Nizarwan Islamy
Nama Wahana: RSUD Patut Patuh Patju, Lombok Barat, Nusa Tenggara Barat
Topik : Pneumotoraks
Tanggal (kasus): 02 Mei 2017
Nama Pasien : Tn. W.D No. RM : 633722
Tanggal Presentasi : Nama Pendamping :
dr. Kadek Sulyastuty
Tempat Presentasi : RSUD Patut Patuh Patju, Lombok barat
Objektif Presentasi: Diagnosis dan Tatalaksana Pneumotoraks
Pasien Laki-laki, 30 tahun datang ke RSUD Patut Patuh Patju dengan keluhan nyeri dada sebelah
kiri disertai dengan nafas terasa berat (sesak), akibat terjatuh dari pohon setinggi ± 5 meter. Nyeri
dada dirasakan terutama saat bernafas. Pasien mengatakan jatuh dengan posisi tangan kiri
terlebih dahulu menyentuh tanah. Saat kejadian pasien mengeluh tangan dan punggung terasa
nyeri. Keluhan sesak dirasakan pertama kali oleh pasien. Riwayat pingsan saat terjatuh (-), pusing
(-), mual (-), muntah (-).
Tujuan: Penegakan diagnosis dan penatalaksanaan yang tepat
2. Riwayat Pengobatan : -
3. Riwayat kesehatan/Penyakit : -
4. Riwayat keluarga : Keluarga pasien tidak ada yang menderita penyakit yang sama
Daftar Pustaka :
1. Burgener FA, Kormano M. Hyperlucent lung. In: Burgener FA, Kormano M. Differential
Diagnosis in Conventional Radiology. 2nd. New York: Thieme Medical Publishers, Inc;
1991. p. 488.
2. Gaveli G, Napoli G, Bertaccini P, Battista G, Fattori R. Imaging of Thoracic Injuries. In:
Marincek B, Dondelinger RF. Emergency Radiology Imaging and Intervention. 1 st ed.
New York: Springer; 2007. p. 162-3.
3. Gopinath N, Invited Arcticle “Thoracic Trauma”, Indian Journal
of Thoracicand Cardiovascular Surgery Vol. 20, Number 3, 144-148.
4. G u y t o n & H a l l . 2 0 0 7 . Buku Ajar Fisiologi Kedokteran . E d i s i
1 1 . E G C : Jakarta.
5. Ralph JK. The pre-operative assessment. In: Hopkins R, Peden C, Gandhi S. Radiology
for anaesteshia & intensive care. 1st ed. San Fransisco: Greenwich Medica Media; 2003.
p. 12.
6. S . W a n e k , J . C . M a y b e r r y . B l u n t t h o r a c i c t r a u m a : f l a i l c h e s t , p u l
m o n a r y contusion, and blast injury Crit Care Clin 20 (2004). Pg. 71–81
7. Sjamsuhidajat, Jong W D. (2005). Buku Ajar ilmu bedah, Edisi
2, penerbitbuku kedokteran EGC. Jakarta.
Hasil Pembelajaran:
1. SUBJEKTIF
Pasien Laki-laki, 30 tahun datang ke RSUD Patut Patuh Patju dengan keluhan nyeri dada
sebelah kiri disertai dengan nafas terasa berat (sesak), akibat terjatuh dari pohon setinggi
± 5 meter. Nyeri dada dirasakan terutama saat bernafas. Pasien mengatakan jatuh dengan
posisi tangan kiri terlebih dahulu menyentuh tanah. Saat kejadian pasien mengeluh tangan
dan punggung terasa nyeri. Keluhan sesak dirasakan pertama kali oleh pasien. Riwayat
pingsan saat terjatuh (-), pusing (-), mual (-), muntah (-). RPT : (-), RPO : (-)
2. OBJEKTIF
Pemeriksaan Fisik :
KU : Compos Mentis
TTV :
TD : 70/40 mmHg,
Nadi : 121 x/menit
RR : 28 x/menit
SPO2 : 78 % tanpa O2, 98 % dengan O2
Temp : 36,70C.
Status Generalisata
Kepala/ Leher: normosefal/ normal, mulut kering (+)
Mata : anemis (-/-), ikterik (-/-), pupil isokor (+/+)
THT : otorea (-/-), rinorea (-/-)
Thoraks :
Inspeksi : asimetris (+), retraksi (-), deformitas (-), memar (-)
Palpasi : normal, nyeri tekan (+), krepitasi (-)
Perkusi : sonor +/ (-) kesan : redup, batas jantung normal
Paru : vesikuler +/ , ronkhi -/- wheezing -/-
Jantung : S1S2 reguler dan tunggal, irama teratur, bising (-)
Abdomen
Inspeksi : distensi (-)
Auskultasi : bising usus (+) normal
Perkusi : timpani (+)
Palpasi : supel, nyeri tekan(-), hepar lien tidak teraba
Ekstremitas : akral hangat +/+, oedema -/-, CRT< 2”
Status Lokalis : Regio anterior thoraks sinistra
Look : Pergerakan dinding dada tertinggal (asimetris) (+), jejas (-),
deformitas (-), memar (-)
Feel : Nyeri tekan (+) pada hemithoraks anterior sinistra, krepitasi (-)
Terapi di IGD :
- O2 10 lpm Sungkup/Masker
- IVFD Loading Flash I - III
- Inj. Ranitidine 1 x 30 mg
- Inj. Ketorolac 1 x 50 mg
- Inj. Ondansentron 1 x 4 mg (k/p)
- Pasang urine kateter
- Obeservasi keluhan dan TTV
3. ASSESMENT
Berdasarkan hasil anamnesis, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang yang telah
dilakukan didapatkan kasus pneumotoraks, ventil sinistra
PEMBAHASAN
Pneumotoraks
Pneumothoraks adalah keadaan terdapatnya udara atau gas dalam rongga
pleura. Pada keadaan normal rongga pleura tidak terisi udara, supaya paru-paru
leluasa mengembang terhadap rongga dada. Saat pneumotoraks terjadi, tekanan
negatif yang normalnya terdapat dirongga pleura menjadi lebih positif dari tekanan
intra alveolar dan paru menjadi kolaps. Pelura parietal tetap berhubungan dengan
permukaan dalam dari dinding dada, namun pleura viseral mengalami retraksi ke
arah hilum seiring dengan kolapsnya paru.
2. Pneumothoraks Traumatik
Adalah pneumothoraks yang terjadi akibat suatu trauma, baik trauma
penetrasi maupun bukan, yang menyebabkan robeknya pleura, dinding dada
maupun paru. Pneumothoraks traumatik dibagi menjadi 2 yaitu:
1. Pneumothoraks Traumatik Iatrogenik
Suatu pneumothoraks yang terjadi akibat komplikasi dari tindakan
medis. Pneumothoraks jenis inipun masih dibedakan menjadi 2 yaitu : a)
Pneumothoraks Traumatik Iatrogenik Aksidental yaitu penumothoraks
yang terjadi akibat tindakan medis karena kesalahan/komplikasi tindakan
medis tersebut, b) Pneumothoraks Traumatik Iatrogenik Artifisial yaitu
pneumothoraks yang sengaja dilakukan dengan cara mengisi udara ke
dalam rongga pleura melalui jarum dengan suatu alat Maxwell box.
Anamnesis
a) Nyeri dada hebat yang tiba-tiba pada sisi paru terkena khususnya pada saat
bernafas dalam atau batuk.
b) Sesak, dapat sampai berat, kadang bisa hilang dalam 24 jam, apabila sebagian
paru yang kolaps sudah mengembang kembali
c) Mudah lelah pada saat beraktifitas maupun beristirahat.
d) Warna kulit yang kebiruan disebabkan karena kurangnya oksigen (cyanosis).
Gejala tersebut dapat berdiri sendiri maupun kombinasi. Derajat
gangguannya bisa mulai dari asimptomatik atau menimbulkan gangguan ringan
sampai berat.
Pemeriksaan Fisik
a) Inspeksi : dapat terjadi pergeseran trakea, pencembungan dan pada waktu
pergerakan nafas, tertinggal pada sisi yang sakit.
b) Palpasi : Pada sisi yang sakit ruang sela iga dapat normal atau melebar, iktus
jantung terdorong kesisi thoraks yang sehat. Fremitus suara melemah sampai
menghilang.
c) Perkusi : Suara ketok hipersonor sampai timpani, batas jantung terdorong ke
thoraks yang sehat.
d) Auskultasi : suara nafas melemah sampai menghilang, nafas dapat amforik
apabila ada fistel yang cukup besar.
Pemeriksaan Penunjang
a) Radiologis :
Garis pleura viseralis tampak putih lurus atau cembung terhadap
dinding dada dan terpisah dari garis pleura parietalis. Celah antara
kedua garis pleura tersebut tampak lusen karena berisi kumpulan udara
dan tidak didapatkan corakan vaskuler pada daerah tersebut (gambar 4).
Pleura viseral berbentuk konveks terhadap dinding dada (gambar 5).
Perdorongan pada jantung misalnya pada pneumotoraks ventil ke arah
yang sehat
Adanya tanda “deep sulcus sign” di sudut kostofrenikus pada posisi
supinasi
Adanya gambaran hipodens antara paru dengan dinding dada pada
pemeriksaan CT scan (gambar 6)
Pada saat pasien posisi supinasi, udara terkumpul di daerah anterior. Saat
pasien dalam posisi tegak, udara terkumpul di apeks10.
b) Blood Gas Arteri: untuk melihat kadar oksigen dalam darah.
Gambar 4
Pleural visceral line
Gambar 5
Kontur konveks pleura
viseral terhadap dinding
dada
Gambar 6
Gambaran pneumotoraks pada
CT scan
Penatalaksanaan
1. Tindakan dekompresi
Hal ini sebaiknya dilakukan seawal mungkin pada kasus pneumotoraks yang
luasnya >15%. Pada intinya, tindakan ini bertujuan untuk mengurangi tekanan intra
pleura dengan membuat hubungan antara rongga pleura dengan udara luar dengan cara
:
Dapat memakai infus set
Jarum ditusukkan ke dinding dada sampai ke dalam rongga pleura, kemudian
infus set yang telah dipotong pada pangkal saringan tetesan dimasukkan ke
botol yang berisi air. Setelah klem penyumbat dibuka, akan tampak gelembung
udara yang keluar dari ujung infus set yang berada di dalam botol.
Jarum abbocath
Jarum abbocath merupakan alat yang terdiri dari gabungan jarum dan kanula.
Setelah jarum ditusukkan pada posisi yang tetap di ICS 2 mid-klavikularis
sampai menembus ke rongga pleura, jarum dicabut dan kanula tetap ditinggal.
Kanula ini kemudian dihubungkan dengan pipa plastik infus set. Pipa infuse ini
selanjutnya dimasukkan ke botol yang berisi air. Setelah klem penyumbat
dibuka, akan tampak gelembung udara yang keluar dari ujung infuse set yang
berada di dalam botol.
Pipa water sealed drainage (WSD)
WSD adalah merupakan suatu system yang digunakan untuk mengalirkan
cairan atau udara dari torak dengan tujuan untuk mempertahankan tekanan
negatif yg normal dalam cavum pleura, sehingga akan dapat mengembalikan
dan atau mempertahankan pengembangan paru.
Gambar 7
Water Sealed Drainage
a. Menusukkan jarum melalui dinding dada terus masuk rongga pleura, dengan
demikian tekanan udara yang positif di rongga pleura akan berubah menjadi
negatif karena mengalir ke luar melalui jarum tersebut.
b. Membuat hubungan dengan udara luar melalui kontra ventil
2. Torakoskopi
Toraskopi adalah suatu tindakan untuk melihat langsung ke dalam rongga toraks
dengan alat bantu toraskop. Tindakan ini dilakukan apabila :
Tindakan aspirasi maupun WSD gagal
Paru tidak mengembang setelah 3 hari pemasangan tube toraskostomi
Terjadinya fistula bronkopleura
Timbulnya kembali pneumothoraks setelah tindakan pleurodesis
3. Torakotomi
Tindakan torakotomi dilakukan bila :
Kebocoran paru yang massif sehingga paru tak dapat mengembang (bullae /
fistel Bronkhopleura).
Pneumotoraks berulang.
Adanya komplikasi (Empiema, Hemotoraks, Tension pneumothorax).
Pneumotoraks bilateral.
Komplikasi
1. Pneumomediastinum
Terdapat ruang atau celah hitam pada tepi jantung, mulai dari basis sampai ke
apeks.
2. Emfisema subkutan
Biasanya merupakan kelanjutan dari pneumomediastinum. Udara yang tadinya
terjebak di mediastinum lambat laun akan bergerak menuju daerah yang lebih tinggi,
yaitu daerah leher. Di sekitar leher terdapat banyak jaringan ikat yang mudah ditembus
udara, sehingga bila jumlah udara yang terjebak cukup banyak maka dapat mendesak
jaringan ikat tersebut, bahkan sampai ke daerah dada dan belakang.
3. Piopneumothorax
Berarti terdapatnya pneumothorax disertai emfiesema secara bersamaan pada
satu sisi paru.
4. Pneumothorax kronik
Menetap selama lebih dari 3 bulan. Terjadi bila fistula bronkopleura tetap
membuka.
5. Hidro-pneumothorax
Ditemukan adanya cairan dalam pleuranya. Cairan ini biasanya bersifat serosa,
serosanguinea atau kemerahan (berdarah).
BERITA ACARA PRESENTASI PORTOFOLIO
Berita acara ini ditulis dan disampaikan sesuai dengan yang sesunguhnya.
Pendamping