Disusun oleh:
Marzatillah
110611014
Pembimbing:
2017
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah swt yang telah
menciptakan manusia dengan akal dan budi, kehidupan yang patut penulis
syukuri, keluarga yang mencintai dan teman-teman yang penuh semangat, karena
kasus ini. Shalawat beriring salam penulis sampaikan kepada nabi besar
Diajukan Sebagai Salah Satu Tugas Dalam Menjalani Kepaniteraan Klinik Senior
Unsyiah BLUD RSU dr. Zainoel Abidin – Banda Aceh. Penulis mengucapkan
Sp. JP- FIHA yang telah meluangkan waktunya untuk memberi arahan dan
Dengan kerendahan hati, penulis menyadari bahwa tugas ini masih jauh
dari kesempurnaan. Saran dan kritik dari dosen pembimbing dan teman-teman
akan penulis terima dengan tangan terbuka, semoga dapat menjadi bahan
Penulis
DAFTAR ISI
Kor pulmonal adalah suatu peningkatan dari struktur dan fungsi dari
ventrikel kanan yang didasarkan pada hipertensi pulmonal yang disebabkan oleh
penyakit yang menyerang paru-paru atau sirkulasi paru. Penyakit jantung bagian
kanan berasal dari penyakit primer dari sisi kiri jantung atau penyakit jantung
Istilah cor pulmonale pertama kali dikenalkan pada tahun 1931 oleh Dr.
Paul D. White. Pada tahun 1963 komite ahli WHO mengusulkan sebuah definisi
untuk kor pulmonal yakni, hipertropi ventrikel kanan yang diakibatkan oleh
penyakit yang mengganggu fungsi dan atau struktur paru, tetapi gangguan paru
tersebut bukan akibat penyakit primer yang mengenai jantung sisi kiri seperti pada
definisi ini mencakup hal yang lebih luas mulai dari gangguan ringan hingga
fungsional dan struktur paru, tidak termasuk kelainan karena penyakit jantung
Prevalensi pasti kor pulmonal sulit dipastikan karena dua alasan. Pertama,
tidak semua kasus penyakit paru kronis menjadi kor pulmonal, dan kedua,
kronik (PPOK) karena bronchitis kronis dan emfisema menjadi penyebab lebih
Nama : Ny. NZ
Umur : 30 tahun
Jenis Kelamin : Perempuan
No. CM : 1-12-49-99
Alamat : Drien Rampak
Pekerjaan : IRT
Tgl. Masuk RS : 5 April 2017
Tgl. Pemeriksaan : 9 April 2017
2.2 Anamnesis
Keluhan Utama:
Sesak nafas
Keluhan Tambahan:
Batuk berdahak, nyeri dada dan cepat lelah
Riwayat Penyakit Sekarang:
Pasien dikonsul dari obgyn dengan diagnosa G3P2 hamil 36-37 minggu
JPKTH KPD 1 hari oligohidromnion (ICA 2) susp IUGR ke kardiologi dengan
keluhan sesak nafas yang dirasakan sejak + 1 bulan yang lalu dan memberat sejak
seminggu sebelum masuk rumah sakit. Sesak memberat saat beraktivitas namun
dapat berkurang dengan beristirahat, kadang juga masih terasa sesak walaupun
dengan istirahat. Sesak dipengaruhi oleh berbaring/posisi, lalu dapat berkurang
apabila duduk. Os lebih nyaman tidur dengan 2 bantal sebagai sanderan. Sesak
pasien tidak dipengaruhi oleh cuaca atau debu. Selain itu pasien juga
mengeluhkan sering cepat lelah seperti berjalan beberapa meter.
Pasien juga mengeluhkan batuk sejak 6 bulan SMRS, batuk berdahak
berwarna putih kadang bisa dikeluarkan kadang susah dikeluarkan, batuk berdarah
(-), pasien mengalami demam (+), keringat malam (+), dan penurunan BB (-),
pasien juga mengeluhkan nyeri dada tembus kebelakang, terutama ketika menarik
nafas. BAB dan BAK dalam batas normal.
Riwayat Penyakit Dahulu:
Riwayat TB paru (+)
Pasien tidak memiliki riwayat hipertensi, diabetes mellitus, maupun asma.
Riwayat Penggunaan Obat:
OAT tahun 2015
Riwayat Penyakit Keluarga:
Tidak ada keluarga yang memiliki keluhan yang sama seperti pasien.
Riwayat hipertensi, diabetes mellitus dan asma pada keluarga juga tidak ada.
2.3 Pemeriksaan Fisik
a. Status Present
Kulit
Warna : Hitam
Turgor : Cepat kembali
Ikterus : (-)
Anemia : (-)
Sianosis : (-)
Kepala
Bentuk : Normocephali
Rambut : Tersebar rata, sukar dicabut, berwarna hitam .
Mata : Cekung (-), refleks cahaya (+/+), sklera ikterik (-/-),
Konjungtiva palpebra inferior pucat (+/+)
Telinga : Sekret (-/-), perdarahan (-/-)
Hidung : Sekret (-/-), perdarahan (-/-), Nafas cuping hidung (-/-)
Mulut
Bibir : Pucat (-), sianosis (-)
Lidah : Beslag (-), tremor (-)
Mukosa : Basah (+)
Tenggorokan : Tonsil dalam batas normal
Faring : Hiperemis (-)
Leher
Bentuk : Kesan simetris
Kel. Getah Bening : Pembesaran (-)
Peningkatan TVJ : R + 2cmH2O
Thorax
Thorax depan dan belakang
1. Inspeksi
Bentuk dan Gerak : Normochest, pergerakan simetris
Retraksi : (-)
2. Palpasi
- Pergerakan dada simetris
- Nyeri tekan (-/-)
- Suara fremitus taktil kanan ≠ suara fremitus taktil kiri
3. Perkusi : Sonor
4. Auskultasi
Vesikuler (+/+), ronkhi (+/-), wheezing (-/-)
Jantung
1. Inspeksi : Ictus kordis tidak terlihat
2. Palpasi : Ictus kordis teraba di ICS V linea mid clavicula
sinistra
3. Perkusi : Batas jantung:
- Atas : ICS III sinistra
- Kanan: ICS IV linea parasternalis dextra
- Kiri : ICS V satu jari dalam linea
midklavikula sinistra
4. Auskultasi :BJ I > BJ II, regular, bising (-), gallop (-)
Abdomen
1. Inspeksi : perut nampak membesar
2. Palpasi : Nyeri tekan (-) Undulasi (-)
Lien, hepar dan renal tidak teraba
3. Perkusi : Timpani (+), Shifting dullness (-) undulasi (-)
4. Auskultasi : Peristaltik usus normal
Genetalia
Tidak dilakukan pemeriksaan
Ekstremitas
Ekstremitas Superior Inferior
Kanan Kiri Kanan Kiri
Sianotik - - - -
Edema - - + +
Ikterik - - - -
Kekuatan Otot 5555 5555 5555 5555
Sensibilitas N N N N
Atrofi otot - - - -
Akral Dingin - - - -
Interprestasi EKG
Irama : Sinus
Ritme : Reguler
HR : 93 kali per menit
Axis : RAD
Gel P : lebar 0,08 s, tinggi 0,02 mv
Komplek QRS : 0,06 s
Q patologis : (-)
ST- Segmented : (-)
T- Inverted : (-)
RVH : (+)
LVH : (-)
Kesan : EKG Sinus Ritme, HR 93x/menit, regular, RAD, RVH,
Infark miokard anteroseptal
Kesan:
DD/ 1. Atelektasis
Temuan : - Katup-katup TR
- Perikardium normal
Cor Pulmonal Chronic + G3P2 hamil 36-37 minggu JPKTH KPD 1 hari
oligohidromnion (ICA 2) susp IUGR
2.6 Penatalaksanaan
Non farmakologi :
- Bedrest semifowler
- O2 3-4 L/i
- Diet jantung 1700 kkal
Farmakologi :
Kardiologi
• Three way
• Furosemide 1 amp/12 jam
• Spironolacton 1x25 mg
2.7 Prognosis
Quo ad Vitam : dubia ad malam
2.8 Follow UP
Tangg
al S O A P
11-04- Sesak nafas TD : 110/70 CorPulmonal Kardiologi
2017 (+), nyeri dada mmHg Chronic + POD • Three way
(H+1) saat menarik HR:84 x/i, 1 post sc a.i • Furosemide 1
nafas (+), reguler gagal induksi amp/12j (stop)
nyeri di bekas RR: 26x/i P4A0 tubektomi • Spironolacton 1x25
operasi (+) T: 36,7 0C mg
Rencana
Echocardiographi
12-04- Sesak nafas TD : 120/70 Cor Pulmonal Kardiologi
2017 sudah mmHg Chronic + POD • Three way
(H+2) berkurang, HR: 89 x/i, 2 post sc a.i • Furosemide 1
nyeri dada (-), reguler gagal induksi amp/8j
nyeri di bekas RR: 24x/i P4A0 tubektomi • Spironolacton 1x25
operasi (-) T: 36,5 0C mg
• Digoxin 1x0,25 mg
• Xarelto 1x20 mg
PBJ
BAB III
TINJAUAN PUSTAKA
3.1 Definisi
Kor pulmonal / Cor Pulmonale atau disebut juga Pulmonary Heart Disease
adalah suatu kondisi gagal jantung sisi kanan (bilik kanan) dimana terjadi
paru yang kronik yang dapat berupa hipertensi pulmonal yang disebabkan oleh
fungsional dan struktur paru, tidak termasuk kelainan karena penyakit jantung
Kor pulmonal terjadi akibat adanya perubahan akut atau kronis pada
pembuluh darah paru dan atau parenkim paru yang dapat menyebabkan terjadinya
hipertensi pulmonal.8
Prevalensi pasti kor pulmonal sulit dipastikan karena dua alasan. Pertama,
tidak semua kasus penyakit paru kronis menjadi kor pulmonal, dan kedua,
mortem.6
menjadi 4 kelompok :
3.3 Patofisiologi
mengeras karena terbentuk jaringan ikat (fibrosis) yang menyebabkan bilik kanan
harus memompa lebih kuat untuk mengalirkan darah ke paru. Dalam jangka
waktu lama hal ini menyebabkan bilik kanan menebal dan membengkak yang
jantung pada kor pulmonal. Penyakit ventrikel sisi kanan jantung yang disebabkan
kelainan primer dari sisi kiri jantung atau penyakit jantung kongenital tidak
termasuk kor pulmonal, akan tetapi kor pulmonal dapat berkembang menjadi
dikenal dengan perjalanan penyakit yang kronik dan progresif lambat, onset akut
atau perburukan kor pulmonal dengan komplikasi yang mengancam nyawa dapat
terjadi. 5
ventrikel kanan / right ventricular hypertrophy (RVH), dimana kor pulmonal akut
peningkatan tekanan dalam jangka waktu yang lama. Masing-masing sel otot
bertambah besar (dalam ketebalan) dan berubah untuk mendorong daya kontraktil
sebagai respons terhadap peningkatan tekanan dalam jangka waktu pendek (akut),
penyebab harus berasal dari sistem sirkulasi pulmonal. Dua penyebab utama
penyakit, cedera hipoksik, agen kimia, dan lain-lain), penyebab kedua adalah
hasil cepat dari peningkatan tekanan pada tempat yang elastis. Hipertrofi ventrikel
adalah respon adaptif dari peningkatan tekanan dalam jangka waktu lama. Setiap
sel otot berkembang membesar dan mengalami perubahan morfologis yang khas
Dilatasi ventrikel kanan atau hipertrofi dalam CPC adalah efek kompensasi
langsung dari vasokonstriksi pulmoner kronis dan hipertensi arteri pulmoner yang
menyebabkan peningkatan kerja dan beban ventrikel kanan. Saat ventrikel kanan
tidak dapat mengkompensasi dilatasi dan hipertrofi yang terjadi, maka terjadilah
Hipertensi Pulmonal
kroniS
s
Hipertrofi dan dilatasi
ventrikel kanan
Kor pulmonal
3.4 Diagnosis
hipertensi pulmonal akibat dari kelainan fungsi dan atau struktural paru. Untuk
penunjang.
Perlu dilakukan anamnesis yang teliti ada tidaknya penyakit paru yang
mendasari dan jenis kelainan paru seperti batuk kronik yang produktif, sesak nafas
waktu beraktifitas, nafas yang berbunyi, mudah lelah. Pada fase awal berupa
baru timbul bila sudah ada gagal jantung kanan misalnya edema dan nyeri parut
kanan atas. Infeksi paru sering mencetuskan gagal jantung, hipersekresi branchus,
edema alveolar, serta bronkospasme yang menurunkan ventilasi paru lalu timbul
paru-paru (fibrosis penyakit paru) atau adanya over inflasi pada penyakit PPOK).
Nyeri dada atau angina juga dapat terjadi. Hal ini terjadi disebabkan oleh iskemia
akibat hipertensi pulmonal juga dapat terjadi. Bisa juga ditemukan variasi gejala-
kanan. Terdapatnya murmur pada daerah pulmonal dan triskuspid dan terabanya
ventrikel kanan merupakan tanda yang lebih lanjut. Bila sudah terjadi fase
dekompensasi, maka gallop (S3) mulai terdengar dan selain itu juga dapat
Radiologi
Etiologi kor pulmonal kronis amat banyak dan semua etiologi itu akan
perifer, dan lapang paru perifer tampak relatif oligemia. Pada hipertensi pulmonal,
diameter arteri pulmonalis kanan >16mm dan diameter arteri pulmonalis kiri
>18mm pada 93% penderita. Hipertrofi ventrikel kanan terlihat pada rontgen
Elektrokardiogram
2. Terdapat pola S1 S2 S3
inkomplet.
prekordial.
8. Gelombang QRS dengan voltase lebih rendah terutama pada PPOK karena
adanya hiperinflasi.
9. Hipertrofi ventrikel kanan yang sudah lanjut dapat memberikan gambaran
infark miokard.
10. Kadang dijumpai kelainan irama jantung mulai dari depolarisasi prematur
Ekokardiografi
dapat ditemukan dimensi ruang ventrikel kanan yang membesar, tapi struktur dan
dimensi ventrikel kiri normal. Pada gambaran ekokardiografi katup pulmonal,
3.5 Penatalaksanaan
hipoksemia, yang nantinya akan lebih menaikkan lagi tekanan arteri pulmonalis.
Garam perlu dibatasi tetapi tidak secara berlebihan karena klorida serum yang
Terapi Oksigen
hidup belum diketahui pasti, namun ada 2 hipotesis: (1) terapi oksigen
Health, USA); 15 jam (British Medical Research Counsil) , dan 24 jam (NIH)
oksigen.
PaO2 55-59 mmHg, dan disertai salah satu dari tanda seperti, edema yang
Vasodilator
secara rutin. Vasodilator dapat menurunkan tekanan pulmonal pada kor pulmonal
kronik, meskipun efisiensinya lebih baik pada hipertensi pulmonal yang primer.1
Digitalis
Digitalis hnya digunakan pada pasien kor pulmonal bila disertai gagal
jantung kiri. Digitalis tidak terbukti meningkatkan fungsi ventrikel kanan pada
pasien kor pulmonal dengan fungsi ventrikel normal, hanya pada pasien kor
pulmonal dengan fungsi ventrikel kiri yang menurun, digoksin bisa meningkatkan
aritmia.1,3
Antikoagulan
disfungsi dan pembesaran ventrikel kanan dan adanya faktor imobilisasi pada
pasien.1
3.6 Komplikasi
3.7 Prognosis
Prognosis kor pulmonal yang disebabkan oleh PPOK lebih baik dari
prognosis kor pulmonal yang disebabkan oleh penyakit paru lain seperti
mengatakan penderita kor pulmonal masih dapat hidup antara 5 sampai 17 tahun
yang baik. Padmavati dkk di India mendapatkan angka antara 14 tahun. Sadouls di
gejala biasanya tidak muncul pada fase awal. Keluhan kelelahan, sesak, dan batuk
juga dapat terjadi karena iskemik ventrikel kanan. Beberapa gejala dapat timbul
akibat menurunnya curah jantung dan hipoksemia. Pada tahap lanjut dapat terjadi
perubahan dalam elastisitas paru-paru (fibrosis penyakit paru) atau (adanya over
inflasi pada penyakit PPOK). Nyeri dada pada pasien dapat terjadi disebabkan
mengeras karena terbentuk jaringan ikat (fibrosis) yang menyebabkan bilik kanan
harus memompa lebih kuat untuk mengalirkan darah ke paru. Dalam jangka
waktu lama hal ini menyebabkan bilik kanan menebal dan membengkak yang
pada akhirnya menurunkan kemampuan kontraksi atau pompa bilik kanan. Pada
pasien tersebut terlihat jaringan fibrotik pada hasil pemeriksaan rontgen thorax PA
anteroseptal.
Peningkatan tekanan arteri pulmonalis dapat menyebabkan peningkatan
tekanan tekanan vena periver dan tekanan kapiler. Dengan adanya peningkatan
terakumulasi menjadi edema perifer. Hal ini sesuai dengann keadaan yang
jangka panjang cor pulmonale kronik. Terapi oksigen sangat penting pada pasien
perfusi ginjal.
DAFTAR PUSTAKA
Hearthttp://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC1767533/. 2003;
89:225-30
http://emedicine.medscape.com/article/154062-lverview#showall
2992-3005.Available
athttp://www.medscape.com/medline/abstract/18086941
http://www.medscape.com/medline/abstract/20601861
http://www.medscape.com/medline/abstract/11794196
Available at http://www.medscape.com/medline/abstract/20395700
http://www.medscape.com/medline/abstract/15977967
3105-3111.Availableat
http://www.medscape.com/medline/abstract/15939821