BAB III
TINJAUAN PUSTAKA

Gambar 3.6. Pneumotoraks Ventil (Tension Pneumothorax). Tampak gambaran


daerah hemitoraks kiri hiperlusen avaskuler (tidak tampak jaringan paru), paru
kiri sepenuhnya kolaps, pergeseran jantung ke arah kontralateral (terdorong ke
arah kanan) serta tampak hemidiafragma kiri terdorong ke bawah.
BAB III
TINJAUAN PUSTAKA

Gambar 3.7. Pneumotoraks iatrogenik. Foto toraks di atas memperlihatkan


adanya opasitas daerah kanan bawah yang terjadi karena konsolidasi dan sisa
cairan pleura. Kontak langsung antara udara dan air menghasilkan gambaran
permukaan datar daripada meniscus sign yang khas pada efusi pleura.
BAB III
TINJAUAN PUSTAKA

Gambar 3.8. Pneumotoraks terbuka (Open Pneumothorax). Pada foto toraks di


atas terlihat gambaran hiperlusen avaskuler pada hemitoraks kanan dan kolaps
paru kanan.
BAB III
TINJAUAN PUSTAKA

Gambar 3.9. Pneumtoraks tertutup (Closed Pneumothorax). Pada foto toraks


tampak gambaran radiolusen avaskuler pada hemitoras kanan dan kolaps paru
kanan.
BAB III
TINJAUAN PUSTAKA

Gambar 3.10. Foto pneumotoraks di atas memperlihatkan adanya gambaran


deep sulcus sign di hemitoraks kanan.
BAB III
TINJAUAN PUSTAKA

Gambar 3.11. Pneumotoraks spontan. Foto toraks di atas memperlihatkan


adanya gambaran radiolusen avaskuler pada hemitoraks kanan, kolaps paru kanan
total, deep sulcus sign, hemidiafragma kanan terdorong ke bawah serta tampak
pergeseran jantung ke arah kiri.
BAB III
TINJAUAN PUSTAKA

3.9.3. Pemeriksaan radiologi


2. CT-scan thorax
 Mungkin diperlukan apabila dengan pemeriksaan foto dada diagnosis belum
dapat ditegakkan, lebih spesifik untuk membedakan emfisema bullosa dengan
pneumothorax, batas udara dengan cairan intra ekstrapulmoner serta untuk
membedakan pneumothorax spontan primer dan sekunder (Hisyam dan
Budiono, 2009).
BAB III
TINJAUAN PUSTAKA

Gambar 3.12. Pneumothorax ct scan potongan axial. Tampak udara dan kolaps
paru.
BAB III
TINJAUAN PUSTAKA

Gambar 3.13. Pneumothorax potongan axial tampak udara dan terjadinya kolaps
paru.
BAB III
TINJAUAN PUSTAKA

3.9.3. Pemeriksaan radiologi


3. Endoskopi
 Pemeriksaan invasive tetapi memiliki sensitivitas yang lebih besar
dibandingkan CT-Scan.
 Menurut Swierenga dan Vanderschueren, berdasarkan analisa dari 126 kasus
pada tahun 1990, hasil pemeriksaan endoskopi dapat dibagi menjadi 4 derajat
yaitu :
1. Derajat I : Pneumothorax dengan gambaran paru yang mendekati normal
(40%)
2. Derajat II : Pneumothorax dengan perlengketan diserati hemotorak (12%)
3. Derajat III : Pneumothorax dengan diameter bleb atau bulla <2cm (31%)
4. Derajat IV : Pneumothorax dengan banyak bulla yang besar, diameter >2cm
(17%) (Hisyam dan Budiono, 2009).
BAB III
TINJAUAN PUSTAKA

3.10. Diagnosa Banding


Infark miokard, emboli paru dan pneumonia.

3.11. Komplikasi
 Pneumomediastinum

 Emfiesema subkutan

 Piopneumothorax

 Pneumothorax kronik

 Hidropneumothorax
BAB III
TINJAUAN PUSTAKA

3.11. Komplikasi
 Pneumomediastinum

 Emfiesema subkutan

 Piopneumothorax

 Pneumothorax kronik

 Hidropneumothorax
BAB IV
PENUTUP

4.1. Kesimpulan
 Pneumothorax adalah suatu keadaan terdapatnya udara atau gas didalam pleura
yang menyebabkan kolapsnya paru.
 Pneumothorax memiliki beberapa klasifikasi baik berdasarkan dari penyebab
dan berdasarkan jenis fistulanya
 Diagnosa pneumothorax berdasarkan manifestasi klinik dilihat dari gejala-
gejala yang dikeluhkan pasien pneumothorax, pemeriksaan klinik dan
pemeriksaan penunjang yang dilihat dari pemeriksaan foto toraks, Ct-scan dan
pemeriksaan lainnya yang dinilai adalah terdapat bulla dan luas permukaan
terjadi pneumothorax.
 Penatalaksanaan pneumothorax adalah dengan observasi dengan memberikan
oksigen dan pemasangan WSD, torakoskopi dan torakotomi. Sehingga pasien
tidak terjadi komplikasi dan memiliki prognosis yang baik.
BAB IV
PENUTUP

4.2. Saran
 Pneumothorax harus ditangan lebih serius dimana harus mengetahui gejala-
gejala, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang baik berdasarkan
penyebab dan fistulanya. Penanganan harus memiliki termpil untuk melakukan
pemasangan WSD.
 Pneumothorax jika tidak ditangani lebih serius akan terjadi komplikasi
sehingga akan memperberat pasien itu sendiri, terutama pada kasus
kecelakaan. Umumnya pneumothorax terjadi setalah pasien mengalami
kecelakaan dan paling sering terjadi adalah pneumotorax tension. Oleh karena
itu, sebagai dokter umum juga harus terampil dalam penanganan untuk
pemasangan WSD karena untuk menyelamatkan jiwa pasien.

Anda mungkin juga menyukai